Anda di halaman 1dari 254

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Drs. Muh. Nasir, S.Pd., M.Kes

BERITA TENTANG KEWARGANEGARAAN

Oleh :

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLITEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

ii
DAFTAR ISI

1. Kasus Irfan Bachdim................................................................................ 1


2. Aktivis kemerdekaan papua, Benny Wenda yang Tak Lagi Berstatus Warga
Negara Indonesia (WNI) .......................................................................... 3
3. Sistem Dwi Kewarganegaraan Dinilai Bisa Ancam Kedaulatan NKRI..... 3
4. Kewarganegaraan Ganda Bagi WNI dibawah 18 Tahun......................... 6
5. Keturunan WNI Hidup Tanpa Identitas di Malaysia................................. 6
6. Polemik Pernyataan Agnes Mo, Status Kewarganegaraan Perlu dicek. . 6
7. Pemerintah Jemput Bola untuk Rekam Data Kependudukan Difabe...... 6
8. 7 Pesebakbola yang Menanti Proses Naturalisasi Jadi WNI .................. 6
9. Tokoh Tionghoa dan Masalah Kewarganegaraan................................... 6
10. Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja................................ 6
11. WNI di Luar Negeri diusulkan Boleh Memiliki Kewarganegaraan Ganda 6
12. Kasus Kewarganegaran (Naturalisasi)..................................................... 6
13. Polemik ISIS Eks WNI dan Aturan Kehilangan Kewarganegaraan......... 6
14. Menguak Untung Besar dibalik Jual Beli Kewarganegaraan................... 6
15. Diaspora Indonesia dan Dwi Kewaarganegaraan dalam Perspektif Undang-
Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia....................................... 6
16. Kewarganegaraan Ganda Anak dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya
dalam Hukum Perdata Internasional........................................................ 6
17. Status Kewarganegaran yang Marak Terjadi di Indonesia...................... 6
18. Kepadatan Penduduk, Angka Positif Covid-19 di Sulawesi Selatan Meningkat
...............................................................................................................6
19. Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia: Tak Boleh Sekolah,
Takut ditangkap Polisi.............................................................................. 6
20. Kasus Gloria E Maerering Perkara Kewarganegaraan Ganda dalam Perkawinan
Campuran................................................................................................. 6
21. Status Kewarganegaraan Anak dari Hasil perkawinan Campuran sebagai Akibat
Perceraian Orangtuanya.......................................................................... 6
22. Kewarganegaraan Ganda Manohara Odelia Pinot.................................. 6
23. Status Kewarganegaraan Indonesia Bagi Pendukung ISIS .................... 6

iii
24. Kasus KTP Ganda Diperbatasan RI-Malaysia Perlu Ditindaki................. 6
25. Kasus Kewarganegaran Archandra Tahar............................................... 6
26. Dasar Pencabutan Kewarganegaraan Eks ISIS...................................... 6
27. Orang-Orang Indonesia yang Dicabut Kewarganegaraannya karena Politik
...............................................................................................................6
28. Status Kewarganegaran (TKA) yang Bekerja di Indonesia...................... 6
29. Muhammad Rizieq Shihab Terancam Kehilangan Status Kewarganegaraan
Indonesia ................................................................................................. 6
30. Kenapa Seseorng dapat Dikatakan Bipatride?........................................ 6
31. Djoko Tjandra Diduga Palsukan Dokumen agar Peroleh Kewarganegaran PNG
...............................................................................................................6
32. Polemik Kewarganegaraan dan Kepulangan WNI Terduga Teroris Lintas Batas
...............................................................................................................6
33. Kewarganegaran Ganda Bagi Warga Negara Indonesia ........................ 6
34. Laporan dari Beijing 199 Anak dari Kawin Campur Indonesia-China
Berkewarganegaraan Ganda................................................................... 6
35. Pencabutan Kewarganegaraan................................................................ 6

iv
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen Pengampu : Drs,H.Muh.Nasir,M.Pd.,M.Kes

“KASUS IRFAN BACHDIM”

Oleh:

A.IKAH PUSPITASARI

(PO714203191001)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020

1
CONTOH KASUS KEWARGANEGARAAN GANDA

KASUS IRFAN BACHDIM

Irfan Bachdim terlahir dari keluarga pesepakbola, ayahnya Noval Bachdim merupakan warga
negara Indonesia keturunan Arab - Indonesia yang lahir dan menetap di Malang hingga tahun 80-
an, mantan pesepakbola dari klub PS Fajar Lawang pada era 80-an, kakeknya Ali Bachdim
merupakan mantan pemain Persema Malang dan PSAD Jakarta, ibunya Hester van Dijk adalah
warga Negara Belanda, Keluarga Bachdim tinggal di kota Amsterdam. Irfan mulai bermain
sepak bola di akademi sepakbola Ajak Amsterdam setelah tiga tahun ia pindah ke SV Argon,
kemudian direkrut oleh pencari bakat Fc Utrecht bermain untuk tim junior Utrecht, sesekali
menjadi pemain cadangan tim senior. Setelah kontraknya tidak diperpanjang lagi, pada bulan Juli
2009 ditransfer tanpa biaya ke klub HFC Haarlem. Irfan memilih untuk menjadi WNI ketimbang
Belanda pada usia 18 tahun dan memegang paspor hijau Indonesia, jadi Irfan Bachdim bukanlah
seorang pemain dari produk naturalisasi. karena sudah mengantongi paspor Indonesia sejak awal
dengan sendirinya untuk bermain di Indonesia Irfan tak perlu proses naturalisasi berbeda dengan
El Loco Gonzalez dan Kim yang sama sekali tidak memegang paspor hijau sehingga harus
melewati proses naturalisasi.

Pendekatan analisis yuridisnya

Berdasarkan undang-undang tentang kewarganegaraan terbaru, UU no.12/2006, dikenal


status kewarganegaraan ganda dalam tataran hukum Indonesia.Tapi, status tersebut hanya
berlaku pada anak hasil pernikahan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara
asing (WNA). Yang mana irfan adalah anak hasil pernikahan campuran. Hingga berusia 18 tahun
atau menikah, anak tersebut harus memilih kewarganegaraannya.

Dalam hal ini jika irfan memilih menjadi WNI, dia harus menyatakan dengan tertulis
kepada pemerintah/pejabat yang membidangi/Departemen Kehakiman. Pernyataan tersebut harus
disampaikan dalam tenggang waktu tiga tahun setelah ulang tahun ke-18.

Berdasarkan prinsip ini, Irfan harus menentukan sikap. Lahir tanggal 11 Agustus 1988,
Irfan masih punya hak untuk menjadi WNI hingga 11 Agustus 2009.Jika tidak ada pernyataan
hingga tenggat tersebut, hak untuk menjadiWNI hilang otomatis.

DWI KEWARGANEGARAAN BAGI ANAK HASIL PERNIKAHAN CAMPURAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2006

2
Bab II

WARGA NEGARA INDONESIA

Pasal 4

Warga Negara Indonesia adalah:

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian


Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia;

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu
warga negara asing;

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;

e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut;

f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;

g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui
oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya;

j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;

k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

3
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.

Pasal 5

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana
ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas)
tahun atau sudah kawin.

CARA MENDAPATKAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia (“UU Kewarganegaraan”), syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun
tidak berturut-turut;

3. Sehat jasmani dan rohani;

4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

4
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun atau lebih;

6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi


berkewarganegaraan ganda;

7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan

8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Syarat Tambahan Permohonan Kewarganegaraan Indonesia

Namun terdapat beberapa syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk dapat memperoleh
kewarganegaraan Indonesia, yaitu:

1. Surat Keterangan Imigrasi (“SKIM”) dari Kantor Imigrasi yang menerangkan bahwa
pemohon tersebut sudah tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat 5
(lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut-turut dan
diserahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah
hukum pemohon tersebut bertempat tinggal;

2. Surat keterangan dari Kedutaan Besar pemohon yang bersangkutan, bahwa negara asal
pemohon tersebut tidak keberatan apabila warga negaranya ingin menjadi WNI;

3. Dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat memperoleh kewarganegaraan harus


dilegalisir oleh kedutaan pemohon yang bersangkutan, atau untuk dokumen-dokumen pemohon
yang berasal dari negara lain selain Negara Amerika Serikat, dapat dilegalisasi oleh Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah hukum pemohon tersebut
bertempat tinggal;

4. Surat keterangan penghasilan yang dikeluarkan oleh Kantor Camat berdasarkan surat
pengantar dari kantor Kelurahan sesuai keterangan dari Perusahaan ataupun keluarga yang
menjadi sponsor tempat pemohon tersebut bekerja atau menetap;

5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (“SKCK”) dari Kepolisian setempat;

6. Semua persyaratan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia harus dibuat


dalam 2 (dua) rangkap;

7. Total perkiraan waktu untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah 3 (tiga) bulan
sampai dengan 7 (tujuh) bulan.

HAL HAL YANG DAPAT MEMBUAT HILANGNYA KEWARGANEGARAAN


INDONESIA

Terdapat dalam UU no.12 tahun 2006 bab 4

5
KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 23

Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang


bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar
negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;

d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh
Warga Negara Indonesia;

f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut;

g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing;

h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya; atau

i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5
(lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan

Pasal 25

(1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak dengan sendirinya
berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

6
(2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya
berlaku terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai
dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

(3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan lain


bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya
sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

(4) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia
18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memiIih salah satu
kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 26

(1)Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.

(2)Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya,
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.

(3)Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan
mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya
meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut
mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

(4)Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah
3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

Pasal 28

Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan keterangan


yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan
mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya.

7
KESIMPULAN

Dilihat dengan seksama pasal 8 UU kewarganegaraan, disebutkan bahwa kewarganegaraan


negarawan RI dapat juga di peroleh dengan cara pewarganegaraan (naturalisasi). Jika dalam
pasal 4 huruf C disebutkan bahwa warga negara adalah anak yang lahir dari perkawinan dah dari
seorang ayah yang berkewarganegaraan Indonesia dan ibu warga negara asing, dan pasal 5
berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Jadi irfan sebelumnya sudah memiliki
kewarganegaraan Indonesia meskipun masih berstatus ganda bersmaan dengan warga negara
belanda, dan setelah berusiah 18 tahun irfan harus membuat pernyataan memilih salah satu
diantara kewarganegaraan tersebut.

Dalam kasus ini Irfan Bachdim termasuk yang mengikuti asas keturunan (Ius sanguinis)
terbukti dengan bukti bahwa dia telah memiliki paspor biasa pada umur 18 tahun, Irfan juga saat
ini bukan warga negara yang mempunyai status bipatride, karena ia telah memilih untuk menjadi
WNI setelah umur 18 tahun dan saat ini tinggal di Indonesia dan bermain di timnas Indonesia
dan bergabung dengan Persema malang. Irfan yang lahir dari ayah berkewarganegaraan
Indonesia dan ibu warga negara belanda, bukan mendapatkan kewarganegaraan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) karena sudah mengantongi paspor Indonesia sejak awal dengan
sendirinya untuk bermain di Indonesia Irfan tak perlu proses naturalisasi berbeda dengan El Loco
Gonzalez dan Kim yang sama sekali tidak memegang paspor hijau sehingga harus melewati
proses naturalisasi. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan asalkan orang itu dapat
memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara di negara manapun ia tinggal.

8
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen Pengampu : Drs.H. Muh. Nasir, M.Pd.,M.Kes

AKTIVIS KEMERDEKAAN PAPUA, BENNY WENDA YANG TAK LAGI BERSATUS


WARGA NEGARA INDONESIA (WNI)

DISUSUN OLEH :

NAMA : A. WAHDANIAH
NIM : PO714203191.002
KELAS : A/D.IV. TK. 1

PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

9
Aktivis kemerdekaan Papua, Benny Wenda yang kini berstatus warga negara Inggris

Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Imigrasi (Ditjen Imigrasi) Kementerian


Hukum dan HAM memastikan aktivis pro kemerdekaan Papua, Benny Wenda telah
berstatus warga negara Inggris. Benny, yang lahir dan besar di Papua, sudah bukan
lagi warga negara Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, warga negara adalah masyarakat/orang/warga yang


bertempat tinggal disuatu daerah/wilayah/negara tetap atau tidak tetap.

"Ya [pernah menjadi WNI]. Tercatat sejak 2003 Benny sudah tinggal di Inggris," kata
Kepala Sub Bagian Humas Ditjen Imigrasi,Sam Fernando saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (4/9).

Sam enggan menjelaskan detail waktu dan kronologis Benny tidak lagi berstatus WNI.
Ia hanya menerangkan secara normatif sembilan alasan yang memungkinkan seorang
WNI kehilangan kewarganegaraan.

"Setiap warga negara dapat dengan sendirinya mengalami kehilangan status


kewarganegaraannya karena: memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya
sendiri, tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu, masuk dalam dinas tentara asing tanpa
izin Presiden," kata Sam.

10
Mengutip Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 tahun 2007 tentang Tata Cara
Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan
Republik Indonesia, Sam pun melanjutkan seorang WNI bisa kehilangan status
kewarganegaraan ketika sukarela masuk dalam dinas negara asing, dan sukarela
mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia ke negara asing atau bagian dari
negara asing tersebut.

Lalu, tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing, dan mempunyai paspor atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya.

Kemudian, bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara--tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI sebelum
jangka waktu 5 tahun itu berakhir.
"Dan setiap lima tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan
ingin tetap menjadi WNI kepada perwakilan Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan,” kata Sam.
"Poin selanjutnya, WNI dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannya sendiri apabila yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan,"
lanjutnya.
Meski begitu Sam tetap tak mau merinci poin mana yang membuat Benny Wenda tak
lagi berstatus warga negara Indonesia.
"Untuk info tersebut baiknya tanya kepada pemerintah Inggris. [Konfirmasi dari
pemerintah Inggris ke Indonesia] Silakan ke Kementerian Luar Negeri," jawab Sam
Fernando.
Sedangkan Pemerintah Inggris menolak membeberkan status kewarganegaraan Ketua
Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda.
Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson itu juga enggan memaparkan apakah
Inggris telah menerima permintaan suaka tokoh separatis Papua itu untuk menjadi
warga negara di barat laut Eropa tersebut.
"Kami tidak pernah berkomentar secara rutin terkait status imigrasi seseorang di
Inggris," kata juru bicara Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, John Nickell, melalui
pernyataan kepada CNNIndonesia.com pada kamis (5/9).

11
Kewarganegaraan menurut Undang-Undang no.26 tahun 1958 tentang
kewarganegaraan RI, yang mana kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan
gdengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk
melindungi orang yang bersangkutan.
Dalam pasal 28D ayat (4) UUD 1945, dengan tegas menyatakan, “setiap orang berhak
atas status kewarganegaraannya”. Hal ini membuktikan bahwa, adanya perlindungan
konstitutional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan
penegaknya, melalui proses yang adil.
Dalam beberapa literature hukum dan praktik, dikenal dengan adanya tiga asas
kewarganegaraan yaitu asas ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran.
 Asas ius soli ialah bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat
kelahirannya.
 Asas ius sanguinis ialah bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
keturunan atau darah.
 Asas campuran ialah dimana kewarganegaraan seseorang ditentukan dengan
tempat kelahiran dan atau keturunan.
Selain itu dikenal juga bipadride (dwi-kewarganegaraan) dan apatride (tidak
berkewarganegaraan). Kedua hal tersebut merupakan akibat dari apadanya asas
kewarganegaraan campuran.
Kehilangan kewarganegaraan adalah keadaan dimana seseorang sudah tidak terikat
lagi dengan suatu Negara dan kewajiban serta haknya sebagai warga Negara. Warga
Negara Indonesia (WNI) dewasa yang telah memperoleh status dan dokumen
kewarganegaraan asing (WNA) otomatis kehilangan ke-WNI-annya. Syaratnya,
permohonan menjadi warga negara lain itu dilakukan atas kemauan sendiri.
Meskipun orang Indonesia asli, status sebagai WNI dapat saja hilang apabila
melanggar hal-hal tertentu seperti diatur dalam Pasal 23 UU RI No. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, yakni

Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;


b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

12
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya; atau
i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesiabselama 5 (lima)
tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5
(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pemyataan ingin
tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis
kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.

Disamping itu, seseorang juga dapat kehilangan kewarganegaraanya karena:

a. Renunciation, yaitu tindakan seseorang untuk meninggalkan salah satu dari


dua atau lebih kewarganegaraannya yang diperoleh dari dua negara atau
lebih.
b. Temination, yaitu penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan
hukum, karena yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan dari
negara lain.
c. Deprivation, yaitu suatu pemberhentian paksa, pencabutan atau pemecatan
dari status kewarganegaraannya berdasarkan perintah pejabat yang
berwewenang. (Jimly A 2013: 394-399)

Nama Benny Wenda muncul kembali setelah aksi protes antirasialisme terhadap
mahasiswa Papua merebak di sejumlah daerah di Indonesia. Terutama di Papua dan
Papua Barat.
Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah
ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam
ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan
budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme,
istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme.

13
Sedangkan rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan
bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian
budaya atau individu; bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya.

Aktivis pro kemerdekaan Papua Benny Wenda (berbaju merah) (Dok. The Office of Benny Wenda)

Protes yang bermula dari insiden dugaan rasialisme di Jawa Timur itu, di beberapa
daerah berujung ricuh. Sejumlah fasilitas umum dibakar, jatuh pula diantaranya korban
tewas dan luka-luka. Hingga kini ada beberapa versi mengenai jumlah korban.

Pemerintah menuding Benny Wenda ikut andil memantik kerusuhan dan gejolak di
Papua. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menyebut
ricuh tak lepas dari aksi provokasi aktivis pro-kemerdekaan Papua tersebut.

Menurut Wiranto, Benny aktif menyebarkan hoaks alias informasi palsu soal Papua ke
luar negeri.

Protes yang bermula dari insiden dugaan rasialisme di Jawa Timur itu, di beberapa
daerah berujung ricuh. Sejumlah fasilitas umum dibakar, jatuh pula diantaranya korban
tewas dan luka-luka. Hingga kini ada beberapa versi mengenai jumlah korban.

Pemerintah menuding Benny Wenda ikut andil memantik kerusuhan dan gejolak di
Papua. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menyebut
ricuh tak lepas dari aksi provokasi aktivis pro-kemerdekaan Papua tersebut.

Di Indonesia, suku bangsa Papua adalah ras Melanesia yang jumlah hanya 0,1 persen
dari 250 juta penduduk Indonesia. Lebih minoritas dari jumlah penduduk, tetapi juga
lebih tertinggal dari kemajuan modernisasi perubahan peradaban baru. Karena itu

14
paling sering mendapat diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan HAM.

Diskriminasi rasial terhadap suku papua ini terus berlangsung sepanjang tahun. Sejak
perebutan wilayah Papua masuk ke Indonesia sampai sekarang, pandangan
diskriminasi rasial tersebut masih terbudaya. Perlakuan rasial ini yang menjadi salah
satu faktor yang mendorong timbulnya pemberontakan jiwa orang Papua.

Padahal pada Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang larangan perlakuan


diskriminasi terhadap warga negara sudah dijamin untuk pemerintah menegakkan
hukum bagi setiap orang yang berperilaku rasis atau diskriminasi terhadap sesama
warga negara.

Sedangkan untuk aksi provokasi, pasal 160 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”) berbunyi:

“Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan
perbuatan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti
baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan berdasar
ketentuan undang-undang, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

15
PEND. KEWARGANEGARAAN

NAMA : AMALIAH KHOIRUNNISA RUSISAH

NIM : PO714203191.003

HARI/TANGGAL : KAMIS, 2 JULI 2020

NAMA DOSEN : Drs.Muh.NASIR, M.Pd.,M.Kes.

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PRODI SARJANA TERAPAN (D.IV)
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

16
2020

SISTEM DWIKEWARGANEGARAAN DINILAI BISA ANCAM


KEDAULATAN NKRI
Suriyanto, CNN Indonesia | Jumat, 19/08/2016 10:40 WIB

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160819104043-20-152397/sistem-
dwikewarganegaraan-dinilai-bisa-ancam-kedaulatan-nkri

Jakarta, CNN Indonesia -- Sistem kewarganegaraan ganda dinilai belum pantas diterapkan di
Indonesia. Sistem ini dinilai bisa mempengaruhi kedaulatan dan bisa menggangu pertahanan
negara.

Pakar hukum internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Djawahir Thontowi mengatakan,
banyak yang harus dipertimbangkan memberlakukan dwikewarganegaraan. "Bukan hanya sistem
hukum, tapi juga sistem sosial politik masyarakat Indonesia ," kata Djawahir kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (19/8).

Menurutnya, sistem kewarganegaraan ganda bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang selama
ini ingin memisahkan salah satu wilayah NKRI.

Guru besar UII ini juga khawatir, sistem kewarganegaraan ganda juga dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi. Djawahir mengatakan, masih banyak warga negara Indonesia yang merasa
tidak mendapat perlakuan adil dari negara.

"Mereka nanti bisa dengan mudah menjual identitas untuk kepentingan pribadi," kata Djawahir.

17
Mereka dengan alasan diperlukan tak adil, menurut Djawahir, bisa saja merangkap
kewarganegaraan lalu menjual informasi rahasia kepada negaranya yang lain.

Sistem kewarganegaraan tunggal yang diakui Indonesia saat ini menurut Djawahir sudah tepat.
Jangan sampai sistem ini diubah yang bisa berakibat mudahnya kepentingan asing masuk.

Beberapa negara maju menurut Djawahir memang menganut sistem kewarganegaraan ganda.
Namun sistem ini sudah diberengi dengan sistem sosial politik yang mapan. Kesejahteraan sudah
bisa diberikan kepada warganya sehingga berimbas pada kesetiaan warganya.

"Di Indonesia sudah 71 tahun merdeka belum ada pemerataan," kata dia. Bahkan masih ada
beberapa kelompok radikal dan juga separatis yang mengancam keutuhan NKRI.

Djawahir setuju jika pada perantau atau diaspora harus bisa difasilitasi saat ingin kembali
berkarya di Indonesia. Namun menurutnya, tidak bisa dijamin juga mereka bisa benar-benar setia
terhadap Republik Indonesia tanpa adanya penanaman ideologi yang kuat.

"Negara harus hati-hati, aparat harus punya kepedulian terhadap kelangsungan NKRI di masa
mendatang," kata Djawahir.

Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah saat ini tengah mengkaji
peluang revisi Undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Menurutnya,
arah kajian adalah menerapkan sistem dwikewarganegaraan seperti di beberapa negara lain.

"Memang sedang dibicarakan soal dwikewarganegaraan karena di dunia trennya begitu," kata
Jusuf Kalla (JK).

Menurut JK, sistem dwikewarganegaraan bisa saja diterapkan di Indonesia karena banyak WNI
yang pergi ke luar negeri untuk mencari pengalaman. Orang-orang tersebut biasanya memiliki
talenta sehingga tenaganya dibutuhkan di luar negeri.

Namun biasanya, ada juga WNI yang akhirnya memilih untuk menjadi warga negara tempat
mereka mencari pengalaman lantaran proyek yang dilakukan cukup strategis dan lebih aman jika
menjadi warga negara sana. (sur/sur)

Berdasarkan artikel diatas, Dwikewarganegaraan adalah seseorang yang memiliki dua


kewarganegaraan dalam waktu yang bersamaan.

18
Sesuai dengan UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, bagi anak yang dilahirkan pada
dan setelah 1 Agustus 2006 dari pasangan WNI atau salah satu orang tuanya adalah WNI maka
dapat mengajukan kewarganegaraan ganda terbatas dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan
Ibu Warga Negara Asing (WNA).
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Asing (WNA) dan Ibu
Warga Negara Indonesia (WNI).
3) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari Ibu Warga Negara Asing (WNA) yang
diakui oleh Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
berusia 18 (delapanbelas) tahun atau belum kawin.
4) Anak yang lahir di luar wilayah Republik Indonesia dari Ayah dan Ibu Warga Negara
Indonesia (WNI), yang karena ketentuan dari Negara tempat anak dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5) Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia
18 (delapan belas) tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh Ayah Warga Negara Asing
(WNA).
6) Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang belum berusia 5 (lima) tahun, diangkat secara
sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing (WNA) berdasarkan Penetapan Pengadilan.

Setelah 18 tahun dan/atau telah menikah, anak tersebut harus mulai memilih
kewarganegaraannya dan diberikan kesempatan 3 tahun untuk menentukan pilihan.

 Pembuatan Affidafit (Kartu Dwi Kewarganegaraan)

Affidafit dibuat bagi anak-anak yang merupakan subyek warga negara ganda terbatas yang
termasuknya memiliki kewarganegaraan Indonesia. Affidafit dapat digunakan sebagai pengganti
dokumen perjalanan ke Indonesia agar pemegangnya dianggap sebagai warga negara Indonesia
dan tidak memerlukan Ijin masuk ke wilayah Indonesia.

 Persyaratan membuat affidavit:

19
1) Mengisi Formulir permohonan Affidafit yang tersedia di counter KJRI atau dapat
diunduh di website KJRI dan harus ditandatangani oleh kedua orang tua si anak.
(Download Formulir).
2) Fotokopi Kutipan Akte Kelahiran anak yang disahkan/dibuatkan surat keterangan
kelahiran oleh Perwakilan RI.
3) Pas foto anak terbaru berwarna ukuran paspor sebanyak 2 (dua) lembar.
4) Paspor RI anak bagi anak yang telah memiliki paspor.
5) Fotokopi paspor asing anak.
6) Fotokopi paspor orang tua dan status kewarganegaraan orang tuanya yang masih berlaku.
7) Bagi anak yang lahir dari perkawinan yang sah, harus melampirkan fotokopi Kutipan
Akte Perkawinan/Buku Nikah/Akte Perceraian/Akte Kematian salah seorang orang tua
anak, yang disahkan oleh Perwakilan RI.
8) Bagi anak yang diakui atau yang diangkat harus melampirkan fotokopi kutipan Akte
Pengakuan yang ditetapkan dalam keputusan Penetapan Pengadilan tentang
pengangkatan anak dan disahkan oleh Perwakilan RI.
9) Bukti alamat orang tuanya.
10) Membayar biaya pengesahan/surat keterangan kelahiran sebesar sesuai ketentuan resmi
di KJRI.
11) Membayar biaya affidafit sebesar sesuai tarif resmi di masing-masing KJRI

* Keterangan: copy dokumen harap dilegalisasi oleh JP

Adapun gagasan untuk memberlakukan sistem dwikewarganegaraan bisa saja diteruskan untuk
mengakomodasi perkembangan masyarakat Indonesia dalam interaksinya dengan dunia
internasional. Bagaimanapun hukum harus diaktualkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Merujuk ungkapan Satjipto Rahardjo, hukum tak berada dalam vakum, tetapi
melayani masyarakat tertentu dengan segala perkembangannya. Merujuk ungkapan Satjipto
Rahardjo, hukum tak berada dalam vakum, tetapi melayani masyarakat tertentu dengan segala
perkembangannya. Maka itu, pembahasan kemungkinan pemberlakuan dwikewarganegaraan
tetap harus dilakukan jika perubahan masyarakat kita memang sudah menuntut pemberlakuan hal
tersebut. Namun, sebelum undang-undang tentang Kewarganegaraan direvisi, hukum yang

20
berlakulah yang harus ditegakkan. Demikianlah cara hidup berhukum yang berkeadaban,
menegakkan hukum yang sedang berlaku.

 Hukum yang berlaku saat ini

Menurut hukum yang berlaku sekarang, yakni UU No 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan, seperti diatur di dalam Pasal 23 Butir a, ”warga negara Indonesia (WNI) yang
menjadi warga negara lain kehilangan kewarganegaraannya. Kehilangan itu berlaku dengan
sendirinya.” Pasal 23 Butir a itu jelas menggunakan kata ”kehilangan”, bukan pencabutan. Oleh
sebab itu, kehilangan kewarganegaraan itu terjadi secara otomatis, tak mensyaratkan prosedur
pencabutan dari kementerian. Itulah sebabnya Pasal 29 UU No 12 Tahun 2006 menegaskan
bahwa menteri ”mengumumkan”, bukan ”menetapkan” WNI yang kehilangan
kewarganegaraannya. Mengumumkan hanyalah bersifat administratif, bukan menjadi syarat
tentang saat lain berlakunya kehilangan status kewarganegaraan itu di luar waktu ketika seorang
WNI menjadi warga negara lain. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2007 dalam Pasal 31 juga
menggunakan frase ”hilang dengan sendirinya”. UU No 12 Tahun 2006 juga hanya mengatur
dengan (satu) Pasal 29 tersebut dengan kalimat singkat tentang pengumuman kehilangan
kewarganegaraan.
Yang diatur dengan detail adalah cara memperoleh kewarganegaraan kembali bagi WNI
yang kehilangan kewarganegaraan, yakni diatur di dalam Bab Vmulai dari Pasal 31 sampai
dengan Pasal 35. Di sana diatur, kalau inginmemperoleh status kewarganegaraan kembali,
mantan WNI harus menempuh prosedur naturalisasi sesuai dengan ketentuan Pasal 9 UU itu.
Oleh sebab itu, menjadi keliru ketika dikatakan bahwa sebelum paspor Indonesia WNI yang
menjadi warga negara asing dicabut kementerian, status WNI untuknya masih melekat. Dalam
hal berlakunya satu peraturan atau keadaan di dalam hukum perundang-undangan dikenal dua
cara, yakni promulgation dan publication. Yang pertama menjadi syarat mulai berlaku dan
mengikatnya satu peraturan atau keputusan, yang kedua hanya sekadar administratif sebagai
pengumuman yang sebelum pengumuman pun keadaan hukum sudah berlaku. Penempatan UU
di dalam Lembaran Negara (LN), misalnya, menjadi syarat dan penanda mulai berlakunya suatu
UU karena penempatan UU di dalam LN adalah promulgation alias pemberlakuan. Namun,
pengumuman bahwa seseorang bukan lagi warga negara karena ”kehilangan kewarganegaraan”

21
hanyalah bersifat informasi atau publikasi dan bukan menjadi syarat dan tanda mulai berlakunya
status bukan WNI itu.
Pengumuman oleh kementerian tentang hilangnya status kewarganegaraan seseorang
hanyalah publication, tidak berlaku prospektif, tetapi berlaku surut sejak terjadi sesuatu atau
yang bersangkutan melakukan langkah-langkah yang menyebabkan hilangnya status
kewarganegaraan. Kalau misalnya pada 18 Agustus 2016 kementerian mengumumkan seorang
WNI kehilangan kewarganegaraan karena menjadi warga negara asing, maka keberlakuan
kehilangannya itu bukan berlaku sejak 18 Agustus 2016, melainkan sejak yang bersangkutan
menjadi warga negara asing, misalnya sejak 12 April 2012. Jadi, kelirulah kalau dikatakan
seseorang yang sudah menjadi warga negara asing masih WNI karena paspornya belum dicabut
secara resmi. Ini sama halnya dengan orang lulus dari sekolah pada tahun 2014, tetapi karena
ijazahnya hilangkepada yang bersangkutan diberikan ijazah pengganti pada tahun 2016. Dalam
hal ini, tak bisa diartikan bahwa yang bersangkutan lulus sekolah pada tahun 2016 sesuai dengan
pengeluaran ijazah penggantinya. Perbedaan antara promulgation dan publication ini tidak boleh
dikacaukan sama sekali.

 Wacana Tentang Pemberlakuan Sistem Dwikewarganegaraan

Adapun wacana tentang pemberlakuan sistem dwikewarganegaraan bisa saja dilakukan


dalam konteks untuk merevisi UU sesuai dengan perkembangan masyarakat kita ataupun
masyarakat internasional. Kenyataan bahwa sangat mungkin banyak WNI yang bagus, seperti
Arcandra, memang bisa saja diakomodasi dengan politik hukum baru dalam bidang
kewarganegaraan dengan merevisi dulu UU yang berlaku sekarang. Sekarang pun sebenarnya
kita sudah menganut dwikewarganegaraan, tetapi secara terbatas hanya bagi mereka yang lahir
dalam percampuran stelsel kewarganegaraan. Anak yang lahir dari perkawinan antara orangtua
yang berbeda kewarganegaraan atau orangtua Indonesia yang melahirkan anak di negara yang
menganut stelsel ius soli seperti Amerika Serikat, berdasar UU No 12 Tahun 2006 anaknya
mempunyai dua kewarganegaraan. Pemberian status dwikewarganegaraan itu dibatasi sampai
sang anak berusia 18 tahun untuk kemudian memilih salah satunya karena dianggap sudah
dewasa. Sebenarnya pula ide tentang kemungkinan pemberlakuan penuh dwikewarganegaraan
itu sudah diperdebatkan secara mendalam dan komprehensif ketika RUU Kewarganegaraan yang
kemudian menjadi UU No 12 Tahun 2006 itu dibahas Pansus di DPR. Pada waktu itu, kita

22
bersepakat bahwa demi hak asasi manusia, setiap orang harus diberi hak untuk memilih
kewarganegaraannya, termasuk mempunyai dwikewarganegaraan. Namun, untuk kepentingan
nasional (nasionalisme) yang disepakati pada saat itu adalah stelsel kewarganegaraan tunggal
dengan dispensasi dwikewarganegaraan secara terbatas. Alasannya, kalau kita menganut sistem
dwikewarganegaraan penuh, maka bisa jadi banyak orang asing yang di negaranya menganut
sistem dwikewarganegaraan berlomba-lomba menjadi WNI untuk kemudian ikut mengelola
sumber daya alam, bahkan ikut memimpin Indonesia. Nah, kalaulah karena mobilitas warga
negara Indonesia dan masyarakat internasional yang begitu tinggi kemudian alasan nasionalisme
yang seperti itu sekarang dianggap sudah usang dan tidak relevan lagi, upaya merevisi UU No 12
Tahun 2006 bisa saja dilakukan. Namun, arah revisinya haruslah tetap sangat berhati-hati demi
Indonesia raya kita.

