Anda di halaman 1dari 7

Fakultas : Fisioterapi

Program Studi : Fisioterapi


Kuliah : VI
Mata Kuliah : Komunikasi Dalam Pelayanan Ft Berpusat Pada Pasien
Dosen : Dr. R.Djadjang A.,SH.Mkes-MMR
Drs. Sarkosih, STr Ftr,MKKK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS DENGAN PASIEN

A. Pendahuluan
Komunikasi dalam dunia kesehatan disebut juga dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan baik dokter, perawat, fioterapis, analis maupun tenaga-tenaga
kesehatan lainnya. Pada saat melakukan intervensi harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
fisioFisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (Kep MenKes
No.376/MENKES/SK/II/III/2007). Oleh karenanya seorang fisioterapis harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien . Komunikasi terapeutik diterapkan oleh tenaga kesehatan
untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan apabila tidak diterapkan akan
menganggu hubungan terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Komunikasi terapeutik fisioterapis merupakan suatu pertukaran
informasi, berbagi ide dan pengetahuan fisioterapis kepada pasien. Hal ini
berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan atau dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk
mencapai pemahaman bersama
Fisioterapis yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik
dapat menjalin rasa percaya pada pasien, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan dan meningkatkan citra profesi serta rumah sakit. Pasien
akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama
atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasaan atau perasaan
kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Dua elemen yang
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yaitu teknis
medis atau fisioterapi dan hubungan interpersonal .
Di bawah ini beberapa pendapat nara sumber (pakar) tentang definisi
tentang komunikasi terapeutik:
a. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan tenaga kesehatan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain.
b. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan klien, dalam
hubungan ini fisioterapis dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
c. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.

B. Soft Skill
Softskills merupakan perilaku personal dan interpersonal yang
mengembangkan dan memaksimalkan kinerja humanis. Softskills adalah istilah
sosiologis antara lain pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik
sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan atau kepedulian
dan serta optimisme. Secara garis besar softskills digolongkan menjadi dua
kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skills.

1. Intrapersonal skills ( Keterampilan intrapersonal) mencakup

antara lain :
a. self awareness (kesadaran diri) yaitu :self confident ( percaya
diri), self assesment(penilaian diri) , trait and preference (sifat

dan preferensi), emotional awareness (kesadaran emosional )

dan,

b. self skill (keterampilan diri) yaitu : improvement


(peningkatan), self control (pengendalian diri), trust

(kepercayaan) , worthiness (kelayakan, ), timelsource

management ( manajemen sumber daya waktu), proactivity

,
(proaktif ), conscience ( hati nurani) sedangkan,

2. Interpersonal skill (Keterampilan interpersonal) mencakup :

a. social awareness (kesadaran sosial) meliputi : political

awarenes ( kesadaran politik), developing others

(mengembangkanorang lain), leveraging diversity

(memanfaatkan keragaman ), service orientation ( orientasi

layanan), empathy (empati) dan,

b. social skill ( keterampilan sosial), seperti : leadership (

kepemimpinan), influence (pengaruh ), communication (

komunikasi), conflict management (manajemen konflik ),

cooperation (kerjasama), team work ( kerja tim) and synergi

(dan synergi ).

3. Softskill merupakan bagian dari keterampilan individu yang lebih


bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan individu
terhadap lingkungan di sekitarnya.

C. Pelayanan Fisioterapi
Layanan kefisioterapiaan yang bermutu adalah layanan kefisioterapiaan
yang senantiasa berupaya memenuhi harapan klien sehingga klien akan
selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan fisioterapis. Pendekatan
jaminan mutu pelayanan kefisioterapian mengutamakan keluaran
(outcome) layanan kefisioterapian atau apa yang akan dihasilkan atau
diakibatkan oleh layanan kefisioterapian. Hasil layanan yang bermutu
hanya mungkin dihasilkan oleh pekerjaan yang benar. Dengan demikian
klien akan selalu berada dalam lingkungan organisasi layanan
kefisioterapian yang terbaik karena segala kebutuhan kesehatan dan
penyakit klien tersebut sangat diperhatikan dan kemudian dilayani dalam
layanan kesehatan dengan mutu terbaik.

Memasuki era globalisasi, berbagai pelayanan kesehatan termasuk


rumah sakit dituntut untuk lebih meningkatkan profesionalisme kerja dan
mutu pelayanan kesehatan yang berujung pada motivasi untuk sembuh
pada klien. Keberhasilan pelayanan kesehatan dalam asuhan
kefisioterapiaan diantaranya dapat diukur dari cepatnya kesembuhan
klien, menurunnya kecemasan klien, dan meningkatnya kepuasan klien
akan pelayanan kesehatan. Pasien yang sedang sakit memerlukan sugesti
dan penyemangat dari dokter dan fisioterapi yang menanganinya. Adanya
motivasi akan mampu mempengaruhi kesembuhan pasien, karena dengan
adanya motivasi pasien akan mau melakukan pengobatan. Menurut Sobur
(2003:268) motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk
pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan
yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan Pasien yang dinyatakan
dokter menderita penyakit tertentu, jika tidak didukung adanya motivasi
untuk sembuh dari diri pasien tersebut dipastikan akan menghambat proses
kesembuhan. Motivasi untuk sembuh menjadi suatu kekuatan yang berasal
dari dalam diri pasien yang mendorong perilaku menuju kesembuhan yang
ingin dicapai. Banyak persoalan timbul ketika seseorang menderita
penyakit tertentu tidak memiliki motivasi bagi kesembuhannya sendiri.
Hambatan ini mungkin terjadi karena sebagian besar kurangnya dukungan
dari lingkungan yang ada pada dirinya. Pasien sangat membutuhkan
banyak dukungan dan bantuan dari diri orang lain yang ada disekitarnya,
dukungan informasi sangat diperlukan bagi pasien untuk mendapatkan
petunjuk dan informasi yang dibutuhkan.

D. Tujuan utama pasien masuk rumah sakit adalah mencapai kesembuhan,


namun demikian terdapat beberapa pasien yang mempunyai motivasi
sembuh yang rendah. Rendahnya motivasi sembuh oleh pasien tersebut
ditunjukkan dengan penolakan pasien dalam menerima pengobatan dari
tim medis. Pasien melepas sendiri infus yang melekat pada tubuhnya atau
menolak pemberian obat yang dilakukan oleh tim medis. Pasien yang
melakukan hal ini biasanya setelah mengetahui tentang penyakitnya yang
susah untuk disembuhkan atau pasien tua yang tidak ingin menambah
beban keluarga dan selalu merepotkan. Sehingga pilihan untuk
menghadapi kematian dianggapkan sebagai jalan yang terbaik. Kecemasan
adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh
adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami
tindakan invasif seperti pembedahan, pasien mengalami cemas karena
hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman. Keadaan pikiran pasien sangat
berpengaruh untuk dapat menghambat atau mendorong kesembuhan
pasien dari penyakit. Begitu pula adanya motivasi mampu mempengaruhi
kesembuhan pasien, karena dengan adanya motivasi pasien akan mau
melakukan pengobatan. Motivasi untuk sembuh menjadi suatu kekuatan
yang berasal dari dalam diri pasien yang mendorong perilaku untuk
sembuh yang ingin di capai. Banyak persoalan timbul ketika seseorang
menderita penyakit tertentu tidak memiliki motivasi untuk kesembuhannya
sendiri, hambatan ini mungkin terjadi karena sebagian besar kurangnya
dukungan dari lingkungan pada dirinya. Motivasi dengan intensitas yang
cukup akan memberikan arah pada individu untuk melakukan sesuatu
secara tekun dan kontinyu. (Rachmawati dan Turniani, 2002:137).

E. Prinsip Komunikasi Teraupetik


a. Hubungan Fisioterapi dengan Pasien
Hubungan antara fisioterapi dengan pasien atau psikolog dengan klien

merupakan hubungan terapeutik yang mana sama-sama saling

menguntungkan. Dalam istilahnya adalah ‘win win solution’ yang mana

mencari solusi dengan sama-sama menguntungkan. Prinsip ini lebih

dikenal dengan sebutan ‘humanity of Physiotherapist and clients’ yang

diartikan adalah hubungan kemanusiaan antara seorang fisioterapi

dengan kliennya atau pasiennya.

Kualitas dalam prinsip ini dilihat dari bagaimana seorang psikolog atau
fisioterapi memandang dan mendefinisikan dirinya dan pasiennya adalah
seorang manusia. Dengan kata lain bahwa hubungan antara fisioterapi
dengan pasien bukan hanya fisioterapi sebagai penolongnya, melainkan
lebih dari itu, yaitu sebagai sahabat atau orang yang terdekatnya.
b. Menghargai Pasien
Dalam prinsip ini, seorang fisioterapi atau psikolog alias terapis adalah
seseorang yang dapat memahami apa yang dimiliki oleh seorang
pasiennya. Entah itu dari kelebihannya, maupun kekurangannya. Karena
setiap manusia diciptakan selalu memiliki keunikan masing-masing yang
mana harus dihargai.
Tak hanya itu, seorang fisioterapi juga harus memahami karakter yang
dimiliki oleh pasiennya. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki
karakter yang berbeda-beda, yang mana fisioterapi harus memahami
karakter itu, yaitu karakter pasiennya. Dengan kata lain, seorang
fisioterapi atau psikolog harus memahami perasaan dan perilaku yang
dimiliki pasiennya. Fisioterapi dapat melihat latar belakang budayanya,
keluarganya, hingga keunikan yang dimiliki pasiennya untuk memahami
karakter pasien. Dengan begitu, komunikasi terapeutik dapat berjalan
sesuai kaidahnya.
c. Menjaga Harga Diri
Prinsip komunikasi terapeutik yang ketiga ini sama halnya dengan
prinsip sebelumnya yang mana menghargai dan memahami apa yang
dimiliki oleh setiap individu. Sehingga seorang fisioterapi harus dapat
menjaga harga diri seseorang yang menjadi pasiennya. Selain menjaga
harga diri pasiennya, juga perlu adanya menjaga harga dirinya sendiri.
Dengan menjaga harga dirinya sendiri, maka dia tidak akan dianggap
rendah oleh pasiennya.
d. Saling Percaya
Dengan saling menjaga dan menghargai apa yang dimiliki setiap
individu, maka akan timbul rasa saling percaya antara fisioterapi dengan
pasien. Namun sebenarnya, rasa saling percaya ini harus dilakukan
sejak awal alias untuk mengawali proses komunikasi. Dengan begitu,
kita dapat berkomunikasi terapeutik dengan baik dan benar tanpa
adanya saling menyinggung satu sama lain. Kita dapat saling percaya
dengan memulai cerita dan masalah yang dimiliki oleh pasien. Kemudian
mencari solusi terbaik bersama-sama. Hal ini adalah kunci dalam
komunikasi terapeutik agar dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai