Anda di halaman 1dari 19

PERAN BANK INDONESIA PAPUA TERKAIT DENGAN NERACA

PEMBAYARAN INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Perekonomian Indonesia

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Daniel Ayub Dawan., SE., MM

Disusun Oleh :

1. Eurola Rante NIM. 2020041014081


2. Ranti Pramudita NIM. 2020041014100
3. Linda F. Rumere NIM. 2020041014071
4. Paskalina Asso NIM. 2020041014200
5. Delvia Wetipo NIM. 2020041014206
6. Andre W. Wanggai NIM. 2018041014191
7. Bliton I. Numberi NIM. 2020041014018
8. Firdaus Ginting NIM. 2020041014022
9. Swingly M. Apaseray NIM. 2020041014100
10. Julian O. Aturut NIM. 2020041014130

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
DAFTAR ISI

I. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
A. Masalah yang dihadapi........................................................................................... 2
B. Tujuan Penulisan Tugas......................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan Tugas....................................................................................... 2
II. Landasan Teori.............................................................................................................. 3
A. Neraca Pembayaran menurut para Ahli............................................................... 3
B. Neraca pembayaran menurut Hukum.................................................................. 3
C. Neraca Pembayaran Menurut Bank Indonesia.................................................... 3
III. Gambaran Umum......................................................................................................... 4
A. Megenai Bank Indonesia Papua............................................................................ 4
B. Lokasi Bank Indonesia Papua............................................................................... 5
C. Tugas dan Tanggung jawab Struktur Bank Indonesia Papua........................... 7
IV. Pembahasan................................................................................................................... 8
A. Materi Terkait Neraca Pembayaran..................................................................... 8
B. Terkait permasalahan yang dihadapi.................................................................. 10
V. Kesimpulan dan Saran................................................................................................ 14
A. Kesimpulan............................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................................ 14
VI. Lampiran....................................................................................................................... 16
A. Foto Perusahaan Bank Indonesia......................................................................... 16
B. Foto Kerjasama Kelompok................................................................................... 16
VII. Daftar Pustaka.............................................................................................................. 17
I. LATAR BELAKANG

Neraca pembayaran merupakan catatan sistematis transaksi keuangan antara


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain dalam periode tertentu. Sebagai
negara yang memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia sangat tergantung
pada perdagangan internasional untuk pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah Indonesia untuk memantau dan mengelola neraca pembayaran
dengan baik agar ekonomi Indonesia dapat tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

Neraca pembayaran Indonesia menjadi salah satu indikator penting dalam


mengukur kesehatan ekonomi negara. Dalam beberapa tahun terakhir, neraca
pembayaran Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, penting
untuk memahami latar belakang neraca pembayaran Indonesia agar dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja neraca pembayaran negara
ini, maupun pada wilayah tertentu.

Dorongan pembuatan neraca Pembayaran Indonesia ini dibuat sebagai respon


terhadap masalah yang di hadapi oleh Bank Indonesia Provinsi Papua dalam hubunganya
dengan neraca pembayaran, dari adanya Defisit neraca pembayaran yang terjadi ketika
pembayaran ke wilayah lain melebihi penerimaan dari negara lain yang dimana defisit ini
dapat disebabkan oleh impor yang tinggi, kemudian adanya permasalahan dan tantangan
yang dihadapi Bank Indonesia perwakilan wilayah Provinsi Papua pterkait pengelolaan
neraca pembayaran. Oleh karena itu, penting bagi Bank Indonesia Provinsi Papua untuk
mencapai keseimbangan ekonomi yang sehat dan dapat mengelola neraca pembayaran
dengan baik, serta dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
memberikan manfaat bagi rakyat diwilayah Provinsi Papua.
Dari penjelasan diatas dapat kami paparkan permasalahan yang dihadapi dengan
pemberian judul makalah “Peran Bank Indonesia Perwakilan Papua Terkait dengan
Neraca Pembayaran Indonesia” dengan point dalam permasalahan sebagai berikut :

1
A. Masalah-Masalah Yang dihadapi
Adapun masalah yang di hadapi antara lain :
1. Adanya Kesulitan yang dihadapi Bank Indonesia terkait pengelolaan harga
komoditas Pasar di Papua
2. Adanya ketergantungan pada Ekspor komoditas terutama pada sektor
pertambangan di wilayah Papua
3. Ketidaktepatan data atau informasi yang diperoleh oleh Bank Indonesia Papua
terkait neraca pembayaran

B. Tujuan Penulisan Tugas


1. Untuk Membagun dasar teoritis dengan menyajikan pemahaman pada bidang harga
komoditas terkait neraca pembayaran
2. Untuk Memberikan pegetahuan dan informasi megenai ketrgantungan Ekspor
komoditas pada wilayah Papua terkait neraca pembayaran
4. Untuk memberikan pemahaman yang jelas dan singkat mengenai Ketidaktepatan
data atau informasi yang diperoleh oleh Bank Indonesia Papua terkait neraca
pembayaran.

C. Manfaat Penulisan Tugas


1. Melalui penulisan tugas makalah ini, penulis maupun pembaca dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
harga komoditas di pasar Papua, yang dilibatkan dalam faktor-faktor sehingga
dengan pemahaman yang lebih baik kita dapat mencari solusi yang efektif.
2. Melalui penulisan tugas ini, penulis maupun pembaca dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan wilayah Papua pada sektor
pertambangan dan ekspor komoditas dimana Pemahaman ini penting untuk
menggali dampak ekonomi yang lebih luas dan mencari alternatif untuk
mengurangi ketergantungan yang berlebihan.
3. Penulisan tugas ini dapat membantu mengidentifikasi masalah dan tantangan yang
terkait dengan ketidaktepatan data atau informasi yang diperoleh oleh Bank
Indonesia Papua. Dengan mengidentifikasi masalah ini, tugas ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab ketidaktepatan dan
mengarahkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

2
II. LANDASAN TEORI
A. Neraca Pembayaran menurut para ahli

Menurut Nopirin 1996, neraca pembayaran adalah catatan yang sistematik


tentang transaksi ekonomi Internasinal antara penduduk negara itu dengan negara
penduduk lain. Neraca pembayaran Internasional (Balance of pyment) adalah suatu
catatan yang disusun secara sistemais tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi
perdagangan barang jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident)
suatu negara dan penduduk luar negari (rest of the world) untuk suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun (Balance of Payment manual (BPM) yang diterbitkan oleh IMF
1993).

B. Neraca Pembayaran Indonesia menurut Hukum


Hukum Indonesia, pengertian neraca pembayaran dapat ditemukan dalam
beberapa peraturan dan regulasi yang terkait dengan statistik ekonomi dan keuangan.
Salah satu peraturan yang mengatur tentang neraca pembayaran di Indonesia adalah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/17/PBI/2018 tentang Statistik Moneter dan
Perbankan. Peraturan tersebut kemungkinan mencakup berbagai aspek terkait dengan
statistik moneter dan perbankan, seperti kewajiban lembaga perbankan dan lembaga
keuangan nonbank untuk memberikan data statistik kepada Bank Indonesia. Hal ini
mencakup data terkait dengan neraca perbankan, pinjaman, suku bunga, aliran modal,
neraca pembayaran, dan komponen moneter lainnya.

C. Neraca Pembayaran menurut Bank Indonesia


Menurut Bank Indonesia (2008), neraca pembayaran dibuat dengan tujuan
untuk mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian, mengetahui aliran
sumber daya dengan negara lain, mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan,
mengetahui permasalahan utang luar negeri, mengetahui perubahan posisi cadangan
devisa dan potensi tekanan terhadap nilai tukar, sebagai sumber data dan informasi
dalam menyusun anggaran devisa dan sebagai sumber data penyusunan statistik
neraca nasional (national account).

