Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SUMBER PENGETAHUAN

Oleh:
ARDHA AMELIA, S.H
0004.02.56.2022

FAKULTAS HUKUM
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

‫الرحِ يْم‬
َّ ‫الر ْحمٰ ِن‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
َّ ‫ّٰللا‬

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik dan inayah-
Nya sehingga penyusunan Makalah ini dengan judul “Sumber Pengetahuan" dapat
dirampungkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Tak lupa penulis
mengirimkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan
bagi seluruh umat manusia.
Disadari bahwa Makalah ini kurang sempurna, hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik, saran dan
koreksi untuk perbaikan dan penyempurnaannya sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
terimakasih diiringi do’a kepada Allah SWT., kepada Kedua orang tua Penulis
Akhiruddin Mahjuddin, S.E, Ak., M.E dan Ibunda Hajrah, yang telah mendidik,
membesarkan dan membimbing serta doa yang tulus. Selanjutnya saya ucapkan
terimakasih kepada:
Prof. Dr. H. Syahruddin Nawi S.H., M.H. selaku Dosen Pascasarjana Universitas Muslim
Indonesia;
Akhirnya Penulis mengharap semoga dengan hadirnya Makalah ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu dan teknologi. Semoga Allah SWT., senantiasa memberkati dan
merahmati segala aktivitas keseharian sebagai suatu ibadah disisi-Nya. Aamiin.

Makassar, Oktober 2022

Ardha Amelia

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL --------------------------------------------------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------- 1

B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------------- 2

C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------------ 2

BAB II PEMBAHASAN -------------------------------------------------------------------------- 3

A. Sumber Pengetahuan Menurut Filsafat Ilmu Konvensional -------------- 3

B. Sumber Pengetahuan Menurut Filsafat Ilmu Islami ------------------------- 10

C. Perbandingan Sumber Pengetahuan Menurut Ilmu Konvensional dan

Menurut Ilmu Islami.-------------------------------------------------------------------- 15

BAB III PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------- 16

A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------- 16

B. Saran ---------------------------------------------------------------------------------------- 16

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber yaitu suatu homonim dikarenakan arti-arti dari kata sumber ini
telah mempunyai pelafalan dan juga ejaan yang dinilai sama namun maknanya
tersebut telah berbeda.Selain itu, sumber juga telah mempunyai arti dalam
sebuah kata benda atau kelas nomina maka dari itu sumber dapat
menyatakan sebuah nama dari tempat, seseorang, ataupun segala benda dan
hal yang dapat dibendakan.

Menurut Wina Sanjaya (2021), sumber belajar meliputi orang, alat, bahan,
aktivitas, dan lingkungan. Kesemuanya dapat digunakan oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Sedangkan pengetahuan ialah

Pengetahuan (Knowledge) adalah kesadaran dan pemahaman akan fakta,


kebenaran atau informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau
pembelajaran (suatu posteriori), atau melalui introspeksi (suatu priori).
Pengetahuan ialah segala apa yang kita ketahui dan merupakan suatu yang
baru terhadap suatu obyek tertentu dengan pengamatan akal dan pikiran.
Pengamatan terjadi melalui panca indra yaitu indra penglihatan adalah mata,
indra pendengaran atau telinga , indra penciuman yaitu hidung, indra peraba
yaitu kulit dan indra pengecap atau lidah. Oleh karena itu pengetahuan juga
berarti sebuah hasil dari proses pengamatan panca indra manusia yang
kemudian mendasari manusia untuk mengingat dan menerapkannya dalam
kehidupan. Sebagai contoh orang yang belum pernah mengendarai sepeda
motor, kemudian orang tersebut melihat sepeda motor, kemudian tertarik untuk
dapat mengendarai dan orang tersebut belajar tentang otomotif motor,
sehingga orang tersebut memiliki pengetahuan tentang motor.
Menurut martin & oxman (2022) Pengetahuan adalah kemampuan untuk
membentuk model mental yang menggambarkan objek dengan tepat dan
merealisasikannya dalam aksi pada suatu objek, sedangkan menurut Gordon
(2022) Pengetahuan adalah fakta prosedur dimana bila dilakukan akan
memenuhi kinerja yang mungkin.

