Anda di halaman 1dari 29

MODUL AJAR

I. INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL

Sekolah : SMK N 8 Purworejo


Nama Guru : Wiwin Masngudah, S.Pd.
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Fase/Kelas/Semester : E / X / 1 (genap)
1. Menyimak
2. Membaca dan memirsa
Elemen :
3. Berbicara dan mempresentasikan
4. Menulis
Alokasi Waktu : 18 JP @45 Menit
Model : PjBL

B. KOMPETENSI AWAL
Kompetensi awal adalah pengetahuan dan atau keterampilan yang
perlu dimiliki peserta didik sebelum mempelajari teks negosiasi.
Kompetensi awal yang harus dimiliki peserta didik adalah kompetensi
yang telah dicapai pada Fase D sebelumnya yang terkait mempelajari
teks negosiasi untuk menjadi negosiator yang ulung.

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Peserta didik diharapkan dapat menunjukkan pembiasaan profil pelajar
Pancasila dalam proses pembelajaran, seperti Beriman, Bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak mulia; Mandiri; Bernalar Kritis;
Kreatif; dan Gotong Royong

D. SARANA PRASARANA
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain:
- Ruang Kelas, Outdoor
- Komputer/Laptop/ Gawai
- Jaringan Internet
- Alat Tulis dan Buku
- Proyektor dan LCD
- Alat dan bahan percobaan disesuaikan di LKPD tiap pertemuan

E. TARGET PESERTA DIDIK


- Peserta didik Kelas X Rumpun Teknologi dan Rekayasa
- Peserta didik reguler/tipikal, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan
memahami materi ajar.

F. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Tatap
Muka (TM) dengan menggunakan strategi Project Based Learning
(PJBL)
II. KOMPONEN INTI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Elemen 1 (MENYIMAK)
a. Peserta didik mampu memahami pengertian teks negosiasi.
b. Peserta didik mampu mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran,
pandangan, atau pesan dalam teks negosiasi berbentuk dialog secara
akurat, kritis, dan reflektif
Elemen 2 (MEMBACA DAN MEMIRSA)
a. Peserta mampu didik menilai akurasi dan kualitas data dalam teks
negosiasi dengan menggunakan informasi pada teks deskripsi
b. Peserta didik mampu menilai akurasi dan kualitas data dalam teks
negosiasi dengan menggunakan informasi pada teks surat penawaran
c. Peserta didik mampu mengidentifikasi struktur teks negosiasi
Elemen 3 (BERBICARA DAN MEMPRESENTASIKAN)
a. Menyajikan teks negosiasi dalam bentuk dialog dengan runtut, kreatif, dan
metode yang tepat.
Elemen 4 (MENULIS)
a. Menulis teks negosiasi naratif dengan logis, kreatif, dan alur yang runtut

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Setelah mempelajari secara mendalam teks negosiasi melalui berbagai
aktivitas pembelajaran, peserta didik mampu menulis teks negosiasi dalam
bentuk dialog dan naratif dengan logis, kreatif, dan alur yang runtut.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apa yang kalian pernah membeli sebuah produk di pasar?
2. Apa yang kalian lakukan ketika membeli produk di pasar?
3. Apa terjadi kesepakatan ketika melakukan tawar-menawar?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (3JP)
Pertemuan 1: Menyimak teks negosiasi dengan akurat, kritis, dan reflektif
A Pendahuluan
1 Persiapan (10 1) Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik untuk
menit) berdoa sebelum memulai kegiatan
2) Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengingatkan
untuk mematuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga
kesehatan
3) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
4) Guru melakukan presensi
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2 Apersepsi (10 1) Peserta didik menyimak informasi terkait tujuan
menit) pembelajaran, penugasan, dan penilaian
2) Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan masalah
yang ada di sekitar peserta didik dengan materi teks
negosiasi. Permasalahan yang diangkat adalah bagimana
menyimak teks negosiasi dengan akurat, kritis, dan reflektif
B Kegiatan Inti
1 (10 menit) 1) Peserta didik membentuk kelompok berpasangan
2) Peserta didik menyimak teks negosiasi melalui pembacaan
teks oleh salah seorang peserta didik atau melalui rekaman
yang diberikan guru.
2 (90 menit) 1) Peserta didik dibimbing guru Peserta didik menyimak
pembacaan teks negosiasi secara berkelompok (Teks
2) Setelah menyimak teks, peserta didik berdiskusi menjawab
pertanyaan yang diberikan guru.
3) Guru memantau dan membimbing pelaksanaan diskusi
kelompok peserta didik.
4) Guru mengevaluasi efektivitas diskusi dan keaktifan setiap
anggota kelompok.
5) Peserta didik menentukan giliran presentasi melalui permainan
lempar bola.
6) Peserta didik secara bergantian mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
7) Peserta didik dari kelompok lain dapat memberikan
tanggapan, kritik, dan masukan saran.
8) Guru memberikan apresiasi pada hasil kerja kelompok peserta
didik.
C Kegiatan 1) Peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang
Penutup telah dilakukan
(15menit)
2) Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan
3) Peserta didik menyimak intruksi guru bahwa untuk
pertemuan selanjutnya peserta didikdiminta untuk membuat
progress proyek yang dilakukan.
4) Doa Penutup

Pertemuan 2 (3 jp)
Pertemuan 2: Menilai informasi dan membandingkan isi teks deskripsi dan teks
negosiasi secara akurat
A Pendahuluan
1 Persiapan (10 1) Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik untuk
menit) berdoa(1) sebelum memulai kegiatan
2) Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengingatkan
untuk mematuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga
kesehatan
3) Guru melakukan presensi
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2 Apersepsi (10 1) Menggali pengetahuan awal peserta didik tentang materi pada
menit) pertemuan sebelumnya,
2) Peserta didik menyimak kaitan materi pertemuan lalu dengan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pertemuan ini
Peserta didik menyimak informasi terkait tujuan pembelajaran,
penugasan, dan penilaian.
B Kegiatan Inti
3 (10 menit) 1) Peserta didik mendapatkan pengantar materi terkait
menilai informasi dan membandingkan isi teks
deskripsi dan teks negosiasi secara akurat
2) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-
langkah pembelajaran sesuai dengan metode Grup
Investigasi.
3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang mekanisme
diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan
selama proses pembelajaran.
4) Siswa membentuk kelompok yang terdiri atas 4–5
siswa melalui permainan bagi kelompok.
4 (90 menit) 1) Siswa menerima lembar kerja terkait tugas yang akan
dikerjakan.
2) Siswa mencermati tugas yang diberikan guru dan
membagi tugas mencari informasi atau jawaban
pertanyaan yang diberikan dalam lembar kerja.
3) Siswa dapat mencari berbagai informasi yang mendukung
dari berbagai sumber, baik cetak, maupun menggali
informasi dari narasumber terdekat.
4) Siswa berkumpul kembali untuk saling menyampaikan
hasil investigasi, mengumpulkan informasi yang
didapatkan, saling menyampaikan pendapat atau
tanggapan terhadap jawaban lembar kerja tersebut.
5) Guru memantau dan membimbing pelaksanaan diskusi
kelompok siswa.
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
secara bergantian melalui pengundian.
7) Siswa dari kelompok lain dapat memberikan
tanggapan, kritik, dan masukan atau saran.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila Bergotong royong, kreatif
dan bernalar kritis
C Kegiatan 1) Peserta didik diberi apresiasi oleh guru terkait diskusi yang
Penutup sudah dikerjakan.
(15 menit) 2) Peserta didik bertanya atau menyampaikan pendapat.
3) Peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan
4) Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan
5) Peserta didik menyimak intruksi guru bahwa untuk pertemuan
selanjutnya peserta didik diminta untuk membaca materi
kaidah bahasa dalam menyampaikan kritik.
6) Doa Penutup

