A. Pendahuluan
Komunikasi dalam dunia kesehatan disebut juga dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan baik dokter, perawat, fioterapis, analis maupun tenaga-tenaga
kesehatan lainnya. Pada saat melakukan intervensi harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
fisioFisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (Kep MenKes
No.376/MENKES/SK/II/III/2007). Oleh karenanya seorang fisioterapis harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien . Komunikasi terapeutik diterapkan oleh tenaga kesehatan
untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan apabila tidak diterapkan akan
menganggu hubungan terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Komunikasi terapeutik fisioterapis merupakan suatu pertukaran
informasi, berbagi ide dan pengetahuan fisioterapis kepada pasien. Hal ini
berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan atau dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk
mencapai pemahaman bersama
Fisioterapis yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik
dapat menjalin rasa percaya pada pasien, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan dan meningkatkan citra profesi serta rumah sakit. Pasien
akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama
atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasaan atau perasaan
kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Dua elemen yang
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yaitu teknis
medis atau fisioterapi dan hubungan interpersonal .
Di bawah ini beberapa pendapat nara sumber (pakar) tentang definisi
tentang komunikasi terapeutik:
a. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan tenaga kesehatan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain.
b. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan klien, dalam
hubungan ini fisioterapis dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
c. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
B. Soft Skill
Softskills merupakan perilaku personal dan interpersonal yang
mengembangkan dan memaksimalkan kinerja humanis. Softskills adalah istilah
sosiologis antara lain pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik
sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan atau kepedulian
dan serta optimisme. Secara garis besar softskills digolongkan menjadi dua
kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skills.
antara lain :
a. self awareness (kesadaran diri) yaitu :self confident ( percaya
diri), self assesment(penilaian diri) , trait and preference (sifat
dan,
,
(proaktif ), conscience ( hati nurani) sedangkan,
(dan synergi ).
C. Pelayanan Fisioterapi
Layanan kefisioterapiaan yang bermutu adalah layanan kefisioterapiaan
yang senantiasa berupaya memenuhi harapan klien sehingga klien akan
selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan fisioterapis. Pendekatan
jaminan mutu pelayanan kefisioterapian mengutamakan keluaran
(outcome) layanan kefisioterapian atau apa yang akan dihasilkan atau
diakibatkan oleh layanan kefisioterapian. Hasil layanan yang bermutu
hanya mungkin dihasilkan oleh pekerjaan yang benar. Dengan demikian
klien akan selalu berada dalam lingkungan organisasi layanan
kefisioterapian yang terbaik karena segala kebutuhan kesehatan dan
penyakit klien tersebut sangat diperhatikan dan kemudian dilayani dalam
layanan kesehatan dengan mutu terbaik.
Kualitas dalam prinsip ini dilihat dari bagaimana seorang psikolog atau
fisioterapi memandang dan mendefinisikan dirinya dan pasiennya adalah
seorang manusia. Dengan kata lain bahwa hubungan antara fisioterapi
dengan pasien bukan hanya fisioterapi sebagai penolongnya, melainkan
lebih dari itu, yaitu sebagai sahabat atau orang yang terdekatnya.
b. Menghargai Pasien
Dalam prinsip ini, seorang fisioterapi atau psikolog alias terapis adalah
seseorang yang dapat memahami apa yang dimiliki oleh seorang
pasiennya. Entah itu dari kelebihannya, maupun kekurangannya. Karena
setiap manusia diciptakan selalu memiliki keunikan masing-masing yang
mana harus dihargai.
Tak hanya itu, seorang fisioterapi juga harus memahami karakter yang
dimiliki oleh pasiennya. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki
karakter yang berbeda-beda, yang mana fisioterapi harus memahami
karakter itu, yaitu karakter pasiennya. Dengan kata lain, seorang
fisioterapi atau psikolog harus memahami perasaan dan perilaku yang
dimiliki pasiennya. Fisioterapi dapat melihat latar belakang budayanya,
keluarganya, hingga keunikan yang dimiliki pasiennya untuk memahami
karakter pasien. Dengan begitu, komunikasi terapeutik dapat berjalan
sesuai kaidahnya.
c. Menjaga Harga Diri
Prinsip komunikasi terapeutik yang ketiga ini sama halnya dengan
prinsip sebelumnya yang mana menghargai dan memahami apa yang
dimiliki oleh setiap individu. Sehingga seorang fisioterapi harus dapat
menjaga harga diri seseorang yang menjadi pasiennya. Selain menjaga
harga diri pasiennya, juga perlu adanya menjaga harga dirinya sendiri.
Dengan menjaga harga dirinya sendiri, maka dia tidak akan dianggap
rendah oleh pasiennya.
d. Saling Percaya
Dengan saling menjaga dan menghargai apa yang dimiliki setiap
individu, maka akan timbul rasa saling percaya antara fisioterapi dengan
pasien. Namun sebenarnya, rasa saling percaya ini harus dilakukan
sejak awal alias untuk mengawali proses komunikasi. Dengan begitu,
kita dapat berkomunikasi terapeutik dengan baik dan benar tanpa
adanya saling menyinggung satu sama lain. Kita dapat saling percaya
dengan memulai cerita dan masalah yang dimiliki oleh pasien. Kemudian
mencari solusi terbaik bersama-sama. Hal ini adalah kunci dalam
komunikasi terapeutik agar dapat berjalan dengan baik dan lancar.