1
Filsafat Ilmu adalah suatu bidang studi filsafat yang obyek materinya
berupa ilmupengetahuan dalam berbagai jenis dan perwujudannya. Jadi
meliputi prulalitas ilmupengetahuan. Sementara objek formalnya yaitu berupa
hakekat ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis berupaya untuk
membahas pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa itu sumber pengetahuan?
2. Penegertian sumber pengetahuan dari prespektif filsafat konvensional dan
filsafat ilmu islami?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui ap aitu sumber pengetahuan.
2. Untuk mengetahui sumber pengetahuan dari prespektif filsafat konvension
dan filsafat ilmu islami.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Pengetahuan Menurut Filsafat Ilmu Konvensional


1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan adalah fakta, kebenaran atau informasi yang diperoleh
melalui pengalaman atau pembelajaran disebut posteriori, atau melalui
introspeksi diebut priori. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur
yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan juga diartikan
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan terlihat pada saat seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Contoh
pengetahuan adalah ketika seseorang mencicipi masakan yang baru, ia
mendapatkan pengetahuan berupa bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut (Maier, 2007). Pengetahuan juga dapat didefinisikan
penggabungan data dan informasi. Data adalah fakta mentah,
sedangkan informasi adalah data yang dilihat berdasarkan sudut
pandang tertentu.
Pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap sifatnya tidak
dapat di uji atau dikaji secara kritis. Dari segi bentuk bersifat sistematis.
1. Sumber Pengetahuan
Sumber dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
asal. Sebagai contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang
berada di mata air itu. Dengan demikian sumber ilmu penegetahuan
adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Jika

3
membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu
pengetahuan tidak dibedakan, karena dalam sumber pengetahuan
juga terdapat sumber ilmu pengetahuan.
Kemudian amsal bakhtiar berpendapat sumber pengetahuan
merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengtahaun.
Dengan demikian, Ciri-Ciri sumber pengetahuan terdiri dari orang
yang memiliki otoritas ilmu empirisme (indera), Rasionalisme (akal),
Intuisionisme (intuisi) dan wahyu.
a. Orang yang memiliki Otoritas Ilmu
Orang yang memiliki Otoritas Ilmu ialah orang yang lebih awal
memahami atau orang lebih awal menemukan dan
mempublikasikan akan ilmu yang dia temukan.
Contoh :
Bj. Habibie mampu menemukan solusi pada sayap pesawat.
b. Empirisme ( indera )
Empiris diambil dari bahasa Yunani, yaitu empeirin yang
memiliki arti coba-coba atau pengalaman. Jadi, secara
sederhana empiris yaitu berdasarkan pengalaman. Empiris juga
dikatakan sebagai ilmu yang didasarkan pada obervasi
kenyataan akal sehat, dan hasilnya tidak spekulatif.
Empiris adalah suatu keadaan yang berdasarkan pada kejadian
nyata yang pernah dialami dan didapat melalui penelitian,
pengamatan ataupun eksperimen yang pernah dilakukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empiris
didefinisikan berdasarkan pengalaman, yaitu ilmu pengatahuan
yang diperoleh dari penemuan, percobaan, dan pengamatan
yang telah dilakukan. Empiris juga diartikan sebagai ilmu yang
bertitik tolak pada pengalaman indrawi. Pengalaman indrawi
disini diartikan sebagai penglihatan, pengecapan, penciuman,
pendengaran, dan sentuhan seseorang terhadap sesuatu yang
pernah diamatinya.
Selain itu, empiris menghasilkan data yang disebut dengan bukti
empiris. Bukti empiris adalah sumber pengetahuan yang

