Anda di halaman 1dari 9

1.

Apa yang menyebabkan dan bagaimana patomekanime dari gejala-gejala yang


dialami pasien, yaitu
1) Papul merah pada sela jari (yang utama dirasakan pada malam hari)
2) Berak encer (3 bulan)
3) Demam (hanya beberapa jam)
4) Batuk berlendir dan berdarah serta sesak napas
5) Bentul berair pada daerah kelamn (yang akan membentuk luka)
6) Bercak putih pada lidah
7) Pembesaran kelenjar diketiak

Jawaban :

Kami menduga berbagai gejala penyakit yang diderita oleh pasien disebabkan karena
sistem imun yang lemah atau yang juga dikenal dengan immunodefisiensy, sehingga
sistem pertahan tubuh dari penderita tidak dapat melawan dengan baik berbagai
patogen yang masuk. Namun penyebab lebih spesifik dari gejala-gejala yang diderita
pasien akan kami bahas sebagai berikut

1) Papul merah dan gatal pada sela jari (utama dirasakan pada malam hari)

penyakit kulit yang dialami seseorang bisa disebabkan oleh jamur, virus, bakteri dan
parasit.Kami menduga Papul merah dan gatal yang diderita pasien adalah skabies
yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes
scabiei var. horminis dan produknya. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2
dari 4 tanda kardinal tersebut. Seperti yang telah disebutkan pada skenario bahwa
pasien mengalami gatal pada malam hari dan ibu dari pasien juga menderita gatal dan
papul merah yang sama. tanda yang disebutkan pada skenario sudah mencakup 2 dari
tanda-tanda kardinal yang telah disebutkan diatas (gatal pada malam hari &
menyerang manusia secara berkeolompok). Sehingga dapat mengutkan kami bahwa
Gatal dan papul merah yang diderita pasien adalah skabies. 

Aktivitas S.scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan respons
imunitas selular dan humeral serta mampu meningkatkan lgE baik di serum maupun
di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies sangat menular,
transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui
berbagai. benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal, handuk dsb). Tungau
skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau dapat
ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom, karena kontak
melalui kulit di luar kondom. Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh
tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. 

Terdapat 4 tanda kardinal untuk mendiagnosis sesorang menderita scabies yaitu : 

a. gatal pada malam hari (pruritus nokturna), yang disebabkan oleh aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 
b. menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga, sehingga
seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama, atau pondokan. Begitu pula suatu
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut.
c. ditemukan terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, Pada ujung
terowogan ditemukan papul vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain). Namun kunikulus biasanya sukar terlihat,
karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya.
Tempat predileksinya biasanya merupakan dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela jari tangan (seperti yang disebutkan pada skenario), pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan),
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki) dan perut bagian belakang. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah dan kepala. 
d. dan ditemukan tungau, hal ini paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran
(skibala).

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Seperti
yang telah disebutkan pada skenario bahwa pasien mengalami gatal pada malam hari
dan ibu dari pasien juga menderita gatal dan papul merah yang sama. tanda yang
disebutkan pada skenario sudah mencakup 2 dari tanda-tanda kardinal yang telah
disebutkan diatas (gatal pada malam hari & menyerang manusia secara
berkeolompok). Sehingga dapat mengutkan kami bahwa Gatal dan papul merah yang
diderita pasien adalah skabies. 

Sumber :
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke 7.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2016..

2) Berak Encer. (Selama 3 bulan)


Berak encer atau yang biasa kita kenal dengan diare adalah  kondisi dimana seseorang
mengalami buang air dengan frekuensi sebanyak 3 kali atau lebih per hari dengan
konsistensi tinja dalam bentuk cair. Diare biasanya merupakan gejala dari infeksi
salurang pencernaan. Menurut kemenkes RI (2010), penyebab diare secara klinis dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau
infeksi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya.Diare berat menyebabkan hilangnya cairan, dan dapat menyebabkan kematian,
terutama pada anak-anak dan orang yang kurang gizi atau memiliki gangguan
immunitas (immunodefisiensi).

Diare yang disebabkan karena infeksi bisa menyebar melalui makanan atau air minum
yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat
buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi). Diare terdiri
atas dua jenis yaitu diare akut dan diare persisten/kronik. Diare akut berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa diare yang dialami oleh pasien pada
skenario adalah diare kronik yang lebih dari 14 hari yaitu 3 bulan, 
Sumber : 
Sumampouw, O. J. (2017). Diare Balita: Suatu Tinjauan dari Bidang Kesehatan
Masyarakat. Deepublish.

3) Demam (Yang berlangsung hanya beberapa jam)


Secara garis besar Demam dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu pembentukan panas
yang berlebihan, berkurangnya pengeluaran panas atau karena perubahan termostat
sentral. Perubahan dalam termostat sentral merupakan penyebab utama demam yang
paling sering. Perubahan suhu pada termostat sentral ini bisa disebabkan karena infeksi
maupun penyakit yang menyebabkan inflamasi, yang dimana infeksi dan inflamasi
tersebut menyebabkan pusat suhu di hipothalamus kurang peka terhadap panas. Terjadi
serangkaian peristiwa yang sangat khas, mula-mula. pasien merasa sangat kedinginan
atau rigor dan mungkin membungkus diri dengan selimut. Pada saat ini suhu tubuh
masih normal, tetapi termostat mengiginkan suhu yang lebih tinggi dan terjadilah
menggigil, mekanisme untuk menghasilkan panas. Kalau suhu sudah meningkat
ketingkatan baru yang tinggi yang dipertahankan oleh hipothalamus, pasien berhenti
mengigil dan merasa demam. Kalau pirogen atau penyebab demam dihilangkan,
hipothalamus menjadi sensitif kembali atau suhu tubuh diatur kembali pada tingkat
suhu normal. Pengeluaran keringat sangat banyak terjadi sebagai mekanisme untuk
mengeluarkan panas sampai suhu tubuh turun kembali ketingkat normal.

Demam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 


a. Demam intermiten adalah suatu bentuk demam dimana periode demam (0,3-1,4 C
atau 2,5 F) diselingi dengan periode suhu normal setiap hari. Demam pada malaria
merupakan prototipe jenis ini.  
b. Demam Remiten mempunyai pola khas dengan variasi suhu paling sedikit 1,4
Celcius atau 2,5 F setiap hari, tetapi suhu tubuh tidak pernah mencapai normal.
Bila perbedaanya sangat besar dengan berkeringat dan menggigil yang berulang
ulang, disebut demam hektik atau septik. Pola demam seperti  ini menunjukan
adanya abses atau infeksi lain dengan kuman yang secara intermiten memasuki
aliran darah.
c. Demam yang tidak diketahui sebabnya (Fever unknow origin = FUO) adalah
demam dengan kenaikan suhu kurang lebih 38,3 celcius pada beberapa
kesempatan selama 3 minggu. Demam tersebut terus menerus tanpa suatu
diagnosis, demam tersebut paling sering disebabkan oleh infeksi, tumor atau
penyakit jaringan ikat. 

Disebuatkan pada skenario bahwa pasien kadang-kandang mengalami demam.


Berdasarkan kriterian demam yang telah dijelaskan diatas kita dapat mengetahui
bahwa demam yang dialami pasien adalah demam intermiten, Yang dimana demam
intermiten yaitu demam yang diselingi dengan periode suhu normal setiap hari (Tidak
demam setiap saat) 

Sumber : Diagnosis Fisik (Physical Diagnosis). Indonesia, Egc, 1990.

4) Batuk berlendir dan berdarah serta sesak napas

a) Batuk Berlendir
Pada saat bernapas, partikel seperti debu dan bakteri akan ikut masuk ke
dalam jalan napas. Partikel ini dapat menyebabkan infeksi, inflamasi, akumulasi
mukus, kerusakan DNA, dan bahkan kanker pada saluran pernapasan. Partikel yang
bersifat karsinogenik seperti asap rokok, abu pembakaran, dan debu karet juga bisa
terhirup lalu terdeposit di dalam paru. Jalan napas memiliki beberapa mekanisme
yang berbeda untuk membersihkan partikel tersebut, yaitu penangkapan partikel oleh
makrofag atau epitel, transpor mukosiliar, serta refleks batuk. Transpor mukosiliar
merupakan mekanisme pembersihan utama pada traktus trakeobronkial dalam 24 jam
pertama setelah paparan dan dianggap sebagai mekanisme pembersihan yang paling
cepat. Pembersihan partikel inhalasi yang efektif membutuhkan produksi mukus dan
transpor mukus yang terus-menerus dari saluran pernapasan bawah menuju ke
orofaring. Jumlah mukus yang diproduksi oleh setiap level bronkus berbeda
tergantung pada jumlah sel yang memproduksi mukus pada level tersebut. Mukus
adalah sekresi bronkus yang spesifik. Struktur mukus merupakan suatu oligomer yang
terdiri dari polimer musin, air, serta beragam makromolekul glikoprotein sebagai
bagian dari struktur gel. Pada kondisi normal, jumlah mukus yang mencapai trakea
sebesar 10-20 mL/d. Jika transpor mukosiliar terganggu dan tidak cukup efektif untuk
mengeluarkan mukus maka akan menjadi faktor risiko terjadinya infeksi paru. Tujuan
dari penulisan referat ini adalah untuk membahas tentang fisiologi dan fungsi
mukosiliar pada bronkus. Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak atau lendir
baik yang mudah atau bisa dikeluarkan atau dahak yang sulit dikeluarkan. Lendir atau
dahak tersebut sampai ditenggorokan karena berasal dari hidung/sinus, dan paru-paru.
Sebaiknya batuk berdahak ini jangan ditekan atau dihentikan (dengan obat-obatan
misalnya) karena apabila dahak bias dikeluarkan semua paru-paru menjadi bersih,
namun sebaliknya apabila dahak dihentikan akan menyumbat di paru-paru. Penyebab
Batuk Berlendir dan Berdahak:

1. Penyakit akibat virus. Influenza, semua orang pernah mengalaminya. Timbulnya


batuk saat flu dipicu oleh lender yang mengalir dari hidung ke bagian belakang
tenggorokan
2. Infeksi. Infeksi paru-paru atau saluran napas bagian atas dapat menyebabkan batuk.
Batuk berdahak mungkin merupakan gejala pneumonia, bronkitis, sinusitis, atau TBC.
3. Penyakit paru-paru kronis. Batuk berdahak bisa menjadi tanda bahwa penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) semakin buruk atau bahwa sedang terjadi infeksi.
4. Asam lambung naik. Jenis batuk mungkin merupakan gejala dari penyakit
gastroesophageal reflux disease (GERD) atau naiknya asam lambung sampai ke
tenggorokan sehingga merangsang batuk dan kondisi seperti ini sering kali dapat
membangunkan Anda dari tidur.
5. Nasal discharge (postnasal drip). Biasanya terjadi pada pasien sinusitis dimana cairan
kental dari sinus mengalir ke tenggorokan paling sering terasa pada pagi hari ketika
bangun tidur. Hal ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau perasaan bahwa Anda
terus-menerus perlu untuk membersihkan tenggorokan.
6. Merokok atau penggunaan tembakau lainnya. Batuk berdahak pada orang yang
merokok atau menggunakan bentuk lain dari tembakau sering merupakan tanda
kerusakan paru-paru atau iritasi pada tenggorokan dan juga kerongkongan(PDPI
Jatim, 2017).
Sumber:
PDPI JATIM. 2017. Batuk Berdahak Dan Kering, Kenali Perbedaannya Hingga
Penyebabnya. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Diakses pada 16 Maret 2021 melalui
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

b) Batuk Berdarah
Hemoptisis atau batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu
penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur
darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi
perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat
perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui
saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala
dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih
teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang
dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan
segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu
kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat
mengancam jiwa. Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah bagi saluran napas
(dari bronkus utama hingga bronkiolus terminalis), pleura, jaringan limfoid intra
pulmonar, serta persarafan di daerah hilus. Arteri pulmonalis yang pada dasarnya
adalah membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru,
termasuk bronkiolus respiratorius. Anatomosis arteri dan vena bronkopulmonar,
yang merupakan hubungan antara ke-2 sumber perdarahan diatas, terjadi di dekat
persambungan antara bronkiolus respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini
kemungkinan ke-2 sumber darah untuk saling mengimbangi apabila aliran dari salah
satu sistem meningkat maka pada sistem yang laing akan menurun. Studi arteriografi
menunjukkan bahwa 92% hemoptisis berasalh dari arteri-arteri bronkialis.
Hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi dari kelainan. Secara umum bila
perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan adalah daro sirkulasi
bronkialis, sedangkan bila lesi di parenkim maka perdarahan adalah sirkulasi
pulmoner. Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan berulang maka
perdarahan sering kali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang
terlibat.

Penyebab-penyebab batuk berdarah:


1. Infeksi: tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella, legionella), jamur, virus
2. Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis,
emfisema bulosa
3. Neoplasma: kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis
4. Kelainan hematologi: disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascular coagulation (DIC)
5. Kelainan jantung: mitral stenosis, endokarditis tricuspid
6. Kelainan pembuluh darah: hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma
aorta
7. Trauma: jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak
8. Iatrogenik: akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz,
limfangiografi
9. Kelainan sistemik: sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis,
systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis wagener, purpura henoch
schoenlein, sindrom chrug-strauss)
10. Obat/toksin: aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
11. Lain-lain: endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing,
hemoptisis kriptogenik, amyloidosis(Menaldi, 2017).

Sumber:
Menaldi Rasmin,2017. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUISMF Paru RSUP Persahabatan

c) Sesak Nafas
Sesak nafas adalah gejala umum yang terkait dengan gangguan saluran
pernapasan Patomekanisme sesak nafas pada pasien imunodefisiensi bervariasi
tergantung pada penyebabnya, tetapi pada umumnya melibatkan mekanisme
inflamasi dan peradangan di saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan dapat
menyebabkan respon inflamasi yang kuat di saluran pernapasan, yang dapat
menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada jaringan di sekitar saluran
pernapasan, sehingga menyebabkan sesak nafas. Pada pasien dengan penyempitan
saluran pernapasan, mekanisme yang terlibat melibatkan hiperreaktivitas saluran
pernapasan, yang dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan saat terpapar
rangsangan tertentu, seperti alergen atau virus. Hal ini dapat menyebabkan sesak
nafas, terutama saat pasien mengalami serangan. Pada pasien dengan kerusakan
paru-paru, mekanisme yang terlibat melibatkan penurunan kapasitas paru-paru dan
kemampuan untuk membawa oksigen ke dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
sesak nafas karena pasien mengalami kesulitan untuk bernafas dengan baik.

Pasien dengan imunodefisiensi dapat mengalami sesak nafas karena beberapa


alasan, antara lain:
1. Infeksi saluran pernapasan: Pasien dengan imunodefisiensi memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami infeksi saluran pernapasan, termasuk pneumonia dan
bronkitis. Infeksi ini dapat menyebabkan inflamasi dan peradangan di saluran
pernapasan, yang dapat menyebabkan sesak nafas.
2. Penyempitan saluran pernapasan: Beberapa jenis imunodefisiensi dapat
menyebabkan penyempitan saluran pernapasan, seperti pada asma atau
bronkiolitis obliterans. Hal ini dapat menyebabkan sesak nafas, terutama saat
pasien sedang mengalami serangan.
3. Penyakit paru-paru: Beberapa jenis imunodefisiensi dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan paru-paru, yang dapat mengurangi kapasitas paru-paru
dan menyebabkan sesak nafas.
Sumber :
Bousfiha A, Jeddane L, Picard C, et al. The 2017 IUIS Phenotypic Classification for
Primary Immunodeficiencies. J Clin Immunol. 2018;38(1):129-143.
doi:10.1007/s10875-017-0465-8

Bonilla FA, Bernstein IL, Khan DA, et al. Practice parameter for the diagnosis and
management of primary immunodeficiency. Ann Allergy Asthma Immunol. 2005;94(5
Suppl 1):S1-63. doi:10.1016/s1081-1206(10)61142-8

5) Bentul berair pada daerah kelamn (yang akan membentuk luka)

Bentol berair yang menyebabkan luka pada kelamin pada pasien


imunodefisiensi dapat disebabkan oleh infeksi virus, seperti herpes genitalis. Herpes
genitalis adalah infeksi virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan biasanya
menyebabkan munculnya bentol berair dan luka di sekitar kelamin. Pada pasien
imunodefisiensi, infeksi virus seperti herpes genitalis dapat menyebabkan bentol
berair dan luka yang lebih sering muncul, lebih parah, dan lebih lama sembuhnya. Hal
ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik,
sehingga tidak dapat menangani infeksi virus dengan efektif. Pasien dengan
imunodefisiensi juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi virus
yang sulit diobati dan sulit disembuhkan.

Bentul berair yang membentuk luka pada daerah kelamin Penyebabnya


berhubungan dengan kelainan kulit pada HIV yang merupakan gejala umum yang
timbul akibat penurunan sistem imun maupun berhubungan dengan pengobatan
antiretrovirus. Penurunan fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV menjadi
penyebab kelainan pada kulit. Spektrum perubahan kulit pada penyakit AIDS sangat
luas, bervariasi dan unik. Kelainan kulit mengindikasikan bahwa AIDS bersifat
progresif karena CD4+ yang menurun secara mendadak. Penyebab kelainan ini bisa
karena infeksinoninfeksi maupun proses keganasan. Semakin berkurang kadar CD4+
pada tubuh, maka keparahan kelainan kulit akan semakin meningkat, bertambah
jumlahnya, dan sulit ditangani. Herpes genital adalah penyakit yang disebabkan virus
herpes simpleks tipe I (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2). Tipe I biasa ditemukan di daerah
mulut (herpes oral) dan tipe 2 discbut herpes genital. Herpes genital dapat
menimbulkan bentolan yang dapat dengan mudah meletus dan membentuk luka. Luka
pada kelamin yang disebabkan oleh herpes sifatnya rentan dan mudah berdarah.
Selain itu gejala Herpes menjadi lebih berat pada seseorang dengan HIV terutama
dengan gangguan imunitas atau imunitas rendah (Wasitaatmadja, 2011).Vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi transudasi cairan setempat
yang secara klinis tampak edema lokal disertai eritema. Vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler terjadi akibat pelepasan mediator-mediator seperti histamin,
leukotrien, sitokin dan kemokin yang juga mengakibatkan peningkatan regulasi
endothelial adhesion molecules (ELAMs) dan vascular adhesion molecules (VCAMs)
disertai migrasi sel transendotelial dan kemotaksis. Pelepasan mediator tersebut
terjadi karena adanya degranulasi sel mast akibat rangsangan atau paparan dari
alergen. Ada beberapa agen yang dapat mengaktivasi sel mast untuk melepaskan
histamine. (Fitria, 2013)
Sumber:
Fitria. Jurnal kedokteran Syiah Kuala.2013

D'Argenio P, Fabbrocini G, Ayala F, et al. Genital herpes simplex virus infection in


patients with immunodeficiencies. J Med Virol. 2015;87(5):785-790.
doi:10.1002/jmv.24102

6) Bercak putih pada lidah

Bercak Putih Pada Lidah Oral hairy leukoplakia merupakan suatu lesi spesifik
pada infeksi HIV yang disebabkan oleh virus Epstein Barr. OHL secara klinis tampak
sebagai plak putih atau putih keabuan berbatas tegas dengan tekstur berombak yang
asimtomatis.13 Permukaan “hairy” berukuran bermacam-macam mulai dari beberapa
milimeter hingga keterlibatan luas dari lidah hingga mukosa kavum oris. Penampakan
khas OHL disebabkan oleh hipertrofi papila lidah. Secara umum lesi ini bersifat tidak
nyeri dan tidak dapat dihilangkan dengan manipulasi tumpul.

Virus ini ditularkan melalui ekskresi mukosa, saliva, dan sel orofaring yang
terinfeksi EBV saat terjadi reaktivasi virus. EBV diduga bisa berasal dari reaktivasi
strain laten epitel lidah, melalui kontak dengan saliva yang terinfeksi EBV, atau
melalui limfosit B yang bersirkulasi dengan positif EBV. Penelitian terbaru
menunjukkan adanya sel-sel monosit, makrofag, atau sel Langerhans terinfeksi pada
darah perifer bermigrasi melalui lamina propria menuju epitel oral, kemudian
menginfeksi sel yang berdiferensiasi akhir pada bagian atas lapisan spinosa. Hal
tersebut dapat memicu replikasi virus yang produktif dan terjadinya EBV diseminata.
Sel-sel ini dapat menjadi sumber reaktivasi dari replikasi produktif EBV. (Setiati S,
2014)

Gambar. Bercak putih pada lidah


(https://www.britannica.com/science/thrush-medicine)

Sumber:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53

7) Pembesaran kelenjar diketiak

Pembesaran kelenjar di ketiak dan lipatan paha Pembesaran pada kelenjar


ketiak dan lipatan paha atau pembesaran kelenjar getah bening terjadi dapat berasal
dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu
sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel
peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis).
Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening di ketiak (nodulus
limfatikus axillary), dan kelenjar getah bening lipatan paha (nodulus limfatikus iliaca
externa), maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi
atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening.
1. Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan:
2. Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit,
histiosit
3. Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrophil
4. Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening local

Pembesaran kelenjar getah bening/limfadenopati merupakan gejala yang


paling sering ditemukan pada pasien dengan infeksi HIV, dapat terjadi pada awal
manifestasi infeksi atau dapat juga ditemukan pada stadium manapun dari infeksi HIV
sedikitnya 25% pasien dengan AIDS memiliki limfadenopati yang dapat ditemukan
pada pemeriksaan fisik (Wahid, 2019).

Sumber:

Wahid, S. and A. Miskad, U., 2019. IMUNOLOGI: Lebih Mudah


Dipahami.Surabaya:

Anda mungkin juga menyukai