Anda di halaman 1dari 22

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TIDAK MENULAR : DIABETES MELLITUS

Dosen Pengampu : Dr.Sigit Ambarwati S.KM.,M.Kes

Disusun Oleh :

WINDA FELINDA APRILLIA (020118A056)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular : Diabetes Mellituas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Alfan Affandi pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Diabetes Mellituas
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alfan Affandi,selaku dosen


mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus ......................................................... 3


B. Mencari Distribusi, Determinan,
Frekuensi (data terbaru) Diabtes Mellitus ........................................................... 5
C. Determinan Yang Diperkuat Dengan Penelitian Jurnal ...................................... 13
D. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus
Yang Dilakukan Pada Saat Ini ............................................................................ 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) terus berlangsung dan menjadi masalah besar
kesehatan masyarakat di dunia yang bertanggung jawab terhadap kematian dan
kesakitan. PTM menjadi kematian dan kecatatan di seluruh penjuru dunia.
Perkiraan di tahun 2020 penyakit ini merujuk kepada kematian dari 7 orang dari
setiap 10 orang di negara berkembang. (Richardo Betteng et al)
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada
tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang.
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,2005).
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka
sangat diperlukan program pengendalan Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus Tipe
2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan
faktor resiko (Kemenkes, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan adanya skrining
terhadap faktor risiko DM, sehingga penanganan dan pencegahan kasus DM dapat
dilakukan lebih terarah dan disesuaikan dengan kondisi setempat serta dapat
mengurangi jumlah penderita DM.
B. Rumusan Masalah
1. Epidemiologi penyakit diabetes mellitus?
2. Mencari distribusi,determinan,frekuensi (data terbaru) diabtes mellitus?
3. Determinan diabetes mellitus yang diperkuat dengan penelitian jurnal?
4. Upaya pencegahan diabetes mellitus yang dilakukan pada saat ini?

1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu epidemiologi penyakit diabetes mellitus
2. Dapat memahami lebih lagi dalam mencari distribusi,determinan,frekuensi
(data terbaru) diabtes mellitus
3. Dapat mengetahui apa itu determinan dari diabetes mellitus yang diperkuat
dengan penelitian jurnal
4. Dapat mengetahui upaya pencegahan diabetes mellitus yang dilakukan
pada saat ini

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus

Studi epidemiologi telah mengindentifikasi diabetes melitus tipe 2 sebagai


epidemi global sejak tahun 1970-an, prevalensi diabetes tertinggi terjadi di Indian
Pima, Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, orang Meksiko yang berada di Amerika
Serikat, bangsa Creole di Amerika Selatan. Amerika Serikat seperti yang dilaporkan
oleh National Health and Nutrition Survey (NHANES) II tahun 1976 sampai 1980
mendapatkan bahwa prevalensi diabetes melitus baik yang terdiagnosis maupun yang
tidak terdiagnosis adalah sebesar 8,9%, tetapi pada NHANES III (1988 – 1994)
meningkat menjadi sekitar 12,3% pada kelompok umur 40 sampai 74 tahun. Secara
keseluruhan prevalensi diabetes melitus di Amerika Serikat pada penduduk berusia 20
tahun keatas adalah sebesar 6,6%. Prevalensi diabetes melitus tertinggi ditemukan
pada orang Meksiko Amerika yaitu sebesar 20% (Goldstein, Muller, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh International Diabetic Federation (IDF) tahun


2003, menyatakan bahwa prevalensi diabetes tipe 2 akan menjadi 2 kali dalam 20
tahun ke depan. Prevalensi diabetes melitus di dunia saat ini adalah 5,1% atau sekitar
194 juta penduduk menderita diabetes melitus pada kelompok umur 20 sampai 79
tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 333 juta orang pada
tahun 2025 atau prevalensi sekitar 6,3% populasi dewasa. Peningkatan prevalensi
diabetes juga terjadi di Asia Selatan dan Asia Timur sebagaimana dengan laju
pertumbuhan penduduknya yang pesat, jumlah penderita diabetes melitus tipe 2
meningkat dari 705 juta orang pada tahun 2003 menjadi 1.081 juta orang pada tahun
2025. Prevalensi diabetes tertinggi pada tahun 2003 terjadi di Amerika Utara dan pada
tahun 2025 sekitar 10% penderita diabetes diseluruh dunia berasal dari negara-negara
di Amerika Utara. Asia Tenggara Prevalensi dan faktor..., Dedy Irawan, FKM UI,
2010. 12 Universitas Indonesia memiliki prevalensi gangguan terhadap toleransi
glukosa (TGT) tertinggi pada tahun 2003. Prevalensi ini akan meningkat menjadi
13,5% pada tahun 2025. Sekitar 15% sampai 20% orang di Asia Tenggara akan
menderita TGT ataupun diabetes melitus pada tahun 2025 (Goldstein, Muller, 2008).

3
Peningkatan prevalensi ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup
kebarat-baratan, perubahan pola makan, kurang aktivitas fisik sebagai hasilnya adalah
meningkatnya obesitas sehingga terjadilah diabetes melitus tipe 2 (Goldstein, Muller,
2008). Penelitian di Mauritius membuktikan bahwa perubahan gaya hidup dan
peningkatan kemakmuran suatu bangsa dapat meningkatkan prevalensi diabetes.
Mauritius adalah suatu negara kepulauan yang penduduknya terdiri dari berbagai
kelompok etnik. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada bangsa-bangsa India,
Cina dan Creole (campuran Afrika, Eropa dan India) prevalensi diabetes melitus jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asalnya. Hal ini disebabkan karena keadaan
ekonomi di Marutius untuk golongan etnik tersebut jauh lebih baik dibandingkan
dengan daerah asalnya (Suyono, 2009).

4
2. Mencari Distribusi, Determinan, Frekuensi (data terbaru) Diabtes Mellitus

5
6
a) Distribusi
Data Statistik
Kenaikan jumlah penduduk yang terkena penyakit diabetes militus atau
kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000
jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes militus mencapai
171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita
diabetes didunia akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar
114 % dalam ukuran waktu 30 tahun.
Dibawah ini adalah data statistik jumlah penderita diabetes didunia
versi WHO pada tahun 2000 dan proyeksi jumlah pendeita diabetes dunia
pada tahun 2030. Indonesia menduduki tempat ke 4 terbesar dengan
pertumbuhan sebesar 152 % atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2000
mencapai 21.257.000 orang ditahun 2030.
Distribusi menurut :
1) Menurut Orang
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat 1,9 juta
kasus baru diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun
2010. Berdasarkan penelitian Marpaung (2006) di RSUD Pematang
Siantar tahun 2003-2004 menyatakan bahwa proporsi penderita DM yang
berusia ≥ 45 tahun 80,8% dan proporsi penderita DM yang berusia < 45
tahun 19,2%.
Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2006, proporsi penderita DM berusia < 40 tahun yaitu yang
menderita komplikasi akut 5,0% dan yang menderita komplikasi kronik
12,6% sedangkan proporsi penderita DM berusia ≥ 40 tahun yaitu yang
menderita komplikasi akut 7,6% dan yang menderita komplikasi kronik
yaitu 74,8%. Proporsi laki-laki yang menderita DM yaitu yang mengalami
komplikasi akut 6,9% dan yang mengalami komplikasi kronik 39,0%
sedangkan proporsi perempuan yang menderita DM yaitu yang mengalami
komplikasi akut 5,7% dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu
48,4%.

7
2) Menurut Tempat
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian
epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM
terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain Jakarta (12,8%),
Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%), dan Manado (6,7%). Sedangkan
prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan, antara lain
Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%). Adanya perbedaan
prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya
hidup mempengaruhi kejadian DM.
3) Menurut Waktu
Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di
dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian
pada wanita. Dari semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di
negara maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang. Pada
tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar
penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun
2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%

b) Frekuensi

Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia versi


WHO
No Negara Thn 2000 Thn 2030 Growth
1 India 31.705.000 79.441.000 151 %
2 China 20.757.000 42.321.000 104 %
3 United States of Ameica 17.702.000 30.312.000 71 %
4 Indonesia 8.426.000 21.257.000 152 %
5 Japan 6.765.000 8.914.000 32 %
6 Pakistan 5.217.000 13.853.000 166 %
7 Russian Federation 4.576.000 5.320.000 16 %
8 Brazil 4.576.000 11.305.000 148 %

8
9 Italy 4.252.000 5.374.000 26 %
10 Bangladesh 3.196.000 11.140.000 249 %
11 Turkey 2.920.000 6.422.000 120 %
12 Philippines 2.770.000 7.798.000 182 %
13 Spain 2.717.000 3.752.000 38 %
14 Germany 2.627.000 3.771.000 44 %
15 Egypt 2.623.000 6.726.000 156 %

c) Determinan
1) Host
a. Usia diatas 45 tahun
Pada orang-orang yang berusia diatas 45 tahun, fungsi organ
tubuh semakin menurun, hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas
untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel
jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin.
b. Pola makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh
sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya
makanan gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.
c. Kurangnya berolahraga atau beraktivitas
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika
berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya
aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat.
Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat
laun berat badan menjadi berlebih. Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali
seminggu, kurang berolahraga dapat menurunkan sensitifitas sel
terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan
penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Diabetes
Mellitus.
d. Genetik atau faktor keturunan
DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar

9
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan
kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan
kepada anak-anaknya.
e. Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah
makanan yang dimakan. Jika mengkonsumsi terlalu banyak
karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula
dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka
dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan
dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes.
f. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik
selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu
terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat
merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga
dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
g. Kegemukan
Obesitas merupakan salah satu penyebab utama diabetes. Studi
menunjukkan bahwa 60 sampai 85% dari penderita diabetes cenderung
kelebihan berat badan. Di Amerika Serikat, sekitar 80 persen tipe -2
non-insulin dependent diabetes dilaporkan terjadi karena kelebihan
berat badan. Kelebihan lemak mencegah insulin bekerja dengan baik.
Jaringan lemak lebih banyak dalam tubuh, . Insulin memungkinkan
gula dalam darah untuk memasuki sel dengan bertindak pada situs
reseptor pada permukaan sel. Orang tua sering cenderung menambah
berat badan, dan waktu yang sama, banyak dari mereka
mengembangkan dan bentuk ringan dari diabetes karena yang
kelebihan berat badan
h. Stres dan Ketegangan
Ada hubungan yang dikenal antara stres dan diabetes mellitus,
mereka yang berada di bawah stres dan / atau memiliki gaya hidup

10
yang tidak teratur, perlu mengambil tindakan pencegahan yang
memadai dan membuat penyesuaian gaya hidup yang diperlukan.
Duka, kekhawatiran dan kecemasan yang dihasilkan dari pemeriksaan,
kematian seorang kerabat dekat, kehilangan sukacita, kegagalan bisnis
dan hubungan perkawinan yang tegang, semua pengaruh yang
mendalam pada metabolisme dan dapat menyebabkan gula muncul
dalam urin.
i. Jenis Kelamin
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian DM
Tipe 2, prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh
yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita
berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan, 2010).
j. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian
penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya
tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.
Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang akan memiliki kesadaran
dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010).
k. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM.
Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya.
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam
darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat
makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun
dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM
(Kemenkes,2010).
l. Obesitas

11
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes
mellitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk
(Wijayakusuma, 2004). Data statistic di Amerika menunjukkan 70%
dari total penderita diabetes mellitus, merupakan orang yang memiliki
berat badan berlebihan (obesitas) (dr Endang Lanywati)
m. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pancreas sehingga menimbulkan radang pancreas. Hal itu
menyebabkan sel B pada pancreas tidak bekerja optimal dalam
mensekresi insulin. Beberapa penyakit tertentu, seperti kolesterol
tinggi dan dyslipidemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes
mellitus. (Wijayakusuma, 2004)
n. Kehamilan
Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
janinnya, seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi
makanannya, sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik
sekitar 7 kg – 10 kg. Pada saat penambahan jumlah konsumsi makanan
tersebut terjadi, jika ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka
akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus.
o. Hipertensi
Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi
insulin. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian diabetes melitus
disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan
diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan
menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi
terganggu (Zieve, 2012).
p. Kadar Kolesterol
Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM
Tipe 2. Kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak
bebas sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya mengakibatkan
DM Tipe 2 (Kemenkes, 2010).
q. Bahan-bahan Kimia dan Obat-obatan

12
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pancreas. Peradangan
pada pancreas dapat menyebabkan pancreas tidak berfungsi secara
optimal dalam mensekresikan hormone yang diperlukan untuk
metabolism dalam tubuh, termasuk hormone insulin (Wijayakusuma,
2004)

2) Agent
Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta.
Virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus
ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun dalam sel beta. Sedangkan bakteri masih belum
bisa dideteksi, tapi menurut ahli mengatakan bahwa bakteri juga
berperan penting menjadi penyebab timbulnya DM.
3) Environment
Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pyrineuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk
dari sejenis jamur
3. Determinan Yang Diperkuat Dengan Penelitian Jurnal
DM merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan yang
cukup lama dan dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan, bahkan frustasi
(Prasetyani & Sodikin, 2016). Kejenuhan yang timbul karena terapi diet dengan menu
makanan serba dibatasi membuat penderita DM tidak mudah dalam mengatur pola
makannya.
Penderita DM cenderung terus-menerus mengkonsumsi karbohidrat dan
makanan sumber glukosa secara berlebihan yang dapat meningkatkan kadar gula
darah. Pengaturan pola makan pada penderita DM perlu diterapkan dalam kebiasaan
makan sehari-hari sesuai kebutuhan tubuh dengan melakukan diet DM yang
dianjurkan. Oleh karena itu diperlukan adanya motivasi bagi penderita DM untuk
mengontrol kadar gula dalam darah (Bertalina & Purnama, 2016).

