Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Self Care Management

2. Pengertian self care management

Self care menurut Orem adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pasien itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan

kehidupan, kesehatan dan kesejahterannya sesuai keadaan, baik sehat

maupun sakit (Alligood, 2018). Self care adalah praktek kegiatan individu

untuk berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara

kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan (Jati, 2018). Self care

management merupakan tugas seumur hidup dan harus dilakukan setiap

hari oleh pasien penyakit kronis agar kualitas hidup dapat meningkat.

Tugas self care management yang harus dipenuhi adalah pengaturan

perilaku, pengaturan peran dan pengendalian emosi. Hal tersebut tidak

mudah dilakukan oleh pasien, pasien memerlukan dukungan dari keluarga,

sosial serta pelayanan dan petugas kesehatan (Dwidiyanti, 2017)

3. Fase-fase dalam melakukan self care management

Proses dalam self care management terdiri dari beberapA fase

diantaranya adalah:

a. Fase pertama

Fase ini adalah fase untuk memperkirakan tingkat kemampuan

pasien menginvestigasi kondisi internal dan eksternal serta faktor-


faktor yang mempengaruhi. Menginvestigasi arti dari kondisi saat ini

bagi pasien : kesehatan, kesejahteraan dan pentingnya peraturan dalam

kehidupan. Merefleksikan keinginan untuk mengubah kondisi atau

mempertahankan kondisi yang sudah cukup baik (Alligood, 2018)

b. Fase kedua

Fase transisi dari ketidakmampuan dan kemampuan yang

diinginkan dalam peningkatan kemandirian pasien melalui identifikasi

proses pembelajaran apa yang akan diikuti untuk dapat mengubah

keadaan pasien dan pasien memutuskan apa saja yang akan dilakukan

c. Fase ketiga

Mempersiapkan diri pasien, peralatan dan lingkungan yang

mendukung untuk peningkatan kemandirian pasien, antara lain

kemampuan mengontrol diri, monitoring diri dan melakukan refleksi

dan memutuskan apakah tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan merawat diri (Dwidiyanti, 2017)

4. Komponen self care management for Tuberkulosis

Tuberkolusis berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, sehingga

pasien memerlukan untuk mengelola kondisinya agar sembuh dari

sakitnya, pasien juga mengharapkan sakitnya tidak berdampak dan

mencegah kondisi yang lebih parah, mereka membutuhkan keterampilan

dan pengetahuan untuk mampu menjalani pengobatan, mengelola keluhan

dan merubah perilaku yang dibutuhkan. Dalam menjaga kesehatan dan


kualitas hidup pasien tuberculosis, pasien akan melakukan self care

management yang terdiri dari tiga komponen yaitu;

a. Komponen perilaku kepatuhan terhadap terapi

Pasien tuberculosis akan menjalani terapi yang sangat panjang

dan terkadang melelahkan dan banyak yang tidak patuh terhdap

pengobatan. Hasil penelitian di Poliklinik Paru RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi menyatakan bahwa masih terdapat pasien

tuberkulosis yang tidak patuh terhdap terapi pengobatan DOTS sebesar

45,5% (Hanif, 2018). Masih terdapat pasien yag tidak patuh maka

kepatuhan dalam terapi masih harus ditingkatkan. Pada komponen

kepatuhan terhadap terapi ini berisikan tentang kepatuhan pengisian

kartu pengobatan, kepatuhan minum obat sesuai dengan dosis pada

resep, kepatuhan untuk selalu membawa obat jika akan berpergian,

kepatuhan selalu menyimpan obat dalam keadaan yang baik, tahu cara

tentang efek samping obat dan cara mengatasi dengan baik dan benar

dan kepatuhan untuk rutin melakukan pemeriksaan sputum (Li et al.,

2022)

b. Komponen perilaku suportif

Komponen perilaku suportif yang dimaksud adalah kesadaran

pasien tubekulosis akan penyakitnya dan menghindarkan perilaku-

perilaku yang dapat memberatkan dalam proses pengobatan. Pada

komponen ini yang pasien diharapkan dapat berhenti merokok,

berhenti mengkonsumsi alkohol, dapat beristirahat tidur dengan cukup,


melakukan aktifitas secara teratur dan berkelanjutan sesuai dengan

kemampuan, menghindari bekerja berat yang menyebabkan kelelahan

berat, dan tetap makan makanan yang bergizi (Li et al., 2022)

c. Komponen perilaku pencegahan dan penularan

Pasien tuberculosis diharapkan dapat menerapkan perilaku

pencegahan penularan terhadap keluarga dan orang lain serta menjaga

lingkungan demi kesehatan. Beberpa komponen yang diharpakan agar

dilakukan pasien adalah tidak meludah sembarangan, mengurangi

frekuensi untuk hadir di tempat ramai, mengenakan masker jika masih

dalam fase infeksi penyakit, batuk efektif atau menutup wajah saat

bersin, batuk dan berbicara dengan keras, membuang dahak dengan

cara yang aman, menginformasikan kontak status tubekulosis dan

menyiapkan kamar dengan ventilasi yang cukup (Li et al., 2021).