Pertemuan 3 (3 jp)
Pertemuan 3: Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dalam
menyusun teks hikayat dan cerpen
A Pendahuluan
1 Persiapan (10 1) Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik untuk
menit) berdoa(1) sebelum memulai kegiatan
2) Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengingatkan
untuk mematuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga
kesehatan
4) Guru melakukan presensi dan menanyakan kesiapan peserta
didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2 Apersepsi (10 1) Menggali pengetahuan awal peserta didik tentang materi pada
menit) pertemuan sebelumnya,
2) Peserta didik menyimak kaitan materi pertemuan lalu dengan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pertemuan ini
3) Peserta didik menyimak informasi terkait tujuan pembelajaran,
penugasan, dan penilaian.
B Kegiatan Inti
3 (10 menit) 1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing
beranggotakan empat orang.
2) Peserta didik memahami aturan main aktivitas
pembelajaran yang disam- paikan guru.
4 (90 menit) 1) Peserta didik menyimak dengan saksama penjelasan materi
yang disampaikan guru.
2) Setiap tiga menit, guru berhenti menjelaskan dan meminta setiap
peserta didik dalam kelompok menjelaskan materi yang sudah
disampaikan.
3) Beberapa perwakilan peserta didik diminta untuk
menyampaikan informasi yang dipahaminya.
4) Peserta didik menyimak penjelasan materi. Setiap tiga menit
berhenti untuk menyampaikan materi yang dipahaminya
kepada teman satu kelompok. Begitu seterusnya sampai materi
selesai dijelaskan.
5) Beberapa perwakilan peserta didik diminta menyampaikan
materi yang dike- tahuinya. Peserta didik lain dapat
menambahkan atau memperbaiki jika ada kesalahan
pemahaman.
6) Peserta didik diperbolehkan membuka buku untuk mengecek
informasi yang didapat.
7) Peserta didik diminta untuk mengubah kutipan teks hikayat ke
dalam bahasa cerpen.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila Bergotong royong, mandiri,
kreatif dan bernalar kritis
C Kegiatan 1) Peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
Penutup dilakukan
(15 menit)
2) Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan
Peserta didik menyimak intruksi guru bahwa untuk pertemuan
selanjutnya peserta didik diminta untuk Menulis teks eksposisi hasil
penelitian sederhana
3) Doa Penutup
Pertemuan 4 (3 jp)
Pertemuan 4: Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk
berbagai tujuan secara logis, kritis, dan reflektif dalam bentuk teks fiksi dan
mempublikasikannya di media cetak maupun digital
A Pendahuluan
1 Persiapan (10 1) Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik untuk
menit) berdoa sebelum memulai kegiatan
2) Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengingatkan
untuk mematuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga
kesehatan
3) Guru melakukan presensi dan menanyakan kesiapan peserta
didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila (1) Beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2 Apersepsi (10 1) Mengecek pemahaman peserta didik terkait materi sebelumnya
menit) mengenai kaidah- kaidah bahasa yang digunakan dalam teks
hikayat dan cerpen. Guru dapat lebih fokus mengulas materi
yang paling sulit dikuasai oleh peserta didik pada pertemuan
sebelumnya. Guru dapat meminta peserta didik untuk menilai
diri sendiri dengan memilih materi yang paling sulit dikuasai
mereka.
2) Peserta didik menyimak informasi terkait tujuan pembelajaran,
penugasan, dan penilaian.
3) Peserta didik diajak untuk membuat sebuah cerita lisan
berantai dari sebuah foto/gambar/benda yang ada di kelas.
B Kegiatan Inti
3 (10 menit) 1) Peserta didik diajak untuk menjawab pertanyan esensial terkait
tema yang diberikan guru.
2) Peserta didik menentukan topik penelitian berdasarkan jawaban-
jawaban pertanyaan esensial. Peserta didik diarahkan untuk
memilih topik yang ada di sekitar kehidupan mereka

4 (90 menit) 1) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai langkah-


langkah pembuatan kerangka cerita (cerpen) dengan
menggunakan peta konsep atau peta pikiran.
2) Peserta didik membuat peta konsep cerita yang akan ditulis.
3) Peserta didik membuat draf dengan mengembangkan ide
pada peta konsep.
4) Peserta didik diberi masukan terkait isi dan teknis
penulisan.
5) Peserta didik merevisi tulisannya sesuai dengan masukan
yang diberikan guru.
6) Peserta didik memajang hasil tulisannya di meja agar peserta
didik lain dapat memberi masukan atau komentar.
7) Peserta didik membuat video gerak henti (animasi gerak)
dari cerita yang dihasilkan
8) Peserta didik diberi apresiasi oleh guru terkait latihan yang
sudah dikerjakan.
9) Peserta didik bertanya atau menyampaikan pendapat.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila Bergotong royong, mandiri,
kreatif dan bernalar kritis
C Kegiatan 1) Peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
Penutup dilakukan
(15 menit)
2) Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan
3) Peserta didik menyimak intruksi guru bahwa untuk pertemuan
selanjutnya peserta didik diminta untuk menulis teks anekdot
dengan informasi yang akurat dan merujuk pada sumber-
sumber informasi yang valid dalam bentuk media kreatif
4) Doa Penutup

Pertemuan 5 (3 jp)
Pertemuan 5: Menyajikan teks narasi dalam bentuk monolog secara runut dan
kreatif.
A Pendahuluan
1 Persiapan (10 1) Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik untuk
menit) berdoa sebelum memulai kegiatan
2) Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengingatkan
untuk mematuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga
kesehatan
3) Guru melakukan presensi dan menanyakan kesiapan peserta
didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila (1) Beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2 Apersepsi (10 1) Menggali pengetahuan awal peserta didik mengajak peserta
menit) didik Peserta didik menyimak informasi terkait tujuan
pembelajaran, penugasan, dan penilaian.
B Kegiatan Inti
3 (10 menit) 1) Peserta didik menyiapkan media yang akan digunakan dalam
menyajikan cerita (video gerak henti)
4 (90 menit) 1) Peserta didik menyajikan cerita di depan kelas dalam bentuk
video animasi dengan menyertakan pesan moral dari cerita yang
disajikan.
2) Peserta didik lain diminta mengamati dan memberikan penilaian.
3) Guru memberi apresiasi dan membahas sekilas tentang cara
penyajian yang dilakukan oleh peserta didik.
4) Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya terkait pelajaran hari ini.
Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila mandiri, kreatif dan bernalar
kritis
C Kegiatan 1) Peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
Penutup dilakukan
(15 menit)
2) Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan
3) Doa Penutup

E. ASSESMEN
1. Jenis Asesmen : Diagnostic, formatif dan sumatif
2. Prinsip Asesmen : Terpadu, adil, proporsional, valid dan reliable
1) Asesmen Diagnostik Non Kognitif
Tes untuk mengetahui gaya belajar peserta didik (visual, auditory,
Kinestetic) dapat dilakukan secara online menggunakan gawai masing-
masing peserta didik agar segera cepat terlihat hasilnya.
2) Asesmen Formatif (Observasi Penilaian Sikap)
Satuan Pendidikan : S M K N E G E R I 8 P U R W O R E J O
Kelas / Kompetensi : X / Semua kompetensi keahlian
Tahun Pelajaran : 2022/ 2023
Semester : Ganjil