4
diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) atau percobaan
yang telah dilakukan.
Adapun pengertian empiris menurut beberapa para ahli adalah
sebagai berikut:
a) Menurut Hilman Hadikusuma (1995), empiris adalah suatu
penelitian yang sifatnya menjelajah (eksplorator),
melukiskan (deskriptif) dan menjelaskan (eksplanator).
b) Menurut Amiruddin dan Zainal Asikin (2004), empiris
adalah suatu penelitian yang berfokus pada suatu
fenomena atau keadaan dari objek yang diteliti secara
detail dengan menghimpun fakta yang terjadi dan
mengembangkan konsep yang telah ada.
c) Menurut Sugiyono (2013), empiris adalah suatu metode
pengamatan yang dilakukan oleh indera manusia,
sehingga metode yang digunakan tersebut bisa diketahui
dan juga diamati oleh orang lain.
d) Menurut Izzatur Rusuli (2015), empiris adalah suatu
gagasan yang bersifat rasional yang dibentuk dan
diperoleh individu melalui pengalaman.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa empiris adalah
suatu ilmu pengetahuan berdasarkan kejadian nyata yang
pernah dialami oleh indra manusia yang di dapat dari
penelitian, pengalaman dan eksperimen yang telah dilakukan.
Jadi, Empirisme adalah suatu bentuk aliran dalam ilmu filsafat
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman yang pernah dilakukan oleh manusia.
Jadi, bisa disimpulakan dengan indera kita dapat
menegetahui pengetahuan contohnya seperti seseorang
menonton TV kemudian dia melihat dan mendengar sebuah
informasi dimana seseorang tersebut yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu.
c. Rasionalisme ( akal )
Rasionalisme merupakan paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam

5
memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan .
Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir, alat dalam berpikir adalah kaidah-kaidah
logis atau kaidah-kaidah logika. Secara etimologis menurut
Bagus (2002), rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris
rationalims, dan menurut Edwards (1967) kata ini berakar dari
bahasa Latin ratio yang berarti “akal”, Lacey (2000)
menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme
adalah sebuah pandangan yang berpegang bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.
Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan aksioma
dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan
dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan
pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai
kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia
tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman. Ide
tersebut kiranya sudah ada “ di sana” sebagai bagian dari
kenyataan dasar dan pikiran manusia.
Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami
prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar
dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkinkan
dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu
yang a priori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat
dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut. Dalam
perkembangannya Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh,
masing-masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas, namun
tetap dalam satu koridor yang sama.
Jadi, pada kesimpulannya apa yang disaksikan oleh kita melalui
indera pada akhinya diolah Kembali oleh akal dan ditelaah
Kembali dianalisis oleh akal kebenarannya.
d. Intuisionisme (intuisi)
Intuisionisme (berasal dari bahasa Latin: intuitio yang
berarti pemandangan) adalah suatu aliran filsafat yang

6
menganggap adanya satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
manusia, Intuisionisme adalah sistem etika yang tidak mengukur
baik atau buruk sesuatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi
berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Dalam bahasa Inggris Intuisionisme berasal kata Intuiton yang
berarti manusia memliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak
hati mampu membuat manusia melihat suatu perkara benar atau
salah, jahat atau baik. Intuisionisme juga merupakan suatu
proses melihat dan memahami secara spontan dan intelek.
Organ fiskal yang berkaitan dengan gerak hati atau intuisi tidak
diketahui secara jelas. Namun, setengah ahli filsafat
menyebutkan jantung dan otak kanan sebagai organ fiskal yang
menggerakan intuisi.
Gerak hati yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu
pengalaman emosional dan spiritual. Menurut Immanuel Kant,
akal tidak pernah mampu mencapai pengetahuan langsung
tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara
yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu
perkara dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada
jarak antara subjek dan objek.
Jadi, bisa disimpulkan intuisi yaitu sesuatu yang dilakuakan diluar
dari kesadaran manusia dimana seseorang menggunakan
nalurinya.
Contohnya yaitu seseorang mengalami musibah kebajiran
milsanya tanpa sadar seseorang tersebut dapat memindahkan
dan mengangkat sebuah barang yang sebelumnya tidak bisa dia
lakukan.
2. Jenis-Jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis
diantaranya:
a) Pengetahuan langsung (immediate)
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung
yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan
pikiran. Kaum realis (penganut paham Realisme)

