Askep Keluarga Wiwik Suprihatin
Askep Keluarga Wiwik Suprihatin
W
DENGAN MASALAH OSTEOARTHRITIS PADA NY. S
DAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
PADA TN. W DAN NY. S DI RT 2 RW 6 KWAGEAN JETIS
Disusun Oleh:
WIWIK SUPRIHATIN
J230215088
Genogram : 3 generasi
Tn. W Ny. S
Tn. A
Keterangan :
6. Tipe keluarga
Keluarga Tn.R merupakan tipe keluarga inti, yaitu terdiri dari Tn. W
(suami), Ny. S (istri), dan Tn. A (anak) yang tinggal dalam satu rumah.
2
7. Suku bangsa
Ny. S mengatakan bahwa keluarganya merupakan suku Jawa dan tinggal
di lingkungan orang-orang yang bersuku Jawa. Keluarga Tn. W
berkomunikasi dengan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, baik antara
anggota keluarga maupun dengan tetangga sekitar dan terkadang
menggunakan Bahasa Indonesia dengan orang yang baru dikenal dan dengan
orang yang tidak dapat menggunakan Bahasa Jawa.
8. Agama dan kepercayaan
Anggota keluarga Tn. W beragama Islam dan memiliki pandangan yang
sama dalam praktik keyakinan beragama serta tidak ada praktik keyakinan
yang bertentangan dengan kesehatan.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Tn. W berstatus sosial ekonomi keluarga sejahtera II, dimana
keluarga Tn. W mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk
menabung, keluarga tidak ikut kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal. Keluarga Tn. W menggunakan BPJS setiap ada keluhan kesehatan dan
BPJS PBI yang digunakan keluarga Tn. W dibayarkan oleh pemerintah.
Penghasilan dan pengeluaran :
Tn. W dan Ny. S mengatakan sekarang tidak bekerja, saat muda Tn. W
bekerja sebagai tukang bangunan dan membuat batu bata dibantu oleh Ny. S.
Tn. A saat ini bekerja sebagai tukang parkir dengan penghasilan Rp. 300.000,-
perbulan. Keluarga Tn. W biasanya mendapat kiriman uang dari anak-anaknya
yang sudah menikah dan bekerja di luar daerah. Jika dikumpulkan,
penghasilan tersebut sekitar Rp. 500.000,- setiap bulannya. Selain itu, sumber
tambahan ekonomi keluarga Tn. W didapatkan dari 1 kontrakan yang terletak
disebelah rumah keluarga Tn. W dengan penghasilan Rp. 6.000.000,-
pertahunnya. Kiriman uang tersebut biasanya digunakan untuk kebutuhan
makan sehari-hari, membeli token listrik, iuran sampah dan keperluan lainnya.
Pemasukan pada keluarga Tn. W sebesar 1.300.000,- dan pengeluaran pada
keluarga Tn. W adalah sekitar 1.300.000,- setiap bulannya.
3
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn. W tidak pernah melakukan kegiatan rekreasi bersama,
namun ada kegiatan lain yang dilakukan keluarga Tn. W agar dapat berkumpul
dengan keluarga yaitu menonton TV bersama.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn. W dan Ny. S berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa (pelepasan). Tahap ini dimulai saat anak pertama, kedua, ketiga dan
kelima meninggalkan rumah karena sudah berkeluarga, sedangkan anak ke
empat masih belum pernah berkeluarga dan tinggal serumah dengan Tn. W
dan Ny. S. Tujuan utama pada tahap perkembangan keluarga ini adalah
mengorganisasikan keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anak
untuk hidup sendiri. Tugas yang harus dilakukan pada tahap perkembangan
keluarga ini adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar,
mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri di
masyarakat dan penataan kembali peran serta kegiatan rumah tangga.
2. Tugas sesuai tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga Tn. W saat ini yang
belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
a. Berdasarkan surat kontrol Tn. W saat ini memiliki masalah kesehatan
yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan pernah dirawat
sebanyak 3 kali di RS Indriati, di bulan Januari 2022, April 2022 dan
terakhir di tanggal 21 Juni 2022. Tahun 2018 Tn. W pernah menjalani
operasi BPH. Bulan Januari 2022 Tn. W mengeluh sesak napas dan
dibawa ke Puskesmas Baki, kemudian dari Puskesmas Baki dirujuk ke
RS Indriati untuk pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut. Setelah dibawa
ke RS Indriati Tn. W dilakukan perawatan selama 3 hari. Bulan April
2022 Tn. W kembali mengalami sesak napas dan langsung dibawa ke RS
Indriati, kemudian dilakukan perawatan selama 3 hari.Tanggal 21 Juni
2022, Tn. W kembali mengeluh sesak napas dan langsung dibawa ke RS
Indriati kemudian dilakukan perawatan selama 3 hari. Gejala yang
dirasakan Tn. W saat ini adalah sudah jarang sesak napas, namun
terkadang batuk dan dahak tidak dapat keluar. Tn. W selalu kontrol di
4
RS Indriati dan minum obat secara teratur. Tn. W merokok dari remaja
dan sudah berhenti sejak 5 tahun yang lalu.
b. Berdasarkan surat kontrol Ny. S saat ini memiliki masalah kesehatan
yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan pernah dirawat
sebanyak 3 kali di RS Indriati, dibulan Agustus 2020, dibulan April 2021
dan terakhir di tanggal 21 Juni 2022. Bulan Agustus 2020 Ny. S
mengeluh sesak napas dan dibawa ke Puskesmas Baki, kemudian dari
Puskesmas Baki dirujuk ke RS Indriati untuk dilakukan pemeriksaan dan
tindakan lebih lanjut. Setelah dibawa ke RS Indriati Ny. S dilakukan
perawatan selama 3 hari. Bulan April 2021 Ny. S kembali mengalami
sesak napas dan langsung dibawa ke RS Indriati, kemudian dilakukan
perawatan selama 3 hari. Tanggal 21 Juni 2022, Ny. S kembali mengeluh
sesak napas dan langsung dibawa ke RS Indriati kemudian dilakukan
perawatan selama 3 hari. Gejala yang dirasakan Ny. S saat ini adalah
sudah jarang sesak napas, namun terkadang batuk dan dahak tidak dapat
keluar. Ny. S selalu kontrol di RS Indriati dan minum obat secara teratur.
Ny. S mengatakan sudah sejak 1 tahun yang lalu mengalami pengapuran
tulang atau osteoarthritis, penatalaksanaan yang sudah dilakukan adalah
dengan meminum obat dari dokter apabila terlalu nyeri karena Ny. S
beranggapan untuk tidak selalu berpatokan dengan obat, Ny. S jarang
menggunakan balsem atau koyo karena efeknya selalu kemerahan dan
sedikit gatal jadi biasanya hanya dipijat oleh Tn. W, saat ini Ny. S
mengeluh sering mengalami nyeri pada kedua lutut, nyeri sering muncul
jika Ny. S kelelahan dalam pekerjaan rumahnya nyeri sering muncul jika
Ny. S kelelahan dalam pekerjaan rumahnya dan bertambah saat berjalan,
skala nyeri 5, nyeri dirasakan ngilu, nyeri dirasakan hilang timbul
biasanya muncul dipagi hari.
c. Tn. A tidak mempunyai keluhan, kondisinya saat ini sehat dan tidak ada
riwayat penyakit kronis maupun sakit berat, Tn. A tidak memiliki
kebiasaaan merokok.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua dari Tn. W dan Ny. S tidak ada yang menderita penyakit
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Osteoarthritis. Orang tua Tn. W
dan ayah Ny. S sudah meninggal dunia dan tidak tahu apa penyebabnya.
5
Saudara-saudara Tn. W dan Ny. S tidak ada yang menderita penyakit dan saat
ini hubungan dengan Tn. W dan Ny. S sangat baik, terkadang saudara Tn. W
dan Ny. S berkunjung ke rumah atau sebaliknya.
III. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah Tn. W merupakan rumah permanen 1 lantai. Rumah berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 10 x 15 m2. Bagian rumah terdiri dari:
a. Ruang tamu berada di paling depan dengan ukuran 4x4 m2 dan didepan
ruang tamu terdapat teras rumah.
b. Kamar tidur berada di pojok kanan belakang ruang tamu sejajar hingga tiga
kamar tidur. Ada satu kamar tidur yang sejajar secara horizontal dengan
kamar tidur lainnya, sebelumnya digunakan sebagai ruang keluarga atau
ruang menonton TV dan sekarang alih fungsi sebagai kamar tidur.
c. Ruang keluarga sekaligus ruang menonton TV berada di paling depan
bersatu dengan ruang tamu.
d. Terdapat dapur di pojok kiri rumah bagian belakang sebelah kamar tidur.
e. Terdapat 1 kamar mandi di ujung kiri rumah bagian belakang.
f. Terdapat 1 kontrakan disebelah kiri rumah permanen 1 lantai. Kontrakan
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m2.
g. Lingkungan rumah
1) Atap rumah Tn. W tersusun dari genteng, lantai terpasang keramik dan
ada yang belum terpasang keramik, pintu terbuat dari kayu dan terdapat
jendela disetiap ruangan sehingga ventilasi rumah bagus dan cahaya
matahari dapat masuk ke dalam rumah.
2) Sumber air untuk keluarga Tn. W berasal dari air sumur bor. Kualitas air
jernih dan tidak berbau. Jamban dengan model leher angsa dan sudah
tersedia septic tank dengan jarak 10 meter dari sumur. Keluarga Tn. W
membuang sampah di depan rumah kemudian diambil oleh petugas
dengan membayar iuran sampah sebesar Rp. 30.000,- perbulan, namun
terkadang sampahnya dibakar dihalaman depan rumah.
6
Denah rumah:
B
S U
Kandang ayam
Kamar Mandi dan
S
Dapur WC
Sumur Bor
Kamar Tidur III Dapur Dapur
Dapur
Kamar Tidur II
Kamar Tidur IV Kontrakan
Dapur
Kamar Tidur I
Dapur
Ruang Tamu
Teras Rumah
7
Tn. W memiliki satu sepeda dan satu sepeda motor yang digunakan sebagai
kendaraan sehari-hari.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. W berinteraksi baik dengan masyarakat sekitar. Ny. S
sudah tidak aktif mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat misalnya
PKK karena mengingat usianya yang sudah tua, saat usianya belum memasuki
lansia, Ny. S aktif dalam kegiatan PKK. Saat ini Tn. W dan Ny. S cukup aktif
di dalam masyarakat seperti mengikuti kegiatan pengajian di lingkungan
rumahnya. Tn. A mengatakan dalam satu tahun terakhir hanya mengikuti
perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn. W apabila ada masalah kesehatan khususnya biaya
pengobatan biasanya di bantu oleh keluarga yang lain. Rumah keluarga Tn. W
dekat dengan bidan desa maupun puskesmas. Apabila ada anggota
keluarganya yang sakit, keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan
terdekat seperti Puskesmas Baki untuk berobat.
IV. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi keluarga menggunakan Bahasa Jawa. Komunikasi berjalan
baik dan lancar. Selain itu, anak-anak Tn. W dan Ny. S yang sudah
berkeluarga dan tinggal di luar daerah sering menelepon untuk bertukar kabar.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga, Tn. W adalah penentu keputusan terhadap suatu
masalah karena Tn. W dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai
kepala keluarga. Namun, Ny. S dan Tn. A yang tinggal serumah, juga sering
memberikan saran dan membantu dalam menyelesaikan masalah keluarga.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. W :
Peran formal : Sebagai kepala keluarga, suami, ayah, pelindung dan
pemberi rasa aman dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat.
Peran informal : Pengambil keputusan tertinggi di rumah.
8
Ny. S :
Peran formal : Sebagai istri, ibu, mengurus rumah tangga, dan
mendidik anak.
Peran informal : Sebagai pendamai antar anggota keluarga.
Tn. A :
Peran formal : Sebagai anak dan anggota masyarakat.
Peran informal : Sebagai penghibur keluarga dirumah.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. W menganut agama Islam dan norma yang berlaku di
masyarakat serta adat istiadat suku Jawa. Keluarga Tn. W menerapkan
nilai/norma Jawa dan Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti mengaji,
sholat, berpuasa, saling bertegur sapa dengan tetangga maupun masyarakat,
saling bergotong royong menjaga dan melestarikan lingkungan. Tn. W dan
Ny. S juga selalu mengajarkan anaknya pentingnya bersikap sopan santun
dengan orang lain. Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga mempercayai
bahwa ini adalah cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat
dan selalu berusaha serta bertawakal saat menghadapi musibah apapun.
Keluarga Tn. W selalu membawa anggota keluarganya yang sakit ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat untuk berobat bukan ke dukun atau tempat
pengobatan alternatif lainnya.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. W mengatakan berusaha menjaga dan memelihara
keharmonisan keluarga, saling menyayangi, menghargai dan menghormati
antar anggota keluarga.
2. Fungsi sosial
Hubungan keluarga Tn. W dengan tetangga sekitar rumahnya terjalin
dengan baik. Keluarga mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik kepada masyarakat sesuai dengan norma. Tn. W dan Ny. S cukup aktif di
dalam masyarakat seperti mengikuti kegiatan pengajian di lingkungan
rumahnya.
9
3. Fungsi perawatan kesehatan
Masalah Tugas Kesehatan Keluarga
Kesehatan
Penyakit Paru 1. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Obstruktif Keluarga Tn. W tidak mengetahui nama penyakit yang diderita dan hanya
Kronis menyebutkan gejalanya yaitu sesak napas. Keluarga Tn. W mengatakan masih tidak
(PPOK) pada mengetahui cara perawatan yang tepat dan cara pencegahan maupun penanganan agar
Tn. W dan Ny. gejala tidak muncul lagi. Tn. W dan Ny. S melakukan kontrol rutin dan meminum obat
S secara teratur setiap harinya.
2. Kemampuan mengambil keputusan yang tepat
Keluarga Tn. W mampu mengambil keputusan dengan baik. Apabila Tn. W dan Ny. S
merasakan sesak napas maupun batuk, keluarga langsung mengantarkan ke pelayanan
kesehatan terdekat seperti Puskesmas Baki maupun ke RS Indriati.
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. A sebagai satu-satunya anak yang tinggal bersama Tn. W dan Ny. S mengatakan
terkadang mengingatkan untuk selalu meminum obatnya secara teratur. Tn. W dan
Ny. S mengatakan meminum obatnya secara sendiri. Setiap kali Tn. W dan Ny. S
hendak kontrol rutin diantar oleh Tn. A. Tn. A jarang membantu Tn. W dan Ny. S
dalam pekerjaan rumah. Tn. W dan Ny. S mengatakan sesak napas sering muncul saat
kelelahan melakukan pekerjaan rumahnya.
4. Kemampuan memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Tn. W terkadang membakar sampah dihalaman depan rumah dan Tn. A jarang
membantu Tn. W dan Ny. S dalam pekerjaan rumah. Saat kunjungan kerumah
keluarga Tn. W, Tn. W terlihat membakar sampah dihalaman depan rumah.
5. Kemampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. W memiliki BPJS. Tn. W dan Ny. S melakukan kontrol rutin di RS
Indriati yang sudah menjadi RS rujukan Tn. W dan Ny. S.
Osteoarthritis 1. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
pada Ny. S Keluarga Tn. W tidak mengetahui nyeri yang dirasakan Ny. S pada kedua lututnya.
Ny. S akan meminum obat, jika nyerinya tidak kunjung sembuh.
2. Kemampuan mengambil keputusan yang tepat
Keluarga Tn. W mampu mengambil keputusan dengan baik. Apabila nyeri yang
dirasakan tidak kunjung membaik, keluarga langsung mengantarkan Ny. S ke
pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas Baki maupun ke RS Indriati.
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. W terkadang memijat Ny. S untuk meredakan nyeri pada kedua lututnya. Apabila
nyeri yang dirasakan tidak kunjung membaik maka keluarga Tn. W membawa Ny. S
ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas Baki maupun ke RS Indriati. Ny. S
mengatakan nyeri sering muncul jika Ny. S kelelahan dalam pekerjaan rumahnya nyeri
sering muncul jika Ny. S kelelahan dalam pekerjaan rumahnya dan bertambah saat
berjalan. Tn. A jarang membantu Ny. S dalam pekerjaan rumah.
4. Kemampuan memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Tn W sering bersih-bersih rumahnya sendiri karena Ny. S terkadang mengeluh kedua
lututnya nyeri. Tn. A jarang membantu Tn. W dan Ny. S dalam pekerjaan rumah.
5. Kemampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. W memiliki BPJS dan memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan
terdekat seperti Puskesmas Baki untuk berobat apabila nyeri pada kedua lutut Ny. S
tidak kunjung membaik.
10
4. Fungsi reproduksi
Ny. S sebelumnya tidak mengikuti program KB. Ny. S saat ini sudah
memasuki masa menopause.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. W hanya mengandalkan penghasilan dari kontrakan dan
kiriman uang dari anak–anaknya. Tn. A terkadang memberikan sejumlah uang
kepada Tn. W dan Ny. S, keluarga Tn. W jika berobat menggunakan BPJS.
VI. Stres dan koping keluarga
1. Stresor Jangka Pendek dan Panjang
Jangka pendek : Tn. W dan Ny. S sudah jarang mengalami sesak napas, namun
terkadang batuk dan dahak tidak dapat keluar.
Jangka panjang : Ny. S sejak 1 tahun yang lalu sering mengalami nyeri pada
kedua lututnya.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor
Untuk stressor jangka pendek, keluarga Tn. W mengantarkan Tn. W dan
Ny. S kontrol secara rutin ke RS Indriati.
Untuk stressor jangka panjang, Tn. W terkadang memijat kedua lutut
Ny. S saat nyeri muncul.
3. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan pada keluarga Tn. W adalah berdo’a agar
dimudahkan dalam menyelesaikan masalah. Tn. W dan Ny. S selalu kontrol
secara rutin ke RS Indriati untuk mengetahui kondisi penyakitnya dan
diharapkan tidak terjadi komplikasi yang semakin parah.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn. W tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam
kepada anggota keluarganya ataupun memberikan ancaman-ancaman dalam
menyelesaikan masalah. Ny. S selalu bercerita kepada keluarga tentang
masalah yang dihadapinya, kemudian bermusyawarah untuk menentukan
jalan keluar terbaik.
11
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tn. W Ny. S Tn. A
Tekanan Darah 130/80 mmHg, biasanya 140/90 mmHg, biasanya 110/70 mmHg, biasanya
130/80 mmHg 140/90 mmHg 100/80 mmHg
Berat Badan 46 kg 70 kg 67 kg
Tinggi Badan 156 cm 158 cm 165 cm
IMT (Normal 18,5-25,0) IMT (18,9) IMT (28,0) IMT (24,6)
Nadi 78 x/menit 80 x/menit 70 x/menit
RR 20 x/menit 22 x/menit 18 x/menit
Suhu 36,6oC 36,8oC 36,7oC
Kepala Inspeksi: distribusi Inspeksi: distribusi Inspeksi: distribusi
rambut merata, tekstur rambut merata, tekstur rambut merata, tekstur
halus, kualitas tipis, halus, kualitas tipis, halus, kualitas tipis,
rambut pendek dan rambut panjang sebahu rambut pendek dan
sedikit beruban, bersih dan beruban, bersih dan berwarna hitam, bersih
dan pada dahi terdapat tidak ada luka. dan tidak ada luka.
benjolan dengan diameter Palpasi: tidak ada nyeri Palpasi: tidak ada nyeri
± 5 cm. tekan, tidak teraba tekan, tidak teraba
Palpasi: tidak ada nyeri adanya massa/benjolan. adanya massa/benjolan.
pada benjolan di dahi,
teraba adanya benjolan di
dahi.
Mata Inspeksi: bentuk simetris Inspeksi: bentuk simetris Inspeksi: bentuk simetris
kanan-kiri, konjungtiva an kanan-kiri, konjungtiva an kanan-kiri, konjungtiva an
anemis, sklera an ikterik, anemis, sklera an ikterik, anemis, sklera an ikterik,
iris berwarna coklat, pupil iris berwarna coklat, pupil iris berwarna coklat, pupil
isokor, tidak ada gangguan isokor, tidak ada gangguan isokor, tidak ada gangguan
penglihatan dan tidak penglihatan dan tidak penglihatan dan tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
penglihatan, distribusi bulu penglihatan, distribusi penglihatan, distribusi bulu
mata dan alis merata. bulu mata dan alis merata. mata dan alis merata.
Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada
massa/benjolan, tidak ada massa/benjolan, tidak ada massa/benjolan, tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan.
Hidung Inspeksi: bentuk hidung Inspeksi: bentuk hidung Inspeksi: bentuk hidung
simetris, septum tidak simetris, septum tidak simetris, septum tidak
deviasi, tidak ada deviasi, tidak ada deviasi, tidak ada
penumpukan cairan, darah penumpukan cairan, darah penumpukan cairan, darah
dan secret di hidung. dan secret di hidung. dan secret di hidung.
Palpasi: tidak ada nyeri Palpasi: tidak ada nyeri Palpasi: tidak ada nyeri
tekan, serta tidak teraba tekan, serta tidak teraba tekan, serta tidak teraba
adanya massa/benjolan. adanya massa/benjolan. adanya massa/benjolan.
Telinga Inspeksi: bentuk telinga Inspeksi: bentuk telinga Inspeksi: bentuk telinga
simetris kanan dan kiri, simetris kanan dan kiri, simetris kanan dan kiri,
tidak ada pengeluaran tidak ada pengeluaran tidak ada pengeluaran
serumen dan darah, tidak serumen dan darah, tidak serumen dan darah, tidak
ada gangguan ada gangguan ada gangguan
pendengaran, pendengaran pendengaran, pendengaran pendengaran, pendengaran
12
baik, tidak menggunakan baik, tidak menggunakan baik, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran. alat bantu pendengaran. alat bantu pendengaran.
Palpasi: tidak ada nyeri
tulang mastoid.
Mulut Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Bibir: warna merah muda, Bibir: warna merah muda, Bibir: warna merah muda,
simetris, lembab, tidak ada simetris, lembab, tidak ada simetris, lembab, tidak ada
celah bibir, tidak ada lesi, celah bibir, tidak ada lesi, celah bibir, tidak ada lesi,
tidak ada stomatitis dan tidak ada stomatitis dan tidak ada stomatitis dan
edema. edema. edema.
Gigi: gigi berwarna putih, Gigi: gigi berwarna putih, Gigi: gigi berwarna putih,
tidak bau mulut. tidak bau mulut. tidak bau mulut.
Membran mukosa : warna Membran mukosa : warna Membran mukosa : warna
merah muda, lembab. merah muda, lembab. merah muda, lembab.
Warna gusi : merah muda, Warna gusi : merah muda, Warna gusi : merah muda,
tidak ada peradangan. tidak ada peradangan. tidak ada peradangan.
Lidah: warna merah muda, Lidah: warna merah muda, Lidah: warna merah muda,
tidak ada bengkak tidak tidak ada bengkak tidak tidak ada bengkak tidak
ada lesi, lembab. ada lesi, lembab. ada lesi, lembab.
Palatum: warna merah Palatum: warna merah Palatum: warna merah
muda, tidak ada lesi, tidak muda, tidak ada lesi, tidak muda, tidak ada lesi, tidak
ada celah palatum, tidak ada celah palatum, tidak ada celah palatum, tidak
ada massa. ada massa. ada massa.
Tenggorokan: tidak ada Tenggorokan: tidak ada Tenggorokan: tidak ada
gangguan menelan, warna gangguan menelan, warna gangguan menelan, warna
merah muda, tidak ada merah muda, tidak ada merah muda, tidak ada
pembengkakan dan lesi pembengkakan dan lesi pembengkakan dan lesi
pada tonsil, tidak ada pada tonsil, tidak ada pada tonsil, tidak ada
eksudat, warna tonsil eksudat, warna tonsil eksudat, warna tonsil
merah muda. merah muda. merah muda.
Leher Inspeksi: bentuk leher Inspeksi: bentuk leher Inspeksi: bentuk leher
simetris. simetris. simetris.
Palpasi: tidak teraba Palpasi: tidak teraba Palpasi: tidak teraba
adanya pembesaran adanya pembesaran adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar kelenjar tiroid dan kelenjar kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening. getah bening. getah bening.
Jantung Inspeksi: dada depan Inspeksi: dada depan Inspeksi: dada depan
simetris, samping simetris. simetris, samping simetris. simetris, samping simetris.
Palpasi: pergerakan dada Palpasi: pergerakan dada Palpasi: pergerakan dada
simetris. simetris. simetris.
Perkusi: suara jantung Perkusi: suara jantung Perkusi: suara jantung
pekak. pekak. pekak.
Auskultasi: tidak ada suara Auskultasi: tidak ada suara Auskultasi: tidak ada suara
tambahan, tidak ada suara tambahan, tidak ada suara tambahan, tidak ada suara
murmur, irama bunyi S1 murmur, irama bunyi S1 murmur, irama bunyi S1
dan S2 reguler (lup dup). dan S2 reguler (lup dup). dan S2 reguler (lup dup).
Paru Inspeksi: adanya retraksi Inspeksi: adanya retraksi Inspeksi: tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada dinding dada, tidak ada dinding dada, tidak ada
lesi, serta tidak tampak lesi, serta tidak tampak lesi, serta tidak tampak
penggunaan alat bantu penggunaan alat bantu penggunaan alat bantu
13
pernafasan. pernafasan. pernafasan.
Palpasi: tidak terdapat Palpasi: tidak terdapat Palpasi: tidak terdapat
nyeri tekan, serta tidak nyeri tekan, serta tidak nyeri tekan, serta tidak
teraba adanya teraba adanya teraba adanya
massa/benjolan. massa/benjolan. massa/benjolan.
Perkusi: bunyi sonor Perkusi: bunyi sonor Perkusi: bunyi sonor
Auskultasi: suara nafas Auskultasi: suara nafas Auskultasi: suara nafas
wheezing. wheezing. vesikuler diseluruh lapang
paru.
Abdomen Inspeksi: tidak ada bekas Inspeksi: tidak ada bekas Inspeksi: tidak ada bekas
luka, tidak ada asites. luka, tidak ada asites. luka, tidak ada asites.
Auskultasi: bising usus Auskultasi: bising usus Auskultasi: bising usus
terdengar 10x/menit. terdengar 8x/menit. terdengar 15x/menit.
Perkusi: timpani pada Perkusi: timpani pada Perkusi: timpani pada
seluruh kuadran. seluruh kuadran. seluruh kuadran.
Palpasi: tidak ada nyeri Palpasi: tidak ada nyeri Palpasi: tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri
lepas di seluruh kuadran. lepas di seluruh kuadran. lepas di seluruh kuadran.
Ekstremitas atas Akral pada kedua tangan Akral pada kedua tangan Akral pada kedua tangan
teraba hangat, kekuatan teraba hangat, kekuatan teraba hangat, kekuatan
otot kanan/kiri 5555/5555, otot kanan/kiri 5555/5555, otot kanan/kiri 5555/5555,
turgor kulit <2 detik, CRT turgor kulit <2 detik, CRT turgor kulit <2 detik, CRT
<2 detik dan tidak ada <2 detik dan tidak ada <2 detik dan tidak ada
odema. odema. odema.
Ekstremitas bawah Akral pada kedua kaki Akral pada kedua kaki Akral pada kedua kaki
teraba hangat, kekuatan teraba hangat, kekuatan teraba hangat, kekuatan
otot kanan/kiri 5555/5555, otot kanan/kiri 5544/4455, otot kanan/kiri 5555/5555,
turgor kulit <2 detik, CRT turgor kulit <2 detik, CRT turgor kulit <2 detik, CRT
<2 detik dan tidak ada <2 detik, tidak ada odema, <2 detik dan tidak ada
odema. lutut terlihat tidakodema.
kemerahan dan bengkak.
Genetalia dan perianal Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
14
B. Analisa Data
15
Q : nyeri dirasakan ngilu
R : sering mengalami nyeri pada kedua lutut
S : skala nyeri 5
T : nyeri dirasakan hilang timbul biasanya
muncul dipagi hari
- Ny. S mengatakan sudah sejak 1 tahun yang lalu
mengalami pengapuran tulang, penatalaksanaan
yang sudah dilakukan adalah dengan meminum
obat dari dokter apabila terlalu nyeri karena Ny.
S beranggapan untuk tidak selalu berpatokan
dengan obat.
- Ny. S jarang menggunakan balsem atau koyo
karena efeknya selalu kemerahan dan sedikit
gatal jadi biasanya hanya dipijat oleh Tn. W.
- Keluarga Tn. W mengatakan tidak mengetahui
nyeri yang dirasakan Ny. S pada kedua lututnya.
- Ny. S mengatakan nyeri sering muncul jika Ny.
S kelelahan dalam pekerjaan rumahnya dan
bertambah saat berjalan
DO :
- IMT (28,0)
- Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan/kiri
5544/4455
- Hasil pemeriksaan TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 80 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36,8oC
3 DS : Defisit Ketidakmampuan
- Keluarga Tn. W tidak mengetahui nama pengetahuan keluarga Tn. W
penyakit yang diderita dan hanya menyebutkan tentang Penyakit mengenal masalah
gejalanya yaitu sesak napas. Keluarga Tn. W Paru Obstruktif kesehatan Penyakit Paru
mengatakan masih tidak mengetahui cara Kronis (PPOK) Obstruktif Kronis
perawatan yang tepat dan cara pencegahan pada keluarga Tn. (PPOK)
maupun penanganan agar gejala tidak muncul W
lagi.
- Tn. W dan Ny. S mengatakan sesak napas
sering muncul saat kelelahan melakukan
pekerjaan rumahnya.
DO :
- Saat kunjungan kerumah keluarga Tn. W, Tn.
W terlihat membakar sampah dihalaman depan
rumah.
16
C. Diagnosa Keperawatan dan Skoring (Prioritas Masalah)
Diagnosa Keperawatan :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif pada Tn. W dan Ny. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. W memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
2. Nyeri kronis pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. W
merawat Ny. S dengan Osteoarthritis.
3. Defisit pengetahuan tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada keluarga
Tn. W berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. W mengenal masalah
kesehatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Skoring :
Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif pada Tn. W dan Ny. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. W memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat.
No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat Masalah : 3 1 3 Berdasarkan surat kontrol Tn W dan Ny.
x 1=1
Skala : 3 S saat ini memiliki masalah kesehatan
Aktual = 3 yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Risiko = 2 (PPOK) dan pernah dirawat sebanyak 3
Potensial = 1 kali di RS Indriati. Tn. W dan Ny. S
mengatakan sudah jarang sesak napas,
namun terkadang batuk dan dahak tidak
dapat keluar. Masalah kesehatan harus
segera diatasi.
2 Kemungkinan untuk 2 2 2 Keluarga Tn. W dapat memodifikasi
x 2=2
diubah : 2 lingkungan rumah yang sehat dengan
Skala : tidak membakar sampah di halaman
Mudah = 2 depan rumah hanya menunggu diangkut
Sebagian = 1 oleh petugas sampah dan keluarga Tn. W
Tidak dapat = 1 mampu merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara Tn. A membantu Tn. W
dan Ny. S dalam pekerjaan rumah agar
sesak napas Tn. W dan Ny. S tidak
muncul lagi karena kelelahan melakukan
pekerjaan rumah.
3 Potensial dicegah 3 1 3 Keluarga Tn. W dapat selalu
x 1=1
Skala : 3 mengingatkan Tn. W dan Ny. S
Tinggi = 3 meminum obat secara teratur dan
Cukup = 2 mengantarkan untuk kontrol secara rutin
Rendah = 1 ke RS Indriati.
17
Tidak perlu segera
ditangani = 1
Tidak dirasakan = 0
TOTAL 5
18
2 Kemungkinan untuk 2 2 1 Ada minat dari keluarga Tn. W untuk
x 2=1
diubah : 2 mengetahui dan menerima informasi
Skala : tentang Penyakit Paru Obstruktif
Mudah = 2 Kronis (PPOK).
Sebagian = 1
Tidak dapat = 1
3 Potensial dicegah 3 1 2 2 Masalah dapat dicegah agar tidak
x 1=
Skala : 3 3 berlanjut dengan memberikan
Tinggi = 3 pendidikan kesehatan tentang
Cukup = 2 Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Rendah = 1 (PPOK) pada keluarga Tn. W.
4 Menonjolnya 2 1 2 Kurangnya pengetahuan keluarga Tn.
x 1=1
masalah : 2 W tentang masalah Penyakit Paru
Segera ditangani = 2 Obstruktif Kronis (PPOK) harus
Tidak perlu segera segera ditangani agar perawatan,
ditangani = 1 pencegahan maupun penanganan
Tidak dirasakan = 0 pada Tn. W dan Ny. S dilakukan
secara tepat untuk menghindari
gejala muncul kembali.
TOTAL 2
3
3
Prioritas Masalah :
1 Bersihan jalan napas tidak efektif pada Tn. W dan Ny. S berhubungan 5
dengan ketidakmampuan keluarga Tn. W memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat.
2 Nyeri kronis pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. 1
4
W merawat Ny. S dengan Osteoarthritis. 2
3 Defisit pengetahuan tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada 2
3
keluarga Tn. W berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. W 3
mengenal masalah kesehatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
19
D. Rencana Intervensi Keperawatan
23
memastikan otot rileks
Monitor adanya indikator tidak rileks
Terapeutik:
Atur lingkungan agar tidak ada
gangguan saat terapi
Berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lainnya yang nyaman
Hentikan sesi relaksasi secara
bertahap
Beri waktu mengungkapkan perasaan
tentang terapi
Edukasi:
Anjurkan memakai pakaian yang
nyaman dan tidak sempit
Anjurkan melakukan relaksasi otot
rahang
Anjurkan menegangkan otot selama 5-
10 detik, kemudian anjurkan
merilekskan otot 20-30 detik, masing-
masing 8-16 kali
Anjurkan menegangkan otot kaki
selama tidak lebih dari 5 detik untuk
menghindari kram
Anjurkan fokus pada sensasi otot yang
menegang
Anjurkan fokus pada sensasi otot yang
rileks
Anjurkan bernapas dalam dan
perlahan
3 Defisit Setelah Keluarga Tn. W mampu Respon Verbal Keluarga mampu Intervensi Utama
24
pengetahuan dilakukan mengenal masalah menjelaskan dan Edukasi Kesehatan (I.12383)
tentang Penyakit kunjungan kesehatan Penyakit mendemonstrasikan : Observasi:
Paru Obstruktif selama 1 hari Paru Obstruktif Kronis 1. Pengertian Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kronis (PPOK) dengan 1x40 (PPOK) pada Tn. W Penyakit Paru menerima informasi
pada keluarga menit dan Ny. S Obstruktif Kronis Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Tn. W pertemuan (PPOK) meningkatkan dan menurunkan
berhubungan diharapkan 2. Tanda dan gejala motivasi perilaku hidup bersih dan
dengan tingkat Penyakit Paru sehat
ketidakmampuan pengetahuan Obstruktif Kronis
keluarga Tn. W pada keluarga (PPOK) Terapeutik:
mengenal Tn. W 3. Faktor risiko Sediakan materi dan media
masalah meningkat Penyakit Paru pendidikan kesehatan
kesehatan Obstruktif Kronis Jadwalkan pendidikan kesehatan
Penyakit Paru (PPOK) sesuai kesepakatan
Obstruktif Kronis 4. Pencegahan Berikan kesempatan untuk bertanya
(PPOK). kekambuhan
Penyakit Paru Edukasi:
Obstruktif Kronis Jelaskan faktor risiko yang dapat
(PPOK) mempengaruhi kesehatan
5. Komplikasi Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Penyakit Paru sehat
Obstruktif Kronis
(PPOK)
6. Latihan batuk
efektif
Keluarga Tn. W mampu Respon Psikomotor Keluarga membawa Tn.
mengambil keputusan W dan Ny. S ke fasilitas
yang tepat untuk pelayanan kesehatan
mengatasi Penyakit untuk berobat jika
Paru Obstruktif Kronis keluhan yang dirasakan
(PPOK) pada Tn. W tidak kunjung membaik
dan Ny. S
Keluarga Tn. W mampu Respon Psikomotor Keluarga Tn. W
25
merawat Tn. W dan Ny. membantu Tn. W dan
S dengan Penyakit Paru Ny. S dalam pekerjaan
Obstruktif Kronis rumah agar sesak napas
(PPOK) tidak muncul kembali
akibat kelelahan
melakukan pekerjaan
rumahnya.
Keluarga Tn. W mampu Respon Psikomotor Keluarga Tn. W tidak
memodifikasi akan membakar sampah
lingkungan rumah yang dihalaman depan rumah
sehat untuk Tn. W dan yang merupakan salah
Ny. S satu faktor risiko
timbulnya gejala dan
akan menunggu
diangkut petugas
sampah. Tn. A akan
membantu Tn. W dan
Ny. S dalam melakukan
pekerjaan rumah.
Keluarga Tn. W mampu Respon Psikomotor Keluarga mengantarkan
memanfaatkan Tn. W dan Ny. S untuk
pelayanan kesehatan kontrol secara rutin di
pelayanan kesehatan
rujukan
26
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Kamis, 4 Agustus 2022, Jam Kamis, 4 Agustus 2022, Jam 16.00-16.30 WIB
16.00-16.30 WIB S:
Mengidentifikasi lokasi, - Pengkajian nyeri PQRST:
karakteristik, durasi, P : nyeri pada Ny. S sudah berkurang
frekuensi, kualitas, Q : nyeri dirasakan ngilu
intensitas nyeri R : nyeri pada kedua lutut sudah berkurang
Mengidentifikasi skala S : skala nyeri 2
nyeri T : nyeri sudah berkurang
Melakukan pemeriksaan - Keluarga mengatakan paham dan mengerti
TTV mengenai terapi latihan aktif maupun pasif
Mengajarkan keluarga sesuai kemampuan Ny. S
melakukan terapi latihan - Keluarga Tn. W terlihat antusias dan aktif
(free active movement dan bertanya.
resisted active movement) O:
untuk menambah kekuatan - Keluarga dapat mendemonstrasikan terapi
otot dan menambah latihan.
lingkup ruang sendi pada - Keluarga terlihat antusias dan aktif bertanya.
34
Ny. S - Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan/kiri
5554/4555
- Hasil pemeriksaan TTV:
TD: 140/80 mmHg
N: 85 x/menit
RR: 20 x/menit
3 Defisit Rabu, 3 Agustus 2022, Jam Rabu, 3 Agustus 2022, Jam 16.30-17.00 WIB Rabu, 3 Agustus 2022, Jam 16.30-17.00 Wiwik
pengetahuan 16.30-17.00 WIB S: WIB
tentang Penyakit Observasi: - Keluarga Tn. W membantu Tn. W dan Ny. S S:
Paru Obstruktif Mengidentifikasi kesiapan dalam pekerjaan rumah agar sesak napas tidak - Keluarga Tn. W membantu Tn. W dan
Kronis (PPOK) dan kemampuan muncul kembali akibat kelelahan melakukan Ny. S dalam pekerjaan rumah agar sesak
pada keluarga Tn. menerima informasi pekerjaan rumahnya. napas tidak muncul kembali akibat
W berhubungan Mengidentifikasi faktor- - Keluarga Tn. W mengatakan mampu kelelahan melakukan pekerjaan
dengan faktor yang dapat mengajarkan Tn. W dan Ny. S melakukan rumahnya.
ketidakmampuan meningkatkan dan latihan batuk efektif. - Keluarga Tn. W mengatakan mampu
keluarga Tn. W menurunkan motivasi - Keluarga mengatakan akan membawa Tn. W mengajarkan Tn. W dan Ny. S
mengenal masalah perilaku hidup bersih dan dan Ny. S ke fasilitas pelayanan kesehatan melakukan latihan batuk efektif.
kesehatan Penyakit sehat seperti Puskesmas Baki atau RS Indriati untuk - Keluarga mengatakan akan membawa
Paru Obstruktif Menyediakan materi dan berobat jika keluhan yang dirasakan tidak Tn. W dan Ny. S ke fasilitas pelayanan
Kronis (PPOK) media pendidikan kunjung membaik kesehatan seperti Puskesmas Baki atau
kesehatan - Keluarga Tn. W mengatakan selalu RS Indriati untuk berobat jika keluhan
Menjadwalkan pendidikan mengantarkan Tn. W dan Ny. S untuk kontrol yang dirasakan tidak kunjung membaik
kesehatan sesuai secara rutin di RS Indriati menggunakan sepeda - Keluarga Tn. W mengatakan selalu
kesepakatan motor atau mobil ojek online. mengantarkan Tn. W dan Ny. S untuk
Memberikan kesempatan - Keluarga Tn. W mengatakan selalu kontrol secara rutin di RS Indriati
untuk bertanya mengingatkan Tn. W dan Ny. S untuk menggunakan sepeda motor atau mobil
Menjelaskan faktor risiko meminum obat secara teratur. ojek online.
yang dapat mempengaruhi - Keluarga Tn. W tidak akan membakar sampah - Keluarga Tn. W mengatakan selalu
kesehatan dihalaman depan rumah yang merupakan salah mengingatkan Tn. W dan Ny. S untuk
satu faktor risiko timbulnya gejala dan akan meminum obat secara teratur.
