Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................................4
C. Manfaat.................................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................5
A. 7 Kebiasaan Kepemimpinan Efektif.....................................................................................................5
1. Jadilah Proaktif.................................................................................................................................5
2. Mulailah Dengan Akhir Di Pikiran Kepemimpinan Pribadi.............................................................6
3. Dahulukan Yang Utama....................................................................................................................8
4. Berfikir Win-Win..............................................................................................................................9
5. SEEK FIRST TO UNDERSTAND, THEN TO BE UNDERSTOOD ( pahami orang lain dulu ,
baru mereka memahami anda )...............................................................................................................10
6. SYNERGIZE..................................................................................................................................10
7. SHARPEN THE SAW (mengasah gergaji)....................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................................................12
A.Kesimpulan.............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................13

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini banyak orang yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang
pemimpin. Bahkan banyak juga diantara mereka yang terjun di dunia kepemimpinan tanpa
mengetahui apa saja hal-hal yang baik agar menjadi seorang pemimpin yang baik. Sehingga
tidak sedikit dari mereka yang mengalami kesulitan ataupun hambatan ditengah jabatan
kepemimpinannya. Penting bagi calon pemimpin mengetahui apa saja hal-hal yang baik
untuk menjadi pemimpin yang baik, salah satunya yaitu mengetahui kebiasaan-kebiasaan
efektif bagi seorang pemimpin.
Kebiasaan kepemimpinan efektif ini telah dibahas oleh Stephen R. Covey dalam
bukunya yang berjudul “THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE”. Dalam
buku ini, ia menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki 7 kebiasaan efektif,
diantaranya be proactive (jadilah manusia yang proaktif), begin with the end in mind (mulai
dengan akhir dalam pikiran), put first things first (dahulukan yang utama), think win/ win
(berpikir menang-menang), seek first to understand then to be understood (berusaha
mengerti terlebih dahulu, baru kemudian dipahami), synergize (sinergi), dan sharpen the saw
(asahlah gergaji).
Buku The 7 Habits of Highly Effective People, Restoring The Character Ethic, yang
terbit pada  1989 edisi barunya terbit 1997 adalah buku yang mendapat banyak perhatian.
Telah menjadi inspirasi bagi pelatihan di pelbagai bidang kehidupan dan telah
diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa di seluruh dunia, serta membuahkan sejumlah
penghargaan bagi penulisnya. Apa yang istimewa dari buku ini? Buku ini menyampaikan
pandangan-pandangan Stephen R. Covey mengenai prinsip-prmsip bagaimana individu
dapat menjalani kehidupan yang efektif. Prinsip-prinsip yang disampaikan
Covey sedemikian rupa hingga mengundang kekaguman berbagai kalangan. 
Dengan latar belakang demikian, tulisan ini bermaksud untuk menyampaikan
gagasan mengenai “7 habits of Highly Effective People”. Diharapkan dengan adanya tulisan
ini dapat menambah wawasan yang positif untuk pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu 7 kebiasaan kepemimpinan efektif?

