Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KALIMAT EFEKTIF
DOSEN PENGAMPU : Dr. GHOZALI, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 1 :

Sulistiana (202269030001)
Mega Yuni Lestari (202269030056)
Nahnul Huda (202269030021)
Umar Faruq (202269030043)
Akhmad Sukhaifi (202269030053)
Ardi Surya Sabana (202269030030)
Fery Indra Nasution (202269030019)
M Syahrul Afifi (202269030042)

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan rahmat-Nya agar kami dapat menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “
Penulisan Kalimat Efektif “. Guna memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Bapak Samsul
Arifin, M.Pdi selaku dosen pengampu mata pelajaran Pendidikan Multikultural.

Tak lupa juga melalui kata pengantar ini kami mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan
dan penyusunan makalah ini. Mungkin tanda adanya bantuan dari semua pihak yang telah
membantu kami , makalah ini mungkin tidak akan bisa selesai dengan sebaik ini.

Didalam makalah kami yang berjudul “Toleransi Terhadap Pendidikan Multikultural”


kami akan membahas tentang ciri dan penerapan kalimat efektif yang sesuai dengan EYD
serta pembahasan lain mengenai penulisan kalimat efektif.

Bilamana di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekurangan penyusun
atas materi yang di sampaikan . Kami selaku pihak penyusun memohon maaf yang sebesar-
besarnya .

Di samping kekurangan yang ada, kami selaku penyusun dari makalah ini juga
berharap semoga informasi yang disampaikan di dalam makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada para pembaca sekalian.

Pasuruan , 03 Oktobber 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

1.4 Mnafaat Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3

2.1 Pengertian Kalimat Efektif...........................................................................................3

2.1.1 Pengertian Kalimat Efektif....................................................................................3

2.2 Ciri Penulisan Kalimat Efktir.......................................................................................4

2.3 Syarat Penulisan Kalimat Efektif.................................................................................4

2.3.1 Kesepadanan..........................................................................................................5

2.3.2 Kepararelan............................................................................................................6

2.3.3 Kehematan.............................................................................................................6

2.3.4 Kecermatan............................................................................................................7

2.3.5 Kepaduan...............................................................................................................8

2.3.6 Kelogisan...............................................................................................................9

2.4 Struktur Kalimat Efektif...............................................................................................9

BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………….11

3.1 Simpulan………………………………………………………………………………11

iii
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..11

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………….12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang Pendidikan multikulturalisme memasukan proses potensi


manusia untuk menghargai plularisme dan semua keberagamannya4 . Pendidikan
multikutural tidak mengenal adanya perbedaan ras, suku, agama, budaya, dan terus
menekankan toleransi dalam setiap pembelajarannya. Dalam konsep plularisme, pendidikan
multikultural di dasar kan pada prinsip-prinsip kesamaan manusia5 .

1.1 Latar Belakang

Pengertian Toleransi Toleransi bukan merupakan suatu kata asing yang jarang terdengar
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengertian toleransi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri6 .” Pengertian tersebut
dapat diartikan sebagai sebuah sifat atau sikap yang berasal dari idealisme diri seseorang. Watson
(1997) juga mengartikan toleransi sebagai suatu batas ukur yang mengukur penambahan atau
pengurangan terhadap suatu hal yang masih diperbolehkan. Dalam pengertiannya tersebut, Watson
mengarahkan toleransi bukan sebagai suatu sikap maupun sifat, tetapi lebih terhadap suatu
keputusan yang diambil oleh seseorang. Menurut Hasyim (1979), toleransi sendiri merupakan suatu
pemberian kebebasan yang dibeikan kepada semua manusia (tanpa terkecuali) atau kepada sesama
warga masyarakat yang bertujuan untuk menjalankan keyakinannya atau hanya sekedar mengatur
hidupn dalam menentukan nasibnya masing-masing. Dengan catatan, selama seseorang
menjalankan dan menentukan sikapnya itu tetap tidak melanggar dan tidak berrtentangan dengan
syarat-syarat yang ada atas terciptanya ketertiban dan pendamaian di dalam masyarakat itu sendiri.
Secara ontologis, ide toleransi berakar pada sebuah konsep Latin yang sebenarnya merujuk pada
semacam kemampuan fisik yang digunakan untuk ‘menanggung’ hal-hal yang kurang disenangi.
Dalam perkembangannya, ide ini mulai berkembang dalam penggunaan yang sebenarnya berkaitan
dengan hubungan antaragama, utamanya dalam kaitan dengan perlindungan dari sebuah prinsip
cuius regio, eius religio (barang siapa yang dapat menguasai suatu negeri, berhak pula menetapkan
agamanya atas penduduk pada negeri itu). Dalam buku berjudul The Difficulty of Tolerance, Thomas
Scanlon (2003) merefleksikan bahwa toleransi sebagai sebuah kesadaran moral yang dimengerti
dengan pertanyaan what we owe to each other atau “kita berhutang apa dari sesama kita?”.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan penjelasan atau inti dari bahan penelitian yang telah disebutkan
pada rumusan masalah.

a. Jenis Toleransi
Toleransi sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu toleransi berpolitik,
toleransi beragama, dan toleransi budaya8 . 1) Toleransi Berpolitik Toleransi
berpolitik ini lebih mengarah bagaiamana tiap-tiap orang dalam menghargai dan
menghargai pendapat politik yang dimiliki oleh orang lainn. Toleransi ini lebih
menekankan bagaimana setiap orang bersama-sama menghargai, menghormati,
dan saling menjaga hak-hak politiknya masing-masing. Belakangan ini kita
dihadapkan oleh berbagai situasi politik. Tak jarang situasi politik yang muncul
cenderung destruktif bagi pembanguna bangsa kita. Berbagai pendapat dan
pandangan juga muncul dalam menghadapi situasi politik tersebut Dalam negara
demokrasi ini, toleransi sangat diperlukan untuk meghargai hak-hak setiap warga
negara dalam menyuarakan pendapatnya terhadap sistem politik di Indonesia. 2)
Toleransi Beragama Toleransi beragama merupakan suatu sikap menghormati dan
menghargai setiap perbedaan agama yang ada. Toleransi dalam beragama
meliputi saling menghormati hak setiap orang dalam memilih agama sesuai
kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Semua itu tercermin dalam
pancasila sila pertama yang berbunyi, “Ketuhanan yang Maha Esa”. Bung Karno
juga menegaskan toleransi beragama dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945:
”… Marilah kita semuanya berTuhan. Hendaklah negara Indonesia ialah negara
yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa.
Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara berkebudayaan, yakni dengan tiada
egoisme-agama9…” Bung Karno merefleksikan toleransi beragama dalam
ketiadaan egoisme-agama sesuai dalam pidatonya tersebut. Bung Hatta juga
berpendapat yang sama dalam pidatonya pada peringatan lahirnya Pancasila di
Gedung Kebangkitan Nasional tanggal 1 Juni 1977. Bung Hatta berpesan pada
bangsa di balik penjelasannya mengenai makna penting dan fungsi dari Sila
Pertama Pancasila. ”Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa jadi dasar yang memimpin
cita-cita negara kita, yang memberikan jiwa kepada usaha menyelenggarakan
segala yang benar, adil dan baik… Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya

3
dasar hormat menghormati agama masing-masing-masing, melainkan jadi dasar
yang memimpin ke jalan kebenaran, kebaikan, kejujuran persaudaraan…” Bung
Hatta meyakini jika dasar “Ketuhanan yang maha Esa” dapat menjadikan bangsa
Indonesia menjadi bagsa yang besar jikalau diyakini dengan baik. 3) Toleransi
Budaya Negara Indonesia yang beraneka ragam budaya ini seolah menjadikan
toleransi sebagai suatu kunci untuk dapat hidup rukun satu sama lain. Dengan
toleransi sebagai sikap budaya bangsa, tidak ada sikap yang dapat merendahkan
atau superioritas antarbudaya, suku, maupun ras. Karena itu, setiap orang harus
memandang sama rata terhadap budaya yang lain.
b. Bentuk Toleransi
Prinsip-prinsip toleransi menurut United Nations of Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) adalah rasa hormat, penerimaan dan
penghargaan atau keragaman budaya dunia yang kaya, berbagai bentuk ekspresi
diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi menurut UNESCO diartikan sebagai
kerukunan dalam perbedaan serta suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap
tindakan yang dilakukan orang lain. Sedangkan bentuk toleransi menurut Allport
(1954) dalam Suryabrata (1989) bentuk dari toleransi terdiri atas 6 macam10,
yaitu Conformity tolerance, Character conditioning tolerance, Millitant tolerance,
Passive tolerance, Liberalism tolerance, dan Radicalism tolerance. 1) Conformity
tolerance Toleransi yang terjadi karena suatu masyarakat memang sudah
memberikan standar, aturan, atau kode etik tertentu yang mengatur toleransi.
Mereka menjadi toleran karena berusaha untuk menerima dengan peraturan yang
ada. 2) Character conditioning tolerance Toleransi ini terjadi karena seseorang
telah mengembangkan suatu bentuk positif organisasi kepribadian yang berfungsi
penuh arti dalam totalitas kepribadiannya. Orang-orang ini memiliki penghargaan
positif terhadap orag lain, siapapun ia, mereka mempunyai pandangan terhadap
dunia yang positif. 3) Militant tolerance Toleransi ini berjuang menentang
tindakan yang menunjukkan intoleransi. Mereka adalah orang yang benar-benar
intoleran dengan intoleransi. 4) Passive tolerance Toleransi ini merupakan orang-
orang yang sedang berusaha mencari perdamaian dan mengusahakan jalan damai
terhadap segenap tindakan intoleransi. Langkah yang mereka ambil dalam
menghadapi permasalahan intoleransi biasanya dengan menghasilkan suatu
perdamaian bagi seluruh pihak. 5) Liberalism tolerance Toleransi ini merupakan

4
orang-orang yang kritis terhadap status quo. Mereka adalah orang menginginkan
perubahan sosial cepat yang berkaitan dengan toleansi. Orang yang toleran
menginginkan adanya perubahan yang revolusioner terhadap keadaan
masyarakat yang dilihatnya sebagai intoleransi. 6) Radicalism tolerance . Dalam
pengertian politis, radikalisme hampir bermakna sama dengan lieralisme,
perbedaanya hanyalah dalam segi intensitasnya yang lebih tinggi dari liberalisme.
Orang-orang yang toleran melakukan kritik yang radikalisme (mengakar) terhadap
keadaan-keadaan yang dianggapnya intoleran.

2. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural merupakan suatu gerakan pembaharuan sekaligus proses untuk


menciptakan lingkungan pendidikan setara untuk seluruh pelajar tanpa memandang ras, suku,
agama, status sosial, dan lain sebagainya. Menurut Andersen dan Cusher (1994) dalam Mahfud
(2008), pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan beragam kebudayaan. Sedangkan
menurut Hernandez (1989) pendidikan multikultural diartikan sebagai perspektif yang mengakui
realitas sosial, politik, dan ekonomi yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam pertemuan manusia
yang kompleks dan beragam dan merefleksikan pentingnya

2.3 Syarat Penulisan Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang punya kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, sama dengan gagasan yang ada pada
pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif harus mampu menciptakan kesepahaman
antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendengar. Maka dari itu penulisan
kalimat efektif memiliki beberapa syarat sebagai berikut :

2.3.1 Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan)


dengan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa ciri,
seperti berikut ini.

5
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh :
Kepada hadirin dimohon berdiri.
Kata depan kepada pada kalimat di atas tidak berfungsi apa-apa, bahkan justru
mengganggu kesepadanan sebuah kalimat. Kalimat tersebut akan lebih baik (sepadan)
kalau kata depan kepada dihilangkan sehingga menjadi seperti di bawah ini.
Hadirin dimohon berdiri.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh ;
Soal itu saya kurang jelas.
Orang itu wataknya jahat.
Kedua kalimat di atas mempunyai subjek ganda: soal itu dan saya pada kalimat pertama
dan orang itu dan wataknya pada kalimat kedua. Kalimat-kalimat itu akan lebih baik
kalau diubah menjadi seperti di bawah ini.
Bagi saya soal itu kurang jelas.
Orang itu bberwatak jahat.
c. Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu,
kemudian, sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada kalimat tunggal.
Contoh :
Kami agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kata sehingga merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga tidak sepadan kalau
difungsikan sebagai penghubung antarkalimat. Perbaikan terhadap kalimat itu dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menjadikan kalimat itu kalimat majemuk atau
dengan mengganti kata penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti di bawah ini.
Kami agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama;
Kami dating agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

2.3.2 Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan atau kesejajaran bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan

6
ungkapan nominal, bentuk kedua dan seterusnya hendaknya juga menggunakan bentuk
nominal; kalau yang pertama menggunakan bentuk verbal, hendaknya yang kedua dan
seterusnya juga menggunakan bentuk verbal.
Contoh :
Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan tanggung
jawab.
Dalam kalimat itu terdapat sebuah kata yang tidak sejajar dengan bentuk kata yang
lainnya yang sama-sama mewakili fungsi predikat, yakni kata tanggung jawab yang
merupakan bentuk nominal, padahal yang lainnya berbentuk ajektival. Kalimat tersebut
akan lebih baik kalau diubah menjadi seperti di bawah ini
Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan
bertanggung jawab.

2.3.3 Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah menghindari


penggunan kata, frase, atau bentuk lain yang tidak perlu, sejauh tidak menyalahi kaidah
tatabahasa dan tidak mengubah makna. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Hindari pengulangan subjek yang tidak diperlukan. Misalnya:
Karena dia tidak diundang, dia tidak ating pada acara itu.
Penyebutan kata dia sebagai subjek pada anak kalimat tidak diperlukan karena subjek
yang sama sudah disebutkan pada induk kalimatnya. Penyebutan kata dia pada anak
kalimat di atas merupakan pemborosan kata yang sebaiknya dihindari. Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
b. Hindari kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik besinonim dengan ke atas, kata hanya bersinonim dengan kata saja, kata
sejak bersinonim dengan kata dari dan mulai, kata demi bersinonim dengan kata untuk,
kata agar bersinonim dengan kata supaya, dan masih banyak lagi kata bersinonim lain
dalam bahasa Indonesia yang kadang digunakan secara bersamaan dalam sebuah
kalimat.
Contoh :
Mulai sejak dari pagi dia hanya bermenung saja.

7
Agar supaya lulus dalam ujian, kamu harus belajar lebih giat.
Kalimat-kalimat di atas akan lebih efektif (hemat) kalau diperbaiki menjadi seperti di
bawah ini.
Sejak pagi dia hanya bermenung.
Agar lulus dalam ujian, kamu harus belajar lebih giat.
c. Hindari penjamakan kata-kata yang sudah berbentuk jamak. Misalnya:
Masih banyak hal-hal yang harus dibahas.
Para tamu-tamu undangan sedang menikmati hidangan.
Kata banyak pada kalimat pertama dan kata para pada kalimat kedua sudah
mengandung makna jamak. Oleh karena itu, tidak perlu lagi pengulangan yang
bermakna jamak, sehingga kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti di
bawah ini.
Masih banyak hal yang harus dibahas.
Para tamu undangan sedang menikmati hidangan.

2.3.4 Kecermatan

Kecermatan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai kalimat yang tidak


menimbulkan pengertian ganda dan tepat dalam pilihan kata.. Perhatikan kalimat di
bawah ini.
Dialah istri Pak Lurah yang baru.
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni siapakah yang baru: apakah Pak
Lurah itu yang baru menikah atau baru dilantik menjadi lurah? Untuk menghindari
penafsiran ganda itu, perlu digunakan tanda hubung (-) seperti pada perbaikan kalimat
di bawah ini.
Dialah istri-Pak Lurah yang baru. (bila yang baru adalah istrinya) atau Dialah istri
Pak Lurah-yang baru. (bila yang baru adalah jabatan lurahnya).

2.3.5 Kepaduan

8
Kepaduan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Berikut ini ciri-
ciri kalimat yang padu.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele. Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat
yang panjang dan bertele-tele. Perhatikan kalimat berikut.
Penetapan bahasa kesatuan kita, sangat mudah; pada mana, masing-masing
perjuangan, di mana rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke,
yang senasib, seperjuangan serta satu cita-cita, maka karena kesadaran tadi, disertai
pemikiran, maka rakyat Indonesia menetapkjan Bahasa Nasional tersebut sebagai
bahasa kesatuan.
Kalimat di atas terlalu panjang dan bertele-tele, sehingga susah untuk dipahami.
Kalimat di atas akan mudah dipahami apabila bentuknya disederhanakan menjadi
seperti berikut ini.
Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan kita sangat mudah. Hal itu
disebabkan oleh karena pada masa-masa perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke merasakan senasib, seperjuangan serta satu cita-cita.
Dengan kesadaran itu dan disertai pemikiran yang mantap, rakyat Indonesia
menetapkjan bahasa Indonesia tersebut sebagai bahasa kesatuan.
b. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verba secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contoh :
Surat itu saya sudah baca.
Kalimat tersebut tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak di antara agen dan
verba. Seharusnya kalimat itu seperti di bawah ini.
Surat itu sudah saya baca.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja
transiti dan ojek penderita. Misalnya seperti kalimat berikut ini.
Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan.
Kata akan pada kalimat diatas tidak diperlukan karena kata kerja transitif menyadari
harus diikuti secara langsung oleh objek penderita pentingnya perpustakaan. Perbaikan
kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Mahasiswa harus menyadari pentinnya perpustakaan.

2.3.6 Kelogisan

9
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Misalnya seperti kalimat
berikut ini.
Waktu dan tempat kami persilakan.
Pemandu acara dalam suatu kegiatan serin kita jumpai mengunakan kalimat
semacam itu. Dalam kalimat tersebut seolah-olah waktu dan tempat-lah yang
dipersilakan, padahal maksud kalimat tersebut adalah orang yang akan menisi acara
itulah yan dipersilakan. Kalimat tersebut akan menjadi logis kalau diubah menjadi
seperti di bawah ini.
Yang terhormat Rektor Universitas Jember kami persilakan untuk memberikan kata
sambutan sekaligus membuka acara ini.
Dalam tulisan, keloisan sebuah kalimat ditandai juga oleh penggunaan ejaan yang
benar, yakni Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Demikianlah paparan mengenai
kalimat eektif dan ciri-cirinya.

2.4 Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif harus benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab
kesatuan bentuk itu yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar-
benar memiliki kesatuan bentuk dan kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak
atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pertanyaan yang
salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap tidak pasti yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hobungan satu sama lain. Kata-kata itu harus siurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
bias anya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat papa.
3. Munulis saya surat buat papa.

10
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya papa buat menulis surat.
6. Buat papa surat saya ditulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unusr kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan kata yang lain tidak jelas. Kata-kata ini juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikianlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktur


bahasa pemakaian pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah pengertian. Agar hal ini tidak
terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha menaati hukum yang sudah dibiasakan.

11
BAB III

PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir atau penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang
telah penulis buat, serta saran yang berisikan kritik ataupun masukan dari makalah ini.

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara
tepat jadi pendengar / pembaca dapat mengerti pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek(O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket).
 Syarat penulisan kalimat efektif yaitu : kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan,
kecermatan, kepaduan, kelogisan.

3.2 SARAN

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan sangat
sederhana. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan sarat
bagi pembahasan materi tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Bagus,Anam.2018.Kalimat Efektif

Badudu, J. S. (1989). Inilah bahasa Indonesia yang benar II. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Parera, J.D. (1984). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

akhadiah, s. (1985). kalimat efektif. bahasa indonesia.Jakarta: Universitas Terbuka

fathoni, a. (2018, OKTOBER 10). KALIMAT EFEKTIF. MAKALAH KALIMAT EFEKTIF,


p. 15.

HUSNARIDHA. (2015, OKTOBER 31). KALIMAT EFEKTIF.

odelia, j. (2012, desember). contoh paragraf kalimat efektif . blogsot.co.id.

yudha, a. (2022, juni 02). Pengertian Kalimat Efektif Menurut Para Ahli, Syarat, Ciri, Unsur,
dan Contohnya. Kalimat Efektif, p. 1.

13

Anda mungkin juga menyukai