Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RUTIN 10

Nama : FAZLINA AULYA PUTRI (5213342013)

Kelas : B
Dosen Pengampu:
Dra. NURMAYANI, M.Ag

FAKULTAS TEKNIK PRODI TATABOGA 2023


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERTANYAAN KE-1 :

NAMA PENANYA : Fitri Agresia Siregar


Nama PENJAWAB : Dede Ramadhani
PERTANYAAN :
Bagaimana hukum menikah beda agama dan berikan hadist atau ayat yang menjelaskan
tentang pernikahan beda agama.
JAWABAN :
Agama Islam secara terang-terangan melarang adanya menikah beda agama. Allah Swt.
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 yang mengandung arti, “Dan janganlah kamu
menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik.

PERTANYAAN KE-2

NAMA PENANYA : Eka Tiara Lubis


NAMA PENJAWAB : Syawalludin Rahmat Shah Sebayang
PERTANYAAN :
Bagaimana menurut pandangan agama Islam mengenau suami yg sudah menyatakan talak 3
kepada istri sekaligus, apakah bisa rujuk kembali
JAWABAN :
Sebelum menjelaskan mengenai talak tiga, terlebih dahulu kami akan menjelaskan sedikit
tentang talak satu dan dua. Sayuti Thalibdalam bukunya Hukum Kekeluargaan Indonesia
mengatakan Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 229 mengatur hal talak dengan menjelaskan
bahwa talak hanya sampai dua kali diperkenankan untuk rujuk kembali atau kawin kembali
antara kedua bekas suami isteri itu.
Apabila suami menjatuhkan talak satu atau talak dua, ia dan istri yang ditalaknya itu masih
bisa rujuk atau kawin kembali dengan cara-cara tertentu. Berdasarkan Al Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 230, kalau seorang suami telah menjatuhkan talak yang ketiga kepada isterinya,
maka perempuan itu tidak halal lagi baginya untuk mengawininya sebelum perempuan itu
kawin dengan laki-laki lain. Maksudnya ialah kalau sudah talak tiga, perlu muhallil untuk
membolehkan kawin kembali antara pasangan suami isteri pertama. Arti muhallil ialah orang
yang menghalalkan. Maksudnya ialah si isteri harus kawin dahulu dengan seorang laki-laki
lain dan telah melakukan persetubuhan dengan suaminya itu sebagai suatu hal yang
merupakan inti perkawinan. Laki-laki lain itulah yang bernama muhallil. Kalau pasangan
suami isteri ini bercerai pula, maka barulah pasangan suami isteri semula dapat kawin
kembali. Jadi, jika suami dalam pertanyaan Anda ingin “rujuk kembali” dengan istri setelah
talak tiga dijatuhkan, maka si istri harus menikah dengan seorang muhallil. Setelah menikah
dengan muhallil, lalu si istri yang dijatuhkan talak tiga itu cerai ba'da al dukhul dan harus
melewati masa iddahnya. Setelah itu, si istri bisa dinikahkan kembali oleh suami pertama
yang menjatuhkan talak tiga kepadanya.

PERTANYAAN KE-3

NAMA PENANYA : Amelia Oktaviana


NAMA PENJAWAB : Jenny Sangtia Pitaloka
PERTANYAAN :
Bagaimana hukum menikah bagi wanita yg Hamil duluan dalam Islam
JAWABAN :
Ketiga Pendapat Imam Asy-Syafi'i yang menerangkan bahwa baik laki-laki yang menghamili
ataupun yang tidak menghamili, dibolehkan menikahinya. Sebagaimana tercantum di dalam
kitab Al-Muhazzab karya Abu Ishaq Asy-Syairazi juz II halaman 43.
Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun
1991 Tanggal 10 Juni 1991, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 154 Tahun 1991 telah disebutkan hal-hal berikut :
Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan laki-laki yang
menghamilinya.Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menunggu lebih duhulu kelahiran anaknya.Dengan dilangsungkannya
perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang
dikandung lahir.
Semua pendapat yang menghalalkan wanita hamil di luar nikah dikawinkan dengan laki-laki
yang menghamilinya, berangkat dari beberapa nash berikut, Dari Aisyah ra berkata,
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan
berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda: “Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya
nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal”. (HR Tabarany dan
Daruquthuny).
Jadi kesimpulannya, jika seorang laki-laki menikahi wanita yang sedang mengandung anak
dari orang lain, hukumnya haram (menurut Imam Malik dan Imam Ahmad). Adapun bila
wanita yang hamil itu dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di luar nikah, maka
hukumnya boleh. Sedangkan jika mengacu pada Kompilasi Hukum Islam, seorang wanita
hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya.
PERTANYAAN KE-4

NAMA PENANYA : Fitri Fauzyyah NST


NAMA PENJAWAB : Khairul Saleh
PERTANYAAN : Fitri Fauzyyah NST (kelompok 8)
Saya pernah mendengar bahwa syarat seorang laki-laki yang ingin melakukan poligami salah
satunya harus ada restu dari istri sah saat ini atau istri pertama, jika tidak ada maka
pernikahan tersebut tidak sah, apakah hal tersebut benar? Bagaimana tanggapan kelompok
tentang hal tersebut?
JAWABAN :
Bukanlah suatu kewajiban bagi suami apabila ingin menikah lagi untuk meminta ridha
istrinya yang pertama, akan tetapi di antara kemulian akhlak dan muamalah rumah tangga
yang baik, seorang suami harus menghibur istri dan meringankan kesedihan (akibat
dipoligami) karena ini merupakan tabiat wanita dalam perkara ini (poligami). Hal tersebut
dengan bermanis muka, bergaul dengan baik, perkataan yang indah dan memberikan harta
yang bisa membuatnya ridha.” [Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 19/53]

Anda mungkin juga menyukai