Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN Tn.

T DENGAN PENYAKIT TB PARU


DI RUANG NUSA INDAH RSUD KOTA CILEGON

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN


Diajukan sebagai salah satu persyaratan mengikuti Ujian Sekolah dan Uji Kompetensi
KeahlianProgram Keahlian Asisten Keperawatan

Disusun oleh
HILDA DWIANSYAH
202110019

PROGRAM KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN


SMK MUHAMMADIYAH CILEGON
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Belajar Lapangan yang disusun oleh:


Nama : Hilda Dwiansyah
Kelas : XI
Program Studi : Asisten Keperawatan
Sekolah : SMK Muhammadiyah Cilegon
Tanggal Pelaksanaan : 10 Januari-10 Februari 2022
Judul : Laporan Pendahuluan Tn. T dengan Penyakit TB
Paru di Ruang Nusa Indah RSUD Kota Cilegon.

Laporan praktik belajar ini telah disetujui oleh:


Cilegon, 14 Februari 2023
Pembimbing I Pembimbing II

Indah Dwi Novita, S.ST. Fitria Anggraini Diwansyah, S.Pd.


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Belajar Lapangan yang disusun oleh:


Nama : Hilda Dwiansyah
Kelas : XI
Program studi : Asisten Keperawatan
Sekolah : SMK Muhammadiyah Cilegon
Tanggal pelaksanaan : 10 Januari-10 Februari 2022
Judul : Laporan Pendahuluan Tn. T dengan Penyakit TB
Paru di Ruang Nusa Indah RSUD Kota Cilegon.

Laporan praktik belajar ini telah disahkan oleh:


Cilegon, 14 Februari 2023
Pembimbing I Pembimbing II

Indah Dwi Novita, S.ST. Fitria Anggraini Diwansyah, S.Pd.

Mengetahui,

Kepala SMK Muhammadiyah Cilegon Ketua Jurusan

Saepul Fadilah, S.Ag. Indah Dwi Novita, S.ST.


NBM. 1156.333
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa dapat
menyelesaikan‘’Laporan Pendahuluan pada Tn. T dengan Penyakit Tb Paru di Ruang
Perawatan Nusa Indah RSUD Kota Cilegon’’ dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:
1. Saepul Fadillah, S.Ag. selaku Kepala SMK Muhammadiyah Cilegon.
2. Indah Dwi Novita, S.ST. selaku Ketua Jurusan dan Pembimbing I Praktik
Belajar Lapangan SMK Muhammadiyah Cilegon.
3. Fitria AnggrainiDiwansyah, S.Pd. selaku Pembimbing II Praktik Belajar
Lapangan SMK Muhammadiyah Cilegon.
4. Kepala DIKLAT Ruangan Perawatan RSUD Kota Cilegon beserta jajaran.
5. Kepala Ruangandan staf Ruangan Perawatan Nusa Indah RSUD Kota Cilegon.
6. Keluarga besar yang selalu memberi semangat dan dukungan.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kelemahan dalam ilmu pengetahuan
dan pengalaman, sehingga saran, masukan dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Cilegon, 14 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3

D. Manfaat penulisan.....................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................4

A. Definisi TB Paru.....................................................................................................4

B. Etiologi TB Paru.....................................................................................................5

C. Patofisiologi TB Paru.............................................................................................5

D. Tanda dan Gejala TB paru......................................................................................7

E. Penatalaksanaan TB Paru.......................................................................................8

D. Pemeriksaan Diagnosa TB paru................................................................................9

E. Komplikasi TB PARU.............................................................................................10

F. Asuhan Keperawatan...............................................................................................11

G. Model Asuhan Keperawatan...................................................................................12

BAB III PROFIL RSUD CILEGON..........................................................................14

A. Profil RSUD Cilegon............................................................................................14

ii
B. Visi Dan Misi..........................................................................................................15

Visi:..............................................................................................................................15

Misi:.............................................................................................................................15

BAB IV STUDI KASUS............................................................................................16

A. Pengkajian............................................................................................................16

B. Pemeriksaan umum……………………………………………………………...16

BAB V.........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

LAMPIRAN................................................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Table Pemeriksaan laboratorium....................................................................................................17


Table SOAP................................................................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah
kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang dikelompokkan dalam 22
negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden countries), sehingga
pada tahun 1993 Organisasi Kesehatan Sedunia World Health Organization (WHO)
mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah satu emerging disease yaitu
penyakit yang gawat dan memerlukan penanganan segera.
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit TB Paru telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk
dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Di negara berkembang
kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat
diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara
berkembang.
Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukkan bahwa TBC membunuh
sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada
di kawasan Asia Tenggara. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif
Indonesia termasuk dalam high burden countries, menempati urutan ketiga
setelah India dan China. Jumlah penderita TB Paru BTA positif di Indonesia secara
nasional pada tahun 2005 adalah sebesar 158.640 orang. Sedangkan tahun 2008
angka penderita TB Paru BTA positif mengalami sedikit peningkatan menjadi

1
2

sebesar 161.741 kasus (Depkes RI, 2009). Laporan Triwulan Sub Direktorat
Penyakit TB menyebutkan estimasi kasus baru TB paru di Indonesia tahun 2010
sebesar 244 kasus/100.000 penduduk.
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar
1/3 penderita terdapat di sekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintahan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit
pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per
tahun.
Meningkatnya kasus TB paru di Indonesia, salah satunya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Pada kondisi lingkungan yang baik, cukup mendapat sinar
matahari, kuman TB tidak bisa bertahan lama di udara. tapi kalau di tempat yang
lembab kuman ini bisa bertahan hidup dalam waktu lama. Inilah yang
menyebabkan TB Paru lebih banyak mengenai masyarakat miskin yang hidup di
daerah kumuh dan biasanya daya tahan tubuh mereka juga kurang akibat kurangnya
makan makanan bergizi.
Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat
kesehatan) akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit
TB Paru. Pada lingkungan fisik, kelembaban rumah dan kepadatan penghuni rumah
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB Paru. Hal tersebut dapat
dipahami karena kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
menjadi media yang baik bagi pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti
bakteri, sporoket, rickettsia,virus dan mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan
pada penghuninya.
Kuman tuberkulosis dapat hidup baik padalingkungan yang lembab. Selain itu
karena air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang
esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri, maka kuman TB
dapat bertahan hidup pada tempat sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari
sampai bertahun-tahun lamanya.
3

Di Provinsi Banten, hasil data dan informasi diperoleh jumlah penderita TB


Paru tahun 2010 sebesar 17.896 kasus, dengan BTA positif sebesar 8.080 kasus.
Angka kematian kasar (Crude Death Rate = CDR) TB paru di Provinsi Banten
sebesar 78,6%, angka tersebut merupakan tertinggi kedua di Indonesia setelah
Provinsi Sulawesi Utara (89,6%).
Tingginya jumlah penderita TB Paru di Provinsi Banten, menduduki
peringkat kelima terbesar di Indonesia, setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Di Kota Serang sendiri, hasil informasi diperoleh
jumlah penderita TB paru tahun 2010 sebesar 3211 kasus, dan tahun 2011
mengalami penurunan menjadi sebesar 2417 kasus.
Terdapat 6 pasien dari 8 pasien yang menderita TB Paru di ruang Nusa Indah
Kota. Berdasarkan kasus tersebut maka penulis tertarik mengambil judul”Laporan
Pendahuluan pada Tn. T dengan Penyakit Tb Paru di Ruang Perawatan Nusa Indah
RSUD Kota Cilegon”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan:
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Tn. T dengan penyakit Tb Paru di Ruang Nusa
Indah RSUD Kota Cilegon”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan praktik adalah:
Untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada penderita penyakit Tuberkulosis
Paru di Ruang Nusa Indah
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat bagi penulis
Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan Asuhan Keperawatan yang
tepat pada pasien penyakit TB Paru
2. Manfaat bagi institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran di sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama


menyerang penyakit parenkim paruNama tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktusistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Pengertian
tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu myobacterium tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya.
TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks
mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari
penderita tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang
ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri
tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar
2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri
ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari totaljumlah pasien TB di dunia.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk. Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat ada sebanyak
38.127 warga Banten menderita Tubercle Bacillus (TBC). Data ini berdasarkan

4
5

data yang dilaporkan melalui website sistem informasi tuberkulosisterpadu dan


penyisiran kasus di rumah sakit.

B. Etiologi

Sumber penularan penyakit tuberkulosis adalah penderita tuberkulosis BTA


positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

C. Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran


pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan
nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
6

sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
yang berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer
paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang
dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakheobronkhial.
Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi
rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama
batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
7

tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler
dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada
sistem pernapasan antara lain menimbulkan pneumotoraks, efusi pleural, dan
gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,
Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada orang dewasa

1. Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)


2. Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
3. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
4. Berkeringat di malam hari
5. Hilang nafsu makan
6. Penurunan berat badan
7. Demam dan menggigil
8. Kelelahan

Tanda dan gejala pada anak

1. Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu


2. Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh
3. Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
8

4. Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu


5. Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
6. Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutris
E. Penatalaksanaan
A. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per
hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek
bakterisida), menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih
lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat.
2. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri
yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis
diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan
lebih dari 50 kg. Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis
(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-
lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi
negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum
BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8.
3. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
B. Perawatan bagi penderita tuberkulosis Perawatan yang harus dilakukan pada
penderita tuberculosis adalah:
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat yaitu keluarga.
b. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
c. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d. Istirahat teratur minimal 8jamper hari
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima dan enam
9

f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang


baik
F. Pemeriksaan Diagnosa
Pemeriksaan TBC lainnya untuk mendukung diagnosis, yaitu:
1. Tes kulit Mantoux atau tuberculin skin test adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya paparan kuman TB pada
tubuh. Tes mantoux merupakan metode pemeriksaan awal yang umum
dilakukan untuk skrining atau deteksi awal penyakit TBC pada populasi
tertentu. Hasil tes mantoux dibagi menjadi:
a) indurasi 0-5 mm (diameternya) maka mantoux negative atau hasil
negative
b) indurasi 6-9 mm (diameternya) maka hasil meragukan
c) indurasi 10-15 mm yang artinya hasil mantoux positif
d) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
e) reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin
2. Tes darah IGRA (interferon gamma release assay)
adalahpemeriksaan darah yang digunakan untuk membantu dalam diagnosis
penyakit Tuberkulosis (TB) maupun Infeksi
3. Laten Tuberkulosis (LTBI). Pemeriksaan ini mengukur respon imun seluler
terhadap M. Tuberculosis (M. TBC).
4. Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan
visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam
prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru. Dalam perkembangannya,
bronkoskop dibagi atas bronkoskop rigid dan bronkoskop fleksibel.
5. Foto Rontgen, Rontgen merupakan tindakan medis yang menggunakan
radiasi gelombang elektromagnetik untuk mengambil gambar bagian dalam
dari tubuh seseorang. Biasanya rontgen digunakan untuk mendiagnosa
masalah kesehatan dan pemantauan kondisi kesehatan pada diri seseorang.
10

6. Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan


kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
G. Komplikasi
1. Nyeri tulang belakang
TBC dapat menyerang bagian tulang mana pun, tapi paling sering menyerang
tulang belakang. Oleh sebab itu, sakit punggung dan kekakuan adalah
komplikasi umum tuberkulosis. TBC pada tulang juga menyebabkan
komplikasilain, seperti munculnya penyakit saraf dan rusaknya bentuk tulang
belakang.
2. Kerusakan sendi artritis tuberkulosis biasanya menyerang pinggul dan lutut.
3. Pembengkakan pada selaput yang menutupi otak (meningitis) Bakteri
penyebab TBC terkadang dapat berpindah ke sekeliling otak dan cincin
tulang belakang (meninges).
4. Masalah hati atau ginjal Hati dan ginjal membantu menyaring limbah dan
kotoran dari aliran darah. Fungsi ini menjadi terganggu jika hati atau ginjal
terkena tuberkulosis.
5. Gangguan jantung meski jarang terjadi, tuberkulosis tetap saja dapat
menginfeksi jaringan di sekitar jantung, menyebabkan peradangan dan
pengumpulan cairan yang dapat mengganggu kemampuan jantung untuk
memompa secara efektif. Kondisi yang disebut tamponade jantung ini bisa
berakibat fatal.
F. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan tuberkulosis paru pada tn. t dengan masalah


keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas di ruang nusa indah
rumah sakit dr. haryoto lumajang tahun 2022; tonir harludin,
152303101086; 2019; 104 halaman; smk muhammadiyah cilegon.
11

Tuberculosis merupakan suatu penyakit kronik dan menular yang


disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. penyakit ini lebih
sering menyerang paru dari pada organ tubuh lainnya yang ditandai
dengan batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala
tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah dan sesak nafas sehingga
dapat terjadi penyempitan pada jalan napas, penumpukan mukus atau
lendir pekat secara berlebih bahkan obstruksi jalan napas penelitian ini
menggunakan metode laporan kasus terhadap 1 klien tuberculosis paru
dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara,
pemeriksaan fisik, dan observasi terhadap klien tuberculosis paru. hasil
penelitian yang dilakukan penulis di rumah sakit dr. haryoto lumajang pada
proses keperawatan yaitu tahap pengkajian menunjukkan adanya suara
napas tambahan ronki, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan,
penurunan suara nafas, gelisah, sputum berlebih, mata terbelalak,
orthopnea. intervensi yang dilakukan pada pasien tuberculosis paru yaitu
manajemen jalan napas, pengisapan lender, terapi oksigen, dan terapi
tambahan berupa batuk efektif dan latihan pernafasan dengan teknik
memutar.
Pelaksanaan batuk efektif dan latihan pernafasan dilakukan sebanyak 1
kali sehari oleh penulis dengan waktu kurang lebih 15 menit, batuk efektif
15 menit dalam 5 kali pengulangan dan latihan pernafasan 6 menit dalam 2
kali pengulangan.
Hasil dari penatalaksanaan latihan batuk efektif dan latihan pernafasan
dengan teknik memutar setelah 3 hari yaitu masalah teratasi (berhasil)
dengan kriteria hasil tercapainya nilai normal pada pola pernafasan,
frekuensi nafas, penurunan suara nafas tambahan
12

Rekomendasi bagi penulis selanjutnya yaitu dalam mengajarkan batuk


efektif dan latihan pernafasan dengan teknik memutar dilakukan secara
efektif sehingga masalah teratasi (berhasil) dalam pelaksanaan proses
13

keperawatan dalam mengoptimalkan status kesehatan klien terutama klien tuberculosis


paru.

G. Model Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses kegiatan pada praktik keperawatan


yang secara langsung ditujukkan kepada klien atau pasien di berbagai
pelayanan kesehatan. Setelah itu, keperawatan akan melaksanakan
profesinya namun berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan dan ilmu serta
kiat keperawatan yang bersifat humanistik dan juga berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk menyelesaikan masalah yang sedang di
hadapi klien. Proses keperawatan adalah salah satu metode yang efektif
untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan perawat terhadap klien
dengan pendekatan metodologi ilmiah. Dengan asuhan keperawatan maka
dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmiah yaitu: logis, sistimatis,
dinamis, dan terstruktur.
Tuberculosis merupakan suatu penyakit kronik dan menular yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. penyakit ini lebih
sering menyerang paru dari pada organ tubuh lainnya yang ditandai
dengan batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala
tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah dan sesak nafas sehingga
dapat terjadi penyempitan pada jalan napas, penumpukan mukus atau
lendir pekat secara berlebih bahkan obstruksi jalan napas penelitian ini
menggunakan metode laporan kasus terhadap 1 klien tuberculosis paru
dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Pelaksanaan batuk efektif dan latihan pernafasan dilakukan
sebanyak 1 kali sehari oleh penulis dengan waktu kurang lebih 15 menit,
batuk efektif 15 menit dalam 5 kali pengulangan dan latihan pernafasan 6
menit dalam 2 kali pengulangan
14

Asuhan keperawatan tuberkulosis paru pada tn. t dengan masalah


keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas di ruang nusa indah rumah
sakit dr. haryoto lumajang tahun 2022; tonir harludin, 152303101086; 2019; 104
halaman; smk muhammadiyah cilegon. Dan SOAP merupakan singkatan dari
Subjective, Objective, Analysis, dan Planning. Berikut penjelasannya:
a. Subjective (subjektif), yakni segala bentuk pernyataan atau keluhan
dari pasien.
b. Objective (objektif), yakni data yang diobservasi dari hasil
pemeriksaan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain.
c. Analysis (analisis), yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif.
d. Planning (perencanaan), yakni rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis.
e. Penulisan evaluasi keperawatan dengan format SOAP adalah metode
yang paling sering digunakan untuk pengkajian awal pasien.
BAB III
PROFIL RSUD CILEGON

A. Profil RSUD Cilegon

Pemerintah Kota Cilegon sebelumnya memiliki sebuah puskesmas DTP


Cilegon yang terletak di Jalan Raya Merak, Jombang Kali Cilegon pada saat
itu masih berada dalam pembinaan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang. Pada
tahun 1992 puskesmas DTP Cilegon I. Puskesmas Cilegon II dan puskesmas
cibeber. Seiring dengan perkembangan pemerintahan administratif Cilegon
yang berubah menjadi Kota Cilegon berdasarkan Undang – Undang Nomor 15
Tahun 1999, maka puskesmas DTP Cilegon I dengan ketetapan peraturan
Daerah nomor 14 Tahun 2001. Ijin operasional dan surat keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Banten Nomor 800 / 2074 / VII / 2002 Tanggal 16
Juli 2002 dengan Nomor Registrasi Depkes No. 367.20.22 Tertanggal 15
Agustus 2002, dan sesuai
dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 590/Kep.168-kp/2001 lahan RSUD
Kota Cilegon seluas 4,3 Ha di tempatkan pada lokasi Panggung Rawi.
Sejarah dengan berjalan waktu, RSUD Kota Cilegon semakin mengalami
kemajuan dengan adanya Surat Keputusan Walikota Nomor 445/Kep
214-Org/2007 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum dan melalui Surat
Rekomendasi Walikota Cilegon Nomor 445/1757-Org/2007 tentang dukungan
untuk memperoleh status sebagai Rumah Sakit Kelas B Non pendidikan. Pada
tanggal 21 Februari 2011 RSUD Kota Cilegon ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Tipe B pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Kemenkes No. HK.02
03/1/2039/2014.
Saat ini Kota Cilegon memiliki jumlah SDM sebanyak 600 persen
dengan rincian tenaga medis sebanyak 77 orang, tenaga farmasian sebanyak 9

15
16

orang. Keteknisian medis sebanyak 8 orang. Non kesehatan 244 orang, dan
bidan sebanyak 39 orang. (sumber: Profil RSUD Kota Cilegon)

B. Visi Dan Misi

Visi:
Rumah Sakit Umum Daerah yang berkualitas dalam pelayanan kesehatan,
terdepan dan terunggul di wilayah Banten, (Tahun 2010)
Misi:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan, pelatihan, dan penelitian yang
bermutu tinggi dibidang kesehatan
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan management untuk mendukung
kemandirian rumah sakit
d. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan medis dan penunjangnya secara
bertahap
BAB IV
STUDI KASUS
A.Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2022
Pengkajian : 13.00
Nama Poli : Paru-Paru
No RM : 503744
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. T
b. Umur : 08 September 1905
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Smp
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Link. Cirurah Kel. Kepuh Kec. Ciwandan Kota
Cilegon
2.Keluhan utama : Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada,
demam lebih dari 2 hari, dan batuk lebih dari 6 hari
3.Diagnosis medis : Dyipneu ee, hydrotrorhorax ec tb paru on oat
minggu ke-1, dyspeesia, intrake sulit, DM2
4.Riwayat Penyakit : pasien datang dengan keluhan nyeri, pasien juga
Sekarang mengatakan mual/muntah, tidak mau makan selama 2
minggu, demam, batuk, bab, bak, dan nyeri dalam perut
5.Riwayat Penyakit Masa : Tb Paru on Oat
Lalu
A. Pemeriksaan umum
1.Keadaan umum : Compas metis
2.Pemeriksaan TTV :

Table 1Pemeriksaan tanggal 07 Februari 2022


Jam Tekan darah Denyut nadi Pernapasan Suhu

12. 23 100/50mmhg 95/menit 24/menit 35,9°C


18. 00 130/70mmhg 98/menit 24/menit 36,2°C

24. 00 110/70mmhg 92/menit 20/menit 36,7°C


06. 58 120/70mmhg 100/menit 24/menit 36,7°C

17
18

Table 2 Pemeriksaan tanggal 08 Februari 2022


Jam Tekan darah Denyut nadi Pernapasan Suhu
13. 00 120/80mmhg 108/menit 24/menit 36,4°C
18. 08 130/80mmhg 119/menit 24/menit 37,0°C
24. 00 120/80mmhg 111/menit 24/menit 36,4°C
08. 56 120/90mmhg 107/menit 24/menit 37,3°C

Table 3Pemeriksaan tanggal 09 Februari 2022


Jam Tekanan darah Denyut nadi Pernapasan Suhu
12. 00 120/90mmhg 112/menit 24/menit 37,3°C
18. 54 120/70mmhg 114/menit 24/menit 37,2°C
23. 43 130/80mmhg 96/menit 24/menit 37,2°C
06.00 120/80mmhg 86/menit 24/menit 36,0°C

3. Pemeriksaan penunjang:

Table 4. Pemeriksaan laboratorium


Jenis pemeriksaan: Hasil Nilai normal
Klorida (Cl) 94,2 100 – 106 mEq/L
Natrium(Na)Darah 129,0 135 – 145 mEq/L
GDS 255* 70–100 mg/dL
Kreatinin Darah 0,82 0,6-1,2 mg/dL
SGOT (AST) 98* 5–40 µ/L
Kalium (K) Darah 4,44 3.7-5.2 mmol/L
EGFR 98,9 1,73m2
SGPT(ALT) 61* 0-34 u/L
UREUM 41* 14-39 mg/dL
19

4. Penatalaksanaan:
A. Pencegahan: Mencegah kebiasaan merokok, dan polusi udara
B. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan Antibotik:
1) Infeksi digunakan ampisilin 4
2) Pemberian obat antituberkulosis atau OAT,misalnya
isoniazid,rifampisin,pirazinamid dan etambutol.
3) Ougmentin yang memprodiksi B- lactamase
C. Terapi oksigen jika tidak dapat kegagalan penapasan karena hiperkapnia
D. fisioloterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
E. bronkodiator untuk mengatasi obstruksi jalan napas
F. Terapi jangka panjang
- Antibiotik untuk kemoterapipreventif jangka panjang Ampisilin 4x0,25-0,5
Table 5. SOAP
S Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada, demam lebih
(subjek) dari 2 hari, dan batuk lebih dari 6 hari.

O 1. Keadaan umum: lemah


(objektif) 2. Kesadaran CM, GCS 4-5-6
3. RR 24X/menit
4. Irama pernafasan masih cepat
5. Pasien masih harus bedrest
6. Masih ada akumulasi sputum
7. Pasien masih batuk
A Masalah teratasi sebagian
(assement)
P Intervensi yang dilakukan pada pasien tuberculosis paru yaitu
(perencanaan) manajemen jalan napas, pengisapan lendir, terapi oksigen, dan
terapi tambahan berupa batuk efektif dan latihan pernafasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tb (Tuberkulosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Mycobacterium
tuberculosis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1882 oleh Roberth Koch dan
satunya Indonesia.Yang mana Indonesia merupakan Negara ketiga setelah india
dan china yang memiliki persentase penderita TB terbesar di dunia
di indonesia sendiri isu TB merupakan penyakit yang banyak diderita
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya akses Kesehatan dan
juga tingkat angka kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi.
Etiologi TB Paru adalah Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah
penderita Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara.
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 20-24 januari
2022 dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah
keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolarkapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakefektifan bers ihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan
alveoli pada partisipan 1 (Tn.t) pada hari ke 3 masalah yang ditemukan belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan, sedangkan pada partisipan 2 (tn. t) pada hari
ke 6 pasien sudah tidak merasakan sesak nafas sehingga intervensi pemberian
oksigen dihentikan, pasien mampu melakukan batuk yang efektif, serta pada hari
ke 7 pasien mampu menghabiskan makanannya ½ porsi.

20
21

S (subjektif): Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada, demam lebih dari
2 hari, dan batuk lebih 6 hari.
O (objektif):1. Keadaan umum: lemah
2. Kesadaran CM, GCS 4-5-6
3. RR 24X/menit4.
4. Irama pernafasan masih cepat.
5. Pasien masih harus bedrest
6. Masih ada akumulasi sputum
7. Pasien masih batuk
A (assement): pasien teratasi sebagian
P (perencanaan): Intervensi yang dilakukan pada pasien tuberculosis paru yaitu
manajemen jalan napas, pengisapan lendir, terapi oksigen,
dan terapi tambahan berupa batuk efektif dan latihan pernafasan.

B. Saran
1. Bagi rumah saki
melakukan pelayanan peningkatan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien Tb paru.
2. Bagi penulis laporan kasus ini dapat menjadi pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah penyakit Tb paru.
3. Bagi instansi pendidikan laporan kasus ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien Tb paru.
DAFTAR PUSAKA

Aamin, z., &, A, (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Tuberculosis
paru
Fauziah, N. 2010 Faktor yang Berhubungan dengan Drop Out Pengobatan
padapenderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
Media, Y. (2011). Pengetahuan, sikap dan Prilaku Masyarakat yang berkaitan
Dengan Penyakit Tuberculosis (TB) Paru di Puskesmas Koto Katik
Kota Padang Panjang (Sumatera Barat). Jurnal Pembangunan
Manusia,Aditama, T, Y. 2007. Faktor faktor yang yang mempengaruhi
kesembuhan penderita TB,Journal Respiratori Indonesia
Hasan, H. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya: Pusat penerbitan
Depatermen Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Unair.

22
LAMPIRAN

Gambar 1
Sedang melakukan tindakan TTV pada Tn. T pada penyakit Tb paru

Gambar 2
pemeriksaan elektrokardiogram pasien Tn. T

23
24

Anda mungkin juga menyukai