Anda di halaman 1dari 26

ANALISA DATA SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA

HIPERTIROID PADA KLIEN NY ”M” DI RUANGAN IGD


RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO
TAHUN 2022

OLEH :
ARHAMI IHSAN
NS 2104004

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( .............................................) (.…………………………..)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN AJARAN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA
HIPERTIROID PADA KLIEN NY ”M” DI RUANGAN IGD
RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO
TAHUN 2022

OLEH :
ARHAMI IHSAN
NS 2104004

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ............................................. ) (.…………………………..)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN AJARAN 2022
A. Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan
produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon
tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan
istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika
jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak
pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40
tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang
disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan
antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia,
genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor
pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi,
infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya
adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi
banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang
terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody
yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati
sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid
untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan
adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter)
dan eksoftalmus (mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes,
staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi
peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut
terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan
sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi
sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan
tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering
mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna
autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga
terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan
peningkatan sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk
menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
C. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon
tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak
dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas
saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan
banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan
degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta
adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak
output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik
lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi
dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon
gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
(Tarwoto,dkk.2012).
D. Pathway

Defisiensiiodium, disfungsihipofisis,
Disfungsi TRH hipotalamus

Penekanan prod hormone tiroid


(hipotiroidisme)

TSH Terapipenggantian H. Laju BMR lambat Gangguan


merangsangkel.Tiroid tiroid metabolism lemak
u/ mensekresi

Keltiroidmembesar GANGGUAN NUTRISI Peningkatan pro.panas achiorhydria

Menekanleherdan KURANG Penurunanm Peningktank


Perubahan suhu tubuh
dada otilitasusus olesterl&trigl
PENGETAHUAN iserida

Disfagia,
Kekuranganvi
Gangguanrespirasi Peningkatan
t. B12 Penurunanfu
ngsi GI arteriosklero
&as.folat
sis
Depresiventilasi
Pembentukan KONSTIPASI
HIPERTERMI Oklusi
eritrosittdk
KETIDAKEFEKTIFAN pem.darah
optimal
POLA NAFAS

Sup.darah
anemia
kejar.otak
menurun

kelemahan
Hipoksia

INTOLERANSI
PERUBAHAN
AKTIVITAS
POLA
KOGNITIF
E. Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid
berikut ini:
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput,
peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan
vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole
meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan,
penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan
cadangan adifose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah,
dan keram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleransi panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan
mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga,
tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol
kedepan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya
penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air
dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata
kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga
orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup
mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi
atau kelainan kornea.

F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4
SI unit)
b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154
SI unit)
c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI
unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi
peningkatan pada penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah
24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar
tiroid apakah massa atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya
takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)

G. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah
untuk membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal,sehingga
mencegah komplikasi jangka panjang,dan mengurangi gejala tidak
nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.Tiga
pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan

1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid
pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis
sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100
mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok
reaksi hormon tiroid dalam tubuh.obat ini mempunyai
efek samping agranulositosis,nyeri kepala,mual
muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan
untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT
dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-
45mg/hari.

2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap
akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid
namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.

3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial
(tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan
penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada
pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf
kelenjar tiroid.

4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi


protein, 3000-4000 kalori.
H. Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol
benjol keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan
pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi
pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien
mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi,
dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan
emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah
hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani,
infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap
jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-
blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf
simpatik dan takikardia.
INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
DS: Klien mengatakan sesak selama 3 jam status klien tidak 1. monitor status pernafasan dan
DO : Klien Nampak sesak terganggu dengan kritera hasil : oksigenasi
TTV 1. pola nafas normal
Terapeutik
TD : 110/90 2. frekuensi pernafasan normal
N : 109 x/i 2. posisikan pasien untuk memaksiamlakan
P : 34 x/i ventilasi
S : 37,9 0C Edukasi
SPO2 : 99% 3. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian O2
2. Hipertermi Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
DS: Keluarga klien jam, diharapkan masalah keperawatan 1. Kaji TTV
mengatakan klien hipetermi dapat teratasi dengan kriteria Terapeutik
demam sejak kemarin hasil : 2. Lakukan pendinginan eksternal
DO: - Akral Hangat 1. suhu tubuh menurun hingga Edukasi
-TTV normal 36-37,5ºc 3. Anjurkan tirah baring
TD:110/90mmHg 2. suhu kulit tidak teraba hangat Kolaborasi
N : 109 x/i /panas 4. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
P : 34 x/I IV dan PCT.
S : 37,9 0C
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi selama 1 x Observasi
DS : - Klien mengatakan 24 jam di harapka gangguan mobilitas 1. Identifikasi kekuatan otot
tubuhnya lemah fisik dapat teratasi dengan kriteria Terapeutik
- DO: -Keluarga klien hasil : 2. Libatkan keluarga untuk membantu
Nampak membantu 1. Gerakan tebatas membaik klien melakukan aktifitas
aktifitas klien 2. Kekuatan otot meningkat edukasi
-Kekuatan otot : 3. Kaku sendi membaik 3. Ajarkan mobilitas fisik kepada klien
4 4

3 3
ANALISA KASUS HIPERTIROID PADA KLIEN NY “M”

1. Identitas Klien
Nama : Ny “M”
Umur : 27 Tahun
Alamat : Telluwanua
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
No.RM :-
Tgl Masuk : Rabu, 13 Juli 2022
Tgl Pengkajian : Rabu, 13 Juli 2022, Pukul. 15.30

2. Tindakan Pra Hospital


a. CPR : - g. Nasopharingeal airway : -
b. Oksigen : - h. Suction :-
c. Infus : i. Beban tekan :-
d. NGT : - j. Bidai :-
e. ETT :- k. Penjahitan :-
f. Oropharingeal airway :- l. Obat-obatan :-
g. Kateter :

3. Triage
a. Keluhan utama :
Sesak, batuk, Demam.

b. Riwayat keluhan utama :


Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rs dengan keluhan yang
sama, setelah keluar dari rs klien tidak pernah kontrol kembali dan obat
terputus.

c. TTV
TD : 110/90 mmHg
N : 109 x/i
P : 34 x/I
S : 37,9 C0
d. Berat badan : 33 kg
4. Pengkajian primer
a. Pengkajian Airway : -

b. Breating (Pernapasan) : Frekuensi nafas 34 x/i


SPO2 : 99%
Terpasang O2, 5 liter
c. Circulation (Sirkulasi) :
TD : 110/90 mmHg
N : 109 x/i
P : 34 x/i
S : 37,9 C0
CRT : 2 detik
d. Disability (Tingkat kesadaran) :
E : 4 , V : 5, M : 6
GCS : 15
Kesadaran klien
Pupil : reflek cahaya +
Akral : hangat

5. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat keperawatan/ fisik
1. Keadaan Umum : lemah
Kehilangan BB : -
b. Head to toe
1. Kepala dan rambut : Bentuk kepala simetris kiri dan kanan, tidak
teraba adanya benjolan
2. Mata dan penglihatan : Bola mata menonjol, retraksi kelopak mata
dan menonjol. Penglihatan tajam.
3. Hidung : tidak terlihat adanya pendarahan
4. Mulut: tidak terdapat luka pada mulut
5. Telinga/pendengaran : bentuk telinga simetris kiri dan kanan tidak
teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan, pendengaran
terganggu.
6. Leher : Bentuk leher klien tidak simetris kiri dan kanan, Teraba
adanya benjolan pada area leher, tidak ada luka
7. Dada : pola nafas tidak teratur dan sesak
8. Abdomen : Tidak ada benjolan pada daerah abdomen
9. Genitalia : Tidak dilakukan pengkajian
10. Ekstremitas atas dan bawah :
Atas : dapat digerakkan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
Benjolan.
Bawah : dapat digerakkan, tidak ada nyeri tekan