7
mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya
dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu
sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan
dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya
seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan
beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini
juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum
pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung
mengenalnya sebagaimana hakikatnya. Apabila kita sedikit
mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal
itu tidaklah demikian adanya.
b) Pengetahuan tak langsung (mediated)
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh
interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-
pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-
benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan
pencerapan pikiran kita.
c) Pengetahuan indrawi (perceptual)
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan
diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita
menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini
yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan
membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa
hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-
indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto
dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-
indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi
terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya
cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya
anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-
lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular
menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti
adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa

8
dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan
melalui indra-indra lahiriah.
d) Pengetahuan konseptual (conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari
pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak
dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-
objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan
dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling
berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran.
e) Pengetahuan partikular (particular)
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu,
objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya
ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu,
maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu
sendiri.
f) Pengetahuan universal (universal)
Pengetahuan yang meliputi keseluruhan yang ada,
seluruh hidup manusian misalnya; agama dan filsafat.
(Abdullah, 2008)
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
antara lain :
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin baik pula pengetahuanya.
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

9
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoadmojo, 1997).
c) Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain
itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu
salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka
dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
d) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal
itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

B. Sumber Pengetahuan Menurut Filsafat Ilmu Islami


1. Pengertian Sumber Pengetahuan Menurut Ilmu Islami
Sumber utama ilmu pengetahuan dalam Islam adalah Al-Qur'an,
karena kebenaran Al-Qur'an itu mutlak tidak dapat diragukan lagi. Selain
itu, Islam juga menjadikan sistem ijtihad sebagai dasar-dasar
epistemologi dalam filsafat Islam. sehingga dalam perkembangannya
menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran dalam dunia Islam. Jadi,
epistemologi dalam Islam merupakan sebuah usaha yang dilakukan
manusia untuk menelaah masalah-masalah objektivitas, metodologi,
sumber, serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan

10
menggunakan subjek kajian Islam sebagai titik tolak berfikir. Dalam
Islam diajarkan bahwa Allah SWT, merupakan sumber dari segala
sesuatu. Ilmu dan kekuasaannya meliputi bumi dan langit, yang nyata
maupun yang gaib, dan tidak ada segala sesuatupun yang luput dari
pengawasannya. Hal Ini bukanlah bentuk suatu doktrin yang memaksa
umat manusia untuk mengakui kebesaran Allah SWT, sehingga
menyebabkan umat Islam tidak perlu bersusah-susah untuk
mengembangkan ilmu karena semuanya telah menjadi kepunyaan Allah
SWT, justru Islam mengajarkan dengan mengakji ilmu pengetahuan
akan mampu untuk mengenal Allah SWT. Tentu hal ini berbeda
kasusnya dengan kondisi pada eropa saat abad pertengahan, yang
terlalu tunduk dengan doktrin gereja, sehingga ilmu tidak mengalami
perkembangan.
Adapun sumber-sumber dalam epistimologi ilmu pengetahuan
Islam yang diwakili oleh epistimologi ilmu Al-Ghazali adalah Al-Qur'an,
hadits, indera, akal dan hati. Berikut akan dijelaskan kedudukan masing-
masing sumber tersebut dalam epistimologi ilmu Islam.
a. Al-Qur’an
Al-Qur'an merupakan wahyu Allah SWT, yang diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, Al-
Qur'an menempati urutan pertama dalam hierarki sumber ilmu
dalam epistimologi Islam. Tanpa mengecilkan kitab-kitab yang
lain, Al-qur'an sendiri ternyata memiliki keistimewaan
daripada kitab-kitab yang terdahulu yang hanya
diperuntukkan bagi satu zaman tertentu. Dengan
keistimewaan tersebut Al Qur'an mampu memecahkan
problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan yaitu
rohani dan jasmani, masalah sosial serta ekonomi, dan lain
sebagainya.
b. Hadist
Hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
SAW baik ucapan, maupun ketetapan ketetapan yang
berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah
yang disyariatkan kepada manusia. Al-Qur'an dan hadits,