3
III. GAMBARAN UMUM
A. Megenai Bank Indonesia Papua

Bank Indonesia Perwakilan Papua, sebagai bagian dari Bank Indonesia,


memiliki peran penting dalam mengelola dan memantau neraca pembayaran di
wilayah Papua. Bank Indonesia Papua berfokus pada kebijakan moneter, pengawasan
perbankan, dan stabilitas sistem keuangan di Papua. Salah satu tugas utama Bank
Indonesia Papua adalah memantau dan menganalisis neraca pembayaran di wilayah
tersebut. Bank Indonesia Papua mengumpulkan data dan informasi terkait dengan
nilai ekspor, impor, arus modal, serta transaksi keuangan lainnya di Papua. Dengan
memantau neraca pembayaran, Bank Indonesia Papua dapat mengidentifikasi potensi
masalah seperti defisit atau surplus yang mungkin timbul.

Secara keseluruhan, Bank Indonesia Perwakilan Papua berperan sebagai


penjaga stabilitas ekonomi dan keuangan di Papua. Dengan memantau dan mengelola
neraca pembayaran, Bank Indonesia Papua berusaha menciptakan kondisi ekonomi
yang seimbang, berkelanjutan, dan berdaya saing bagi wilayah Papua.

Tugas dan tanggung jawab utama Bank Indonesia Papua terkait neraca
pembayaran:

1. Pemantauan Neraca Pembayaran, Bank Indonesia Papua bertanggung jawab untuk


memantau dan menganalisis neraca pembayaran di wilayah Papua. Mereka
mengumpulkan data dan informasi terkait dengan nilai ekspor, impor, arus modal,
dan transaksi keuangan lainnya di Papua. Dengan memantau neraca pembayaran,
Bank Indonesia Papua dapat mengidentifikasi potensi masalah seperti defisit atau
surplus neraca pembayaran.
2. Perumusan Kebijakan, Bank Indonesia Papua bekerja sama dengan pemerintah dan
lembaga terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan
neraca pembayaran di wilayah Papua. Mereka berkontribusi dalam pengembangan
strategi untuk meningkatkan ekspor Papua, mengurangi ketergantungan pada
impor, serta mengelola dampak fluktuasi harga komoditas.
3. Pengawasan dan Pengendalian, Bank Indonesia Papua memiliki peran dalam
mengawasi dan mengendalikan transaksi keuangan yang berkaitan dengan neraca
pembayaran di wilayah Papua. Mereka melakukan pengawasan terhadap bank-

4
bank dan lembaga keuangan di wilayah tersebut untuk memastikan kepatuhan
terhadap aturan dan regulasi yang berlaku.
4. Edukasi dan Informasi, Bank Indonesia Papua juga bertugas untuk memberikan
edukasi dan informasi kepada masyarakat serta pelaku usaha di Papua terkait
neraca pembayaran dan pentingnya menjaga keseimbangan ekonomi. Mereka
berperan dalam memberikan pemahaman yang lebih baik tentang neraca
pembayaran serta mempromosikan kegiatan ekonomi yang berkontribusi pada
peningkatan ekspor dan mengurangi defisit neraca pembayaran.

B. Lokasi Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua


Perlu diketahui bahwa Direktur Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua ialah
Bapak Juli Budi Winantya. Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua terletak di
Kota Jayapura, ibu kota Provinsi Papua, Indonesia. Kantor Bank Indonesia tersebut
berada di Jl. Dr. Sam Ratulangi No.9, Gurabesi, Kec. Jayapura Utara, Kota
Jayapura, Provinsi Papua.

Struktur Organisasi Bank Indonesia Perwakilan Papua Terkait dengan


Pengelolaan Neraca Pembayaran Indonesia

5
C. Tugas dan Tanggung Jawab sturktur Bank Indonesia terkait dengan pengelolaan
neraca pembayaran Indonesia :
 Gubernur Bank Indonesia: Bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan Bank
Indonesia.
 Deputi Gubernur Bank Indonesia: Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang
Pengawasan dan Stabilitas Keuangan,bertanggung jawab atas pengawasan perbankan
dan stabilitas sistem keuangan.
 Departemen Kebijakan Moneter:
1. Direktorat Kebijakan Moneter, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, termasuk kebijakan neraca pembayaran.
2. Direktorat Operasi Moneter, bertanggung jawab untuk melaksanakan operasi
pasar uang dan valuta asing.
3. Direktorat Pengaturan Moneter dan Makroprudensial, bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaturan moneter dan
makroprudensial.
4. Direktorat Pengembangan dan Keuangan Syariah, bertanggung jawab untuk
mengembangkan keuangan syariah dan produk-produknya.
 Departemen Statistik:
1. Direktorat Survei, bertanggung jawab untuk mengumpulkan data statistik
ekonomi, termasuk data neraca pembayaran.
2. Direktorat Pengolahan Data dan Informasi Statistik, bertanggung jawab untuk
mengolah data statistik ekonomi dan menyajikan informasi statistik.
3. Direktorat Pengembangan Statistik, bertanggung jawab untuk mengembangkan
metode dan teknik statistik yang diperlukan untuk menghasilkan data statistik
ekonomi yang akurat dan relevan.
 Departemen Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Internasional:
1. Direktorat Kebijakan Ekonomi Internasional, bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan ekonomi internasional, termasuk
kebijakan neraca pembayaran.
2. Direktorat Kebijakan Keuangan Internasional, bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan keuangan internasional, termasuk
kebijakan neraca pembayaran.

6
3. Direktorat Kebijakan Makroprudensial dan Perbankan Multilateral, bertanggung
jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan makroprudensial dan
kerja sama perbankan multilateral.
4. Direktorat Kebijakan dan Pengembangan Pasar Keuangan, bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan pengembangan pasar
keuangan.
 Departemen Pengelolaan Devisa:
1. Direktorat Pengelolaan Cadangan Devisa, bertanggung jawab menjaga keamanan
dan keamanan informasi serta data-data terkait dengan pengelolaan cadangan
devisa Indonesia
2. Direktorat Manajemen Risiko dan Investas, bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan risiko pada portofolio investasi Bank Indonesia, termasuk risiko
pasar, kredit, likuiditas, dan operasional.

Direktorat Jendaral pembendaharaan


1. Mengelola cadangan devisa Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi:
Direktorat ini bertanggung jawab untuk mengelola cadangan devisa Indonesia
agar tetap mencukupi dan stabil. Pengelolaan ini mencakup kegiatan seperti
memperoleh sumber dana yang aman dan memilih instrumen investasi yang tepat
sehingga cadangan devisa tetap bertumbuh secara stabil dan aman.

7
IV. PEMBAHASAN

Pembahasan dalam sebuah makalah memiliki kegunaan yang penting. Melalui


pembahasan, penulis dapat menganalisis dan menafsirkan informasi yang telah
dikumpulkan, menghubungkannya dengan teori atau konsep yang relevan, serta
menjelaskan implikasi atau kesimpulan yang dapat diambil. Selain itu, pembahasan
juga memungkinkan penulis untuk mengaitkan temuan atau hasil penelitian dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam makalah. Dengan demikian,
pembahasan berperan penting dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam,
memperkuat argumen, dan menyampaikan makna serta dampak dari informasi yang
disajikan dalam makalah tersebut.

A. Materi Terkait Neraca pembayaran


Hady Hamdi mendefinisikan balance of payment (BOP) adalah suatu catatan
yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi
perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident)
suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun.
Neraca Pembayaran dapat di definisikan sebagai laporan yang merekam semua
transaksi ekonomi antara negara Indonesia dan negara lain maupun suatu wilayah ke
wilyah lain dalam suatu periode tertentu.
Dalam buku Perekonomian Indonesia penulis Daniel Ayub Dawan., SE., MM
pada Bab X – megenai Tujuan Penyusunan neraca pembayaran ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara. Peranan
sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah permintaan produk
domestik oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin besar permintaan
terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang tercermin dari nilai ekspor
negara bersangkutan, semakin besar pula peranan sektor eksternal dalam
pembentukan produk domestik.
2. Mengetahui aliran sumber daya antarnegara. Dari NP dapat diketahui seberapa
besar aliran sumber daya antara suatu negara dengan negara-negara lainnya
sehingga terlihat apakah negara tersebut merupakan pengekspor barang atau
modal, maupun sebaliknya.
3. Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara. Dengan mengamati
perkembangan NP, dapat diketahui pola umum kegiatan perekonomian suatu