11. Punggung : tidak teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan
12.Kekuatan otot :

4 4

3 3

6. Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium :
- HB : 10,9 g/dl
- TSH : 0,15 ul/L
- T4 : >300 nmol/L
7. Terapi Medikasi

No Rute
Nama Obat Jenis Obat Dosis Indikasi
pemberian
1. Omeprazole Antibiotik 1 Vial iv Indikasinya untuk menangani penyakit asam
lambung.
2. Digoxin Obat jantung 1 amp iv Indikasinya untuk mengatasi gangguan irama
jantung (aritmia) dan gagal jantung.
3. alprazolam Obat penenang 0,5 mg oral Indikasinya untuk menangani gangguan cemas,
depresi dan gangguan panik
Pathway

Defisiensiiodium, disfungsihipofisis,
Disfungsi TRH hipotalamus

Penekanan prod hormone tiroid


(hipotiroidisme)

TSH Laju BMR lambat


merangsangkel.Tiroid
u/ mensekresi

Keltiroidmembesar Peningkatan pro.panas

Menekanleherdan Perubahan suhu tubuh


dada

Disfagia,
Kekuranganvi
Gangguanrespirasi
t. B12
&as.folat HIPERTERMI
Depresiventilasi

Pembentukan
eritrosittdk
KETIDAKEFEKTIFAN
optimal
POLA NAFAS

anemia

kelemahan

INTOLERANSI
AKTIVITAS
8. Analisa Data

Diagnosa Data Etiologi


No
Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Ketidakefektifan - Klien mengatakan - Klien Nampak Defisiensiiodium, disfungsihipofisis,
pola napas sesak sesak Disfungsi TRH hipotalamus
- TTV
TD : 110/90 mmHg TSH merangsang kel.Tiroid
N : 109 x/i
P : 34 x/I Kel.tiroid membesar
S : 37,9 0C
SPO2 : 99% Menekan leher dan dada

Disfagia, Gangguan respirasi

Depresi ventilasi

Ketidakefektifan pola napas


2. Hipertermi - Keluarga klien - Akral Hangat Defisiensiiodium, disfungsihipofisis,
mengatakan klien - TTV Disfungsi TRH hipotalamus
demam sejak TD:110/90mmHg
kemarin. N : 109 x/i TSH merangsang kel.Tiroid
P : 34 x/I
S : 37,9 0C Laju BMR lambat

Peningkatan pro.panas

Perubahan suhu tubuh


Hipertermi
3. Intoleransi aktifitas - Klien mengatakan - Keluarga klien Defisiensiiodium, disfungsihipofisis,
tubuhnya lemah Nampak membantu Disfungsi TRH hipotalamus
aktifitas klien
- Kekuatan otot : TSH merangsang kel.Tiroid
4 4
Laju BMR lambat
3 3
Peningkatan pro.panas

Perubahan suhu tubuh

Kekurangan vit. B12 &as.folat

Pembentuka neritrosit tdk optimal

Anemia

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

9. Tindakan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
DS: Klien mengatakan sesak selama 3 jam status klien tidak 1. monitor status pernafasan dan
DO : Klien Nampak sesak terganggu dengan kritera hasil : oksigenasi
TTV 1. pola nafas normal
Terapeutik
TD : 110/90 2. frekuensi pernafasan normal
N : 109 x/i 2. posisikan pasien untuk memaksiamlakan
P : 34 x/i ventilasi
S : 37,9 0C Edukasi
SPO2 : 99% 3. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian O2
2. Hipertermi Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
DS: Keluarga klien jam, diharapkan masalah keperawatan 1. Kaji TTV
mengatakan klien hipetermi dapat teratasi dengan kriteria Terapeutik
demam sejak kemarin hasil : 2. Lakukan pendinginan eksternal
DO: - Akral Hangat 1. suhu tubuh menurun hingga Edukasi
-TTV normal 36-37,5ºc 3. Anjurkan tirah baring
TD:110/90mmHg 2. suhu kulit tidak teraba hangat Kolaborasi
N : 109 x/i /panas 4. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
P : 34 x/I IV dan PCT.
S : 37,9 0C
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi selama 1 x Observasi
DS : - Klien mengatakan 24 jam di harapka gangguan mobilitas 1. Identifikasi kekuatan otot
tubuhnya lemah fisik dapat teratasi dengan kriteria Terapeutik
- DO: -Keluarga klien hasil : 2. Libatkan keluarga untuk membantu
Nampak membantu 1. Gerakan tebatas membaik klien melakukan aktifitas
aktifitas klien 2. Kekuatan otot meningkat edukasi
-Kekuatan otot : 3. Kaku sendi membaik 3. Ajarkan mobilitas fisik kepada klien
4 4

3 3

10. Implementasi Dan Evaluasi


No Diagnosa Keperawatan No Waktu/ Implementasi tindakan Evaluasi
Dx Tgl keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas I Rabu 13 Juli 1. Memonitor status Rabu 12 Juli 2022
DS: Klien mengatakan sesak 2022 pernafasan dan oksigenasi Jam : 18.30
DO : Klien Nampak sesak 15. 30 Hasil : P : 34 x/i S: klien mengatakan masih
TTV sesak
SPO2: 99%
TD : 110/90 O: klien Nampak masih
2. Memposisikan pasien untuk
N : 109 x/i sesak
P : 34 x/i 15. 32 memaksiamlakan ventilasi TD : 100/80 mmHg
S : 37,9 0C Hasil : Posisi klien N : 107 x/i
SPO2 : 99% semifowler P : 28 x/I
15.35 S : 36.7 0C
3. Mengedukasi keluarga klien
tentang keadaan klien SPO2: 99%
Hasil: keluarga mengerti A : Masalah belum teratasi
P: Hentikan intervensi
dengan keadaan klien
4.Mengkolaborasikan
pemberian O2
Hasil : terpasang nasal
kanul 5 liter.
2. Hipertermi II Rabu 13 Juli Rabu 13 Juli 2022
DS: Keluarga klien 2022 1. Mengkaji TTV Jam : 18.30
mengatakan klien 15.30 Hasil : S: keluarga klien mengatakan
demam sejak kemarin - TTV tubuh klieen masih hangat.
DO: - Akral Hangat TD : 110/90 O: - akral hangat
-TTV N : 109 x/i - TTV
TD:110/90mmHg P : 34 x/i TD : 100/80 mmHg
N : 109 x/i S : 37,9 0C N : 107 x/i
P : 34 x/I P : 28 x/I
S : 37,9 0C 2. Melakukan pendinginan S : 36.7 0C
15.40 eksternal A: Masalah belum teratasi
Hasil: keluarga klien P: Hentikan intervensi
mengompres klien
3. Anjurkan tirah baring
Hasil : klien tidur dengan
posisi terlentang

4. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit IV
Hasil :
Klien di berikan paracetamol
3. Intoleransi aktivitas III 15.42 1. Mengidentifikasi kekutan Rabu 13 Juli 2022
DS : - Klien mengatakan otot Jam : 18.30
tubuhnya lemah Hasil :
- DO: -Keluarga klien -Kekuatan otot : S: - Klien mengatakan
Nampak membantu 4 4 tubuhnya masih lemah
aktifitas klien O: - Keluarga klien Nampak
-Kekuatan otot : 3 3 membantu aktifitas klien
4 4 - Kekuatan otot :
15.45
2. Melibatkan keluarga untuk 4 4
3 3 membantu klien melakukan
aktifitas 3 3
Hasil :
Keluarga klien membantu klien A: Masalah belum teratasi
15.50 melakukan aktifitas P: Hentikan intervensi
3. Mengajarkan mobilitas fisik
kepada klien
Hasil :
Minta klien dan keluaga klien
untuk melakukan gerakan
miring kanang dan kiri secara
pelahan dengan bantuan
keluaga klien.

Anda mungkin juga menyukai