Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 7/ Kelas 4A

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA

Karakteristik Morfologis dan Sintaksis Bentuk Pasif pada Teks


Terjemahan Al-Quran (TTA)

Dosen Pengampu : Markhamah, Prof. Dr. M.Hum

Kelompok 7

Olivia Septiana Setyo Wijayanti (A310220042)


Aidah Mustikarani (A310220043)
Azahra Rahma Cessia (A310220044)
Barkah Retno Intan Widyatmo (A310220049)
Rahayu Listyowati (A310220050)

KELAS A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022/2023
KULTUM

Surat Az-Zukhruf : 9

‫ض لَيَقُ ْولُ َّن َخلَقَ ُه َّن ْالعَ ِزي ُْز ْالعَ ِليْم‬ ِ ‫سا َ ْلت َ ُه ْم َّم ْن َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬
َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ َ ‫ُولَ ِٕى ْن‬
َ ُۙۙ‫۝‬
٩

Terjemahan:

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”
Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha
Mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan pertanyaan orang-orang musyrikakaumnya yang apabila mereka bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW, siapakahayang menjadikanaalamasemestaasepertialangit,
bumi dan lainnya, merekaadengan tandasamenjawab,abahwaasemuanya itu diciptakanaoleh
Allah,aTuhan yang Maha Kuasa, MahaaMengetahui segalanya, sebagaimana dikatakan bahwa
tidak ada yang tersembunyi bagi Allah SWT.aFirmanaAllah: Allah maha mengetahuiaseluruh
kejadian yang ada di bumi ini. Maka dari itu ayat tersebut berhubungan dengan topik
“Karakteristik Morfologis dan Sintaksis Bentuk Pasif pada Teks Terjemahan Al-Quran
(TTA)”. Dimana sebagai muslim hendaknya mengetahui maksud dari Al Quran dengan baik
sebagaimana yang kita ketahui sebagian tidak memahami bahasa arab maka dari itu perlunya
terjemahan Al Quran yang baik dan benar.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi dan bahasa dalam


berkomunikasi. Bahasa lisan maupun tulisan digunakan saat berkomunikasi dimana hal ini
membutuhkan keterampilan bahasa yang memadai agar komunikasi dapat berjalan baik dan
efisien. Penyusunan kalimat dalam sebuah percakapan sangat dipengaruhi oleh keterampilan
berbahasa. Bahasa yang sudah semestinya digunakan sebagai alat komunikasi sering kali
mendapatkan kesalahan presepsi. Bahasa digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan
gagan atau maksud kepada lawan tutur. Mailani, dkk (2022) menjelaskan bahwa bahasa
merupakan identitas suatu negara. Sehubungan dengan hal tersebut Devianty (2017)
menjelaskan bahasa sebagai konteks lain berperan sebagai penyampaian informasi untuk
membentuh hubungan sesama manusia.

Bahasa dipandang oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajarannya melalui perantara
malaikat dalam bentuk wahyu. Walohtae, dkk (2020) menerangkan bahwa Al Quran sebagai
petunjuk jalan yang lurus menjadi salah satu cara agar kehidupan menjadi damai dan tentram.
2
Anwar (2023) menjelaskan bahwa Al Quran yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab
tidak semua muslim memahami makna yang terkandung di dalamnya. Ahmadi (2015)
menjelaskan terjemahan Al Quran pemahamannya yang sebatas asumsi dari beberapa ulama
besar. Penyampaian informasi maupun teguran disampaikanNya kepada manusia. Al-Quran
sebagai petunjuk umat islam memberikan ajaran yang benar maka dari itu sebagai bentuk
hubungan dari berbagai bahasa maka dibuatlah suatu terjemahan agar umat muslim dapat
mengetahui makna yang dikandung tanpa harus belajar bahasa Arab. Markhamah & Basri
(2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa bentuk sintaksis pada teks terjemahan Al
Quran bahkan menjadi model pembelajaran yang terbukti efektif pada mahasiswa.

Farhan (2015) menjelaskan bahwa menerjemahkan merupakan suatu kegiatan


memindahkan makna atau maksud pesan pada bahasa sasaran tanpa mengubah makna.
Terjemahan Al-Quran diperuntukan bagi seluruh umat manusia yang tidak dapat memahami
bahasa arab maka dari itu ajaran dari Allah SWT akan tersampaikan dengan baik. Harahap
(2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terjemahan Al Quran yang diterjemahkan
memakai google translate tidak sepenuhnya sempurna, ada banyak kesalahan linguistik yang
dapat menyebabkan berbedanya makna. Ruhmadi & Al Farisi (2023) dalam penelitiannya juga
membahas mengenai kesalahan berbahasa tataran morfologis terjemahan Al Quran memakai
Chat GPT yang ditemukan beragam kesalahan. Maka dari itu terjemahan Al-Quran harus
semstinya benar maka dalam pembuatannya membutuhkan ilmu penafsiran yang luar biasa,
terjemahan tersebut dibuat agar umat muslim dapat dengan mudah mempelajari serta
memahami isi dari kitab suci Al-Quran. Hal ini dilakukan karena masih banyak umat muslim
yang tidak mahir atau pandai memahami bahasa Arab.

Makalah ini menerangkan karakteristik bentuk morfologis dan sintaksis bentuk pasif di
dalam teks terjemahan Al-Quran. Menurut Darjowidjojo (dalam Markhamah dan
Sabardila, 2018: 159-160) bentuk pasif yang lazim dibentuk dengan mengubah objek
langsung dan objek tidak langsung menjadi subjek kalimat pasif apabila aturan aturan
pengimbuhan tertentu dipatuhi. Karakteristik yang akan dibahas dalam makalah ini berupa
karakteristik bentuk morfologis yang merupakan suatu kajian yang berkaitan bidang morfologi
dan sintaksis. Gabungan dari kedua bidang yaitu bidang morfologi dan sintaksis dapat disebut

3
sebagai Morfosintaksis (morphosyntax). Morfosintaksis menjelaskan mengenai struktur
bahasa bentuk morfologi dan sintaksis yang tidak dapat dipisahkan.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk pasif sebagai pengisi predikat pada terjemahan Al-Quran surat Yunus?
2. Bagaimana bentuk pasif sebagai pengisi frase nominal pada terjemahan Al-Quran surat
Yunus?

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui:

1. Mengetahui bentuk pasif sebagai pengisi predikat pada terjemahan Al-Quran surat Yunus.
2. Mengetahui bentuk pasif sebagai pengisi frase nominal pada terjemahan Al-Quran surat
Yunus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk pasif sebagai pengisi predikat pada terjemahan al-qur’an surat Yunus
a. Pasif bentuk di-V dengan berbagai variasi
1) Pasif Bentuk di-V
(24) “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat air
yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya macam-
macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias,
dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik
hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau
siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah
disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang
berpikir”.

4
Dalam ayat tersebut, terdapat bentuk pasif di-V yaitu pada kata
“dimakan”. Verba “dimakan” diikuti frasa nomina yaitu oleh manusia dan
hewan ternak. Selain itu bentuk pasif di-V juga ditemukan pada kata “disabit”.

2) Pasif bentuk di-V-kan


(20) “Mereka berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Nabi
Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah,
“Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah. Maka, tunggulah
(siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang
menunggu bersamamu”.
Dalam ayat tersebut, frasa "diturunkan" merupakan bentuk pasif dari
kata kerja "menurunkan". Pasif artinya bahwa subyek dari tindakan tersebut
tidak melakukan tindakan itu sendiri, melainkan tindakan tersebut dikenakan
padanya. Dalam konteks ini, subjeknya adalah Nabi Muhammad. Jadi, secara
rinci, frasa "diturunkan kepadanya (Nabi Muhammad)" berarti bahwa tindakan
menurunkan bukti atau mukjizat tersebut tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad
sendiri, melainkan itu terjadi pada dirinya sebagai penerima bukti atau mukjizat
dari Tuhan.
(30) “Di sanalah (padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan
pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka
dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya, dan
lenyaplah dari mereka apa (sesembahan) yang selalu mereka ada-
adakan”.
Dalam ayat tersebut, pasif bentuk di-v-nya adalah "dikembalikan". Ini
adalah bentuk pasif dari kata kerja "mengembalikan". Dalam konteks ini,
subjeknya tidak secara aktif mengembalikan dirinya sendiri kepada Allah,
melainkan mereka dikenakan kembali kepada Allah. Jadi, frasa "mereka
dikembalikan kepada Allah" menunjukkan bahwa tindakan pengembalian
tersebut dilakukan pada mereka, bukan oleh mereka sendiri.

3) Pasif Bentuk diper-/-kan


(89) Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, permohonan kamu berdua telah
diperkenankan. Maka, tetaplah kamu berdua (pada jalan yang lurus)
dan janganlah sekali-kali kamu berdua mengikuti jalan orang-orang
yang tidak mengetahui”.
Ditemukan pada ayat 89 terdapat bentuk pasif diper-/-kan yaitu pada
kata diperkenankan. Verba diperkenankan. sebagai pengisi predikat. Hadirnya
prefiks per- menuntut kehadiran pelaku kamu berdua.

b. Pasif bentuk ter-


(57) “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada,
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin”.

5
Dalam ayat tersebut, pasif bentuk ter-nya adalah "terdapat". Ini adalah
bentuk pasif dari kata kerja "mendapat". Dalam konteks ini, subjek tidak secara
aktif menempatkan penyakit dalam dadanya, melainkan penyakit tersebut
ditempatkan di dalam dadanya secara pasif atau terjadi padanya. Jadi, frasa "yang
terdapat dalam dada" menunjukkan bahwa penyakit tersebut hadir atau
ditempatkan di dalam dadanya tanpa melalui tindakan aktif dari subjek.

c. Pasif bentuk Persona


1) Pasif Bentuk Persona I + Pokok Kata Kerja
(24) “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat air
yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya macam-
macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias,
dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik
hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau
siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah
disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang
berpikir”.
Pada ayat tersebut terdapat bentuk pasif persona I + pokok kata kerja
yaitu “kami jadikan”. Pada data “kami jadikan” adanya sufiks -kan tidak dapat
dihilangkan. Apabila sufiks -kan dihilangkan, maka konstruksi yang
bersangkutan menjadi tidak gramatikal misalnya, seperti dibawah ini.
(24a) Kami jadi (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit,

2) Pasif Bentuk Persona II + Pokok Kata Kerja


(46) “Sesungguhnya jika Kami benar-benar memperlihatkan kepadamu
(Nabi Muhammad) sebagian dari (siksa) yang Kami janjikan kepada
mereka (di dunia), atau jika Kami mewafatkan engkau (sebelum
datangnya azab itu), hanya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian
Allah menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan”.
Pada ayat tersebut terdapat bentuk pasif persona II + pokok kata kerja
yaitu “(siksa) yang kami janjikan”. Pada data “janjikan” adanya sufiks -kan
tidak dapat dihilangkan. Apabila sufiks -kan dihilangkan, maka konstruksi yang
bersangkutan menjadi tidak gramatikal misalnya, seperti dibawah ini.
(46a) (siksa) yang Kami janji kepada mereka,

3) Pasif Bentuk Persona III + Pokok Kata Kerja


(47) “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan
rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada
apa yang telah mereka kumpulkan”.

6
Pada ayat tersebut terdapat bentuk pasif persona III + pokok kata kerja
yaitu “apa yang telah mereka kumpulkan”. Pada data “kumpulkan” adanya
sufiks -kan tidak dapat dihilangkan. Apabila sufiks -kan dihilangkan, maka
konstruksi yang bersangkutan menjadi tidak gramatikal misalnya, seperti
dibawah ini.
(47a) “....Itu lebih baik daripada apa yang telah mereka kumpul”.

2. Bentuk Pasif sebagai Pengisi Frase Nominal pada Terjemahan Al-Quran Surat Yunus
a. Pasif Bentuk di-V dengan berbagai variasi
1) Pasif Bentuk di-V
(24) “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat
air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya
macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia
dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, terhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami
pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya
seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci
ayat-ayat itu kepada kaum yang berpikir”.
Pada ayat 24 terdapat adanya bentuk pasif di-V yaitu pada kata
dimakan, dan disabit. Verba dimakan sebagai pengisi frase nominal dari
kalimat sebelumnya yaitu tanaman bumi. Selanjutnya bentuk pasif pada
kata disabit merupakan pengisi frase nominal juga dari kalimat sebelumnya
yakni pada kata tanamannya.

2) Pasif bentuk di-V-kan


(20) “Mereka berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Nabi Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?”
Katakanlah, “Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah.
Maka, tunggulah (siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk
orang-orang yang menunggu bersamamu”.
Berdasarkan data yang telah ditemukan pada ayat 20 ditemukannya
bentuk pasif dari kata kerja menurunkan yakni diturunkan. Verba tersebut
mengisi frase nominal kalimat sebelunya yakni (mengapa tidak).
Sehubungan dengan hal tersebut bahwasanya pada prefiks di- dan sufiks -
kan wajib ada satu sama lainnya, apabila salah satu dihilangkan maka
kalimat tersebut menjadi tidak berterima sebagai berikut.
(20A) “Mereka berkata, “Mengapa tidak diturun kepadanya (Nabi
Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah,
“Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah. Maka, tunggulah
(siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang
menunggu bersamamu”.
7
(20B) “Mereka berkata, “Mengapa tidak turunkan kepadanya (Nabi
Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah,
“Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah. Maka, tunggulah
(siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang
menunggu bersamamu”.
Sangat jelas bahwa pada data 20A dan 20B memiliki makna yang
berlainan akibat tidak adanya salah satu dari prefiks di- dan sufiks -kan.
Untuk itu sangat penting melihat kembali kesalahan dalam terjemahan ayat
Al Quran karena dapar berakibat fatal apabila ada kesalahan.
3) Pasif Bentuk diper-/-kan
(89) Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, permohonan kamu berdua telah
diperkenankan. Maka, tetaplah kamu berdua (pada jalan yang lurus)
dan janganlah sekali-kali kamu berdua mengikuti jalan orang-orang
yang tidak mengetahui”.
Ditemukan pada ayat 89 terdapat bentuk pasif diper-/-kan yaitu pada
kata diperkenankan. Verba diperkenankan. Verba diperkenankan sebagai
pengisi frase nominal (kamu berdua telah).

b. Pasif Bentuk ter-


(61) “Engkau (Nabi Muhammad) tidak berada dalam suatu urusan, tidak
membaca suatu ayat Al-Qur’an, dan tidak pula mengerjakan suatu pekerjaan,
kecuali Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak ada
yang luput sedikit pun dari (pengetahuan) Tuhanmu, walaupun seberat zarah,
baik di bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang
lebih besar daripada itu, kecuali semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuz)”.
Dalam ayat tersebut, pasif bentuk ter-nya adalah tercatat. Verba terdapat
berarti sudah dicatat atau menyatakan aspek perfektif. Verba tercatat sebagai
atribut nomina yang ada di depannya. Kata tercatat bersama-sama dengan kecuali
semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).

c. Pasif Bentuk Persona


1) Pasif Bentuk Persona I + Pokok Kata Kerja
(104) “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai manusia, jika kamu
masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, aku tidak menyembah
(apa atau siapa) yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku
menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku diperintah
supaya aku termasuk orang-orang mukmin”.
Pada ayat 104 menjelaskan terdapat bentuk pasif persona I + pokok kata
kerja yaitu Aku, mematikan. Verba mematikan sebagai pengisi frase nominal
(aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu). Pada verba mematikan
kehadiran sufiks -kan tidak dapat dihilangkan. Apabila sufiks -kan

8
dihilangkan, maka konstruksi yang bersangkutan menjadi tidak gramatikal
atau tidak berterima seperti di bawah ini.
(104A) “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai manusia, jika kamu
masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, aku tidak menyembah
(apa atau siapa) yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku
menyembah Allah yang akan memati kamu dan aku diperintah
supaya aku termasuk orang-orang mukmin”.

2) Pasif Bentuk Persona II + Pokok Kata Kerja


(13) “Sungguh, Kami benar-benar telah membinasakan beberapa
generasi sebelum kamu ketika mereka berbuat zalim, padahal para
rasul mereka telah datang membawa bukti-bukti yang nyata. Namun,
mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah, Kami memberi
balasan kepada kaum yang berbuat dosa”.
Pada ayat 13 ditemukan bahwa terdapat bentuk pasif persona II +
pokok kata kerja yaitu Kamu, mebinasakan. Bahwasanya kehadiran sufiks -
kan tidak dapat dihilangkan. Apabila sufiks -kan dihilangkan kalimat tersebut
tidak berterima seperti berikut.
(13A) “Sungguh, Kami benar-benar telah membinasa beberapa
generasi sebelum kamu ketika mereka berbuat zalim, padahal para
rasul mereka telah datang membawa bukti-bukti yang nyata. Namun,
mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah, Kami memberi
balasan kepada kaum yang berbuat dosa”.

3) Pasif Bentuk Persona III+ Pokok Kata Kerja


(12) “Apabila manusia ditimpa kesusahan, dia berdoa kepada Kami
dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun, setelah Kami
hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat)
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) kesusahan yang telah menimpanya. Demikianlah,
dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas itu
apa yang selalu mereka kerjakan”.
Pada ayat 12 ditemukan bahwa terdapat bentuk pasif persona III +
pokok kata kerja yaitu mereka, kerjakan. Bahwasanya kehadiran sufiks -kan
tidak dapat dihilangkan. Apabila sufiks -kan dihilangkan kalimat tersebut
tidak berterima seperti berikut.
(12) “Apabila manusia ditimpa kesusahan, dia berdoa kepada Kami
dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun, setelah Kami
hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat)
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) kesusahan yang telah menimpanya. Demikianlah,
dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas itu
apa yang selalu mereka kerjakan”.
3. Makna Bentuk Pasif pada Terjemahan Al Quran surat Yunus

9
a. Prefiks di- menyatakan suatu tindakan pasif
(21) “Dan apabila Kami memberikan suatu rahmat kepada manusia
setelah mereka ditimpa bencana, mereka segera melakukan segala
tipu daya (menentang) ayat-ayat Kami. Katakanlah, "Allah lebih
cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)." Sesungguhnya malaikat-
malaikat Kami mencatat tipu dayamu”.
Pada ayat 21 terdapat bentuk pasif di-v yaitu pada kata ditimpa. Pada
kata ini, memiliki makna yang sudah ditimpa/diberi bencana oleh Allah.
Verba ditimpa pada ayat di atas merupat salah satu bentuk pasif di-v.
b. Konfiks di-kan mengandung arti kausatif
(47) “Dan setiap umat (mempunyai) rasul. Maka apabila rasul
mereka telah datang, diberlakukanlah hukum bagi mereka dengan
adil dan (sedikit pun) tidak dizalimi”.
Pada data di atas terdapat verba diberlakukan. Pada konfiks di-kan
pada kata itu mengandung arti kausatif yaitu menyebabkan terjadinya suatu
proses, dalam kata diberlakukanlah yang berarti proses bertindak.
c. Prefiks ter- menyatakan aspek perfektif
(72) “Maka jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak
meminta imbalan sedikit pun darimu. Imbalanku tidak lain
hanyalah dari Allah dan aku diperintah agar aku termasuk
golongan orang-orang muslim (berserah diri)”.
Data di atas terdapat prefiks ter- yaitu termasuk. Prefiks ini
menyatakan aspek prefektif yaitu sudah masuk dan sudah dimasukan.
d. Sufiks -kan menyatakan kausatif
(73) “Kemudian, mereka mendustakannya (Nuh), lalu Kami
selamatkan dia dan orang yang bersamanya di dalam kapal, dan
Kami jadikan mereka itu khalifah dan Kami tenggelamkan orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”.
Padaaayat ke 73 surat Yunus terdapat beberapa bentuk pasif yaitu
pada kata selamatkan, jadikan, tenggelamkan, dan mendustakan. Sufiks
selamatkan memiliki makna kausatif menyelamatkan sesuatu. Sedangkan
pada verba jadikan memiliki makna kausatif yaitu menyatakan proses, lalu
pada verba tenggelamkan memiliki makna kata kerja yaitu
menenggelamkan/tenggelam. Dan yang terakhir adalah mendustakan
miliki makna kausatif berupa kebohongan.

KESIMPULAN

Hasil temuan makalah menunjukkan bahwa karakteristik morfosintaksis bentuk pasif


dan makna bentuk pasif pada terjemahan Al-Quran di surat Yunus menunjukkan: yang
pertama, pada terjemahan Al-Quran surat Yunnus ditemukan dua kedudukan bentuk pasif

10
yaitu: (1) bentuk pasif sebagai pengisi predikat, dan (2) bentuk pasif sebagai pengisi frase
nominal. Yang kedua, pada terjemahan surat Yunus memiliki makna bentuk pasif pada
terjemahan ayat Al-Quran surat tersebut. Di antaranya adalah : (1) ditemukan adanya prefiks
di- menyatakan tindakan pasif, (2) kemudian, prefiks ter- yaitu aspek perfektif, (3)kPrefiks ter-
berupa keadaan, (4) konfiks di-kan yang termasuk arti kausatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R. (2015). Model Terjemahan Al-Qur’an Tafsiriyah Ustad Muhammad


Thalib. Center of Middle Eastern Studies (CMES), 8(1), 57-69.

Anwar, Z. (2023). Pendekatan Sintaksis (Nahwu) dan Morfologi (Sharaf) dalam penafsiran al-
Qur'an: Kajian terhadap surat al-Baqarah ayat 1-20 dalam Tafsir Ma’ani Al-Qur’an
Karya Imam al-Akhfas (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal tarbiyah, 24(2).

Farhan, A. (2015). Kitab Qasas al-Anbiya pada bab Ihtijaj Adam dan Musa Karya Ibnu Katsir:
analisis morfosintaksis terjemahan M. Abdul Ghaffar EM. 1- 47.

Harahap, K. A. (2014). Analisis Kesalahan Linguistik Hasil Terjemahan Mesin Terjemah


Google Translate dari Teks Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Penelitian
Agama, 15(1), 26–43.

Mailani, O., Nuraeni, I., Syakila, S. A., & Lazuardi, J. (2022). Bahasa sebagai alat komunikasi
dalam kehidupan manusia. Kampret Journal, 1(2), 1-10.

Markhamah & Atiqa, S. (2018). Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. University
Press (MUP).

Markhamah, A. N., & Basri, M. M. (2014). Efektivitas Model Materi Ajar Sintaksis Berbasis
Teks Terjemahan Alquran dan Persepsi Mahasiswa terhadap Model Itu. Makalah
disajikan pada Seminar Internasional PIBSI, 11-12.

Ruhmadi, A., & Al Farisi, M. Z. (2023). Analisis Kesalahan Morfologi Penerjemahan Arab–
Indonesia pada ChatGPT. Aphorisme: Journal of Arabic Language, Literature, and
Education, 4(1), 55-75.

Walohtae, S., Markhamah, M., & Sabardila, A. (2020). isi Ayat dan Peran Sintaksis Satuan
Lingual yang Menggunakan Kata Petunjuk pada Teks Terjemahan Aquran (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

11
KARYA MAHASISWA

Dinamika Harapan

Oleh : Olivia Septiana Setyo Wijayanti

Angin berhembus bersama adorasi kehidupan


Terkontaminasi oleh lika-liku keraguan
Menerobos rintangan haluan yang buram
Bimbang hati terlempar nuklir harapan

Tatkala itu, mendorongku tuk menengahi egoku


Beribu harapan begitu jelas menatapku
Tatapan haru penuh pilu
Terus mengusik kalbuku

Sketsa takdir kepergiannya tak akan sirna


Hingga waktu yang mengubah segalanya
Goresan fatwa dalam gelapnya lorong sukma
Terus mengusik jiwa dinamika harapan fana

12
13

Anda mungkin juga menyukai