Petunjuk:
Bacalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
observasi:
1. Jurnal digunakan oleh wali kelas dan guru mata pelajaran selama
periode satu semester.
2. Catatan dilakukan selama satu semester hanya pada peserta didik
yang menunjukkan perilaku yang menonjol, sehingga ada
kemungkinan dalam satu hari hanya ada beberapa orang atau
bahkan tidak ada yang menunjukkan perilaku menonjol sesuai
indikator penguatan pendidikan karakter, yakni religius, mandiri,
gotong royong, integritas, dan nasionalis.
3. Nilai karakter Profil Pelajar Pancasila:
a) Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa:
Taat Beribadah; bersyukur; dan berdoa sebelum dan
sesudah memulai kegiatan.
b) Mandiri : percaya diri, rasa ingin tahu, tangguh,
bekerja keras, kreatif-inovatif, pembelajar sepanjang
hayat
c) Gotong royong : suka menolong, bekerjasama, peduli
sesama, peduli lingkungan, kebersihan dan
kerapian, kekeluagaan.
d) Bernalar Kritis
e) Kreatif
f) Berkebinekaan global
4. Perilaku yang menonjol dicatat dalam jurnal dan diberi warna
merah untuk karakter negatif yang ditunjukkan.
3) Asesmen Sumatif
Penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu. Penilaian sumatif
mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke
unit pembelajaran berikutnya.
3. Perangkat Asesmen
Kisi-kisi Asesmen
Jenis
No Elemen CP Indikator
Penilaian
1 Menulis Peserta didik mampu - Peserta didik mampu Formatif
menulis gagasan, pikiran, menyimak hikayat yang dan Sumatif
pandangan, arahan atau dibacakan oleh orang lain
pesan tertulis untuk untuk memahami dan
berbagai tujuan secara menganalisis pesan dalam
logis, kritis, dan kreatif teks narasi berbentuk hikayat
dalam bentuk teks - Peserta didik mampu
informasional dan/atau membaca untuk menilai dan
fiksi. Peserta didik mampu mengkritisi karakterisasi
menulis teks eksposisi dan plot pada hikayat dan
hasil penelitian dan teks cerpen serta mengaitkannya
fungsional dunia kerja. dengan nilai-nilai kehidupan
Peserta didik mampu yang berlaku pada masa lalu
mengalihwahanakan satu dan sekarang.
teks ke teks lainnya untuk - Peserta didik mampu
tujuan ekonomi kreatif. memahami kaidah- kaidah
Peserta didik mampu bahasa yang digunakan
menerbitkan hasil tulisan dalam menulis teks hikayat
di media cetak maupun dan cerpen
digital - Peserta didik mampu menulis
gagasan, pikiran, pandangan,
arahan atau pesan tertulis
untuk berbagai tujuan secara
logis, kritis, dan reflektif
dalam bentuk teks fiksi dan
mempublikasikannya di
media cetak maupun digital
- Peserta didik mampu
menyajikan teks narasi
dalam bentuk monolog
secara runut dan kreatif

Soal Formatif (Penilaian Produk)


Pada bagian sebelumnya, kalian sudah menganalisis nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita Hikayat si Miskin. Sekarang, gunakanlah nilai
Agar memudahkan kalian dalam menulis cerita, kalian dapat memulainya
dengan membuat kerangka cerita menggunakan peta konsep. Peta konsep
adalah gambar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan beberapa hal
atau konsep secara lebih ringkas dan menariK.
Langkah-langkah penulisannya adalah sebagai berikut.
1. Siapkanlah kertas kosong, spidol, atau pensil aneka warna.
2. Tuiskanlah topik utama dari cerpen yang akan kalian buat di tengah-tengah
kertas, misalnya persahabatan. Lingkarilah kata kunci itu.
3. Gambarlah cabang utama terkait topik tersebut. Misalnya, tentang tokoh, konflik
atau masalah yang dihadapi tokoh, dan cara tokoh menyelesaikan masalah.
4. Buatlah cabang-cabang lainnya dan gunakan warna ber- beda. Cabang-cabang
itu diisi oleh kata-kata kunci yang ber- hubungan dengan cabang utama.
5. Gunakanlah warna yang menarik pada gambar atau simbol- simbol yang
mencerminkan pengalaman dan imajinasi kalian berkaitan dengan topik-topik itu.
6. Gambarlah garis lengkung untuk menghubungkan kata kunci yang masih berkaitan
dengan kata kunci dari cabang lainnya. Tambahkanlah simbol yang
menggambarkan keterkaitan antarkata kunci itu.
7. Perhatikanlah kembali kelengkapan pengalaman dan imajinasi kalian. Apakah
seluruhnya sudah tersampaikan?
8. Jika sudah lengkap, nomorilah kata-kata kunci sesuai dengan urutan yang akan
kalian susun di dalam cerpen. Coretlah kata- kata kunci yang dianggap tidak
penting untuk dikembangkan. Misalnya, kata kunci yang terlalu menyimpang dari
topik utama atau terlalu biasa kalau dijadikan bahan cerpen.
9. Kembangkanlah kata-kata kunci tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Kalian juga tetap dapat menambahkan peristiwa dan imajinasi lain di luar
kerangka yang tersedia, sepanjang tidak mengganggu topik utama yang telah
dibangun sebelumnya.
10.Lakukan penilaian diri terhadap cerpen yang telah kalian tulis. Gunakanlah tabel
ini untuk menilainya
Kunci Jawaban
Kreativitas Peserta Didik

Soal Sumatif (Penilaian Produk


PETUNJUK UMUM :
1. Tulislah terlebih dahulu Nama, Kelas, Nomor Tes Anda pada lembar
jawab yang tersedia.
2. Jenis soal pilihan ganda 10 soal.
3. Tulislah jawaban Anda pada lembar jawab yang tersedia.
4. Dahulukan menjawab soal yang Anda anggap mudah.
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A,B,C,D, atau E di lembar jawaban yang tersedia !
1. Cermati kutipan teks hikayat “Panji Semirang” berikut ini!
Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri
dari Baginda Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan
bertunangan dengan Raden Inu Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng.
Mendengar berita ini Galuh Ajeng sangat teriris hatinya dan menangislah ia
melihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang tak lain adalah ayah dari
Galuh Ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat tingkah
laku putrinya tersebut.
Isi kutipan hikayat tersebut adalah …..
a. Galuh Cendera Kirana akan bertunangan dengan Raden Inu.
b. Galuh Ajeng sangat sedih karena Raden Inu akan bertunangan dengan Galuh
Cendera Kirana
c. Galuh Ajeng sangat bahagia karena Raden Inu akan bertunangan dengan
Galuh Cendera Kirana
d. Galuh Ajeng sangat tersiksa
e. Raja sedih melihat putrinya menderita
2. Cermati kutipan teks hikayat “Bayan Budiman” berikut ini!
Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu dibawanya
ke rumah dan ditaruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Kata arkais yang terdapat dalam kutipan tersebut, yaitu …..
a. membeli
b. ditaruhnya
c. seekor
d. tiung dan bayan
e. rumah

3. Cermati kutipan hikayat berikut untuk menjawab soal no 3 !


Pengganti Hang Tuah di keraton adalah Hang Jebat. Sesungguhnya, ia menaruh
dendam atas keputusan raja yang dijatuhkan kepada sahabatnya, Hang Tuah.
Karena setia kepada sahabatnya, ia mengamuk di keraton. Putri-putri dan dayang-
dayang diperlakukan kurang sopan sehingga banyak jugalah orang yang mati
karena kerisnya, yang diberikan Hang Tuah kepadanya. Tiada seorang pun yang
berani mendinginkan sehingga raja sendiri pun terlibat pula dalam kesulitan dan
ketakutan.
Karakteristik yang menonjol dari kutipan hikayat tersebut adalah ……
a. istana sentris
b. kesaktian tokoh
c. kemustahilan cerita
d. anonim
e. kebaikan tokoh
4. Cermati kutipan hikayat berikut untuk menjawab soal no 4 !
Diambilnya pisau, lalu ditorehnya gendang itu. Maka Putri Ratna Sari keluar dari
gendang itu.
Karakteristik hikayat pada penggalan teks di atas yaitu..
a. kemustahilan
b. kesaktiaan
c. anonim
d. istana sentris
e. bahasa
5. Cermati kutipan hikayat “Bunga Kemuning” berikut!
Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu,
sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri Raja menjadi
manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar
dan juga tak mau membantu ayah mereka.
Nilai yang terkandung dalam penggalan hikayat dia atas adalah …..
a. nilai religius
b. nilai budaya
c. nilai sosial
d. nilai pendididikan
e. nilai moral
6. Cermati kutipan hikayat “Indra Bangsawan” berikut!
Maka baginda pun bimbanglah, tida tahu siapa yang patut dirayakan dalam
negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun
mencari muslihat, iya menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi
bertemu dengan seorang pemuda dan berkata kepadanya: barang siapa yang
dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di
dalam negeri.
Nilai yang terkandung pada penggalan hikayat di atas yaitu...
a. nilai moral
b. nilai agama
c. nilai budaya
d. nilai pendidikan
e. nilaisosial
7. Cermati kutipan hikayat “Indra Bangsawan” berikut!
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya,
Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan
dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah
mencanangkan bagwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan
dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta
berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli
nujum mengatakan hanya air susu harimau beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi, “barang siapa yang dapat
susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri”
Ketidaksesuaian nilai dalam penggalan hikayat dengan kehidupan saat ini
adalah…
a. terdapat nilai Pendidikan yaitu kewajiban menyerahkan putrinya kepada
penguasa.
b. Terdapat nilai agama yang harus takluk kepada raja
c. Terdapat nilai sosial yang mencari menantu melalui sayembara
d. Terdapat nilai moral yang mencari menantu melalui sayembar
e. Terdapat nilai budaya yang mencari menantu melalui sayembara
8. Cermati kutipan hikayat “Bayan Budiman” berikut!
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta
izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu,
jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-
hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam daripada
senjata.
Kesesuaian nilai dalam penggalan hikayat dengan kehidupan saat ini adalah…
a. menjaga kepercayaan suami
b. seorang istri yang baik harus mampu menjaga kehormatan, ketika suami
tidak ada
c. seorang istri yang mengkhianati suaminya ketika suami sedang bekerja
d. seorang istri yang baik dan bijaksana harus menjaga anak-anaknya ketika
suami pergi
e. seorang istri yang curang dengan suaminya
9. Cermati kutipan hikayat “Indera Bangsawan” berikut!
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya,
Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan
dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah
mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan
dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.
Kalimat berikut sesuai dengan ilustrasi di atas adalah …..
a. Raja Kabir takut pada Buraksa
b. Raja Kabir mengadakan sayembara untuk membunuh Buraksa supaya
Kemala Sari tidak diambil oleh Buraksa.
c. Raja Kabir mengadakan sayembara untuk membunuh Buraksa untuk
mrenunjukkan kekuasaannya.
d. Raja Kabir mengadakan sayembara untuk membunuh Buraksa yang sangat
jahat.
e. Raja Kabir mengadakan sayembara untuk membunuh Buraksa agar
negerinya terbebas dari pengaruhnya.
10. Cermati kutipan hikayat berikut!
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya.
“Aku hendak pergi jauh dan lama. Buah tangan apakah yang kalian inginkan?”
tanya raja.
“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Putri Jambon.
“Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Putri Jingga.
Majas yang digunakan pada penggalan teks hikayat di atas adalah...
a. alegori
b. antonomasia
c. personifikasi
d. simile
e. metafora

Kunci Jawaban
1. B 6. C

2. D 7. C

3. A 8. B

4. A 9. B

5. E 10. E

Norma Asesmen
1. Formatif
Skor Jawaban
Tidak Kurang
No Soal Tepat
Tepat Tepat
(3)
(1) (2)
1 Ide cerita yang disajikan
2 Hubungan ide dengan peta konsep
3 Pengembangan imajinasi
4 Koherensi antarbagian cerita
5 Alur cerita yang digunakan
Skor Perolehan (SP)
Skor Total Perolehan (STP)
Skor Maksimal (SM)
Nilai = (STP/SM) x 100

2. Asesmen Sumatif
No Kunci Jawaban Skor Penilaian
Benar Salah
1 B 10 0
2 D 10 0
3 A 10 0
4 A 10 0
5 E 10 0
6 C 10 0
7 C 10 0
8 B 10 0
9 B 10 0
10 E 10 0
Total skor 100

Skor Total Perolehan (STP)


Skor Maksimal (SM)
Nilai = (STP/SM) x 100

Tindak lanjut asesmen

No Nilai Predikat TindakLanjut


1 0 – 69 Belum Kompeten Remidial
2 70 – 84 Kompeten Pengayaan
3 85 – 100 Sangat Kompeten -
F. PENGAYAAN / REMEDIAL
Remedial
Kegiatan Pembelajaran Remedial
(semakin sedikit persennya, maka
semakin sedikit peserta didik yang
Tujuan Pembelajaran dibawah KKM) Penilaia
< 20% 20% - 50% > 50% n
Tugas Tugas Pembelaja
Individu Kelompok ran Ulang
Elemen 1 (MENYIMAK) Tugas Tutor Mengulan soal-
a. Menyimak hikayat yang membaca sebaya g soal
dibacakan oleh orang lain materi dengan Pembelaja setar
atau mempelaja ran a
untuk memahami dan mempelaja ri bagian kembali di deng
menganalisis pesan dalam r i kembali dalam luar jam an
teks narasi berbentuk Modul modul sesuai ulan
yang Modul gan
hikayat. belum haria
Elemen 2 (MEMBACA DAN dipahami n
MEMIRSA) utam
a
a. Membaca untuk menilai dan
mengkritisi karakterisasi
dan plot pada hikayat dan
cerpen serta mengaitkannya
dengan nilai-nilai
kehidupan yang berlaku
pada masa lalu dan sekarang.
b. Memahami kaidah- kaidah
bahasa yang digunakan
dalam menulis teks hikayat
dan cerpen
Elemen 3 (BERBICARA DAN
MEMPRESENTASIKAN)
a. Menyajikan teks narasi
dalam bentuk monolog
secara runut dan kreatif

Elemen 4 (MENULIS)
a. Menulis gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan
tertulis untuk berbagai tujuan
secara logis, kritis, dan
reflektif dalam bentuk teks
fiksi dan
mempublikasikannya di
media cetak maupun digital
Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan
pembelajaran pengayaan sebagai berikut:

Nilai Peserta Didik (x) Kegiatan Pembelajaran Keterangan

NKB ≤ N ≤ NMakx Diberikan materi masih dalam NKB = Nilai Ketuntasan


cakupan Capaian Pembelajaran Belajar
dengan pendalaman sebagai NMaks = Nilai
pengetahuan tambahan maksimal ideal
N = N maks Diberikan materi melebihi N = Nilai yang dicapai
cakupan Capaian Pembelajaran peserta didik
dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.

G. REFLEKSI PESERTA DIDIK

Uraian Sudah dapat Masih perlu Rencana


belajar lagi tindak
lanjut
Peserta didik mampu menyimak hikayat
yang dibacakan oleh orang lain untuk
memahami dan menganalisis pesan
dalam teks narasi berbentuk hikayat
Peserta didik mampu membaca untuk
menilai dan mengkritisi karakterisasi
dan plot pada hikayat dan cerpen serta
mengaitkannya dengan nilai-nilai
kehidupan yang berlaku pada masa lalu
dan sekarang.
Peserta didik mampu memahami kaidah-
kaidah bahasa yang digunakan dalam
menulis teks hikayat dan cerpen
Peserta didik mampu menyajikan teks
narasi dalam bentuk monolog secara
runut dan kreatif
Peserta didik mampu menulis gagasan,
pikiran, pandangan, arahan atau pesan
tertulis untuk berbagai tujuan secara
logis, kritis, dan reflektif dalam bentuk
teks fiksi dan mempublikasikannya di
media cetak maupun digital

Rumus:

(Jumlah materi yang kalian kuasai/jumlah seluruh materi) 100%


1. Jika 70—100% materi di atas sudah dikuasai, kalian dapat meminta aktivitas
pengayaan kepada guru.
2. Jika materi yang dikuasai masih di bawah 70%, kalian dapat men- diksusikan
kegiatan remedial yang dapat dilakukan dengan guru.

III. LAMPIRAN

A. LEMBAR KERJA

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


Satuan Pendidikan : SMK N 8 Purworejo
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X/ Gasal
Materi Pokok : Teks Hikayat
A. Identitas
Nama : __________________________________________
Kelompok : __________________________________________
Kelas : __________________________________________

B. Elemen dan Capaian Pembelajaran


Elemen Capaian Pembelajaran
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan
tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks
informasional dan/atau fiksi. Peserta didik mampu menulis teks eksposisi hasil
penelitian dan teks fungsional dunia kerja. Peserta didik mampu mengalihwahanakan
satu teks ke teks lainnya untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu
menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun digital

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama
Menyimak hikayat yang dibacakan oleh orang lain untuk memahami dan
menganalisis pesan dalam teks narasi berbentuk hikayat
Pertemuan kedua
Membaca untuk menilai dan mengkritisi karakterisasi dan plot pada hikayat
dan cerpen serta mengaitkannya dengan nilai-nilai kehidupan yang berlaku
pada masa lalu dan sekarang

Pertemuan ketiga
Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dalam menyusun teks
hikayat dan cerpen
Pertemuan keempat
Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan
secara logis, kritis, dan reflektif dalam bentuk teks fiksi dan mempublikasikannya di
media cetak maupun digital
Pertemuan kelima
Menyajikan teks narasi dalam bentuk monolog secara runut dan kreatif.

D. Petunjuk Belajar
1. Baca dengan cermat dan saksama setiap panduan yang ada di LKPD.
2. Laksanakan tugas-tugas yang ada di LKPD dengan baik dan benar.
3. Isi panduan pertanyaan secara berurutan
4. Kamu dapat menggunakan buku peserta didik, video dari guru, dan sumber lainnya
untuk mencari jawaban.
5. Tulis jawaban secara jelas
6. Kumpulkan LKPD sesuai waktu yang ditentukan dengan cara mengupload di bagian
tugas di aplikasi Classroom.
7. Skor LKPD akan dijadikan sebagai penilaian belajar untuk tiap individu
8. Kamu dapat menggunakan LKPD sebagai buku catatanmu.

E. Uraian Materi
1. Pengertian Hikayat
Kata hikayat diturunkan dari kata bahasa Arab “haka” yang mempunyai
arti: menceritakan, menirukan, mewartakan, menyerupai, berkata, mene-
ruskan, dan melukiskan (Baried, Baroroh St. dkk., 1985: 9).
Sastra hikayat adalah sastra lama yang ditulis dalam bahasa Melayu.
Sebagian besar kandungan ceritanya berkisar dalam kehidupan istana, unsur
rekaan merupakan ciri yang menonjol dan pada lazimnya mencakup bentuk
prosa yang panjang (Baried, Baroroh St. dkk., 1985: 9).
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa. Prosa berisi
cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Prosa dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hikayat).
2. Penggunaan Kata Arkais dalam Teks Hikayat
Hikayat sebagai teks sastra lama menggunakan kata-kata arkais di dalamnya.
Kata arkais adalah kata yang sudah tidak lazim digunakan pada saat ini. Hal
ini tentu berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam cerita pendek yang
lebih populer. Contoh kata-kata arkais: syahdan, sebermula, hubaya-hubaya,
hatta, apatah, sahaja, dan berjaya.
3. Perbedaan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dengan Cerpen
Meskipun hikayat dan cerpen sama-sama merupakan cerita naratif
berupa fiksi, ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena
perbedaan kondisi sosial dan budaya yang terjadi pada saat cerita tersebut
dibuat. Hikayat yang dibuat pada masa kerajaan tidak dapat lepas dari
nuansa istana, baik pada tokohnya maupun seting cerita.
Tokoh pada hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau
orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang-
orang yang sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal
yang tidak wajar. Bahkan, para tokoh tidak hanya diambil dari kerajaan
yang ada di bumi, tetapi juga kerajaan kayangan. Perbedaan kasta pada
setiap golongan masyarakat muncul sangat jelas pada cerita. Hal ini
sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam
cerita.
Hal tersebut sangat berpengaruh pada konflik yang muncul dalam
cerita. Konflik yang biasa muncul tidak lepas dari perselisihan
antarkerajaan dan golongan. Penyelesaian konflik pun tidak jauh dari
peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib yang berakhir bahagia.
Pada cerpen karena karakter dan latar belakang yang begitu beragam,
mengakibatkan konflik dan cara penyelesaiannya pun beragam.
Sebagai cerita yang lebih panjang dibandingkan cerpen, hikayat
memiliki alur yang lebih kompleks. Hikayat memiliki alur berbingkai.
Pada sebuah ceritanya terdapat cerita yang lain. Pada “Hikayat Bayan
Bijaksana”, di samping menceritakan percakapan antara Bayan dan Istri
Zainab terdapat pula cerita lain. Contohnya cerita tentang anak cerpelai,
seperti yang terdapat pada kutipan hikayat berikut.
Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga
ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak- anaknya
supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran.
Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera
yang bersahabat dengan seorang anak saudagar.
Alur yang digunakan pada hikayat adalah alur maju, berbeda dengan
cerpen yang lebih variatif.
4. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Teks Hikayat
Hikayat sebagai bagian dari cerita rakyat tentu tidak lepas dari kehidupan
masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat
menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat
diambil hikmahnya oleh pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat kita lihat dari
pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap tokoh dalam cerita, baik
yang dideskripsikan dalam cerita maupun yang dinarasikan dalam ucapan-
ucapan tokoh.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, termasuk
hikayat, terdiri dari nilai budaya, pendidikan, religius, moral, dan nilai
sosial.
a. Nilai budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
b. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau
kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar
c. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta
alam dan seisinya.
d. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai
kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
e. Nilai sosial berkaitan erat dengan hubungan individu dengan
individu lainnya dalam satu kelompok.
5. Kaidah Bahasa dalam Cerpen
a. Konjungsi Urutan Waktu
Sebagai teks yang menggambarkan sebuah alur cerita, hikayat dan
cerpen tidak dapat lepas dari penggunaan konjungsi urutan waktu.
Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan sebuah
kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu sebelumnya, saat,
maupun setelahnya. Perbedaan konjungsi yang digunakan antara hikayat
dan cerpen terdapat pada bahasa yang digunakan. Hikayat menggunakan
konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais. Adapun cerpen
banyak menggunakan kata populer.
Pemilihan konjungsi sangat menentukan koherensi atau kepaduan
antarkalimat maupun antarparagraf dalam cerita. Hal lain yang perlu
diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah frekuesinya.
Jangan terlalu banyak menggunakan konjungsi urutan waktu pada satu
paragraf. Penggunaan yang terlalu sering, apalagi kata yang sama,
akan membuat cerita yang ditulis menjadi “kekanak-kanakan”.
Bandingkanlah dua penggalan cerita berikut.
b. Majas
Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi untuk
menam- bahkan keindahan cara penyampaian cerita. Beberapa majas
yang sering kali digunakan baik dalam hikayat maupun cerpen adalah
sebagai berikut:
1) Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri
atau sifatnya yang menonjol.
Contoh:
1. Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah
tiga bulan lamanya.
2. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih
pada perempuan tua itu.
2) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang menyatakan benda mati sebagai sesuatu
yang seolah-olah hidup layaknya manusia.
Contoh:
1. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2. Angin menyambar wajahku.
3) Metafora
Metafora adalah majas yang menggunakan kata pembanding untuk
mewakili hal lain atau bukan yang sebenarnya. Mulai dari bandingan
benda fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain.
Contoh: Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua
menyambutku dengan hangat.

4) Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan
hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding.
Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara
lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh: “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu
5) Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan
cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai
kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
2. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari
freezer.
F. Latihan
Pertemuan 1
Langkah-langkah kegiatan

1. Kalian akan menyimak hikayat berjudul Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
yang akan dibacakan secara bergiliran dalam satu kelompok. Agar dapat
menyimak dengan baik, perhatikanlah langkah-langkah di bawah ini!
2. Pusatkan perhatian pada teks hikayat yang dibacakan oleh temanmu.
3. Saat menyimak, kalian dapat menggunakan tabel “Adiksimba” berikut untuk
mengidentifikasi hal-hal penting dalam cerita.
Siapa? Isi Teks Kapan?

Apa? Dimana?

Mengapa? Bagaimana?

4. Gunakanlah isian pada tabel kalian untuk membuat ringkasan cerita yang terdiri
atas minimal 200 kata

Pertemuan 2
Langkah-langkah kegiatan
1. Bacalah hikayat Si Miskin dengan saksama. Pahami alur ceritanya!
2. Identifikasi karakterisasi dan plot pada hikayat. Gunakanlah tabel-tabel di
bawah ini untuk mengidentifikasi hal tersebut

Nama Tokoh Karakter Masalah yang dihadapi Cara Tokoh


Tokoh Tokoh menyelesaikan Masalah
3. Bandingkanlah karakterisasi dan plot antara cerita Hikayat si Miskin, dengan
cerpen Tarian Pena. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai
pemantik.
a. Bagaimana latar belakang tokoh memengaruhi cerita?
b. Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita?
c. Bagaimana alur dibangun dalam cerita?
4. Hikayat sebagai bagian dari cerita rakyat tentu tidak lepas dari kehidupan
masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat
menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat
diambil hikmahnya oleh pembaca. Supaya kalian lebih memahami tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat, analisislah nilai-nilai yang terkandung
dalam Hikayat Si Miskin. Contoh analisis bisa dilihat dr buku pegangan peserta
didik.

Pertemuan 3
Langkah-langkah kegiatan
1. Pahami kembali kaidah bahasa dalam hikayat dan cerpen.
2. Untuk melatih keterampilan kalian, ambillah salah satu kutipan dari
Hikayat si Miskin menjadi bahasa cerpen yang lebih populer. Gunakanlah
konjungsi urutan waktu dan berbagai majas untuk mengembangkanny
Pertemuan 4
Langkah-langkah kegiatan
Pada bagian sebelumnya, kalian sudah menganalisis nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita Hikayat si Miskin. Sekarang, gunakanlah nilai Agar
memudahkan kalian dalam menulis cerita, kalian dapat memulainya dengan
membuat kerangka cerita menggunakan peta konsep. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Siapkanlah kertas kosong, spidol, atau pensil aneka warna.
2. Tuliskanlah topik utama dari cerpen yang akan kalian buat di tengah-tengah
kertas, misalnya persahabatan. Lingkarilah kata kunci itu.
3. Gambarlah cabang utama terkait topik tersebut. Misalnya, tentang tokoh, konflik
atau masalah yang dihadapi tokoh, dan cara tokoh menyelesaikan masalah.
4. Buatlah cabang-cabang lainnya dan gunakan warna ber- beda. Cabang-cabang itu
diisi oleh kata-kata kunci yang ber- hubungan dengan cabang utama.
5. Gunakanlah warna yang menarik pada gambar atau simbol- simbol yang
mencerminkan pengalaman dan imajinasi kalian berkaitan dengan topik-topik itu.
6. Gambarlah garis lengkung untuk menghubungkan kata kunci yang masih berkaitan
dengan kata kunci dari cabang lainnya. Tambahkanlah simbol yang
menggambarkan keterkaitan antarkata kunci itu.
7. Perhatikanlah kembali kelengkapan pengalaman dan imajinasi kalian. Apakah
seluruhnya sudah tersampaikan?
8. Jika sudah lengkap, nomorilah kata-kata kunci sesuai dengan urutan yang akan
kalian susun di dalam cerpen. Coretlah kata- kata kunci yang dianggap tidak
penting untuk dikembangkan. Misalnya, kata kunci yang terlalu menyimpang dari topik
utama atau terlalu biasa kalau dijadikan bahan cerpen.
9. Kembangkanlah kata-kata kunci tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Kalian juga tetap dapat menambahkan peristiwa dan imajinasi lain di luar
kerangka yang tersedia, sepanjang tidak mengganggu topik utama yang telah
dibangun sebelumnya.
Pertemuan 5
Langkah-langkah kegiatan
Video gerak henti adalah salah satu teknik animasi untuk membuat objek yang
dimanipulasi secara fisik agar terlihat bergerak dengan sendirinya. Objek tersebut
digerakkan sedikit demi sedikit pada setiap frame yang akan difoto. Ikutilah
langkah-langkah berikut untuk membuat video gerak henti dari cerita
pendekmu.
1. Buatlah papan cerita (storyboard) sederhana dengan memuat alur kejadian yang akan
difoto dan narasi yang akan direkam untuk setiap adegannya.
2. Gambar latar adalah gambar yang tidak perlu digerakkan pada satu adegan.
Gambar bergerak adalah gambar yang harus digerakkan secara perlahan pada
setiap kali pengambilan gambar agar cerita tampak hidup.
3. Siapkanlah objek yang akan difoto. Kalian dapat menggunakan gambar, potongan
huruf atau boneka
4. Gambar latar adalah gambar yang tidak perlu digerakkan pada satu adegan.
Gambar bergerak adalah gambar yang harus digerakkan secara perlahan pada
setiap kali pengambilan gambar agar cerita tampak hidup.
5. Siapkanlah objek yang akan difoto. Kalian dapat menggunakan gambar, potongan
huruf atau boneka. Sebagai contoh, pada bagian pertama papan cerita di atas,
kalian harus menyiapkan potongan huruf yang merangkai frasa “Tarian Pena”
dan sebuah gulungan kertas yang bertuliskan “Virginia C. C. Pomatow”.Pada
bagian kedua, kalian harus menyiapkan gambar pemandangan jalan di sebuah
desa, anak perempuan berseragam SMA, dan matahari yang bersinar terik.
6. Siapkanlah kamera yang akan digunakan untuk mengambil gambar. Kalian dapat
menggunakan kamera di telepon pintar atau kamera lainnya.
7. Foto satu per satu adegan. Buatlah adegan transisi agar gerakan pada video lebih halus.
8. Rekamlah narasi video menggunakan alat perekam di telepon pintarmu.
9. Rangkailah satu per satu foto yang telah diambil sehingga menjadi cerita yang utuh.
Buatlah menggunakan aplikasi pengolah video yang kalian miliki, baik di telepon
pintarmu maupun di komputer. Tambahkan rekaman suara kalian. Cocokkan antara
suara narasi dan adegan

B. BAHAN BACAAN
Teks 1
Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak

Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna
sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat
Laut dan Selat Makassar.
Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur
ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta
agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-
cucu dan keturunannya, kelak.
Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan
laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun
membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.
Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu
menyerang lagi. Demikian berulang-ulang. Di sekeliling karang, ribuan ikan
lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan
prajurit siap tempur. Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh
persis saat Datu Mabrur membuka matanya.
“Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?”
“Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Samadimu
membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk
menyerangmu. Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk,”
katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya
terjepit di sela-sela karang tajam.
“Jadi, itu rakyatmu?” Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang
mengepung karang.
“Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku
kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.”
“Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau
terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan
mengabdi padamu, bila engkau menolongku...” Raja Ikan Todak mengiba-iba.
Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup.
“Baiklah,” Datu Mabrur berdiri. “Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku
akan menolongmu.”
“Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah
laut yang terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin
berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?”
“Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-
cucuku nanti....” Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud pertapaannya
selama ini.
“Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum
matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!” jawab
Raja Ikan Todak.
Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan
memenuhi sumpahnya itu. “Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak
sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu
kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?”
“Setuju, Datu...,” sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. Ia sangat
membutuhkan air.
Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum. Dengan hati-hati,
dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya
lembut.
Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu
mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula, seakan tak pernah luka.
Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira.
Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja
Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan yang tadi
mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat
bersuka ria.
“Sa-ijaan!” seru Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut.
“Sa-ijaan!” sahut Datu Mabrur.
Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu
Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Gemuruh
perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan timbulnya
sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu kian tampak.
Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan!
Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong
dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut. Sambil mendorong, mereka
serempak berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!”
Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi
sumpahnya!
Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya.
57
Berupa sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan.
Tanahnya tampak subur. Pulau kecil yang makmur.
Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi
tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan.
Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang
Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun.
Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut
dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan
dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
Diadaptasi dari:
https://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?id=NWFlMDNlNzE4NjVlYWNiZjc4ZjE3NmJh

Teks 2
Hikayat si Miskin

Asalnya raja kayangan dan jadi demikian karena disumpahi oleh Batara Indera.
Terlantar di negeri Antah Berantah dan keduanya sangat dibenci orang. Setiap
kali mereka mengemis di pasar dan kampung mereka dipukuli dan diusir hingga
ke hutan. Oleh yang demikian, tinggallah dua suami-istri itu di hutan memakan
batang kayu dan buah-buahan.
Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan
lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di
dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya tatkala ia di
Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot.
Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya, “Ayo, hai
Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu
akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu,
hampir kepada kampung orang tiada boleh.”
Setelah didengar oleh istrinya kata suaminya demikian itu maka makinlah
sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis!
Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat
oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan.”
Maka istrinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar
mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah
mempelam maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya
takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam,
“Hai miskin. Apa kehendakmu?”
Maka sahut si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serta rahim tuan akan
hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba
hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji
sahaja tuan.”
Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin.
Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada
yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan
buah- buahan. Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi
orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya
jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah
dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya
demikian itu maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan istrinya.
Maka katanya, “Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan
makan-makanan dan kain baju. Itupun di- injakkannyalah istrinya seraya
menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka istrinya pun
menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam
taman raja itu. “Biarlah aku mati sekali.”
Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan ke- lakuan istrinya
itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka
suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda
itu pun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah.
Lalu masuk ke dalam sekali.
Maka titah baginda, “Hai Miskin, apa kehendakmu?”Maka sahut si Miskin,
“Ada juga tuanku.” Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah, “Ampun
Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya Syah Alam akan
patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan buah
mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku.”
Maka titah baginda, “Hendak engkau buatkan apa buah mem- pelam itu?”
Maka sembah si Miskin, “Hendak dimakan, Tuanku.”
Maka titah baginda, “Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si
Miskin ini”.
Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah
oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia
berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke
dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat
sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya. Maka si Miskin pun
sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya akan suaminya
datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya
disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun me- nangis pula
hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Demikian juga si
Miskin mendapat nangka di kebun raja itu untuk istrinya yang mengidam
itu.
Adapun selama istrinya si Miskin hamil maka banyaklah makan-makanan
dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas- perkakas itu diberi orang
kepadanya.
Dan pada ketika yang baik dan saat yang sempurna, pada malam empat belas
hari bulan maka bulan itu pun sedang terang- tumerang maka pada ketika itu
istri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak lelaki terlalu amat baik
parasnya dan elok rupanya. Anak itu dinamakan Marakarmah, artinya anak
di dalam kesukaran.
Hatta maka dengan takdir Allah Swt. menganugerahi kepada hambanya. Maka
si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu.
Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka
tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka
istrinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada
suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun
tiada habis dibuat belanja.”
Ia menjadi kaya dan menempah barang-barang keperluannya- kendi, lampit,
utar-utar, pelana kuda, keris, dan sebagainya. Sekembalinya dari menempah
barang-barang itu dia mandi berlimau, menimang anaknya dan berseru,
“Jikalau sungguh- sungguh anak dewa-dewa hendak menerangkan muka
ayahanda ini, jadiIah negeri di dalam hutan ini sebuah negeri yang lengkap
dengan kota, parit dan istananya serta dengan menteri, hulubalang, rakyat
sekalian dan segala raja-raja di bawah baginda, betapa adat segala raja-raja
yang besar!”
Kabul permintaan itu dan si Miskin menjadi raja bertukar nama Maharaja
Indera Angkasa dan istrinya bertukar nama Ratna Dewi dan negeri itu
dinamakan Puspa Sari.
(Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952, dengan penyesuaian)

