Luka Bakar
Luka Bakar
2. FASE SUBAKUT
- DALAM PERAWATAN
- PROBLEM PENUTUPAN LUKA, INFEKSI, HIPERMETABOLIK
3. FASE LANJUT
- SETELAH BEROBAT JALAN
- PROBLEM JARINGAN PARUT, KONTRAKTUR
Patofisiologi
◦ Respons terhadap luka bakar terjadi
pada tingkat lokal dan sistemik. Luka
bakar besar (> 20%) menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi dari
kerusakan jaringan yang dapat
mengerahkan efeknya pada seluruh
tubuh. Perubahan organ utama yang
dapat diduga biasanya sistemik, yang
mengarah ke syok hipovolemik dalam
waktu singkat dan beberapa kegagalan
organ multiple dalam fase sub akut.
Penanganan Luka Bakar Fase Akut
1. Evaluasi pertama ( triage )
a. ABC
Prioritas pertama adalah mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien
b. Pemeriksaan fisik keseluruhan
Membebaskan pasien dari baju yang terbakar, melihat keseluruhan tubuh apakah tdpt trauma
lainnya.
c. Anamnesis
mekanisme terjadinya trauma, kapan terjadi, penyakit sebelumnya
d. Pemeriksaan luka bakar
Menentukan luas, kedalaman dan derajat luka bakar.
Penanganan Luka Bakar Fase Akut
2. Penanganan di ruang emergency
◦ -wajib sarung tangan steril
◦ -bebaskan pakaian yang terbakar
◦ -pemeriksaan teliti menyeluruh untuk mencari apa ada trauma lain atau tidak
◦ -bebaskan jalan nafas
◦ -pemasangan IV kateter
◦ -pemasangan volley kateter
◦ -pasang NGT
◦ -antinyeri ( morfin )
◦ -timbang BB
◦ -tetanus toxoid boster kalau perlu
◦ -debridement dalam keadaan bius umum
◦ -eskarotomi, fasiotomi
Tatalaksana resusitasi cairan
Cara Baxter
Dewasa : 4 cc Ringer Laktat x Luas luka bakar (%) x BB (kg)
Anak : RL : dextran = 17:3
2 cc x BB x Luas luka bakar (%) ditambah kebutuhan faali
Kebutuhan faali:
< 1 tahun = BB x 100 cc
1-3 tahun = BB x 75 cc
3-5 tahun = BB x 50 cc
Hasil yang didapatkan, separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu Ringer laktat karena defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan pertama. Pemberian cairan dapat ditambah jika perlu,
seperti pada keadaan syok atau jika diuresis kurang.
Monitoring Fase Resusitasi
◦ Mengukur Produksi Urine
◦ Berat Jenis Urine
◦ Vital Sign
◦ pH darah
◦ Perfusi Perifer
◦ Laboratorium
◦ Penilaian keadaan paru
◦ Penilaian gastrointestinal
Tindakan bedah
◦ Eksisi dini
◦ Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulit mati
dengan cara eksisi tangensial.
◦ Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan pasien stabil karena
eksisi tangensial juga menimbulkan perdarahan.
◦ Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh, dan pasti boleh
dilakukan pada hari kesepuluh.
◦ Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan
tubuh karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Tindakan bedah
Eskarektomi dilakukan pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh dapat
mengakibatkan penekanan yang
membahayakan sirkulasi, hingga
menyebabkan nekrosis pada bagian distal
ekstremitas.
Skin grafting
◦ Tujuan dari metode ini:
◦ Menghentikan evaporate heat loss
◦ Mengupayakan agar proses penyembuhan
terjadi sesuai dengan waktu
◦ Melindungi jaringan yang terbuka
◦ Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness skin graft
◦ Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. mess grafting.
◦ Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting,
usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya.
◦ Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’ ataupun
dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
PROGNOSIS
◦ Prognosis dan penanganan luka bakar tergantung:
◦ Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
◦ Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
◦ Letak daerah yang terbakar
◦ Usia dan keadaan kesehatan penderita
◦ Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada
luka bakar: gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.
JURNAL READING
Initial evaluation and management of the critical burn
patient
Perpindahan cairan
Permeabilitas
kapiler ↑
dan protein ke ruang Edema
interstitial
1. Zona koagulasi
◦ adalah area jaringan yang mati di pusat luka bakar,
◦ Protein mengalami denaturasi pada suhu > 41 ° C (106 ° F), sehingga panas
yang berlebihan dapat menyebabkan denaturasi protein yang luas, degradasi,
dan koagulasi, yang menyebabkan nekrosis jaringan.
2. zona iskemia atau stasis,
◦ yang tidak mati awalnya, tetapi karena gangguan mikrovaskuler, bisa menjadi
nekrosis selama beberapa hari jika tidak diresusitasi dengan benar
◦ Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit gangguan perfusi ( no flow
phenomena) --< perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi local
3. zona hiperemia,
◦ jaringan perifer yang mengalami perubahan vasodilatasi karena berdekatan dengan
mediator inflamasi tetapi tidak terluka secara termal dan tetap dalam keadaan baik .
Zona luka bakar
Perawatan pre-hospital dan Emergency Department Care
1. Airway
◦ Penilaian jalan nafas harus diperhatikan apakah berisko atau tidak.
◦ mencari tanda-tanda cedera inhalasi (sputum jelaga, rambut wajah atau hidung hangus, luka bakar wajah,
edema orofaringeal, perubahan vokal atau perubahan status mental).
◦ Jika terdapat satu atau lebih dari tanda-tanda inhalasi, diberikan oksigen 100% melalui masker reservoir
nonrebreathing atau endotracheal tube.
◦ Jika ada kekhawatiran tentang jalan napas maka lakukan intubasi.
2. Breathing
◦ Semua luka bakar harus menerima oksigen 100%.
◦ Ketika luka bakar terjadi di ruang tertutup, keracunan karbon monoksida dan sianida harus dicurigai.
3. Circulation
◦ Pemberian cairan harus segera diberikan dengan Ringer lactated jika waktu transportasi lebih dari 30 menit.
◦ Indikasi untuk resusitasi cairan yaitu cedera termal dengan TBSA lebih dari 20% dan tanda burn shock.
4. Neurogical disability
◦ Semua pasien harus dinilai untuk Glasgow Coma Scale (GCS). Pertimbangkan apakah ada keterkaitan dengan
hipoksia atau hipovolemia dan trauma.