5. Faktor yang mempengaruhi self care management

Dalam melakukan self care management pada pasien tuberkulosis

akan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:

a. Faktor kognitif

Faktor kognitif meliputi fungsi kognitif, keterampilan, memori,

kemampuan memecahkan masalah, keterampilan organisasi, dan

pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri (Dwidiyanti, 2017).


b. Psikososial

Faktor psikososial meliputi konsep diri, harga diri, disiplin diri,

sifat-sifat pribadi dan efikasi diri, motivasi, dan persepsi bahwa

perilaku yang bermanfaat.

c. Fisik

Faktor fisik meliputi keterampilan, psikomotor, tingkat

fungsional atau gerakan, dan cacat atau cedera.

d. Demografi

Faktor demografi meliputi umur atau kedewasaan, jenis kelamin,

pendidikan, status sosial ekonomi.

e. Sosial budaya

Faktor sosial budaya meliputi sistem keluarga, dukungan

keluarga, keyakinan dan praktik budaya, dukungan sosial, dan

ketersediaan sumber daya (Dwidiyanti, 2017).

6. Konsep Dasar Dukungan Keluarga

1. Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal

yang melindungi seseorang dari efek setres yang buruk (Notoatmodjo,

2012). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganny, berupa dukungan informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Friedman,

2013). Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada

anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang
mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan

tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi

pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang

diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya

dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah

keluarga (Aman & Mustikawati, 2018)

Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada

dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

2. Fungsi dukungan keluarga 

Fungsi dukungan keluarga dalam konsep keluarga yaitu

diantaranya dukungan keluarga dapat dianggap mengurangi atau

menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau

keluarga secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang

haru ada dalam masa stress bagi keluarga (Friedman, 2013). Dukungan

keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi pencegahan guna

mengurangi stress akibat negatifnya. Sistem dukungan keluarga ini berupa


membantu berorientasi tugas sering kali diberikan oleh keluarga besar,

teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan dalam

bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang terus-menerus

dan intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia,

melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis

(Friedman, 2013).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga 

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga terdiri dari

faktor internal dan eksternal :

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan, artinya dukungan dapat ditentukan oleh

rentang usia (bayi-lansia) yang memiliki pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. 

2) Pendidikan dan tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap

adanya dukungan terbentuk oleh intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa

lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang

termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya (Harnilawati,

2013).

3) Faktor emosional, seseorang yang mengalami respon stres dalam

setiap perubahan hidupnya cendrung berespon terhadap berbagai


tanda sakit, dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa

penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang

individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangka adanya

gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. 

4) Faktor Spiritual, adalah bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam kehidupan.

b. Faktor Eksternal 

1) Praktik dikeluarga, bagaimana keluarga memberikan dukungan

biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan

kesehatannya. Misalnya klien juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal

yang sama.

2) Faktor sosial dan psikososial, cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi tehadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup dan lingkungan kerja. Seseorang

biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya.

3) Latar Belakang Budaya, mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi (Hasanah et al., 2018)


4. Bentuk dukungan keluarga

Dukungan keluarga memiliki beberapa jenis atau bentuk dukungan

yaitu:

a. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian hipertensi dengan baik dan juga sumber hipertensi

dan strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi hipertensi.

Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi

penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai

seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi

melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,

penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang

dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang

yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi individu dengan strategi-strategi alternatif

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif

(Friedman, 2013)

2. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda


atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan

masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata (Hasanah et al.,

2018)

3. Dukungan Informasional 

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi(Harnilawati, 2013).

4. Dukungan Emosional

Selama mengidap hipertensi berlangsung, individu sering

menderita secara emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri.


Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan

dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman,

merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk

semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat (Harnilawati,

2013).

5. Kerangka teori

Berdasarkan konsep teori diatas dapat disusun suatu kerangka teori sebagai

berikut:

Pasien tuberkulosis Self care management Kualitas hidup

Faktor yang mempengaruhi:


Kognitif
Psikososial
Fisik
Demografi
Sosial budaya

Gambar 2.1
Kerangka Teori Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Care Management
pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Bali Mandara

Anda mungkin juga menyukai