Anda di halaman 1dari 3

Nama : Saepul Adnan

NIM : 042050665
1. Desain pekerjaan (job design) menurut Gibson dkk. (2000) dinyatakan sebagai suatu
proses dimana manajer memutuskan tugas pekerjaan individu maupun wewenangnya.
Desain pekerjaan melibatkan keputusan dan tindakan manjerial yang menspesifikasikan
tujuan “jobdepth, range and relationships” untuk memuaskan kebutuhan organisasi
maupun kebutuhan sosial dan pribadi dari pekerjaan yang diembannya. Perancang-
perancang desain pekerjaan mengambil elemen-elemen sebagai pertimbangan dan
mencoba untuk menciptakan pekerjaan yang merupakan gabungan antara kepuasan dan
produktivitas. Bagaimanapun masing-masing elemen dari rancangan pekerjaan
mempunyai maksud agar pekerjaan tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan
dalam kepuasan bila dibandingkan dengan yang lain. produktivitas dan kepuasan tenaga
kerja memberikan umpan baik, bagaimana sebaiknya pekerjaan itu dirancang. jeleknya
rancangan pekerjaan berpengaruh pada rendahnya produktivitas, perputaran karyawan,
absensi, keluhan, sabotase, pengunduran diri, serikat kerja dan lain lain.
Berikut elemen-elemen desain pekerjaan yang berkaitan dengan analisis tugas,analisis
karyawan dan analisis lingkungan :
Analisis Tugas Analisis Karyawan Analisis Lingkungan
Deskripsi tugas Kebutuhan kapasitas Lokasi tempat kerja
Urutan tugas Persyaratan kinerja Lokasi Proses
Fungsi tugas Evaluasi Suhu dan kelembapan
udara
Frekuensi tugas Tingkat keahlian Pencahayaan
Pentingnya tugas Persyaratan fisik Ventilasi
Hubungan dengan Tekanan mental kebosanan Keamanan logistic
pekerjaan
Persyaratan kinerja Motivasi Kebutuhan ruang
Kebutuhan informasi Banyaknya karyawan Kegaduhan
Kebutuhan Pengendalian Level tanggung jawab getaran
Kemungkinan salah Level pengawasan
Durasi tugas Tanggung jawab kualitas
Kebutuhan peralatan Level pemberdayaan

2. A. Menurut Russell dan Taylor (2011), ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
dalam menentukan waktu standar sebagai berikut:
1. Menentukan metode kerja standar, yaitu metode atau cara kerja yang digunakan secara
sama oleh karyawan yang mengerjakan pekerjaan yang sama tersebut.
2. Membagi atau mengelompokkan pekerjaan ke dalam berbagai elemen pekerjaan.
3. Mempelajari pekerjaan yang akan ditentukan waktu standarnya.
4. Menentukan tingkat kinerja, pada umumnya ditentukan dengan menggunakan
persentase yang bisa juga kinerja pekerjaan yang diamati lebih dari 100%
5. Menghitung waktu rata-rata, mengadakan pengamatan secara berulang terhadap
pekerjaan yang sama. Waktu rata-rata ini juga harus ditentukan, baik untuk
pekerjaan maupun untuk setiap elemen pekerjaan.
6. Menghitung waktu normal, yaitu mengalihkan waktu rata-rata dan tingkat
kinerjanya. Waktu normal = waktu rata-rata elemen pekerjaan x tingkat kinerja
Nt = (t) (RF) Oleh karena itu, waktu siklus normal dihitung dengan NT = ∑Nt.
7. Menghitung waktu standar, yaitu menyesuaikan waktu normal dengan factor
kelonggaran yang dimiliki dalam pekerjaan tersebut. Faktor kelonggaran
merupakan toleransi terhadap penundaan yang mungkin terjadi, seperti keharusan
ke toilet.Waktu standar dihitung sebagai berikut:Waktu standar = (waktu siklus
normal) (1 + faktor penundaan)ST = (NT)(1+ AF)
B. Langkah pertama adalah menentukan waktu rata-rata dengan mengalikan waktu rata-
rata masing-masing elemen dan tingkat kinerja
Elemen ∑t (menit) T RF Nt
1 3,32 0,332 0,83 0,275
2 5,51 0,551 1,00 0,551
3 2,72 0,272 1,02 0,277
4 4,88 0.488 1,78 0,868
5 1,15 0,115 0,07 0,008
Langkah kedua adalah menentukan waktu siklus normal sebagai berikut.
NT = ∑Nt = 1,979 menit
Langkah ketiga adalah menentukan waktu standar sebagai berikut
ST = NT ( 1 + AF )
ST = 1,979 ( 1 + 0,12 ) = 2,216 menit
3. Perencanaan agregat merupakan pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu
produksi untuk jangka menengah, biasanya tiga hingga 18 bulan ke depan. Proses
perencanaan agregat tersebut digunakan dalam menentukan kapasitas sumber dayaagar
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan untuk jangka menengah, yaituenam
hingga 12 bulan ke depan.
Perencanaan dan penjadwalan agregat penting bagi perusahaan untuk mendapatkan
pangsa pasar di lingkungan global. Perencanaan dan penjadwalan agregat merupakan
perencanaan jangka menengah yang merupakan tanggung jawab manajemen operasional
dan manajemen pemasaran.
Strategi perencanaan agregat meliputi :
1. Level production strategy
Merupakan strategi yang dilakukan dengan mempertahankan jumlah produksi
konstan dan menggunakan persediaan yang ada untuk mengantisipasi lonjakan
permintaan.
2. Chase demand strategy
Dilakukan dengan berproduksi sesuai dengan kenaikan dan penurunan permintaan
tersebut.
3. Peak demand strategy
Merupakan strategi untuk mempertahankan jumlah produksi sesuai dengan
permintaan tertinggi.
4. Overtime and undertime strategy
Digunakan apabila fluktuasi permintaan tidak terlalu ekstrem.
5. Subcontracting strategy atau outsourcing strategy
Merupakan alternatif strategi terbaik untuk memenuhi standar kualitas dan
ketetapan waktu penyampaian.
6. Part-time workers strategy
Lebih tepat digunakan untuk pekerjaan yang memerlukan karyawan yang tidak ahli
atau pada pekerjaan yang memang tidak membutuhkan karyawan tetap, seperti
student staff atau karyawan sudah pension.

Anda mungkin juga menyukai