Memberikan pendidikan
menunggu diangkut petugas sampah. - Keluarga Tn. W tidak akan membakar
kesehatan mengenai
- Keluarga mengatakan PPOK adalah infeksi sampah dihalaman depan rumah yang
Penyakit Paru Obstruktif
yang menyerang paru-paru untuk jangka merupakan salah satu faktor risiko
35
Kronis (PPOK) panjang. timbulnya gejala dan akan menunggu
Memberikan leaflet - Keluarga mengatakan faktor risiko Penyakit diangkut petugas sampah.
kepada keluarga Tn. W. Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah rokok, - Keluarga mengatakan PPOK adalah
terkena polusi udara, dan usia. infeksi yang menyerang paru-paru untuk
- Keluarga mengatakan tanda dan gejala Penyakit jangka panjang.
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah batuk - Keluarga mengatakan faktor risiko
dengan/ tanpa dahak yang tidak kunjung Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
sembuh, sesak napas disertai bunyi, lemas, rasa adalah rokok, terkena polusi udara, dan
berat di dada, penurunan berat badan. usia.
- Keluarga mengatakan pencegahan kekambuhan - Keluarga mengatakan tanda dan gejala
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
menghentikan kebiasaan merokok dan selalu adalah batuk dengan/ tanpa dahak yang
jauhi asap rokok, menghindari paparan debu, tidak kunjung sembuh, sesak napas
asap, polusi, menerapkan gaya hidup sehat disertai bunyi, lemas, rasa berat di dada,
dengan rutin berolahraga, mengonsumsi penurunan berat badan.
makanan bergizi seimbang dengan “Isi - Keluarga mengatakan pencegahan
Piringku”, dan cukup minum air putih (sekitar 8 kekambuhan Penyakit Paru Obstruktif
gelas per hari), patuh minum obat dan kontrol Kronis (PPOK) menghentikan kebiasaan
secara rutin ke RS Indriati. merokok dan selalu jauhi asap rokok,
- Keluarga mengatakan komplikasi Penyakit Paru menghindari paparan debu, asap, polusi,
Obstruktif Kronis (PPOK) adalah jantung, gagal menerapkan gaya hidup sehat dengan
napas, kanker paru. rutin berolahraga, mengonsumsi
O: makanan bergizi seimbang dengan “Isi
- Keluarga mampu menjelaskan pengertian Piringku”, dan cukup minum air putih
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), tanda (sekitar 8 gelas per hari), patuh minum
dan gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis obat dan kontrol secara rutin ke RS
(PPOK), faktor risiko Penyakit Paru Obstruktif Indriati.
Kronis (PPOK), pencegahan kekambuhan - Keluarga mengatakan komplikasi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah jantung, gagal napas, kanker
(PPOK). paru.
- Keluarga Tn. W mampu mendemonstrasikan O:
latihan batuk efektif. - Keluarga mampu menyebutkan
36
- Keluarga Tn. W terlihat antusias dan aktif pengertian Penyakit Paru Obstruktif
bertanya. Kronis (PPOK), tanda dan gejala
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK), faktor risiko Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), pencegahan
kekambuhan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) dan komplikasi Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
- Keluarga Tn. W mampu
mendemonstrasikan latihan batuk
efektif.
- Keluarga Tn. W terlihat antusias dan
aktif bertanya.
A:
Masalah defisit pengetahuan tentang
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
pada keluarga Tn. W berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. W
mengenal masalah kesehatan Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) teratasi
sebagian
P:
- Motivasi keluarga untuk mengajarkan
latihan batuk efektif kepada Tn. W dan
Ny. S.
37
F. Lampiran
38
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Disusun Oleh :
39
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
NYERI SENDI OSTEOARTHRITIS
PADA KELUARGA TN. W DI DESA JETIS
40
D. Pelaksanaan Penyuluhan
No Tahapan Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasara
1 Pembukaan 5 menit a. Memberikan salam pembuka Menjawab salam
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Kontrak waktu selama penyuluhan Memperhatikan
kesehatan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan
kesehatan
e. Menggali pengetahuan awal Menjawab pertany
partisipan tentang nyeri sendi
osteoarthritis
2 Isi penyuluhan 15 menit Menjelaskan materi tentang: Mendengarkan dan
Penyajian bahan tentang: a. Pengertian osteoarthritis memperhatikan
a. Pengertian b. Penyebab nyeri sendi osteoarthritis
osteoarthritis c. Tanda dan gejala nyeri sendi
b. Penyebab nyeri sendi osteoarthritis
osteoarthritis d. Pencegahan nyeri sendi
c. Tanda dan gejala nyeri osteoarthritis
sendi osteoarthritis e. Penatalaksanaan nyeri sendi
d. Pencegahan nyeri sendi osteoarthritis
osteoarthritis Mendemontrasikan langkah-langkah
e. Penatalaksanaan nyeri melakukan kompres hangat jahe dan
sendi osteoarthritis relaksasi otot progresif untuk
f. Langkah-langkah mengurangi nyeri sendi osteoarthritis
melakukan kompres Memberi kesempatan audiens untuk Bertanya kepada
hangat jahe untuk bertanya penyuluh
mengurangi nyeri sendi
osteoarthritis
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
F. Media Penyuluhan
Leaflet
41
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Penyuluhan kesehatan sesuai dengan waktu yang telah sepakati.
b. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap meliputi
leaflet.
c. Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dan didemonstrasikan agar penyampaian
kepada partisipan lebih mudah.
d. Partisipan bersedia dan siap menerima informasi dari penyuluh.
2. Evaluasi proses
a. Penyuluhan kesehatan tentang nyeri sendi osteoarthritis berjalan dengan baik.
b. Pada proses penyuluhan kesehatan terjadi interaksi antara penyuluh dan
partisipan.
c. Partisipan aktif bertanya dalam proses penyuluhan kesehatan tentang nyeri sendi
osteoarthritis.
d. Pemateri menyampaikan materi secara lengkap.
3. Evaluasi hasil kegiatan
a. Partisipan dapat menyebutkan 2, penyebab nyeri sendi osteoarthritis.
b. Partisipan dapat menyebutkan 3, pencegahan nyeri sendi osteoarthritis.
42
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
43
“Isi Piringku” adalah program yang dibuat oleh Pemerintah, khususnya Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) untuk menggantikan program “Empat Sehat Lima Sempurna”.
Konsep “Isi Piringku” ini mempromosikan pola makan yang bergizi seimbang yang secara
visual mudah dipahami semua orang. Untuk porsi obesitas “Isi Piringku” berisi anjuran
porsi makanan yang harus dimakan dalam satu kali makan, berupa ½ porsi piring sayur dan
buah-buahan, ¼ piring protein, dan ¼ piring karbohidrat atau makanan pokok.
Selain itu, dalam program ini juga dianjurkan cukup minum air putih secara dan
pembatasan gula, garam, dan lemak (GGL). Konsumsi gula dalam sehari maksimal 4
sendok makan, garam maksimal 1 sendok teh, dan lemak maksimal 5 sendok makan.
Adanya pembatasan konsumsi gula, garam dan lemak (GGL) juga berhubungan dengan
peningkatan prevalensi overweight dan obesitas yang makin tinggi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memperkenalkan metode
makan baru dengan gizi seimbang yaitu "Isi Piringku". Program ini menggunakan
perumpaan sajian dalam satu piring. Berikut ini panduan makan gizi seimbang Isi Piringku
Kemenkes RI.
Panduan Isi Piringku Kemenkes RI Melansir laman resmi Kementrian Kesehatan RI, Isi
Piringku merupakan program bagi masyarakat dalam memahami bagaimana porsi makan
yang tepat. Porsi Isi Piringku Kemenkes terdiri dari makanan pokok, yakni sumber
karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring. Lalu dilengkapi dengan lauk pauk dengan
porsi 1/3 dari 1/2 piring. Untuk setengah piring lainnya diisi dengan proporsi sayur-
sayuran dengan porsi 2/3 dan buah-buahan dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Panduan
makan sehat tersebut tidak hanya membuat kenyang, tetapi juga memastikan tubuh sehat
dan cukup gizi.
1) Makanan Pokok
Isi Piringku Kemenkes RI yang pertama adalah makanan pokok. Makanan pokok
merupakan pangan dengan karbohidrat yang sering dikonsumsi atau telah menjadi
bagian dari budaya makan berbagai etnis di Indonesia. Ada ragam makanan pokok,
sesuai dengan keadaan tempat dan budaya, seperti Beras, Jagung, Singkong, Ubi, Talas,
Sagu. Produk olahannya misalnya roti, pasta, mi. Sebagai panduan makan gizi
seimbang, dalam satu piring, disarankan mengonsumsi makanan pokok sekitar 150
gram nasi, setara 3 centong nasi. Bisa juga 3 buah kentang ukuran sedang (300 gram),
atau 1,5 gelas mi kering (75 gram).
44
2) Lauk
Lauk-pauk adalah Isi Piringku Kemenkes RI berikutnya. Lauk-pauk ini terdiri dari
protein hewani dan nabati. Bisa mendapatkan protein hewani dari berbagai olahan
hewan, seperti Daging (sapi, kambing), Unggas (ayam, bebek), Ikan dan makanan laut,
Telur, Susu. Sementara, lauk-pauk nabati bisa diperoleh dari berbagai makanan nabati,
seperti Tahu, Tempe. Kacang-kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau),
Dalam satu piring, panduan makan gizi seimbang disarankan makan lauk hewani sekitar
75 gram ikan kembung. Ini setara dengan 2 potong ayam tanpa kulit ukuran sedang (80
gr), atau 2 potong sapi ukuran sedang (70 gram). Untuk protein nabatinya, bisa dengan
tahu 100 gram, atau 2 potong tempe ukuran sedang (50 gram).
3) Sayuran
Sayuran adalah sumber vitamin dan serat yang menjadi bagian dari Isi Piringku
Kemenkes RI. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama mengandung
karoten, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan fosfor. Sebagian vitamin dan mineral dalam
sayuran berperan sebagai antioksidan. Ada beberapa sayuran yang bisa langsung
dikonsumsi mentah dan ada yang perlu dimasak terlebih dahulu dengan cara direbus,
ditumis, atau dikukus. Beberapa contoh sayuran yang biasanya banyak dikonsumsi
antara lain Terong, Timun, Selada air, Labu siam, Rebung, Kangkung, Lobak, Buncis,
Brokoli, Daun singkong, Tomat, Wortel, Bayam. Sebagai panduan makan gizi
seimbang, disarankan dalam satu piring mengonsumsi 150 gram sayur, atau sama
dengan ukuran satu mangkuk ukuran sedang.
4) Buah
Makan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral lain. Ini juga dimasukkan ke
dalam Isi Piringku Kemenkes RI. Buah-buahan memiliki banyak vitamin seperti
vitamin A, B, B1, B6, dan C, mineral, serta serat yang juga berperan sebagai
antioksidan. Mengonsumsi buah secara rutin dapat mencegah ragam penyakit, seperti
Penyakit jantung, Serangan kerusakan hati, Stroke, Kanker, Tekanan darah tinggi,
Meningkatkan imunitas tubuh. Beberapa contoh buah-buahan yang umum dikonsumsi,
seperti Pisang, Melon, Semangka, Rambutan, Salak, Pepaya, Jambu, Mangga,
Belimbing, Apel, Jeruk. Sebagai panduan makan gizi seimbang dalam satu piring,
konsumsi sekitar 2 potongan pepaya ukuran sedang (150 gram). Ini setara dengan 2
buah jeruk sedang (110 gram), atau 1 buah kecil pisang Ambon (50 gram).
45
5) Panduan Penting Lainnya
Tidak hanya makanan, panduan makan gizi seimbang Isi Piringku Kemenkes RI juga
meliputi minum air putih 8 gelas per hari, mencuci tangan, dan berolahraga fisik.
Minum gelas 8 hari dalam sehari memiliki banyak manfaat, seperti Memelihara fungsi
ginjal, Menghindari dehidrasi, Mengurangi risiko kanker kandung kemih,
Memperlancar pencernaan, Merawat kulit, Mengontrol kalori
Sebelum makan, disarankan juga untuk mencuci tangan dengan 6 benar menggunakan
sabun, selama 60 detik di bawah air mengalir. Hal ini agar dapat mencegah dari
kuman/penyakit yang bisa menyerang tubuh. Mencuci tangan dengan sabun di bawah
air mengalir dapat mencegah berbagai penyakit, yaitu Diare, Infeksi Saluran Pernapasan
Atas hingga lebih dari 50%, Insiden Avian Influenza sebesar 50%, Hepatitis A,
Cacingan. Meskipun sudah makan makanan gizi seimbang dengan porsi sesuai, penting
untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari. Hal ini tidak hanya untuk
membakar kalori, tetapi juga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dalam mencegah
penyakit dan kesehatan mental. (Kemenkes RI, 2018).
5. Penatalaksanaan nyeri sendi osteoarthritis
a. Istirahat dan tidur yang cukup dan harus seimbang dengan aktivitas
b. Mengurangi beban kerja
c. Kompres hangat jahe
d. Melakukan latihan nafas dalam, relaksasi otot progresif
e. Berobat ke dokter atau puskesmas terdekat
f. Kontrol secara rutin
6. Melakukan kompres hangat jahe dan teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri
sendi akibat osteoarthrtis serta terapi latihan dalam menambah lingkup gerak sendi pada
pasien osteoarthritis
Kompres hangat jahe
Alat dan Bahan :
a. 5 rimpang jahe (100 gram)
b. 1 liter air
c. Baskom
d. Kain kecil, waslap atau handuk kecil
Cara Pembuatan Kompres Hangat Rebusan Jahe
a. Cuci 5 rimpang jahe (±100 gram) dan iris tipis-tipis
b. Masukkan irisan jahe ke dalam 1 liter air
46
c. Rebus irisan jahe sampai air mendidih
d. Tuang rebusan jahe ke dalam baskom, tunggu hingga suhu rebusan jahe menjadi hangat
tanpa campuran air dingin
e. Rebusan jahe hangat siap digunakan, rebusan jahe yang sudah dingin dapat digunakan
dengan dipanaskan kembali (pengulangan merebus hanya dalam waktu 1 hari)
Cara Pemberian Kompres Hangat Rebusan Jahe
a. Masukkan kain kecil, waslap/handuk kecil ke dalam baskom rebusan jahe hangat
b. Peras kain kecil/waslap/handuk kecil sampai lembab
c. Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan kain kecil/waslap/handuk kecil terasa
berkurang
d. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 hingga ±15 menit (Saifah, 2018).
Teknik relaksasi otot progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan
mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan
teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif dilakukan
dengan cara mengendorkan atau mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan mental dan bertujuan
untuk mengurangi kecemasan.
Prosedur pemberian teknik relaksasi otot progresif sebagai berikut:
a. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
b. Monitor secara berkala untuk memastikan otot rileks
c. Monitor adanya indikator tidak rileks
d. Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi
e. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang nyaman
f. Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
g. Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi
h. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak sempit
i. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegang
j. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang rileks
k. Anjurkan bernapas dalam dan perlahan
l. Anjurkan menegangkan otot selama 5-10 detik, kemudian anjurkan merilekskan otot 20-30
detik, masing-masing 8-16 kali.
m. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari 5 detik untuk menghindari kram.
n. Anjurkan untuk memejamkan mata selama prosedur relaksasi otot progresif.
47
o. Memulai membimbing pasien dengan mengerutkan dahi selama 5-10 detik, kemudian
dilanjutkan untuk rileks 20-30 detik.
p. Membimbing pasien mengencangkan bahu selama 5-10 detik, kemudian dilanjurkan rileks
20-30 detik.
q. Membimbing pasien mengencangkan lengan (otot bisep) selama 5-10 detik, dilanjutkan
rileks 20-30 detik.
r. Membimbing pasien untuk membusungkan dada dan tarik perut kearah dalam, tahan
selama 5-10 detik, dilanjutkan rileks 20-30 detik.
s. Membimbing pasien mengencangkan betis selama 5-10 detik, dilanjutkan rileks 20-30
detik.
t. Membimbing pasien untuk mengangkat telapak kaki keatas dengan jari-jari kaki yang
menekan keras ke lantai tahan selama 5-10 detik, dilanjutkan rileks 20-30 detik (Wijaya &
Nurhidayati, 2020).
Terapi latihan (free active movement dan resisted active movement)
Terapi latihan dimulai dari persiapan pasien, posisi pasien sesuai dengan gerakan yang
direncanakan, memberikan penjelasan tentang program latihan yang akan dilakukan baik
tujuan maupun caranya, bila perlu terapis memberikan contoh dahulu serta aba-aba terapis
harus bisa dipahami pasien. Metode yang digunakan adalah dengan pemberian terapi latihan
berupa free active movement dan resisted active movement. Terapi latihan adalah salah satu
modalitas fisioterapi dengan menggunakan gerak tubuh secara aktif maupun pasif untuk
pemerliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas
dan fleksibilitas, stailitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Pemberian terapi latihan baik secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun
tanpa menggunakan alat dapat memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan
tendon, ligament serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan
stabilitas sendi dan menambah lingkup ruang sendi (Kisner, 2017).
