Anda di halaman 1dari 37

JURNAL READING

Initial evaluation and management of the critical burn


patient

Evaluasi Dan Manajemen Awal Pada Pasien Luka Bakar Kritis


C. Vivóa , R. Galeiras b, ∗ , Ma D.P. del Cazc a Servicio de Anestesiología y
LUKA BAKAR
Pembimbing : dr. Nanda Febry Setiawati, Sp. BP-RE

Kinanti Hapsari 20190420088


DM 43-N FK UHT
RSUD dr. Soedono
Madiun
DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi.
ETIOLOGI
◦ Paparan api
◦ Aliran listrik
◦ Flame
◦ Benda panas (kontak) ◦ Zat kimia
◦ Scalds (air panas) ◦ Radiasi
◦ Uap panas ◦ Sunburn
◦ Gas panas
DIAGNOSIS
 Derajat kedalaman
 Luas luka bakar
 Cidera penyerta
KEDALAMAN LUKA BAKAR
◦ Derajat I/ superfisial
◦ Kerusakan terbatas pada
bagian epidermis
◦ Kulit kering, eritema
◦ Nyeri
◦ Tidak ada bula
Derajat II ◦ Derajat II
◦ Meliputi epidermis dan sebagian
1. Derajat IIA (Superficial partial dermis
thickness burn) ◦ Terdapat proses eksudasi
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan
lapisan atas dari dermis. Sisa-sisa jaringan ◦ Ada bula
epitel sehat masih banyak sehingga ◦ Dasar luka berwarna merah/pucat
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks
◦ Nyeri +/-

2. Derajat IIB (Deep partial thickness


burn)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
dan sisa-sisa jaringan epitel sehat tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu > 1 bulan.
◦ Derajat III
◦ Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yg lebih dalam
◦ Tidak ada bula
◦ Kulit berwarna abu-abu dan pucat
◦ Kering
◦ Terdapat eskar
◦ Tidak nyeri
LUAS LUKA BAKAR
◦ Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa (Wallace)
LUAS LUKA BAKAR
◦ Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
◦ Rumus 10 untuk bayi
◦ Rumus 10-15-20 untuk anak.

◦ Estimasi menggunakan luas permukaan palmar pasien.


◦ Luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.
KRITERIA BERAT RINGAN LUKA BAKAR
◦ Kriteria luka bakar ringan:
◦ Luka bakar derajat II < 15%.
◦ Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak.
◦ Luka bakar derajat III< 2%.

◦ Kriteria luka bakar sedang:


◦ Luka bakar derajat II 10-25% pada orang dewasa.
◦ Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak.
◦ Luka bakar derajat III <10%.
◦ Kriteria luka bakar berat:
◦ Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa.
◦ Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak.
◦ Luka bakar derajat III 10% atau lebih.
◦ Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan
◦ genitalia/perineum.
◦ Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
FASE LUKA BAKAR
1. FASE AKUT / FASE SYOK / FASE AWAL
- TEMPAT KEJADIAN / IRD
- PROBLEM AIRWAY, PERNAFASAN DAN SIRKULASI
- SYOK

2. FASE SUBAKUT
- DALAM PERAWATAN
- PROBLEM PENUTUPAN LUKA, INFEKSI, HIPERMETABOLIK

3. FASE LANJUT
- SETELAH BEROBAT JALAN
- PROBLEM JARINGAN PARUT, KONTRAKTUR
Patofisiologi
◦ Respons terhadap luka bakar terjadi
pada tingkat lokal dan sistemik. Luka
bakar besar (> 20%) menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi dari
kerusakan jaringan yang dapat
mengerahkan efeknya pada seluruh
tubuh. Perubahan organ utama yang
dapat diduga biasanya sistemik, yang
mengarah ke syok hipovolemik dalam
waktu singkat dan beberapa kegagalan
organ multiple dalam fase sub akut.
Penanganan Luka Bakar Fase Akut
1. Evaluasi pertama ( triage )
a. ABC
Prioritas pertama adalah mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien
b. Pemeriksaan fisik keseluruhan
Membebaskan pasien dari baju yang terbakar, melihat keseluruhan tubuh apakah tdpt trauma
lainnya.
c. Anamnesis
mekanisme terjadinya trauma, kapan terjadi, penyakit sebelumnya
d. Pemeriksaan luka bakar
Menentukan luas, kedalaman dan derajat luka bakar.
Penanganan Luka Bakar Fase Akut
2. Penanganan di ruang emergency
◦ -wajib sarung tangan steril
◦ -bebaskan pakaian yang terbakar
◦ -pemeriksaan teliti menyeluruh untuk mencari apa ada trauma lain atau tidak
◦ -bebaskan jalan nafas
◦ -pemasangan IV kateter
◦ -pemasangan volley kateter
◦ -pasang NGT
◦ -antinyeri ( morfin )
◦ -timbang BB
◦ -tetanus toxoid boster kalau perlu
◦ -debridement dalam keadaan bius umum
◦ -eskarotomi, fasiotomi
Tatalaksana resusitasi cairan
Cara Baxter
Dewasa : 4 cc Ringer Laktat x Luas luka bakar (%) x BB (kg)
Anak : RL : dextran = 17:3
2 cc x BB x Luas luka bakar (%) ditambah kebutuhan faali
Kebutuhan faali:
< 1 tahun = BB x 100 cc
1-3 tahun = BB x 75 cc
3-5 tahun = BB x 50 cc
Hasil yang didapatkan, separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu Ringer laktat karena defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan pertama. Pemberian cairan dapat ditambah jika perlu,
seperti pada keadaan syok atau jika diuresis kurang.
Monitoring Fase Resusitasi
◦ Mengukur Produksi Urine
◦ Berat Jenis Urine
◦ Vital Sign
◦ pH darah
◦ Perfusi Perifer
◦ Laboratorium
◦ Penilaian keadaan paru
◦ Penilaian gastrointestinal
Tindakan bedah
◦ Eksisi dini
◦ Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulit mati
dengan cara eksisi tangensial.
◦ Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan pasien stabil karena
eksisi tangensial juga menimbulkan perdarahan.
◦ Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh, dan pasti boleh
dilakukan pada hari kesepuluh.
◦ Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan
tubuh karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Tindakan bedah
Eskarektomi dilakukan pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh dapat
mengakibatkan penekanan yang
membahayakan sirkulasi, hingga
menyebabkan nekrosis pada bagian distal
ekstremitas.
Skin grafting
◦ Tujuan dari metode ini:
◦ Menghentikan evaporate heat loss
◦ Mengupayakan agar proses penyembuhan
terjadi sesuai dengan waktu
◦ Melindungi jaringan yang terbuka
◦ Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness skin graft
◦ Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. mess grafting.
◦ Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting,
usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya.
◦ Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’ ataupun
dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
PROGNOSIS
◦ Prognosis dan penanganan luka bakar tergantung:
◦ Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
◦ Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
◦ Letak daerah yang terbakar
◦ Usia dan keadaan kesehatan penderita
◦ Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada
luka bakar: gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.
JURNAL READING
Initial evaluation and management of the critical burn
patient

Evaluasi Dan Manajemen Awal Pada Pasien Luka Bakar Kritis


C. Vivóa , R. Galeiras b, ∗ , Ma D.P. del Cazc a Servicio de Anestesiología y
ABSTRAK
◦ Perbaikan terbesar dalam terapi luka bakar yaitu cenderung berfokus pada manajemen awal dari
hemodinamik dan gagal nafas yang dikombinasikan dengan pembedahan agresif dan eksisi awal
serta pencangkokan kulit untuk luka bakar yang dalam
◦ Perawatan luka bakar yang segera oleh tenaga medis sangat penting dan dapat mempengaruhi
hasil, dan secara signifikan dapat membatasi perkembangan dan kedalaman luka bakar.
◦ Manajemen darurat mengikuti prinsip-prinsip ATLS untuk penilaian dan stabilisasi jalan napas,
pernapasan, sirkulasi, disabilitas, paparan dan kontrol lingkungan.
◦ Evaluasi sekunder setelah masuk ke Unit Luka Bakar pada pasien luka bakar parah termasuk
kelanjutan dari manajemen pernapasan dan perawatan cedera inhalasi, resusitasi cairan dan
stabilisasi kardiovaskular, kontrol nyeri dan manajemen luka bakar.
PATOFISIOLOGI
◦ Luka bakar mayor menyebabkan kerusakan jaringan yang parah dan
mengakibatkan aktivasi respon inflamasi yang dimediasi sitokin yang
mengarah ke efek patofisiologis yang buruk pada area lokal dan area yang jauh
dari luka bakar. Efek sistemik terjadi pada dua fase berbeda, yaitu fase burn
shock yang diikuti oleh fase hipermetabolik.
◦ Terjadi edema menyeluruh bahkan pada jaringan yang tidak terluka ketika
cedera melebihi 25-30% total luas permukaan tubuh (TBSA). Setelah terjadi
luka bakar yang parah, plasma akan menghilang pada jaringan yang terbakar
yang dapat terjadi hingga 48 jam pertama atau bahkan lebih.
◦ Hilangnya cairan intravaskular pada area yang terbakar dan formasi edema (di
area yang tidak terbakar) dapat dengan cepat menyebabkan burn shock dengan
gangguan perfusi jaringan dan organ. Jadi, tujuan terapi awal adalah pengisian
volume intravaskular dengan cairan (kristaloid isotonik) untuk
mempertahankan perfusi jaringan dan meminimalkan iskemia dan inflamasi.
◦ Edema, hipovolemia dan hipoproteinemia adalah hasil dari perpindahan cairan.
PATOFISIOLOGI

Perpindahan cairan
Permeabilitas
kapiler ↑
dan protein ke ruang Edema
interstitial

Luka bakar parah


Burn shock
Resistensi
( ≥ 20% TBSA) vaskular ↑

Cardiac output ↓ Hipovolemia


PATOFISIOLOGI
◦ Deskripsi klasik luka bakar dan jaringan sekitarnya adalah sistem yang terdiri
dari beberapa zona yg mengelilingi jaringan yang terbakar, yaitu zona
koagulasi,zona iskemia dan zona hyperemia

1. Zona koagulasi
◦ adalah area jaringan yang mati di pusat luka bakar,
◦ Protein mengalami denaturasi pada suhu > 41 ° C (106 ° F), sehingga panas
yang berlebihan dapat menyebabkan denaturasi protein yang luas, degradasi,
dan koagulasi, yang menyebabkan nekrosis jaringan.
2. zona iskemia atau stasis,
◦ yang tidak mati awalnya, tetapi karena gangguan mikrovaskuler, bisa menjadi
nekrosis selama beberapa hari jika tidak diresusitasi dengan benar
◦ Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit  gangguan perfusi ( no flow
phenomena) --< perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi local

3. zona hiperemia,
◦ jaringan perifer yang mengalami perubahan vasodilatasi karena berdekatan dengan
mediator inflamasi tetapi tidak terluka secara termal dan tetap dalam keadaan baik .
Zona luka bakar
Perawatan pre-hospital dan Emergency Department Care
1. Airway
◦ Penilaian jalan nafas harus diperhatikan apakah berisko atau tidak.
◦ mencari tanda-tanda cedera inhalasi (sputum jelaga, rambut wajah atau hidung hangus, luka bakar wajah,
edema orofaringeal, perubahan vokal atau perubahan status mental).
◦ Jika terdapat satu atau lebih dari tanda-tanda inhalasi, diberikan oksigen 100% melalui masker reservoir
nonrebreathing atau endotracheal tube.
◦ Jika ada kekhawatiran tentang jalan napas maka lakukan intubasi.

2. Breathing
◦ Semua luka bakar harus menerima oksigen 100%.
◦ Ketika luka bakar terjadi di ruang tertutup, keracunan karbon monoksida dan sianida harus dicurigai.
3. Circulation
◦ Pemberian cairan harus segera diberikan dengan Ringer lactated jika waktu transportasi lebih dari 30 menit.
◦ Indikasi untuk resusitasi cairan yaitu cedera termal dengan TBSA lebih dari 20% dan tanda burn shock.

4. Neurogical disability
◦ Semua pasien harus dinilai untuk Glasgow Coma Scale (GCS). Pertimbangkan apakah ada keterkaitan dengan
hipoksia atau hipovolemia dan trauma.

5. Exposure with environment control


◦ Beri air dingin yang mengalir segera (12-15˚ lebih baik), selama 20-30 menit.
◦ Ketika luka bakar menutupi lebih dari 10% TBSA kita harus memantau pasien karena risiko hipotermia, dan
hangatkan pasien jika perlu.
◦ Ketika ventilasi dan sirkulasi telah dilakukan, kemudian lakukan survei sekunder dengan menilai ukuran dan
kedalaman luka bakar, untuk memberikan analgesia kepada pasien, perawatan luka dan rujuk ke Burn Unit
Perawatan luka bakar di Burn Unit
◦ Survei sekunder dilakukan sebagai evaluasi luka bakar yang spesifik. Dilakukan selama masuk ke Burn
Unit dan menjemen dari luka harus dilakukan. Kemudian lakukan deteksi dari mekanisme cedera,
pertimbangan kerusakan, tinggi dan berat badan, kemungkinan keracunan karbon monoksida, dan luka
bakar wajah.

1. Penilaian area terbakar dan kedalaman


◦ Untuk menghitung luas luka bakar, Wallace "rule of nine"
◦ Menilai kedalaman luka bakar bisa sulit. Pada pemeriksaan langsung, ada empat elemen yang harus dinilai.
Pendarahan pada tusukan jarum, sensasi, penampilan dan warna sampai tekanan.
◦ Sebagian ketebalan dapat dibagi menjadi superficial (terbakar hingga epidermis), dermal superfisialis (luka
bakar pada epidermis hingga ke lapisan atas) dan deep dermal (luka bakar meluas melalui epidermis ke
lebih dalam lapisan dermis tetapi tidak melalui seluruh dermis).
2. resusitasi cairan
◦ Rumus Baxter memperkirakan persyaratan cairan 4 mL / kg /% TBSA lebih dulu 24
jam
◦ Cara termudah dan tercepat untuk menyesuaikan laju resusitasi cairan adalah
berdasarkan output urin per jam. Meskipun tidak secara resmi, output urin 0,5-1
mL / kg / jam umumnya ditargetkan pada orang dewasa dengan luka bakar termal.

3. Manajemen Metabolik dan Nutrisi


◦ Nutrisi enteral atau parenteral yang terus menerus secara parsial mengurangi respons
hipermetabolik dan mengurangi kehilangan otot akibat luka bakar.
4. Perawatan luka bakar
◦ sebagian besar akan membutuhkan analgesia atau anestesi umum. Luka harus
dibersihkan dengan larutan saline isotonik,atau larutan antiseptik sebelum
mengoleskan salep[180.181]. Jenis ganti tergantung pada TBSA, local penampilan
luka, dan kondisi umum pasien. Salep sulfadiazine perak terkait dengan
penyembuhan berkepanjangan jika digunakan untuk waktu yang lama pada luka
bakar superfisial
◦ Eksisi dini dan grafting telah menjadi gold standard manajemen luka bakar selama
beberapa dekade.
◦ Standar untuk penutupan luka bakar yang cepat dan permanen adalah melalukan
split-thickness skin graft.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai