MTA. Analisis Penerjemahan. Zulpakar Surya ZA
MTA. Analisis Penerjemahan. Zulpakar Surya ZA
NIM : 200303094
Mata Kuliah : Metode Tarjamah Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Muhajirul Fadhli, Lc., MA
Tugas : Analisis Terjemahan Q.S. Al-Ma’arij ayat 11 s.d. 20
STRATEGI PENERJEMAHAN
Strategi penerjemahan adalah metode yang dipakai dalam menerjemahkan Al-Qur‟an.
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang penerjemah dalam
menerjemahkannya. Adapun tahapan itu ialah,
1. Mengedepankan dan mengakhirkan, maksud dari strategi ini adalah seorang
penerjemah diharuskan untuk mengedepankan kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam
Bsa dan mengakhirkan kata Bsu yang dikedepankan dalam Bsa.
2. Membuang, maksud dari strategi ini adalah seorang penerjemah harus membuang kata
dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.
3. Menambahkan, maksud dari strategi ini adalah seorang penerjemah diharuskan
menambah kata dalam Bsu yang disebut dalam Bsa.
4. Mengganti, maksud dari strategi ini adalah seorang penerjemah guna untuk mengganti
struktur kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna dalam Bsa.
ۗ
َك ََّّل اِنَّـ َها لَ ٰظى.4
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya ia (neraka) itu adalah api yang bergejolak” (Kemenag 2019)
“sama sekali tidak ! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak” (Mushaf At-Taqwa)
“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka ini adalah api yang bergejolak” (Tafsir
Jalalain)
Analisis:
Metode yang digunakan dalam terjemahan diatas yaitu metode harfiah bi al-mistli
dimana tidak ada perubahan bahasa yang signifikan dari bahasa sumber yaitu (Bsu) ke bahasa
sasaran (Bsa). Keduanya sesuai dengan yang terdapat dalam Tafsir Jalalain. Namun Terjemah
Kemenag menyebutkan kata “neraka” dengan menambahkan kata “ia” guna dalam
memperjelas maraji’ damir yang ada dalam ayat tersebut
َّ ِاع ًة ل
لش ٰوى َ نَـ َّز.5
“yang mengelupaskan kulit kepala” (Kemenag 2019)
“yang mengelupaskan kulit kepala” (Mushaf At-Taqwa)
“yang mengelupaskan kulit kepala” (Tafsir Jalalain)
Analisis:
Metode yang digunakan dalam terjemahan diatas yaitu metode harfiah bi al-mistli
dimana tidak ada perubahan bahasa yang signifikan dari bahasa sumber yaitu (Bsu) ke bahasa
sasaran (Bsa).
َو َج َم َع فَاَ ْوعٰى.7
“serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya” (Kemenag 2019)
“dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya” (Mushaf At-Taqwa)
“serta mengumpulkan lalu menyimpannya” (Tafsir Jalalain)
Analisis:
Menurut hemat penulis, Terjemah kemenag menggunakan metode harfiah bighairi al-
mitsl,metode ini sedikit lebih longgar keterkaitannya dengan susunan dan struktur bahasa asal
yang diterjemahkan.Dan ada penambahan kata yaitu”Serta” dan “harta benda”. Sama halnya
dengan Terjemah tim Qasbah menggunakan Stategi Ziyadah terkait dengan susunan dan
struktur bahasa asal yang diterjemahkan. Namun jika dirujuk kembali kepada kitab Tafsir
Jalalain, keduanya masih sesuai walaupun ada penambahan kata.
ِْ اِ َّن.8
اْلنْ َسا َن ُخلِ َق َهلُ ْو ًعا
“sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir” (Kemenag 2019)
“sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh” (Mushaf At-Taqwa)
“sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah” (Tafsir Jalalain)
Analisis:
Berdasarkan observasi penulis, Metode yang digunakan dalam terjemahan diatas yaitu
metode harfiah bi ghairi al-mistli yaitu mengacu pada pengalihan atau pemindahan kata yang
ada dalam Bahasa Sumber (Bsu) dengan memaksakan aturan-aturan tata Bsu tersebut kedalam
Bahasa Sasaran (Bsa/Bahasa Indonesia). Terjemahan kemenag menambah kata “dengan sifat”,
Mushaf at-Taqwa dan Tafsir Jalalain memaknainya dengan “diciptakan dengan bersifat”.
Perbedaan selanjutnya adalah dalam pemaknaan kata هلوعاyaitu dengan arti suka mengeluh.
Sedangkan Mushaf At-Taqwa mengartikannya dengan Suka mengeluh. Terjemah ini menurut
hemat kami sesuai dengan Tafsir Jalalain.
َّ اِ َذا َم.9
َّ ُسه
الش ُّر َج ُزْو ًعا
“apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah” (Kemenag 2019)
“apabila dia ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah” (Mushaf At-Taqwa)
“apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah” (Tafsir Jalalain)
Analisis:
Alquran kemenag menggunakan metode terjemahan harfiah bighairi al mitsl. Metode
ini sedikit lebih longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa asal yang
diterjemahkan. Pada terjemahan ini,adanya perubahan kata dari keburukan menjadi kesusahan.
Terjemah Kemenag menggunakan strategi Ziyadah dengan kata “keburukan dan kesusahan”.
Kembali kepada rujukan Tafsir Jalalain, kedua-duanya masih sesuai dengan apa yang terdapat
dalam kitab tafsir jalalain, walaupun adanya perbedaan bahasa,namun masih dipahami maksud
dan konteks ayat tersebut.