8
negara dalam berinteraksi dengan negara lain seperti ketergantungan sumber
pendapatan nasional dari hasil ekspor produk pertanian dan ketergantungan
sumber pembiayaan investasi dari negara lain.
4. Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu negara. Dari catatan transaksi
modal dan keuangan di NP, dapat diketahui seberapa jauh suatu negara dapat
memenuhi kewajibannya terhadap negara lain.
5. Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara. Bertambah atau
berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau defisit NP.
Apabila terjadi surplus NP maka posisi cadangan devisa akan bertambah sebesar
surplus tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi defisit NP.
6. Dipergunakann sebgai sumber data dan informasi dalam penyusunan anggaran
devisa dengan memperlihatkan surplus atau defisit neraca pembayaran pada tahun
tertentu, dapat diperkirakan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun
berikutnya, sekaligus dapat ditentukan besarnya pinjaman yang diperlukan.
7. Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan nasional
(national account). Statistik NP diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional
mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai eksporimpor barang
dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran.
Dalam buku Perekonomian Indonesia penulis Daniel Ayub Dawan., SE., MM
pada Bab X – megenai komponen-kompenen Neraca Pembayaran, terdiri atas lima
bagian yang saling berhubungan yaitu :
1. Neraca Perdagangan (Balance of trade) ialah daftar atau neraca yang berisi
perbandingan antara besarnya nilai ekspor dengan impor suatu negara dalam
jangka waktu 1 tahun. Jika nilai ekspor lebih besar maka negara mengalami
surplus dalam neraca pembayaran. Namun jika nilai ekspor lebih kecil daripada
impor maka negara mengalami defisit neraca perdagangan.
2. Neraca Jasa ialah neraca yang mencatat transaksi jasa yang diselengarakan dan
diterima suatu negara terhadap negara lain selama jangka waktu 1 tahun.
3. Neraca Hasil Modal ialah sebuah neraca yang mencatat semua pembayaran dan
penerimaan bunga,deviden,upah,dan tenaga asing.
4. Neraca lalu lintas Modal, ialah sebuah neraca yang mencatat segala kredit atau
pinjaman dari luar negri dan segala kredit/pinjaman yang diberikan kepada negara
lain. Dalam neraca ini juga dicatat jual beli efek, penanaman modal asing, bantuan
luar negri, serta pembayaran utang luar negri.

9
5. Neraca Lalu Lintas Moneter (Monetery Account) ialah sebuah neraca yang
mencatat dan memperlihatkan perkembangan/perubahan cadangan devisa suatu
negara. Cadangan tersebut terdiri dari emas dan devisa.
B. Terkait Permasalah yang dihadapi

Harga komoditas pasar mengacu pada nilai atau harga jual komoditas yang
ditentukan oleh kekuatan pasar, yaitu permintaan dan penawaran komoditas di pasar.
Harga komoditas pasar dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pasokan dan
permintaan global, fluktuasi mata uang, kebijakan perdagangan, cuaca, dan faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi keseimbangan antara penawaran dan permintaan
komoditas.

Bank Indonesia Papua, sebagai bagian dari Bank Sentral Republik Indonesia,
bertanggung jawab untuk mengelola kebijakan moneter dan mengawasi stabilitas
harga di wilayah Papua. Namun, Bank Indonesia Papua mungkin menghadapi
kesulitan dalam pengelolaan harga komoditas pasar karena beberapa faktor berikut:
1. Keterbatasan data dan informasi: Papua adalah wilayah yang geografisnya
kompleks dan terdiri dari daerah yang terpencil. Ketidaktepatan atau
ketidaktersediaan data dan informasi tentang produksi, pasokan, dan permintaan
komoditas di wilayah ini dapat menyulitkan Bank Indonesia Papua dalam
menganalisis dan memperkirakan pergerakan harga komoditas. Kurangnya data
yang akurat dan terkini dapat menghambat pengambilan keputusan yang tepat
dalam mengelola harga komoditas.
2. Ketergantungan pada faktor eksternal: Harga komoditas pasar dipengaruhi oleh
faktor-faktor global seperti perubahan harga internasional, fluktuasi mata uang, dan
kebijakan perdagangan global. Bank Indonesia Papua mungkin kesulitan
mengelola harga komoditas pasar karena faktor-faktor eksternal ini di luar kendali
langsung mereka. Perubahan harga komoditas global dapat dengan cepat
mempengaruhi harga di pasar lokal dan menciptakan ketidakstabilan harga yang
sulit untuk diatasi oleh Bank Indonesia Papua.
3. Tantangan dalam pengawasan dan penegakan regulasi: Papua adalah wilayah yang
luas dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Pengawasan dan
penegakan regulasi terkait harga komoditas dapat menjadi tantangan karena
wilayah yang luas dan kondisi geografis yang sulit. Ketidakmampuan untuk secara

10
efektif mengawasi pasar dan melaksanakan kebijakan yang konsisten dapat
mempengaruhi stabilitas harga komoditas.

Untuk mengatasi kesulitan dalam pengelolaan harga komoditas pasar, Bank


Indonesia Papua dapat bekerja sama dengan instansi terkait dan pemangku
kepentingan lainnya untuk meningkatkan pengumpulan data yang akurat, memperkuat
pengawasan dan penegakan regulasi, serta meningkatkan koordinasi dengan lembaga-
lembaga terkait baik di tingkat regional maupun nasional. Selain itu, upaya untuk
meningkatkan pemantauan terhadap faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga
komoditas juga dapat membantu dalam mengelola harga komoditas pasar secara lebih
efektif.

Mengenai harga komoditas pasar Indonesia, pada Provinsi Papua sendiri


megalami masalah dalam keterangntungan ekspor komoditas terutama dalam sektor
pertambangan. Perlu diketahui bahwa Provinsi Papua dikenal dengan kekayaan
alamnya, termasuk sumberdaya mineral dan tambang yang melimpah. Pada data
Laporan terakhir Perekonomian Daerah provinsi Papua di tahun 2022 pada Chapter 3
(Neraca Perdagangan) tercatat bahwa Primadona ekspor di Papua adalah ekspor bijih
tembaga dan konsentrat. Secara total, nilai ekspor Papua tahun 2021 mencapai
US$4.439,8 juta dan nilai impornya hanya sebesar US$199,7 juta.

Jika dikaitkan dengan data Laporan Perekonomian Derah Provinsi Daerah 2019
Pada chapter 3 (Neraca Perdagangan) tertulis pada halaman 23 dikatakan bahwa
Imbas peningkatan ekspor nasional juga terjadi di Provinsi Papua. Selama ini, ekspor
terbesar yang berasal dari Papua berupa bijih tembaga dan konsentrat. Nilai ekspor

11
Papua tahun 2018 mencapai US$3.856,46 juta dan nilai impornya mencapai
US$520,42 juta, sehingga tahun 2018 neraca perdagangan menjadi sebesar
US$3.336,04 juta.

Dari data tersebut di falidkan bahwa Provinsi Papua bergantung pada ekspor
komoditas pertambagan, hal ini dikarenakan kekayaann yang tersedia, namun dari
adanya ketergantungan ekspor komoditas pada sektor pertambagan ini
Ketergantungan Papua pada ekspor komoditas jika terus berlanjut tanpa diversifikasi
ekonomi yang memadai, Papua dapat menghadapi beberapa risiko yaitu Fluktuasi
harga komoditas yang dapat mengakibatkan penurunan pendapatan ekspor dan
penerimaan negara. Selain itu, ketimpangan ekonomi dan sosial dapat terus
meningkat, menghambat pembangunan sektor lain dan meningkatkan ketidakadilan
dalam distribusi kekayaan.

Untuk mengatasi tantangan ini, perlu dilakukan langkah-langkah strategis.


Pertama, penting untuk mempromosikan diversifikasi ekonomi dengan
mengembangkan sektor-sektor lain yang berpotensi seperti pertanian, pariwisata,
industri kreatif, dan infrastruktur. Diversifikasi ekonomi dapat mengurangi
ketergantungan pada sektor pertambangan dan menciptakan lapangan kerja yang lebih
luas, selanjuntya Provinsi Papua harus fokus pada pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan kualitas pendidikan. Ini akan membantu menciptakan tenaga
kerja yang terampil dan berkualitas, yang akan mendukung pengembangan sektor-
sektor non-pertambangan. Dalam hal ini pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan
yang mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan, termasuk regulasi yang baik
untuk sektor pertambangan dan lingkungan yang ramah. Hal ini akan membantu
mengurangi dampak negatif lingkungan dan memastikan pengelolaan sumber daya
alam yang bertanggung jawab.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, Papua dapat mengurangi risiko


ketergantungan pada ekspor komoditas pertambangan, memperkuat ketahanan
ekonomi, dan mencapai pembangunan berkelanjutan yang inklusif.

Adapun masalah yang dialami oleh Bank Indonesia dalam pengelolaan Neraca
Pembayaran yaitu pada data yang tidak tepat atau sesuai. Hal ini disebabkan oleh
beberap faktor yaitu kurangnya integrasi data antara berbagai lembaga dan sektor
terkait di Papua. Kurangnya koordinasi dalam pengumpulan dan pemrosesan data

12
neraca pembayaran dapat mengakibatkan kesalahan atau ketidaklengkapan data yang
diperoleh oleh Bank Indonesia Papua, selain itu, keterbatasan infrastruktur teknologi
dan aksesibilitas di wilayah Papua juga dapat menyulitkan pengumpulan data yang
akurat dan real-time. Kondisi geografis yang sulit di wilayah tersebut, termasuk
transportasi yang terbatas dan keterbatasan konektivitas internet, dapat menghambat
pengumpulan data secara efisien.

Akibat ketidaktepatan data atau informasi yang diperoleh oleh Bank Indonesia
Papua terkait neraca pembayaran, dapat terjadi ketidakuratan dalam pemantauan dan
evaluasi kondisi ekonomi Papua. Hal ini dapat menghambat pemahaman yang akurat
tentang neraca pembayaran wilayah tersebut, termasuk nilai ekspor, impor, arus
modal, dan cadangan devisa. Akibatnya, keputusan ekonomi dan kebijakan yang
diambil berdasarkan data yang tidak tepat dapat menjadi tidak efektif atau bahkan
mengarah pada ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, ketidaktepatan data juga dapat
menurunkan kepercayaan investor dan lembaga keuangan terhadap kondisi ekonomi
Papua, yang dapat berdampak negatif pada investasi dan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang.

Untuk mengatasi masalah ini, Bank Indonesia Papua perlu mengambil beberapa
tindakan. Pertama, penting untuk meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara
Bank Indonesia Papua dengan lembaga-lembaga terkait, seperti lembaga statistik dan
lembaga keuangan lainnya, untuk memastikan integritas dan kualitas data neraca
pembayaran. Kerjasama yang erat dalam pengumpulan, pemrosesan, dan pelaporan
data dapat membantu mengurangi kesalahan dan ketidaktepatan data.

Selain itu, investasi dalam infrastruktur teknologi dan aksesibilitas di wilayah


Papua menjadi penting. Peningkatan konektivitas internet, pengembangan sistem
komunikasi yang efisien, dan pelatihan terkait teknologi informasi akan memfasilitasi
pengumpulan data yang lebih akurat dan real-time. Bank Indonesia Papua juga perlu
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan data
neraca pembayaran. Pelatihan dan pendidikan terkait pengumpulan data, analisis, dan
manajemen informasi akan membantu meningkatkan keahlian dan kompetensi dalam
pengelolaan data neraca pembayaran.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, Bank Indonesia Papua dapat


