Anda di halaman 1dari 22

Makalah Asuhan Kebidanan

Deteksi Dini Kasus Pre-Eklampsia

Disusun Oleh:
Noer Dwi Yulia Rizkiyana
NIM: P27824122051

DOSEN PENGAMPU
Domas Nurchandra Pramudianti,SST.,M.Keb
NIP : 198902232020122005

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas makalah pada mata kuliah Promosi Kesehatan dengan judul “Deteksi Dini
Kasus Pre-Eklampsia” telah disetujui oleh dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada tanggal 15 Maret 2023.

Dosen pengampu

Mata kuliah

Domas Nurchandra Pramudianti,SST.,M.Keb


NIP : 198902232020122005

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Rahmat Hidayat dari Tuhan yang Maha Esa karena
Rahmat, karunia, Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyalesaikan tugas makalah yang
berjudul “Deteksi Dini Kasus Pre-Eklampsia” ini dengan baik meskipun demikian masih
kurang didalamnya. Tidak lupa kami ucapkan kepada orang yang berjasa dalam pembuatan
makalah ini:

1. Dwi Wahyu Wulan S.SST.M.Keb selaku Ketua Jurusan D3 Kebidanan


Sutomo dan Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kebidanan Sutomo.
2. Kharisma K,SsiT.,M.Keb selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo
3. Domas Nurchandra Pramudianti,SST.,M.Ke selaku Dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
4. Evi Yunita N, SST., M.Keb selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan
5. Evi Pratami, SST., M.Keb selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan
6. Teman teman sekelas yang saya banggakan.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangkah menambah


pengetahuan di lingkungan kebidanan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
didalam mekalah ini terdapat kekuarangan didalamnya dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini dan masa yang
akan datang.

Surabaya, 15 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
KONSEP TEORI ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Deteksi Dini ........................................................................................................ 3
2.2 Konsep Pre-eklamsia......................................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Pre-eklamsia ............................................................................................ 3
2.2.2 Klasifikasi Pre-eklamsia ............................................................................................ 4
2.2.3 Etiologi Pre-eklamsia ................................................................................................. 4
2.2.4 Tanda dan Gejala Pre-eklamsia................................................................................ 5
2.3 Metode Pemeriksaan Deteksi Dini Kasus Pre-eklamsia ................................................ 7
2.3.1 Metode Pemeriksaan IMT ......................................................................................... 8
2.3.2 Metode Pemeriksaan ROT ........................................................................................ 9
2.3.3 Metode Pemeriksaan MAP (Mean Arterial Pressure) ............................................ 9
2.3.4 Metode Pemeriksaan Protein Urine ....................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................................................. 15
3.2.1. Saran Untuk Mahasiswa........................................................................................... 15
3.2.2. Saran Untuk Dossen ................................................................................................. 15
3.3.3. Saran Untuk Lembaga .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian ibu dan perinatal masih sangat tinggi di Indonesia. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002/2003), angka kematian ibu adalah
307.100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih relatif tinggi dibandingkan target
pemerintah tahun 2010 sebesar 125 kelahiran per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia,
hipertensi gestasional merupakan penyebab utama kematian ibu hamil, selain perdarahan

Etiologi dan patofisiologi preeklampsia masih belum sepenuhnya dipahami,


sehingga menjadi tantangan dalam pencegahan penyakit tersebut. Strategi terapi untuk
preeklampsia dan komplikasinya berfokus pada deteksi dini penyakit dan terapi yang
tepat. Pengobatan preeklampsia tergantung pada ketersediaan layanan kebidanan darurat,
termasuk obat antihipertensi (Hezelgrave et al., 2012). Mengontrol tekanan darah ibu
dengan obat antihipertensi penting untuk mengurangi perdarahan otak dan mencegah
stroke dan komplikasi serebrovaskular lainnya akibat preeklampsia (Sidani dan Siddik-
Sayyid, 2011).

Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu nomor dua,


sedangkan yang pertama adalah perdarahan. Oleh karena itu diagnosis dini dan
penanganan preeklampsia yang merupakan tahap awal eklampsia harus segera dilakukan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Obat-obatan harus digunakan dengan
aman, efektif dan bijaksana untuk mencapai efek yang diinginkan. Perawatan obat selama
kehamilan memerlukan perhatian khusus karena efek teratogenik obat dan perubahan
fisiologis pada ibu akibat kehamilan. Obat-obatan dapat melewati plasenta dan memasuki
aliran darah janin. Saat memilih obat selama kehamilan, keseimbangan manfaat dan
risiko bagi ibu dan janin harus diperhatikan untuk mencapai pengobatan yang aman dan
rasional (Shellac and Shellac, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa pengertian deteksi dini?

2. Bagaimana konsep pre-eklamsia?

3 Bagaimana metode pemeriksaan deteksi dini kasus pre-eklampsia?

1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum

Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan preeclampsia pada


deteksi dini dan ibu hamil

Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui pengertian deteksi dini?

2. Dapat mengetahui konsep pre-eklamsia?

3 Dapat mengetahui metode pemeriksaan deteksi dini kasus pre-


eklampsia?

1.4 Manfaat
Manfaaat dari makalah ini yaitu:

1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian deteksi dini?

2. Agar pembaca dapat mengetahui konsep pre-eklamsia?

3 Agar pembaca dapat mengetahui metode pemeriksaan deteksi dini kasus


pre-eklampsia?

1.5 Sistematika Penulisan


Agar pembahasan makalah ini dapat tersusun dengan rapih dan sistematis supaya dapat
mudah dipahami, maka penulisan menetapkan sistematika pembahasan dari penulisan makalah
ini yang terdiri dari tiga bab, dengan penulisan sebagai berikut :

Bab pertama pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua konsep teori, penulis akan menguraikan landasan teori tentang pengertian deteksi dini,
konsep pre-eklamsia, metode pemeriksaan deteksi dini kasus pre- eklamsia

Bab ketiga penutup, penulis akan menyimpulkan keseluruhan isi dari konsep teori, serta
memberikan saran untuk penulis selanjutnya.

2
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Deteksi Dini


Pengertian deteksi dini adalah proses menemukan kemungkinan berkembangnya
suatu penyakit. Untuk menghindari berkembangnya suatu penyakit sebaiknya diusahakan
untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin, sehingga diharapkan faktor penyebab
gangguan dan gejalanya dapat diketahui sebagai salah satu bentuk deteksi diagnostik.
Deteksi yang biasa dilakukan adalah identifikasi gejala penyakit yang abnormal (tidak
tepat). Pendekatan diagnostik ini digunakan untuk menghindari kebingungan yang lebih
serius yang dapat merusak kepribadian. Hal ini dapat membantu individu untuk
mengembangkan cara berpikir, merasa dan berperilaku yang baik dan benar sehingga
seseorang diterima dan diakui sebagai orang yang sehat seutuhnya di lingkungan
sosialnya.

Deteksi dini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman serta


memperhatikan kondisi psikologis yaitu. keadaan mental dan emosional individu, untuk
menghindari dan mengatasi terjadinya gangguan. Deteksi dini juga merupakan bentuk
pencegahan terhadap tanda-tanda penyakit yang akan datang. Karena manusia yang hidup
memiliki tanggung jawab yang besar dalam hubungannya, baik dalam hubungannya
dengan Tuhan individu, individu itu sendiri, keluarganya, lingkungan sosialnya, dan alam
sekitarnya. Hal ini tidak mungkin kecuali didukung oleh kondisi diri yang sehat, yaitu
kesehatan fisik (fisiologis) dan mental (psiko-spiritual) atau mental.

2.2 Konsep Pre-eklamsia


2.2.1 Pengertian Pre-eklamsia
Pre-eklampsia adalah sindrom khusus selama kehamilan berkurangnya
aliran darah ke plasenta akibat vasospasme dan kemungkinan aktivasi endotel
mempengaruhi semua sistem organ dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria
pada pertengahan kehamilan atau usia kehamilan lebih dari 20 tahun per minggu
(Keman, 2014). Definisi lain dari pre-eklampsia adalah gangguan multiform
penyakit sistemik yang terjadi selama kehamilan dan ditandai dengan tekanan
darah tinggi, Edema dan proteinuria terjadi setelah lebih dari 20 minggu
kehamilan, atau pada trimester ketiga kehamilan. Preeklampsia sering terjadi 37
minggu kehamilan atau dapat terjadi segera setelah melahirkan (Lateno, 2018).

3
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang terjadi pada trimester kedua
Kehamilan dan involusi postpartum ditandai dengan persalinan Setidaknya dua
dari tiga tanda utama adalah hipertensi, edema, dan proteinuria (Billington &
Stevenson, 2010). Pre-eklampsia adalah kondisi hipertensi yang terjadi ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah melahirkan jika tekanan darah naik
menjadi 140/90 mmHg (Situmorang, Damayanti, Januarista dan Sukri, 2016).
Pre-eklampsia adalah kondisi hipertensi Kehamilan ditandai dengan tekanan
darah 140/90 mmHg menurut umur Kehamilan 20 minggu dengan proteinuria ≥
300 mg/24 jam (Nugroho,2012)

2.2.2 Klasifikasi Pre-eklamsia


Klasifikasi pre-eklampsia ada dua yaitu. Pre-eklampsia ringan dan pre-
eklampsia berat (Rukiyah, Yulianti, & Lia, 2010).

a. Pre-eklampsia ringan.

Ada hipertensi dengan proteinuria dan/atau edema Setelah 20 minggu


kehamilan, gejala pre-eklampsia ringan meliputi tekanan darah sistolik 140-160
mmHg dan tekanan darah diastolik. 90-110 mmHg dan tidak ada disfungsi organ.
Pre-eklampsia ringan dianggap maladaptif karena vasospasme umum dengan
segala konsekuensinya (Rukiyah, Yulianti dan Lia, 2010).

b. Preeklampsia berat

Merupakan komplikasi kehamilan yang serius 160/110 mmHg atau lebih


pada awal hipertensi Proteinuria dan/atau edema pada usia kehamilan minimal 20
minggu Gejala pre-eklampsia berat antara lain tekanan darah sistolik > 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 110 mmHg dan disfungsi organ (Rukiyah, Yulianti,
dan Lia, 2010).

2.2.3 Etiologi Pre-eklamsia


Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa Faktor risiko pre-eklamsia. Faktor risiko potensial yang menyebabkan
pre-eklampsia, termasuk obesitas dan dislipidemia, berisiko vili korionik untuk
pertama kalinya pada primigravida dan paternitas, pengambilan sampel villus
chorionic yang berlebihan atau hyperplacentosis mis mola hidatidosa, kehamilan
ganda, diabetes melitus, hidrops fetalis dan Makrosomia, usia ekstrim (terlalu

4
muda atau terlalu tua), riwayat keluarga pernah preeklampsia atau eklampsia atau
tekanan darah tinggi, penyakit ginjal dan Sistem kardiovaskular termasuk tekanan
darah tinggi yang ada sebelum kehamilan (Dewi & Sunarsih, 2011).

Penyebab pre-eklampsia belum dapat dipastikan. Ahli kumpulkan


pengamatan pada berbagai fenomena. informasi tentang subjek 7. Berbagai
temuan ini merupakan kunci terpenting untuk keberhasilan pengobatan pre-
eklampsia sehingga pre-eklampsia/eklampsia disebut penyakit banyak teori
kelahiran, sedangkan teori-teori tersebut antara lain:

a) Peran prostasiklin dan tromboksan: Pelepasan hormon ini meningkat


efek "resistensi" pada tubuh. Pembuluh darah sangat menyempit pembuluh darah
kecil yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Bahkan organ kekurangan
asam dalam kondisi yang lebih serius hal itu bisa terjadi kumpulan gumpalan
darah yang mengikuti pembuluh darah jaringan pengambilan keputusan (Lia &
Sunarsih, 2011).

b) Peran faktor imunologi: Pre-eklampsia sering terjadi selama kehamilan


pertama kali dan tidak berulang pada kehamilan berikutnya. Itu bisa di dalam
ruangan yang menghasilkan antibodi penghambat pada kehamilan pertama
antigen plasenta tidak lengkap yang menjadi lebih lengkap selama kehamilan lain
kali, tetapi jika tidak, akan menyebabkan pre-eklampsia berulang (Lia & Sunarsih,
2011).

c. Peran faktor genetik: Beberapa bukti menunjukkan peran factor Genetik


pada kejadian pre-eklampsia-eklampsia, termasuk pre-eklampsia hanya terjadi
pada manusia, cenderung berkembang biak Frekuensi pre-eklampsia/eklampsia
pada anak dari ibu yang terkena Pre-eklampsia, kecenderungan peningkatan
kejadian pre-eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-
eklampsia dan bukan pada mertuanya, dan peran renin-angiotensin Sistem
Aldosteron (RAAS) (Rukiyah & Yulianti, 2010)

2.2.4 Tanda dan Gejala Pre-eklamsia


Tanda dan gejala pre-eklampsia dibagi menjadi dua bagian menurut
klasifikasinya dibagi menjadi pre-eklampsia ringan dan preeklampsia berat.
contoh dan gejala Eklampsia ringan melibatkan peningkatan tekanan darah

5
sistolik antara 140 dan 160 mm Hg dan tekanan darah diastolik 90-110 mm Hg,
proteinuria kuantitatif > 0,3 g/l dalam 24 jam, dahi bengkak, dinding perut,
lumbosakral,8 wajah atau tangan, ketidakhadiran dan disfungsi organ. tanda dan
gejala pre-eklampsia berat, termasuk tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik >110 mmHg, trombosit <100>3g/ liter/24 jam) atau positif
3 atau 4, dalam studi kuantitatif di oliguria (urin <400 ml/24 jam), masalah otak,
gangguan penglihatan, sakit perut, gagal hati, gangguan perkembangan Intrauterin
(Rukiyah, Yulianti dan Lia, 2010)

Tanda dan gejala umum pre-eklampsia meliputi:

a. Tekanan darah tinggi diukur setidaknya dua kali. Hipertensi diukur


dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih minimal 2 kali setiap 6 jam saat
istirahat. Hipertensi muncul lebih awal dari karakter lain. Peningkatan tekanan
sistolik setidaknya 30 mm Hg atau peningkatan tekanan diastolik minimal 15 mm
Hg. Tekanan sistolik harus 140 mm Hg dan tekanan diastolik yaitu 90 mmHg atau
lebih, atau meningkat sebesar 20 mmHg dan vol lagi Hal ini dapat memaksa
diagnosis pre-eklampsia. Definisi Tekanan darah pada pre-eklampsia dilakukan
jarak jauh minimal 2 kali 6 jam saat istirahat. Tekanan darah diastolik, jika ada
Mencapai 100 mmHg atau lebih merupakan tanda pre-eklampsia berat badan
(Maryunan, 2012).

b. Proteinuria 0,3 gram/24 jam atau indikasi penilaian kualitatif 1+ atau


2+. Proteinuria berkembang lebih lambat dari hipertensi. Proteinuria terjadi pada
pre-eklampsia karena vasospasme vascular ginjal, jadi itu harus dianggap sebagai
tanda yang agak serius. Proteinuria dalam preeklampsia berarti kandungan protein
dalam urin, yang lebih dari 0,3 g/l dalam urin dalam 24 jam.

Hasil penelitian kualitatif yaitu 1+ atau 2+ dengan metode turbidimetri Standar


atau 1g/liter diekskresikan dalam urin melalui kateter atau di tengah mendapatkan
urin bersih minimal 2 kali Dengan selang waktu 6 jam dan hasil oliguria urin 400
ml/24 jam (Maryunan, 2012).

6
c. Pembengkakan: Edema adalah akumulasi cairan yang umum dan
berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diidentifikasi dengan
penambahan berat badan. Peningkatan setengah kilogram per minggu selama
kehamilan dianggap normal. tapi kalau naik 1 kg seminggu beberapa kali atau 3
kg sebulan maka diduga pre-eklampsia. Hal yang sama berlaku untuk berat badan
mungkin lebih dari 2,5 kg per minggu pada akhir kehamilan merupakan tanda pre-
eklampsia. menyebabkan kenaikan berat badan Retensi air di jaringan dan
kemudian muncul pembengkakan, tetapi tidak ada edema menghilang secara
diam-diam (Sarasvati, 2014).

d. Gejala lain termasuk sakit kepala parah, penglihatan kabur, penglihatan


kabur dan kejang arteri retina selama funduskopi, nyeri perut bagian atas, mual
atau muntah dan lekas marah dan pertumbuhan janin intrauterin terlambat
(Wibowo et al, 2015).

e. Adanya sindrom HELLP (H = hemolisis, ELL = peningkatan enzim hati,


P =Plat Rendah) (Johnson, 2010)

2.3 Metode Pemeriksaan Deteksi Dini Kasus Pre-eklamsia


Metode penelitian awal dengan mengukur IMT (Indek Masa Tubuh) merupakan
metode penelitian yang menghitung berat badan ibu hamil. indeks massa. Kekurangan
atau kelebihan tubuh sangat berbahaya bagi rahim ibu hamil Panel Konsensus Kesehatan
Nasional tentang Obesitas menentukan prosedurnya Obesitas semakin diukur dengan
indeks massa tubuh (IMT). Berat badan (kg) sebagai tinggi badan (m) kuadrat (kg/m2)(
Cunningham, 2009). Indeks massa tubuh digunakan untuk mengukur status gizi
seseorang status gizi ibu hamil

Berdasarkan beberapa penelitian, sebagian besar faktor predisposisi terjadinya


pre-eklampsia terjadi pada karakteristik ibu dalam dua tubuh, satu kelebihan berat badan
dan satu kekurangan berat badan dan obesitas. Kemungkinan untuk membuat acara Pre-
eklampsia 2. Lipatan 5 ini sering dijumpai pada ibu dengan indeks Massa tubuh lebih dari
30 kg/m2 atau obesitas. kehamilan dengan obesitas meningkatkan risiko berbagai
komplikasi yang meningkat Berat badan masih merupakan risiko tinggi terkena hipertensi
Usia kehamilan dan preeklampsia pada ibu berbadan dua (Savitri et al, 2016).

7
Terdapat beberapa pengelompokan Indeks Masa tubuh seseorang mulai hingga
kurang atau lebih

BMI/IMT KATEGORI
<17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
25,1-27,0 Agak gemuk
>27,0 Obesistas
2.3.1 Metode Pemeriksaan IMT
Indeks massa tubuh (IMT) adalah indikasi apakah seseorang memiliki berat
badan sehat atau tidak sehat jika IMT orang tersebut lebih besar dari statusnya IMT
sehat, dalam hal ini risiko terhadap kesehatan mereka meningkat secara signifikan
penting Indeks massa tubuh (IMT) dapat dihitung menggunakan tinggi dan berat badan
tubuh seseorang Teori tersebut menjelaskan bahwa obesitas berhubungan dengan stres
oksidatif dan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi terjadi meningkatkan jumlah wanita yang
kelebihan berat badan dan berkontribusi pada tujuan Perubahan vaskular yang terkait
dengan pre-eklampsia. Peningkatan tekanan darah pada dinding arteri disebabkan
peningkatan kebutuhan darah untuk memasok jaringan tubuh dengan oksigen dan
Jumlah darah dalam pembuluh darah yang bersirkulasi juga meningkat peningkatan
berat badan. penambahan berat badan terlalu dini dalam waktu yang relatif singkat
selama kehamilan. Hal ini menyebabkan akumulasi cairan, yang menyebabkan
pembengkakan terutama pada wajah dan tungkai. Pembengkakan ini merupakan gejala
awal pre-eklampsia selama kehamilan. Meskipun teori defensiensi gizi adalah konsumsi
yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh dapat menghambat produksi
tromboksan, aktivasi trombosit darah dan dengan demikian mencegah penyempitan
pembuluh darahdapat mengurangi risiko preeklampsia

Peningkatan IMT erat kaitannya dengan kejadian tersebut hipertensi ringan


atau preeclampsia. Penelitian Fajarsar (2016) melaporkan bahwa pada pasien yang
kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko 6 kali lipat terkena
preeklampsia.Teori tersebut menjelaskan bahwa obesitas berhubungan dengan stres
oksidatif dan respon peradangan. Respon inflamasi ditemukan meningkat pada wanita
dalam obesitas dan mempromosikan tujuan dan perubahan vascular Sistem vaskular
terkait dengan pre-eklampsia.

8
Cara pemeriksaan dengan IMT yaitu dengan menghitung IMT ibu hamil
dengan Rumus :

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m) 2

maka akan didapatkan hasil IMT (Index Massa Tubuh). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Reyes et al (2012) didapatkan bahwa ibu hamil
yang memiliki IMT >31 dapat menyebabkan dua kali resiko mengalami pre-
eklampsia. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bilano,
et.al (2014) bahwa ibu hamil yang memiliki IMT > 35 berpeluang lebih besar
terkena preeklampsia daripada ibu dengan IMT normal dan menyatakan bahwa
IMT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pre-eklampsia pada kehamilan.

2.3.2 Metode Pemeriksaan ROT


Roll Over Test (ROT) adalah pengukuran tekanan darah dua bagian
posisi tidur yang berbeda yaitu posisi miring kiri dan posisi terlentang. Di
punggungnya. Cara menghitung ROT untuk ibu hamil dengan ini.Sesak pada
posisi membungkuk ke kanan/kiri dan pada posisi terlentang. ROT dikatakan
hasil positif ketika tekanan darah diastolik berubah atau meningkat antara kiri
dan terlentang ≥ 15 mmHg dan hasil negative perubahan diastolik <; 15 mmHg
(Suprihatin dan Norontoko, 2016). Ketika Perubahan fisiologis dan psikologis
terjadi selama kehamilan. Untuk mengganti Perubahan fisiologis meliputi
perubahan sistem hematologi. Untuk perubahan Sistem hematologi
mempengaruhi tekanan darah yang diukur dalam posisi yang berbeda.
Terlentang dari tekanan vena Inferior (VCI) mengurangi aliran balik vena ke
jantung dan mengakibatkan penurunan volume sekuncup dan curah jantung.
Dikonversi berbaring miring dapat mengurangi ukuran 25%, menyebabkan
gangguan peredaran darah plasenta uteri (Sherwood, 2014).

2.3.3 Metode Pemeriksaan MAP (Mean Arterial Pressure)


Mean Arterial Pressure( MAP) merupakan rata- rata nilai tekanan arterial
dinilai dari pengukuran diastole serta sistol, setelah itu ditentukan nilai rata- rata
atrerin. MAP dikatakan positif bila hasil 90 mmHg, dan negatif bila
hasilnya&lt;90 mmHg. Pada perempuan berbadan dua efek rendah, rata- rata

9
tekanan darah arteri pada trimester kedua lebih baik menjadi prediktor
preeklampsia dibanding tekanan darah sistolik ataupun tekanan darah diastolik.(
Suprihatin. 2015)

Tiap perempuan berbadan dua hadapi pergantian fisiologis dalam


badannya. Salah satu pergantian fisiologi yang terjalin adalah pergantian pada
sistem kardiovaskular. Jantung pada bunda berbadan dua akan hadapi kenaikan
curah jantung pada umur kehamilan 8 minggu yang membolehkan terbentuknya
fasodilatasi perifer yang dipengaruhi oleh sel endotel, perihal ini menimbulkan
terbentuknya vasodilatasi perifer yang menimbulkan 25- 30% terjalin resistensi
vaskular, untuk mengimbangi perihal ini curah jantung bertambah dekat 40%
selama periode kehamilan. Optimal curah jantung ditemui pada usia kehamilan
dekat 20- 28 pekan (Soma- pillay, P. et.al 2016). Dengan adanya peningkatan
tersebut dapat menjadi salah satu faktor utama penyebab pre-eklampsia apabila
fisik ibu tiak dapat beradaptasi dengan kondisi perubahannya.

Cara mengukur MAP

Tekanan arteri rerata (mmHg)= tekanan systole + 2 tekanan diastole

2.3.4 Metode Pemeriksaan Protein Urine


Pemeriksaan protein pada urine ibu hamil dilakukan untuk mengetahui
apakah ada kelainan pada saluran kemih ibu hamil. Adanya infeksi saluran kemih
pada ibu hamil dapat menyebabkan persalinan prematur sehingga sangat
berbahaya bagi keadaan kehamilan. Idealnya, pemeriksaan protein urin paling
baik dilakukan saat ibu hamil memulai kehamilannya pada trimester pertama.
Pemeriksaan protein urin dilakukan pada trimester pertama kehamilan untuk
mengetahui status kesehatan ibu hamil, sehingga ibu hamil dapat melakukan
berbagai penanganan bila terdeteksi proteinuria pada ibu hamil.

Jika Anda melewatkan tes protein urin trimester pertama ini, Anda dapat
mengikuti tes kehamilan trimester kedua. Jika Anda terbukti tidak mengalami
proteinuria, jangan santai setelah masa kehamilan dimulai pada trimester ketiga.

10
Lakukan tes protein urin lagi. Hal ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah
kondisi berkemih tetap sehat selama trimester ketiga ini. Karena beberapa ibu
hamil menderita kondisi seperti preeklampsia dan juga diabetes pada trimester
ketiga. Oleh karena itu, lakukan tes protein urine saat kehamilan trimester pertama
dan lakukan tes lagi saat masa kehamilan mencapai tes kehamilan di trimester
ketiga. Beberapa metode dapat digunakan untuk memeriksa protein urin. Namun,
metode yang umum digunakan untuk melakukan tes urine adalah test stick atau
pengambilan sampel urin secara acak dan tes protein urin 24 jam. Berikut adalah
penjelasan mengenai metode yang digunakan untuk pemeriksaan protein dalam
urin.

a.Dipstick test

Metode pertama adalah dengan menggunakan strip tes. Metode pengujian


melibatkan pengambilan sampel urin dan kemudian mencelupkan swab ke dalam
urin. Untuk mendapatkan hasil, Anda hanya perlu menunggu 60 detik, perhatikan
perubahan warna meja dan cocokkan warna warna dengan keterangan warna.
Indikator warna protein urin adalah biru bromofenol. Selain stik uji protein, alat
ini juga dapat menunjukkan kadar glukosa dalam urin. Tes protein urin dinilai
+++++, yang berarti 1 berarti protein rendah dan 4 berarti protein tinggi dalam
urin. Kadar protein yang tinggi pada ibu hamil menandakan adanya infeksi saluran
kemih atau preeklampsia.

b. Pemeriksaan protein urin metode asam asetat 6 %

Pada pemeriksaan protein urin dengan asam asetat ini protein yang ada
dalam koloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai
atau mendekati titik isoelektris protein,pemanasan selanjutnya untuk mengadakan
denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya
garam- garam yang telah ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan ke dalam
urin

Percobaan dengan asam asetat ini cukup peka untuk klinik, yaitu sebanyak
0,004 % protein dapat dinyatakan dengan tes ini. Asam asetat yang dipakai tidak
penting konsentrasinya tiap konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting

11
ialah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat, oleh karena itu ada yang
lebih suka memakai larutan penyangga pH 4,5 sebagai pengganti larutan asam
asetat, sehingga dengan reagen ini adanya garam- garam untuk mempresipitasikan
protein dengan sendirinya terjamin

Prosedur pemeriksaan protein urin dengan asam asetat 6%:

1. Alat:

a. Tabung reaksi

b. Api spiritus

c. Penjepit tabung

d. Korek api

2. Bahan:

a. Asam asetat 6%.

b. Urin

3. Cara kerja:

a. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml

b. Panaskan di atas nyala api dengan menggunakan penjepit tabung


sampai mendidih.

c. Tetesi dengan asam asetat 1-3 tetes.

d. Diamkan 1-3 menit.

e. Jika kekeruhan hilang dinyatakan protein dalam urin negatif

f. Jika kekeruhan tetap ada dinyatakan protein dalam urin positif

4. cara penilaiannya:

a. Negatif (-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga

b. Positif +/1+:ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam


kekeruhan itu

12
c. Positif++/2+:kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-
butir dalam kekeruhan

d. Positif +++/3+:urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-


keping

e. Positif ++++/4+:urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-


keping besar, menggumpal dan memadat.

c. Dengan metode sulfosalicil 20%

Pemeriksaan protein adalah pemeriksaan rutin. Cara paling rutin


menentukan adanya protein dalam urin berdasarkan keberadaannya kegelapan.
Karena kerapatan atau kekasaran kekeruhannya, menjadi kebesaran Oleh karena
itu, karena jumlah protein yang ada, disarankan untuk menggunakan urin jelas
dalam penelitian protein

Prinsip mempelajari asam sulfosalisilat adalah adanya protein dapat


diekspresikan dalam urin dengan menambahkan asam sulfosalisilat lebih dekat ke
titik isoelektrik protein di mana kekeruhan terjadi semikuantitatif Tes asam
sulfosalicylic sangat sensitif, yaitu Uji ini dapat mendeteksi adanya protein pada
konsentrasi 0,002% Jika hasil tesnya negatif, Anda sebaiknya tidak memikirkan
kemungkinan itu proteinuria

. Prosedur pemeriksaan protein urin dengan asam sulfosalicil 20 % :

1. Alat:

a. Tabung reaksi.

b. Spiritus.

c. Penjepit tabung.

2. Bahan:

a. Asam sulfosalicil 20%.

b. Urin.

3. Cara kerja:

13
a. Siapkan 2 tabung reksi.

b. Isi tabung 1 dengan urin sebanyak 2 ml.

c. Isi tabung 2 dengan urin sebanyak 2 ml dan tambahkan


8 tetes asam sulfosalicil.

d. Kocok dan panaskan di atas nyala api sampai mendidih.

e. Dinginkan 1-3 menit.

f. Amati dengan membandingkan pada tabung 1.

g. Jika tabung 1 dan 2 sama dinyatakan protein dalam urin

negatif.

h. Jika tabung 2 timbul kekeruhan dinyatakan protein


dalam urin positif.

4. Cara penilaiannya:

a. Negatif (-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga

b. Positif +1/1+: ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir


dalam kekeruhan itu

c. Positif++/2+: kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak


butir-butir dalam kekeruhan

d. Positif +++/3+: urin jelas keruh dan kekeruhan itu


berkeping-keping

e. Positif ++++/4+:urin sangat keruh an kekeruhan


berkeping-keping besar, menggumpal dan memadat.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah gangguan kehamilan yang membunuh ibu dan bayi.
Preeklampsia dibagi menjadi dua kategori yaitu. Pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia
berat. Sampai saat ini, penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Itulah
sebabnya pre-eklamsia disebut juga “ disease of theory” penyakit kesehatan yang
dicurigai secara teoritis. Pre-eklampsia ringan ditandai dengan: kehamilan lebih dari 20
minggu; peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih selama 2 pemeriksaan
setiap 6 jam saat istirahat (pada pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10
menit); pembengkakan tekan di kaki (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tangan; Proteinuria lebih dari 0,3 g/liter/2 jam, kualitatif +2.

Preeklampsia berat ditandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik
> 110 mmHg, peningkatan enzim hati atau jaundice, trombosit < 100 > 3 g/L, nyeri perut
bagian atas, skotoma dan gangguan penglihatan lainnya atau nyeri frontal berat,
perdarahan retina, paru-paru . busung. Jika pre-eklampsia ringan dan berat pada ibu hamil
tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan eklampsia pada ibu hamil jika ada tanda-
tanda preeklampsia.

3.2 Saran

3.2.1. Saran Untuk Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah


pendiidkan sekaligus dapat memahami materi “ Asuhan Kebidan”

3.2.2. Saran Untuk Dossen

Kami mengharapkan dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan, dapat terus


mengarahkan dan membimbing kami dalam studi ini.

3.3.3. Saran Untuk Lembaga

Kami mengharapkan lembaga institusi untuk dapat melengkapi sarana


dan prasarana dalam proses belajar mengajar sehingga kami mendapatkan hasil
yang maksimal.

15
Dalam pembuatan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidan” masih
banyak memiliki kekurangan oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi melengkapi makalah ini dan semoga bermanfaat.

16
DAFTAR PUSTAKA
Fajarsari, D., & Prabandari, F. (2016). Pengaruh Paritas dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Terhadap Kejadian Pre-eklamsia di Kabupaten Banyumas

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi kebidanan.Jakarta:


Tim 2010

Sukaesih, Sri. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil
Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan

Dewi, vivian nanny lia, dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada IbuHamil
di RSUP M. DJAMIL Padang Tahun 2014.

Zainiyah, Zakkiyatus., Susanti, Eny., Setiawati, Lin (2020), Deteksi Dini Preeklampsia
Pada Ibu Hamil dengan IMT, ROT, MAP

17

Anda mungkin juga menyukai