Anda di halaman 1dari 6

NAMA: ANGGINI VENA TABORO

NIM: 22010004

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi

a. Luas permukaan
- Adsorpsi

1). Pengertian adsorpsi


Adsorpsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada
permukaan padatan ( Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi
saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan
sebagian dari molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut
(Suryawan, Bambang 2004). Walaupun adsorpsi biasanya di kaitkan dengan
perpindahan dari suatu gas atau cairan sesuatu permukaan padatan. Perpindahan dari
suatu gas kesuatu permukaan cairan juga terjadi. Substansi yang terkonsentrasi pada
permukaan didefinisikan sebagai adsorbat dan material dimana adsorbat terakumulasi
didefinisikan sebagai adsorben (Hines A.L dan Robert N .Manddox1985). Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatat tersebut . Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh
fluidah terserap oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan


molekul-molekul gas atau cair, dikontakan dengan molekul-molekul tersebut, maka di
dalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan hydrogen
yang berkerja diantara molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak seimbang
pada batas fasa tersebut menyebabkan perubahan-perubahan konsentrasi molekul
pada interfase solid/fluida.

Padatan berpori yang menghisap (adsorption) dan melepaskan (desorption) suatu fluida
disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi tidak terakumulasi/melekat kepermukaan
adsorben disebut adsorptive,sedangkan yang terakumulasi/melekat disebut adsorbat.

Jika fenomena adsorpsi disebabkan terutama oleh gaya Van der Waals dan gaya
hidrostatik antara molekul adsorbat, maka atom yang membentuk permukaan adsorben tanpa
adanya ikatan kimia disebut adsorpsi fisika. Dan jika terjadi interaksi secara kimia antara
adsorbat dan adsorben, maka
fenomenanya disebut adsorpsi kimia. Pada dasarnya adsorben dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel
dan zeolit),
2.Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (calcium cholide, metal
hydride, dan complex salts ), dan
3.Composite adsorben yang mengadsorpsi secara kimia dan fisik.

*Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi


Performa mesin pendingin adsorpsi sangat dipengaruhi baik oleh
perpindahan kalor maupun perpindahan massa. Sedangkan daya adsorpsi
dipengaruhi oleh tiga faktor (Bahl et al, 1997 dan Suryawan, Bambang 2004 ),
yaitu :
1. Tekanan (P), Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat.
Kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikan jumlah yang diadsopsi.
2. Temperatur absolut (T), Temperatur ytang dimaksud adalah temperatur
adsorbat. Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada
permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang
dinamakan pristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan
menambah jumlah adsorbat yang teradsopsi demikian juga untuk
pristiwa sebaliknya.
3. Interaksi Potensial (E), interaksi potensial antara adsorbat dengan
dinding adsorben sangat berfariasi, tergantung dari sifat adsorbat-
adsorben.

4. Jenis adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses adsorpsi
dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat
diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil
atau sama dengan diameter pori adsorben.
2). Kepolaran zat
Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat
diadsorpsi daripada molekul-molekul tidak polar. Molekul-molekul yang lebih polar
dapat menggantikan molekul-molekul yang
kurang polar yang terlebih dahulu teradsorpsi.

5. Karakteristik adsorben
a. Kemurnian adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih
murni lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
2. Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul adsorbad yang teradsorp meningkat dengan bertambahnya
luas permukaan dan volume pori adsorben.

b. Aliran darah

Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan


jumlah aliran darah terbesar:

-jantung

-Hepar

-Ginjal

Distribusi ke organ lain kulit, lemak dan otot lebih lambat.

c. Nyeri dan Stres


• Nyeri dan stres mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna, retensi gaster.

d. Motilitas Sel Pencemaan


Banyak sediaan obat di gunakan secara oral karena adanya berbagai keuntungan, yang
antara lain adalah fleksibilitasnya. Sedian obat itu yang sering digunakan adalah sediaan
padat dan obat dalam sedian itu untuk dapat diabsorpsi masuk kedalam tubuh harus dapat
larut ke media atau ke dalam cairan saluran cerna. Maka obat akan menghadapi berbagai
macam barier sebelum dapat mencapai sirkulasi sistemik. Barier atau hambatan yang
menghadang obat dapat berupa hambatan fisik maupun hambatan kimia atau enzimatik.
Bila diasumsikan bahwa di dalam saluran cerna tidak ada sesuatu yang
menghalagi absorpsi etelah obat berada dalam larutan/telah melarut. Maka molekul obat
harus kontak dengan membra saluran cerna. Obat dapat kontak dengan membrane saluran
cerna kalua obat itu telah berdifusi dari cairan saluran cerna ke permukaan membran.

e. Bentuk obat
*-Rapidrate (detik-menit):sublingual,IV,inhalasi
*-Intermediate rate (1-2 jam):oral,IM,SC
*-Slow rate (jam-hari):rektal

*Absorbsi Obat.
Absorbsi adalah proses dimana obat bergerak dari saluran cerna (lambung/ usus halus)
menembus membran biologis menuju sirkulasi darah. Pergerakan obat ini dipicu oleh perbedaan
konsentrasi pada kedua sisi dari membran (saluran cerna dan sirkulasi). Pada kondisi ini,
konsentrasi obat pada saluran cerna lebih tinggi setelah obat terlarut daripada dalam sirkulasi.

Perbedaan konsentrasi obat pada saluran cerna dan sirkulasi inilah yang menjadi "DAYA
GERAK" selama proses absorbsi. Proses di atas disebut dengan difusi, dimana obat bergerak dari
konsentrasi tinggi ( dalam saluran cerna ) ke konsentrasi rendah ( dalam sirkulasi ).

*Faktor yang mempengaruhi absorbsi obat..

Sifat Fisikokimia Obat. Meliputi: kelarutan obat, nilai pKa obat, ukuran partikel obat.
Sifat Anatomi & Fisiologi saluran cerna. Meliputi: pH saluran cerna, luas permukaan membran,
ketebalan membran, motilitas saluran cerna.

*Kelarutan Obat

Senyawa obat yang mudah larut dalam air, laju pelarutannya cepat namun laju lintas obat
menembus membran sel paling lambat (absorbsinya lambat).

Ingat: membran sel tersusun dari fosfolipid bilayer yang sifatnya semi permeable, mudah
dilewati oleh senyawa lipofilik namun susah bagi senyawa hidrofilik. Obat yang bersifat lipofilik
(suka lemak) akan mudah menembus melewati membran biologis daripada obat yang bersifat
hidrofilik.Parameter untuk mengukur sifat obat ini adalah koefisien partisi yang menggambarkan
partisi obat dalam pelarut organik dan pelarut polar (air, buffer netral).Hasilnya dinyatakan
dengan logaritma P (log P). Semakin besar nilai log P semakin bersifat lipofilik.

B. Farmakodinamik

a.Studi tentang pengaruh obat terhadap jaringan tubuh.

- Dasar Teori

Analgesik merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistemsaraf secara selektif.
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpamempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja
dengan meningkatkannilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja padatingkat
molekul, analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu

•*Analgetik !arkotika"enyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secaraselektif.
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderatataupun berat seperti rasa sakit yang
disebabkan kanker, serangan jantung akut, sehabis operasi dan kolik usus
•*Analgetik non-narkotikaDigunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan
sampaimoderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. penggunan obatanalgetik
non#narkotika atau obat analgetik perifer ini cenderungmampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpaberpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hinggaefek menurunkan tingkat kesadaran.

efek farmakologi obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat ditempat kerja obat. Ada tiga
fase yang di dapatkan dari hubungan waktu dan efek obat yaitu:

1.mula kerja (onset of oction)

2.puncak effek (peak effek)

3.lama kerja obat (duration of action)

Ketiga fase diatas di tentukan oleh kecepatan absorbs,distribusi,metabolism dan eskresi obat.

Kerja obat:

*Onset (mulai kerja)

Obat adalah waktu yang di perlukan antara saat obat diberikan dan saat pertama kali
didapatkan tanda obat berespon (memberi effek)

*Peak (puncak)

Obat adalah waktu yang di perlukan untuk mencapai intensitas effek maksimal obat,
dimana pada sebagian besar obat akan didapat kan ketika konsentrasi maksimal.

*Duration (lama kerja)

Obat adalah jangka waktu dari mula kerja obat hingga respon obat berakhir.

*Waktu paruh

Waktu paruh biologis (T ½ suatu obat menggambarkan waktu yang di butuhkan untuk
suatu level aktifitas obat menjadi separuh dari level aslinya atau level yang di kehendaki.
Batasan tersebut bisa juga di gunakan untuk menggambarkan waktu yang di butuhkan bagi tubuh
untuk mengeliminasi dengan metabolism atau eksresi atau keduanya, separuh dari dosis suatu
obat yang di berikan.
Turunnya kadar plasmaobat dan lama efeknya tergantung pada kecepatan metabolisme
dan ekskresi. Kedua factor ini menentukan kecepatan eliminasi obat, yang dinyatakan dengan
pengertian plasma half-life eliminasi ( masa paruh I1/2), yaitu retang waktu dimana kadar obat
dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya.

Anda mungkin juga menyukai