Anda di halaman 1dari 143

Laporan Praktik Peminatan Klinik

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TIFOID


DI RUANG EBONY RS MULYA CILEDUG KOTA TANGERANG
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh

RINI DWI WAHYUNI, S.Kep.


201707028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TANGERANG SELATAN
TAHUN 2018

1
2

Laporan Praktik Peminatan Klinik

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TIFOID


DI RUANG EBONY RS MULYA CILEDUG KOTA TANGERANG
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh

RINI DWI WAHYUNI,S.Kep.


201707028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


KATA PENGANTAR

Puji Syukur alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TIFOID DI RUANG EBONY RS MULYA CILEDUG KOTA
TANGERANG TAHUN 2018.
Adapun dalam pembuatan KTI ini, saya banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, namun berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
saya dapat menyelesaikan KTI ini dengan baik.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT
2. Sayyidina Rosulullah Muhammad SAW
3. Ketua STIKes IMC Bintaro
4. Ketua Program Studi Profesi Ners STIKes IMC Bintaro
5. Direktut, Diklat dan Kabid RS Mulya
6. Ns. Yogie Erlangga Haq, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pembimbing
7. Kepada Suami, anak dan keluarga, dengan doa, pengertian dan dukungannya,
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
serta doa selama pembuatan KTI.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal
ibadah.
Saya menyadari bahwa penyusunan KTI ini masih jauh dari sempurna, maka
apabila ada kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari semua
pihak. Akhirnya dengan segala keterbatasan, saya mengharapkan KTI ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya saya.

Tangerang Selatan, Agustus 2018

Penulis

ii iv
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman


Daftar Riwayat Hidup........................................................................ i
Lembar Persetujuan........................................................................... ii
Lembar Pengesahan........................................................................... iii
Kata Pengantar................................................................................... iv
Daftar Isi.............................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ....................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI


A. Definisi......................................................................................... 5
B. Etiologi ....................................................................................... 5
C. Patofisiologi ................................................................................. 8
D. Manifestasi Klinis......................................................................... 10
E. Pemeriksaan Diagnosis................................................................. 11
F. Penatalaksanaan Medis................................................................. 12
G. Konsep Asuhan Keperawatan Tifoid............................................ 13

BAB 3 TINJAUAN KASUS


A. Kasus 1.......................................................................................... 24
B. Kasus 2 ......................................................................................... 71

v
viiv

BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..................................................................................... 125
B. Diagnosa ....................................................................................... 128
C. Intervensi ...................................................................................... 128
D. Implementasi.................................................................................. 129
E. Evaluasi ......................................................................................... 131

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.................................................................................... 133
B. Saran.............................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ vi
LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam tifoid telah menjadi masalah yang cukup penting di beberapa
negara. WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia
mencapai 17 juta kasus demam tifoid. Data surveilans saat ini memperkirakan
di Indonesia ada 600.000 – 1,3 Juta kasus demam tifoid tiap tahunnya dengan
lebih dari 20.000 kematian (WHO, 2012).
WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia, Indonesia merupakan
negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per
100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini
tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar
daerah (Widoyono, 2011).
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya, Salmonella typi (Alba,
2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yag terkontaminasi (Mogasale,
2016).
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 memperlihatkan bahwa gambaran
10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap inap di rumah sakit, prevalensi
kasus demam typhoid sebesar 5,13%. Penyakit ini termasuk dalam kategori
penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%. Demam tyhphoid
menurut karakteristik responden tersebar merata menurut umur dan merata
pada umur dewasa, akan tetapi prevlensi demam typhoid banyak ditemukan
pada umur (5-19 tahun) sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar
0,8%. Prevalensi demam typhoid menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaan, dengan pendidikan rendah dan dengan
jumlah pengeluaran rumah tangga rendah (Depkes RI, 2012).
Angka kejadian kasus demam typhoid di Indonesia diperkirakan rata-rata
900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil
2

Kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian demam typhoid


danparatyphoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap
dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2012 penderita
demam typhoid dan paratyphoid sejumlah 41.081 kasus padapenderita rawat
inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa (JIMKESMAS,
Vol.2 N0.6, 2017).
Angka kematian diperkirakan sekitar 6-5% sebagai akibat dari
keterlambatan mendapat pengobatan serta kurang sempurnanya proses
pengobatan. Secara umum insiden demam typhoid dilaporkan 75% didapatkan
pada 3 umur kurang dari 24 tahun. Pada anak-anak biasanya diatas 1 tahun dan
terbanyak di atas 5 tahun (Depkes RI 2011, Nurvina 2013).
Demam tifoid merupakan suatu infeksi pada usus halus yang disebabkan
oleh salmonella thypi, dimana penularannya terjadi melalui makanan,
minuman, dan mulut yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thyposa.
Gejala yang timbul pada kasus demam tifoid sangat brvariasi, dalam minggu
petama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut seperti muncul
gejala demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot anoreksia, mual muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut dan batuk. Pada minggu
kedua gejala timbul lebih jelas, berupa demam, bradikardi relatif, lidah kotor,
hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran bahkan menyebabkan
kematian (Riyadi & Suharsono, 2010).
Pasien yang dirawat dengan diagnosis demam tifoid jika perlu harus di
isolasi dan desinfeksi pakaian dan ekskerta guna menghindari penularan pada
pasien lain. Perawatan yang baik pada kasus demam tifoid bertujuan untuk
menghindari komplikasi mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan
lain-lain. Kemudian istirahat yang cukup selama perawatan, dan
memperhatikan diet makanan yang harus cukup mengandung kalori dan
tinggi protein serta asupan cairan karena pada kasus demam tifoid sering
terjadi dehidrasi akibat dari demam yang menyertainya.
Menurut data yang diperoleh dari bagian rekam medik RS Mulya
Tangerang, pada tahun 2017 angka kejadian pasien dengan tifoid menempati
urutan pertama , tercatat sebanyak 250 pasien dengan perbadningan pasien
3

laki-laki 115 dan pasien perempuan 135 dengan rata-rata umur 5-40 tahun.
Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “Aplikasi Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan “Tifoid” pada Nn.N dan Sdr.R di ruang Ebony lantai 4 RS Mulya
Ciledug Kota Tangerang”.

B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah Aplikasi Asuhan Keperawatan pada Nn.N dan Sdr.R dengan
gangguan sistem pencernaan “Tifoid” di ruang Ebony lantai 4 RS.Mulya
Ciledug Kota Tangerang”.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus:
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien tifoid melalui pendekatan dengan proses
keperawatan baik anak maupun dewasa.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tifod.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan tifoid.
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan tifoid.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan tifoid.
e. Dapat melakukan evaluasi pada klien dengan tifoid.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan
kesehatan mengenai penyakit tifoid.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien mengenai tifoid.
4

3. Bagi Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami
tentang penyakit tifoid dan yang bisa dilakukan keluarga untuk
menanganinya.
4. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien tifoid untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

E. SISTIMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, Konsep dasar yang menjelaskan tentang pengertian, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.
Bab III, Tinjauan kasus yang membahas tentang kasus yang di kelola di ruang
ebony lantai 4 RS Mulya Kota Tangerang mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, tindakan keperawatan sampai
dengan catatan perkembangan.
Bab IV, Pembahasan yang berisi diagnosa yang muncul dan diagnosa yang
tidak muncul pada kasus.
Bab V, Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
5
5

BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et al, 2014).
Thypus Abdomalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
yang disebabkan oleh salmonella typhosa. (Nugroho, 2011 ; 187)
Demam Typhoid atau tifus abdomalis merupakan penyakit infeksi
perut yang masih banyak ditemukan pada anak dan orang dewasa.
Penyakit ini mulai sering ditemukan pada anak setelah usia dua tahun.
(Suririnah, 2010 ; 307).
Demam Typhoid/tifus merupakan penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (Febry,
2010 ; 109).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman salmonella thyposayang terjadi pada usus halus dengan gejala
demam dan disertai dengan gangguan pada sistem pencernaan lainnya.

B. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonellaparatyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai
flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 OC) selama 15 – 20
menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi (Rahayu E, 2013).

55
6

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan


oleh bakteri salmonella typhi. Bakteri salmonella typhi berbentuk batang,
gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan
baik pada suhu optimal 37OC, bersifat fakultif anaerob dan hidup subur
pada media yang mengandung empedu. Isolat kuman salmonella typhi
memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan
sorbitol positif, sedangkan hasil egatif pada reaksi indol, fenilananin
deaminase, urease dan DNA (Corwin, 2009).
Menurut Sudoyo A.W (2010), Salmonella typhi mempunyai 3 macam
antigen, yaitu:
1. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari
tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipposakarida atau
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol
tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H Antigen Flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau
pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein
dan tahan terhadap formaldehid  tetapi  tidak  tahan  terhadap  panas 
dan  alkohol  yang telah memenuhi kriteria penilaian.
3. Antigen Vi, yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
Menurut Arif Rahman (2009) dan Okky P.Pramitasari (2013), faktor
resiko penyebab demam tifoid antara lain:
1. Sanitasi lingkungan yang buruk
Sanitasi Sanitasi lingkungan yang buruk meliputi sumber air bersih
yang tercemar, kondisi lingkungan sekitar rumah maupun di dalam
rumah yang kotor (sampah bertebaran di mana-mana), kotoran hewan
di jalan umum yang tidak dibersihkan (dibiarkan begitu saja), dan
sebagainya.
2. Personal Hygiene yang buruk
Personal hygiene yang buruk ini dapat berupa perilaku tidak bersih
dan sehat oleh anggota masyarakat, seperti tidak mencuci tangan
sebelum maupun sesudah makan, menggunakan peralatan makan yang
7

sudah dipakai sebelumnya (belum dicuci langsung dipakai kembali,


atau kalaupun dicuci tetapi tidak bersih), tidak menggunakan jamban
atau toilet untuk buang air besar maupun buang air kecil.
3. Menjadikan sungai sebagai septic tank rumah tangga
Hal ini dapat mencemari sungai sehingga bakteri S. typhi dapat
menyebar di dalam sungai. Jika, sungai tersebut dimanfaatkan sebagai
tempat untuk mandi, cuci, kakus maka bakteri S. typhi akan sangat
mudah menginfeksi manusia
4. Mengkonsumsi makanan (khususnya sayuran) dalamm kondisi mentah
dan minum air yang tidak direbus.
Makanan atau minuman yang tidak dimasak hingga matang atau
mendidih (untuk air) akan menyebabkan bakteri yang berada pada
sayur dan yang berada di dalam air tidak mati sehingga akan dengan
mudah termakan dan masuk ke dalam tubuh.
5. Pasteurisasi susu yang tidak baik
Pasteurisasi susu yang menggunakan suhu yang tidak sesuai maka
dapat memicu berkembangnya bakteri-bakteri termasuk bakteri S.
typhi, apabila terminum oleh manusia maka akan masuk ke dalam
tubuh dan menginfeksi manusia tersebut
6. Cara pengolahan dan penyajian makanan dan minuman yang tidak
baik.
Cara pengolahan dan penyajian makanan dan minuman yang tidak
sesuai standar kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum
mengolah makanan dan minuman, menggunakan wadah yang tidak
bersih, makanan atau minuman dibiarkan terbuka begitu saja, dan
sebagainya. Hal tersebut dapat menyebabkan bakteri mudah berpindah
ke dalam makanan dan minuman kemudian termakan dan menginfeksi
manusia.
8

C. Patofisiologi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus
kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke
lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque
peyeri ileu distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam
makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia
pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini
kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di
luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi
darah lagi yang mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
malaise, sakit kepala dan sakit perut (Sudoyo A.W, 2010).
Imunitas humoral pada demam tifoid berperan dalam menegakkan
diagnosis berdasarkan kenaikan titer antibodi terhadap antigen kuman
S.typhi. Imunitas seluler berperan dalam penyembuhan penyakit,
berdasarkan sifat kuman yang hidup intraselluler. Adanya rangsangan
antigen kuman akan memicu respon imunitas humoral melalui sel limfosit
B, kemudian berdiderensiasi menjadi sel plasma yang akan mensintesis
immunoglobulin (Ig). Yang terbentuk pertama kali pada infeksi primer
adalah antibodi O (IgM) yang cepat menghilang, kemudian disusul
antibodi flagela H (IgG). IgM akan muncul 48 jam setelah terpapar
antigen, namun ada pustaka lain yang menyatakan bahwa IgM akan
muncul pada hari ke 3-4 demam (Marleni, 2012; Rustandi 2010).
9

PATHWAY TIFOID FEVER

Bakteri Salmonella Thypi


Intoleransi aktivitas

Penularan melalui: food, finger,


vomitus, fly. feces
Mudah letih, lesu

Saluran pencernaan
Energi yg dihasilkan sedikit

Lambung Metabolisme turun


(sebagian kuman mati oleh asam
lambung)
Intake makanan (nutrisi) utk
tubuh turun
Usus halus (jar.limfoid
Infeksi usus halususus halus

Malaise, perasaan tidak enak Gg. nutrisi kurang dari kebutuhan


Inflamasi
badan, nyeri abdomen tubuh

Pembuluh limfe Nafsu makan menurun,nausea


Gangguan termoregulasi & vomit

Peristaltik usus menurun


Bakteri masuk ke aliran
Suhu tubuh meningkat, darah (bakteri primer)
demam (hipertermi) Tidak terdengar bising usus/
bising usus turun
Bakteri masuk ke aliran darah
Gg. pada termoregulator (bakteremi primer)
Konstipasi
Bakteri yg tdk difagosit akan masuk
Hipotalamus & berkembang di hati & limfa
Komplikasi intestinal:
- Perdarahan usus
Pirogen beredar dlm darah Hepatomegali & splenomegali - Perforasi usus
(bag.distal ileum)
- Peritonitis
Endotoksin merangsang Nyeri tekan
sintesa & pelepasan zat
pirogen oleh jaringan leukosit
pd jaringan radang Nyeri akut

Masa inkubasi 5-9 hari


Peradangan lokal meningkat

Bakteri mengeluarkan Masuk ke dalam darah


endotoksin (bakteri sekunder)
10

D. Manifestasi Klinis
Menurut Wibisono et al (2014), masa inkubasi sekitar 10-14 hari. Gejala
yang timbul beravariasi dari ringan sampai berat, tanda dan gejalanya
yaitu:
1. Minggu Pertama
Muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
nyaman di perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola
seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
2. Minggu Kedua
Gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah
typhoid (kotor ditengah, tepid dan ujung berwarna merah disertai
tremor). Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan
kesadaran dan yang lebih jarang berupa roseolae.
3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin.
4. Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam
tifoid.
11

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2011;492) dan Menurut Wibisono et al (2014),
pemeriksaan penunjang untuk demam thypoid antara lain:
1. Pemeriksaan Darah
Untuk mengidentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang
terbatas malabsobsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan
penghancuran seldarah merah dalam peredaran darah. Leukopenia
dengan jumlah leukosit antara 3000-4000 mm3 ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran leukosit oleh
endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari tepi.
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
pertama.
2. Uji Widal
Deteksi titer terhadap salmonella typhi dan salmonella paratyphi yakni
aglutinin O (dari tubuh kuman) dan agglutinin H (flagela kuman).
Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama
demam, puncak pada minggu ke empat da tetap tinggi dalam beberapa
minggu dengan peningkatan agglutinin O terlebih dahulu baru diikuti
aglutinin H. Aglutinin O menetap 4-6 bulan sedangkan agglutinin H
menetap 9-12 bulan. Titer antibodi O >1:320 atau antibody H >1:640
menguatkan diagnosis pada gambaran klinis yang khas.
3. Uji TUBEX
Uji semikuantitatif kolometrik untuk deteksi antibodi anti salmonella
typhi 0-9. Hasil positif menunjukan salmonellae serogroup D dan tidak
spesifik salmonella typhi. Infeksi salmonella paratyphi menunjukan
hasil negative. Sensitivitas 75-80% dan spesifisitas 75-90%.
4. Uji Typhidot
Deteksi IgM dan IgG pada protein membran luar salmonella typhi.
Hasil positif diperoleh 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik 
12

mengidentifikasi IgM dan IgG terhadap salmonella typhi. Sensitivitas


98% dan spesifisitas 76.6%.

5. Uji IgM Dipstick


Deteksi khusus IgM spesifik salmonella typhi pada specimen serum
atau darah dengan menggunakan strip yang mengandung anti gen
lipopolisakarida salmonella typhi dan anti IgM sebagai kontrol
sensitivitas 65-77% dan spesifisitas 95-100%. Akurasi diperoleh bila
pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah timbul gejala.
6. Pemeriksaan Urine
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan
peningkatan leukosit dalam urine.
7. Pemeriksaan Feces
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya peredaran
darah usus dan perforasi.
8. Pemeriksaan Bakteriologis
Untuk identifikasi adanya kuman Salmonella pada biakan darah tinja,
urine, cairan empedu, atau sumsum tulang.
9. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
komplikasi akibat Demam Typhoid.

F. Penatalaksanaan
Menurut Inawati (2009) penatalaksanaan pada pasien demam typhoid
antara lain:
1. Tirah baring minimal 7-14 hari sampai bebas demam
2. Terapi supportif misalnya pemberian cairan elektrolit bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh.
3. Obat:
a. Klorampenicol
b. Tiamfenikol
13

c. Ko-trimoksazol
d. Ampisilin dan amoksilin
e. Sefalosporin
f. Fluorokinolon
g. Furazolidon
h. Paracetamol

G. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses asuhan keperawatan pada pasien typhoid adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Menurut Nanda NIC NOC dalam Proses Keperawatan (2012),
pengakjian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan
terjadi pada tahap pengakajian. Kegiatan dalam pengakjian adalah
pengulan data yang meliputi :
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no.rekam medik, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal
masuk RS dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Demam lebih dari satu minggu, gangguan kesadaran: apatis
dampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut
kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulu bau,
konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur,
atau terkontaminasi dengan minuman.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
14

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem


imun menurun.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang
menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui
darah, umumnya bersifat fatal.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang
berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta
kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Pengaruh cuaca trutama pada musim hujan sedangkan dari
kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas.
c. Pola-pola Fungsi Keperawatan
1) Persepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama
sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan
fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
4) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila
dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan.
5) Pola reproduksi dan sexual
15

Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau
sudah menikah akan terjadi perubahan.

6) Pola persepsi dan pengetahuan


Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan
mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat
diri.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
b. Pemeriksaan Fisiik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,
puccat, mual, perut tidak enak, anoreksia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema,
pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah,
fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan
tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi
saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem integument
16

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak,


akral hangat.

7) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,
dalam penderita penyakit thypoid.

H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin & Kumala (2011), diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada penyakit demam typhoid adalah:
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
2. Nyeri akut b.dinjurysaluran gastrointestinal
3. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan nutrisi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang
tidak adekuat
5. Diare b.d proses infeksi
6. Konstipasi b.d asupan cairan yang tidak mencukupi
7. Gangguan pola tidur b.d suhu dan lingkungan sekitar
8. Ansietas b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi
17

9. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, salah interpretasi


informasi.
10. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum.

I. Rencana Keperawatan
Menurut NANDA (2012), dalam rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit typhoid adalah:
Diagnosa Tujuan Intervensi
Hipertermi b.d proses Suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu tubuh
inflamasi bakteri batas normal minimal tiap 2 jam
salmonella typhi. 2. Monitor TTV
3. Monitor suhu kulit
dan warna
4. Monitor tanda-tanda
hipertermi
5. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
6. Ajarkan pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
7. Ajarkan indikasi
dari hipertermi dan
penanganan yang
diperlukan
8. Ajarkan kompres
hangat
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
antipiretik
18

Nyeri akut b.d injury Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian


saluran gastrointestinal atau hilang nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Berikan lingkungan
yang kondusif
4. Kurangi factor
presipitasi nyeri
5. Ajarkan teknik non
frmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri (relaksasi
nafas dalam)
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgetik
Kekurangan volume Kebutuhan nutrisi 1. Kaji intake dan
cairan b.d kekurangan terpenuhi output
asupan nutrisi 2. Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
3. Monitor vital sign
4. Monitor status
nutrisi
5. Kolaborasi cairan
IV
19

6. Dorong masukan
oral

Ketidakseimbangan Kebutuhan nutrisi 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari terpenuhi makanan
kebutuhan b.d intake 2. Monitor intake dan
yang tidak adekuat output makanan
pasien
3. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
4. Berikan makanan
yang sudah
dikonsultasikan
dengan gizi
5. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
6. Kaji kemampuan
psien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Diare b.d proses Diare dapat 1. Ajarkan pada
infeksi dikendalikan atau keluarga mengenai
dihilangkan perawatan klien,
pemberian makanan
dan minuman
2. Jaga keseimbangan
20

elektrolit dalam
batas normal
3. Jelaskan obat-
obatan yang
diberikan, efek
samping dan
kegunaannya
4. Tingkatkan
keseimbangan
cairan
5. Anjurkan banyak
mimum air
6. Biasakan cuci
tangan dengan
sabun dan air tiap
kali sesudah buang
air besar atau kecil
dan sebelum
menyiapkan
maknaan.
Konstipasi b.d asupan Konstipasi menurun 1. Mempertahankan
cairan yang tidak pola eliminasi
mencukupi defekasi yang
teratur
2. Manajemen
konstipasi
3. Manajemen cairan:
tingkatkan
keseimbangan
carian dan cegah
komplikasi akibat
kadar cairan yang
21

tidak normal atau


tidak diinginkan
4. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan serat
dan cairan dalam
diet

Gangguan pola tidur Kebutuhan tidur 1. Jelaskan pentingnya


b.d suhu dan pasien adekuat tidur yang adekuat
lingkungan sekitar 2. Kaji pola tidur
pasien
3. Ciptakan lngkungan
yang aman
4. Kolaborasi
pemberian obat tidur
5. Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien
6. Catat kebutuhan
tidur pasien setiap
hari dan jam
Ansietas b.d prognosis Secara subjektif 1. Gunakan
penyakit, melaporakan rasa pendekatan yang
misinterpretasi cemas berkurang menenangkan
informasi 2. Kaji tingkat
kecemasan
3. Bantu pasien
menganal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
22

4. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
persepsi
5. Instruksikan pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
6. Temani pasien
untuk memberikan
kenyamanan dan
mengurangi sakit
Defisiensi Pasien mampu 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan b.d melaksanakan apa awal pasien dan
keterbatasan kognitif, yang telah keluarga
salah interpretasi diinformasikan 2. Jelaskan proses
informasi. penyakit dengan
cara yang tepat
3. Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit
4. Berikan pada pasien
dan keluarga tentang
informasi yang tepat
Intoleransi aktifitas b.d Aktivitas kembali 1. Bantu klien untuk
kelemahan umum. normal mengidentifikasi
aktifitas yang
mampu dilakukan
2. Bantu untuk
memilih aktifitas
konsisten yang
23

sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
3. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktifitas
4. Bantu pasien/
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
5. Monitor respon
fisik, emosi
BAB 3
TINJAUAN KASUS

A. Kasus Pertama
Nn. N usia 22 tahun anak kedua yang mempunyai kakak satu perempuan
usia 25 tahun dan adik satu laki-laki usia 17 tahun. Klien adalah seorang
mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri daerah Jakarta. Klien
pertama kali masuk ke UGD RS Mulya Tangerang pada tanggal 12 Februari
2018 jam 20.20 WIB diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak nafsu
makan, demam, lemas, pusing, mual sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan
tidak ada muntah dan tidak ada batuk. Saat dilakukan pengkajian di ruang
ebony lantai 4 tanggal 13 Februari 2018 jam 08.45 WIB klien mengatakan
demam masih naik turun, mual (ada), tidak ada muntah , nafsu makan
berkurang karena mulut terasa pahit, klien mengatakan nyeri di daerah ulu
hati, diare (tidak ada), konstipasi (tidak ada) . Klien mengatakan seluruh
badannya sakit. Klien mengatakan sudah minum obat warung tetapi tidak ada
perubahan hingga akhirnya dibawaa ke RS. Klien riwayat sakit tifoid 6 bulan
yang lalu.
Hasil pengkajian Nn. N menunjukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 38oC dan pernapasan 20x/menit. Orang tua klien mengatakan
klien jarang makan tepat waktu dan tidak tekontrol, selama 2 hari klien sudah
demam, lemas dan tidak mau makan.
25
25

     1.   Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama : Nn. N
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Ruang Rawat : Ebony Lantai 4 RS. Mulya Ciledug
Alamat : Jl. Karyawan IV Karang Tengah Ciledug
Suku bangsa : Betawi
Tanggal Masuk : 12 Februari 2018 jam 20.20 WIB
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2018 jam 08.45 WIB
Diagnosa Medis : Tifoid
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun.
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Suku bangsa    : Betawi
Alamat : Jl. Karyawan IV Karang Tengah Ciledug
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung
c. Riwayat Kesehatan
      1) Keluhan Utama
Demam, lemas, tidak nafsu makan, dan nyeri pada daearah ulu hati.
      2) Keadaan Umum
      Tingkat kesadaran compos mentis, GCS: 15, BB 50kg, BB SMRS
52kg, TTV: 110/70 mmHg, Suhu: 38 oC, Nadi 80 x/menit, RR 20
x/menit, Spo2 98%.
       3)  Riwayat Penyakit Sekarang
             Klien masuk ke UGD RS diantar oleh keluarganya dengan keluhan
demam, lemas, tidak nafsu makan dan nyeri daerah ulu hati. Klien
sudah minum obat warung tetapi tidak ada perubahan.
26

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien pernah menderita tifoid enam bulan yang lalu dan dirawat di
RS Mulya selama 5 hari. Tidak ada alergi makanan atau obat-obatan.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
6) Genogram

     

Keterangan:
: Perempuan

: Laki- laki

K : Klien

: Tinggal serumah
27

       d.  Pola Aktivitas Sehari-hari


1) Pola Nutrisi
Sebelum sakit makan 1-2 kali sehari, dengan porsi nasi setengah
piring, lauk pauk, sayuran, dan kadang buah-buahan. Selama di RS
makan bubur lunak dengan ¼ porsi sejak dikaji, porsi 4 sendok
makan. Minum ±1800 cc sejak dikaji.
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAK 3-4 kali/hari, ±1000cc, urine berwarna kuning
jernih berbau khas. BAB 1 kali/hari ±100 gram, konsistensi feses
lunak, berwarna kuning kehijauan. Saat sakit BAK 3 kali sejak
dikaji ± 1500cc, konsistensi kuning keruh,klien BAB selama di RS.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Klien istirahat dan tidur 6-7 jam/hari jam 21.00-05.00WIB, klien
mengatakan biasanya tidur siang jika tidak ada jam kuliah. Selama
di RS klien merasa tidurnya kurang nyenyak karena bukan di rumah
sendiri.
4) Pola Personal Hygiene
Klien mandi 2-3 kali/hari, yaitu pagi, siang dan sore, keramas
2-3x/seminggu, ganti baju 1-2kali/hari, selama di RS belum pernah
mandi, hanya di lap saja.
e.  Data Psikososial
1) Status Emosi
Klien menyadari kalau dia berada di RS dan mengetahui bahwa dia
sakit dan perlu perawatan. Klien menyadari bahwa sakitnya karena
pola makan yang tidak teratur dan tidak terkontrol.
2) Interaksi Sosial
Interaksi klien dengan keluarga dan tetangga baik, banyak sanak
saudara dan tetangga yang menjenguknya selama di RS. Hubungan
klien dengan perawat baik, sedangkan hubungan klien dengan
pasien lain tidak begitu akrab.
28

3) Spiritual
Klien beragama Islam dan taat dalam beribadah. Selama di RS
klien sholat sesuai dengan kemampuannya dan berdoa agar segera
diberi kesembuhan.
f.  Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmetis
GCS : 15 (E4, V5, M6)
2) Tanda-Tanda Vital  
Suhu    : 38,0C                 RR        : 24x/menit
Nadi   : 100x/menit          TD         : 100/70 mmHg
BB di RS : 50 kg
BB sebelum MRS : 52 kg
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi :
Normochepalic, simetris kanan dan kiri, rambut hitam panjang,
bentuk tengkorak normal, kulit kepala normal, tidak mengalami
peradangan tumor maupun bekas luka.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, pembengkakan, nyeri tekan tidak ada.
b) Mata
Inspeksi :
Sklera putih, konjungtiva anemis, tidak terdapat ptosis,
pertumbuhan rambut bulu mata baik, reaksi pupil terhadap
cahaya isokor.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, tidak terdapat oedem, tidak terdapat nyeri
tekan.
29

c) Hidung
Inspeksi :
Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan,
lubang hidung simetris.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinus-sinus
hidung tidak terdapat nyeri tekan.
d) Mulut
Inspeksi :
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi, warna lidah putih
tebal, tidak terdapat kelainan pada dasar mulut,lidah atau
kecacatan kongenital., tidak terdapat stomatitis.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau
tumor.
e) Leher
Inspeksi :
Bentuk leher simetris, tidak adanya pembengkakan, tidak
terdapat pembesaran kelejar tiroid
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran limfe.
f)Telinga
Inspeksi :
Bentuk normal, warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
oedem, tidak terdapat serumen maupun perdarahan.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada tulang mastoid dan aurikula.
g) Thorax
Inspeksi   :  
Bentuk dada dan thorak simetris
Palpasi     :  
Tidak ada nyeri tekan, tactil vremitus tidak teraba.
30

Perkusi           :  
Suara paru sonor pada ics 1-5.
Auskultasi     :  
Suara paru vesikuler, suara jantung S1 dan S2 cepat.
h) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut simetris, tak ada lesi, tidak ada oedem.
Auskultasi :
Bising usus ± 13-15 x/menit.
Perkusi :
Suara perut timpani
Palpasi :
Nyeri tekan pada ulu hati.
i) Ekstremitas
Atas             :  
Tangan kiri terpasang IVFD RL 20tpm , tidak ada atrofi
maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi
tremor, tidak terdapat kelemah (paralisis), kekuatan otot skala 4
(dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan).
Bawah     :
Tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada atrofi maupun hipertrofi,
tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor, tidak terdapat
kelemahan (paralisis), kekuatan otot skala 4 (dapat bergerak
dan dapat melawan hambatan yang ringan).

4 4

4 4
31

j) Genetalia
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat peradangan, pertmbuhan
rambut pubis merata, tidak terdapat oedem.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.

g.Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab 12/2/2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hb 12,10 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 36 L : 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %
Leukosit 57,2
5,00-10,00 x 103/L            
L:
Hematokrit 36,0%
L: 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %

Trombosit 215.000
150.000 – 400.000

Hasil pemeriksaan lab tgl 13/2/2018


32

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hb 13,3 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 41 L : 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %
Leukosit 6,82 5,00 – 10,00 x 103/L 

Trombosit 361.000 150.000 – 400.000

Imuno Serologi
Widal
S.typhi H +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.paratyphi AH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CH +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.typhi O +/ Positif 1/ 320 -/ Negatif
S.paratyphi AO -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BO -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CO -/ Negatif -/ Negatif

Hasil pemeriksaan lab tgl 14/2/2018


  :
Urinalisa
Warna Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
PH 7,00 4,50 – 8,50
Berat Jenis 1,010 1,003 – 1,030
Protein -/ Negatif -/Negatif
Reduksi Urine -/ Negatif -/ Negatif
Bilirubin -/ Negatif -/ Negatif
Urobilinogen 0,20 0,20 – 1,00
Leukosit Esterase -/ Negatif -/ Negatif
Keton -/ Negatif -/ Negatif
Nitrit urine -/ Negatif -/ Negatif
Darah samar -/ Negatif -/ Negatif
Sedimen
Epitel +/ Positif
0-1 0-5
Lekosit 0
Eritrosit 0-1
Silinder Hyalin 0
Silinder Granula 0
Kristal Amorph +/ Positif
33

Kristal Oxalate -/ Negatif


Kristal Phosphate -/ Negatif -/ Negatif
Bakteri -/ Negatif
Jamur -/ Negatif
Epithel Tubulus +/ Positif

h)   Terapi Yang Diberikan :


- IVFD RL 30 tpm
- Tremenza 2x1 tablet (oral)
- Ondancentron 4mg 3x1 (iv)
- Terfacef drip Nacl 100cc 1 x 2gr (iv)
- Sumagesic tablet k/p (oral)

2. Analisa Data

Masuk ke dalam darah


34

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Hipertermi b.d
Bakteri salmonella
- Klien mengatakan typhi proses inflamasi
demam sejak 4 hari bakteri salmonella
SMRS dan typhi
badannya merasa
panas dingin
DO:
- S: 38 ℃
- Klien tampak Peradangan lokal meningkat

meriang
Endotoksin
merangsaneepelepasan zath
jaringan leukosit pd jaringan
radang

Pirogen beredar dlm darah

Hipotalamus

Gg. pada termoregulator

Hipertermi

2. DS: Gg. rasa nyaman:


Salmonella typhi
- Klien mengatakan nyeri b.d
nyeri pada perut hepatomegali &
35

bagian kiri bawah, splenomegali akibat


Masuk ke sal.pencernaan
klien tampak agen injuri bakteri
meringis kesakitan, salmonella typhi
Infeksi usus halus
nyeri tekan pada yang berkembang di
perutbagian kiri, hati dan limfa
nyeri seperti Inflamasi
ditusuk-tusuk
DO:
Pembuluh limfe

- S: Skala nyeri 4-6


Bakteri masuk
- T: nyeri hilang
ke aliran darah
timbbul
- TD: 110/7, N: 86,
Rr: 20x/mnt Bakteri yg tdk terfagosit
berkembang di hati & limfa

Hepatomegali &
splenomegali

Nyeri tekan

Nyeri akut

Bakteri Salmonella Typhi Resiko tinggi


DS: gangguan
3. - Klien mengatakan pemenuhan
tidak nafsu makan kebutuhan nutrisi
36

Dan mual, muntah Masuk ke saluran pencernaan kurang dari


tidak ada. kebutuhan b.d
DO: Menginfeksi usus halus &
intake yang tidak
- Klien hanya jaringan limfoid adekuat, muntah
menghabiskan ¼ dan anoreksia.
dari porsi yang Nausea, vomit & kurang nafsu
makan
disajikan

Gg. nutrisi kurang dari


- BB SMRS: 52 kg kebutuhan tubuh
- BB saat di RS: 50kg

Intoleransi aktivitas
Bakteri Salmonella Typhi b.d kelemhan fisik
dan malaise.
DS:
Usus halus (jaringan
4. - Klien mengatakan Malaise,
Lambung perasaan
(sebagian
limfoid tidak
kuman
usus halus)
Intoleransi
enakMasuk ke
badan,
matiInfeksi
oleh asam aktivitas
saluran
nyeri
lambung)
usus halus
badannya lemas, pencernaan
abdomen
Salmonella typhi 37

saat berdiri merasa


akan jatuh saat
berdiri

DO:
- Keadaan umum
klien tampak
berbaring
- Konjungtiva anemis
- Sebagian aktivitas
klien dibantu oleh
keluarga

3. Diagnosa Keperawatan pada Nn. N


a. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
b. Gg. rasa nyaman: nyeri b.d hepatomegali & splenomegali akibat agen
injuri bakteri salmonella typhi yang berkembang di hati dan limfa.
38

c. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, muntah dan anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan malaise.

4. Rencana Keperawatan Kasus pada Nn. N (KASUS 1)

N Intervensi
Dx. Kep Tujuan Rasional
o Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Keluarga klien
39

b.d proses tindakan keperawatan pada klien dan dapat mengerti


inflamasi selama 1x24 jam keluarga klien penyenbab
bakteri diharapkan hipertermi mengenai hipertemi yang
salmonella teratasi penyebab dirasakan, klien
typhi timbulnya dapat koopertaif
Kriteria hasil:
hipertermi dan dalan tindakan
1. Menunjukkan tindakan yang keperawatan.
Suhu tubuh dalam
akan dilakukan 2. Dapat
batas normal
2. Nadi dan 2. Observasi TTV mengetahui
pernapasan dalam terutama suhu tingkat
batas normal tubuh minimal perkembangan
3. Perubahan warna setiap 2 jam sesuai klien
kulit tidak ada dengan kebutuhan 3. Dalam kondisi
4. Suhu kulit dalam 3. Ajarkan klien demam terjadi
rentang yang pentingnya peningkatan
diharapkan mempertahankan evaporasi yang
cairan yang memicu
adekuat untuk dehidrasi
mecegah dehidrasi 4. Menghambat
4. Berikan kompres pusat simpatis
hangat pada di hipotalamus
lipatan paha, sehingga terjadi
aksila, dan kening vasodilatsi
kulkit dengan
merangsang
kelenjar keringat

untuk
mengurangi
panas
tubuh melalui
penguapan
40

5. Memberikan
baju tipis pada
5. Lepaskan pakaian
klien berfungsi
yang berlebihan
mengurangi
dan tutupi pasien
panas melalui
dengan hanya
prose evaporasi.
selembar kain.
6. Pengobatan
farmakologi
6. Kolaborasikan
dapat menekan
dengan dokter
invasi
dalam pemberian
penyebaran
antipiretik
virus dan
mencegah
terjadinya
hipertermi.

2 Gg. rasa Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Klien diberikan


nyaman: tindakan keperawatan tentang kesempatan
nyeri b.d selama 3x 24 jam nyeri,seperti untuk
hepatomega diharapkan perubahan penyebab, menceritakan
li & nutrisi kurang dari seberapa lama tentang rasa
splenomega kebutuhan tubuh nyeri akan nyeri yang
li akibat teratasi berakhir. dideritanya dan
agen injuri diberi
bakteri penjelasan nyeri
salmonella yang dirasakan
typhi yang hal ini akan
berkembang Kriteria hasil: memberi efek
di hati dan klien akan lebih
1. Klien akan
limfa. tenang
menyatakan secara
dibanding klien
verbal
yang
41

mendapakan
pengetahuan
penjelasan yang
tentang cara
kurang.
alternatif
2. Untuk
pencegahan nyeri
mengetahui
2. Klien melaporkan
tingkat
nyeri yang timbul,
2. Lakukan observasi perkembangna
lamanya frekensi
nyeri yang klien mengenai
dan lokasi nyeri
komperhensif nyeri yang
3. klien tidak
meliputi lokasi, dirasakan.
mengekspresikan
karakteristik,
nyeri secara verbal
awitan, frekensi, 3. Dengan
atau wajah
intesitas atau memberikan
4. Klien tampak
tingkat keparahan posisi yang tepat
tenang tidak
nyeri. akan
gelisah
3. Berikan massase memberikan
punggung dan rasa nyaman.
posisi yang 4. Teknik distraksi
nyaman. memberikan
pengalihan klien
mengenai nyeri
yang dirasakan

4. Ajarkan teknik sedangakan

nonfamakologi relaksasi akan

yaitu distraksi, mempengaruhi

relaksasi, terapi ketenangan

musik, kompres klien terhadap

hangat sebelum, nyeri dengan

setelah nyeri pengambilan

terjadi atau nafas dalam.

meningkat. 5. Pengobatan
secara
42

farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri yang
5. Kolaborasikan dirasakan klien
dengan dokter
dalam pemberian
analgetik

3 Resiko Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan bantu 1. Keletihan


tinggi tindakan keperawatan klien untuk berlamjut
gangguan selama 3x 24 jam istirahat sebelum menurunkan
pemenuhan diharapkan perubahan makan keinginan untuk
kebutuhan nutrisi kurang dari makan
nutrisi kebutuhan tubuh 2. Membantu
kurang dari teratasi 2. Awasi pemasukan untuk
kebutuhan diet/jumlah kalori, menormalkan
Kriteria hasil:
b.d intake tawarkan makan fungsi
yang tidak sedikit tapi sering pencernaan
1. Asupan makanan,
adekuat, akibat adanya
cairan, dan zat gizi
muntah dan peningkatan
tercukupi
anoreksia. asam lambung.
2. Menunjukkan
3. Akumulasi
peningkatan berat
3. Pertahankan partikel
badan dan tanda-
hyegiene mulut makanan dapat
tanda malnutrisi
yang baik sebelum menmbah bau
3. Mempertahankan
makan dan dan rasa tidak
massa tubuh dan
sesudah makan sedap yang
dan berat badan
menurunkan
ndalam batas
nafsu makan
normal
4. Untuk
4. Menunjukkan nilai
4. Anjurkan makan mempertahanka
43

laboratorim sedikit tapi sering n asupan nutrisi


(tranferin,albumin sehingga
dan elektrolit) kebutuhan
dalam bats normal. nutrisi tercukupi
5. Menunjukkan 5. Menurunkan
status gizi cukup 5. Anjurkan makan rasa penuh pada
ditandai dengan dalam posisi abdomen dan
asupan makanan, duduk tegak dapat
cairan dan zat gizi meningkatkan
seimbang pemasukan.
6. Pemberian
6. Kolaborasikan antiemetik dapat
dengan advice menekan mual
dokter dalam yang dialami
pemberian obat klien dan
antiemetik dan analgesik dapat
analgesik sebelum menekan nyeri
makan atau sesuai pada andomen
dengan jadwal sehingga tidak
yang dianjurkan menimbulkan
mual dan
muntah

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Dengan


aktivitas b.d tindakan keperawatan penyebab penjelasan
kelemhan 3.x 24 jam diharapkan keletihan individu. penyebab
fisik dan intolenrasi aktivitas keletihan maka
malaise. teratasi keadaan klien
cenderung lebih
Kriteria hasil:
tenaang.
2. Bantu klien untuk 2. Melatih klien
1. Klien tidak lelah
mengubah posisi untuk setiap
2. Tidak ada
secara berkala, aktivitas dan
44

takikardi kemandirian
bersandar, duduk
3. Dapat melakukan klien dan
dan berdiri.
aktivitas sehari- mencegah
hari dekubitus.
4. Dapat melakukan 3. Tirah baring
3. Anjurkan klien
perawatan diri. akan
untuk tirah baring.
meminimalkan
energi yang
dikeluarkan
sehingga
metaolisme
dapat
digunakan
untuk
penyembuhan
penyakit.
4. Keletihan dapat
4. Observasi bersama
segera
tingkat keletihan
dinimalkan
selam 24 jam
dengan
meliputi waktu
mengurangi
puncak energi,
kegiatan yang
waktu kelelahan,
dapat
aktivitas yang
menimbulkan
berhubungan
kelelahan.
dengan keletihan.
5. Memungkinkan
5. Bantu klien untuk
klien dapat
mengidentifikasi
memprioritaska
kemampuan-
n kegiatan-
kemampuan dan
kegiatan yang
minat.
sangat penting
dan
45

meminimalkan
pengeluaran
energi untuk
kegiatan yang
kurang penting

5. Implementasi pada Nn. N (Kasus 1)

Hari/ Waktu No. Implementasi Paraf


tanggal Dx

Selasa, 08.45 1,2,3,4 1. Melakukan bina trust dengan klien


13 Respon:
Februar - DS:
i 2018 Klien mengatakan percaya dengan tindakan
46

perawat
- DO:
Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tampak berbaring lemah

09.30 1 1. Melakukan TTV


- S: 38 OC
- N: 98x/m
- RR: 19x/m
- TD: 110/70 mmHg
2. Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang
kompres hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan badannya masih terasa
panas dingin.
DO:
- S: 38 OC
- Keluarga mampu melakukan kompres hangat
3. Memberikan informasi pada klien dan keluarga
mengenai penyebab timbulnya hipertermi
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham dan
47

mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat.


- Keluarga mengatakan tidak akan panik jika
anggota keluarganya ada yang mengalami
hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih tenang.
4. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air putih
±900 ml

10.05 2 1. Memberikan informasi tentang penyebab nyeri


yang dialami klien.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan pengetahuan tentang nyeri
bertambah
DO:
- Klien tampak mengerti apa yang telah
dijelaskan oleh perawat

2. Mengkaji nyeri secara komprehensif


Respon:
- P: Nyeri tekan pada abdomen kiri
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R: nyeri pada kuadran kiri bawah
- S: Skala nyeri 4-6
48

- T: nyeri hilang timbul


3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
menghilangkan nyeri seperti teknik relaksasi,
distraksi dan terapi kompres hangat sebelum dan
sesudah nyeri terjadi atau meningkat.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merasa nyaman setelah
melakukan terapi non farmakologi
DO:
- Klien tampak lebih rileks, skala nyeri
menjadi 3.

10.30 3 1. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam


porsi sedikit tapi sering dan dalam porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan makan habis 8 sendok,
klien mengatakan masih mual
DO:
- Porsi makan habis ¼ dari porsi yang
disediakan

2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam


posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi
dari perawat
49

3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet


Respon:
- Klien mendapat diit makanan lunak.