2
C. Manfaat
1. Mengetahui 7 kebiasaan kepemimpinan efektif

BAB II

PEMBAHASAN

A. 7 Kebiasaan Kepemimpinan Efektif


1. Jadilah Proaktif
Istilah proaktifdalam kerangka "7 H" bukan hanya berarti memiliki inisiatif
(secara populer diartikan dengan jemput bola), melainkan mengandung pengertian
yang lebih dalam dan luas. Covey mengartikan orang proaktifsebagai orang yang
bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, karena setiap tindakan
yang dilakukannya didasarkan pada nilai-nilai yang diyakininya, telah
dipertimbangkan secara mendalam, dan hati-hati. Kebalikan orang proaktif adalah
orang yang reaktif, yaitu mereka yang perbuatannya didorong dan diarahkan
oleh perasaannya, oleh orang-orang yang berada di sekitarnya, dan oleh kondi
si2kondisi-kondisi saat itu, serta lingkungannya. 
Orang proaktif menyadari akan tekanan sosial, sehingga dengan demikian
banyak orang yang hanya merupakan cermin lingkungan sosialnya (tunduk pada
hukum determinisme), baik secara genetis, fisis, maupun lingkungan. Seorang
yang proaktiftidak akan begitu saja menyerah terhadap tekanan sosial, melainkan
akan secara proaktif mengedepankan potensi dirinya. Dia akan mengambil inisiatif,
dan tidak pernah rela dijadikan korban. 
3
Dalam merespons hal-hal yang datang dari luar, orang proaktif tidak
mengikuti alur psikis stimulus-respons, melainkan di antara mekanisme stimulus dan
respons dia mampu menyisipkan langkah menjalankan hak kebebasannya
untuk memilih, karena menyadari akan diri sebagai makhluk yang mulia yang
memiliki kemampuan imajinasi, kesadaran, dan kehendak yang bebas. Karena
tindakan-tindakannya hasil pilihannya sendiri, maka dia sanggup untuk memikul
segala konsekuensinya.
Orang proaktif akan terlihat bedanya dari orang reaktif dari bagaimana
caranya menghabiskan waktu dan energi. Orang proaktif menggunakan waktu dan
energinya untuk urusan-urusan yang berada pada 'lingkaran pengaruh ', yaitu segala
hal yang dapat dikendalikannya, sedangkan orang reaktif menghabiskan waktunya
pada 'lingkaran kepedulian', yaitu segala hal yang tidak dapat dikendalikannya
Karena konsep lingkaran pengaruh dan kepedulian ini, setiap hal akan berada
pada salah satu wilayah pengendalian. Pertama, direct control, yaitu masalah yang
dapat dikontrol langsung oleh individu tanpa keikutsertaan yang lain. Kedua, indirect
control, yaitu masalah yang dapat dikontrol secara tidak langsung,
artinya pengendalian harus dilakukan bersama-sama dengan yang lain. Ketiga, no
control, yaitu masalah yang tidak dapat dikontrol sama sekali.
Solusi yang ditawarkan konsep "7 H" untuk masalah ini adalah mengubah
visi. Untuk menangani masalah pada area direct control, seseorang harus mengubah
kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak efektif, menjadi kebiasaan baik yang efektif.
Umpamanya, dalam hal janji. Berjanji masuk ke dalam kategori direct control, mau
berjanji atau tidak berjanji sepenuhnya tergantung pada individu. Namun begitu,
demikian banyak manusia yang tidak sanggup menepati janji-janji yang
telah dibuatnya. Saat seorang tidak menepati janji, bukan saja telah melukai perasaan
orang lain, lebih jauh hakikatnya telah merusak integritas pribadinya, mengeluarkan
sifat baik dari pribadinya. Bila peristiwa demikian berulang terus-menerus,
maka tindakan-tindakanya itu akan menjadi kebiasaan. Karena kebiasan-kebiasan
baik tidak terintegrasi ke dalam dirinya, orang seperti ini dikenal sebagai pribadi
yang tidak memiliki integritas. 
Untuk menangani masalah pada area indirect control, seorang dosen harus
dapat mengubah kebiasan-kebiasan buruknya menjadi kebiasan- kebiasaan baik yang
efektif dalam berhubungan secara antarpribadi. Jika landasan hidup bersama dengan
sejawat juga dengan mahasiswa belum dilandasi anggapan dasar yang positif, bila
cara komunikasinya belum empatik, bila dalam hubungan dengan orang lain belum
dapat berpartisipasi untuk mewujudkan sinergi, maka kebiasaan-kebiasaan itu akan
membuat dirinya tidak berdaya dalam menangani masalah indirect control.
Tantangannya bagi yang bersangkutan adalah memperbaiki paradigma kerjasama,
landasan komunikasi, dan kerjasama kreatifi Sedangkan untuk menanagani masalah

4
pada area no control, tiada cara lain kecuali dengan menumbuhkan sikap plural,
menyadari dan mau menerima kehidupan yang aneka ragam- sekalipun di antara
yang beraneka itu ada yang tidak disetujuinya- Jika prinsip-prinsip ini dapat
dipegang teguh oleh seorang dosen, tidak berlebihan jika dosen yang bersangkutan
disebut sebagai dosen yang visioner, yaitu pribadi pendidik yang berpandangan
independen, berani menolak pendiktean tidak relevan dari lingkungan, percaya diri
menyampaikan pandangan-pandangan pribadinya berdasarkan atas nilai-nilai luhur
yang diyakininya.

2. Merujuk Pada Tujuan Akhir


Kebiasaan baik kedua, begin with the end in mind, mulailah dengan akhir dalam
pikiran, disebut Covey sebagai the habit of personal leadership, kebiasan tentang
kepemimpinan pribadi. Maksud kebiasan ini adalah manusia dapat hidup efektif apabila
dapat menjalankan kepemmpinan terhadap dirinya. Siapa yang harus
menjalankan kepemimpinan itu? Tiada lain adalah gambaran mengenai akhir
kehidupannya.

Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu,
keluarga, team, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan
terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap projek secara mental. Mereka bukan
menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam jiwa
mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-
hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat
komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah
bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang
individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, kerana
melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan
nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

3. Dahulukan Yang Utama


Menurut Stephen R. Covey, suatu kepemimpinan dapat dikatan efektif ketika ia
mendahulukan hal yang paling utama atau yang paling penting sedangkan pengelolaan
dikatakan efektif ketika ia disiplin dan langsung melakukan apa yang telah diputuskan
sebelumnya. Stephen R. Covey juga membagi tingkatan urgen suatu hal menjadi empat
kuadran, diantaranya:
a. Kuadran I: urgen dan penting

5
Ciri-ciri kuadran I, yaitu krisis, masalah yang mendesak, “Memadamkan
api”, bongkar besar & kerja ulang, dan proyek terbatasi waktu
b. Kuadran II: tidak urgen dan penting
Ciri-ciri kuadran II, yaitu pencegahan, aktivitas berdasarkan kemampuan
produksi, membangun hubungan, mengenali peluang baru, perencanaan, dan
penciptaan kembali.
c. Kuadran III: urgen dan tidak penting
Ciri-ciri kuadran III, yaitu interupsi, beberapa panggilan, beberapa surat,
beberapa laporan, beberapa rapat, hal yang agak mendesak, aktivitas populer, dan
beberapa bongkar besar dan kerja ulang.
d. Kuadran IV: tidak urgen dan tidak penting
Ciri-ciri kuadran IV, yaitu hal sepele (trivia), kerja sibuk, beberapa surat,
beberapa telepon, mengisi waktu, dan aktivitas menyenangkan.

Namun, seorang pemimpin tidak boleh terus menerus hanya melihat kepada kuadran
I, pemimpin harus belajar menyelesaikan masalah lainnya yang berada di selain kuadran
I terutama kuadran II. Jika seorang pemimpin dapat melakukan hal ini dengan baik,
maka hal ini dapat menghasilkan lima keuntungan, yaitu memiliki prinsip; memiliki hati
nurani; dapat mendifinasikan misi untukmu; mengenali tugas serta aturan; dan
memberikan perspektif yang lebih besar melalui pengelolaan mingguan.

4. Berfikir Win-Win
Memiliki pemikiran serta prinsip win win dapat menguntungkan terutama pada
seorang pemimpin. Karena dengan memiliki pemikiran dan prinsip ini, seorang
pemimpin dapat membangun suatu hubungan serta hasil yang positif terhadap partner
kerjasamanya. Dalam model win-win terdapat lima dimensi, diantaranya:
a. Karakter merupakan pondasi win-win
Ketika seorang pemimpin membangun kepercayaan diri di dalam dirinya,
maka hal itu dapat membangun pondasi (mental) yang kuat terhadap dirinya. Hal ini
akan berdampak positif terhadap pemimpin tersebut, karena dapat dengan mudah
menuju win-win dalam hidupnya.
b. Hubungan merupakan focus untuk win-win

6
Bagi seorang pemimpin, tidak peduli seperti apa orang yang ia ajak bicara
(win-lose), ia akan tetap mkenjalin hubungan baik dengan orang tersebut. Jika suatu
hubungan sudah memiliki kepercayaan yang tinggi antar satu sama lain, maka hal
tersebut akan menghasilkan hal yang positif.
c. Persetujuan prestasi atau kerjasama atas kongsi memberikan definisi dan arahan
menuju win-win
Untuk menuju win-win, pemimpin tidak boleh menggunakan prinsip atasan-
bawahan, namun pemimpin harus bisa menggunakan prinsip bekerjasama. Dengan
adanya kerjasama, suatu masalah akan lebih mudah diselesaikan. Dimana pemimpin
dapat membantu memberikan jalan keluar kepada bawahannya dan bawahannya
dapat melaksanakan masukan dari atasan tersebut, sehingga masalah cepat
terselesaikan dan dapat dengan cepat menuju kea rah win-win.
d. System imbalan merupakan elemen kunci dalam model win-win
Seorang pemimpin harus belajar memberikan imbalan kepada bawahannya
yang telah berhasil bekerja dengan baik. Tetapi imbalan ini tidak diberikan hanya
kepada individu, karena hal ini dapat membuat bawahan yang lain merasa bahwa
dirinya tidak berguna. Sehingga seorang pemimpin sebelum memberikan tugas
kepada bawahannya, harus mengembangkan SDMnya (bawahannya). Sehingga jika
semua bawahan ataupun tim berhasil, maka mereka akan merasa bangga terhadap
diri mereka dan tidak lupa pemimpin harus memberikan imbalan kepada mereka
semua.
e. Proses win-win
Terdapat empat tahap untuk mencapai win-win, diantaranya melihat masalah
dari sudut pandang yang berbeda; mengenali isu serta perhatian kunci yang terlibat;
menentukan hasil agar solusi diterima sepenuhnya; dan mengenali pilihan baru agar
dapat meraih hasil tersebut.

5. SEEK FIRST TO UNDERSTAND, THEN TO BE UNDERSTOOD ( pahami orang lain dulu ,


baru mereka memahami anda )
Dalam kita berhadapan dengan orang pasti ada beda pendapat, beda pemahaman,
beda visi dan lain-lain. Seorang yang efektif akan selalu mencoba untuk memahami
orang lain terlebih dahulu, bagaimmana cara memahami, kita sama halnya kalau kita
mau menjadi pendengar yang baik dalam setiap keadaan,jadi ketika berhadapan dengan
situasi yang agak SULIT, yang agak rumit maka kita harus pahami dulu, apa dasar dari
masalah tersebut sehingga orang berprilaku seperti itu. Apa dasarnya orang tersebut
mengerjakan seperti yang dia lakukan, apa alas an di alik sifatnya, apa alas an di balik
tingkah lakunya. Dengan berusaha memahami orang lain maka nanti orang lain lebih
bisa memahami kita. Jika ini adalah seek first to understand, then to be understood maka
kita akan menjadi pribadi yang mampu ber empatiterhadap orang lain bisa memahami

7
situasi mereka dan akibatnya orang lain pun akan bisa memahami kita, kita bisa bejalan
beriringan dengan mereka.

6. SYNERGIZE
Synergize adalah interaksi atau kerja sama yang melahirkan keseluruhan yang lebih
besar dari pada jumlah yang sederhana bagian-bagiannya.Semisal kita bisa melakukan
satu tugas sendirian dalam waktu tiga hari dan apabila di lakukan dengan dua orang
maka tugas tersebut bisa di selesaikan dua hari, dan apabila tugas tersebut di lakukan
dengan tiga orang maka bisa di selesaikan dengan satu hari, itulah yang di namakan
synergize, mengabungkan kekuatan mengabungkan ke mampuan dan contoh lain adalah
ketika kita ingin melakukan sesuatu namun apabila kita melakukannya sendirian maka
kita tidak akan mampu karena ada skil tertentu yang kita tidak punya, dan jika kita
berpartner atau melakukan dengan orang lain maka tugas tersebut akan dapat di
selesaikan, di karenakan orang lain memiliki kemampuan yang kita tidak memiliki.
Maka sebagai orang yang efektif ketika kita ketemu orang lain kita fikirkan, dalam
situasi seperti apa kita bisa ber synergize dengan orang lain

7. SHARPEN THE SAW (mengasah gergaji)


Asahlah gergaji agar tajam dan berfungsi dengan baik. Sebagai orang individu yang
mencoba lebih efektif dalam hidup, kita harus tetap mengasah pribadi kita. Aspek yang
harus kita asah adalah:
a. Fisik
1) Berolahraga
2) Mengatur waktu
3) Istirahat yang cukup
b. Mental
1) Membaca buku
2) Belajar hal-hal baru
3) Berdiskusi
c. Spiritual
1) Sholat tertib lima waktu
2) Berdoa
3) Meditasi
4) Musik
d. Sosial/Emosional:
1) membantu orang lain
2) acara komunitas

Hal ini membuat kita agar selalu segar sehingga kita dapat menerapkan kebiasaan
lainnya dengan baik. Kapasitas diri kita akan meningkat dalam menghadapi tantangan
yang ada. Tanpa kebiasaan ini badan kita akan mudah lelah, hubungan kita memburuk,
emosi tidak stabil dan sensitif.
8
Hidup dalam keseimbangan berarti memanfaatkan waktu yang diperlukan untuk
memperbaharui diri. Ingatlah bahwa selalu ada kesempatan untuk memperbaharui diri
melakukannya setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai