Anda di halaman 1dari 26

KURVA SIGMOID

LAPORAN

OLEH :

FAIRUZ DAILAMIY DASOPANG


220301228
KELOMPOK 7
AGROTEKNOLOGI 5

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KURVA SIGMOID

LAPORAN

OLEH :

FAIRUZ DAILAMIY DASOPANG


220301228
KELOMPOK 7
AGROTEKNOLOGI 5

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikum


di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

ii
Judul : Kurva Sigmoid
Nama : Fairuz Dailamiy Dasopang
NIM : 220301228
Kelas : Agroteknologi 5

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani. MP)


NIP: 196505181992032001

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun laporan ini berjudul “Kurva Sigmoid” yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Ir. Meiriani Sembiring, M.P; Ir. Lisa
Mawarni, M.P; Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.S; Ir. Revandy. Ir. Haryati,
M.P dan kepada abang dan kakak asisten Laboratorium yang telah
membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan baik itu dari struktur penulisan maupun
penyampaiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar dapat memperbaiki dalam penulisan paper ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv


DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Praktikum.................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan ................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
Botani Jagung (Zea mays L.) ............................................................... 3
Syarat Tumbuh ..................................................................................... 4
Iklim....................................................................................................... 4
Tanah ..................................................................................................... 5
Pertumbuhan dan Perkembangan Jagung ........................................ 6
Botani Kedelai (Glycine max L.).......................................................... 7
Syarat Tumbuh ..................................................................................... 8
Iklim....................................................................................................... 8
Tanah ..................................................................................................... 9
Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai........................................ 9
BAHAN DAN METODE ........................................................................... 11
PELAKSANAAN PERCOBAAN ............................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) ............................................

Tabel 2. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.) ..................................................

Tabel 3. Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) ........................

Tabel 4. Jumlah Daun Kedelai (Glycine max (L.) Merril ................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persiapan Media Tanam .......................................................... 12

Gambar 2. Persiapan Benih ...................................................................... 13

Gambar 3. Pembuatan Lubang Tanam ..................................................... 13

Gambar 4. Penanaman .............................................................................. 14

Gambar 5. Penyiraman ............................................................................. 14

Gambar 6. Penjarangan ............................................................................. 15

Gambar 7. Penyiangan .............................................................................. 15

Gambar 8. Pemupukan .............................................................................. 16

Gambar 9. Pengukuran Tinggi Tanaman .................................................. 16

Gambar 10. Penghitungan Jumlah Daun Tanaman .................................. 17

vii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam aktivitas pertanian, penting untuk memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai bentuk evaluasi, terutama
untuk perawatan tanaman di masa depan. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman berlangsung terus-menerus selama siklus hidupnya. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ketersediaan meristem, hasil asimilasi,
hormon, dan zat pertumbuhan lainnya, serta lingkungan di sekitarnya.
(Zulkifli, 2013).

Untuk mendukung evaluasi pertumbuhan dan perkembangan


tanaman, metode kurva sigmoid digunakan. Metode ini menggambarkan
kurva pertumbuhan pada fase vegetatif hingga mencapai titik tertentu
karena pertumbuhan sel tanaman, dan kemudian melambat. Pada periode
awal, terjadi pertumbuhan eksponensial dengan laju yang cepat, kemudian
dilanjutkan dengan fase linier yang relatif lebih lama. Fase linier ini
kemudian diikuti oleh fase yang lajunya menurun atau sering disebut fase
kematian. (Perwtasari, et.al., 2015).

Kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan mulai cepat pada


fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman dan
kemudian melambat. Periode awal dengan laju pertumbuhan eksponensial
yang pendek, kemudian linier yang relative panjang. Laju pertumbuhan
yang linier diikuti oleh fase yang lajunya menurun(Perwtasari et al., 2015).

Setiap bagian tubuh makhluk hidup pasti menjadi tempat


daerah pertumbuhan dan perkembangan ,termasuk pada tumbuhan bahkan
hingga pada unit terkecil penyusun suatu makhluk hidup karena pada
bagian inilah pertumbuhan terjadi sehingga menambah volume serta
ukuran tubuh dari suatu makhluk hidup (Suparmuji, 2013).

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas utama


tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
peningkatan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi
multiguna, baik untuk konsumsi langsung, sebagai bahan baku utama
industri pakan dan industri pangan, dan bahkan di banyak negara sudah
dimanfaatkan sebagai bahan baku bio-energi (Sulaiman et al., 2018).
2

Kacang Kedelai (Glycine max L.)merupakan salah satu jenis


kacang-kacangan yang sering dibudidayakan di Indonesia. Sistem
perakaran kedelai terdiri atas 2 macam, yaitu akar tunggang dan sekunder
yang tumbuh dariakar tunggang (Sumarji, 2013).
Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim yang termasuk
dalam kelompok rumput-rumputan/gramineae yang memiliki satu
batang utama, meskipun beberapa genotype dan kondisi lingkungan
tertentu dapat menghasilkan cabang-cabang anakan. Batang jagung
terdiri dari buku dan ruas, dan setiap buku menghasilkan satu daun yang
tumbuh bersebelahan dengan daun lainnya. Bunga jantan dan betina
jagung terletak pada bagian yang berbeda pada satu tanaman, sehingga
sering terjadi penyerbukan silang. Jagung termasuk dalam tanaman hari
pendek, di mana jumlah daunnya ditentukan saat bunga jantan muncul
dan tergantung pada faktor-faktor seperti genotipe, durasi penyinaran,
dan suhu. (Akil, et.al., 2015).
Kecepatan berkecambah erat hubungannya dengan ciri vigoritas
benih. Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu tumbuh normal pada
kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal, memiliki kemampuan
tumbuh serempak dan cepat (Lesilolo et al., 2013).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai adalah suhu, kelembapan, kecukupan air,
keberadaan sinar matahari, dan ketersediaan nutrisi dalam tanah. Selain
faktor yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai antara
lain penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk. Pemilihan varietas juga
dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman
kedelai (Singh et al., 2020).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pola
pertumbuhan, dengan mengukur tinggi dan jumlah daun pada tanaman
jagung (Zea mays L.) dan kedelai (Glycine max L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jagung (Zea mays L.)


Klasifikasi jagung sebagai berikut: Kingdom Plantae, Divisio
Spermatophyta, Subdivisio Poales (Graminales), Famili Poaceae
(Graminae), Genus Zea, Spesies Zea mays. Berdasarkan bentuk dan
struktur biji serta endospermnya, jagung dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : Jagung mutiara (Z. mays indurate), jagung gigi kuda (Z. mays
indentata), jagung manis (Z. mays saccharata), jagung pod (Z. tunicate
sturt), jagung berondong (Z. mays everta), jagung pulut (Z. ceritina
Kulesh), jagung QPM (Quality Protein Maize), dan jagung minyak yang
tinggi (High Oil) (Riwandi, dkk., 2014).
Akar (Radix):Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas tiga tipe
akar yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. Akar seminal tumbuh
dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Sistem
perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-
garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat-zat organik dan
senyawa yang tidak diperlukan, serta sebagai alat pernapasan (Abdiana.
2017).
Batang (Caulis):tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris,
tidak berlubang, dan beruas-ruas sebanyak 8 – 20 ruas. Pertumbuhan batang
tidak hanya memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau
membesar, bahkan batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar
dengan diameter sekitar 3 – 4 cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas
pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas ke
bawah ataupun sebaliknya (Haryanto et al., 2016).
Batang jagung tersusun atas ruas yang merentang diantara buku-
buku pada batang sebagai tempat duduknya daun sehingga jumlah buku dan
ruas yang terdapat pada batang memiliki jumlah yang sama dengan daun,
ketiganya memiliki asal mula yang sama dalam sel somatik tanaman
(Muhsanati et al., 2018).
Daun (Folium):tanaman jagung manis terdiri dari beberapa struktur
yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan
pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung,
sedangkan lidah daun terletak di atas pangkal batang, serta telinga daun
bentuknya seperti pita yang tipis dan memanjang. Jumlah daun tiap tanaman
bervariasi antara antara 12 – 18 helai, bergantung varietas dan umur
tanaman (Akmalia, 2017).
4

Bunga (Flos): tanaman jagung manis bila dilihat dari sifat


penyerbukannya termasuk ke dalam tanaman yang menyerbuk silang.
Tanaman ini bersifat monoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah
pada bunga yang berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman. Bunga
jantan jagung berinduk malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal
dan terletak pada ujung batang. Masing-masing bunga jantan mempunyai
tiga stamen dan satu pistil rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-buku
berupa tongkol. Tangkai putik pada bunga betina menyerupai rambut yang
bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik keluar dari tongkol untuk
menangkap serbuk sari. Bunga betina memiliki pistil tunggal dan stamen
rudimenter (Hidayat, 2018).
Tongkol :Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol,
tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan
lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol
terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap (Hidayat, 2018).
Biji (semen) : jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara
lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 barisan biji. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan
embrio. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau pericarp menyatu
dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis,
berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air;
(b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji
yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya;
dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas
plumula, akar radikal, scutelum, dan koleoptil
(Budiarso, 2017).

Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu
daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah
dengan curah hujan yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang
tidak beririgasi. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung
untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27-320C . Jagung termasuk tanaman
5

yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat


pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan
sinar matahari, 8 tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat
dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230C -
300C (Juandi et al., 2016).
Bahwa terjadinya iklim ekstrim berdampak besar terhadap tanaman
semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang dapat
sebagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan.
Mengingat curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasi tinggi dan
pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah hujan
secara keseluruhan cukup penting dalam menentukan hasil, terlebih apabila
ditambah dengan peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat
menurunkan hasil. Jika terjadi penurunan curah hujan dapat menimbulkan
kekeringan (Sucianti, 2015).

Tanah
Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah
yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang
dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat
tumbuh yang diperlukan 9 terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang terbaik
untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol (Purwono dan Hartono, 2017).
Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2.
Masa tanaman jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada
ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman
jagungpada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang
lebih baik. (Riwandi, et al, 2014)
Tanaman jagung memiliki tingkat kemasaman yang relative tinggi, dan
dapat beradaptasi pada keracunan Al (Sumarji, 2013)
Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah
Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral
primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan
organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses
pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah
6

pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk


(Muyassir et al., 2012)

Pertumbuhan dan Perkembangan Jagung

Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim yang termasuk dalam
keluarga Poaceae. Tanaman jagung memiliki sistem perakaran yang dalam
dan serabut, batang yang bulat dan berongga, serta daun yang panjang dan
lebar. Buah jagung yang dimakan adalah bijinya yang terbungkus oleh
tongkol.
Fase vegetatif dari tanaman jagung dimulai dari saat benih ditanam hingga
terbentuknya tongkol. Selama fase ini, tanaman jagung akan mengalami
beberapa tahapan, yaitu:
1. Perkecambahan (germination) dan pembentukan akar
2. Perkecambahan ke permukaan tanah dan pembentukan kecambah
3. Pertumbuhan vegetatif awal (2-3 daun)
4. Fase vegetatif lanjutan (8-10 daun)
5. Pembentukan tongkol (masa generatif)
Pada fase pembentukan tongkol, tanaman jagung akan mengalami
pembentukan malai yang terdiri dari beberapa lapisan bunga jantan
(stamen) yang akan menghasilkan serbuk sari. Serbuk sari akan jatuh ke
putik yang terdapat pada bunga betina (pistil) dan terjadi penyerbukan.
Setelah itu, tongkol jagung akan terbentuk dan biji jagung akan
berkembang di dalamnya.
Terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung, terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah hasil panen.
Beberapa faktor tersebut antara lain adalah:
1. Iklim Tanaman jagung memerlukan iklim yang cukup hangat dan
lembap untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor-faktor
iklim seperti suhu, kelembapan, dan curah hujan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Pada umumnya,
suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 20-
35°C, sedangkan curah hujan optimal berkisar antara 600-800
mm/tahun.
2. Ketersediaan Air Tanaman jagung membutuhkan air yang cukup
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Kekurangan air dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, sementara kelebihan
air dapat menyebabkan akar tanaman menjadi busuk. Oleh karena itu,
7

pengaturan irigasi yang tepat sangat penting untuk memastikan


ketersediaan air yang cukup bagi tanaman jagung.
3. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung. Tanah yang subur dapat
memberikan nutrisi yang cukup bagi tanaman jagung, sehingga dapat
meningkatkan hasil panen. Oleh karena itu, pemupukan yang tepat
perlu dilakukan agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimal.
4. Pengelolaan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Oleh
karena itu, pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan dengan
baik untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh serangan
hama dan penyakit (Shahidul et al., 2019).

Botani Kedelai (Glycine max L.)

Kedelai adalah tanaman asli cina yang sudah dibudidayakan oleh


manusia sejak 2500 SM.Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad
ke-16 yang tepatnya berada di pulau jawa kemudian berkembang pulau-
pulau lainnya.Nama botani dan nama ilmia tanaman kedelai telah
disepakati, yaitu (Glycine max L.). Tanaman kedelai mempunyai
klasifikasi taksonomi sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae Klas : Dycotyledoneae Ordo : Polypetales
Famili : Leguminaseae Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L. (Birnadi, 2014).
Akar (Radix) :Kedelai memiliki ciri khas pada sistem perakarannya yang
dimana akar pada kedelai memiliki interaksi simbiosis dengan bakteri nodul
akar (Rhizobium Japanicum) yang menyebabkan terbentuknya bintil akar.
Bintil akar memiliki peran yang sangat penting yaitu untuk proses fiksasi
nitrogen yang diaman nitrogen ini dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk
pertumbuhan dan perkembangannya (Sumarno, 2016).
Kedelai memiliki akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,bintil
akar kedelai dapat terlihat pada umur 10 hst areal perakaran kedelai terletak
15 cm dari permukaan tanah. jarak tanam yang sempit dapat mengganggu
pertumbuhan akar (Adie & Krinawati, 2016).
Batang (Caulis) :Kedelai memiliki batang tidak berkayu , berjenis perdu
atau semak, berbulu, berbentuk bulat, berwarna hijau dan memiliki panjang
yang bervariasi bekisar 30-100 cm.. Tanaman kedelai mampu membentuk
3-6 cabang. percabangan pada tanaman kedelai akan tumbuh daat tinggi
8

tanaman kedelai sudah mencapai 20 cm. Jumlah cabang pada tanaman


kedelai dipengaruhi oleh varietas dan kepadatan populasinya. (Rianto,
2016).
Daun (Folium):
Bunga (Flos):
Biji (semen):

Syarat Tumbuh
Iklim

Tanaman kedelai menghendaki daerah dengan curah hujan minimum


sekitar 800 mm pada masa pertumbuhan selama 3 – 4 bulan, sebenarnya
tanaman ini resisten terhadap daerah yang agak kering kecuali selama
pembungaan 10. Di sentra penanaman kedelai di Indonesia pada umumnya
kondisi iklim yang paling cocok adalah daerah – daerah yang mempunyai
suhu antara 25°- 27° C, kelembaban udara rata – rata 65 %, penyinaran
matahari 12 jam per hari atau minimal 10 jam perhari dan curah hujan paling
optimum antara 100 – 200 mm/bulan 16 (Jayasumarta, 2013).
Tanaman hari pendek pada kedelai bermakna bahwa hari (panjang
penyinaran) yang semakin pendek akan merangsang pembungaan lebih
cepat.Secara umum persyaratan panjang hari untuk pertumbuhan kedelai
berkisar antara 11-16 jam, dan panjang hari optimal untuk memperoleh
produktivitas tinggi adalah panjang hari 14-15 jam. Di Indonesia panjang
hari pada dataran rendah (1-500 m dpl), dataran sedang (501- 900 m dpl),
dan dataran tinggi (901-1600 m dpl) relatif konstan dan sama, sekitar 12
jam. Perbedaan panjang hari yang disebabkan oleh pergeseran garis edar
matahari tidak lebih dari 45 menit, sehingga seluruh wilayah Indonesia
secara geografis sesuai untuk usahatani kedelai (Sumarno, 2016).
Iklim merupakan faktor yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.
Beberapa komponen penting yang termasuk dalam faktor iklim antara lain
suhu, panjang hari, kelembaban udara, dan curah hujan. Komponen tersebut,
baik secara terpisah 9 maupun terpadu sangat menentukan tingkat
keberhasilan pertumbuhan tanaman kedelai (Adisarwanto, 2013).
Suhu yang tepat untuk pertanaman kedelai yaitu berkisar 20-30ºC.
Pernyataan tersebut sesuai dengan Sumarno dan Manshuri (2007), yang
menerangkan bahwa kedelai memerlukan suhu yang sesuai berkisar 22˚-
27˚C. Pertumbuhan tanaman kedelai di musim kemarau akan lebih baik bila
dibandingkan dengan musim hujan. Apabila musim hujan terjadi pada masa
9

generatif, yaitu curah hujan tinggi dan banyak terjadi awan mendung yang
menghalangi pancaran sinar matahari maka akan mempengaruhi kualitas
biji. Namun suhu yang terlalu tinggi (>30ºC), dapat memperlambat proses
perkecambahan biji sehingga polong menjadi cepat masak. Hal tersebut
akan membuat pembentukan jumlah polong dan proses pengisian biji tidak
optimal (Adisarwanto, 2013).
Tanah
Temperatur terbaik untuk pertumbuhan tanaman kedelai adalah 25 – 27˚
C dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai
menghendaki curah hujan optimal antara 100 – 200 mm/bulan dengan
kelembaban rata 50%. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0 –
900 meter dari permukaan laut namun akan tumbuh optimal pada ketinggian
650 meter dari permukaan laut (Sugiarto, 2015).
Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan
kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman (Suparmuji, 2013).

Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai


Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kedelai
1. Perkecambahan Proses perkecambahan pada tanaman kedelai
dimulai dari pembentukan akar primer dan hipokotil yang menonjol dari
dalam tanah. Selama perkecambahan, biji akan menyerap air dan zat-zat
hara dari tanah. Pertumbuhan ke atas terhambat pada tahap ini dan
tanaman belum memiliki daun sejati.
2. Fase Vegetatif Setelah perkecambahan, tanaman kedelai memasuki
fase vegetatif, di mana terjadi pertumbuhan vegetatif yang pesat. Pada fase
ini, tanaman kedelai mulai menghasilkan daun sejati dan batang yang
semakin berkayu. Tanaman juga mulai membentuk nodul akar yang
berfungsi untuk menambat nitrogen.
3. Fase Reproduktif Setelah fase vegetatif, tanaman kedelai memasuki
fase reproduktif, di mana bunga-bunga betina dan jantan mulai terbentuk.
Bunga jantan berada di atas dan bunga betina berada di bawah. Kedua
jenis bunga ini harus diserbuki agar terjadi pembuahan dan pembentukan
polong.
4. Fase Pembentukan Polong Setelah terjadi pembuahan, bunga betina
berkembang menjadi polong yang berisi biji kedelai. Pada fase ini,
tanaman kedelai memerlukan nutrisi dan air yang cukup agar pembentukan
polong berjalan dengan baik.
10

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan tanaman kedelai adalah suhu, kelembapan, kecukupan air,
keberadaan sinar matahari, dan ketersediaan nutrisi dalam tanah.
Selain faktor yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa faktor lain
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kedelai antara lain penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk. Pemilihan
varietas juga dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman
kedelai.
Beberapa teknik budidaya juga dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai, seperti pengaturan jarak
tanam, pemangkasan, penggunaan bahan organik, dan irigasi yang tepat.
Selain itu, penelitian juga terus dilakukan untuk mengembangkan
varietas kedelai yang lebih tahan terhadap cekaman lingkungan dan
penyakit, serta mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida secara
efektif (Singh et al., 2020).

Kurva sigmoid atau kurva S adalah kurva matematis yang digunakan


untuk menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam
pertanian. Kurva ini dikenal dengan bentuk yang menyerupai huruf S atau J
dan memiliki tiga fase utama yaitu fase pertumbuhan lambat, fase
pertumbuhan pesat, dan fase keseimbangan atau titik jenuh. (Anugrah et al.,
2022)

Dalam pertanian, kurva sigmoid digunakan untuk menggambarkan


pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mulai dari fase vegetatif hingga
fase reproduksi dan akhirnya fase kematangan. Pada fase pertumbuhan
lambat, tanaman masih dalam tahap pertumbuhan vegetatif dan belum
memasuki masa berbuah. Pada fase pertumbuhan pesat, tanaman telah
memasuki masa berbuah dan mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada fase
keseimbangan atau titik jenuh, pertumbuhan tanaman sudah mencapai
puncaknya dan tidak mungkin tumbuh lagi. (Asnawi et al., 2019)

Kurva sigmoid dapat membantu petani dalam mengoptimalkan waktu


panen dan memaksimalkan hasil panen dengan cara menyesuaikan teknik
budidaya dan pengelolaan lahan yang sesuai dengan bentuk kurva
pertumbuhan tanaman. Selain itu, kurva sigmoid juga dapat membantu para
peneliti dalam mengembangkan model pertumbuhan tanaman yang lebih
akurat. (E. Fitriyanti & T. Sulistyowati, 2018)
11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu pratikum


Adapun tempat dilaksanakan praktikum ini adalah Kota Medan,
Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl tanggal 22 April 2023
pukul 12:20 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih
tanaman jagung (Zea mays L.), benih tanaman kacang kedelai (Glycine max
(L.) Merrill sebagai objek utama yang akan diteliti, tanah top soil sebagai
media tanam,pupuk kompos sebagai campuran media tanam dengan rasio
(2:1), air untuk menyiram tanaman Jagung dan Kacang Kedelai selama
proses penelitian,polybag sebagai wadah media tanam dengan ukuran
ukuran 10kg, dan pupuk TSP/SP 36, pupuk KCl, dan pupuk Urea.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat untuk
mengolah tanah seperti cangkul guna mengolah tanah untuk media tanam,
alat ukur sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, label nama untuk
memberi tanda pada polybag,buku data sebagai alat untuk tempat data
dituliskan dan kamera HP guna mendokumentasikan setiap pelaksanaan
percobaan.
Prosedur Praktikum

- Diisi media ke dalam polibag yaitu campuran top soil dan kompos
dengan
- perbandingan 2:1.
- Direndam benih yang hendak ditanam di dalam air selama lebih
kurang 15menit.
- Ditanam benih yang sudah direndam pada polibag sebanyak 2 benih
per polibag.
- Disisakan satu tanaman per polibag, setelah tanaman memasuki
umur satu minggu
- Diamati jumlah daun dan tinggi tanaman setiap minggu.
- Digambar grafiknya.
12

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Gambar 1. Persiapan Lahan

Persiapan media tanam


Dilakukan persiapan media tanam dengan cara
mencampurkan topsoil dengan kompos dengan perbandingan
topsoil: kompos (2:3), kemudian dimasukkan kedalam polybag.

Gambar 1. Persiapan Media Tanaman


13

Persiapan Benih
Disiapkan benih jagung dan kedelai kemudian dilakukan
perendaman benih jagung dan kedelai tersebut kedalam air
secukupnya selama ± 15 menit guna mempercepat perkecambahan

Gambar 2. Persiapan Benih

Pembuatan Lubang Tanam


Dibuat tubang tanam dengan cara tugal. Kedalaman lubang tanam

sedalam 1 ruas jari atau 3-5 cm. Pada satu polybag dibuat 2 lubang
tanam.

Gambar 3. Pembuatan Lubang Tamam


14

Penanaman
Ditanam benih tadi kedalam lubang yang telah dibuat
sebanyak 1 butir benih dalam setiap lubangnya

Gambar 4. Penanaman

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Dilakukan penyiraman pertama setelah penanaman agar
benih cepat berkecambah dan dilakukan setiap hari dipagi dan
malam hari.

Gambar 5. Penyiraman
15

Penjarangan
Dilakukan penjarangan dengan memotong salah satu
tanaman jagung dan kedelai yang berada pada 1 polibag yang
berguna untuk memberi ruang tumbuh yang cukup untuk
tanaman.

Gambar 6. Penjarangan

Penyiangan
Dilakukan penyiangan sesuai dengan kondisi gulma di
polibag.Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut semua gulma yang tumbuh di areal polibag dengan
menggunakan tangan dan membersihkan gulma-gulma disekitar
area tanam.

Gambar 7. Penyiangan
16

Pemupukan
Dilakukan pemupukan pertama jagung dan kacang kedelai
yang berumur 14 hari,pemupukan pertama menggunakan pupuk
Tsp dengan takaran 1,75 gram (jagung) dan 0,45 (kacang kedelai),
pupuk Tsp sendiri memiliki manfaat sebagai pemacu pertumbuhan
akar dan membuat sistem perakaran yang baik.

Gambar 8. Pemupukan

Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi kedelai diukur dari pangkal batang sampai ke titik
tumbuh batang utama sedangkan pengukuran tanaman jagung
diukur dengan menggunakan tali dari pangkal batang sampai ujung
daun tertinggi Pengukuran tanaman dilakukan dengan
menggunakan meteran atau bisa juga dengan penggaris.
Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST tiap
minggu sekali.

Gambar 9. Pengukuran Tinggi Tanaman


17

Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun dihitung setiap satu minggu sekali dimulai dari
umur 2 MST seperti pengukuran tinggi tanaman. Daun kedelai
dihitung dengan cara menghitung jumlah daun maksimum dari
total daun tiap 3 daun dalam satu tangkai. Perhitungan jumlah daun
jagung dimulai dari daun yang terletak di dekat akar hingga daun
yang telah membuka sempurna.

Gambar 10. Penghitungan Jumlah Daun


Tanaman
18

DAFTAR PUSTAKA

Akil m. dan Dahlan H. A. 2015. Budidaya Jagung dan Disemansi TeknologiBalai


Penelitian Tanaman Serelia Maros.

Budiarti, S. G. 2017. Status pengelolaan plasma nutfah jagung. Jurnal Plasma Nutfah.
13 (1) : 11 – 18.

Islam, S. M. Shahidul, et al. "Effect of planting date and nitrogen fertilizer application
on growth, yield and quality of maize (Zea mays L.)." Plant
Archives, vol. 19, no. 2, 2019, pp. 1073-1078.

Leisolo, M.K, J. Riry dan E.A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih
Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Jurnal
Agrologia, 2 (1), 1-9

Niswati, A., S. Yusnaini., dan M. A. S. Arif. 2018. Populasi mikroba pelarut fosfat
dan P-tersedia pada Rhizosfir beberapa umur dan jarak dari pusat perakaran
jagung (Zea mays L.). Jurnal Tanah. Trop. 13 (2) : 123 – 30.

Perwtasari, B., M. Tripatmasari dan C. Wasonowati. 2015. Pengaruh Media Tanam


dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi
denganSistem Hidroponik. Universitas negeri Malaysia. Malaysia.

Riwandi, M. Handajaningsih, dan Hasanudin,2014. Teknik Budidaya Jagung


Dengan Sistem Organik Di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu.

Singh, S. K., Sharma, V. K., Singh, B., & Kumar, R. (2020). Response of soybean
cultivars to varying moisture levels at flowering and pod filling stages.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences,
9(9), 2681-2688.

Sulaiman, A.A., I.K Kariyasa, Hoerudin, K. Subagyono, F.A. Bahar. (2018). Cara
Cepat Swasembada Jagung. IAARD Press. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.140 hlm

Sumarji. (2013). Laporan Kegiatan Penyuluhan Teknik Budidaya Kacang Hijau


(Vigna radiata (L)Wilczek). Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Islam Kediri.

Sumarji.2013. Teknik Budidaya Tanaman Kacang Kedelai (Vigna radiata (L)).


Universitas Islam Kediri. Kediri.
19

Tambunan,A.S.2013. Efisiensi Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi


Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Andisol Dan
Ultisol.Medan: Universitas Sumatera Utara.

Zulkifli, T. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap


Pemberian Kompos Jerami. Universitas Sumatera Utara Medan.

Anda mungkin juga menyukai