Free active movement merupakan gerak yang dilakukan karena adanya kekuatan otot dan
anggota tubuh sendiri tanpa bantuan, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan
gravitasi Tujuan free active movement adalah untuk menjaga elastisitas otot, menstimulus
untuk integritas jaringan tulang dan sendi, meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan
koordinasi dan fungsional motorik (Norris, 2013).
Resisted active movement yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar terhadap gerakan yang
dilakukan oleh pasien. Tahanan dapat berasal dari terapis, pegas maupun dari pasien itu
sendiri. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan otot adalah dengan meningkatkan
48
tahanan secara bertahap dan pengulangan gerakan dikurangi. Tujuan Resisted active
movement untuk meningkatkan kekuatan otot, memelihara atau menambah lingkup gerak
sendi (Kisner, 2013). Pada gerak aktif dan pasif (Ekstensi-Fleksi) pada lutut
1. Free active movement
Posisi pasien : tidur terlentang di atas tempat tidur atau kursi panjang dengan kedua lutut
lurus
Posisi terapis : menyesuaikan
Pelaksanaan : pasien dianjurkan mengangkat tungkai atau tumit ke atas dan menekuk
lututnya, kemudian diluruskan kembali ke atas lalu diturunkan perlahan-lahan sesuai
instruksi dari terapis. Diulang 6 kali.
2. Resisted active movement
Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur tengkurap/terletang, posisi terapis disamping
pasien untuk memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas/bawah dan tangan satu pada
pergelangan kaki. Pasien dianjurkan menggerakan kearah fleksi knee. Fisioterapis
memberi tahanan minimal pada gerakan tersebut. Diulang 6 kali.
u.
49
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, E. D., Sari, F. A., Syauqi, M. S., Aulia, R., Fauziyah, N., Sukaris., & Rahim, A. R.
(2021). Pencegahan Dan Penanganan Nyeri Sendi Lutut (Osteoarthritis) Pada Lansia.
Dedikasimu (Journal Of Community Service), 3(2), 848-855.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Isi Piringku. Jakarta: Ditjen Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan.
Kisner, Carolyn & Lynn Colby. (2013). ‘Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques
Sixth Edition’. Philadelphia: F.A. Davis.
Kisner, Carolyn & Lynn Colby. (2017). ‘Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques’.
Philadelphia: F.A. Davis.
Norris, Christopher. (2013). ‘The Complete Guide to Exercise Therapy’. Bloomsbury Publishing
PLC. London.
Putri, A. K., Hamidah, N. A., Rahmawati, R. A., & Mrihartini, S. P. (2021). Efektifitas Terapi
Latihan (Free Active Movement dan Resisted Active Movement) dalam Menambah
Lingkup Gerak Sendi pada Pasien Osteoarthritis Genu Dextra. Physio HS, 3(2), 67-69.
Saifah, A. ((2018). Pengaruh Kompres Hangat Air Rebusan Jahe Merah Terhadap Keluhan
Penyakit Sendi Melalui Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Kesehatan Tadulako, 4(3),
37-47.
Wijaya, E & Nurhidayati, T. (2020). Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif Dalam
Menurunkan Skala Nyeri Sendi Lansia. Ners Muda, 1(2), 88-92.
Zaki, A. (2013). Buku Saku Ostearthritis Lutut. Bandung: Celtics Press.
50
LAMPIRAN MEDIA
51
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Disusun Oleh :
52
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
PADA KELUARGA TN. W DI DESA JETIS
53
4. Pencegahan kekambuhan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
5. Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
D. Pelaksanaan Penyuluhan
No Tahapan Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sa
1 Pembukaan 5 menit a. Memberikan salam pembuka Menjawab sala
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Kontrak waktu selama penyuluhan Memperhatika
kesehatan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan
kesehatan
e. Menggali pengetahuan awal Menjawab pert
partisipan tentang Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK)
2 Isi penyuluhan 15 menit Menjelaskan materi tentang: Mendengarkan
Penyajian bahan tentang: a. Pengertian Penyakit Paru memperhatikan
a. Pengertian Penyakit Obstruktif Kronis (PPOK)
Paru Obstruktif Kronis b. Faktor risiko Penyakit Paru
(PPOK) Obstruktif Kronis (PPOK)
b. Faktor risiko Penyakit c. Tanda dan gejala Penyakit Paru
Paru Obstruktif Kronis Obstruktif Kronis (PPOK)
(PPOK) d. Pencegahan kekambuhan Penyakit
c. Tanda dan gejala Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyakit Paru e. Komplikasi Penyakit Paru
Obstruktif Kronis Obstruktif Kronis (PPOK)
(PPOK) Mendemontrasikan langkah-langkah
d. Pencegahan melakukan batuk efektif
kekambuhan Penyakit Memberi kesempatan audiens untuk Bertanya kepad
Paru Obstruktif Kronis bertanya penyuluh
(PPOK)
e. Komplikasi Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
(PPOK)
54
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
F. Media Penyuluhan
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Penyuluhan kesehatan sesuai dengan waktu yang telah sepakati.
b. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap
meliputi leaflet.
c. Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dan didemonstrasikan agar
penyampaian kepada partisipan lebih mudah.
d. Partisipan bersedia dan siap menerima informasi dari penyuluh.
4. Evaluasi proses
a. Penyuluhan kesehatan tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) berjalan dengan baik.
b. Pada proses penyuluhan kesehatan terjadi interaksi antara penyuluh
dan partisipan.
c. Partisipan aktif bertanya dalam proses penyuluhan kesehatan tentang
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
d. Pemateri menyampaikan materi secara lengkap.
5. Evaluasi hasil kegiatan
a. Partisipan dapat menyebutkan 2, faktor risiko Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK).
b. Partisipan dapat menyebutkan 3, pencegahan kekambuhan Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
55
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
56
4. Pencegahan kekambuhan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Langkah utama pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah
dengan menjauhi penyebabnya. Tidak hanya untuk mencegah terjadinya Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), langkah-langkah ini pun bisa membantu
meringankan dan membuat Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) agar tidak
semakin parah. Untuk melindungi diri dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK), ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Menghentikan kebiasaan merokok dan selalu jauhi asap rokok
b. Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama apabila
bertempat tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk
c. Menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan
bergizi seimbang dengan “Isi Piringku”, dan cukup minum air putih (sekitar 8
gelas per hari)
d. Patuh minum obat dan kontrol secara rutin ke RS Rujukan
5. Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
a. Infeksi Pernapasan
Dengan kondisi paru-paru yang tidak sempurna lagi keadaannya, maka paru
paru menjadi rentan terhadap virus yang langsung menyasar pada paru-paru.
Virus yang paling sering menyerang seperti influenza atau pnemonia. Jaringan
paru paru akan rentan terhadap infeksi.
b. Jantung
Resiko penyakit jantung bisa mendekati orang dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) karena biasanya kebiasaan merokok merupakan sebab utamanya
yang berpengaruh pada kerja jantung.
c. Kanker Paru
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang tidak juga membaik akan
menyebabkan paru-paru kehilangan fungsinya dan dirusak oleh sel kanker yang
akan tumbuh pada paru-paru yang sudah terinfeksi.
d. Gagal napas
e. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi ditimbulkan oleh darah yang mengalir ke dalam paru-paru
atau yang disebut dengan Hipertensi Pulmonal.
57
6. Langkah-langkah batuk efektif untuk mengurangi gejala batuk pada Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK)
Batuk efektif
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk
membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan
napas.
Alat dan bahan:
Gelas berisi cairan desinfektan, air putih hangat
a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
c. Berikan minum air putih hangat
d. Meletakkan 1 tangan di dada dan 1 tangan di atas perut
e. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
f. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
g. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
58
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta: EGC.
Global Strategy for The Diagnosis, Management, and P. of C. O. P. D. (2017). Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Retrieved from
https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2016/12/wms-GOLD-2017-
Pocket-Guide.pdf
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tabrani, R. (2017). Ilmu Penyakit Paru (1st ed.). Jakarta: CV. Trans Info Media.
59
LAMPIRAN MEDIA
60