meningkatkan ketepatan data dan informasi neraca pembayaran yang diperoleh, yang

13
akan mendukung pemantauan yang lebih akurat terhadap kondisi ekonomi wilayah
Papua dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan neraca
pembayaran.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Ketergantungan wilayah Papua pada ekspor komoditas pertambangan menghadirkan
tantangan dalam pengelolaan harga komoditas pasar. Faktor-faktor seperti
keterbatasan data dan informasi, ketergantungan pada faktor eksternal, serta tantangan
dalam pengawasan dan penegakan regulasi, semuanya berkontribusi terhadap
kesulitan yang dihadapi oleh Bank Indonesia Papua dalam mengelola harga
komoditas pasar di wilayah tersebut.
2. Provinsi Papua menghadapi ketergantungan yang tinggi pada ekspor komoditas
pertambangan, khususnya bijih tembaga dan konsentrat. Meskipun kekayaan alamnya
menjadi sumber daya yang melimpah, ketergantungan ini membawa risiko fluktuasi
harga komoditas, ketimpangan ekonomi dan sosial, serta keterbatasan dalam
diversifikasi ekonomi.
3. Provinsi Papua menghadapi ketergantungan yang tinggi pada ekspor komoditas
pertambangan, khususnya bijih tembaga dan konsentrat. Meskipun kekayaan alamnya
menjadi sumber daya yang melimpah, ketergantungan ini membawa risiko fluktuasi
harga komoditas, ketimpangan ekonomi dan sosial, serta keterbatasan dalam
diversifikasi ekonomi.

B. Saran
1. Untuk mengatasi kesulitan dalam pengelolaan harga komoditas pasar, Bank Indonesia
Papua dapat melakukan beberapa langkah konkret. Bank Indonesia Papua dapat
menjalin kerja sama dengan Badan Pusat Statistik dan lembaga terkait lainnya untuk
meningkatkan pengumpulan data yang akurat mengenai produksi, pasokan, dan
permintaan komoditas di wilayah Papua. Dengan memiliki data yang lebih lengkap
dan terkini, Bank Indonesia Papua dapat melakukan analisis yang lebih akurat dalam
menentukan kebijakan harga komoditas.
2. Salah satu saran konkret adalah pemerintah Provinsi Papua dapat mendirikan pusat
inovasi dan pelatihan untuk sektor-sektor ekonomi yang potensial, seperti pertanian,

14
pariwisata, dan industri kreatif. Pusat ini dapat menyediakan pelatihan keterampilan
dan pendampingan bagi wirausahawan lokal, serta menyediakan akses ke sumber
daya dan modal untuk memulai atau mengembangkan bisnis. Dengan demikian,
Papua dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi baru yang berkelanjutan
dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, sehingga mengurangi
ketergantungan pada sektor pertambangan.
3. Saran yang dapat diberikan adalah Bank Indonesia Papua perlu mengembangkan
sistem integrasi data yang efisien dan terpadu dengan lembaga-lembaga terkait di
Papua. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi yang canggih
dan platform data yang terhubung, sehingga memungkinkan pertukaran data yang
real-time dan akurat antara lembaga-lembaga terkait. Dengan adanya sistem integrasi
data yang baik, Bank Indonesia Papua akan memiliki akses yang lebih baik terhadap
informasi yang relevan dan up-to-date mengenai neraca pembayaran, sehingga
memperkuat pemantauan dan evaluasi kondisi ekonomi Papua secara lebih efektif.

15
VI. Lampiran
A. Foto Perusahaan Bank Indonesia Papua

B. Foto Kerjasama Kelompok

16
VII. Daftar Pustaka
Daniel Ayub Dawan., SE., MM buku Perekonomian Indonesia Neraca Pembayaran
Indonesia.
Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Papua 2019
https://papua.bps.go.id/publication/2019/12/06/4c9ea38b6d220b85c6ba1b9f/laporan-
perekonomian-daerah-provinsi-papua-2019.html
Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Papua 2022
https://papua.bps.go.id/publication/2022/12/20/b1f9a7861f9ed943695abfca/laporan-
perekonomian-daerah-provinsi-papua-2022.html
Laporan Neraca Pembayaran Bank Indonesia https://www.bi.go.id/id/default.aspx

17

Anda mungkin juga menyukai