11
adalah pedoman hidup, sumber hukum, ilmu dan ajaran islam,
serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Al-Qur'an merupakan sumber primer yang
banyak memuat pokok-pokok ajaran Islam, sedangkan hadits
merupakan penjelas (bayan) bagi keumuman isi Al-Qur'an.
c. Panca Indra
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Al-
Ghazali mengakui bahwa ilmu dapat diperoleh melalui indera,
tetapi ilmu yang dihasilkan bukan ilmu yang meyakinkan. Ilmu
seperti ini masih bersifat sederhana, penuh keraguan dan
belum sampai pada ilmu yang hakiki. d. Akal Secara fitrahnya,
manusia dibekali Allah dengan pancaindera, yaitu mata,
hidung, telinga, lidah dan kulit. Ilmu yang diperoleh melalui
indera disebut sebagai ilmu inderawi atau ilmu empiris. Ilmu
indrawi ini dihasilkan dengan cara persentuhan indera-indera
manusia dengan rangsangan yang datang dari luar (alam),
jadi dari persentuhan (penginderaan) inilah kemudian
dihasilkan ilmu. Namun sebagai sumber ilmu pengetahuan,
indra tidak cukup memadai untuk dijadikan sebagai patokan
sumber ilmu, mengingat indra manusia memiliki keterbatasan.
Keterbatasan ini menyebabkan timbulnya kesalahan persepsi
dari manusia mengenai suatu objek. Al-Ghazali melihat
bahwa indera penglihatan manusia memiliki berbagai
kelemahan. Banyak kesalahan yang dilakukan indera
sehingga sesuatu yang besar tampak kecil dalam
penglihatannya, yang jauh tampak dekat, yang diam tampak
bergerak, dan sesuatu yang bergerak tampak diam. Begitu
juga dalam karangannya yang berjudul Al-Munqidz min Adh
Dhalal, Al-Ghazali mengungkapkan bahwa pancaindra
memberdayakan kita. Atas dasar inilah,
Al-Ghazali menyimpulkan bahwa semua ilmu yang
diperoleh melalui metode indrawi tidak menimbulkan
keyakinan. Oleh karena itu, ia bukan merupakan hal yang
real. Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Al-

12
Ghazali mengakui bahwa ilmu dapat diperoleh melalui indera,
tetapi ilmu yang dihasilkan bukan ilmu yang meyakinkan. Ilmu
seperti ini masih bersifat sederhana, penuh keraguan dan
belum sampai pada ilmu yang hakiki.
d. Akal
Di samping pancaindera yang menjadi sumber ilmu
pengetahuan, yaitu akal. akal juga merupakan alat yang
dimiliki manusia untuk memperoleh ilmu. Jika pengetahuan
melalui pancaindera belum mencukupi untuk dijadikan acuan
mengetahui sesuatu, maka diperlukan alat atau sumber lain
untuk pengetahuan kita tentang sesuatu, alat tersebut adalah
akal. Dalam pandangan ilmu barat ilmu yang berdasarkan
akal disebut dengan rasionalisme. Akal menurut Al-Ghazali
diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang sempurna
dan mulia, sehingga dapat membawa manusia pada derajat
yang tinggi. Berkat akal inilah, semua makhluk tunduk kepada
manusia sekalipun fisiknya lebih kuat dari pada manusia.
Kedudukan akal seperti seorang raja, ia memiliki banyak
pasukan, yakni: tamyiz (kemampuan membedakan), daya
akal dan pemahaman. Kebahagiaan spiritual adalah akal,
karena menyebabkan aspek fisik memperoleh kekuatan. Jiwa
(roh) bagaikan lampu, sedangkan sinarnya adalah akal, yang
menyinari seluruh tubuh. Al-Ghazali bahkan menyebutkan
bahwa akal lebih patut disebut sebagai cahaya dari pada
indera. Dari pandangan Al-Ghazali tentang akal, dapat
dipahami bahwa pada dasarnya akal merupakan syarat bagi
manusia untuk memproses dan mengembangkan ilmu,
sebagaimana hidup yang menjadi syarat bagi adanya gerak
dan perasaan. Akal adalah alat untuk berfikir guna
menghasilkan ilmu sehingga dalam proses berpikirnya
dibutuhkan indera. Indera adalah abdi dan pengikut setia akal.
Indera ini dipengaruhi oleh keanekaragaman fenomena alam,
tempat dan waktu, dengan kemajemukan kebaikan dan
keburukan, kesalehan dan kemaksiatan. Jelaslah bahwa

13
indera dipengaruhi oleh kehidupan duniawi, yang juga
berpengaruh pada tujuan penggunaan akal.
Dalam kaitannya dengan ilmu, akal dan indera tidak dapat
dipisahkan secara tajam karena keduanya saling
berhubungan dalam proses pengeolahan ilmu. Dengan
demikian, aktivitas akal dalam mengolah rangsangan inderawi
merupakan jalan untuk memperoleh ilmu. Namun akal pada
perkembangannya juga belum mampu untuk menjelaskan
seluruh fenomena alam, akal hanya mampu menjelaskan hal
yang sifatnya nyata sedangkan hal yang gaib atau metafisika
tidak mampu dijangkau oleh akal.
e. Qalbun (Hati)
Terminologi qalb (hati) merupakan istilah yang sering
digunakan oleh Al-Gahzali. Dalam pandangan Al-Ghazali qalb
memiliki dua pengertian, yakni pertama qalb didefinisikan
sebagai daging yang bersuhu panas berbentuk kusama
berada di sisi sebelah kiri dada, di dalam isinya ada rongga
yang berisi darah hitam sekali, dan kalbu itu tempat
melahirkan jiwa yang bersifat hewani. Makna ke-dua adalah
sangat lembut, pembimbing rohaniyah yang memiliki kalbu
yang berupa fisik itu bergantung pada anggota-anggota
badan dan sifat-sifat yang disifati, kelemahan lembutan itulah
hakikat manusia yang mengerti, yang alim, penceramah,
pencari ilmu, pahala, dan ganjaran.
f. Qalbu
Qalbu sendiri dalam pandangan Al-Ghazali sebagai
penunjukan esensi manusia serta sebagai salah satu alat
dalam jiwa manusia yang berfungsi untuk memperoleh ilmu.
Ilmu yang diperoleh dengan alat qalbu lebih mendekati ilmu
tentang hakikat-hakikat melalui perolehan ilham. Kemampuan
menangkap hakikat dengan jalan ilham digantikan oleh intuisi
(adz-dzawq), yang pada buku-buku filsafat diperoleh dengan
"aql al mustafad". Al-Ghazali memandang bahwa kedudukan
dzawą lebih tinggi dari pada pancaindera dan akal. Hal ini

14
tidak lepas dari epistimologi ilmu Al Ghazali yang awalnya
mempertanyakan kepercayaan terhadap akal yang telah
berhasil membuatnya meragukan ilmu inderawi, kemudian ia
tidak menemukan dasar yang membuatnya percaya pada
akal. Ketika akal tidak mampu memahami wilayah kehidupan
emosional manusia, hati kemudian dapat memahaminya.
Ketika akal hanya berkutat pada tataran kesadaran, hati bisa
menerobos ke alam ketidaksadaran (atau alam gaib dalam
bahasa religius), sehingga mampu memahami pengalaman-
pengalaman non inderawi atau apa yang sering disebut ESP
(extra sensory perception) termasuk pengalaman-
pengalaman mistik atau religius. Sehingga pengalaman
penyelesaian akhir tentang keraguan terhadap pancaindera
dan akal pada diri Al-Ghazali, ditemukan lewat nur dari Allah,
yang mebuatnya yakin bahwa dengandzawq inilah ilmu yang
betul-betul diyakini ini diperoleh. Pengalaman inilah yang
meyebabkan Al-Ghazali menempatkan adz-dzawq di atas
akal. Akal dibatasi pada kegiatan argumentasi dan abstraksi,
sedangkan adz-dzawą menerima ilham dari Tuhan.
Kemudian sumber pengetahuan menurut pandangan ilmu islami
dapat kita simpulkan bahwa yang berhak menjadi sumber pengetahuan
yaitu hanya Allah SWT, menyadari bahwa segala pengetahuan yang
diperoleh manusia pada hakikatnya merupakan pengetahuan yang berasal
dari Allah SWT, ditegaskan Kembali pada surah An-Nahl bahwa pada
hakikatnya hanya Allah yang mengetahui dan pada hakikatnya manusia
tidak mengetahui maka dari itu menurut islam manusia tidak berhak
menjadi sumber dari pengetahuan it sendiri jadi dapat digaris bawahi
sumber pengetahuan menurut Islam tidak ada lain adalah Allah SWT jika
allah berkehendak maka Allah akan memberikannya pengetahuan baik itu
dari Al-Qur’an, Hadist, hati, akal, dan panca indera.
C. Perbandingan Sumber Pengetahuan Menurut Ilmu Konvensional dan
Menurut Ilmu Islami.
Jika sumber ilmu pengetahuan konvensional berlandaskan pada
pemikiran, budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang

15
memusatkan manusia sebagai makhluk raisonal sedangkan sumber ilmu
pengetahuan menurut filsafat ilmu islami dibangun diatas wahyu dan
kepercayaan agama tentu hal tersebut bertolak belakang sebab konsep
filsafat ilmu islami berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Kemudian sumber pengetahuan filsafat ilmu islami lebih maju dibanding
ilmu sumber pengetahuan filsafat ilmu konvensional sebab filsafat ilmu
islami mencakup segala bidang dan menjelaskan secara rinci dan detail
tentang sumber ilmu pengetahuan itu sendiri.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam beberapa uraian diatas dapatlah kita Tarik sebuah kesimpulan
bahwasanya :
Sumber Pengetahuan dapat diperoleh dari orang yang memiliki otoritas
ilmu yang berasal dari imdera, akal dan ituisi sedangkan ilmu pengetahuan
menurut pandagan ilmu islami yaitu bahwa segala sesuatu pengetahuan yang
ingin diperoleh manusia pada hakikatnya hanya berasal dari Allah SWT.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme diartikan sebagai
pengetahuan (knowledge) dan logos berarti ilmu atau teori (theory), jadi dari
dua kata tersebut epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan.
Adapun objek yang dibahas dalam epistimologi ini adalah sumber-sumber
ilmu dan bagaimana cara manusia memperoleh ilmu.
Sumber ilmu pengetahuan yang utama dalam Islam ialah al-qur'an dan
hadits (ijtihad). Sedangkan sumber ilmu pengetahuan menurut barat ialah
berpusat pada akal. Dengan tiga alitan utama yakni: Rasionalisme,
Empirisme, dan Kritisisme.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penulisan yang telah dikemukakan di
atas maka dapat diberikan saran yang nantinya diharpkan dapat
meguntungkan bagi penulis maupun setiap orang yang ingin mencari informasi
mengenai materi sumber pengetahuan dari prepektif ilmu konvensional dan
prespektif ilmu islami yaitu:
1. Agar lebih banyak lagi situs-situs internet yang mengakses data atau
informasi mengenai sumber pengetahuan dari berbagai prespektif agar
setiap orang yang ingin mencari informasi mengeni hal tersebut dapat lebih
muda mengaksenya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Zuhairini, dkk, (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.110.

Adrian Husaini, dkk, (2013). Filsafat Ilmu. 93.

M. Solihin. (2007). Perkembangan Pemikiran. 43.

Mulyadhi Kartanegara. (2003). Pengantar Epistimologi. 21.

Internet
https://www.freedomsiana.id/pengertian-empiris/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-filsafat-intuisionisme/116348

https://journal.unhas.ac.id/index.php/jib/article/download/2348/1270/4276

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196009011987032-

DIAN_USDIYANA/Tugas_Akhir.pdf

http://eprints.undip.ac.id/36279/1/MAKALAH_JENIS_PENGETAHUAN_anisa_dkk.do

cx

18

Anda mungkin juga menyukai