Anda di halaman 1dari 4

APPENDISITIS PADA ANAK

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
dr. Ida Megawati
Puskesmas Dinoyo
NIP. 19700412 199803 2 008

1. Pengertian suatu proses inflamasi dan infeksi yang terjadi di apendiks


vermiformis. Apendisitis terjadi oleh karena obstruksi lumen
apendiks yang disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid
submukosa. Penyebab hiperplasia jaringan limfoid masih
diperdebatkan, dapat disebabkan oleh infeksi virus atau fekolit.
Apabila terjadi obstruksi pada lumen apendiks maka apendiks
vermiformis akan mengalami distensi sehingga menghambat
aliran darah baik vena maupun arteri sehingga dapat terjadi
nekrosis dan perforasi. Perforasi dapat terjadi 24- 72 jam setelah
keluhan timbul.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan
Appendisitis pada anak
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dinoyo Nomor : ............................
Tentang
4. Referensi Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.
2013. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen
Ilmu Kesehatan Anak
5. Alat dan Alat :
Bahan 1. Oksigen
2. RL atau Nacl 0,9%
3. Infus set
6. Langkah- 1. Petugas mengindentifikasi nama pasien
langkah 2. Petugas menanyakan keluhan
Pasien dengan apendisitis biasanya datang dengan
keluhan nyeri perut yang diawali dengan nyeri hilang
timbul di sekitar umbilikus dan diikuti oleh demam, mual
muntah dan diare. Dalam beberapa jam, nyeri berpindah
ke abdomen kuadran kanan bawah. Pada pasien yang
lebih muda, kadang-kadang gejala di atas sulit didapatkan
dari anamnesis sehingga seringkali pasien datang dengan
apendisitis perforasi. Gejala yang ada sering didiagnosis
sebagai gastroenteritis
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang
Pasien dengan apendisitis biasanya selalu berusaha
supaya tidak terlalu menggerakkan peritoneum dengan
cara jalan membungkuk atau tidur dalam keadaan
meringkuk. Apabila pasien cukup kooperatif maka kita
dapat meminta pasien untuk berbaring terlentang dan
menunjukkan lokasi nyeri. Dalam keadaan pasien
terlentang dan fleksi pada panggul, kita lakukan
pemeriksaan abdomen dimulai dari sisi yang tidak sakit.
Kemudian kita mulai memeriksa di kuadran kanan bawah,
apakah ada tanda rangsang peritoneal dengan cara
menekan kemudian melepaskan tekanan tersebut. Apabila
dirasakan ada muscle rigidity, nyeri pada saat ditekan dan
dilepaskan maka berarti ada tanda rangsang peritoneal.
Pemeriksaan colok dubur pada anak masih dipertanyakan.
Apabila tanda-tanda lain sudah mengarah ke apendisitis,
maka pemeriksaan colok dubur tidak diperlukan lagi.

Sensitivitas pemeriksaan leukosit berkisar antara 52-96%


dan hitung neutrofil berkisar antara 39-96%. Pada pasien
dengan apendisitis akut didapatkan 5% jumlah leukosit
normal. Apabila jumlah leukosit 15000 sel/µL kemungkinan
apendiks pasien tersebut sudah perforasi. Pemeriksaan
CRP dan sedimen eritrosit jarang dilakukan walaupun hasil
yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis apendisitis.

The Alvarado score ( MANTRELS Score )


• Migration of pain to RLQ
• Anorexia
• Nausea/vomiting
• Tenderness in RLQ
• Rebound pain
• Elevated temperature ( >37,3 o C )
• Leukocytosis ( >10.000/ul )
• Left shift
Jumlah skor 7 atau lebih maka sensitivitasnya 73% dan
spesifitasnya 80%

4. Petugas melakukan diagnosis pasien


5. Petugas melakukan terapi kepada pasien
Penanganan perioperatif pasien dengan diagnosis
apendisitis masih bervariasi, misalnya penggunaan drain,
penutupan luka operasi; walaupun para spesialis bedah
setuju bahwa penanganan apendisitis adalah apendiktomi
(operatif). Pada survey yang dilakukan oleh anggota
American Pediatric Surgery Association, hanya separuh
dari para spesialis bedah yang melakukan operasi pada
saat tengah malam. Tidak ada peningkatan terjadinya
perforasi atau komplikasi antara grup yang dilakukan
operasi dalam 6 jam setelah masuk dan grup yang
dilakukan operasi dalam 6-18 jam setelah masuk.

Penanganan operatif pasien dengan apendisitis akut dapat


dilakukan dengan cara terbuka ataupun minimal invasive
surgery / keyhole surgery. Keunggulan dan kerugian dari
masing-masing cara operasi ini masih diperdebatkan.
Keunggulan yang diklaim dari minimal invasive surgery
adalah waktu rawat yang lebih singkat, kurangnya nyeri
setelah operasi, kurangnya komplikasi luka pasca-operasi,
apendiktomi lebih mudah pada pasien yang gemuk, waktu
pemulihan pasca-operasi lebih cepat, sedangkan
kelemahan minimal invasive surgery adalah biaya lebih
mahal, memerlukan spesialis bedah yang mempunyai
pengalaman untuk mengerjakan. Antibiotik yang
digunakan adalah antibiotik yang dapat menggantikan
kuman aerob dan anaerob. Antibiotik yang banyak
digunakan adalah kombinasi antara ampisilin, clindamycin
(metronidazole) dan gentamisin. Untuk apendisitis tanpa
komplikasi, dianjurkan memakai antibiotik bervariasi dari
single dose sampai 48 jam setelah operasi sedangkan
untuk apendisitis dengan komplikasi, pemakaian antibiotik
dianjurkan paling tidak sampai 48 jam - 5 hari setelah
operasi.
7. Diagram Alir

8. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. IGD
3. Ruang KIA/KB/Imunisasi
4. Ruang Apotek
5. Laboratorium

9. Riwayat No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai


Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai