Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

Kasus Gloria Natapradja Hamel

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila

Dosen Pengampu : Karolina Sitepu, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Charina Anatacya Br Siregar 2229051014

Cindy Zahara 2229051013

Dedek Andrian 2229051005

Raihan Ramadhan P 2229051072

Safira Agustia 2229051007

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN

SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah, hidayah,
kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu Karolina Sitepu, S.H., M.H yang memberikan tugas ini untuk
pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Pancasila ini. Dalam makalah ini kami akan
membahas masalah mengenai kewarganegaraan ganda yang ada di Indonesia. Kami menyadari
sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada
pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB 1...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................... 2
BAB 2...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 3
A. Kasus Gloria Natapradja Hamel........................................................................................... 3
B. Solusi dalam Mengatasi Kewarganegaraan Ganda Anak Hasil Perkawinan Campuran...... 4
BAB 3...............................................................................................................................................7
PENUTUP........................................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memperbolehkan warga negaranya untuk menikah dengan warga negara Indonesia.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 57 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
(UU Pekawinan) perkawinan campuran ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia
tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan, dimana salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia.

Selain dapat dilakukan di dalam negara Indonesia, perkawinan campuran juga dapat
dilakukan diluar wilayah negara Indonesia. Hal ini diatur dalam Pasal 56 UU Perkawinan.
Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang warganegara Indonesia atau
seorang warga negara Indonesia dengan warga negara Asing adalah sah jika dilakukan menurut
hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warganegara
Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan dari undang-undang perkawinan Indonesia.
Setelah melakukan perkawinan diluar wilayah negara Indonesia, dalam jangka waktu waktu 1
(satu) tahun setelah suami isteri itu kembali di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan mereka
harus didaftarkan di Kantor Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.

Dalam perkawinan campuran, artinya ada 2 (dua) hukum negara yang berbeda yang dianut.
Pada pasal 60 UU Perkawinan dikatakan bahwa perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan
sebelum terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku
bagi pihak masing-masing telah dipenuhi. Mereka harus memberikan surat keterangan bahwa
syarat-syarat telah dipenuhi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana status kewarganegaraan anak yang lahir dari perkawinan beda kewarganegaraan?
2. Bagaimana upaya penyelesaian (solusi) yang dapat dilakukan dalam kasus tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui status kewarganegaraan anak yang lahir dari perkawinan beda
kewarganegaraan; dan
2. solusi untuk mengatasi kasus tersebut.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kasus Gloria Natapradja Hamel

Pihak pihak :

1. Gloria Natapradja Hamel


2. Ira Hartini Natapradja Hamel (WNI)
3. Didier Hamel (WNA)
4. Dr. Refly Harun, S.H.,LL.M (WNI)
5. Andra Widyana (WNI)
6. Yuliana (WNI)
7. Megawati Gani (WNI)
8. Kevin Joshua Scheunemann (WNI)
9. Indriawaty Mardi Santoso Leferve (WNI)

Kronologis :

Gloria Natapradja Hamel adalah anak keturunan dari perkawinan Ibu WNI dan Ayah WNA
(Prancis). Gloria terpilih menjadi seorang pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka)
diIstana Negara, Tepat dua hari sebelum peringatan kemerdekaan, perempuan keturunan
Indonesia-Prancis itu dicoret dari daftar pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) di Istana
Negara. Alasannya, Gloria masih memegang paspor Prancis yang berlaku sejak Februari 2014
hingga Februari 2019. Karena masih belum didaftarkan oleh orang tuanya maka menurut Pasal 41
Undang-Undang 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dijelaskan bahwa anak yang lahir
sebelum adanya Undang-Undang tersebut harus didaftarkan paling lambat empat tahun setelah
Undang-undang ini diundangkan. Maka dua hari sebelum pengibaran bendera pusaka nama
Gloria Natapradja Hamle dicoret dari pasukan pengibar bendera pusaka, karena dia dinyatakan
Nirwarganegara (stateless) maka orang tuanya melakukan sebuah uji materil ke Mahkamah
Konstitusi sesuai register perkara No.80/PUUXVI/2016. Didalam putusan tersebut hakim telah
memutuskan bahwa permohonan pengujian Pasal 41 Undang-Undang No 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan yang dilakukan oleh orang tua Gloria Natapradja Hamel ditolak. Ia akhirnya
bergabung dengan tim Bima, paskibraka yang menurunkan bendera pada sore hari.
3
Maka dari itu di Indonesia pernikahan beda kewarganegaraan itu dipersulit karena agar tidak
banyak warga Indonesia yang melakukan pernikahan beda kewarganegaraan, dan tidak
menghilangkan turunan asli Indonesia.

Dalam kasus Gloria Natapradja Hamel, yang bersangkutan lahir sebelum diundangkannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Sehingga berlaku Pasal 41
Ketentuan Peralihan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaraganegaraan
RI yang menyebutkan bahwa “Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c,
huruf d, huruf h, huruf l dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas)
tahun atau belum kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang
Undang ini dengan mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik
Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan. Bahwa
berdasarkan ketentuan peralihan tersebut maka dalam kasus Gloria Natapradja Hamel ia harus
mendaftarkan diri kepada Pejabat yang dimaksud (Kepala Kantor Kementerian Hukum dan Ham
atau Kepala Kantor Imigrasi setempat) paling lambat hingga pada tahun 2010, guna dapat
memperoleh juga kewarganegaraan Indonesia. Apabila tidak dilakukan maka yang bersangkutan
tidak dapat berstatus sebagai Warga Negara Indonesia, sehingga dalam hal ini Gloria Natapradja
Hamel menyandang status Warga Negara Prancis sama seperti ayahnya. Dalam kasus tersebut
ibu dari Gloria Natapradja Hamel sendiri mengaku tidak mengetahui adanya ketentuan
mendaftarakan diri tersebut dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, sehingga Gloria
Natarapradja Hamel kehilangan haknya sebagai Warga Negara Indonesia dan dalam hal ini pula
Kementerian Hukum dan HAM RI telah mengeluarkan surat bahwa memang status
kewarganegaraan Gloria Natapradja Hamel adalah sebagai Warga Negara Asing yaitu Warga
Negara Prancis sejak ia lahir.

4
B. Solusi dalam Mengatasi Kewarganegaraan Ganda Anak Hasil Perkawinan Campuran

Bahwa mengenai perkawinan campuran di Indonesia pada praktiknya juga telah


menimbulkan berbagai problematika di masyarakat. Sehingga tak ayal banyak ditemui kasus-
kasus hukum terkait permasalahan status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran
yang dalam hal ini penulis mengangkat kasus Gloria Natapradja Hamel. Lantas kiranya
bagaimana kemudian solosi dalam mengatasi status kewarganegaraan tersebut?

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya mengenai status kewarganegaraan Gloria


Natapradja hamel yang dalam hal paling lambat 4 (empat) tahun, ia harus mendaftarkan diri
kepada Kepala Kementerian Hukum dan Ham RI atau Kepala Kantor Imigrasi terkait status dan
kedudukannya agar juga dapat diakui memiliki diaspora (kewarganegaraan ganda) secara
terbatas hingga berusia 18 (delapan belas) tahun. Namun, oleh karena dalam jangka waktu
tersebut tidak diajukan pendaftaran, maka secara mutatis mutandis statusnya hanya sebatas
warga negara asing yang dalam hal ini berkewarganegaraan Prancis. Jika seseorang telah
berkewarganegaraan asing dan bukan diaspora (kewarganegaraan ganda terbatas), maka
pernyataan kewarganegaraan sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganeharaan Indonesia tidak lagi dapat dipakai serta merta, melainkan
pasal-pasal yang mengatur mengenai permohonan untuk menjadi WNI lah yang dapat digunakan
sebagai langkah penyelesaian tersebut di atas, disamping melakukan pendaftaran sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 41 UU Kewarganegaraan RI. Hal ini menurut ketentuan Pasal 1 ayat (3)
UU Kewarganegaraan RI disebut sebagai “Pewarganegaraan”.

Bahwa ketentuan mengenai permohonan pewarganegaraan diatur secara umum dalam Pasal 9
UU Kewarganegaran RI yakni sebagai berikut :
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

1. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;


2. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun
tidak berturut-turut;
3. sehat jasmani dan rohani;

5
4. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan membayar uang pewarganegaraan
ke Kas Negara.

Hal mana ketentuan teknis dan spesifik mengenai permohonan tersebut mengacu kepada
Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor 47 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian
Permohonan Kewarganegaraan Republik Indonesia secara Elektronik.

6
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran adalah berkewarganegaraan ganda


terbatas, sepanjang belum didaftarkan oleh orang tua sampai berumur 18 tahun, dan atau tidak
memilih salah satu kewarganegaraan setelah anak yang bersangkutan berumur 18 tahun atau
sudah kawin.

Prosedur pendaftaran kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran dilakukan oleh


salah satu orang tua bagi anak yang belum berumur 18 tahun, apabila anak tersebut sudah 18
tahun atau sudah kawin dengan mendaftarkan diri berupa permohonan secara tertulis kepada
Kepala Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal anak.

B. Saran

Harus memperhatikan peraturan-peraturan tentang perlindungan hak anak, khususnya hak


mendapatkan status kewarganegaraan yang berlaku, agar tidak ada diskriminasi yang dialami
oleh sebagian anak dari perkawinan campuran 2. Prosedur pendaftaran kewarganegaraan itu
harusnya disederhanakan dan biaya diringankan, karena setiap yang terlahir dari perkawinan
campuran belum tentu dari keluarga mampu.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unmuhjember.ac.id/5548/9/i.%20ARTIKEL.pdf

https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/80_PUU-XIV_2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai