Amarodin
PENDAHULUAN
Bayi manusia lahir dengan keadaan lemah dan dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi
pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas Allah menurunkan QS. An –Nahl
(18): 78 untuk memberitahukan kepada manusia bahwa dalam dirinya terdapat
potensi-potensi yang besar. Dalam surat ini disebutkan bahwa manusia dibekali
alat indera untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam artian digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam ayat ini terdapat ajakan untuk mengembangkan potensi edukasi
yang kita miliki, dengan mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki maka
kita akan lebih bersyukur kepada Allah dengan segala kemurahan-Nya. Manusia
dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah yang
bersifat kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui upaya
manusiawinya. Meski demikian, manusia tetap membawa fitrah kesucian yang
melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya ‘mengetahui’
bahwa Allah Maha Esa.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: Pertama, Faktor
keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan anaknya. Orangtua hendaknya
sudah mulai mengajari dan menggali potensi anaknya sejak kecil dan
memasukkan nilai nilai religius dalam keseharian keluarganya.
Kedua, Faktor Lingkungan. Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak juga
mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis anak. Hal ini dikarenakan anak
mempunyai kecendrungan untuk meniru apa yang dilihatnya. Disinilah letak
23 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
Dalam surat An-Nahl ayat 78 itu memiliki munasabah (korelasi) dengan ayat
sebelum dan sesudahnya, yaitu ayat 77 dan 79 yang berbunyi:
ُص ُِر أَ ُْو ه َى
َ َحِ ا ْلج
ُمْ َخ إِل َكة
ُِ بع
َ الس
َّ ُض َو َمب أَ ْمر
ُِ اْلر
ْ د َوُِ مب َوا
َ الس
َّ ُه غَ ُْيت ُِ َّ َولِة
)٨٨( ُيءُ َق ِدير ْ شَ لُِ ه َعةَى ك َُ َّ أَ ْق َرةُ إِنَُّ الة
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan dibumi tidak
adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejab mata atau lebih cepat (lagi)
sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas segala sesuatu.‛ )QS. An-Nahl: 77).4
Sementara itu, dalam ayat selanjutnya Allah SWT. berfirman sebagai
berikut:
َُّه إِل الةَّهُ إِن
َُّ سله ْ مب ُِء َمب ي
ِ م َُ الس
َّ ج ُِى
َ خ َرادُ فِي
َّ س ُْ َأَل
َ م يَ َر ْوا إِلَى الط َّ ْي ُِر م
)٨٧(ُ َكُآليَبدُلِ َق ْىمُي ْؤ ِمنىن
َُ ِفِي َذل
4
Ibid.
5
Ibid.
25 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
dan bumi serta bagaimana Dia menjadikannya bisa terbang diangkasa dengan
kesempurnaan kekuasaannya. .
TELAAH TAFSIR QS. AN-NAHL AYAT 87
ُل لَلم َ َُم لَُ تَ ْعةَمىن
َ ش ْي ًئب َو
َُ ج َع ُْ ىن أ َّم َهبتِل
ُِ ه ثط
ُْ م ِم
ُْ جل ْ ََوالةَّهُ أ
َ خ َر
)٨٧( َُشلر ْون ُْ اْلَ ْفئِ َد َُح لَ َعةَّل
ْ َم ت َ اْل َ ْث
ْ صب َُر َو ْ ع َو
َُ م
ْ الس
َّ
‚Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati agar kamu bersyukur.‛ (QS. An-Nahl: 78).6
Diantara tafsir-tafsir tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Tafsir At-Tabary7
6
Ibid.
7
Imam at-Tabari nama lengkapnya, Muhammad bin Jarir bin Yazid Khalid bin Kasir Abu
Ja’far Al-Tabariyat–Tabari berasal dari Amol, lahir dan wafat di Baghdad. Dilahirkan 224
Hijriyah dan wafat 310 Hijriyah. Ia adalah seorang Ulama yang sulit dicari bandingnya, banyak
meriwayatkan hadits, luas pengetahuannya dalam bidang penukilan dan pentarjihan
(penyeleksian untuk memilih yang kuat), riwayat-riwayat, serta mampunyai pengetahuan yang
luas dalam bidang sejarah para tokoh dan berita umat terdahulu. Beliau juga seorang ahli tafsir
yang terkemuka dimana para ulama berkompeten sependapat bahwa belum pernah disusun
sebuah kitab tafsir pun yang menyamainya. Judul kitab tafsir beliau ialah Jami' al-bayan fi
Tafsir al-Qur’an.Tafsir ini terkenal dengan tafsir bi al-ma'tsur dan didasarkan atas riwayat-
riwayat dari Rasulullah SAW., para shahabat dan tabiin. Tafsir ini terdiri atas tiga puluh jilid
dan menjadi referensi utama serta pokok bahasan bagi tafsir-tafsir berikutnya. Kendatipun
demikian, tafsirnya berisi kisah atau riwayat yang tidak shahih, termasuk apa yang disebut
israiliyat. ( al-Qahtan, Mabahis, 388-390 ).
27 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
memberi ilmu dan akal setelah mengeluarkan mereka dari perut ibu
mereka.
Dari tafsir tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manusia
tidak mengetahui segala sesuatu pun sebelum dikeluarkan dari perut ibunya,
setelah ia dikeluarkan dari perut ibunya Allah memberikan kemampuan kepada
manusia yaitu berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Pendengaran yang
berfungsi sebagai alat untuk mendengarkan suara-suara sehingga manusia dapat
mengerti dan memahami sesuatu yang diperbincangkan antara satu orang dengan
yang lainnya, penglihatan yaitu berfungsi sebagai alat untuk melihat segala
sesuatu sehingga manusia dapat mengenal satu sama lain, dapat melihat
bentuk,warna dan lain sebagainya, serta Allah memberikan hati (akal) yang
dengan akal tersebut manusia dapat memahami mana yang baik dan mana yang
buruk, dan dengan akal manusia dapat berpikir dan dapat memperoleh ilmu,
Maka atas nikmat Allah yang diberikan kepada manusia tadi agar manusia
bersyukur kepada Allah.
2. Tafsir Ibnu Katsir9
ُٙبرِْٙ أٛبُ٘ ِٓ ثط٠ إخشاجٗ إٟ ف،ٖ عجبدٍٝ ٔعّزٗ عٌٝثُ روش رعب
،ادْٛ األطٛذسو٠ ٗ ثٞ اٌغّع اٌزٌُٝ رعبٙشصل٠ ثُ ثعذ ٘زا،ئًب١ْ شٍّٛع٠ال
ِشوض٘بٟاٌز-يٛ اٌعمٟ٘ٚ- األفئذحٚ ،بد١ْ اٌّشئٛحغ٠ بٙ ثٟاألثظبس اٌالرٚ
.بٙٔبفعٚ بء ػبس٘ب١ٓ األش١ض ث١ّ٠ ٗاٌعمً ثٚ اٌذِبغ:ً١لٚ ،ح١ اٌظحٍٝاٌمٍت ع
9
Tafsir ini ditulis oleh Ismail bin Anwar bin Katsir al-Dimasqy (w. 1372 M. ) dengan judul
Tafsir al-Qur’an al-'Adhim. Tafsir ini ditulis dalam gaya yang sama dengan Tafsir Ibnu Jarir
al-Tabari. Tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang paling terkenal, barang kali tafsir
lebih dekat dengan al-Tabari, tafsir ini termasuk tafsir bi al-Ma'tsur. Tafsir ini menggunakan
sumber-sumber primer dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan bahasa yang sederhana
dan gampang dipahami. Tafsir ini lebih mementingkan riwayat-riwayat yang otentik dan
menolak pengaruh-pengaruh asing seperti Israiliyat. Tafsir ini salah satu kitab yang berkualitas
dan otentik. Kitab ini telah dicetak beberapa kali dan edisi ringkas telah dipublikasikan, tetapi
disuting oleh Muhammad Ali al-Shabuni. Tafsir ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pengarangnya juga seorang ahli hadits dan sejarawan. (Syahtat, ‘Ulum al-Tafsir, (al-
Qahirah : Dar as-Syuruq, t.t), 195-202.
29 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
ٟذ ف٠ال وٍّب وجش ِص١ٍال ل١ٍج ل٠ اٌزذسٍٝاط رحظً ٌإلٔغبْ عٛاٌحٚ ٜٛ٘زٖ اٌمٚ
ٖجٍػ أشذ٠ ٝعمٍٗ حزٚ ٖثظشٚ ٗعّع.
ٓ١غزع١ ف،ٌٝب ِٓ عجبدح سثٗ رعبٙزّىٓ ث١ٌ ،ْ اإلٔغبٟ ٘زٖ فٌٝإّٔب جعً رعبٚ
ٓ ع،ٞح اٌجخبس١ طحٟ وّب جبء ف،ٖالِٛ ؽبعخٍٝح عٛلٚ ٛعؼٚ ثىً جبسحخ
ٜ ِٓ عبد:ٌٝي رعبٛم٠" :عٍُ أٔٗ لبيٚ ٗ١ٍ هللا عٍٝي هللا طٛ عٓ سع،شح٠ ٘شٟأث
.ٗ١ٍ ثّثً أداء ِب افزشػذ عٞ عجذٟ
ّ ٌِب رمشة إٚ ، ثبٌحشةٟٔب فمذ ثبسص١ٌٚ ٌٟ
ٞ فئرا أحججزٗ وٕذ عّعٗ اٌز،َّٗ أحجٝافً حزٌٕٛ ثبٟ
ّ ٌزمشة إ٠ ٞضاي عجذ٠ الٚ
،بٙ ثّٟش٠ ٟسجٍٗ اٌزٚ ،بٙجطش ث٠ ٟذٖ اٌز٠ٚ ،ٗجظش ث٠ ٞثظشٖ اٌزٚ ،ٗغّع ث٠
ِبٚ ،ٗٔز١ ألعٌٟئٓ اعزعبر ثٚ ،ٕٗج١ ألجٌٟٔئٓ دعبٚ ،ٗز١ ألعطٌٌٟٕئٓ عأٚ
دٌّٛىشٖ ا٠ ،ِٓ اٌّؤٞ لجغ ٔفظ عجذٟ فٞء أٔب فبعٍٗ رشددٟ شٟرشددد ف
10
"ِٕٗ ٌٗ ال ثذٚ ،ٗأوشٖ ِغبءرٚ
Allah kemudian menyebut nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
telah mengeluarkan mereka dari perut ibu-ibu mereka dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu, kemudian kepada mereka diberikan indera
pendengaran untuk menangkap suara-suara, indera penglihatan untuk
melihat benda-benda yang dapat dilihat dan hati (atau akal) dengan
perantaranya mereka dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang
buruk yang bermanfaat atau yang bermadharat. Indera-indera ini
diberikan kepada manusia secara bertahap, makin tumbuh jasmaninya
makin kuatlah penangkapan indera-inderanya itu hingga mencapai
puncaknya. Dan sesungguhnya Allah memberi kepada hamba-hamba-Nya
sarana penglihatan, pendengaran, dan pemikiran hanyalah agar
memudahkan ia melakukan ibadah dan taat kepada-Nya, Sebagaimana
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw
bersabda: Allah berfirman: Barang siapa memusuhi hamba yang Aku
kasihi, maka ia telah menyatakan perang kepada-Ku. Dan tidak ada
sesuatu yang mendekatkan hamba-Ku kepada-Ku, lebih utama daripada
berusaha melakukan apa yang Ku fardhukan kepada nya. Dan selalu
hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melakukan amal-
10
Ibid.
30 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
amal yang sunnah sampai Aku mencintainya dan jika Aku sudah
mencintainya maka Aku adalah menjadi pendengarannya,
penglihatannya, tangannya yang digunakan untuk memukul dan kakinya
yang digunakan untuk berjalan, jika ia meminta-minta sesuatu dari pada-
Ku, aku akan memberinya dan jika ia berdoa akan Ku sambut doanya dan
jika ia berlindung kepada Ku, Aku akan melindunginya. Dan Aku tidak
bimbang melakukan sesuatu yang akan Ku lakukannya seperti bimbang-
Ku untuk merenggut nyawa orang mukmin yang tidak suka mati padahal
Aku pun tidak ingin menyakitinya, namun hal itu adalah sesuatu yang
tidak dapat tidak pasti dilaksanakan.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ketika manusia dilahirkan tidak mengetahui
apa-apa kemudian Allah memberikan panca indra untuk dapat dimanfaatkan guna
mendapatkan pengetahuan dan ilmu. Itu sebagai isyarat pada permulaan ilmu
pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu berupa panca
indra. Dan yang berperan didalamnya adalah pendengaran dan penglihatan,
kemudian dari sinilah kegiatan berpikir dimulai dengan menggunakan akal.
Dengan demikian, Allah memberi hambanya panca indra untuk merubah dengan
menggunakan sarana panca indra itu dari bodoh (tidak mengetahui) menjadi
mengetahui, maka Allah menjadikan buat hambanya pendengaran untuk
mendengarkan nash-nash ayat Al-Qur’an, dan sunnah )hadis( yaitu dalil-dalil
yang dapat didengar yang menjelaskan mengenai perintah agama dan berbagai
jenis makhluknya, maka itu menunjukkan tanda-tanda ke-Esaan Allah,
menjadikan penglihatan untuk melihat keajaiban ciptaanNya dan keunikan
makhluk-makhlukNya sebagai bukti keesaan-Nya.
Dan menjadikan hati sebagai sarana untuk memikirkan ciptaan Allah serta
untuk memahami makna segala sesuatu yang ini semua dijadikan sebagai bukti
ke-Esaan Allah. Hal ini membutuhkan pengembangan yaitu dengan pendidikan.
Allah memberikan kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati (akal). Yang
31 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
dimaksud hati di sini adalah akal yang berpusat di kalbu. Demikianlah menurut
pendapat yang shahih. Daya dan indra ini diperoleh manusia secara berangsur-
angsur, setiap kali tumbuh bertambahlah daya pendengaran, penglihatan dan
akalnya hingga dewasa. Penganugerahan daya cipta itu dimaksudkan agar dia
dapat bersyukur dengan beribadah kepada Rabbnya dan dijadikan sarana ketaatan
kepada Tuhannya. Firman Allah ta’ala dalam Surat Adz-Dzariyyat: 56 sebagai
berikut:
)٦٥( ِْ َْٚ ْعجُ ُذ١ٌِ َّظ إِال ِ ْ َٚ َّٓ ذ ْاٌ ِج
َ ْٔ اإل ُ َِب َخٍَ ْمَٚ
‚Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku‛.)QS. Adz-Dzariyyat: 56).11
3. Tafsir Al-Maraghy12
س ْم َع َو ْاْلَ ْبصب َر
ش ْيئب ً َو َج َع َل لَ ُك ُم ال ه َ َّللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِمهْ بُطُى ِن أُ همهبتِ ُك ْم ال تَ ْعلَ ُم
َ ىن ( َو ه
، ُبرىِْٙ أْٛ ثعذ أْ أخشجىُ ِٓ ثطٍّْٛ ِب ال رعٍّٛهللا جعٍىُ رعٚ ّ َٞو ْاْلَ ْفئِ َدة) أ
، ِٓ اٌؼاليٜذٌٙاٚ ، ش ِٓ اٌشش١ْ اٌخٚض١ّرٚ ، بْٙ ثٛٙال رفمٛفشصلىُ عم
ُفمٗ ثعؼى١ ف، ادْٛ ثٗ األطٛ رغّعٞجعً ٌىُ اٌغّع اٌزٚ ، اةٛاٌخطأ ِٓ اٌظٚ
ب األشخبصْٙ ثٚ رجظشٟاألثظبس اٌزٚ ، ُٕى١ّب ث١ْ ثٗ فٚسٚعٓ ثعغ ِب رزحب
ٖ ٘زٝب فٙ١ٌْ إٛ رحزبجٟبء اٌز١األشٚ ، ب ِٓ ثعغْٙ ثعؼٚض١ّرٚ ، بْٙ ثٛفززعبسف
ذ١ا اٌجٚاٌغٍع ٌزخزبسٚ األسصاقٍٝ عٝب ٌٍغعٙٔٛرغٍىٚ ، ًْ اٌغجٛ فزعشف، بح١اٌح
سجبءٞ أ: لعلكم تشكرون.بٙ٘ٛجٚٚ بح١ع ِشافك اٌح١ّ٘ىزا جٚ ، ءٞا اٌشدٛرزشوٚ
، ٌٝب ِٓ عجبدرٗ رعبٙا ثٕٛرزّىٚ ، ّب خٍمذ ْلجله١ٖ ثبعزعّبي ٔعّٗ فٚأْ رشىش
.ٗ ؽبعزٍٝ عٛعؼٚ ا ثىً جبسحخٕٛ١رغزعٚ
ّ يٛم٠ « عٍُّ لبيٚ ٗ١ٍهللا ع
هللا ّ ٍٝهللا ط ّ يٛشح أْ سع٠ ٘شٝ عٓ أثٞ اٌجخبسٜٚس
ًء أفؼٝ ثشٜ عجذّٝ ٌِب رمشة إٚ ، ثبٌحشةّٟٔب فمذ ثبسص١ٌٚ ٌٝ ٜ ِٓ عبد: ٌٝرعب
فئرا، ٗ أحجٝافً حزٌٕٛ ثبّٝ ٌزمشة إ٠ ٜضاي عجذ٠ الٚ ، ٗ١ٍِٓ أداء ِب افزشػذ ع
11
Departemen Agama RI, hlm. 524.
12
Tafsir ini merupakan karya al- Ustadz al-Akbar as-Syaikh Muhammad Musthafa al-Maraghi.
Tafsir beliau terkenal dengan sebutan tafsir Al-Maraghi dan termasuk jenis tafsir periode
kontemporer. Al-Maraghi sendiri memulai pendidikannya di sekolah as-Syaikh Muhammad
Abduh hingga mencapai puncak kematangan ilmu pengetahuannya di sana. Pada mulanya
tafsir ini merupakan catatan-catatan pengajian beliau yang hingga akhirnya di bukukan dan di
sebarkan kepada khalayak ramai pada waktu itu. Metode tafsir ini mengikuti metode-metode
yang di gunakan oleh para pendahulu-pendahulunya yakni, Syaikh Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridla. al-Marghi mengambil periwayatan melalui Nabi Muhammad SAW., sahabat, dan
para tabiin seperti halnya tafsir salaf. Beliau juga meninggalkan cerita-cerita yang mengandung
israiliyyat. Dzahabi, Tafsir, 433-447.
32 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
، بٙجطش ث٠ ٟذٖ اٌز٠ٚ ، ٗجظش ث٠ ٞثظشٖ اٌزٚ ، ٗغّع ث٠ ٞأحججزٗ وٕذ عّعٗ اٌز
ٌئٓ اعزعبرٚ ، ٗ ألججزٌٝٔئٓ دعبٚ ، ٕٗ١ ألعطٌٌٕٝئٓ عأٚ ، بٙ ثّٝش٠ ٟسجٍٗ اٌزٚ
، ِٓ اٌّؤٜ لجغ ٔفظ عجذٝ فٜء أٔب فبعٍٗ رشددٝ شِٝب رشددد فٚ ، ّٗٔز١ ألعٟث
إْ اٌعجذ إرا أخٍض اٌطبعخ طبسدٞال ثذ ٌٗ ِٕٗ »أٚ ، ٗأوشٖ ِغبءرٚ دٌّٛىشٖ ا٠
ّ ٗ ٌّب ششعٞجظش إال ّّلل أ٠ الٚ ، غّع إال ّّلل٠ فال، ًّ جٚ ب ّّلل ع ّضٍٙأفعبٌٗ و
، ٌٗ هللا
13
.ٍٗ رٌه وٕٝب ثٗ ف١ ِغزع، ًّ جٚ ؽبعزٗ ع ّضٝ إال فّٝش٠ الٚ جطش٠ الٚ
Allah SWT berfirman: ‚Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati‛ yaitu Dan Allah menjadikan
mengetahui apa yang tidak kalian kalian ketahui, setelah Dia
mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal
yang dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang
baik dengan yang buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara
yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang
dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami
dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangkan, menjadikan
penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga
kalian dapat saling mengenal dan membedakan antara sebagian dengan
sebagian yang lain, dan menjadikan perkara-perkara yang kalian butuhkan
di dalam hidup ini, sehingga kalian dapat mengetahui jalan, lalu kalian
menempuhnya untuk berusaha mencari rizki dan barang-barang, agar
kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian
halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan. ‛Agar kalian
bersyukur‛ yaitu harapan kalian dapat bersyukur kepada-Nya dengan
menggunakan nikmat-nikmat-Nya dalam tujuannya yang untuk itu ia
diciptakan, dapat beribadah kepada-Nya, dan agar dengan setiap anggota
tubuh kalian melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, yang artinya: ‚Allah Ta’ala berfirman, ‘Barang siapa memusuhi
seorang penolong-Ku, berarti dengan terang-terangan dia telah memerangi
Aku. Tidak ada sesuatupun yang digunakan hamba-Ku untuk
mendekatkan dirinya kepada-Ku yang lebih utama daripada melaksanakan
apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku masih saja
melakukan perbuatan-perbuatan sunat untuk mendekatkan dirinya kepada-
Ku hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku
13
Ibid.
33 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
Dan dengan perantaraan akal dan indra itu pengalaman dan pengetahuan
manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Allah
menganugerahkan kepada hambanya pendengaran, penglihatan dan hati
agar mereka bersyukur, yakni bersyukur terhadap nikmat yang telah
diberikan Allah kepada hambanyanya sebagai bukti kekuasaannya.
Sehingga ia menambahkan, bahwa awalnya syukur adalah iman kepada
Allah Yang Maha Esa dan yang menjadi sesembahan satu-satunya. Al-
Maraghi menafsirkannya, bahwa bersyukur kepada Allah adalah dengan
menggunakan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, dengan tujuan agar
dapat beribadah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
4. Tafsir Al-Misbah14
ظب َس َ ُّ ٍََبرِ ُى ُْ َال رَ ْعَِّٙ ُ ِْ أُٛهللاُ أَ ْخ َش َج ُى ُْ ِِ ْٓ ثُط
َ ْاألَ ْثَٚ َج َع ًَ ٌَ ُى ُُ اٌ َّغ ّْ َعَٚ ئًب١ْ ْ َشٛ َّ َٚ
14
Tafsir ini di tulis oleh Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang Sulawesi Selatan, pada
tanggal 16 Februari 1944. Tafsir al-Mishbah ini mulai di tulis di Cairo pada hari Jum'at 4
Rabi'ul Awal 1420 H. Yang bertepatan dengan tanggal 18 Juni 1999 M. Dalam peyusunan
tafsir ini beliau banyak menukil dari para pakar tafsir di antaranya : Ibrahim Ibnu 'Umar al-
Biqa'i (w. 885 H-480 M), Sayyid Muhammad Thanthawi, Syekh Mutawalli asy-Sya'rawi,
Sayyid Quthub, Muhammad Thahir Ibn 'Asyur, Sayyid Muhammad Husein Thabathaba'i, serta
beberapa beberapa pakar tafsir lain. Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta :
Lentera Hati, 2000), 2-8.
35 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
18
M. Nipan Abdul Halim, hlm. 55-59
19
Ibid, hlm. 50-51.
41 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
20
Ibid, hlm. 51-55
21
M. Hamdani, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Jakarta: Muhammadiyah University
Press, 2001), hlm. 17.
42 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
22
M. Nipan Abdul Halim, hlm. 165
23
Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah, Jami’us Shahih wahua Sunan Tirmidzi, Juz IV,
(Beirut Libanon: Dar al-Kutub, t.th.), hlm. 82.
43 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
24
M. Nipan Abdul Halim, hlm. 166
25
Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim, Shahih Bukhari, Juz V, (Beirut: Dar
Fikri), hlm. 216.
26
M. Nipan Abdul Halim, hlm. 175.
44 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
‚Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada orang tua,
ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadakulah
kembalimu‛.(QS. Luqman: 14).27
Berkaitan dengan ayat di atas, Al-Maraghi menafsirkan bahwa
persusuan yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya pada dasarnya
merupakan bentuk pendidikan yang diberikan sang ibu melalui kasih
sayang. Melihat pengorbanan yang demikian besar, maka anak harus
mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena sebab ibulah,
maka seorang anak wujud ke dunia. Karena kebutuhan yang dibutuhkan
bagi bayi adalah kasih sayang orang tua, khususnya sang ibu yang telah
menyusui.
Dalam pandangan Islam ketika anak lahir menyusui anak termasuk pilar
pendidikan yang terpenting sehingga sumber hukum yang pertama yakni
Al-Qur’an menganjurkan kepada umat Islam agar ibu menyusui anaknya
selama dua tahun secara sempurna dari air susu mereka sendiri sebab hal itu
akan memberi pengaruh yang sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan ruhaninya. Dengan menyusui ini akan terjalin
hubungan batin (hati) antara seorang anak dengan orang tuanya dengan
baik karena si anak merasa sudah dirawat, dididik dengan baik.
4) Menanamkan kebiasaan beribadah
Setelah anak menginjak dewasa/baligh ditanamkan kebiasaan beribadah
dalam hal ini kepada anak usia 7 tahun hendaklah diberikan pendidikan
27
Departemen Agama RI, hlm. 413.
45 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
shalat secukupnya dan ketika berusia 10 tahun orang tua harus memberikan
penekanan yang serius jika sampai meninggalkan shalat.28 Sabda Nabi saw.:
ٗ١ٍ هللا عٍٝي هللا طٛ لبي سع:ٗ عٓ جذٖ لبي١ت عٓ أث١ ثٓ شعٚعٓ عّش
ُْ َُ٘ٚ َبٙ١ْ ٍَْ ُ٘ ُْ َعُٛاػْ ِشثَٚ َْٓ ١ُِٕ٘ ُْ أَ ْثَٕبئَ ُى ُْ َع ْج َع ِعَٚ ْ َال َد ُو ُْ ثِباٌظ ََّال ِحَْٚ ا أُٚ ُِش:ٍُعٚ
َ َّ ٌ ْاُِٟ ُْ فَٕٙ١ْ َْ ا ثُٛفَ ِّشلَٚ أَ ْثَٕب َء َع َش ٍش
29
}دٚ داٛاٖ أثٚؼب ِج ِع{س
‚Dari Amr ibn Suaib dari ayahnya dari neneknya berkata: Rasul
bersabda: ‚Perintahkan anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berumur 7
tahun dan pukullah mereka untuk shalat ketika berumur 10 tahun serta
pisahkanlah tempat tidur mereka‛. )HR. Abu Daud(.
Di sini jiwa anak mulai ditata khususnya hati untuk senantiasa ikhlas
dalam menjalankan perintah Allah yang berupa shalat sebagai suatu
kewajiban.
5) Meneladankan akhlakul karimah
Akhlak erat kaitannya dengan kebiasaan, maka pihak orang tua
hendaklah bertindak ekstra hati-hati dalam hal ini. Teladankanlah kepada
anak-anak dengan akhlak al-karimah supaya mereka dapat berakhlak mulia
dengan cara: a) Menceritakan kisah Nabi dan kisah-kisah ringan lain yang
berisi keteladanan akhlak; dan b) Melatih kebiasaan anak agar
mengucapkan kata-kata haarian yang terpuji, bagaimana cara anak bersopan
santun, dan lain-lain.
Konsep dan proses pendidikan sebagai sarana untuk
menumbuhkembangkan potensi harus dapat melihat kedudukan anak
sebagai subjek didik yang memiliki potensi untuk diberdayakan dan
dikembangkan. Artinya, pendidikan merupakan proses humanisasi dalam
28
M. Nipan Abdul Halim, hlm. 184.
29
Abi Dawud Sulaiman ibn al-Syijistani, Sunan Abu Dawud, Juz II, (Beirut: Dar Fikr, 1994),
hlm. 127.
46 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
30
Ali Syariati, On the Sosiology of of Islam”, terj. Hamid Algar, Paradigma Kaum Tertindas:
Sebuah Kajian Sosiologi Islam, (Jakarta: al-Huda, 2001), hlm. 46-47.
47 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
31
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hlm.47.
49 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
Selain ketiga potensi tersebut, Allah juga membekali sendiri jiwa anak
dengan berbagai potensi yang berbeda-beda, baik itu kualitas maupun
kuantitasnya antara anak yang satu dengan anak yang lain. Potensi itu di antara
lain berupa bakat, minat, intelegensia/kecerdasan, sifat-sifat kepribadian dan
kemampuan/kehendak. Semua potensi tersebut memiliki keterbatasan. Setiap
anak memiliki peluang untuk berbuat, berkarya dan sukses dalam hidupnya
dengan mendayagunakan potensi-potensi yang dimilikinya. Bakat, minat dan
intelegensi/kecerdasan memang sangat menentukan corak dan tingkat
keberhasilan. Sehingga seorang anak akan sukses dalam karya-karya yang
sesuai dengan bakat dan minatnya serta bila ditunjang oleh
intelegensi/kecerdasan yang memadai. Tingkat keberhasilan itu berbeda-beda
antara anak satu dengan anak yang lain, meskipun jenis bakat dan minatnya
sama. Namun kualitas dan kuantitasnya pasti tidak sama. Perbedaan itu akan
menjadi lebih besar bila yang satu ditunjang oleh intelegensi yang baik,
sedangkan yang lain, intelegensinya rendah.
Maka dari itu, untuk mendukungnya diperlukan pemberian kesempatan
yang sama untuk mewujudkan potensi mereka secara optimal. Ini berarti
pendidikan harus dapat mendukung bakat dan kemampuan anak didik.
Pengembangan potensi sebagaimana dalam Surat An-Nahl ayat 78 adalah
untuk menghantarkan anak manusia dapat mencapai tujuan pendidikan, yakni
supaya mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah sebagaimana penjelasan
al-Maraghi bahwa dengan nikmat yang telah diberikan Allah tersebut kalian
dapat bersyukur kepada-Nya dengan cara menggunakan nikmat-nikmat
tersebut untuk beribadah kepada-Nya dan agar setiap anggota tubuh kalian
dapat digunakan untuk melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Karena seseorang
51 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
apa tujuan diberikannya nikmat, dan semua nikmat yang diberikan Allah
SWT. harus digunakan secara baik sesuai dengan syari’at.32
Melihat hal di atas, maka semua kenikmatan yang diberikan Allah
sebagaimana dijelaskan dalam Surat An-Nahl ayat 78 yang berupa potensi
jasmani dan rohani harus dikembangkan melalui pendidikan. Sebab
pendidikan adalah suatu proses mensyukuri nikmat Allah SWT. melalui
perbuatan. Untuk semua itu, pendidikan hendaknya dijalankan dengan penuh
kesadaran dan dengan secara sistematik untuk mengembangkan potensi-
potensi ataupun bakat-bakat yang ada pada diri anak sesuai dengan cita-cita
atau tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan itu bersifat aktif, penuh
tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan
tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa anak sebagai makhluk
pedagogik, yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat
dididik dan dapat mendidik. Anak yang memliki potensi dapat dididik dan
mendidik, sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan
pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk
atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan ketrampilan yang
dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Ini pulalah yang membuat anak manusia itu istimewa dan lebih muda yang
sekaligus berarti bahwa ia adalah sebagai makhluk padagogik. Dalam hal ini
pendidikan yang harus di berikan kepada anak antara lain pendidikan akidah,
pendidikan akhlak, ibadah )syari’ah(, dan intelektual.
32
Waryono Abdul Ghofur, Tafsir Sosial, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005), hlm. 49.
53 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
33
M . Nipan Abdul Halim, 94
34
Ibid, hlm. 102
54 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
35
Departemen Agama RI, hlm. 413.
36
Chabib Thoha, hlm. 108.
55 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
37
Departemen Agama RI, hlm. 413.
38
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan
Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), hlm. 33.
56 Perspektive, Vol. 14 No. 2, Oktober 2021
Amarodin : Tela’ah Tafsir“
ْ
ٌُٓ َال١ُ ُْ أَ ْعٌََٙٚ َبِْٙ ثُٛ
َ ََٙ ْفم٠ ةٌ َالٍُُُٛ ُْ لٌَٙ ظ ِ ْ َٚ ِّٓشًا ِِ َٓ ْاٌ ِج١ََِّٕ َُ َوثٙوََ ٌَمَ ْذ َر َسأَٔب ٌِ َج
ِ ْٔ اإل
ُُ ُ٘ ه َ ٌَِئُٚػًُّ أ َ ٌَِئَُٚب أِْٙ ثُٛ
َ َه َو ْبألَ ْٔ َع ِبَ ثًَْ ُ٘ ُْ أ َ َ ْغ َّع٠ اْ َالٌ ُ ُْ َءا َرٌََٙٚ َبِْٙ ثُٚ َ ظش ِ ُ ْج٠
ْ
َ ٍُِاٌؽَبف.
ْٛ
Artinya: ‚Dan sesungguhnya telah kami sediakan untuk mereka jahannam
banyak dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati (tetapi) tidak mereka
gunakan memahami, dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka
gunakan untuk melihat dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mereka
gunakan untuk mendengar, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai‛.
Wallahu a’lamu bi showaabi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI
Ghofur, Waryono Abdul, Tafsir Sosial, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.
Hamdani, M., Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Jakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001.
Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim, Shahih Bukhari, Juz V,
Beirut: Dar Fikri.
Jalal, Abdul Fatah, Minal Ushulut Tarbawiyah fil Islam, terj. Hery Noer Aly,
Azaz-azaz Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1999.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat
dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Najati, Mohammad Usman, ‚Al-Qur’an wa Ilmu Nafsi‛, terj. Ahmad Roffi
Usmani, al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka, 1997.
Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2000.
Syijistani -Al, Abi Dawud Sulaiman ibn, Sunan Abu Dawud, Juz II, Beirut: Dar
Fikr, 1994.
Surah, Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn, Jami’us Shahih wahua Sunan Tirmidzi,
Juz IV, (Beirut Libanon: Dar al-Kutub, t.th.),
Syahtat, ‘Ulum al-Tafsir, al-Qahirah : Dar as-Syuruq, t.t.
Syariati, Ali, On the Sosiology of of Islam‛, terj. Hamid Algar, Paradigma Kaum
Tertindas: Sebuah Kajian Sosiologi Islam, Jakarta: al-Huda, 2001.
Wahid, Ramli Abdul, Ulumul Qur’an I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro. 1991.
Yamin, Martinis. Paradigma pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada
Press (GP Press). 2008.
Yasin, Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Yogjakarta: UIN-Malang
Press. 2008.