12.00 1, 2, 3 1. Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat anti emetik, anti piretik
dan analgesik
Respon:
- Klien mendapat terapi sumagesic 3x500mg
- Klien mendapat ondancentron iv 4mg (klien
mengatakan setelah diberikan obat anti
emetik rasa mual berkurang).
- Klien mendapat terapi paracetamol drip
2x500mg

15.00 4 1. Memberikan informasi kepada klien tentang


penyebab keletihan dan kelemahan fisiknya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak khawatir lagi dengan
tubuhnya yang lemas selama sakit.
DO:
- Klien tampak berbaring

2. Membantu klien untuk mengubah posisi secara


berkala, bersandar, duduk dan latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap
30 menit sekali, klien mengatakan belum kuat
50

berdiri lama karena masih pusing


DO:
- Klien tampak dibantu saat duduk
3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memanfaatkan waktu
istirahatnya selama di rawat di RS.
4. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan belum berani BAK ke
kamar mandi sendiri karena takut jatuh
DO:
- Aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
keluarga. BAK klien masih menggunakan
pispot. Klien mandi hanya di lap
menggunakan air hangat.

Rabu, 08.45 1,2,3,4 1. Melakukan bina trust dengan klien


Respon:
14
DS:
Februar
- Klien mengatakan percaya dengan tindakan
i 2018
perawat
DO:
- Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
51

perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
DO:
- Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tidur semi fowler/ setengah duduk
- Klien tampak lebih segar

09.30 1 1. Melakukan TTV


Hasil:
- S: 37,6OC
- N: 91x/m
- RR: 19x/m
- TD: 100/70 mmHg
2. Melakukan dan mengajarkan kembali ke
keluarga tentang kompres hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan demam suda
berkurang, hanya kadang-kadang.
DO:
- S: 37,6 OC
- Keluarga mampu melakukan kompres
hangat .
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
52

- Klien mengatakan sudah minum air putih ±


1200 ml

10.05 2 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif


Respon:
- P: Nyeri tekan pada abdomen kiri
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R: nyeri pada kuadran kiri bawah
- S: Skala nyeri 4-6
- T: nyeri hilang timbul
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
menghilangkan nyeri seperti teknik relaksasi,
distraksi dan terapi kompres hangat sebelum dan
sesudah nyeri terjadi atau meningkat.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merasa nyaman setelah
melakukan terapi non farmakologi.
- Klien mengatakan nyeri berkurang ketika
istirahat.
DO:
- Klien tampak lebih rileks, skala nyeri masih
terasa hilang timbul

10.30 3 1. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam


porsi sedikit tapi sering dan dalam porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan makan habis 10 sendok,
klien mengatakan mual berkurang
DO:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang
53

disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.

12.00 1, 2, 3 2. Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat antiemetik, antipiretik
dan analgesik
Respon:
- Klien mendapat terapi sumagesic 3x500mg
- Klien mendapat ondancentron iv 4mg (klien
mengatakan setelah diberikan obat anti
emetik rasa mual berkurang).
- Klien mendapat terapi pct tab 2x500mg

15.00 4 1. Membantu klien untuk mengubah posisi secara


berkala, bersandar, duduk dan latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap
30 menit sekali, klien mengatakan belum kuat
berdiri lama karena masih pusing
DO:
- Klien tampak dibantu saat duduk
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
54

mengurangi kegiatannya di tempat tidur


Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memanfaatkan waktu
istirahatnya selama di rawat di RS.
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mulai belajar BAK ke
kamar mandi dengan bantuan keluarga.
DO:
- Aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
keluarga. BAK dan BAB sudah di kamar
mandi dengan dibantu keluarga.

Kamis, 08.45 1,2,3,4 1. Melakukan bina trust dengan klien


Respon:
15
DS:
Februar
- Klien mengatakan percaya dengan tindakan
i 2018
perawat

DO:
- Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
55

- Klien tidur semi fowler/ setengah duduk


- Klien tampak lebih segar

09.30 1 1. Melakukan TTV


- S: 36,5OC
- N: 87 x/m
- RR: 20 x/m
- TD: 110/70 mmHg
2. Mengajarkan kembali ke keluarga tentang
kompres hangat dan memberikan informasi
tentang hal-hal yang harus dilakukan saat demam
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah tidak demam. Orang
tua klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak akan panik jika ada
anggota keluarganya yang demam karena
sudah mengerti tentang apa yang harus
dilakukannya.
DO:
- S: 36,5 OC
- Keluarga tampak mengerti dengan apa yang
dijelaskan oleh perawat.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±
1300 ml
56

10.05 2 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif


Respon:
- P: Nyeri sudah berkurang
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R: nyeri pada kuadran kiri bawah
- S: Skala nyeri 1-2
- T: nyeri hilang timbbul
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
menghilangkan nyeri seperti teknik relaksasi,
distraksi dan terapi kompres hangat sebelum dan
sesudah nyeri terjadi atau meningkat.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merasa nyaman setelah
melakukan terapi non farmakologi. Klien
mengatakan nyeri berkurang ketika istirahat.
DO:
- Klien tampak lebih rileks, skala nyeri 1-2.

10.30 3 1. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam


porsi sedikit tapi sering dan dalam porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan masih mual tapi jarang-
jarang. Klien mengatakan sudah mulai nafsu
makan
DO:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang
57

disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.

12.00 1, 2, 3 1. Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat anti emetik dan
analgesik
Respon:
- Klien mendapat terapi sumagesic 3x500mg
- Klien mendapat ondancentron iv 4mg (klien
mengatakan setelah diberikan obat anti
emetik rasa mual berkurang).

15.00 4 1. Membantu klien untuk mengubah posisi secara


berkala, bersandar, duduk dan latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap
30 menit sekali, klien mengatakan mulai
latihan berdiri sendiri
DO:
- Klien tampak sedang latihan duduk dan
berdiri tanpa bantuan.
58

2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan


mengurangi kegiatannya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan
mengatur jadwal agar bisa istirahat lebih
teratur
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah ke kamar mandi
tanpa bantuan
DO:
- Aktivitas klien sebagian kecil masih dibantu
keluarga, tetapi BAK dan BAB sudah di
kamar mandi tanpa bantuan keluarganya.

Jum’at, 08.45 1,2,3,4 1. Melakukan bina trust dengan klien


Respon:
16
DS:
Februar
- Klien mengatakan percaya dengan tindakan
i 2018
perawat
DO:
- Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
59

Respon:
DO:
- Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tidur semi fowler/ setengah duduk
- Keadaan umum klien: baik

09.30 1 1. Melakukan TTV


- S: 36OC
- N: 88 x/m
- RR: 20 x/m
- TD: 110/70 mmHg
2. Mengajarkan kembali ke keluarga tentang
kompres hangat dan memberikan informasi
tentang hal-hal yang harus dilakukan saat
demam.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah tidak demam. Orang
tua klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak akan panik jika ada
anggota keluarganya yang demam karena
sudah mengerti tentang apa yang harus
dilakukannya.
DO:
- S: 36 OC
- Keluarga tampak mengerti dengan apa yang
dijelaskan oleh perawat.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
60

Respon:
DS:
- Klien mengatakan minum air putih ± 1500 ml

10.05 2 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif


Respon: klien mengatakan nyeri sudah hilang dan
tidak dirasakan
2. Memberikan penkes tentang nyeri untuk
megantisipasi jika tia-tiba nyeri datang.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan pengetahuannya jadi
bertambah, klien mengatakan sangat senang
karena sudah tau tentang cara mengantisipasi
nyeri, klien mengatakan akan melakukan
instruksi yang diajarkan oleh perawat.

10.30 3 1. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam


porsi sedikit tapi sering dan dalam porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah tidak mual

DO:
- Porsi makan habis 3/4 dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
61

3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet


Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.

12.00 1, 2, 3 1. Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat antiemetik dan
analgesik
Respon:
- Klien mendapat terapi sumagesic 3x500mg
- Klien mendapat ondancentron iv 4mg (klien
mengatakan setelah diberikan obat anti
emetik rasa mual berkurang).

15.00 4 1. Membantu klien untuk mengubah posisi secara


berkala, bersandar, duduk dan latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap
30 menit sekali, klien mengatakan sudah bisa
merubah posisi daritempat tidur ke tempat
duduk dan beridri secara mandiri.

DO:
- Klien tampak sedang latihan duduk dan
berdiri tanpa bantuan.
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan
mengatur jadwal agar bisa istirahat lebih
62

teratur
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah ke kamar mandi
tanpa bantuan
DO:
- Aktivitas klien sebagian kecil masih dibantu
keluarga, tetapi BAK dan BAB sudah di
kamar mandi tanpa bantuan keluarganya.

6. Evaluasi Keperawatan pada Nn.N (Kasus 1)

Hari/ No Catatan Perkembangan Paraf

Tanggal DX
Selasa, 1 S:
13 Februari - Klien mengatakan badannya demam
2018 - Klien mengatakan panas dingin
63

- Keluarga mengatakan paham tentang hipertremi dan


cara penanganannya setelah diajarkan oleh perawat
- Klien mengatakan selama dirawat baru minum air putih
900 ml
O:
- S: 38 OC
N: 98 x/m
Rr: 19 x/m
TD: 110/70 mmHg
- Dilakukan kompres hangat
- Keluarga klien paham tentang apa yang dijelaskan oleh
perawat yaitu tentang hipertermi dan cara penanganannya.
- Keluarga klien mampu melakukan kompres hangat
- Klien mendapatkan terapi obat pct drip 2x500 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
2 S:
- P: nyeri tekan pada abdomen kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada kuadran kiri bawah
S: skala nyeri 3-4
T: nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan setelah diberikan penkes
pengetahuannya tentang nyerijadi bertambah
- Klien mengatakan lmerasa nyaman dan enak setelah
diajarkan relaksasi dan distraksi
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak lebih tenang setelah diajarkan relaksasi
dan distraksi
- Klien mendapatkan terapi obat analgesik
A: Masalah belum teratasi
64

P: Lanjutkan intervensi 1-5


3 S:
- Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan makan hanya 8 sendok
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi perawat
yaitu makan selagi hangat , makan sedikit tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat
terapi obat antiemetiktetapi hanya beberapa jam saja
O:
- Porsi makan habis ¼ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 50 kg
- Klien mendapat teapi antiemetik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
4 S:
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarganya.
- Klien mengatakan BAK menggunakan pispot, karena jika
berdiri merasa akan jatuh
- Klien mengatakan sedikit tena.ng setelah diberi penjelasan
oleh perawat tentang penyebab kelemahan fisiknya.

O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Rabu, 1 S:
14 Februari - Klien mengatakan badannya masih demam
65

2018 - Klien mengatakan panas dingin


- Keluarga mengatakan paham tentang hipertremi dan cara
penanganannya
Setelah diajarkan oleh perawat
- Klien mengatakan selama dirawat baru minum air putih
1200 ml
O:
- S: 37,6 OC
N: 98 x/m
Rr: 19 x/m
TD: 100/70 mmHg
- Dilakukan kompres hangat
- Keluarga klien paham tentang apa yang dijelaskan oleh
perawat yaitu tentang hipertermi dan cara penanganannya
- Keluarga klien mampu melakukan kompres hangat
- Klien mendapatkan terapi obat pct drip 2x500 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
2 S:
- P: nyeri tekan pada abdomen kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada kuadran kiri bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan merasa nyaman dan enak setelah
diajarkan relaksasi dan distraksi
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak lebih tenang setelah diajarkan relaksasi dan
distraksi.
- Klien mendapatkan terapi obat analgesik
A: Masalah belum teratasi
66

P: Lanjutkan intervensi 1-5


3 S:
- Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan makan hanya 10 sendok
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi perawat yaitu
makan selagi hangat , makan sedikit tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat terapi obat
antiemetiktetapi hanya beberapa jam saja.
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 50 kg
- Klien mendapat teapi antiemetik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
4 S:
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarganya
- Klien mengatakan BAK menggunakan pispot, karena jika
berdiri merasa akan jatuh.
- Klien mengatakan sedikit tenang setelah diberi penjelasan
oleh perawat tentang penyebab kelemahan fisiknya.

O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien masih dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Kamis, 1 S:
15 Februari - Klien mengatakan sudah tidak demam
67

2018 - Klien mengatakan badannya sduah merasa enak


- Orang tua klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak akan panik jika ada anggota
keluarganya yang demam karena sudah mengerti
tentang apa yang harus dilakukannya.
- Klien mengatakan selama dirawat baru minum air putih
1300 ml
O:
- S: 36,5 OC
N: 87 x/m
Rr: 20 x/m
TD: 110/70 mmHg
- Klien mendapatkan terapi obat pct tab (jika perlu)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2,3
2 S:
- P: nyeri sudah berkurang
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada kuadran kiri bawah
S: skala nyeri 1-2
T: nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan merasa nyaman dan enak setelah
diajarkan relaksasi dan distraksi.

O:
- Klien tampak lebih rileks
- Klien tampak lebih tenang setelah diajarkan relaksasi dan
distraksi.
- Klien mendapatkan terapi obat analgesik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2, 4, 5
68

3 S:
- Klien mengatakan masih mual tetapi jarang-jarang
- Klien mengatakan mulai nafsu makan
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi perawat yaitu
makan selagi hangat , makan sedikit tapi sering .
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat
terapi obat antiemetiktetapi hanya beberapa jam saja.
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 50 kg
- Klien mendapat teapi antiemetik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
4 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap 30 menit
sekali.
- Klien mengatakan mulai latihan berdiri
- Klien mengatakan BAK dan BAB sudah di kamar mandi
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan mengatur
jadwal agar istirahat lebih teratur.

O:
- Klien tampak sedang latihan duduk dan berdiri
- Aktivitas klien sebagian dibantu keluarga
- Klien tampak lebih bertenaga dan segar
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2,4,5
Jum’at, 1 S:
69

16 Februari - Klien mengatakan sudah tidak demam


2018 - Klien mengatakan badannya sduah merasa enak
- Klien mengatakan minum air putih 1300 ml
O:
- S: 36 OC
N: 88 x/m
Rr: 20 x/m
TD: 110/70 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2,3
2 S:
- Klien mengatakan nyeri sudah hilang dan tidak dirasakan
O:
- Klien tampak lebih rileks
- Klien mengatakan pengetahuan tentang nyeri jadi
bertambah .
- Klien mengatakan sangat senang karena sudah tau tentang
caramengantisipasi nyeri, klien mengatakan akan
melakukan instruksi yang diajarkan oleh perawat.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-4

3 S:
- Klien mengatakan sudah tidak mual
- Klien mengatakan nafsu makan bertambah
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat terapi obat
antiemetik
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- BB : 50,5 kg
70

- Klien mendapat teapi antiemetik


A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-6
4 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap 30 menit
sekali.
- Klien mengatakan sudah bisa duduk dan berdiri tanpa
bantuan.
- Klien mengatakan BAK dan BAB sudah di kamar mandi
secara mandiri.
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan mengatur
jadwal agar istirahat lebih teratur.
O:
- Klien tampak melakukan aktivitasnya secara mandiri.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intrvensi 1-5

B. Kasus Kedua
Sdr. R usia 27 tahun anak pertama yang mempunyai dua adik
perempuan usia 24 tahun dan 22 tahun serta adik satu laki-laki usia 18 tahun.
Klien adalah seorang karyawan di salah satu pabrik sepatu daerah Tangerang.
Klien pertama kali masuk ke UGD RS Mulya Tangerang pada tanggal 16
April 2018 jam 03.40 WIB diantar oleh ayahnya dengan keluhan demam 5
hari, belum BAB selama 3 hari, mual dan tidak nafsu makan, klien
mengatakan tidak ada muntah dan tidak ada batuk. Saat dilakukan pengkajian
71

di ruang ebony lantai 4 tanggal 16 April 2018 jam 07.50 WIB klien
mengatakan demam masih naik turun, mual (+), tidak ada muntah , nafsu
makan berkurang karena rasa tidak enak di perut yang belum BAB selama 3
hari. Klien mengatakan sudah minum obat warung tetapi tidak ada perubahan
hingga akhirnya dibawaa ke RS.
Hasil pengkajian Sdr. R menunjukan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 112x/menit, suhu 38,2oC dan pernapasan 22x/menit. Klien mengatakan
jarang makan sayur dan buah, klien juga mengatakan sering telat makan dan
jarang makan di rumah.

     1.   Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama : Sdr. R

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan
72

Ruang Rawat : Ebony Lantai 4 RS. Mulya Ciledug

Alamat : JL. Kayu Gede II Pondok Jagung -


Tangerang

Suku bangsa : Sunda

Tanggal Masuk : Senin, 16 April 2018 jam 03.40 WIB

Tanggal Pengkajian : 16 April 2018 jam 0.7.50 WIB

Diagnosa Medis : Tifoid

b. Biodata Penanggung Jawab

Nama : Tn. H

Umur : 50 tahun.

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan      : SMP

Suku bangsa   : Sunda

Alamat              : Jl. Kayu Gede II Pondok Jagung - Tangerang


Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

c. Riwayat Kesehatan
      1) Keluhan Utama
Demam, mual, tidak nafsu makan, belum BAB selama 3 hari
      2) Keadaan Umum
      Tingkat kesadaran compos mentis, GCS: 15, BB 58kg, BB SMRS
59kg, TTV: 130/90 mmHg, Suhu: 38,2oC, Nadi 112 x/menit, RR 22
x/menit, Spo2 98%.
73

       3)  Riwayat Penyakit Sekarang


             Klien masuk ke UGD RS diantar oleh ayahnya dengan keluhan
demam, lemas, tidak nafsu makan karena rasa begah di daerah
abdomen. Klien sudah minum obat warung tetapi tidak ada perubahan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah sakit yang sampai mengakibatkan
dirawat, klien hanya sakit demam serta batuk pilek, dan hanya diobati
dengan obat warung lalu sembuh.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan,
penyakit Hipertensi (-), Jantung (-), DM (-), Asma (-), Hepatitis (-).
Klien mengatakan ibunya pernah mengalami sakit tifoid 3 bulan yang
lalu dan dirawat di RS Mulya Tangerang.

6) Genogram
74

     

Keterangan:
: Perempuan

K
: Laki- laki

: Klien

: Tinggal serumah

       d.  Pola Aktivitas Sehari-hari


Klien sehari-hari menjalani hidupnya sebagai mahasiswa dan seorang
karyawan di sebuah pabrik sepatu daerah Tangerang.
1) Pola Nutrisi
Sebelum sakit makan 2-3 kali sehari, dengan porsi nasi satu piring,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan jarang. Selama di RS makan
bubur lunak dengan ¼ porsi sejak dikaji, porsi 6 sendok makan.
Minum ±1800 cc sejak dikaji.
75

2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAK 3-4 kali/hari, ±1000cc, urine berwarna kuning
jernih berbau khas. BAB 1 kali/hari ±200 gram, konsistensi feses
lunak, berwarna kuning kehijauan. Saat sakit BAK 3 kali sejak
dikaji ± 150cc, konsistensi coklat pekat, BAB (-).
3) Pola Istirahat dan Tidur
Klien istirahat dan tidur 6-7 jam/hari jam 21.00-05.00WIB. Selama
di RS klien sering tidur siang walaupun kadang sering terbangun.
4) Pola Personal Hygiene
Klien mandi 2 kali/hari, yaitu pagi dan sore, keramas
2-3x/seminggu, ganti baju 1-2kali/hari, selama di RS belum pernah
mandi, hanya di lap saja.
e.  Data Psikososial
1) Status Emosi
Klien megatakan cemas dengan sakitnya karena selama dia sakit dia
tidak bekerja, klien mengatakan merasa tidak enak dengan rekan
kerja dan atasannya. Klien mengatakan khawatir baru kali ini
merasakan sakit lama dan tidak bisa BAB sampai 3 hari. Klien
menyadari bahwa sakitnya karena pola makan yang tidak teratur dan
kurag istirahat.
2) Interaksi Sosial
Interaksi klien dengan keluarga dan teman kerja baik, banyak sanak
saudara dan teman kerjanya yang menjenguk selama di RS.
Hubungan klien dengan perawat baik, sedangkan hubungan klien
dengan pasien lain tidak begitu akrab.
3) Spiritual
Klien beragama Islam dan taat dalam beribadah. Selama di RS klien
sholat sesuai dengan kemampuannya dan berdoa agar segera diberi
kesembuhan.
f.    Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : Composmetis
76

GCS : 15 (E4, V5, M6)


2) Tanda-Tanda Vital  
Suhu    : 38,20C                       RR        : 22x/menit
Nadi    : 100x/menit               TD         : 130/90 mmHg
BB di RS : 58 kg
BB sebelum MRS : 59 kg
3) Pemeriksaan Head to Toe
i. Kepala
Inspeksi :
Normochepalic, simetris kanan dan kiri, rambut hitam panjang,
bentuk tengkorak normal, kulit kepala normal, tidak mengalami
peradangan tumor maupun bekas luka.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, pembengkakan, nyeri tekan tidak ada.
ii. Mata
Inspeksi :
Sklera putih, konjungtiva anemis, tidak terdapat ptosis,
pertumbuhan rambut bulu mata baik, reaksi pupil terhadap cahaya
isokor.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, tidak terdapat oedem, tidak terdapat nyeri
tekan.
iii. Hidung
Inspeksi :
Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat
pembengkakan,lubang hidung simetris.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinus-sinus
hidung tidak terdapat nyeri tekan.
iv. Mulut
Inspeksi :
77

Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi, warna lidah putih tebal,
tidak terdapat kelainan pada dasar mulut,lidah atau kecacatan
kongenital, tidak terdapat stomatitis.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau
tumor.
v. Leher
Inspeksi :
Bentuk leher simetris, tidak adanya pembengkakan, tidak terdapat
pembesaran kelejar tiroid, tidak terdapat pembesaran limfe.
Palpasi : Tidak tedapat nyeri tekan.
vi. Telinga
Inspeksi :
Bentuk normal, warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
oedem, tidak terdapat serumen maupun perdarahan.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada mastoid dan aurikula.
vii. Thorax
Inspeksi          :  Bentuk dada dan thorak simetris
Palpasi            :  Tidak ada nyeri tekan, tactil vremitus tidak teraba.
Perkusi           :  Suara paru sonor pada ics 1-5.
Auskultasi     : Suara paru vesikuler, suara jantung S1 dan S2
cepat.
viii. Abdomen
Inspeksi :
Perut klien trelihat buncit, umbilicus tidak menonjol dan berada di
tengah
Auskultasi : Bising usus ± 9x/menit.
Perkusi : Suara perut timpani
Palpasi :
Teraba massa di bagian abdomen bawah kuadran kiri, tidak
terdapat nyeri tekan.
78

ix. Ekstremitas
Atas  :  
Tangan kiri terpasang IVFD RL 500 cc dalam 8 jam 20tpm , tidak
ada atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi
tremor, tidak terdapat kelemahan (paralisis), kekuatan otot skala 4
(dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan).
Bawah :
Tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada atrofi maupun hipertrofi, tidak
terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor, tidak terdapat kelemah
(paralisis), kekuatan otot skala 4 (dapat bergerak dan dapat
melawan hambatan yang ringan).

4 4

4 4

x. Genetalia
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat peradangan, pertmbuhan rambut
pubis merata, tidak terdapat oedem.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.

g. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab 16/4/2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
79

Hematologi
Hb 12,8 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 39 L : 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %
Leukosit 57,2
5,00-10,00 x 103/L            
L:
Hematokrit 38,0%
L: 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %

Trombosit 317.000
150.000 – 400.000

Hasil pemeriksaan lab tgl 18/2/2018


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hb 13,3 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 41 L : 40 – 54 %            
P : 37 – 47 %
Leukosit 6,82 5,00 – 10,00 x 103/L 

Trombosit 361.000 150.000 – 400.000

Imuno Serologi
Widal
S.typhi H +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.paratyphi AH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CH +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.typhi O +/ Positif 1/ 289 -/ Negatif
80

S.paratyphi AO -/ Negatif -/ Negatif


S.paratyphi BO -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CO -/ Negatif -/ Negatif

Hasil pemeriksaan lab tgl 19/2/2018


  :
Urinalisa
Warna Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
PH 7,00 4,50 – 8,50
Berat Jenis 1,011 1,003 – 1,030
Protein -/ Negatif -/Negatif
Reduksi Urine -/ Negatif -/ Negatif
Bilirubin -/ Negatif -/ Negatif
Urobilinogen 0,20 0,20 – 1,00
Leukosit Esterase -/ Negatif -/ Negatif
Keton -/ Negatif -/ Negatif
Nitrit urine -/ Negatif -/ Negatif
Darah samar -/ Negatif -/ Negatif
Sedimen
Epitel +/ Positif
0-1 0-5
Lekosit 0
Eritrosit 0-1
Silinder Hyalin 0
Silinder Granula 0
Kristal Amorph +/ Positif
Kristal Oxalate -/ Negatif
-/ Negatif -/ Negatif
Kristal Phosphate
Bakteri -/ Negatif
Jamur -/ Negatif
Epithel Tubulus +/ Positif

h. Terapi Yang Diberikan :


- IVFD RL 30 tpm
- Dulcolax sup 5 mg
- Tremenza tablet 2x1 mg
- Ondancentron 4mg 3x1 (iv)
81

- Ranitidin 2x50 mg (iv)


- Paracetamol tablet 2x500 mg

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Bakteri salmonella Hipertermi b.d
- Klien mengatakan typhi proses inflamasi
demam sejak 5 hari bakteri salmonella
Masuk ke dalam darah
SMRS typhi
- Klien mengatakan
Bakteri mengeluarkan
selama di RS endotoksin
badannya merasa
panas dingin Peradangan lokal meningkat

DO:
Endotoksin merangsang
- S: 38,2OC sintesa & pelepasan zat
pirogen oleh jaringan
- Klien tampak leukosit pd jaringan radang
meriang
- Badan klien teraba Pirogen beredar dlm darah

panas
Hipotalamus
- Dilakukan kompres
hangat selama di Gg. pada termoregulator
ruang perawatan
Hipertermi

2. DS: Bakteri Salmonella Typhi Resiko tinggi


- Klien mengatakan gangguan
tidak nafsu makan Masuk ke saluran pencernaan pemenuhan
- Klien mengatakan kebutuhan nutrisi
mual. kurang dari
82

DO: Menginfeksi usus halus &


kebutuhan b.d
- Klien hanya jaringan limfoid intake yang tidak
menghabiskan ¼ adekuat, muntah
dari porsi yang Nausea, vomit & kurang nafsu dan anoreksia.
makan
disajikan
- Konjungtiva anemis
Gg. nutrisi kurang dari
- Hb : 13,3 kebutuhan tubuh
- BB SMRS: 58 kg
- BB saat di RS: 59 kg

Intoleransi aktivitas
b.d kelemhan fisik
3. DS: dan malaise.
- Klien mengatakan Salmonella typhi
badannya lemas
- Klien mengatakan Usus perasaan
Malaise, halus (jaringan
tidak
Lambung (sebagian
limfoid ususnyeri kuman
halus)
enak badan,
Masuk
Intoleransi
Masuk keke darah
aktivitas
saluran
saat berdiri merasa mati oleh
Infeksi asam lambung)
usus halus
abdomen
pencernaan
83

akan jatuh

DO:
- Keadaan umum
klien tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Sebagian aktivitas
klien dibantu oleh
keluarga
- Hb 13,3
- Klien terpasang
IVFD RL 30tpm

Gangguan eliminasi
BAB (konstipasi)
b.d peningkatan
4. DS: reabsorpsi cairan di
usus.
- Klien mengatakan Kuman salmonella typhi dan
parathypi masuk ke saluran
tidak bisa BAB pencernaan
semenjak 3 hari
yang lalu Sebagian dimusnahkan oleh
asam lambung
84

- Klien mengatakan
perutnya terasa Menyerang vili usus halus

begah/penuh Masuk ke peredaran darah


DO:
Respon peradangan oleh
- Teraba massa di endotoksin
abdomen bagian
Demam
bawah kuadran kiri
- Bising usus Meningkatkan permeabilitas
kapiler
9x/menit
Meningkatkan penyerapan air
- Klien belum BAB
berlebih
sejak di RS
- Klien mendapat Absorpsi air di usus halus
berlebih
terapi dulcolax sup
5mg Feces keras

Konstipasi

Gangguan eliminasi

5. DS: Cemas b.d


Kurangnya pengetahuan klien
- Klien mengatakan tentang penyakitnya kurangnya
cemas dengan sakitnya pengetahuan klien
karena selama dia sakit Stressor psikologi tentang penyakitnya
dia tidak bekerja
Cemas
- Klien mengatakan
85

merasa tidak enak


dengan rekan kerja dan
atasannya.
- Klien mengatakan
khawatir dengan
penyakitnya karena baru
kali ini merasakan sakit
lama dan tidak bisa
BAB sampai 3 hari.
DO:
- Klien tampak murung
- Klien tampak cemas
- Klien dan keluarga
sering menanyakan
penyakit yang diderita
oleh Sdr. R
- Nadi: 112x/m
- TD: 130/90 mmHg

3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, muntah dan anoreksia.
3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) b.d peningkatan reabsorpsi cairan di
usus.
4. Gangguan rasa aman: cemas b.d kurangnya pengetahuan klien tentang
86

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan malaise.

4. Rencana Keperawatan pada Sdr.R (Kasus 2)

N
Dx. Kep Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
o
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi pada 1. Keluarga klien
b.d proses tindakan klien dan keluarga dapat mengerti
inflamasi keperawatan klien mengenai penyenbab
bakteri selama 1x24 jam penyebab timbulnya hipertemi yang
salmonella diharapkan hipertermi dan dirasakan, klien
typhi hipertermi teratasi tindakan yang akan dapat koopertaif
dilakukan. dalan tindakan
Kriteria hasil:
keperawatan.
1. Menunjukkan 2. Observasi TTV
Suhu tubuh 2. Dapat mengetahui
terutama suhu tubuh
dalam batas
tingkat
normal minimal setiap 2 jam
2. Nadi dan perkembangan
sesuai dengan
pernapasan klien
kebutuhan
dalam batas
3. Ajarkan klien
3. Dalam kondisi
normal
pentingnya
demam terjadi
3. Perubahan
mempertahankan
peningkatan
warna kulit
cairan yang adekuat
evaporasi yang
tidak ada
untuk mecegah
memicu dehidrasi
4. Suhu kulit
dehidrasi
dalam rentang
4. Berikan kompres
yang
hangat pada lipatan
diharapkan 4. Menghambat
paha, aksila, dan
pusat simpatis di
kening.
hipotalamus
sehingga terjadi
vasodilatsi kulkit
dengan
87

merangsang
kelenjar keringat
5. Lepaskan pakaian yang untuk mengurangi
berlebihan dan tutupi panas tubuh
pasien dengan hanya melalui
selembar kain penguapan

5. Memberikan baju
tipis pada klien
6. Kolaborasikan dengan berfungsi
dokter dalam mengurangi panas
pemberian antipiretik melalui prose
evaporasi.
6. Pengobatan
farmakologi dapat
menekan invasi
penyebaran virus
dan mencegah
terjadinya
hipertermi.

2 Resiko Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan bantu 1. Keletihan


tinggi tindakan klien untuk istirahat berlamjut
gangguan keperawatan sebelum makan menurunkan
pemenuhan selama 3x 24 jam keinginan untuk
kebutuhan diharapkan makan
88

nutrisi perubahan nutrisi 2. Awasi pemasukan 2. Membantu untuk


kurang dari kurang dari diet/jumlah kalori, menormalkan
kebutuhan kebutuhan tubuh tawarkan makan fungsi pencernaan
b.d intake teratasi sedikit tapi sering akibat adanya
yang tidak peningkatan asam
Kriteria hasil:
adekuat, lambung.
muntah dan 3. Pertahankan hyegiene 3. Akumulasi partikel
1. Asupan
anoreksia. mulut yang baik makanan dapat
makanan,
sebelum makan dan menmbah bau dan
cairan, dan zat
sesudah makan. rasa tidak sedap
gizi tercukupi
yang menurunkan
2. Menunjukkan
nafsu makan
peningkatan
berat badan 4. Anjurkan makan 4. Untuk
sedikit tapi sering mempertahankan
dan tanda-
asupan nutrisi
tanda
sehingga
malnutrisi
kebutuhan nutrisi
3. Mempertahan
tercukupi
kan massa
5. Menurunkan rasa
tubuh dan dan 5. Anjurkan makan dalam
posisi duduk tegak penuh pada
berat badan
abdomen dan dapat
ndalam batas
meningkatkan
normal
pemasukan.
4. Menunjukkan
6. Kolaborasikan dengan 6. Pemberian
nilai
advice dokter dalam antiemetik dapat
laboratorim
pemberian obat menekan mual
(tranferin,albu
antiemetik dan yang dialami klien
min dan
analgesik sebelum dan analgesik
elektrolit)
makan atau sesuai dapat menekan
dalam batas
dengan jadwal yang nyeri pada
normal.
dianjurkan andomen sehingga
5. Menunjukkan
tidak menimbulkan
status gizi
89

cukup mual dan muntah


ditandai
dengan
asupan
makanan,
cairan dan zat
gizi seimbang

3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan 1. Mengetahui


eliminasi
tindakan elminasi klien kebutuhan
BAB
(konstipasi) keperawatan 1x24 eliminasi klien.
b.d
jam diharapkan 2. Anjurkan klien untuk 2. Membantu
peningkatan
reabsorpsi kebutuhan minum air hangat melunakkan
cairan di
eliminasi klien makanan yang
usus.
terpenuhi. sudah dicerna

Kriteria Hasil:
3. Monitoring bising usus 3. Mengetahui
adanya perubahan
1. BAB normal
bising usus.
2. Tidak terdapat
4. Monitoring feces, 4. Mengetahu
massa di
frekuensi, konsistensi perubahan
daerah perut
dan volume eliminasi.
bawah
3. Perut tidak
5. Monitor resiko adanya 5. Mengetahui
distensi
tanda ruptur usus/ adanya penyebab
4. Bising usus
peritonitis. dan komplikasi
dalam batas
yang mungkin
normal
6. Identifikasi faktor
timbul.
5. Aktivitas
penyebab dan
6. Untuk mengatasi
dapat
kontribusi konstipasi.
konstipasi dari
dilakukan
faktor
secara mandiri
90

6. Tanda-tanda 7. Kolaborasi dengan penyebabnya


vital dalam dokter dalam
batas normal pemberian obat 7. Untuk
laktatif. melunakkan dan
merangsang
peristaltic usus
sehingga klien
dapat BAB
8. Kolaborasi dengan ahli dengan normal
gizi untuk pemberian 8. Untuk membantu
diit tinggi serat mengurangi
penyerapan air di
usus halus.

4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Memberikan rasa


rasa aman: tindakan percaya dengan klien man terhadap
cemas b.d keperawatan dan keluarganya, klien sehigga
kurangnya selama 1x24 jam timbul rasa
pengetahua diharapkan rasa percaya serta
n klien aman klien keterbukaa klien
tentang terpenuhi. terhadap tenaga
penyakitnya kesehatan
Kriteria Hasil:
2. Kaji tingkat kesemasan 2. Mengetahui
klien tingkat
1. Cemas
kecemasan yang
berkurang/
dialami klien
hilang
3. Berikan penjelasan 3. Agar klien
2. Klien tampak
tentang penyakit, mengerti dan
tenang
penyebab, dan dapat melakukan
3. Klien dan
pengobatannya. pencegahan
keluarganya
dengan mandiri
mengerti
tentang
4. Ajarkan teknik
91

penyakitnya relaksasi dan distraksi


4. Klien tidak
4. Agar klien tenang
merasa 5. Batasi jumlah
dan mempercepat
penyakitnya pengunjung.
pengobatan
semakin parah 6. Anjurkan keluarga
5. Mencipatakan
5. TTV dalam untuk selalu menemani
rasa aman klien.
batas normal klien
6. Agara klien
merasa aman
karena
mendapatkan
perlindungan

5 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Dengan


aktivitas b.d tindakan penyebab keletihan penjelasan
kelemhan keperawatan 3.x individu. penyebab
fisik dan 24 jam keletihan maka
malaise. diharapkan keadaan klien
intolenrasi cenderung lebih
aktivitas teratasi 2. Bantu klien untuk tenaang.
mengubah posisi 2. Melatih klien
Kriteria hasil:
secara berkala, untuk setiap
bersandar, duduk dan aktivitas dan
5. Klien tidak
berdiri. kemandirian klien
lelah
dan mencegah
6. Tidak ada
dekubitus.
takikardi
3. Anjurkan klien untuk 3. Tirah baring akan
7. Dapat
tirah baring. meminimalkan
melakukan
energi yang
aktivitas
dikeluarkan
sehari-hari
sehingga
8. Dapat
metaolisme dapat
melakukan
digunakan untuk
perawatan
92

diri. penyembuhan
penyakit.
4. Keletihan dapat
segera dinimalkan
4. Observasi bersama
dengan
tingkat keletihan selam
mengurangi
24 jam meliputi waktu
kegiatan yang
puncak energi, waktu
dapat
kelelahan, aktivitas
menimbulkan
yang berhubungan
kelelahan.
dengan keletihan.
5. Memungkinkan
klien dapat
5. Bantu klien untuk
memprioritaskan
mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan
kemampuan-
yang sangat
kemampuan dan minat.
penting dan
meminimalkan
pengeluaran
energi untuk
kegiatan yang
kurang penting.

5. Implementasi pada Sdr.R (kasus 2)


Hari/ Wakt No. Implementasi Paraf
93

tanggal u Dx
Senin, 16 09. 35 1,2,3, 1. Melakukan bina trust dengan klien
April 2018 4,5 Respon:
- DS: klien mengatakan percaya dengan
tindakan perawat
- DO:klien dapat berkomunikasi dg baik
terhadap perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak sakit sedang

09.40 1,2,3, Melakukan TTV


4 - S: 38,2OC
- N: 112x/m
- RR: 22x/m
- TD: 130/90
09.45 1
1. Mengkaji demam klien
DS: klien mengatakan badannya masih
panas dingin
- DO: S: 38,2OC

2. Melakukan dan mengajarkan keluarga


tentang kompres hangat
Respon:
DS:
94

- Keluarga klien belum tahu cara


kompres yang terbaru untuk
menurunkan demam
DO:
- S: 38,2 OC
- Keluarga mampu melakukan kompres
hangat .
3. Memberikan informasi pada klien dan
keluarga mengenai penyebab timbulnya
hipertermi
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.

4. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya


mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1200 ml dan air hangat±500 ml
95

10.00 2 1. Menganjurkan pada klien untuk makan


dalam porsi sedikit tapi sering dan dalam
porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan makan habis 10
sendok, klien mengatakan masih mual
DO:
- Porsi makan habis ¼ dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan
dalam posisi tegak
Respon:
DS: klien mengatakan akan mengikuti
instruksi dari perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antiemetik
Respon:
Klien mendapat terapi obat ondancentron 4
mg dan Ranitidin 2x25 mg iv
10.30 3 1. Mengkaji kebutuhan eliminasi klien
Respon:
DS:
- Klien mengatakan belum BAB selama 3
hari
- Klien mengatakan perutnya terasa
begah
DO:
96

- Teraba massa di abdomen bawah


kuadran kiri
2. Identifikasi penyebab konstipasi pada klien
Respon:
DS: klien mengatakan jarang makan sayuran
dan buah-buahan
DO: -
3. Menganjurkan klien untuk minum air hangat
dan makan makanan yang berserat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
hangat 500 ml
- Klien mengatakan akan makan dengan
menu seimbang dan makan sayur-
sayuran dan buah-buahan
4. Memonitor adanya tanda ruptur/ peritonitis
Respon:
DS:
- Klien mengatakan tidak pernah BAB
darah

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian


obat laktatif
Respon:
- Klien mendapat terapi obat dulcolax
sup 5 mg
10.45 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Respon:
DS:
- Klien mengatakan cemas dengan
97

penyakitnya
- Klien mengatakan tidak tahu penyebab
sakitnya.
DO:
- Wajah klien tampak khawatir dan sedih
- Klien dan keluarga sering bertanya
tentang sakit yang diderita klien kepada
perawat
2. Memberikan penjelasan tentang penyakit
dan penyebab sakit yang dialami klien
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga klien mengatakan
lega dan tidak khawatir lg dengan sakit
yang diderita klien.
- Klien dan keluarga mengatakan akan
berperilaku hidup bersih dan sehat
setelah mengetahui penyebab dari sakit
yang dialami klien

DO:
- Klien dan keluarga tampak
menganggukan kepala saat diberikan
penkes
- Muka klien tampak tenang dan
menerima sakitnya
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Respon:
DS:
- Klien mengatakan lebih rileks dan lebih
98

tenang setelah melakukan relaksasi tarik


nafas dalam
- TD: 120/90 mmHg
- N: 99 x/m
- Rr: 20 x/m
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk
selalu menemani klien
Respon:
Klien selalu ditemani oleh keluarganya
dengan menjaganya secara bergantian.
12.00 2,3 Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
dengan memberikan obat antiemetik,
antipiretik dan laktatif

Respon:
- Klien mendapat terapi Dulcolax sup 5
mg, obat masuk lewat supp
- Klien mendapat ondancentron iv 4 mg,
obat masuk lewat IV
- Klien mendapat terapi ranitidin 2x25
mg, obat masuk lewat iv

15.10 5 1. Memberikan informasi kepada klien


tentang penyebab keletihan dan kelemahan
fisiknya
Respon:
DS: klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak khawatir lagi dengan
tubuhnya yang lemas selama sakit.
DO: klien tampak berbaring
2. Membantu klien untuk mengubah posisi
secara berkala, bersandar, duduk dan
99

latihan berdiri
Respon:
DS: klien mengatakan merubah posisinya
setiap 30 menit sekali, klien mengatakan
belum kuat berdiri lama karena masih
pusing
DO: klien tampak dibantu saat duduk
3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS: klien mengatakan akan memanfaatkan
waktu istirahatnya selama di rawat di RS.
4. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS: klien mengatakan belum berani BAK
18.00 1 ke kamar mandi sendiri karena takut jatuh
DO: aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
keluarga. BAK klien masih menggunakan
pispot. Klien mandi hanya di lap
menggunakan air hangat.
- Klien mendapat terapi paracetamol drip
2x500 mg, obat masuk lewat iv
Selasa, 08. 00 1,2,3, 1. Melakukan bina trust dengan klien
17 April 4,5 Respon:
2018 - DS: klien mengatakan percaya dengan
tindakan perawat
- DO:klien dapat berkomunikasi dg baik
terhadap perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
Respon:
100

- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak sakit sedang

08.10 1,2,3, Melakukan TTV


4 - S: 38OC
- N: 101x/m
- RR: 20x/m
08.15
- TD: 120/90
1
1. Mengkaji demam klien
DS: klien mengatakan demam masih naik
turun
- DO: S: 38OC
2. Melakukan kompres hangat
Respon:
DS:
- Keluarga klien mengatakan kompres
hangat dilakukan pada bagian lipatan
paha, lipatan aksila dan dahi klien dan
dilakukan minimal sehari 2x.

DO:
- S: 38OC
- Keluarga mampu melakukan kompres
hangat .
3. Memberikan informasi pada klien dan
keluarga mengenai penyebab timbulnya
hipertermi
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
101

perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
4. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±300 ml

08.25 2 1. Menganjurkan pada klien untuk makan


dalam porsi sedikit tapi sering dan dalam
porsi hangat
Respon:
DS: klien mengatakan makan habis 12
sendok, klien mengatakan masih mual
DO: porsi makan habis ¼ dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan
dalam posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan mengikuti
instruksi dari perawat
102

3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam


pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antiemetik
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mual bekurang
setelah mendapat terai obat
ondancentron dan ranitidin
DO:
- Klien mendapat terapi obat
ondancentron 4 mg dan Ranitidin 2x25
mg iv

08.40 3 1. Mengkaji kebutuhan eliminasi klien


Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah BAB 1x saat
sore hari setelah diberikan obat laktatif
- Klien megatakan merasa lega dan tidak
merasa penuh pada perut.

DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
DS:
103

- Klien mengatakan BAB baru 1 x


setelah diberikan obat laktatif saat sore
hari
DO:
- Frekuensi 1 x, konsistensi agak padat,
warna kuning kecoklatan, volume ±100
gr
3. Menganjurkan klien untuk minum air
hangat dan makan makanan yang berserat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
hangat 300 ml
- Klien mengatakan akan makan dengan
menu seimbang dan makan sayur-
sayuran dan buah-buahan
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat laktatif
Respon:
- Klien mendapat terapi obat dulcolax
sup 5 mg
11.00 5 1. Memberikan informasi kepada klien
tentang penyebab keletihan dan kelemahan
fisiknya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak khawatir lagi
dengan tubuhnya yang lemas selama
sakit.
DO: klien tampak berbaring
2. Membantu klien untuk mengubah posisi
104

secara berkala, bersandar, duduk dan


latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya
setiap 30 menit sekali, klien
mengatakan sudah latihan duduk tanpa
bantuan
DO:
- Klien tampak sedang tidur semi fowler

3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan


mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memanfaatkan
waktu istirahatnya selama di rawat di
RS.
4. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah bisa BAK
sendiri ke kamar mandi.

DO:

- Aktivitvas klien sebagain dibantu oleh


keluarga.
105

- Klien mandi hanya di lap menggunakan


air hangat.

12.00 2,3 Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat antiemetik dan
laktatif
Respon:
- Klien mendapat terapi Dulcolax sup 5
mg, obat masuk lewat supp
- Klien mendapat ondancentron iv 4 mg,
obat masuk lewat IV
- Klien mendapat terapi ranitidin 2x25
mg, obat masuk lewat iv

18.00 1 Klien mendapat terapi paracetamol drip


2x500 mg, obat masuk lewat iv

Rabu, 08. 00 1,2,3, 1. Melakukan bina trust dengan klien


18 April 4,5 Respon:
2018 DS:
- Klien mengatakan percaya dengan
tindakan perawat
DO:
- Klien dapat berkomunikasi dg baik
terhadap perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak sakit sedang
106

08.10 1,2,3, Melakukan TTV


4 - S: 36,7OC
- N: 100x/m
- RR: 20x/m
- TD: 120/80
08.15 1
1. Mengkaji demam klien
DS: klien mengatakan sudah tidak demam
DO: S: 36,7OC
2. Memberikan informasi kembali cara
mengatasi hipertermi pada klien dan
keluarga serta menjelaskan mengenai
penyebab timbulnya hipertermi

Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±500 ml
107

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian pct tab 500 mg (jika perlu)

08.25 2 1. Menganjurkan pada klien untuk makan


dalam porsi sedikit tapi sering dan dalam
porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mulai nafsu makan
- Klien mengatakan rasa mualnya
kadang-kadang saja
DO: porsi makan habis ½ dari porsi yang
disediakan

2. Menganjurkan pada klien untuk makan


dalam posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan mengikuti
instruksi dari perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antiemetik
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mual bekurang
setelah mendapat terai obat
ondancentron dan ranitidin
DO:
- Klien mendapat terapi obat
108

ondancentron 4 mg dan Ranitidin 2x25


mg melalui iv
08.40 3 1. Mengkaji kebutuhan eliminasi klien
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah BAB 2x saat
sore hari dan pagi hari.
- Klien megatakan merasa lega dan tidak
merasa penuh pada perut.

DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
DS:
- Klien mengatakan BAB sudah 2 x yaitu
sore dan pagi hari
DO:
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan, volume ±200gr
3. Menganjurkan klien untuk minum air
hangat dan makan makanan yang berserat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
hangat 600 ml
- Klien mengatakan akan makan dengan
menu seimbang dan makan sayur-
109

sayuran dan buah-buahan

11.00 5 1. Membantu klien untuk mengubah posisi


secara berkala, bersandar, duduk dan
latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya
setiap 30 menit sekali, klien
mengatakan sudah latihan duduk tanpa
bantuan
- Klien mengatakan sudah bisa
melakukan kegiatannya secara mandiri
DO:
- Klien tampak sedang tidur semi fowler
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memanfaatkan
waktu istirahatnya selama di rawat di
RS.
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah bisa BAK ke
kamar mandi dengan bantuan
keluarganya.

DO:
- Aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
110

keluarga.
- Klien mandi hanya di lap menggunakan
air hangat.

12.00 2 Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat antiemetik.
Respon:
- Klien mendapat ondancentron iv 4 mg,
obat masuk lewat IV
- Klien mendapat terapi ranitidin 2x25
mg, obat masuk lewat iv

Kamis, 08. 00 1,2,3, 1. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan


19 April 4,5 umum klien
2018 Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak lebih segar

08.10 1,2,3, Melakukan TTV


4,5 - S: 36,1OC
- N: 89x/m
- RR: 20x/m
- TD: 120/80 mmHg
08.15 1
1. Mengkaji demam klien
DS: klien mengatakan sudah tidak demam
DO: S: 36,1OC
2. Memberikan informasi kembali cara
mengatasi hipertermi pada klien dan
keluarga serta menjelaskan mengenai
penyebab timbulnya hipertermi
Respon:
111

DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±400 ml
08.25 2 1. Menganjurkan pada klien untuk makan
dalam porsi sedikit tapi sering dan dalam
porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan makan nafsu makan
mulai bertambah dibandingkan dengan
hari kemarin
- Klien mengatakan rasa mualnya
kadang-kadang saja
DO: porsi makan habis ¾ dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan
112

dalam posisi tegak


Respon:
DS: klien mengatakan akan mengikuti
instruksi dari perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan nasi tim

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian


obat antiemetik
Respon:
DS: klien mengatakan mual bekurang
setelah mendapat terai obat ondancentron
dan ranitidin
DO: Klien mendapat terapi obat
ondancentron 4 mg dan Ranitidin 2x25 mg
melalui iv
08.40 3 1. Mengkaji kebutuhan eliminasi klien
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah BAB 2x saat
sore hari dan pagi hari.
- Klien megatakan merasa lega dan tidak
merasa penuh pada perut.

DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
113

DS:
- Klien mengatakan BAB sudah 2 x yaitu
sore dan pagi hari
DO:
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan,
volume ±200gr

3. Menganjurkan klien untuk minum air


hangat dan makan makanan yang berserat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
hangat 400 ml
- Klien mengatakan akan makan dengan
menu seimbang dan makan sayur-
sayuran dan buah-buahan

11.00 5 4. Memberikan informasi kepada klien


tentang penyebab keletihan dan kelemahan
fisiknya
Respon:
DS: klien mengatakan pengetahuannya
bertambah dan tidak khawatir lagi dengan
tubuhnya yang lemas selama sakit.
DO: klien tampak duduk di tempat tidur
5. Membantu klien untuk mengubah posisi
secara berkala, bersandar, duduk dan
latihan berdiri
Respon:
DS:
- Klien mengatakan merubah posisinya
setiap 30 menit sekali, klien
114

mengatakan sudah latihan duduk tanpa


bantuan
DO: -

6. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan


mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memanfaatkan
waktu istirahatnya selama di rawat di
RS.
7. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah bisa BAK dan
BAB ke kamar mandi secara mandiri.
DO:
- Klien mengatakan sudah bisa
melakukan kegiatannya secara mandiri

12.00 2 Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter


dengan memberikan obat antiemetik.
Respon:
- Klien mendapat ondancentron iv 4 mg,
obat masuk lewat IV
- Klien mendapat terapi ranitidin 2x25
mg, obat masuk lewat iv
115

6. Evaluasi Keperawatan pada Sdr.R (Kasus 2)


Hari/ No Catatan Perkembangan Paraf
tanggal DX
Senin, 16 1 S: -
April 2018
- Klien mengatakan badannya demam
- Klien mengatakan panas dingin
- Keluarga mengatakan paham tentang hipertremi
dan cara penanganannya
- Setelah diajarkan oleh perawat
- Klien mengatakan minum air putih 1200 ml, dan
air hangat ±500 ml
O:
- S: 38,2OC
- N: 112 x/m
- Rr: 22 x/m
- TD: 130/90 mmHg
- Dilakukan kompres hangat
- Keluarga klien paham tentang apa yang dijelaskan
oleh perawat yaitu tentang hipertermi dan cara
penanganannya
- Keluarga klien mampu melakukan kompres
hangat
- Klien mendapatkan terapi obat pct drip 2x500 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
2 S:
116

- Klien mengatakan masih mual


- Klien mengatakan tidak nafsu makan karena perut
terasa penuh
- Klien mengatakan makan hanya 10 sendok
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi
perawat yaitu makan selagi hangat , makan sedikit
tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
mendapat terapi obat antiemetiktetapi hanya
beberapa jam saja
O:
- Porsi makan habis ¼ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 58 kg
- Klien mendapat terapi antiemetik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
3 S:
- Klien mengatakan belum BAB selama 3 hari
- Klien mengatakan perutnya terasa penuh
- Klien mengatakan jarang makan sayur-sayuran
dan buah-buahan
O:
- Teraba massa di abdomen bawah kuadran kiri
- Klien mendapat terapi obat dulcolax sup 5 mg
- Tidak ada tanda ruptur usus/ peritonitis.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-8
4 S:
- Klien mengatakan paham dengan apa yang
dijelaskan perawat
117

- Klien mengatakan lega dan tidak khawatir lagi


dengan sakit yang dideritanya.
- Klien mengatakan akan berperilaku hidup bersih
dan sehat setelah mengetahui penyebab dari
sakitnya.
- Klien mengatakan tenang dan merasa nyaman
setelah melakukan relaksasitarik nafas dalam
- Klien yakin bahwa sakitnya akan segera sembuh
O:
- Klien tampak mengangguk saat perawat
menjelaskan tentang sakitnya
- Klien tampak tenang dan sudah menerima
sakitnya setelah diberikan penkesoleh perawat.
- Klien tampak rileks setelah diajarkan relaksasi
tarik nafas dalam
- Klien selalu ditemani oleh keluarganya dengan
menjaganya secara bergantian.
- TD: 120/90 mmHg
- N: 99 x/m
- Rr: 20 x/m
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan interensi
5 S:
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya
- Klien mengatakan BAK menggunakan pispot,
karena jika berdiri merasa akan jatuh
- Klien mengatakan sedikit tenang setelah diberi
penjelasan oleh perawat tentang penyebab
kelemahan fisiknya
118

O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Selasa, 17 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan demam masih naik turun
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat±300 ml
O:
- S: 38OC
- N: 101 x/m
- Rr: 20 x/m
- TD: 120/90 mmHg
- Dilakukan kompres hangat
- Keluarga klien paham tentang apa yang dijelaskan
oleh perawat yaitu tentang hipertermi dan cara
penanganannya
- Keluarga klien mampu melakukan kompres
hangat
- Klien mendapatkan terapi obat pct drip 2x500 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
2 S:
- Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan makan hanya 12 sendok
119

- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi


perawat yaitu makan selagi hangat , makan sedikit
tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
mendapat terapi obat antiemetiktetapi hanya
beberapa jam saja
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 58 kg
- Klien mendapat terapi antiemetik

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi 1-6
3 S:
- Klien mengatakan sudah BAB 1x pada sore hari
setelah diberikan obatlaktatif.
- Klien mengatakan lega dan tidak merasa penuh
pada perutnya.
- Klien mengatakan akan meminum air hangat dan
lebih banyak minum airputih.
O:
- Tidak teraba massa di abdomen bawah kuadran
kiri
- Frekuensi 1 x, konsistensi agak padat, warna
kuning kecoklatan, volume ±100 gr
- Klien mendapat terapi obat dulcolax sup 5 mg
- Tidak ada tanda ruptur usus/ peritonitis.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,7,8

5 S:
120

- Klien mengatakan lemas


- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya
- Kllien mengatakan sudah bisa BAK sendiri ke
kamar mandi.
O:
- Klien tampak sakit sedang
- Aktivitas klien masih dibantu keluarganya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Rabu, 18 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan demasudah tidak demam
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat±500 ml
O:
- S: 36,7OC
- N: 100 x/m
- Rr: 20 x/m
- TD: 120/80 mmHg
- Klien mendapatkan terapi obat pct tab 500 mg
(jika perlu)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2,3,6
2 S:
- Klien mengatakan mual kadang-kadang saja
- Klien mengatakan muali nafsu makan
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi
perawat yaitu makan selagi hangat , makan sedikit
tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
121

mendapat terapi obat antiemetiktetapi hanya


beberapa jam saja
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 58 kg
- Klien mendapat terapi antiemetik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-6

3 S:
- Klien mengatakan sudah BAB 2x pada sore dan
pagi hari setelah diberikan obat laktatif.
- Klien mengatakan lega dan tidak merasa penuh
pada perutnya.
- Klien mengatakan akan meminum air hangat dan
lebih banyak minum airputih.
O:
- Tidak teraba massa di abdomen bawah kuadran
kiri
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, volume ±200 gr
- Tidak ada tanda ruptur usus/ peritonitis.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-8
5 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan aktivitasnya hanya sebagian
dibantu oleh keluarganya
- Kllien mengatakan sudah bisa BAK dan BAB
122

sendiri ke kamar mandi.


O:
- Klien tampak fresh
- Aktivitas klien sebagian masih dibantu
keluarganya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Kamis, 19 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan sudah tidak demam
- Klien mengatakan badannya sduah merasa enak
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat ±400 ml
O:
- S: 36,1OC
- N: 89x/m
- RR: 20x/m
- TD: 120/80 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-6
2 S:
- Klien mengatakan sudah tidak mual
- Klien mengatakan nafsu makan bertambah
dibandingkan hari kemarin
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
mendapat terapi obat antiemetik
O:
123

- Porsi makan habis ¾ dari porsi yang disediakan


- BB : 58 kg
- Klien mendapat teapi antiemetik
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
5 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap 30
menit sekali
- Klien mengatakan sudah bisa duduk dan berdiri
tanpa bantuan
- Klien mengatakan BAK dan BAB sudah di kamar
mandi secara mandiri
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan
mengatur jadwal agar istirahat lebih teratur
O:
- Klien tampak melakukan aktivitasnya secara
mandiri
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intrvensi
124

BAB 4
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkan pada teori kasus tifoid ditandai dengan :
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak nyaman di perut, batuk, epistaksis, bradikardi
relatif, lidah tifoid (kotor ditengah, tepi dan ujung berwarna merah disertai
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus dan gangguan kesadaran
jika sudah parah (Wibisono, 2014).
Hasil pengkajian pada klien Nn. N ditemukan :
Demam, lemas, anoreksia, lidah kotor ditengah, tepi dan ujung, berat badan
turun 2 kg dari 52 kg menjadi 50 kg, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
x/m, suhu 38 oC, pernapasan 20 x/m. Berdasarkan paparan kasus Nn. N
gejala konstipasi, diare, epitaksis dan penurunan kesadaran tidak ditemukan
seperti yang dijelaskan pada teori karena kasus tifoid pada Nn.N terjadi pada
minggu pertama dan kedua sehingga bakteri tidak menyebar luas dan
125

masalah yang terjadi bisa segera ditangani dan tidak menimbulkan gejala
yang lebih parah seperti terjadinya penurunan kesadaran.
Hasil pengkajian pada Sdr.R ditemukan :
Demam, lemas, mual, tidak nafsu makan, konstipasi, berat badan turun 1 kg
dari 59 kg ke 58 kg, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 38,2 oC, nadi 112
x/m, pernapasan 22 x/m.Berdasarkan paparan kasus Sdr.R epitaksis dan
penurunan kesadaran tidak ditemukan. Berbeda dengan kasus Nn.N, pada
kasus Sdr.R ditemukan adanya gejala konstipasi, hal ini bisa disebabkan
karena bakteri telah mengalami inflamasi pada pembuluh limfe dan masuk
ke usus sehingga menyebabkan peristaltik usus menurun dan menimbulkan
konstipasi. Selain itu konstipasi yang terjadi pada Sdr.R dipengaruhi oleh
faktor predisposisi Sdr.R yang jarang makan sayur-sayuran, buah-buahan
dan kurangnya cairan yang tidak mencukupi.

B. Diagnosa Keperawatan 125


Menurut Muttaqin & Kumala (2011), diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada penyakit demam typhoid adalah:
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d injury saluran gastrointestinal
3. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan nutrisi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat.
5. Diare b.d proses infeksi
6. Konstipasi b.d asupan cairan yang tidak mencukupi
7. Gangguan pola tidur b.d suhu dan lingkungan sekitar
8. Ansietas b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi
9. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, salah interpretasi
informasi.
10. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum
Pada kasus Nn. N diagnosa yang muncul sesuai dengan teori mencakup:
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
126

Hipertermi yang terjadi diasebabkan oleh bakteri salmonella thypi yang


masuk ke saluran pencernaan dan menginfeksi usus halus sehingga
megalami inflamasi dan mengakibatkan ganggaun termoregulasi yang
kemudian ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Pada kasus
Nn.N ditandai dengan suhu tubuh 38oC
2. Gg. rasa nyaman: nyeri b.d hepatomegali & splenomegali akibat agen
injuri bakteri salmonella typhi yang berkembang di hati dan limfa.
Pada kasus Nn.N gangguan rasa nyaman nyeri ditandai klien mengeluh
nyeri pada abdomen kuadran kiri bawah dengan skala nyeri 3-4 dari skor
0-10
3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, muntah dan anoreksia.
Diagnosa resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
Nn.N ditandai dengan klien hanya menghabiskan ¼ porsi makanan dari
yang telah disediakan, konjungtiva anemis, anoreksia, BB turun dari 52
kg menjadi 50 kg.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan malaise.
Intoleransi aktivitas pada Nn.N ditandai dengan keadaan umum klien
yang tampak lemah, sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
klien terpasang IVFD asserimg. Selain itu, data yang mendukung
penegakan diagnosa intoleransi aktivitas adalah klien mengatakan
badannya lemas dan saat berdiri akan jatuh.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus Nn.N antara lain:
1. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan nutrisi
2. Diare b.d proses infeksi
3. Konstipasi b.d asupan cairan yang tidak mencukupi
4. Ansietas b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi
5. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, salah interpretasi
informasi.
Pada kasus Sdr. R diagnosa yang muncul sesuai dengan teori mencakup:
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
127

Data yang mendukung penegakan diagnosa hipetermi pada Sdr.R adalah


klien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu dan suhu tubuh yang
mencapai 38,2 OC.
2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, muntah dan anoreksia.
Data yang mendukung yaitu klien mengatakan tidak nafsu makan karena
mual, klien hanya menghabiskan ¼ porsi makanan konjungtiva anemis
(Hb: 13,3) dan berat badan yang turun yaitu dari 59 kg menjadi 58 kg.
3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) b.d peningkatan reabsorpsi cairan
di usus.
Gangguan eliminasi BAB konstipasi pada Sdr.R ditegakkan dari data
yang mendukung seperti klien mengatakan tidak bisa BAB semenjak 3
hari SMRS, teraba massa di abdomen kuadran kiri bawah dan bising
usus 9 x/m.

4. Gangguan rasa aman: cemas b.d kurangnya pengetahuan klien tentang


Gangguan rasa aman:cemas disebabkan karena kurangnya pengetahuan
klien tentang penyakitnya sehingga menimbulkan stressor psikologi:
cemas.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan malaise.
Intoleransi aktivitas pada Sdr.R ditandai dengan keadaan umum klien
yang tampak lemah, sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
klien terpasang IVFD asserimg. Selain itu, data yang mendukung
penegakan diagnosa intoleransi aktivitas adalah klien mengatakan
badannya lemas, saat berdiri akan jatuh, konjungtiva anemis, Hb 13,3
mg/dl.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus Sdr.R antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d injury saluran gastrointestinal
2. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan nutrisi
3. Diare b.d proses infeksi
4. Gangguan pola tidur b.d suhu dan lingkunganseitar
128

5. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, salah interpretasi


informasi.

C. Intervensi
1. Intervensi pada teori yaitu :
- Tirah baring lama,
- Oberservasi tanda-tanda vital,
- Terapi supportif misalnya pemberian cairan elektrolit bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan,
- Vitamin,
- Mineral yang dibutuhkan tubuh,
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan,
pemeriksaan laboratorium lengkap.

2. Intervensi pada kasus yaitu :


- Menganjurkan untuk tirah baring,
- Melakukan observasi tanda-tanda vital,
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
- Melakukan tindakan keperawatan dalam pengurangan rasa nyeri,
- Monitor intake dan output makanan,
- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan,
- Mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur,
- Manajemen konstipasi,
- Mengkaji tingkat kecemasan,
- Membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Kolaborasi dalam pemberian cairan iv, terapi medikasi serta
pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan paparan diatas pada data kasus Nn. N dan Sdr. R pemeriksaan
laboratorium yang tidak dilakukan menurut teori yaitu uji tubex, uji
129

typhidot, uji IgM dipstick, pemeriksaan feces, pemeriksaan bakteriologis,


dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada kasus Nn.N dan Sdr.R meliputi pemeriksaan darah, uji widal dan
pemeriksaan urine.

D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
1. Hipertermi
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Memberikan informasi pada klien dan keluarga klien mengenai
penyebab timbulnya hipertermi dan tindakan yang akan dilakukan,
melakukan observasi TTV terutama suhu tubuh minimal setiap 2 jam
sesuai dengan kebutuhan, mengjarkan klien pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk mecegah dehidrasi,
memberikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, dan kening,
melepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya
selembar kain, kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
antipiretik dan memberikan terapi cairan ivfd (klien mendapat terapi
cairan ifvd RL 30 tpm).
2. Nyeri
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Memberikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab, seberapa lama
nyeri akan berakhir, melakukan observasi nyeri yang komperhensif
meliputi lokasi, karakteristik, awitan, frekensi, intesitas atau tingkat
keparahan nyeri, memberikan massase punggung dan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik nonfamakologi yaitu distraksi, relaksasi,
terapi musik, kompres hangat sebelum, setelah nyeri terjadi atau
meningkat, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
3. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Mengjarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan, mengawasi
pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering,
130

mempertahankan hyegiene mulut yang baik sebelum makan dan


sesudah makan, anjurkan makan sedikit tapi sering , anjurkan makan
dalam posisi duduk tegak, kolaborasikan dengan advice dokter dalam
pemberian obat antiemetik dan analgesik sebelum makan atau sesuai
dengan jadwal yang dianjurkan.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemhan fisik dan malaise
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Memberikan informasi penyebab keletihan individu, membantu klien
untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk dan
berdiri,menganjurkan klien untuk tirah baring, observasi bersama
tingkat keletihan selam 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu
kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, membantu
klien untuk mengidentifikasi kemampuan-kemampuan dan minat.
5. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi)
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Mengkaji kebutuhan elminasi klien, menganjurkan klien untuk minum
air hangat, monitoring bising usus, monitoring feces, frekuensi,
konsistensi dan volume, monitor resiko adanya tanda ruptur usus/
peritonitis, mengidentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat laktatif, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian diit tinggi serat.
6. Gangguan rasa aman: cemas
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya,
mengkaji tingkat kesemasan klien, memberikan penjelasan tentang
penyakit, penyebab, dan pengobatannya, mengjarkan teknik relaksasi
dan distraksi, membatasi jumlah pengunjung, menganjurkan keluarga
untuk selalu menemani klien.

E. Evaluasi
Pada kasus Nn. N evaluasi tindakan dari 4 diagnosa yang sudah tercapai
semua yaitu masalah hipertermi, nyeri, dan intoleransi aktivitas.
131

Didapatkan data suhu terakhir Nn.N yaitu 36,5 OC, skala nyeri 1-2 (nyeri
ringan), dan klien sudah bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
Sedangkan untuk diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
baru tercapai sebagian karena klien masih menunjukkan rasa mual
walaupun sifatnya hilang timbul, dan berat badan belum menunjukkan
kenaikan yang signifikan.
Pada kasus Sdr.R evaluasi tindakan yang sudah tercapai semua yaitu
masalah hipertermi, gangguan eliminasi BAB (konstipasi), gangguan
rasa aman dan intoleransi aktivitas. Didapatkan data suhu 36,1 OC,
eliminasi BAB sudah 1x/hari dengan konsistensi lunak, tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda konstipasi, klien sudah merasa aman
dan tidak cemas karena pengetahuan klien tentang penyakitnya sudah
bertambah, klien sudah menunjukkan aktivitas secara mandiri dan klien
sudah tidak mengalami rasa mual, porsi makan klien meningkat dari
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa paparan kasus tersebut diatas secara teori tidak ada
perbedaan yang signifikan antara penanganan kasus pada Nn.N dan
Sdr.R, hanya saja pada manifestasi klinis dan diagnosa ada perbedaan
karena masing-masing individu mempunyai daya imun dan respon tubuh
yang berbeda dalam merespon suatu penyakit.
132

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada klien Nn. N, penulis menemukan gejala klinis
seperti demam, lemas, anoreksia, lidah kotor ditengah, tepi dan ujung,
berat badan turun 2 kg dari 52 kg menjadi 50 kg, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 x/m, suhu 38 oC, pernapasan 20 x/m. Hasil pengkajian
pada Sdr.R penulis menemukan gejala klinis seperti demam, lemas, mual,
tidak nafsu makan, konstipasi, berat badan turun 1 kg dari 59 kg ke 58
kg, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 38,2oC, nadi 112 x/m, pernapasan
22 x/m.Berdasarkan dengan kasus Nn.N dan Sdr. R, pada kasus Sdr.R
ditemukan adanya gejala konstipasi, hal ini bisa disebabkan karena
133

bakteri telah mengalami inflamasi pada pembuluh limfe dan masuk ke


usus sehingga menyebabkan peristaltik usus menurun dan menimbulkan
konstipasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data, penulis mengangkat
empat diagnosa aktual yang terjadi Nn. N dan lima diagnosa aktual pada
kasus Sdr. R.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun intervensi keperawatan penulis menyusun sesuai
dengan rencana asuhan keperawatan menurut teori NANDA (2012) dan
disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh klien dan S.P.O yang ada
di RS Mulya Ciledug Tangerang.
4. Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan sesuai dengan indikasi dan S.P.O yang ada di
RS Mulya Ciledug Tangerang.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilaksanakan setiap hari yakni sebelum pertukaran
133 yang dilaksanakan dalam evaluasi
dinas pagi ke dinas siang. Kegiatan
keperawatan yakni mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan pada
Nn.N dan Sdr.R.

B. Saran
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan demam tifoid hendaknya dilakukan
secara komprehensif untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Hal yang
harus lebih diperhatikan adalah mengenai keurangan cairan karena pada kasus
tifoid umunya pasien mengalami demam dimana jika tidak segera ditangani
maka akan menimbulkan dehidrasi dan berisiko terjadi gangguan
kseimbangan dan elektrolit.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan keluarga pasien dalam
menangani kasus demam tifoid secara mandiri:
134

1. Pisahkan anak penderita demam tifoid dari saudara-saudaranya untuk


menghindari penularan. Bahkan bila ibu menemani, tidak disarankan untuk
tidur bersama dengan anak yang sakit. Sebaiknya tempatkan anak yang
sakit di kamar tersendiri, tentunya dengan perhatian penuh dari kedua
orang tua untuk menghindari perasaan terisolir/kesepian pada anak
tersebut.
2. Upayakan klien dengan demam tifoid beristirahat total di tempat tidur
sampai demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua minggu.
Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali.
Jelaskan pada anak bahwa untuk mandi, buang air besar dan kecil harus
meminta pertolongan kepada ibu atau orang dewasa lainnya yang ada di
rumah.
3. Ingatkan kepada siapa saja yang membantu untuk selalu mencuci tangan
dengan desinfektan sebelum dan sesudah kontak dengan anak yang sakit.
4. Seperti halnya di rumah sakit, orang tua perlu mengukur suhu tubuh anak
dan mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk
dikonsultasikan ke dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang
tinggi.
5. Biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkan sampai suhu
tubuh turun. Jika obat hampir habis, sementara suhu tubuh makin tinggi,
konsultasikanlah ke pelayanan medis atau dokter karena mungkin
membutuhkan perawatan yang lebih intensif di rumah sakit.
6. Untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh, upayakan agar
anak banyak minum air putih, dikompres dengan air hangat, dan jangan
menutupinya dengan selimut agar penguapan suhu lebih lancer.
7. Berikan makanan yang mengandung banyak cairan dan bergizi seperti sop
dan sari buah, juga makanan lunak, seperti bubur.
135

Daftar Pustaka

Acta Medica Indonesia. Hatta, Mochammad, Ratnawati (2008). Enteric fever in


endemic areas of Indonesia:an increasing problem of resistance
Algerina, A. (2008). Demam Tifoid dan lnfeksi Lain dari Bakteri Salmonella.
Diperoleh tanggal 5 Mei 2018 dari
http://medicastore.com/penyakit/10/Demam_Tifoid.html.
Anonim (2008). Confidence in typhoid fever diagnosis. IDL Biotech AB
Anonim (2010). Indonesia Health Profile. Jakarta: Ministry of Health RI
Arif Rakhman (2009). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian DemamTifoid pada Orang Dewasa. Yogyakarta
Atif, Sitwat (2011). Evaluation of Typhidot (IgM) in Early and RapidDiagnosis
of Typhoid Fever. Professional Med J Apr-Jun 2011; 18(2): 259-264
136

Depkes RI (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Diperoleh tanggal 5 Mei


2018 dari http://www.depkes.go.id
Intan, M.F (2010). Uji Diagnostik Pemeriksaan Tubex TF dan Widal terhadap
Baku
Emas Kultur Salmonella typhi pada Penderita Tersangka Demam
Tifoid. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Marleni M (2012). Ketepatan Uji Tubex TF dibandingkan Nested-PCR dalam
Mendiagnosis Demam Tifoid pada Anak pada Demam Hari ke-4.
Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Nainggolan, R.N.F (2009). Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematang Siantar-Medan
Nurvina (2013). Buku Panduan Metode dan Teknik Promosi Kesehatan Dan
Pemberdayaan Keluarga. Jakarta: Depkes RI
Okky P. Pramitasari (2013). Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid
pada Penderita yangDirawat di RSUD Ungaran. Semarang
Putra, A (2012). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Demam
Tifoid
terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Rahayu, E (2013). Sensitivitas uji widal dan tubex untuk diagnosis demam tifoid
berdasarkan kultur darah. Semarang:
vi Universitas Muhammadiyah
Semarang
Rokhmah, Nikmatur & Saiful Wahid (2012). Proses Keperawatan Teori dengan
Aplikasi NOC-NIC. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Rustandi D. Melda S (2010). Demam Tifoid. Bandung: Universitas Padjajaran
Sudoyono, A.W (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Widodo, Joko. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Widoyono, (2012). Penyakit Kronis: Epidemologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Semarang: Erlangga
137

Wibisono Elita et.al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius

vii

Anda mungkin juga menyukai