Disusun oleh
HILDA DWIANSYAH
202110019
Mengetahui,
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa dapat
menyelesaikan‘’Laporan Pendahuluan pada Tn. T dengan Penyakit Tb Paru di Ruang
Perawatan Nusa Indah RSUD Kota Cilegon’’ dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:
1. Saepul Fadillah, S.Ag. selaku Kepala SMK Muhammadiyah Cilegon.
2. Indah Dwi Novita, S.ST. selaku Ketua Jurusan dan Pembimbing I Praktik
Belajar Lapangan SMK Muhammadiyah Cilegon.
3. Fitria AnggrainiDiwansyah, S.Pd. selaku Pembimbing II Praktik Belajar
Lapangan SMK Muhammadiyah Cilegon.
4. Kepala DIKLAT Ruangan Perawatan RSUD Kota Cilegon beserta jajaran.
5. Kepala Ruangandan staf Ruangan Perawatan Nusa Indah RSUD Kota Cilegon.
6. Keluarga besar yang selalu memberi semangat dan dukungan.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kelemahan dalam ilmu pengetahuan
dan pengalaman, sehingga saran, masukan dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3
D. Manfaat penulisan.....................................................................................................3
A. Definisi TB Paru.....................................................................................................4
B. Etiologi TB Paru.....................................................................................................5
C. Patofisiologi TB Paru.............................................................................................5
E. Penatalaksanaan TB Paru.......................................................................................8
E. Komplikasi TB PARU.............................................................................................10
F. Asuhan Keperawatan...............................................................................................11
ii
B. Visi Dan Misi..........................................................................................................15
Visi:..............................................................................................................................15
Misi:.............................................................................................................................15
A. Pengkajian............................................................................................................16
B. Pemeriksaan umum……………………………………………………………...16
BAB V.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
LAMPIRAN................................................................................................................22
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah
kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang dikelompokkan dalam 22
negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden countries), sehingga
pada tahun 1993 Organisasi Kesehatan Sedunia World Health Organization (WHO)
mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah satu emerging disease yaitu
penyakit yang gawat dan memerlukan penanganan segera.
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit TB Paru telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk
dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Di negara berkembang
kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat
diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara
berkembang.
Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukkan bahwa TBC membunuh
sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada
di kawasan Asia Tenggara. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif
Indonesia termasuk dalam high burden countries, menempati urutan ketiga
setelah India dan China. Jumlah penderita TB Paru BTA positif di Indonesia secara
nasional pada tahun 2005 adalah sebesar 158.640 orang. Sedangkan tahun 2008
angka penderita TB Paru BTA positif mengalami sedikit peningkatan menjadi
1
2
sebesar 161.741 kasus (Depkes RI, 2009). Laporan Triwulan Sub Direktorat
Penyakit TB menyebutkan estimasi kasus baru TB paru di Indonesia tahun 2010
sebesar 244 kasus/100.000 penduduk.
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar
1/3 penderita terdapat di sekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintahan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit
pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per
tahun.
Meningkatnya kasus TB paru di Indonesia, salah satunya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Pada kondisi lingkungan yang baik, cukup mendapat sinar
matahari, kuman TB tidak bisa bertahan lama di udara. tapi kalau di tempat yang
lembab kuman ini bisa bertahan hidup dalam waktu lama. Inilah yang
menyebabkan TB Paru lebih banyak mengenai masyarakat miskin yang hidup di
daerah kumuh dan biasanya daya tahan tubuh mereka juga kurang akibat kurangnya
makan makanan bergizi.
Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat
kesehatan) akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit
TB Paru. Pada lingkungan fisik, kelembaban rumah dan kepadatan penghuni rumah
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB Paru. Hal tersebut dapat
dipahami karena kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
menjadi media yang baik bagi pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti
bakteri, sporoket, rickettsia,virus dan mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan
pada penghuninya.
Kuman tuberkulosis dapat hidup baik padalingkungan yang lembab. Selain itu
karena air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang
esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri, maka kuman TB
dapat bertahan hidup pada tempat sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari
sampai bertahun-tahun lamanya.
3
4
5
B. Etiologi
C. Patofisiologi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
yang berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer
paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang
dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakheobronkhial.
Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi
rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama
batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
7
tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler
dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada
sistem pernapasan antara lain menimbulkan pneumotoraks, efusi pleural, dan
gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,
Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier.
15
16
orang. Keteknisian medis sebanyak 8 orang. Non kesehatan 244 orang, dan
bidan sebanyak 39 orang. (sumber: Profil RSUD Kota Cilegon)
Visi:
Rumah Sakit Umum Daerah yang berkualitas dalam pelayanan kesehatan,
terdepan dan terunggul di wilayah Banten, (Tahun 2010)
Misi:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan, pelatihan, dan penelitian yang
bermutu tinggi dibidang kesehatan
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan management untuk mendukung
kemandirian rumah sakit
d. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan medis dan penunjangnya secara
bertahap
BAB IV
STUDI KASUS
A.Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2022
Pengkajian : 13.00
Nama Poli : Paru-Paru
No RM : 503744
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. T
b. Umur : 08 September 1905
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Smp
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Link. Cirurah Kel. Kepuh Kec. Ciwandan Kota
Cilegon
2.Keluhan utama : Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada,
demam lebih dari 2 hari, dan batuk lebih dari 6 hari
3.Diagnosis medis : Dyipneu ee, hydrotrorhorax ec tb paru on oat
minggu ke-1, dyspeesia, intrake sulit, DM2
4.Riwayat Penyakit : pasien datang dengan keluhan nyeri, pasien juga
Sekarang mengatakan mual/muntah, tidak mau makan selama 2
minggu, demam, batuk, bab, bak, dan nyeri dalam perut
5.Riwayat Penyakit Masa : Tb Paru on Oat
Lalu
A. Pemeriksaan umum
1.Keadaan umum : Compas metis
2.Pemeriksaan TTV :
17
18
3. Pemeriksaan penunjang:
4. Penatalaksanaan:
A. Pencegahan: Mencegah kebiasaan merokok, dan polusi udara
B. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan Antibotik:
1) Infeksi digunakan ampisilin 4
2) Pemberian obat antituberkulosis atau OAT,misalnya
isoniazid,rifampisin,pirazinamid dan etambutol.
3) Ougmentin yang memprodiksi B- lactamase
C. Terapi oksigen jika tidak dapat kegagalan penapasan karena hiperkapnia
D. fisioloterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
E. bronkodiator untuk mengatasi obstruksi jalan napas
F. Terapi jangka panjang
- Antibiotik untuk kemoterapipreventif jangka panjang Ampisilin 4x0,25-0,5
Table 5. SOAP
S Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada, demam lebih
(subjek) dari 2 hari, dan batuk lebih dari 6 hari.
20
21
S (subjektif): Pasien mengatakan mual, sesak nafas di bagian dada, demam lebih dari
2 hari, dan batuk lebih 6 hari.
O (objektif):1. Keadaan umum: lemah
2. Kesadaran CM, GCS 4-5-6
3. RR 24X/menit4.
4. Irama pernafasan masih cepat.
5. Pasien masih harus bedrest
6. Masih ada akumulasi sputum
7. Pasien masih batuk
A (assement): pasien teratasi sebagian
P (perencanaan): Intervensi yang dilakukan pada pasien tuberculosis paru yaitu
manajemen jalan napas, pengisapan lendir, terapi oksigen,
dan terapi tambahan berupa batuk efektif dan latihan pernafasan.
B. Saran
1. Bagi rumah saki
melakukan pelayanan peningkatan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien Tb paru.
2. Bagi penulis laporan kasus ini dapat menjadi pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah penyakit Tb paru.
3. Bagi instansi pendidikan laporan kasus ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien Tb paru.
DAFTAR PUSAKA
Aamin, z., &, A, (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Tuberculosis
paru
Fauziah, N. 2010 Faktor yang Berhubungan dengan Drop Out Pengobatan
padapenderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
Media, Y. (2011). Pengetahuan, sikap dan Prilaku Masyarakat yang berkaitan
Dengan Penyakit Tuberculosis (TB) Paru di Puskesmas Koto Katik
Kota Padang Panjang (Sumatera Barat). Jurnal Pembangunan
Manusia,Aditama, T, Y. 2007. Faktor faktor yang yang mempengaruhi
kesembuhan penderita TB,Journal Respiratori Indonesia
Hasan, H. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya: Pusat penerbitan
Depatermen Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Unair.
22
LAMPIRAN
Gambar 1
Sedang melakukan tindakan TTV pada Tn. T pada penyakit Tb paru
Gambar 2
pemeriksaan elektrokardiogram pasien Tn. T
23
24