Teks 3
TARIAN PENA
Virginia C.C. Pomantow

Di bawah terik matahari aku menyusuri jalan kampung yang tampak tak
berpenghuni. Samar-samar nyanyian tonggeret ter- dengar di sampingku. Bagai
melodi yang tak tertata, sekali lagi aku mendengarnya. Sesampai dalam “istana
tuaku”, terlihat seorang perempuan tua yang menyambutku dengan hangat. Nasi yang
berselimut lauk-pauk tersedia dengan manis di meja makan. Setelah itu, aku masuk ke
dalam ruang yang mengetahui setiap gerak-gerikku. Aku mulai memegang pena dan
menggoreskannya di atas lembaran putih. Kutuang semua rasa yang bergejolak
dalam hatiku.
Tiba-tiba langit mulai gelap. Kuterlelap dalam buaian dingin yang kalap,
bermimpi seorang pangeran gagah datang dengan kereta emas menjemputku
dan merangkulku.
Pagi cerah menanti sosok pelajar dari ibu pertiwi. Aku berdiri di lantai dua
sekolah menanti kawan yang menyapa dengan senyuman. Kutatap pohon dan
tanaman yang asri dan tersusun pula dengan rapi. Angin menyambar wajahku.
“Fuuuuuuuuuu….
Seketika aku merasa tersengat dan memiliki semangat yang tak kunjung
pudar. Di halaman sekolah para peserta didik bermain basket dengan lihai dan
sebagian siswi berbincang-bincang dengan santai. Aku senang sekali
menuangkan semua yang kulihat dalam sebuah tulisan, baik itu puisi maupun
diary, hanya dengan kata yang mudah dipahami dan makna yang tersirat
dengan sentuhan rasa kasih. Sungguh, aku tak ingin orang banyak
mengetahui apa yang tersirat dalam catatanku.
Waktu berjalan begitu cepat menyongsong matahari yang mengingini senja.
Besi kuning mulai menjerit. “Teng, teng, teng.” Waktunya pulang ke
“istanaku”.
Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan
hangat. Terlihat nasi yang berselendangkan lauk-pauk, membekaskan lezat pada
lidahku. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih pada
perempuan tua itu. Aku pun masuk ke dalam ruang yang mengetahui gerak-
gerikku dengan mengajak pena menari di atas lembaran putih. Kali ini,
terpikirkan olehku sosok perempuan tua yang selalu terbayang di benakku.
Susunan kalimat pun sudah selesai.
“Aryo!” teriakku kepada lelaki yang belum pernah kudapati. Ketika aku
membuka mata, Aryo sudah berada di depanku.
Seketika pipiku mulai memerah dan bibirku menjadi sedikit kaku.
“Apakah ini mimpi. Ini masih terlalu dini. Lagipula, aku masih terlalu
muda!” teriakku dalam hati.
Air dingin pun jatuh membasahi wajahku. Perlahan aku membuka mata dan
mendapati ibuku memegang gayung air dari kamar mandi.
“Ibu, mengapa Ibu menyiram air ke wajahku?” tanyaku
“Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu. Keesokan harinya, pagi-pagi buta,
perempuan tua menyodorkan susu yang berbalut sediri kopi. Terasa lengkap
akhir pekan ini. Kuintip dia dari balik lembaran kain yang tergantung di
bawah ventilasi, dia di sana. Perempuan tua itu duduk di sebuah kayu
berlapis kapuk yang membatu. Aku sedikit tersenyum manis.
“Hemmm….” Wajahnya tampak di bawah naungan yang diharapkan selalu
terjadi dan berharap waktu terus begini.
“Ibu telah meninggal” kata seseorang yang menyapaku dengan tepukan di bahu
kanan. Aku terdiam dan tak dapat berbuat apa pun, selain menangis bak orang
gila.
“Aaah…. Hee…. Tidak! Tidak! Ibuku tidak akan meninggalkan- ku,” jeritan
keras yang tak pernah kuteriakkan sepanjang hidupku.
Seketika aku tersadar dari lamunku. ‘Uhh, untung saja itu hanya sebuah
khayalan baru yang terlintas di kepalaku,’ kesalku.
Pada sore hari menjelang bulan naik perlahan menggantikan surya,
perempuan itu pulang dengan letihnya. Wajah lesu, tangan yang lemas, dan
kaki yang perlahan membeku. Kulihat dari seberang utara ruang tamu. Aku
melangkahkan kaki dengan pasti dan memeluk tubuh perempuan tua itu, walau
peluhnya pun menempel di bajuku.
“Bu, maafkan aku. Aku tidak akan membuatmu kesal dan capek,” tangisku
yang tersedu dalam sesal.
“Eh, ada apa, sih, kamu ini tiba-tiba memeluk Ibu. Minta maaf pula. Tumben-
tumbenan,” kata ibu dengan bingung.
Kemudian, aku pergi ke ruang yang mengetahui gerak- gerikku. Kuhanyut
dalam renungan pada malam sepi ini, merasakan dua hati yang saling
melukai, antara sesal dan sedih. Dua rasa yang sejenis, tetapi memiliki arti
masing-masing yang sangat mendalam. Sekali lagi aku menorehkan pena di
hadapan lembaran kertas putih. Lilin kecil yang memercikkan api jingga
menemaniku saat itu. Bersama itu, aku berdiam diri sambil menulis sebuah
kisahku hari itu. Perlahan aku memejamkan mata dan bunyi rekaman lama
terdengar.
Aku terbangun dan keluar dari ruang yang mengetahui gerak- gerikku. Aku
terkejut melihat banyak orang mengerumuni kamar perempuan tua itu.
Kupandangi arah kamar perempuan tua itu. Lututku terjatuh perlaham
menghampiri lantai. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang
keluar dari freezer.
“Ibu!” teriakku sekuat tenaga sambil meratapi malangnya nasibku. Perempuan
tua tak dapat mengatakan apa pun, hanya terdiam, membeku, dan tergeletak,
tinggal menunggu untuk dikebumikan. Aku hanya menangis, menangis tak
karuan.
Sekarang hari-hariku dipenuhi sesal yang tak berarti. Berangkat ke sekolah
dengan seragam kumuh, tidak pula membuat sarapan karena malas dan resah,
serta serintih harapan tak dapat kuadu. Masa tersulit pun kualami. Merajut asa
tanpa sosok ibu di sisiku. Rindu tak terbalaskan. Bak pungguk merindukan
bulan.
“Ibu, aku rindu. Aku ingin Ibu masih bersamaku. Aku tak ingin semua ini
terjadi. Aku lelah dengan semua kejadian ini!” jeritku kepada perempuan tua
itu.
“Tamat. Sekarang sudah larut malam. Sebaiknya cepat tidur. Selamat malam,
Putriku,” kata ibuku sambil mencium keningku.
“Selamat malam juga, Ibu,” jawabku sambil menarik selimut mungil dan
terlelap pada malam itu dengan embusan angin yang menyapa dengan dingin.

(Sumber: Di Sini Rinduku Tuntas; Antologi Cerita Pendek Bengkel Sastra 2019
Balai Bahasa Sulawesi Utara, 2019)

C. GLOSARIUM
1. Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan
keluarga istana atau kaum bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar
istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat tokoh utamanya.
2. Ciri-ciri hikayat antara lain
a. Menggunakan bahasa Melayu lama.
b. Pralogis, yaitu ceritanya kadang-kadang sulit diterima akal.
c. Istana sentries, yaitu pusat cerita berada di lingkungan istana.
d. Anonim, maksudnya adalah prosa tersebut tidak jelas siapa pengarangnya.
e. Statis, yaitu bersifat baku dan tetap.
f. Menggunakan kata arkhais, yaitu kata-kata yang kini tidak lazim digunakan,
semisal kata: sebermula, hatta, dan syahdan
3. Sementara nilai-nilai adalah tuntunan perilaku atau hidup sesorang. Oleh karena itu,
nilai-nilai biasanya tampak pada karakter tokoh cerita tersebut. Berikut nilai-nilai
dalam hikayat yang perlu diketahui.
a. Nilai Moral
Nilai moral dalah nilai yang berhubungan dengan baik buruknya sikap atau
perbuatan tokoh dalam hikayat.
b. Nilai sosial
Nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam
masyarakat.
c. Nilai agama
Nilai agam adalah nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan atau
hubungan manusia dengan Tuhan.
d. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah yang berhubungan dengan sikap dan tata laku seseorang
melalui upaya pengajaran dan latihan.
e. Nilai Budaya
Nilai Budaya merupakan nilai yang berhubungan dengan adat istiadat dan
kebudayaan suatu daerah yang mendasari suatu cerita.

D. DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra
Indonesia untuk SMA/ SMK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud RI.
Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Buku Panduan Guru Cerdas Cergas
Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/ SMK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud
RI.
Mulyanto, Firman. 2017. Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Laksana.

Purworejo, Juni 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Wahyono, S.Pd., M.Pd. Wiwin Masngudah, S.Pd.


NIP. 19661211 199003 1 007 NIP. 198503222022212015

Anda mungkin juga menyukai