Disusun Oleh
1
2
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Profesi Ners
Disusun Oleh
Puji Syukur alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TIFOID DI RUANG EBONY RS MULYA CILEDUG KOTA
TANGERANG TAHUN 2018.
Adapun dalam pembuatan KTI ini, saya banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, namun berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
saya dapat menyelesaikan KTI ini dengan baik.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT
2. Sayyidina Rosulullah Muhammad SAW
3. Ketua STIKes IMC Bintaro
4. Ketua Program Studi Profesi Ners STIKes IMC Bintaro
5. Direktut, Diklat dan Kabid RS Mulya
6. Ns. Yogie Erlangga Haq, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pembimbing
7. Kepada Suami, anak dan keluarga, dengan doa, pengertian dan dukungannya,
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
serta doa selama pembuatan KTI.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal
ibadah.
Saya menyadari bahwa penyusunan KTI ini masih jauh dari sempurna, maka
apabila ada kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari semua
pihak. Akhirnya dengan segala keterbatasan, saya mengharapkan KTI ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya saya.
Penulis
ii iv
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ....................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 4
v
viiv
BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..................................................................................... 125
B. Diagnosa ....................................................................................... 128
C. Intervensi ...................................................................................... 128
D. Implementasi.................................................................................. 129
E. Evaluasi ......................................................................................... 131
A. Latar Belakang
Demam tifoid telah menjadi masalah yang cukup penting di beberapa
negara. WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia
mencapai 17 juta kasus demam tifoid. Data surveilans saat ini memperkirakan
di Indonesia ada 600.000 – 1,3 Juta kasus demam tifoid tiap tahunnya dengan
lebih dari 20.000 kematian (WHO, 2012).
WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia, Indonesia merupakan
negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per
100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini
tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar
daerah (Widoyono, 2011).
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya, Salmonella typi (Alba,
2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yag terkontaminasi (Mogasale,
2016).
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 memperlihatkan bahwa gambaran
10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap inap di rumah sakit, prevalensi
kasus demam typhoid sebesar 5,13%. Penyakit ini termasuk dalam kategori
penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%. Demam tyhphoid
menurut karakteristik responden tersebar merata menurut umur dan merata
pada umur dewasa, akan tetapi prevlensi demam typhoid banyak ditemukan
pada umur (5-19 tahun) sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar
0,8%. Prevalensi demam typhoid menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaan, dengan pendidikan rendah dan dengan
jumlah pengeluaran rumah tangga rendah (Depkes RI, 2012).
Angka kejadian kasus demam typhoid di Indonesia diperkirakan rata-rata
900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil
2
laki-laki 115 dan pasien perempuan 135 dengan rata-rata umur 5-40 tahun.
Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “Aplikasi Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan “Tifoid” pada Nn.N dan Sdr.R di ruang Ebony lantai 4 RS Mulya
Ciledug Kota Tangerang”.
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah Aplikasi Asuhan Keperawatan pada Nn.N dan Sdr.R dengan
gangguan sistem pencernaan “Tifoid” di ruang Ebony lantai 4 RS.Mulya
Ciledug Kota Tangerang”.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus:
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien tifoid melalui pendekatan dengan proses
keperawatan baik anak maupun dewasa.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tifod.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan tifoid.
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan tifoid.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan tifoid.
e. Dapat melakukan evaluasi pada klien dengan tifoid.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan
kesehatan mengenai penyakit tifoid.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien mengenai tifoid.
4
3. Bagi Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami
tentang penyakit tifoid dan yang bisa dilakukan keluarga untuk
menanganinya.
4. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien tifoid untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
E. SISTIMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, Konsep dasar yang menjelaskan tentang pengertian, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.
Bab III, Tinjauan kasus yang membahas tentang kasus yang di kelola di ruang
ebony lantai 4 RS Mulya Kota Tangerang mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, tindakan keperawatan sampai
dengan catatan perkembangan.
Bab IV, Pembahasan yang berisi diagnosa yang muncul dan diagnosa yang
tidak muncul pada kasus.
Bab V, Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
5
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et al, 2014).
Thypus Abdomalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
yang disebabkan oleh salmonella typhosa. (Nugroho, 2011 ; 187)
Demam Typhoid atau tifus abdomalis merupakan penyakit infeksi
perut yang masih banyak ditemukan pada anak dan orang dewasa.
Penyakit ini mulai sering ditemukan pada anak setelah usia dua tahun.
(Suririnah, 2010 ; 307).
Demam Typhoid/tifus merupakan penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (Febry,
2010 ; 109).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman salmonella thyposayang terjadi pada usus halus dengan gejala
demam dan disertai dengan gangguan pada sistem pencernaan lainnya.
B. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonellaparatyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai
flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 OC) selama 15 – 20
menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi (Rahayu E, 2013).
55
6
C. Patofisiologi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus
kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke
lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque
peyeri ileu distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam
makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia
pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini
kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di
luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi
darah lagi yang mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
malaise, sakit kepala dan sakit perut (Sudoyo A.W, 2010).
Imunitas humoral pada demam tifoid berperan dalam menegakkan
diagnosis berdasarkan kenaikan titer antibodi terhadap antigen kuman
S.typhi. Imunitas seluler berperan dalam penyembuhan penyakit,
berdasarkan sifat kuman yang hidup intraselluler. Adanya rangsangan
antigen kuman akan memicu respon imunitas humoral melalui sel limfosit
B, kemudian berdiderensiasi menjadi sel plasma yang akan mensintesis
immunoglobulin (Ig). Yang terbentuk pertama kali pada infeksi primer
adalah antibodi O (IgM) yang cepat menghilang, kemudian disusul
antibodi flagela H (IgG). IgM akan muncul 48 jam setelah terpapar
antigen, namun ada pustaka lain yang menyatakan bahwa IgM akan
muncul pada hari ke 3-4 demam (Marleni, 2012; Rustandi 2010).
9
Saluran pencernaan
Energi yg dihasilkan sedikit
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wibisono et al (2014), masa inkubasi sekitar 10-14 hari. Gejala
yang timbul beravariasi dari ringan sampai berat, tanda dan gejalanya
yaitu:
1. Minggu Pertama
Muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
nyaman di perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola
seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
2. Minggu Kedua
Gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah
typhoid (kotor ditengah, tepid dan ujung berwarna merah disertai
tremor). Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan
kesadaran dan yang lebih jarang berupa roseolae.
3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin.
4. Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam
tifoid.
11
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2011;492) dan Menurut Wibisono et al (2014),
pemeriksaan penunjang untuk demam thypoid antara lain:
1. Pemeriksaan Darah
Untuk mengidentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang
terbatas malabsobsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan
penghancuran seldarah merah dalam peredaran darah. Leukopenia
dengan jumlah leukosit antara 3000-4000 mm3 ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran leukosit oleh
endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari tepi.
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
pertama.
2. Uji Widal
Deteksi titer terhadap salmonella typhi dan salmonella paratyphi yakni
aglutinin O (dari tubuh kuman) dan agglutinin H (flagela kuman).
Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama
demam, puncak pada minggu ke empat da tetap tinggi dalam beberapa
minggu dengan peningkatan agglutinin O terlebih dahulu baru diikuti
aglutinin H. Aglutinin O menetap 4-6 bulan sedangkan agglutinin H
menetap 9-12 bulan. Titer antibodi O >1:320 atau antibody H >1:640
menguatkan diagnosis pada gambaran klinis yang khas.
3. Uji TUBEX
Uji semikuantitatif kolometrik untuk deteksi antibodi anti salmonella
typhi 0-9. Hasil positif menunjukan salmonellae serogroup D dan tidak
spesifik salmonella typhi. Infeksi salmonella paratyphi menunjukan
hasil negative. Sensitivitas 75-80% dan spesifisitas 75-90%.
4. Uji Typhidot
Deteksi IgM dan IgG pada protein membran luar salmonella typhi.
Hasil positif diperoleh 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik
12
F. Penatalaksanaan
Menurut Inawati (2009) penatalaksanaan pada pasien demam typhoid
antara lain:
1. Tirah baring minimal 7-14 hari sampai bebas demam
2. Terapi supportif misalnya pemberian cairan elektrolit bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh.
3. Obat:
a. Klorampenicol
b. Tiamfenikol
13
c. Ko-trimoksazol
d. Ampisilin dan amoksilin
e. Sefalosporin
f. Fluorokinolon
g. Furazolidon
h. Paracetamol
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau
sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,
dalam penderita penyakit thypoid.
H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin & Kumala (2011), diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada penyakit demam typhoid adalah:
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
2. Nyeri akut b.dinjurysaluran gastrointestinal
3. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan asupan nutrisi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang
tidak adekuat
5. Diare b.d proses infeksi
6. Konstipasi b.d asupan cairan yang tidak mencukupi
7. Gangguan pola tidur b.d suhu dan lingkungan sekitar
8. Ansietas b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi
17
I. Rencana Keperawatan
Menurut NANDA (2012), dalam rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit typhoid adalah:
Diagnosa Tujuan Intervensi
Hipertermi b.d proses Suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu tubuh
inflamasi bakteri batas normal minimal tiap 2 jam
salmonella typhi. 2. Monitor TTV
3. Monitor suhu kulit
dan warna
4. Monitor tanda-tanda
hipertermi
5. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
6. Ajarkan pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
7. Ajarkan indikasi
dari hipertermi dan
penanganan yang
diperlukan
8. Ajarkan kompres
hangat
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
antipiretik
18
6. Dorong masukan
oral
elektrolit dalam
batas normal
3. Jelaskan obat-
obatan yang
diberikan, efek
samping dan
kegunaannya
4. Tingkatkan
keseimbangan
cairan
5. Anjurkan banyak
mimum air
6. Biasakan cuci
tangan dengan
sabun dan air tiap
kali sesudah buang
air besar atau kecil
dan sebelum
menyiapkan
maknaan.
Konstipasi b.d asupan Konstipasi menurun 1. Mempertahankan
cairan yang tidak pola eliminasi
mencukupi defekasi yang
teratur
2. Manajemen
konstipasi
3. Manajemen cairan:
tingkatkan
keseimbangan
carian dan cegah
komplikasi akibat
kadar cairan yang
21
4. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
persepsi
5. Instruksikan pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
6. Temani pasien
untuk memberikan
kenyamanan dan
mengurangi sakit
Defisiensi Pasien mampu 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan b.d melaksanakan apa awal pasien dan
keterbatasan kognitif, yang telah keluarga
salah interpretasi diinformasikan 2. Jelaskan proses
informasi. penyakit dengan
cara yang tepat
3. Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit
4. Berikan pada pasien
dan keluarga tentang
informasi yang tepat
Intoleransi aktifitas b.d Aktivitas kembali 1. Bantu klien untuk
kelemahan umum. normal mengidentifikasi
aktifitas yang
mampu dilakukan
2. Bantu untuk
memilih aktifitas
konsisten yang
23
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
3. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktifitas
4. Bantu pasien/
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
5. Monitor respon
fisik, emosi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Kasus Pertama
Nn. N usia 22 tahun anak kedua yang mempunyai kakak satu perempuan
usia 25 tahun dan adik satu laki-laki usia 17 tahun. Klien adalah seorang
mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri daerah Jakarta. Klien
pertama kali masuk ke UGD RS Mulya Tangerang pada tanggal 12 Februari
2018 jam 20.20 WIB diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak nafsu
makan, demam, lemas, pusing, mual sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan
tidak ada muntah dan tidak ada batuk. Saat dilakukan pengkajian di ruang
ebony lantai 4 tanggal 13 Februari 2018 jam 08.45 WIB klien mengatakan
demam masih naik turun, mual (ada), tidak ada muntah , nafsu makan
berkurang karena mulut terasa pahit, klien mengatakan nyeri di daerah ulu
hati, diare (tidak ada), konstipasi (tidak ada) . Klien mengatakan seluruh
badannya sakit. Klien mengatakan sudah minum obat warung tetapi tidak ada
perubahan hingga akhirnya dibawaa ke RS. Klien riwayat sakit tifoid 6 bulan
yang lalu.
Hasil pengkajian Nn. N menunjukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 38oC dan pernapasan 20x/menit. Orang tua klien mengatakan
klien jarang makan tepat waktu dan tidak tekontrol, selama 2 hari klien sudah
demam, lemas dan tidak mau makan.
25
25
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama : Nn. N
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Ruang Rawat : Ebony Lantai 4 RS. Mulya Ciledug
Alamat : Jl. Karyawan IV Karang Tengah Ciledug
Suku bangsa : Betawi
Tanggal Masuk : 12 Februari 2018 jam 20.20 WIB
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2018 jam 08.45 WIB
Diagnosa Medis : Tifoid
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun.
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Betawi
Alamat : Jl. Karyawan IV Karang Tengah Ciledug
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Demam, lemas, tidak nafsu makan, dan nyeri pada daearah ulu hati.
2) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS: 15, BB 50kg, BB SMRS
52kg, TTV: 110/70 mmHg, Suhu: 38 oC, Nadi 80 x/menit, RR 20
x/menit, Spo2 98%.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk ke UGD RS diantar oleh keluarganya dengan keluhan
demam, lemas, tidak nafsu makan dan nyeri daerah ulu hati. Klien
sudah minum obat warung tetapi tidak ada perubahan.
26
Keterangan:
: Perempuan
: Laki- laki
K : Klien
: Tinggal serumah
27
3) Spiritual
Klien beragama Islam dan taat dalam beribadah. Selama di RS
klien sholat sesuai dengan kemampuannya dan berdoa agar segera
diberi kesembuhan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmetis
GCS : 15 (E4, V5, M6)
2) Tanda-Tanda Vital
Suhu : 38,0C RR : 24x/menit
Nadi : 100x/menit TD : 100/70 mmHg
BB di RS : 50 kg
BB sebelum MRS : 52 kg
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi :
Normochepalic, simetris kanan dan kiri, rambut hitam panjang,
bentuk tengkorak normal, kulit kepala normal, tidak mengalami
peradangan tumor maupun bekas luka.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, pembengkakan, nyeri tekan tidak ada.
b) Mata
Inspeksi :
Sklera putih, konjungtiva anemis, tidak terdapat ptosis,
pertumbuhan rambut bulu mata baik, reaksi pupil terhadap
cahaya isokor.
Palpasi :
Tidak tedapat massa, tidak terdapat oedem, tidak terdapat nyeri
tekan.
29
c) Hidung
Inspeksi :
Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan,
lubang hidung simetris.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinus-sinus
hidung tidak terdapat nyeri tekan.
d) Mulut
Inspeksi :
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi, warna lidah putih
tebal, tidak terdapat kelainan pada dasar mulut,lidah atau
kecacatan kongenital., tidak terdapat stomatitis.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau
tumor.
e) Leher
Inspeksi :
Bentuk leher simetris, tidak adanya pembengkakan, tidak
terdapat pembesaran kelejar tiroid
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran limfe.
f)Telinga
Inspeksi :
Bentuk normal, warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
oedem, tidak terdapat serumen maupun perdarahan.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada tulang mastoid dan aurikula.
g) Thorax
Inspeksi :
Bentuk dada dan thorak simetris
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tactil vremitus tidak teraba.
30
Perkusi :
Suara paru sonor pada ics 1-5.
Auskultasi :
Suara paru vesikuler, suara jantung S1 dan S2 cepat.
h) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut simetris, tak ada lesi, tidak ada oedem.
Auskultasi :
Bising usus ± 13-15 x/menit.
Perkusi :
Suara perut timpani
Palpasi :
Nyeri tekan pada ulu hati.
i) Ekstremitas
Atas :
Tangan kiri terpasang IVFD RL 20tpm , tidak ada atrofi
maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi
tremor, tidak terdapat kelemah (paralisis), kekuatan otot skala 4
(dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan).
Bawah :
Tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada atrofi maupun hipertrofi,
tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor, tidak terdapat
kelemahan (paralisis), kekuatan otot skala 4 (dapat bergerak
dan dapat melawan hambatan yang ringan).
4 4
4 4
31
j) Genetalia
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat peradangan, pertmbuhan
rambut pubis merata, tidak terdapat oedem.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
g.Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab 12/2/2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hb 12,10 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 36 L : 40 – 54 %
P : 37 – 47 %
Leukosit 57,2
5,00-10,00 x 103/L
L:
Hematokrit 36,0%
L: 40 – 54 %
P : 37 – 47 %
Trombosit 215.000
150.000 – 400.000
Imuno Serologi
Widal
S.typhi H +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.paratyphi AH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CH +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.typhi O +/ Positif 1/ 320 -/ Negatif
S.paratyphi AO -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BO -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CO -/ Negatif -/ Negatif
2. Analisa Data
meriang
Endotoksin
merangsaneepelepasan zath
jaringan leukosit pd jaringan
radang
Hipotalamus
Hipertermi
Hepatomegali &
splenomegali
Nyeri tekan
Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
Bakteri Salmonella Typhi b.d kelemhan fisik
dan malaise.
DS:
Usus halus (jaringan
4. - Klien mengatakan Malaise,
Lambung perasaan
(sebagian
limfoid tidak
kuman
usus halus)
Intoleransi
enakMasuk ke
badan,
matiInfeksi
oleh asam aktivitas
saluran
nyeri
lambung)
usus halus
badannya lemas, pencernaan
abdomen
Salmonella typhi 37
DO:
- Keadaan umum
klien tampak
berbaring
- Konjungtiva anemis
- Sebagian aktivitas
klien dibantu oleh
keluarga
N Intervensi
Dx. Kep Tujuan Rasional
o Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Keluarga klien
39
untuk
mengurangi
panas
tubuh melalui
penguapan
40
5. Memberikan
baju tipis pada
5. Lepaskan pakaian
klien berfungsi
yang berlebihan
mengurangi
dan tutupi pasien
panas melalui
dengan hanya
prose evaporasi.
selembar kain.
6. Pengobatan
farmakologi
6. Kolaborasikan
dapat menekan
dengan dokter
invasi
dalam pemberian
penyebaran
antipiretik
virus dan
mencegah
terjadinya
hipertermi.
mendapakan
pengetahuan
penjelasan yang
tentang cara
kurang.
alternatif
2. Untuk
pencegahan nyeri
mengetahui
2. Klien melaporkan
tingkat
nyeri yang timbul,
2. Lakukan observasi perkembangna
lamanya frekensi
nyeri yang klien mengenai
dan lokasi nyeri
komperhensif nyeri yang
3. klien tidak
meliputi lokasi, dirasakan.
mengekspresikan
karakteristik,
nyeri secara verbal
awitan, frekensi, 3. Dengan
atau wajah
intesitas atau memberikan
4. Klien tampak
tingkat keparahan posisi yang tepat
tenang tidak
nyeri. akan
gelisah
3. Berikan massase memberikan
punggung dan rasa nyaman.
posisi yang 4. Teknik distraksi
nyaman. memberikan
pengalihan klien
mengenai nyeri
yang dirasakan
meningkat. 5. Pengobatan
secara
42
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri yang
5. Kolaborasikan dirasakan klien
dengan dokter
dalam pemberian
analgetik
takikardi kemandirian
bersandar, duduk
3. Dapat melakukan klien dan
dan berdiri.
aktivitas sehari- mencegah
hari dekubitus.
4. Dapat melakukan 3. Tirah baring
3. Anjurkan klien
perawatan diri. akan
untuk tirah baring.
meminimalkan
energi yang
dikeluarkan
sehingga
metaolisme
dapat
digunakan
untuk
penyembuhan
penyakit.
4. Keletihan dapat
4. Observasi bersama
segera
tingkat keletihan
dinimalkan
selam 24 jam
dengan
meliputi waktu
mengurangi
puncak energi,
kegiatan yang
waktu kelelahan,
dapat
aktivitas yang
menimbulkan
berhubungan
kelelahan.
dengan keletihan.
5. Memungkinkan
5. Bantu klien untuk
klien dapat
mengidentifikasi
memprioritaska
kemampuan-
n kegiatan-
kemampuan dan
kegiatan yang
minat.
sangat penting
dan
45
meminimalkan
pengeluaran
energi untuk
kegiatan yang
kurang penting
perawat
- DO:
Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tampak berbaring lemah
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
DO:
- Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tidur semi fowler/ setengah duduk
- Klien tampak lebih segar
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.
DO:
- Klien dapat berkomunikasi dg baik terhadap
perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan umum
klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
55
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Respon:
Klien mendapat diit makanan lunak.
Respon:
DO:
- Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4, V5,
M6)
- Klien tidur semi fowler/ setengah duduk
- Keadaan umum klien: baik
Respon:
DS:
- Klien mengatakan minum air putih ± 1500 ml
DO:
- Porsi makan habis 3/4 dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan dalam
posisi tegak
Respon:
DS:
- Klien mengatakan mengikuti instruksi dari
perawat
61
DO:
- Klien tampak sedang latihan duduk dan
berdiri tanpa bantuan.
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan
mengatur jadwal agar bisa istirahat lebih
62
teratur
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah ke kamar mandi
tanpa bantuan
DO:
- Aktivitas klien sebagian kecil masih dibantu
keluarga, tetapi BAK dan BAB sudah di
kamar mandi tanpa bantuan keluarganya.
Tanggal DX
Selasa, 1 S:
13 Februari - Klien mengatakan badannya demam
2018 - Klien mengatakan panas dingin
63
O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Rabu, 1 S:
14 Februari - Klien mengatakan badannya masih demam
65
O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien masih dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Kamis, 1 S:
15 Februari - Klien mengatakan sudah tidak demam
67
O:
- Klien tampak lebih rileks
- Klien tampak lebih tenang setelah diajarkan relaksasi dan
distraksi.
- Klien mendapatkan terapi obat analgesik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2, 4, 5
68
3 S:
- Klien mengatakan masih mual tetapi jarang-jarang
- Klien mengatakan mulai nafsu makan
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi perawat yaitu
makan selagi hangat , makan sedikit tapi sering .
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat
terapi obat antiemetiktetapi hanya beberapa jam saja.
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- Klien mendapat diit makanan lunak
- BB : 50 kg
- Klien mendapat teapi antiemetik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
4 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan merubah posisinya setiap 30 menit
sekali.
- Klien mengatakan mulai latihan berdiri
- Klien mengatakan BAK dan BAB sudah di kamar mandi
- Klien mengatakan akan memperhatikan dan mengatur
jadwal agar istirahat lebih teratur.
O:
- Klien tampak sedang latihan duduk dan berdiri
- Aktivitas klien sebagian dibantu keluarga
- Klien tampak lebih bertenaga dan segar
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2,4,5
Jum’at, 1 S:
69
3 S:
- Klien mengatakan sudah tidak mual
- Klien mengatakan nafsu makan bertambah
- Klien mengatakan mual berkurang setelah mendapat terapi obat
antiemetik
O:
- Porsi makan habis ½ dari porsi yang disediakan
- BB : 50,5 kg
70
B. Kasus Kedua
Sdr. R usia 27 tahun anak pertama yang mempunyai dua adik
perempuan usia 24 tahun dan 22 tahun serta adik satu laki-laki usia 18 tahun.
Klien adalah seorang karyawan di salah satu pabrik sepatu daerah Tangerang.
Klien pertama kali masuk ke UGD RS Mulya Tangerang pada tanggal 16
April 2018 jam 03.40 WIB diantar oleh ayahnya dengan keluhan demam 5
hari, belum BAB selama 3 hari, mual dan tidak nafsu makan, klien
mengatakan tidak ada muntah dan tidak ada batuk. Saat dilakukan pengkajian
71
di ruang ebony lantai 4 tanggal 16 April 2018 jam 07.50 WIB klien
mengatakan demam masih naik turun, mual (+), tidak ada muntah , nafsu
makan berkurang karena rasa tidak enak di perut yang belum BAB selama 3
hari. Klien mengatakan sudah minum obat warung tetapi tidak ada perubahan
hingga akhirnya dibawaa ke RS.
Hasil pengkajian Sdr. R menunjukan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 112x/menit, suhu 38,2oC dan pernapasan 22x/menit. Klien mengatakan
jarang makan sayur dan buah, klien juga mengatakan sering telat makan dan
jarang makan di rumah.
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama : Sdr. R
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Karyawan
72
Nama : Tn. H
Umur : 50 tahun.
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Demam, mual, tidak nafsu makan, belum BAB selama 3 hari
2) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS: 15, BB 58kg, BB SMRS
59kg, TTV: 130/90 mmHg, Suhu: 38,2oC, Nadi 112 x/menit, RR 22
x/menit, Spo2 98%.
73
6) Genogram
74
Keterangan:
: Perempuan
K
: Laki- laki
: Klien
: Tinggal serumah
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAK 3-4 kali/hari, ±1000cc, urine berwarna kuning
jernih berbau khas. BAB 1 kali/hari ±200 gram, konsistensi feses
lunak, berwarna kuning kehijauan. Saat sakit BAK 3 kali sejak
dikaji ± 150cc, konsistensi coklat pekat, BAB (-).
3) Pola Istirahat dan Tidur
Klien istirahat dan tidur 6-7 jam/hari jam 21.00-05.00WIB. Selama
di RS klien sering tidur siang walaupun kadang sering terbangun.
4) Pola Personal Hygiene
Klien mandi 2 kali/hari, yaitu pagi dan sore, keramas
2-3x/seminggu, ganti baju 1-2kali/hari, selama di RS belum pernah
mandi, hanya di lap saja.
e. Data Psikososial
1) Status Emosi
Klien megatakan cemas dengan sakitnya karena selama dia sakit dia
tidak bekerja, klien mengatakan merasa tidak enak dengan rekan
kerja dan atasannya. Klien mengatakan khawatir baru kali ini
merasakan sakit lama dan tidak bisa BAB sampai 3 hari. Klien
menyadari bahwa sakitnya karena pola makan yang tidak teratur dan
kurag istirahat.
2) Interaksi Sosial
Interaksi klien dengan keluarga dan teman kerja baik, banyak sanak
saudara dan teman kerjanya yang menjenguk selama di RS.
Hubungan klien dengan perawat baik, sedangkan hubungan klien
dengan pasien lain tidak begitu akrab.
3) Spiritual
Klien beragama Islam dan taat dalam beribadah. Selama di RS klien
sholat sesuai dengan kemampuannya dan berdoa agar segera diberi
kesembuhan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : Composmetis
76
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi, warna lidah putih tebal,
tidak terdapat kelainan pada dasar mulut,lidah atau kecacatan
kongenital, tidak terdapat stomatitis.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau
tumor.
v. Leher
Inspeksi :
Bentuk leher simetris, tidak adanya pembengkakan, tidak terdapat
pembesaran kelejar tiroid, tidak terdapat pembesaran limfe.
Palpasi : Tidak tedapat nyeri tekan.
vi. Telinga
Inspeksi :
Bentuk normal, warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
oedem, tidak terdapat serumen maupun perdarahan.
Palpasi :
Tidak tedapat nyeri tekan pada mastoid dan aurikula.
vii. Thorax
Inspeksi : Bentuk dada dan thorak simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tactil vremitus tidak teraba.
Perkusi : Suara paru sonor pada ics 1-5.
Auskultasi : Suara paru vesikuler, suara jantung S1 dan S2
cepat.
viii. Abdomen
Inspeksi :
Perut klien trelihat buncit, umbilicus tidak menonjol dan berada di
tengah
Auskultasi : Bising usus ± 9x/menit.
Perkusi : Suara perut timpani
Palpasi :
Teraba massa di bagian abdomen bawah kuadran kiri, tidak
terdapat nyeri tekan.
78
ix. Ekstremitas
Atas :
Tangan kiri terpasang IVFD RL 500 cc dalam 8 jam 20tpm , tidak
ada atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi
tremor, tidak terdapat kelemahan (paralisis), kekuatan otot skala 4
(dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan).
Bawah :
Tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada atrofi maupun hipertrofi, tidak
terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor, tidak terdapat kelemah
(paralisis), kekuatan otot skala 4 (dapat bergerak dan dapat
melawan hambatan yang ringan).
4 4
4 4
x. Genetalia
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat peradangan, pertmbuhan rambut
pubis merata, tidak terdapat oedem.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
g. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab 16/4/2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
79
Hematologi
Hb 12,8 L: 13,5-18,0
P: 11,5-16,0 mg/dl
Ht 39 L : 40 – 54 %
P : 37 – 47 %
Leukosit 57,2
5,00-10,00 x 103/L
L:
Hematokrit 38,0%
L: 40 – 54 %
P : 37 – 47 %
Trombosit 317.000
150.000 – 400.000
Imuno Serologi
Widal
S.typhi H +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.paratyphi AH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi BH -/ Negatif -/ Negatif
S.paratyphi CH +/ Positif 1/ 160 -/ Negatif
S.typhi O +/ Positif 1/ 289 -/ Negatif
80
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Bakteri salmonella Hipertermi b.d
- Klien mengatakan typhi proses inflamasi
demam sejak 5 hari bakteri salmonella
Masuk ke dalam darah
SMRS typhi
- Klien mengatakan
Bakteri mengeluarkan
selama di RS endotoksin
badannya merasa
panas dingin Peradangan lokal meningkat
DO:
Endotoksin merangsang
- S: 38,2OC sintesa & pelepasan zat
pirogen oleh jaringan
- Klien tampak leukosit pd jaringan radang
meriang
- Badan klien teraba Pirogen beredar dlm darah
panas
Hipotalamus
- Dilakukan kompres
hangat selama di Gg. pada termoregulator
ruang perawatan
Hipertermi
Intoleransi aktivitas
b.d kelemhan fisik
3. DS: dan malaise.
- Klien mengatakan Salmonella typhi
badannya lemas
- Klien mengatakan Usus perasaan
Malaise, halus (jaringan
tidak
Lambung (sebagian
limfoid ususnyeri kuman
halus)
enak badan,
Masuk
Intoleransi
Masuk keke darah
aktivitas
saluran
saat berdiri merasa mati oleh
Infeksi asam lambung)
usus halus
abdomen
pencernaan
83
akan jatuh
DO:
- Keadaan umum
klien tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Sebagian aktivitas
klien dibantu oleh
keluarga
- Hb 13,3
- Klien terpasang
IVFD RL 30tpm
Gangguan eliminasi
BAB (konstipasi)
b.d peningkatan
4. DS: reabsorpsi cairan di
usus.
- Klien mengatakan Kuman salmonella typhi dan
parathypi masuk ke saluran
tidak bisa BAB pencernaan
semenjak 3 hari
yang lalu Sebagian dimusnahkan oleh
asam lambung
84
- Klien mengatakan
perutnya terasa Menyerang vili usus halus
Konstipasi
Gangguan eliminasi
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses inflamasi bakteri salmonella typhi.
2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, muntah dan anoreksia.
3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) b.d peningkatan reabsorpsi cairan di
usus.
4. Gangguan rasa aman: cemas b.d kurangnya pengetahuan klien tentang
86
N
Dx. Kep Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
o
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan informasi pada 1. Keluarga klien
b.d proses tindakan klien dan keluarga dapat mengerti
inflamasi keperawatan klien mengenai penyenbab
bakteri selama 1x24 jam penyebab timbulnya hipertemi yang
salmonella diharapkan hipertermi dan dirasakan, klien
typhi hipertermi teratasi tindakan yang akan dapat koopertaif
dilakukan. dalan tindakan
Kriteria hasil:
keperawatan.
1. Menunjukkan 2. Observasi TTV
Suhu tubuh 2. Dapat mengetahui
terutama suhu tubuh
dalam batas
tingkat
normal minimal setiap 2 jam
2. Nadi dan perkembangan
sesuai dengan
pernapasan klien
kebutuhan
dalam batas
3. Ajarkan klien
3. Dalam kondisi
normal
pentingnya
demam terjadi
3. Perubahan
mempertahankan
peningkatan
warna kulit
cairan yang adekuat
evaporasi yang
tidak ada
untuk mecegah
memicu dehidrasi
4. Suhu kulit
dehidrasi
dalam rentang
4. Berikan kompres
yang
hangat pada lipatan
diharapkan 4. Menghambat
paha, aksila, dan
pusat simpatis di
kening.
hipotalamus
sehingga terjadi
vasodilatsi kulkit
dengan
87
merangsang
kelenjar keringat
5. Lepaskan pakaian yang untuk mengurangi
berlebihan dan tutupi panas tubuh
pasien dengan hanya melalui
selembar kain penguapan
5. Memberikan baju
tipis pada klien
6. Kolaborasikan dengan berfungsi
dokter dalam mengurangi panas
pemberian antipiretik melalui prose
evaporasi.
6. Pengobatan
farmakologi dapat
menekan invasi
penyebaran virus
dan mencegah
terjadinya
hipertermi.
Kriteria Hasil:
3. Monitoring bising usus 3. Mengetahui
adanya perubahan
1. BAB normal
bising usus.
2. Tidak terdapat
4. Monitoring feces, 4. Mengetahu
massa di
frekuensi, konsistensi perubahan
daerah perut
dan volume eliminasi.
bawah
3. Perut tidak
5. Monitor resiko adanya 5. Mengetahui
distensi
tanda ruptur usus/ adanya penyebab
4. Bising usus
peritonitis. dan komplikasi
dalam batas
yang mungkin
normal
6. Identifikasi faktor
timbul.
5. Aktivitas
penyebab dan
6. Untuk mengatasi
dapat
kontribusi konstipasi.
konstipasi dari
dilakukan
faktor
secara mandiri
90
diri. penyembuhan
penyakit.
4. Keletihan dapat
segera dinimalkan
4. Observasi bersama
dengan
tingkat keletihan selam
mengurangi
24 jam meliputi waktu
kegiatan yang
puncak energi, waktu
dapat
kelelahan, aktivitas
menimbulkan
yang berhubungan
kelelahan.
dengan keletihan.
5. Memungkinkan
klien dapat
5. Bantu klien untuk
memprioritaskan
mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan
kemampuan-
yang sangat
kemampuan dan minat.
penting dan
meminimalkan
pengeluaran
energi untuk
kegiatan yang
kurang penting.
tanggal u Dx
Senin, 16 09. 35 1,2,3, 1. Melakukan bina trust dengan klien
April 2018 4,5 Respon:
- DS: klien mengatakan percaya dengan
tindakan perawat
- DO:klien dapat berkomunikasi dg baik
terhadap perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
Respon:
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak sakit sedang
penyakitnya
- Klien mengatakan tidak tahu penyebab
sakitnya.
DO:
- Wajah klien tampak khawatir dan sedih
- Klien dan keluarga sering bertanya
tentang sakit yang diderita klien kepada
perawat
2. Memberikan penjelasan tentang penyakit
dan penyebab sakit yang dialami klien
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga klien mengatakan
lega dan tidak khawatir lg dengan sakit
yang diderita klien.
- Klien dan keluarga mengatakan akan
berperilaku hidup bersih dan sehat
setelah mengetahui penyebab dari sakit
yang dialami klien
DO:
- Klien dan keluarga tampak
menganggukan kepala saat diberikan
penkes
- Muka klien tampak tenang dan
menerima sakitnya
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Respon:
DS:
- Klien mengatakan lebih rileks dan lebih
98
Respon:
- Klien mendapat terapi Dulcolax sup 5
mg, obat masuk lewat supp
- Klien mendapat ondancentron iv 4 mg,
obat masuk lewat IV
- Klien mendapat terapi ranitidin 2x25
mg, obat masuk lewat iv
latihan berdiri
Respon:
DS: klien mengatakan merubah posisinya
setiap 30 menit sekali, klien mengatakan
belum kuat berdiri lama karena masih
pusing
DO: klien tampak dibantu saat duduk
3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat dan
mengurangi kegiatannya di tempat tidur
Respon:
DS: klien mengatakan akan memanfaatkan
waktu istirahatnya selama di rawat di RS.
4. Membantu klien dalam mengidentifikasi
kemampuan dan minatnya
Respon:
DS: klien mengatakan belum berani BAK
18.00 1 ke kamar mandi sendiri karena takut jatuh
DO: aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
keluarga. BAK klien masih menggunakan
pispot. Klien mandi hanya di lap
menggunakan air hangat.
- Klien mendapat terapi paracetamol drip
2x500 mg, obat masuk lewat iv
Selasa, 08. 00 1,2,3, 1. Melakukan bina trust dengan klien
17 April 4,5 Respon:
2018 - DS: klien mengatakan percaya dengan
tindakan perawat
- DO:klien dapat berkomunikasi dg baik
terhadap perawatnya.
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
Respon:
100
- DO:
Tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4,
V5, M6)
- Klien tampak sakit sedang
DO:
- S: 38OC
- Keluarga mampu melakukan kompres
hangat .
3. Memberikan informasi pada klien dan
keluarga mengenai penyebab timbulnya
hipertermi
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
101
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
4. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±300 ml
DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
DS:
103
DO:
Respon:
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±500 ml
107
DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
DS:
- Klien mengatakan BAB sudah 2 x yaitu
sore dan pagi hari
DO:
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan, volume ±200gr
3. Menganjurkan klien untuk minum air
hangat dan makan makanan yang berserat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
hangat 600 ml
- Klien mengatakan akan makan dengan
menu seimbang dan makan sayur-
109
DO:
- Aktivitvas klien sebagain dibantu oleh
110
keluarga.
- Klien mandi hanya di lap menggunakan
air hangat.
DS:
- Klien dan keluarga mengatakan paham
dan mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat.
- Keluarga mengatakan tidak akan panik
jika anggota keluarganya ada yang
mengalami hipertermi
DO:
- Keluarga dan klien tampak lebih
tenang.
3. Mengajarkan pada klien tentang pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk
mencegah dehidrasi.
Respon:
DS:
- Klien mengatakan sudah minum air
putih ±1600 ml dan air hangat
±400 ml
08.25 2 1. Menganjurkan pada klien untuk makan
dalam porsi sedikit tapi sering dan dalam
porsi hangat
Respon:
DS:
- Klien mengatakan makan nafsu makan
mulai bertambah dibandingkan dengan
hari kemarin
- Klien mengatakan rasa mualnya
kadang-kadang saja
DO: porsi makan habis ¾ dari porsi yang
disediakan
2. Menganjurkan pada klien untuk makan
112
DO:
- Tidak teraba adanya massa di abdomen
bawah kuadran kiri
2. Memonitoring feces, frekuensi, konsistensi
dan volume
Respon:
113
DS:
- Klien mengatakan BAB sudah 2 x yaitu
sore dan pagi hari
DO:
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan,
volume ±200gr
O:
- Klien tampak berbaring lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu keluarganya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Selasa, 17 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan demam masih naik turun
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat±300 ml
O:
- S: 38OC
- N: 101 x/m
- Rr: 20 x/m
- TD: 120/90 mmHg
- Dilakukan kompres hangat
- Keluarga klien paham tentang apa yang dijelaskan
oleh perawat yaitu tentang hipertermi dan cara
penanganannya
- Keluarga klien mampu melakukan kompres
hangat
- Klien mendapatkan terapi obat pct drip 2x500 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6
2 S:
- Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan makan hanya 12 sendok
119
5 S:
120
Rabu, 18 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan demasudah tidak demam
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat±500 ml
O:
- S: 36,7OC
- N: 100 x/m
- Rr: 20 x/m
- TD: 120/80 mmHg
- Klien mendapatkan terapi obat pct tab 500 mg
(jika perlu)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2,3,6
2 S:
- Klien mengatakan mual kadang-kadang saja
- Klien mengatakan muali nafsu makan
- Klien mengatakan akan mengikuti instruksi
perawat yaitu makan selagi hangat , makan sedikit
tapi sering
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
121
3 S:
- Klien mengatakan sudah BAB 2x pada sore dan
pagi hari setelah diberikan obat laktatif.
- Klien mengatakan lega dan tidak merasa penuh
pada perutnya.
- Klien mengatakan akan meminum air hangat dan
lebih banyak minum airputih.
O:
- Tidak teraba massa di abdomen bawah kuadran
kiri
- Frekuensi 2 x, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, volume ±200 gr
- Tidak ada tanda ruptur usus/ peritonitis.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-8
5 S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga
- Klien mengatakan aktivitasnya hanya sebagian
dibantu oleh keluarganya
- Kllien mengatakan sudah bisa BAK dan BAB
122
Kamis, 19 1 S:
April 2018
- Klien mengatakan sudah tidak demam
- Klien mengatakan badannya sduah merasa enak
- Klien mengatakan sudah minum air putih ±1600
ml dan air hangat ±400 ml
O:
- S: 36,1OC
- N: 89x/m
- RR: 20x/m
- TD: 120/80 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-6
2 S:
- Klien mengatakan sudah tidak mual
- Klien mengatakan nafsu makan bertambah
dibandingkan hari kemarin
- Klien mengatakan mual berkurang setelah
mendapat terapi obat antiemetik
O:
123
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan pada teori kasus tifoid ditandai dengan :
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak nyaman di perut, batuk, epistaksis, bradikardi
relatif, lidah tifoid (kotor ditengah, tepi dan ujung berwarna merah disertai
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus dan gangguan kesadaran
jika sudah parah (Wibisono, 2014).
Hasil pengkajian pada klien Nn. N ditemukan :
Demam, lemas, anoreksia, lidah kotor ditengah, tepi dan ujung, berat badan
turun 2 kg dari 52 kg menjadi 50 kg, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
x/m, suhu 38 oC, pernapasan 20 x/m. Berdasarkan paparan kasus Nn. N
gejala konstipasi, diare, epitaksis dan penurunan kesadaran tidak ditemukan
seperti yang dijelaskan pada teori karena kasus tifoid pada Nn.N terjadi pada
minggu pertama dan kedua sehingga bakteri tidak menyebar luas dan
125
masalah yang terjadi bisa segera ditangani dan tidak menimbulkan gejala
yang lebih parah seperti terjadinya penurunan kesadaran.
Hasil pengkajian pada Sdr.R ditemukan :
Demam, lemas, mual, tidak nafsu makan, konstipasi, berat badan turun 1 kg
dari 59 kg ke 58 kg, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 38,2 oC, nadi 112
x/m, pernapasan 22 x/m.Berdasarkan paparan kasus Sdr.R epitaksis dan
penurunan kesadaran tidak ditemukan. Berbeda dengan kasus Nn.N, pada
kasus Sdr.R ditemukan adanya gejala konstipasi, hal ini bisa disebabkan
karena bakteri telah mengalami inflamasi pada pembuluh limfe dan masuk
ke usus sehingga menyebabkan peristaltik usus menurun dan menimbulkan
konstipasi. Selain itu konstipasi yang terjadi pada Sdr.R dipengaruhi oleh
faktor predisposisi Sdr.R yang jarang makan sayur-sayuran, buah-buahan
dan kurangnya cairan yang tidak mencukupi.
C. Intervensi
1. Intervensi pada teori yaitu :
- Tirah baring lama,
- Oberservasi tanda-tanda vital,
- Terapi supportif misalnya pemberian cairan elektrolit bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan,
- Vitamin,
- Mineral yang dibutuhkan tubuh,
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan,
pemeriksaan laboratorium lengkap.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
1. Hipertermi
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Memberikan informasi pada klien dan keluarga klien mengenai
penyebab timbulnya hipertermi dan tindakan yang akan dilakukan,
melakukan observasi TTV terutama suhu tubuh minimal setiap 2 jam
sesuai dengan kebutuhan, mengjarkan klien pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat untuk mecegah dehidrasi,
memberikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, dan kening,
melepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya
selembar kain, kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
antipiretik dan memberikan terapi cairan ivfd (klien mendapat terapi
cairan ifvd RL 30 tpm).
2. Nyeri
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Memberikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab, seberapa lama
nyeri akan berakhir, melakukan observasi nyeri yang komperhensif
meliputi lokasi, karakteristik, awitan, frekensi, intesitas atau tingkat
keparahan nyeri, memberikan massase punggung dan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik nonfamakologi yaitu distraksi, relaksasi,
terapi musik, kompres hangat sebelum, setelah nyeri terjadi atau
meningkat, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
3. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Mengjarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan, mengawasi
pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering,
130
E. Evaluasi
Pada kasus Nn. N evaluasi tindakan dari 4 diagnosa yang sudah tercapai
semua yaitu masalah hipertermi, nyeri, dan intoleransi aktivitas.
131
Didapatkan data suhu terakhir Nn.N yaitu 36,5 OC, skala nyeri 1-2 (nyeri
ringan), dan klien sudah bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
Sedangkan untuk diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
baru tercapai sebagian karena klien masih menunjukkan rasa mual
walaupun sifatnya hilang timbul, dan berat badan belum menunjukkan
kenaikan yang signifikan.
Pada kasus Sdr.R evaluasi tindakan yang sudah tercapai semua yaitu
masalah hipertermi, gangguan eliminasi BAB (konstipasi), gangguan
rasa aman dan intoleransi aktivitas. Didapatkan data suhu 36,1 OC,
eliminasi BAB sudah 1x/hari dengan konsistensi lunak, tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda konstipasi, klien sudah merasa aman
dan tidak cemas karena pengetahuan klien tentang penyakitnya sudah
bertambah, klien sudah menunjukkan aktivitas secara mandiri dan klien
sudah tidak mengalami rasa mual, porsi makan klien meningkat dari
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa paparan kasus tersebut diatas secara teori tidak ada
perbedaan yang signifikan antara penanganan kasus pada Nn.N dan
Sdr.R, hanya saja pada manifestasi klinis dan diagnosa ada perbedaan
karena masing-masing individu mempunyai daya imun dan respon tubuh
yang berbeda dalam merespon suatu penyakit.
132
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada klien Nn. N, penulis menemukan gejala klinis
seperti demam, lemas, anoreksia, lidah kotor ditengah, tepi dan ujung,
berat badan turun 2 kg dari 52 kg menjadi 50 kg, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 x/m, suhu 38 oC, pernapasan 20 x/m. Hasil pengkajian
pada Sdr.R penulis menemukan gejala klinis seperti demam, lemas, mual,
tidak nafsu makan, konstipasi, berat badan turun 1 kg dari 59 kg ke 58
kg, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 38,2oC, nadi 112 x/m, pernapasan
22 x/m.Berdasarkan dengan kasus Nn.N dan Sdr. R, pada kasus Sdr.R
ditemukan adanya gejala konstipasi, hal ini bisa disebabkan karena
133
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilaksanakan setiap hari yakni sebelum pertukaran
133 yang dilaksanakan dalam evaluasi
dinas pagi ke dinas siang. Kegiatan
keperawatan yakni mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan pada
Nn.N dan Sdr.R.
B. Saran
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan demam tifoid hendaknya dilakukan
secara komprehensif untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Hal yang
harus lebih diperhatikan adalah mengenai keurangan cairan karena pada kasus
tifoid umunya pasien mengalami demam dimana jika tidak segera ditangani
maka akan menimbulkan dehidrasi dan berisiko terjadi gangguan
kseimbangan dan elektrolit.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan keluarga pasien dalam
menangani kasus demam tifoid secara mandiri:
134
Daftar Pustaka
Rahayu, E (2013). Sensitivitas uji widal dan tubex untuk diagnosis demam tifoid
berdasarkan kultur darah. Semarang:
vi Universitas Muhammadiyah
Semarang
Rokhmah, Nikmatur & Saiful Wahid (2012). Proses Keperawatan Teori dengan
Aplikasi NOC-NIC. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Rustandi D. Melda S (2010). Demam Tifoid. Bandung: Universitas Padjajaran
Sudoyono, A.W (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Widodo, Joko. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Widoyono, (2012). Penyakit Kronis: Epidemologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Semarang: Erlangga
137
vii