13
Motivasi dapat dikatakan sebagai kekuatan yang ada dalam diri manusia yang
menyebabkan seseorang bertindak atau berbuat untuk memenuhi kebutuhannya
(Jahja, 2011). Motivasi sangat penting peranannya, karena dengan motivasi mampu
membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Bertalina & Purnama, 2016). Motivasi adalah dorongan dari dalam yang
digambarkan sebagai harapan, keinginan, dan sebagainya yang bersifat menggiatkan
atau menggerakkan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna memenuhi
kebutuhan (Sarinah & Mardalena, 2017). Motivasi terbagi atas dua jenis, yaitu
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu
dan motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu (Nursalam,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Bertalina dan Purnama tahun (2016) pada 30
responden, diketahui bahwa masih banyak pasien DM yang tidak patuh dalam
pelaksanaan diet yaitu sebesar 60% sedangkan yang patuh dalam melaksanakan diet
DM adalah sebesar 40%. Distribusi berdasarkan motivasi pasien diketahui bahwa
lebih banyak responden yang memiliki motivasi kurang baik yaitu sebesar 53,3%
sedangkan motivasi yang baik adalah sebesar 46,7%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gustina, Suratun, dan Heryati
(2014) pada 70 responden, didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan diet DM adalah motivasi pasien dengan nilai (p<0,001). Responden dengan
motivasi yang baik memiliki peluang untuk mematuhi diet DM sebesar 329.667 kali
dibandingkan responden dengan motivasi kurang.

4. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Yang Dilakukan Pada Saat Ini

Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara umum yang
meliputi: pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan tingkat
pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan
khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosa dini
serta pengobatan yang tepat, pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang
meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan rehabilitasi (Noor, 2002).

1) Pencegahan Tingkat Dasar


Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention) adalah usaha
mencegah terjadinya resiko atau mempertahankan keadaan resiko rendah

14
dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum. Pencegahan ini meliputi
usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau perilaku hidup yang
sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah resiko terhadap penyakit
dengan melestarikan perilaku atau kebutuhan hidup sehat yang dapat
mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap suatu penyakit tertentu
atau terhadap berbagai penyakit secara umum.
Umpamanya memelihara cara masyarakat pedesaan yang kurang
mengonsumsi lemak hewani dan banyak mengonsumsi sayuran, kebiasaan
berolahraga dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat
resiko yang rendah terhadap penyakit (Noor, 2002).
Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah timbulnya
kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang
bertumbuh untuk tidak meniru atau melakukan kebiasaan hidup yang dapat
menimbulkan resiko terhadap beberapa penyakit. Sasaran pencegahan tingkat
dasar ini terutama pada kelompok masyarakat berusia muda dan remaja
dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula (Noor, 2002).
2) Pencegahan Tingkat Pertama.
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) adalah upaya
mencegah agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus. Faktor yang
berpengaruh pada terjadinya diabetes adalah faktor keturunan, faktor kegiatan
jasmani yang kurang, faktor kegemukan, faktor nutrisi berlebih, faktor
hormon, dan faktor lain seperti obat-obatan. Faktor keturunan jelas
berpengaruh pada terjadinya diabetes mellitus. Keturunan orang yang
mengidap diabetes (apalagi kalau kedua orangtuanya mengidap diabetes, jelas
lebih besar kemungkinannya untuk mengidap diabetes daripada orang
normal). Demikian pula saudara kembar identik pengidap diabetes hampir
100% dapat dipastikan akan juga mengidap diabetes pada nantinya
(Sidartawan, 2001).
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi
faktor lingkungan (kegemukan, kegiatan jasmani kurang, nutrisi berlebih)
merupakan faktor yang dapat diubah dan diperbaiki. Usaha pencegahan ini
dilakukan menyeluruh pada masyarakat tapi diutamakan dan ditekankan untuk
dilaksanakan dengan baik pada mereka yang beresiko tinggi untuk kemudian
mengidap diabetes. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk

15
mengidap diabetes adalah orang-orang yang pernah terganggu toleransi
glukosanya, yang mengalami perubahan perilaku/gaya hidup ke arah kegiatan
jasmani yang kurang, yang juga mengidap penyakit yang sering timbul
bersamaan dengan diabetes, seperti tekanan darah tinggi dan kegemukan.
Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan
mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan cara
memberikan pedoman:
a. Mempertahankan perilaku makan seharihari yang sehat dan seimbang
dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan
tinggi lemak dan karbohidrat sederhana.
b. Mempertahankan berat badan normal sesuai dengan umur dan tinggi
badan.
c. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan
kemampuan.
3) Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosa dini serta
pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan pencegahan
tingkat kedua adanya penemuan penderita secara aktif pada tahap dini.
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yakni
pencarian penderita dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak pada
penduduk secara umum pada kelompok resiko tinggi dan pemeriksaan
kesehatan atau keterangan sehat (Noor, 2002).
Upaya pencegahan tingkat kedua pada penyakit diabetes adalah
dimulai dengan mendeteksi dini pengidap diabetes. Karena itu dianjurkan
untuk pada setiap kesempatan, terutama untuk mereka yang beresiko tinggi
agar dilakukan pemeriksaan penyaringan glukosa darah. Dengan demikian,
mereka yang memiliki resiko tinggi diabetes dapat terjaring untuk diperiksa
dan kemudian yang dicurigai diabetes akan dapat ditindaklanjuti, sampai
diyakinkan benar mereka mengidap diabetes. Bagi mereka dapat ditegakkan
diagnosis dini diabetes kemudian dapat dikelola dengan baik, guna mencegah
penyulit lebih lanjut (Sidartawan, 2001).
4) Pencegahan Tingkat Ketiga

16
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) merupakan pencegahan
dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha
mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta
program rehabilitasi. Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih
lanjut, seperti perawatan dan pengobatan khusus pada penderita diabetes
mellitus, tekanan darah tinggi, gangguan saraf serta mencegah terjadinya cacat
maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitas (Noor,
2002).
Upaya ini dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan
kalau penyulit sudah terjadi. Kecacatan yang mungkin timbul akibat penyulit
diabetes ada beberapa macam, yaitu:
a. Pembuluh darah otak, terjadi stroke dan segala gejala sisanya.
b. Pembuluh darah mata, terjadi kebutaan.
c. Pembuluh darah ginjal, gagal ginjal kronik yang memerlukan tindakan
cuci darah.
d. Pembuluh darah tungkai bawah, dilakukan amputasi tungkai bawah.
Untuk mencegah terjadinya kecacatan, tentu saja harus dimulai dengan
deteksi dini penyulit diabetes, agar kemudian penyulit dapat dikelola
dengan baik di samping tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan
kadar glukosa darah (Sidartawan, 2001).

Pemeriksaan pemantauan yang diperlukan untuk penyulit ini meliputi


beberapa jenis pemeriksaan, yaitu:

a. Mata, pemeriksaan mata secara berkala setiap 6-12 bulan.


b. Paru, pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun atau kalau ada
keluhan batuk kronik.
c. Jantung, pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya protein
dalam urin.
d. Kaki, pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan mengenai cara
perawatan kaki yang sebaik-baiknya untuk mencegah kemungkinan
timbulnya kaki diabetik dan kecacatan yang mungkin ditimbulkannya.

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DM merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh interaksi berbagai faktor:
genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh
resistensi insulin.
Berdasarkan data statistic,distribusi diabetes melitus ada dua yaitu distribusi menurut
orang dan distribusi menurut tempat. Determinan diabetes melitus oleh host meliputi usia
diatas 45 tahun, pola makan,kurangnya berolahraga atau beraktivitas,genetik atau faktor
keturunan,makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti,merokok,kegemukan,stres
dan ketegangan, jenis kelamin,tingkat Pendidikan,jenis pekerjaan,obesitas,penyakit dan
infeksi pada pancreas,kehamilan,hipertensi,kadar kolesterol,serta bahan-bahan kimia dan
obat-obatan. Sedangkan menurut agent adalah virus dan bakteri,menurut environment
yaitu bahan toksik atau beracun.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://nunurulakmal.wordpress.com/2012/12/03/tahap-pencegahan-diabetes/

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/619

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf

https://www.academia.edu/15223111/diabetes_mellitus

http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/73408/4/22

http://jurnal.ummu.ac.id/index.php/BIOSAINSTEK/article/view/211

19

Anda mungkin juga menyukai