23
24
Berita
Kewarganegaraan Ganda Bagi WNI dibawah 18 Tahun

Batas Anak Indonesia Punya Kewarganegaraan Ganda Dibawah usia 18 Tahun


Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Anak Warga Negara Indonesia di luar negeri boleh memiliki
Kewarganegaraan ganda hanya sampai usia 18 tahun.
"Banyak pertanyaan di Tokyo ini mengenai Kewarganegaraan bagi anaknya yang kini masih di
bawah 18 tahun," kata Arief Munandar kepala imigrasi kedutaan besar Republik Indonesia
(KBRI) khusus kepada Tribunnews.com minggu ini (9/10/2017).
Menurut dia, apabila lewat dari usia 18 tahun maka seorang anak harus mendaftarkan untuk
mendapatkan Kitap (kartu identitas tinggal tetap) dan mayoritas tinggal juga di Indonesia.
"Setelah itu barulah diproses untuk dapat warga negara Indonesia kembali dengan sponsor
ayah dan atau ibunya sendiri," tambahnya.
Menjadi masalah adalah apabila tidak diurus lalu kehilangan Kitap sehingga harus diurus dari
nol kembali.
Saat ini belum ada sistim dwiwarganegara bagi warga Indonesia.
Menurut UU yang baru tahun 2006 baru pengaturan anak yang diperbolehkan
dwikewarganegaraan sampai dengan usia 18 tahun dan bahkan masih diberikan kesempatan
sampai dengan usia 21 tahun masih diperkenankan.
"Apabila setelah umur 21 tahun masih juga pasif maka yang bersangkutan otomatis menjadi
warga negara asing, tidak menjadi warga negara Indonesia," tambahnya.
Kini hanya sampai usia 18 tahun saja seorang anak harus memilih warga negara Indonesia
atau warga asing. Lalu pemerintah dengan baik hati dengan ketentuannya tahun 2006
memberikan kesempatan sampai dengan usia 21 tahun.

Seseorang wajib mempunnyai status kewarganegaraan, dikarenakan identitas tersebut adalah


mutlak bagi setiap warga negara. Status kewarganegaraan tersebut diatur dalam UUD 1945 pasal
28D ayat 4 yaitu, "setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya".

Dalam hal ini negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas
yang dianut oleh negeri tersebut. Dan dengan adanya kedaultan ini, pada dasarnya suatu negara
tidak terikat oleh ngera lain dalam menentukan status kewarganegaraan.

Negara lain juga tidak bisa menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.
Jadi, asas yang digunakan oleh suatu negara dalam menentukan status kewarganegaraannya
berbeda-beda.

25
Pada saat ini juga masih ditemukan masalah mengenai status kewarganegaraan tersebut, yaitu
seseorang mempunnyai kewarganegaraan ganda (bipatride) dan seseorang yang tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride). Jika seseorang tidak memiliki kewarganegaraan maka mereka tidak
mendapatkan perlindungan dari suatu negara, serta tidak mempunnyai identitas dalam negara
resebut, dan juga akan susah untuk berkontribusi dalam negara.

Oleh sebab itu, setiap individu hendaknya memiliki status kewarganegaraan dan pemerintah juga
berperan untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya status kewarganegaraan bagi
setiap orang dalam negara.

❏ Kewarganegaraan Ganda

Kewarganegaraan ganda adalah sebuah status yang


disematkan kepada seseorang yang secara hukum
merupakan warga negara sah di beberapa negara.

Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional,


kewarganegaraan ganda juga memiliki potensi masalah,
misalnya dalam hal penentuan status personal yang
didasarkan pada asas nasionalitas, maka seorang anak
berarti akan tunduk pada ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum negara
yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka tidak ada masalah, namun bagaimana bila
ada pertentangan antara hukum negara yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status
personal anak itu akan mengikuti kaidah negara yang mana. Lalu bagaimana bila ketentuan yang
satu melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.

Sebagai contoh adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum Indonesia, terdapat syarat materil
dan formil yang perlu dipenuhi.Ketika seorang anak yang belum berusia 18 tahun hendak
menikah maka harus memuhi kedua syarat tersebut.Syarat materil harus mengikuti hukum
Indonesia sedangkan syarat formil mengikuti hukum tempat perkawinan
dilangsungkan.Misalkan anak tersebut hendak menikahi pamannya sendiri (hubungan darah garis
lurus ke atas), berdasarkan syarat materiil hukum Indonesia hal tersebut dilarang (pasal 8 UU
No. 1 tahun 1974), namun berdasarkan hukum dari negara pemberi kewarganegaraan yang lain,
hal tersebut diizinkan, lalu ketentuan mana yang harus diikutinya.

Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan


berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.Dalam penentuan
kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas ius soli dan ius
sanguinis.Ius artinya hukum atau dalil.Soli berasal dari kata solum yang artinya negari atau

26
tanah.Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.Asas Ius Soli; Asas yang
menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut
dilahirkan.Asas Ius Sanguinis; Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang
ditentukan beradasarkan keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.Asas persamaan hukum
didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti
dari masyarakat.Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan
suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini
diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan problem
kewarganegaraan bagi seorang warga.Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah
munculnya apatride dan bipatride.Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak
memiliki kewarganegaraan.Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki
kewarganegaraan ganda (rangkap dua).Bahkan dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk
orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).

Pemerintah RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. 12 tentang


Kewarganegaraan RI. Dengan diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan yang lama,
yaitu UU No. 62 tahun 1958 dinyatakan tidak berlaku lagi karena sudah tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia.

UU No. 12 tahun 2006 ini mengandung asas-asas kewarganegaraan umum dan asas-asas
kewarganegaraan khusus. Asas-asas kewarganegaraan umum yang terkandung dalam UU ini
adalah:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

2. Asas ius soli (law of the soil), yaitu asas yang secara terbatas menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini.

3. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan


ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini.

27
Asas-asas khusus yang dijadikan dasar penyusunan UU ini adalah:

1. Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan


kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya
sendiri.

2. Asas perlindungan maksimum, yaitu asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap WNI dalam keadaan apapun baik di dalam
maupun di luar negeri.

3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas yang menentukan bahwa
setiap WNI mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

4. Asas kebenaran substantif, yaitu prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai susbtansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5. Asas nondiskriminatif, yaitu asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin
dan gender.

6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, yaitu asas yang dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan
memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.

7. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam segala ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

8. Asas publisitas, yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan kewarganegaraan RI diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar
masyarakat mengetahuinya.

Pada dasarnya UU ini tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipartide) ataupun tanpa
kewarganegaraan (apartide). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam UU ini
merupakan suatu pengecualian.

Pokok materi yang diatur dalam UU ini meliputi:

1. Siapa yang menjadi WNI

28
2. Syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia

3. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia

5. Ketentuan pidana

Berdasarkan UU ini, yang dimaksud Warga Negara Indonesia adalah:

1. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan


perjanjian

2. Pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI;

3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI;

4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA);

5. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI;

6. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganageraan kepada anak tersebut;

7. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI;

8. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI;

9. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuannya itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 tahun atau belum menikah;

10. anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya;

11. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui;

29
12. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

13. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik dari seorang ayah dan ibu WNI yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
keapda anak yang bersangkutan;

14. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.

15. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum
menikah, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing, tetap diakui sebagai
WNI.

16. anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penatapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI Anak seperti yang tersebut dalam
poin 3, 4, 8, 11, 14 dan 15 di atas, dapat memiliki kewarganegaraan ganda sampai anak
mencapai usia 18 tahun atau telah menikah. Setelah mencapai usia 18 tahun atau telah menikah,
anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.

Pernyataan untuk memilih kewargangeraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada
pejabat dengan melampirkan dokumen-dokumen yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.

Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun
setelah anak berusia 18 tahun atau telah menikah.

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


“KETURUNAN WNI HIDUP TANPA IDENTITAS DI MALAYSIA”
30
DISUSUN OLEH

ANDI NASTITI NUR ISLAH


(PO714203191.005)

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2020

31
Iwan Nursyah tumbuh dewasa di tenga perkebunan kelapa sawit di sabah, malaysia.

Iwan Nursyah tubuh deasa di tengah perkebunan kelapa sawit di Negara Bagian Sabah,
Malaysia. Ia melarikan diri dari orang tuanya di Bulukumba, sulawesi selatan, ketika baru
berusia 12 tahun tanpa selembar dokumen yang menunjukkan siapa jati dirinya.

Murah senyum, riang dan ramah, Iwan tak menunjukkan tanda-tanda kesulitan hidup yang ia
alami.

Dengan lancar dan diselingi gelak tawa, ia menguraikan perjalanan hidupnya.

"Semasa saya kecil, saya ikut bapak. Saya kena bully (perundungan). Jadi saya larilah, Saya ikut
kawan masuk Sabah tahun 2012. Sebab saya lari, saya tak tahan kena bully terus, kena pukul.
Jadi terpaksa saya larilah," ungkapnya.

Sejak itu ia bekerja mengurus kebun kelapa sawit di Sabah.

Praktis ia besar di pedalaman tanpa selembar dokumen yang menunjukkan siapa sebenarnya
dirinya dan itu pula yang menyulitkannya membuktikan diri bahwa ia adalah warga negara
Indonesia.

Tak banyak pula yang ia ingat tentang asal usulnya, kecuali nama kabupatennya, Bulukumba.

"Ingin sekali pulang ke kampung tengok orang tua, sebab dari kecil sampai sekarang ini tak
pernah jumpa dengan keluarga."

Tak ada nama bapak dalam akta kelahiran

32
Iwan sekarang menikah dengan seorang perempuan malaysia dan memiliki sorang putri berusia
dua tahun.

Dalam akta kelahiran putrinya, nama Iwan selaku bapaknya tidak dicantumkan.

"Saya punya anak tapi tidak ada bapak, ceritanya begitu. Jadi buat laporan ke Balai dia cuma
mamak tunggal, ditinggalkan sama laki-laki. Terpaksa, sebab saya tidak ada dokumen," tutur
Iwan.

Karena terpaksa itu pula, nama Iwan kemungkinan tidak akan pernah muncul di semua dokumen
putrinya nanti.

Yang membuat Iwan gembira, setidaknya, status putrinya jelas, warga negara Malaysia. Berbeda
dengan dirinya.

Menurut Krishna Djelani, asal-usul iwan dapat dilacak dengan bantuan pemerintah
daerah asalnya.

Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu, Krishna Djelani, dengan wilayah kerja Negara Bagian Sabah,
mengatakan pihaknya belum mendapat laporan kasus Iwan.

"Seandainya ada pengaduan, tentunya kita akan tanyakan asalnya dari mana, dari daerah mana di
Indonesianya. Kalau sudah itu, kita akan mengontak pemerintah daerah setempat, 'betulkah ada
anak, namanya ini yang beberapa tahun lalu meningalkan keluarga?'

33
"Tentunya ada pengaduan dari orang tuanya akan mencari, pasti mengadu. Nah, kita akan
berkoordinasi, berkomunikasi dengan pemerintah," Khrishna Djelani mengutarakannya dalam
wawancara dengan BBC News Indonesia.

Dalam pandangannya, Iwan Nursyah belum tentu telah kehilangan statusnya sebgai warga
negara Indonesia (WNI), tetapi mungkin masuk kategori orang tanpa dokumen.

Puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu anak lahir di Malaysia tanpa bisa memiliki
kewarganegaraan.

Banyak di antara mereka adalah keturunan tenaga kerja Indonesia.


Padahal salah seorang dari orang tua mereka merupakan warga negara Malaysia yang semestinya
dapat menjadi patokan status anak-anak tersebut.

Tenaga kerja asing menjadi kunci penggerak banyak sektor, terutama perkebunan, konstruksi
dan rumah tangga, atau umum dikenal dengan sebutan 3D sector (dangerous, dirty, difficult:
bahaya, kotor, sukar).

Pasalnya, data tersebut tidak mencakup mereka yang belum terdaftar.

Data yang ada menunjukkan mereka sekarang berumur di bawah 21 tahun dan setidaknya salah
seorang dari ayah atau ibunya adalah warga negara Malaysia.

Kementerian Dalam Negeri, yang membawahi masalah kependudukan dan keimigrasian,


menyatakan bahwa kelahiran di Malaysia tidak secara otomatis menjamin si anak memperoleh
kewarganegaraan Malaysia.

Yang menjadi landasan penentuan apakah status seorang anak sebagai warga negara atau bukan
adalah status perkawinan orang tua dan kewarganegaraan ibu bapaknya sewaktu si anak
dilahirkan.

Status orang tua meliputi warga negara penuh ataupun orang tua dari negara lain yang sudah
mempunyai izin tinggal permanen.

MENGAPA BISA TERJADI?

Jika salah satu dari orang tua anak adalah warga Malaysia atau penduduk pemegang izin tinggal
permanen dan mereka mempunyai surat nikah maka sang anak memperoleh kewarganegaraan.

Dengan demikian, beban pembuktian kewarganegaraan anak menjadi tanggung jawab orang tua,
bukan pemerintah.

Seharusnya ayah atau ibu dari anak hasil pernikahan campuran dapat mengajukan diri sebagai
warga negara Malaysia, meskipun prosesnya bisa memakan waktu lama.

34
Selama syarat-syaratnya lengkap tidaklah sulit untuk mendapatkan kewarganegaraan di
Malaysia.

"Kalau mengikut undang-undang Malaysia, tidak menjadi masalah apabila salah seorang dari ibu
atau bapaknya adalah warga negara, maka otomatis anak yang lahir di Malaysia adalah warga
negara Malaysia,"

35
Mata kuliah :Pendidikan pancasila

Dosen pengampu : M.Nasir S.pd.,M.pd

Polemik Pernyataan Agnes Mo, Status Kewarganegaraan Perlu Dicek

Oleh:

ANDI NURUL SABRIA (PO714203191.006)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

36
Selasa, 26 November 2019

BERITA

Polemik Pernyataan Agnes Mo, Status Kewarganegaraan Perlu Dicek

Indonesia tidak menganut penentuan bukan penganut kewarganegaraan yang didasarkan pada
dimana seseorang lahir atau ius soli. Indonesia merupakan negara penganut penentuan
kewarganegaraan didasarkan pada keturunan orang tua atau ius sanguinis.
Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia disahkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 1 Agustus 2006 di Jakarta. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia mulai berlaku setelah diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63 dan Penjelasan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634 pada tanggal 1 Agustus 2006 di Jakarta oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Hamid Awaludin.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

Pada saat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
ini mulai berlaku:

a. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1647) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1976 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3077) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku;
b. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

37
Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun
tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang- Undang ini merupakan
suatu pengecualian.
Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan Undang-
Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan


kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam keadaan
apapun baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa
setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan
pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya
bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang
dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal
ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan,
jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi,
dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

38
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

Pokok materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi:

a. siapa yang menjadi Warga Negara Indonesia;


b. syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia;
c. kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia;
d. syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia;
e. ketentuan pidana.

Artis tarik suara, Agnes Mo belakangan menjadi perbincangan publik. Hal itu dipicu oleh salah
satu pernyataannya yang dinilai beberapa pihak menyinggung rasa nasionalisme sebagai bangsa
Indonesia. Dalam sebuah acara Build Series, mantan penyanyi cilik ini menyatakan bahwa dia
tidak memiliki darah Indonesia. Pernyataan tersebut muncul setelah host dalam acara tersebut
melemparkan pertanyaan mengenai latar belakang dirinya.

"Sebenarnya saya tidak punya darah Indonesia sama sekali. Saya sebenarnya keturunan Jerman,
Jepang, China, saya hanya lahir di Indonesia. Dan saya juga seorang Kristen yang mana di
Indonesia mayoritasnya adalah Muslim," demikian kata Agnez dikutip dari berbagai sumber.

Rupanya, komentar ini mendapat perhatian dari Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Indonesia (FHUI), Hikmahanto Juwana. Menurut Hikmahanto, ungkapan wawancara Agnes Mo
bahwa ia tidak ada kaitan dengan Indonesia kecuali lahir, perlu dilakukan pengecekan status
kewarganegaraannya.
 
Hikmahanto menegaskan bahwa perlu dipahami berdasarkan Undang-undang Kewarganegaraan,
Indonesia tidak menganut penentuan bukan penganut kewarganegaraan yang didasarkan pada di
mana seseorang lahir atau ius soli. Indonesia merupakan negara penganut penentuan
kewarganegaraan didasarkan pada keturunan orang tua atau ius sanguinis.
 
"Jika Agnes Mo memiliki kewarganegaraan Indonesia maka perlu dipertanyakan dari mana
kewarganegaraan Indonesia tersebut didapat," katanya dalam rilis yang diterima hukumonline,
Selasa (26/11).
 
Seandainya orang tua Agnes Mo bukan warga negara Indonesia, lanjutnya, dan Agnes Mo
berkewarganegaraan Indonesia maka kewarganageraan Agnes Mo besar kemungkinan diperoleh

39
secara tidak sah. Dan jika ternyata Agnes Mo berkewarganegaraan asing maka Direktorat
Jenderal (Ditjen) Imigrasi harus melakukan pengecekan atas visa yang dimiliki oleh Agnes Mo. 

"Kalau visa yang dimiliki oleh Agnes Mo bukan visa kerja berarti Agnes Mo selama ini telah
melakukan pelanggaran atas Undang-undang keimigrasian saat menerima honor sebagai
entertainer atau artis," tambahnya.

Atas pernyataan ini, Hikmahanto meminta pihak Ditjen Imigrasi untuk melakukan pendalaman
atas status kewarganegaraan Agnes Mo. Selain itu, perlu dilakukan untuk menentukan apakah
Agnes Mo perlu dimasukkan ke dalam daftar tangkal untuk masuk ke Indonesia bila saat
sekarang ia berada di luar negeri.
 
"Jika Agnes Mo masuk dalam daftar tangkal maka Agnes Mo tidak diperbolehkan masuk ke
Indonesia sampai namanya dicabut dalam daftar tangkal," jelas Hikmahanto.

Terkait kontroversi pernyataannya, Agnes sendiri kemudian mengunggah potongan video


wawancara bersama "Build Series" produksi Yahoo di New York City, Amerika Serikat, di akun
Instagramnya, Selasa (26/11).
 
Seperti dilansir Antara, Agnes melengkapinya dengan keterangan berbahasa Inggris, "Aku
tumbuh di tengah budaya yang kaya. Aku mendukung inklusivitas budaya. Bhinneka Tunggal
Ika artinya berbeda tapi tetap satu. Aku senang bila bisa berbagi mengenai akar dan negaraku.
Aku akan selalu jujur dan berkata pada dunia bagaimana minoritas sepertiku diberi kesempatan
untuk bermimpi dan mengejar impian itu."
 
Unggahan itu banyak mendapat komentar positif dari sesama pesohor, termasuk Daniel Mananta
yang menulis, "Keren banget Indonesia dibicarakan terus di Pop Culture di Amrik sama
Agnez! Not many people can do that!"
 
Agnez Mo yang hadir pada penganugerahan musik American Music Awards (AMA) 2019,
menyempatkan diri untuk berbicara tentang keberagaman Indonesia dan bagaimana ia mulai
mengenal musik kepada platform budaya "Build Series" produksi Yahoo di New York City,
Amerika Serikat.

"(Kebudayaan Indonesia) mengajariku bagaimana mencintai kelemahanku, bagaimana mencintai


perbedaanku," kata Agnez Mo saat menjawab pertanyaan Kevan Kenney di Build yang disiarkan
lewat YouTube 22 November 2019.

40
Dalam kesempatan itu, Agnez Mo mengungkapkan bahwa dia tidak punya darah asli Indonesia
karena sebenarnya dia memiliki berbagai darah campuran seperti Jerman, Jepang dan China.
"Aku cuma lahir di sana," kata penyanyi kelahiran Jakarta 33 tahun silam itu.
 
Pelantun lagu "Coke Bottle" itu lantas menjelaskan, meski tak punya darah asli Indonesia namun
bukan berarti dia tak merasa bangga sebagai orang Indonesia. "Aku memang selalu merasa
berbeda, tapi bukan berarti aku merasa tak menjadi bagian dari Indonesia karena orang-orang
(Indonesia) selalu menerimaku apa adanya," kata dia.

Agnez Mo mengatakan banyaknya perbedaan adalah kekuatan bagi Indonesia."Aku tumbuh


dengan itu.. Indonesia punya lebih dari 18.000 pulau dengan lagu-lagu tradisional yang berbeda
dengan baju-baju tradisional yang berbeda. Aku bernyanyi di gereja, lagu-lagu gereja, aku juga
seorang kristen di tengah masyarakat yang umumnya muslim... Tapi itu bukan cuma soal
representasi budaya, tapi lebih ke inklusivitas," kata dia.
 
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta agar warganet tidak membesar-
besarkan soal pernyataan penyanyi Agnes Monica alias Agnez Mo yang menyebut dirinya
"bukan berdarah Indonesia" dalam sebuah acara musik di New York.
 
"Ah belum tentu seperti itu. Saya itu sering waktu sekolah ke luar negeri, sering mendatangkan
temen-teman kita yang di luar. Wah itu nasionalisnya lebih dari kita. Jadi, jangan terus digoreng
Agnes Monica nggak nasionalis, menurut saya sih tidak," kata Moeldoko.

Presiden Joko Widodo pernah mengundang Agnez secara khusus ke Istana Kepresidenan pada
11 Januari 2019. Agnez bertemu dengan Presiden Jokowi juga didampingi oleh Moeldoko. "Ya
sudah ntar saya undang lagi deh (ke istana)," kata Moeldoko sambil tertawa. (ANT)

41
TUGAS PKN

Pemerintah Jemput Bola untuk Rekam Data


Kependudukan Difabe

NAMA: ANISAH MUSFIRAH PUTRI MH FAARUK


NIM : PO714203191.007

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

42
Pemerntah tengah melakukan sinkronisasi data penyandang disabilitas pada
pertengahan Juni 2020. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menjemput bola atau datang ke tempat tinggal difabel.

"Petugas sudah rutin jemput bola untuk penyandang disabilitas," kata


Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam
Negeri, Zudan Arif Fakrulloh saat dihubungi Tempo, Sabtu 20 Juni 2020.

Bagi penyandang disabilitas yang tinggal di rumah pribadi, petugas bekerja


sama dengan pengurus Rukun Tetangga (RT) Rukun Warga (RW) atau
petugas registrasi desa. Selain bersinergi dengan petugas pencatatan data
kepenudukan setempat, pemerintah juga menggandeng komunitas
penyandang disabilitas untuk mendata anggota mereka.  Pemerintah
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menerapkan pelayanan sitem
jemput bola untuk perekaman data Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-
El) masyarakat berkebutuhan khusus di daerah itu. Selain untuk melengkapi
data kependudukan, program jemput bola ini juga untuk memastikan para
difabel memiliki hak pilih pada pemilihan presiden nanti. Ini dilakukan untuk
menjamin hak-hak pemilih bagi penyandang disabilitas dalam pemilihan
umum mendatang," kata Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Dharmasraya Rudy Aldrin di
Pulau Punjung, Senin (14/1). 

Ia mengatakan, pemerintah daerah setempat telah berkoordinasi dengan


Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang jumlah masyarakat penyandang
disabilitas yang memiliki hak pilih namun belum melakukan perekaman data.
Menurut dia, kendala yang dihadapi untuk pelayanan disabilitas karena motor
pengadaan pelayanan keliling masih dalam proses tender. 

"Masih tender, untuk menyikapi keterlambatan tersebut kita jemput bola


dengan pelayanan mobile ke nagari-nagari, misalnya di suatu negari (desa
adat) ada masyarakat disabilitas kita jemput ke rumah lalu kita lakukan
perekaman," katanya. 

43
Ia menambahkan, capaian perekaman sudah 94 persen sampai Desember
2018, dengan 140.587 perekaman dari 149.810 wajib KTP. Jumlah tersebut
termasuk pemilih pemula. 

Koordinator Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KPU Kabupaten


Dharmasraya, France Putra mencatat jumlah daftar pemilih tetap masyarakat
disabilitas pada Pemilu 2019 sebanyak 208 pemilih. Jumlah tersebut terbagi
dengan tuna daksa 25 orang, tuna netra 26 orang, tuna rungu 55 orang, tuna
grahita 43 orang, penyandang disabilitas lainnya 59 orang, kata dia. 

"Pemilih disabilitas tersebar di 11 kecamatan, jumlah terbanyak Kecamatan


Sitiung ada 56 pemilih," kata dia. 

Sedangkan daftar pemilih tetap Kabupaten Dharmasraya sebanyak 143.907


pemilih. Lokasi pemungutan suara di Kabupaten Dharmasraya terbagi
menjadi 666 TPS. Dari sedikitnya kesempatan hingga kurangnya fasilitas yang
memadai, kehidupan masih sulit bagi difabel di Indonesia.

Penyandang disabilitas dokter gigi Romi Syofpa Ismael masygul sejak kepesertaannya
sebagai calon Aparatur Sipil Negara (ASN) 2019 dicoret oleh Pemkab Solok Selatan.
Padahal ia merupakan calon dengan nilai terbaik dan mendapatkan ranking pertama,
tulis Detik. Tak heran jika ia kemudian mengajukan gugatan ke PTUN setempat.

Pada 2005, Ketua Lembaga Advokasi dan Perlindungan Penyandang Disabilitas


Indonesia Happy Sebayang berujar, “Ada salah satu rekan kita bernama Wuri
Handayani. Lulusan Universitas Airlangga, pengguna kursi roda yang melamar CPNS
di Kota Surabaya. Ketika ingin memasukkan berkas lamaran, oleh panitia ditolak,
tidak bisa memasukkan lamaran karena panitia menafsirkan syarat sehat jasmani dan
rohani itu tidak boleh cacat fisik. Pemda setempat punya sikap yang sama dan
menerjemahkan sehat jasmani rohani seperti itu.”

Ada pula gugatan terhadap Etihad Airways yang dilayangkan Dwi Ariyani, salah
seorang penumpang yang menggunakan kursi roda. Dwi yang diundang untuk
jadi speaker di PBB, ditolak ikut terbang karena berangkat tanpa adanya pendamping.

“Etihad punya kebijakan di mana penumpang yang terbang harus didampingi oleh
pendamping selama penerbangan. Dan dia (Dwi) tidak punya pendamping, karena
sudah biasa terbang sendiri. Ia akhirnya batal ikut agenda PBB di Jenewa tersebut.

44
Atas dasar itu, kita mengajukan gugatan dan menang juga,” jelas Happy, sebagaimana
dilansir dari media tersebut.

Sejumlah kasus diskriminatif itu menjadi penanda, hak-hak disabilitas belum


sepenuhnya terpenuhi seperti yang diamanatkan dalam Konvensi mengenai Hak-Hak
Penyandang Disabilitas dan Undang-Undang (UU) Disabilitas. Ini diamini oleh Fajri
Nursyamsi, peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).

“Kalau hari ini, pemerintah masih melihat penyandang disabilitas sebagai beban dan
dianggap tidak memiliki kemampuan sama sekali. Lalu alokasi anggarannya di bidang
sosial, seakan-akan sudah memenuhi hak-hak penyandang disabilitas. Kurangnya
pemahaman masyarakat maupun aparatur pemerintah terkait arti disabilitas dan
keberadaan penyandang disabilitas sebagai bagian dari warga negara,” terangnya pada
Tirto.

Ada anggapan, imbuhnya, disabilitas merupakan aib, kutukan dan memalukan,


membuat keluarga menjadi tidak terbuka mengenai anggota keluarganya yang
memiliki disabilitas. Walhasil, penyandang disabilitas tidak mendapat hak dan
kesempatan yang sama seperti warga masyarakat lainnya.

“Penyandang disabilitas disamakan dengan orang sakit dan tidak berdaya, sehingga
tidak perlu diberikan pendidikan dan pekerjaan. Mereka cukup dikasihani dan diasuh
untuk kelangsungan hidupnya. Cara padang seperti itu harus ditinggalkan karena
Indonesia telah meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities
(CRPD), melalui UU Nomor 19 tahun 2011. Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat dunia yang berkomitmen melalui yuridis formal untuk mengambil segala
upaya dalam mewujudkan secara optimal, baik dalam bentuk nilai kehormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagaimana yang
tercantum dalam CRPD,” urainya lagi.

The Conversation menganalisis, ada enam sebab mengapa pemerintah relatif gagal


menjamin perlindungan penyandang disabilitas. Berikut detailnya:

1. Kendala sistemik
Penelitian telah menunjukkan, melibatkan semua elemen masyarakat–termasuk
penyandang disabilitas–dalam proses pembangunan akan memberikan manfaat
ekonomi. Media itu mengutip riset yang menyebutkan, dengan tidak membuka
lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas, maka pemerintah akan kehilangan
potensi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 3-7 persen.

45
Sayangnya, penegakan tiga prinsip utama, yaitu partisipasi, sikap tidak diskriminatif,
dan aksesibilitas dalam konteks pembangunan kerap diabaikan oleh pemerintah.

Masih dari sumber yang sama, partisipasi penyandang disabilitas dalam diskusi publik
dan pembangunan relatif rendah, hanya ditemukan di seperlima dari 70 lokasi
kabupaten atau kota yang disurvei.

Hambatan serupa juga diduga berdampak pada rendahnya partisipasi penyandang


disabilitas dalam pemilihan presiden pada 2014. Hanya 2.95 persen penyandang
disabilitas per Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang memilih lantaran akses yang
tidak layak.

2. Anggaran minim
Berdasarkan temuan riset The Concersation, pemerintah Indonesia hanya
mengalokasikan 0.015 persen anggaran nasional untuk isu disabilitas. Alokasi tersebut
berjumlah Rp309 miliar dari total anggaran nasional sebesar Rp2.080 triliun.
Mayoritas anggaran tersebut digunakan untuk pembayaran karyawan, sehingga hanya
menyisakan Rp76 miliar yang bisa digunakan untuk mengatasi isu disabilitas.

Ini sangat timpang jika dibandingkan dengan Australia di mana anggaran untuk
disabilitasnya mencapai 1.1 persen dari alokasi total anggaran pada 2016.

3. Lemahnya supremasi hukum


Meskipun Indonesia sudah memiliki UU Disabilitas, pemerintah masih belum
mengesahkan peraturan pemerintahnya untuk melaksanakan UU tersebut.
Pun, Indonesia masih belum memiliki mekanisme pengawasan yang berfungsi untuk
memantau isu disabilitas. Singkatnya, tulis The Conversation, belum ada institusi
yang dapat memastikan pemerintah melakukan yang terbaik untuk melibatkan
penyandang disabilitas di masyarakat (inklusi disabilitas).

4. Kesadaran umum nihil


Lemahnya penegakan hukum berdampak pada minimnya kesadaran pejabat
pemerintah tentang perubahan yang dibawa oleh UU yang baru. Para pejabat ini juga
tidak memahami apa yang mereka mesti lakukan terkait UU Disabilitas yang baru.

Berdasarkan pengamatan media tersebut, hanya pejabat tingkat nasional yang


mengetahui mengenai pendekatan baru tersebut. Selain itu, transfer pengetahuan
mengenai UU yang baru juga terbatas karena seringnya rotasi dan mutasi jabatan.

46
Minimnya proses transfer pengetahuan dari pejabat di tingkat nasional ke daerah
mengakibatnya banyak pejabat daerah masih melihat penyandang disabilitas sebagai
kelompok yang perlu dikasihani dan bukan diberdayakan.

5. Data yang tumpang tindih


Indonesia saat ini tidak memiliki data yang bisa diandalkan untuk menggambarkan
situasi penyandang disabilitas. Hal ini terjadi karena definisi disabilitas antar
kementerian berbeda. Sekarang ini, beberapa kementerian memiliki definisi dan
versinya sendiri dalam menentukan prevalensi dan ketersebaran penyandang
disabilitas

Data anyar yang dirilis Kementerian Kesehatan 2013 menunjukkan, proporsi


penyandang disabilitas diatas umur 15 tahun adalah 11 persen, sedang kementerian
lainnya memiliki perhitungan beragam.

Tafsir berbeda-beda itulah yang membuat proses pembuatan kebijakan inklusif sukar
terwujud.

6. Stigma
Masyarakat penyandang disabilitas menghadapi diskriminasi karena banyak orang
memandang rendah mereka dan menganggap mereka tidak mampu melakukan
pekerjaan yang biasa dikerjakan orang yang bukan penyandang disabilitas.

Stigma ini mendorong rendahnya tingkat pendidikan penyandang disabilitas. Keluarga


penyandang disabilitas cenderung untuk tidak menyekolahkan anaknya. Bahkan jika
mereka menyekolahkan anaknya, anak-anak tersebut akan mengalami perundungan
sehingga mereka menjadi enggan untuk menyelesaikan pendidikannya.

47
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Drs. H. Muh. Nasir, M.Pd., M.Kes

Berita dan Pembahasan


‘’7 Pesepakbola yang Menanti Proses Naturalisasi Jadi WNI’’

Oleh:

Annisa Syafri
(PO714203191.010)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020

48
7 Pesepakbola yang Menanti Proses Naturalisasi Jadi WNI

Jakarta, CNN Indonesia -- Tren naturalisasi pesepakbola di Indonesia semakin ramai


terjadi. Gelombang naturalisasi pesepakbola di Indonesia ramai dalam 10 tahun terakhir. Namun,
terdapat perbedaan dalam hal sponsor yang merekomendasi proses naturalisasi. Pada awalnya,
PSSI selaku induk sepak bola menjadi 'sponsor utama' sebagai pemberi rekomendasi pemain
asing untuk dinaturalisasi. Itu pun atas usulan dari Timnas Indonesia yang menginginkan pemain
bersangkutan bergabung. Sedikitnya, ada tujuh pesepakbola yang saat ini masih menanti
proses naturalisasi.
Ketujuh pesepakbola itu merupakan pemain yang tampil di kompetisi papan atas sepak
bola Indonesia, Liga 1. Mereka adalah Silvio Escobar (Paraguay), Fabiano Beltrame (Brasil),
Otavio Dutra (Brasil), Shohei Matsunaga (Jepang), Marc Klok (Belanda), Yoo Jae-hoon (Korea
Selatan) dan Yu Hyun-koo (Korea Selatan).
Sebelumnya, sederet nama juga sudah sah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI)
bahkan, mereka juga sudah pernah memperkiat Timnas Indonesia diberbagai kesempatan. Sebut
saja, Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, Stefano Lilipaly, Ilija Spasojevic, Beto Goncalves serta
Ezra Walian.

Beberapa di antaranya bisa mendapatkan status WNI dengan mudah. Namun, tak sedikit
yang harus menjalani proses panjang bertahun-tahun untuk bisa menjadi WNI.

Berikut tujuh pesepakbola yang masih dalam proses naturalisasi:

1. Silvio Escobar (Paraguay)


Silvio Escobar merupakan striker asal Paraguay yang saat ini berseragam Persija
Jakarta. Pemain 32 tahun yang sejak 2014 sudah berkarier di Indonesia ini masih
menunggu proses naturalisasinya selesai.

2. Fabiano Beltrame (Brasil)


Awalnya, proses naturalisasi Fabiano Beltrame diurus Madura United. Tapi
lantaran bek 36 tahun itu memutuskan pindah ke Persib Bandung, proses naturalisasi
menjadi tersendat.

49
3. Otavio Dutra (Brasil)
Meski belum sah berstatus WNI, bek Persebaya Surabaya 35 tahun itu sudah
sempat mencicipi pemusatan latihan bersama Timnas Indonesia. Namun, namanya tidak
masuk skuat lantaran harus kembali ke Surabaya demi menyelesaikan proses
naturalisasinya.

4. Shohei Matsunaga (Jepang)


Gelandang serang yang kini berseragam PSMS Medan itu diketahui sudah lama
berkeinginan untuk dibaturalisasi. Namun, sampai sekarang belum ada kabar terbaru soal
tahapan proses tersebut.

5. Marc Klok (Belanda)


Pemain kunci PSM Makassar ini berulang kali mengungkapkan keinginanya
untuk menjadi WNI demi menjadi bagian dari Timnas Indonesia. Tak jarang setiap gol
yang diciptakan gelandang 26 tahun itu dianggap sebagai pembuktian dirinya pantas
masuk skuat Garuda.

6. Yoo Jae-hoon (Korea Selatan)


Sejak datang pada 2010, kiper 35 tahun asal Korea Selatan ini langsung jatuh
cinta kepada Indonesia. Sebelum membela Barito Putera, ia juga pernah memperkuat
Persipura Jayapura, Bali United, serta Mitra Kukar.

7. Yu Hyun-koo (Korea Selatan)


Gelandang 35 tahun ini juga dikabarkan telah mengurus proses naturalisasinya.
Namun, masuk dalam skuat Kalteng Putra di Liga 1 2019, namanya masih tercatat
sebagai pemain asing asal Asia dari Korea Selatan.

Dalam perkembangannya, tren naturalisasi pesepakbola di Indonesia lima tahun


belakangan mengalami pergeseran kepentingan. Kebanyakan dari mereka dinaturalisasi atas

50
permintaan dan rekomendasi dari klub untuk kepentingan masing-masing klub tersebut dengan
usia pemain yang kebanyakan sudah di atas 30 tahun.

PEMBAHASAN
Naturalisasi ialah proses perubahan status kewarganegaraan asing menjadi warna Negara
suatu Negara atau dalam hal ini warga Negara Indonesia. Segala bentuk proses naturalisasi harus
merujuk dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau dalam hal ini Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Naturalisasi juga dapat berarti suatu
ketetapan atau perbuatan secara hukum yang menyatakan bahwa seorang individu telah
mendapat kewarganegaraan yang sah. Dapat disimpulkan bahwa naturalisasi merupakan proses
perubahan status kewarganegaraan seseorang yang awalnya berstatus warga Negara asing
menjadi warga Negara suatu Negara (Indonesia) dengan merujuk atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada Negara penerima.
Alasan kenapa orang asing bisa menjadi warga Negara Indonesia ialah diantaranya,
karena menikah dengan warga Negara Indonesia, karena mengajukan permohonan kepada
Negara dan yang paling terkenal ialah kewarganegaraan pemain sepak bola berbakat menjadi
warga Negara Indonesia. Ada banyak manfaat sebenarnya yang bisa didapatkan dengan
dilakukannya naturalisasi. Jika timnas sepak bola melakukan naturalisasi salah satu pemain
sepak bola berbakat yang bermain di Indonesia namun memiliki kewarganegaraan asing, maka
bisa menambah kekuatan bagi timnas Indonesia.
Ada banyak pemain sepak bola yang asalnya dari luar negeri ingin bermain di Indonesia
sebagai warga negara indonesia. Kasus yang seperti inilah yang nantinya disebut naturalisasi.
Sebutan "pemain bola naturalisasi" adalah sebutan yang sering dipakai untuk mereka para
pemain sepak bola yang awalnya berkewarganegaraan asing kemudian beralih dan mendapat
warga negara indonesia. Secara undang-undang warga negara asing bisa mendapatkan hak
menjadi WNI jika sudah bertempat tinggal paling singkat lima tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 tahun tidak berturut-turut berdasarkan UU Nomor 12 tahun 2006.
Manfaat naturalisasi yang lainnya ialah bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dalam suatu organisasi, dalam hal ini dunia sepak bola di Indonesia. Naturalisasi memang diakui
sebagai cara instan yang dipilih oleh pemerintah demi mendapatkan pemain sepak bola berbakat
secara cepat dan mudah.

51
Macam macam naturalisasi secara garis besar dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
1. Naturalisasi Biasa
Pengertian naturalisasi biasa adalah jenis naturalisasi yang dilakukan untuk
pemerolehan status kewarganegaraan bagi warga negara asing sebagaiman terjadi pada
umumnya. Naturalisasi biasa ini didasarkan pada UU No. 2 Tahun 2006 pasal 9. Contoh
naturalisasi biasa adalah wanita dengan kewarganegaraan asing yang menikah dengan
pria Indonesia. Maka wanita itu harus mengikuti status kewarganegaraan sang suami
seperti yang telah diatur. Perubahan status kewarganegaraan wanita itu disebut dengan
naturalisai biasa.

2. Naturalisasi Istimewa
Dalam ketentuan perundang-undangan negara Republik Indonesia tentang
kewarganegaraan juga disebutkan adanya pemberian kewarganegaraan Indonesia kepada
orang asing secara istimewa. Artinya orang yang diberikan status istimewa sebagai warga
negara itu tidak perlu mengajukan permohonan secara khusus untuk memperoleh
kewarganegaraan Indonesia (tidak perlu melengkapi banyak persyaratan seperti
naturalisasi biasa).
Biasanya naturalisasi istimewa ini diberikan kepada warga negara asing yang
telah berjasa kepada Negara Republik Indonesia (NKRI). Naturalisasi istimewa ini
diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR dan diatur dalam UU No. 12 Tahun
2006 pasal 20. Contoh naturalisasi istimewa yaitu proses naturalisasi yang dilakukan oleh
pesepakbola Christian Gonzales yang telah berjasa mencetak skor kemenangan bagi
Indonesia pada pertandingan sepak bola.

Syarat naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia juga berkaitan dengan regulasi Liga
Indonesia dan aturan FIFA. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
"Kewarganegaraan Republik Indonesia" Pasal 1 ayat 3, disebutkan bahwa pewarganegaraan
adalah "tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
melalui permohonan".

52
Syarat-syarat permohonan naturalisasi adalah sebagai berikut:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara
Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun
tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak membuat orang
tersebut berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap;
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara;
9. Membuat permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai
cukup kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM atau Perwakilan RI
di luar negeri dengan sekurang-kurangnya memuat nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, alamat tempat tinggal, Kewargenegaraan Pemohon, Nama lengkap suami atau istri,
tempat dan tanggal lahir suami atau istri, dan Kewarganegaraan suami atau istri.

Permohonan tersebut dilampiri dengan:


1. Foto kopi kutipan akte kelahiran Pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
2. Foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tempat tinggal Pemohon yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
3. Foto kopi kutipan akte kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Warga negara Indonesia
suami atau istri Pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Foto kopi kutipan akte perkawinan/buku nikah Pemohon dan suami atau istri yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang;

53
5. Surat keterangan dari kantor imigrasi tempat tinggal Pemohon yang menerangkan bahwa
Pemohon telah bertempat tinggal di Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut
atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
6. Surat keterangan catatan kepolisian dari kepolisian di tempat tinggal Pemohon;
7. Surat keterangan dari perwakilan negara Pemohon yang menerang kan bahwa setelah
Pemohon memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, ia kehilangan
kewarganegaraannya negara yang bersangkutan;
8. Pernyataan tertulis bahwa Pemohon akan setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang
dibebankan negara sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas, dan
9. Pas foto Pemohon terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 6 (enam) lembar.

Proses Naturalisasi
Berikut ini terdapat beberapa proses dalam naturalisasi, yaitu:
1. Permintaan dijalankan secara tertulis kepada presiden melewati menteri
2. Berkas permintaan sudah komplit dengan syarat-syaratnya disampaikan kepada pejabat.
3. Menteri melanjutkan proses permintaan kepada presiden paling lama sekitar 3 bulan
sesudah surat permintaan tersebut diterima
4. Dikenakan biaya sesuai ketentuan pemerintah
5. Penuturan janji ataupun sumpah jika sudah permintaan
6. Apabila proses naturalisasi anda absensi pada saat ditanggil tanpa alasan yang kongkret
akan berdampak pada dibatalkan proses naturalisasi menurut keputusan presiden
7. Sumpah dituturkan di depan pejabat
8. Membentuk berita acara penerapan sumpah oleh presiden
9. Berita acara disampaikan kepada menteri paling lama 14 hari
10. Menyerahkan dokumen imigrasi oleh pemohon paling lama sekitar 14 hari sesudah
penuturan sumpah ataupun janji.

Akibat Naturalisasi
Berikut ini adalah beberapa akibat dari naturalisasi, yaitu:

54
1. Seorang perempuan asing yang kawin dengan seorang warga Negara RI memperoleh
kewarganegaraan RI. Pada umumnya kewarganegaraan RI yang diperoleh oleh seorang
suami dengan sendirinya berlaku terhadap istrinya. Sebaliknya, jika seorang suami
kehilangan kewarganegaraan RI, maka dengan sendirinya istrinya kehilangan
kewarganegaraan itu
2. Anak yang berumur 18 tahun dan belum kawin, yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan RI turut
memperoleh kewarganegaraan RI.
3. Kewarganegaraan RI yang diperoleh oleh seorang Ibu berlaku juga untuk anak-anaknya
yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan ayahnya, tidak anak itu belum
berumur 18 tahun atau belum kawin.

Keuntungan dan Kerugian Naturalisasi


Berikut ini adalah keuntungan dan kerugian naturalisasi yaitu:
1. Keuntungan naturalisasi
 Dapat mengangkat nama baik Indonesia dalam bidang olahraga dan mampu bersaing
secara internasional
 Meningkatkan motifasi bagi Warga Negara Indonesia agar lebih berprestasi di bidangnya
 Menumbuhkan semangat pemain Warga Negara Indonesia agar mampu bersaing dengan
pemain Naturalisasi

2. Kerugian naturalisasi
 Kurang maksimalnya regenerasi dan pengkaderan pemain muda dalam negeri
 Fokus perhatian akan tersita banyak pada pemain naturalisasi

55
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing : Drs.H. Muh. Nasir,M.Pd.,M.Kes

Berita "Tokoh Tionghoa dan Masalah Kewarganegaraan"

ANNISA SEKAR JASMINE

(PO714103191.009)

56
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Kompas.com – 03/02/2016, 18:37 WIB

"Tokoh Tionghoa dan Masalah Kewarganegaraan"

Oleh Prasetyadji *)

Ketika embrio Negara Kesatuan Republik Indonesia dibentuk lewat Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), anggotanya terdiri dari berbagai suku bangsa,
agama, ras, maupun antar-golongan. Antara lain tokoh Arab (Baswedan), tokoh peranakan
Belanda (PF Dahler), dan empat orang tokoh peranakan Tionghoa.

Mereka adalah Oei Tjong Hauw, Oei Tiang Tjoei, Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, dan Yap
Tjwan Bing. Nama terakhir juga masuk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada awal kemerdekaan Indonesia sampai berakhirnya pemerintahan Bung Karno, ada enam
orang tokoh Tionghoa yang duduk dalam pemerintahan. Mereka adalah: Ong Eng Die,
Mohammad Hasan, Oei Tjoe Tat, David Chen Chung, Lie Kiat Teng (Mohammad Ali), Tan Po
Gwan.

Peran politik warga Tionghoa bukan hanya dalam kabinet, namun dalam diplomatik politis,
terdapat nama seperti: Dr Tjoa Siek In, yang ditunjuk pemerintah Indonesia dalam perundingan
Renville.

57
Begitu pula Dr Sim Kie Ay yang oleh pemerintah ditunjuk sebagai anggota delegasi Republik
Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Hasil dari KMB adalah
dibentuknya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada masa Demokrasi Parlementer, tahun 1950-1959, minimal ada delapan orang peranakan
Tionghoa menjadi anggota legislatif, yaitu: Tan Po Gwan, Tjoa Sie Hwie, Tjung Tin Jan, Tan
Boen Aan, Teng Tjin Leng, Siauw Giok Tjhan, Tjoeng Lin Sen (diganti Tio Kang Soen), dan
Yap Tjwan Bing (diganti Tony Wen atau Boen Kim To).

Mengenai keturunan Tionghoa, tahun 1950 pemerintah RI membuka hubungan diplomatik


dengan pemerintah RRT dan mulai mengadakan pembicaraan mengenai masalah dwi-
kewarganegaraan RI-RRC.

Hal ini disebabkan karena UU kewarganegaraan RRT menerapkan asas ius sanguinis, sementara
UU kewarganegaraan RI menerapkan asas ius soli, sehingga terjadi kewarganegaraan ganda bagi
sebagian warga Tionghoa di Indonesia. Artinya secara hubungan darah sebagai warga negara
RRT, namun dari sisi kelahiran sebagai WNI.

Nota perjanjian ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI Sunario dan Perdana Menteri RRT
Chou En-Lai di Bandung 22 April 1955. Pelaksanaan perjanjian dwi-kewarganegaraan itu
dimulai tanggal 20 Januari 1960 sampai dengan 20 Januari 1962.

Dwi Kewarganegaraan
"Bencana kewarganegaraan" bagi etnis Tionghoa mulai muncul ketika Pemerintah menerbitkan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 tahun 1959 tanggal 16 Nopember 1959 atau dua bulan
menjelang berlakunya pelaksanaan perjanjian dwi-kewarganegaraan RI-RRT.

Perpres itu berisi larangan bagi usaha perdagangan kecil dan eceran yang bersifat asing di luar
ibu kota daerah Swatantra tingkat I dan II serta Karesidenan.

58
Yang dimaksud dengan "perusahaan perdagangan kecil dan eceran yang bersifat asing" adalah
yang tidak dimiliki oleh warga negara Indonesia. Yang terjadi di lapangan adalah, hampir semua
etnis Tionghoa diusir dari wilayah desa maupun kecamatan untuk menuju daerah swatantra
tingkat I dan II.

Saat perjanjian dwi-kewarganegaraan dilaksanakan (Januari 1960 - Januari 1962), mereka


diberikan dokumen "Exit Permit Only" (EPO) untuk meninggalkan Indonesia.

Tidak semua pemegang exit permit only dapat meninggalkan Indonesia, karena konon
pemerintah RRT hanya mengirim dua kapal.

Dari waktu ke waktu, exit permit only ini dikonversi menjadi dokumen asing seperti Surat
Pendaftaran (SP), Surat Tanda Pelaporan (STP), Pendaftaran Orang Asing (POA), Keterangan
Izin Menetap Sementara (KIMS), dan lain-lain.

Dalam tahun-tahun berikutnya, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1977 tentang
Pendaftaran Penduduk, kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Kehakiman Nomor
J.B.3/4/12 tahun 1978 yang menyatakan bahwa "untuk lalu lintas sehari-hari diperlukan SBKRI
dalam bentuk yang ringkas, jelas, dan mudah dikenal oleh umum", maka ada kewajiban bagi
warga peranakan Tionghoa untuk memiliki SBKRI. (Inilah cikal bakal munculnya persyaratan
SBKRI).

Peraturan Menteri Kehakiman tersebut ditindaklanjuti pelaksanaannya dengan Surat Edaran


Menkeh Nomor JHB.3/31/3 tahun 1978 kepada semua Pengadilan Negeri maupun kepala
perwakilan RI di luar negeri.

Intinya "mewajibkan" para peranakan untuk memiliki SBKRI, dan dalam praktik hanya
peranakan Tionghoa. Fenomena ini menjadi berkepanjangan karena untuk pengurusan surat-surat
selalu dipersyaratkan SBKRI.

59
Masalah kewarganegaraan inilah yang hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun
masih berbuntut hingga hari ini. Kenapa? Karena para pemukim pemegang EPO beserta
keturunannya dianggap menjadi asing walaupun secara turun-temurun mereka lahir di Indonesia.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 membawa dampak buruk bagi warga Tionghoa secara
keseluruhan. Karena pada umumnya warga Tionghoa dianggap sebagai simpatisan organisasi
Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), dan dugaan bahwa Baperki
sangat dekat dengan Partai Komunis Indonesia yang dituduh melakukan kudeta dengan gerakan
G-30-S tersebut, akibatnya praktis sejak itu tidak ada yang berani membicarakan masalah status
kewarganegaraan mereka.

Akibat lain yang ditimbulkan antara lain adalah dibubarkannya organisasi-organisasi yang
identik dengan etnis Tionghoa, seperti Chung Hwa Hui (CHH), juga sekolah-sekolah Tionghoa,
dan lain-lain.

Peran tokoh Tionghoa


Lie Siong Tay dan Njoo Han Siang pada akhir tahun 1960-an menciptakan sarana komunikasi
(semacam Informal Konghwe) dan melakukan pendekatan kepada pihak pemerintah agar ada
saluran untuk mencairkan "ketakutan" yang dialami warga Tionghoa itu.

Dalam perkembangannya, kedua tokoh ini mengajak Liem Sioe Liong, William Soeryadjaya,
tokoh muda ketika itu seperti K Sindhunatha, Harry Tjan Silalahi, dan lain-lain untuk mendesak
pemerintah menyelesaikan masalah status kewarganegaraan.

Desakan demi desakan akhirnya membuahkan hasil. Pemerintah menerbitkan kebijakan-


kebijakan, yaitu:

(1) Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 1980, menyelesaikan +/- 500.000 pemohon di lima wilayah
yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Bagian Selatan, Riau, dan Jabotabek.

60
(2) Penyelesaian Imigran Gelap untuk mendapatkan penetapan pengadilan, dan pemberian
SBKRI Susulan khusus di Provinsi Kalimantan Barat, tahun 1992.

(3) Dibentuknya Tim Asistensi Tim Penyelesaian Permohonan Pewarganegaraan Pemukim


China (TP4C) tahun 1995, sebagai kebijakan naturalisasi yang dipermudah, menyelesaikan +/-
180.000 pemohon. Pengurus yang masuk dalam Tim Asistensi TP4C, antara lain: Penasehat:
Prof Dr Juwono Sudarsono, Pembina: Soedono Salim (Liem Sioe Liong), Susanta Lyman (Lie
Siong Tay), Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, Anthony Salim; Usman Admadjaja dengan
Ketua Pelaksana, Osbert Lyman dibantu Indradi Kusuma dan lain-lain.

Kepedulian dari para tokoh senior ini cukup konsisten yang kemudian diteruskan generasi
selanjutnya seperti Murdaya Poo, Osbert Lyman, Anthony Salim, Anton Setiawan, dan lain-lain
hingga terbit Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Tidak ada salahnya Pemerintah memberikan apresiasi atas perjuangan kemanusiaan dari para
tokoh lintas etnis dan agama ini, terhadap apa yang telah mereka rintis dan perjuangkan di bumi
Indonesia..

*) Penulis adalah pemerhati masalah Tionghoa dan peneliti senior Institut Kewarganegaraan
Indonesia, tinggal di Jakarta.

61
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen : Drs.H. Muh. Nasir, M. Pd., M. Kes

“Kasus Kewarganegaraan Ganda


Gloria Natapradja”

OLEH :

NAMA : ANNI ATIQAH MAHDIYYAH

NIM : PO714203191008

62
PRODI : DIV TLM TK. I KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

63
“Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja”

Secara etimologi kewarganegaraan ialah hal yang berkaitan dengan warga negara atau
keanggotaan sebagai warga negara. Sementara secara istilah kewarganegaraan berasal dari
kata warga negara. Warga negara banyak dimaknai sebagai penduduk suatu negara atau
bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang memiliki kewajiban
dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari suatu negara.

Warga negara secara sendirinya ialah subjek hukum yang menyandang hak-hak sekaligus
kewajiban-kewajiban dari dan terhadap negara. Setiap warga negara memiliki hak-hak yang
wajib diakui (recognized) oleh negara dan wajib dihormati (respected), dilindungi
(protected), dan difasilitasi (facilitated) serta dipenuhi (fullfiled) oleh negara. Sebaliknya
warga negara juga mempunyai kewajiban-kewajiban kepada negara yang merupakan hak-hak
negara yang juga wajib diakui (recognized), dihormati (respected), dan ditaati atau ditunaikan
(complied) oleh setiap warga negara (Jimly Asshiddiqie, 2014: 383).

Kewarganegaraan adalah sebuah keanggotaan seseorang dalam sebuah kesatuan politik atau
negara dimana hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik diberikan pada orang tersebut.
Di Indonesia, kewarganegaraan diatur dalam undang – undang No. 12 tahun 2006 yang
ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 2006. Dari undang – undang tersebut, diterangkan pula
asas kewarganegaraan. Asas  kewarganegaraan adalah asas yang mendasari kepemilikan
kewarganegaraan seseorang. Di dalam status kewarganegaraan yang telah dimiliki seseorang
tersebut mengandung kewajiban dan hak yang harus dijalankan oleh orang yang memiliki
kewarganegaraan tersebut.

Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda, tak terlupakan dalam masalah
menggunakan asas kewarganegaraan. Negara Indonesia sendiri menggunakan asas Ius
sanguinis dan juga asas Ius soli. Maksud dari asas ius sanguinis adalah kewarganegaraan
seorang ditentukan dari keturunan orang yang bersangkutan. Misalnya saja, ada
seorang anak yang dilahirkan di Malaysia, tapi orangtuanya berkebangsaan Indonesia, maka
anak itu adalah orang Indonesia. Anak selalu mengikuti kewarganegaraan orangtuanya.
Sedangkan maksud dari asas ius soli ini adalah kewarganegaraan seseorang ditentukan
ditempat dia dilahirkan. Misalnya saja ada seorang anak yang lahir di negara Malaysia,
walaupun orangtuanya berkebangsaan Indonesia, anak itu akan tetap memiliki kebangsaan
Malaysia. Bisa disimpulkan kalau menurut asas ini, tempat kelahiran sang anak akan
menentukan kebangsaan anak tersebut.

Dalam hal ini setiap warga negara diatas 18 tahun atau yang sudah menikah, hanya boleh
mempunyai satu kewarganegaraan. Akan tetapi, masih ada juga warga yang terjerat kasus
yang menyangkut kewarganegaraan ganda. Di Indonesia, hal tersebut pernah beberapa kali
terjadi pada rakyat, publik figur, bahkan pejabat negara.

Di Indonesia sendiri masih banyak problem-problem mengenai kewarganegaraan dan yang


sering terjadi disini ialah status kewarganegaraan ganda atau bipatride. Di era kekinian ini
kita sering menjumpai kasus-kasus orang yang berkewarganegaraan ganda atau bipatride,
yang disebabkan mulai dari berpergian keluar negeri sehingga menikah dengan orang di
negara tersebut, baik disengaja maupun tidak dan yang pasti akan melahirkan anak di negara
tersebut. Dengan berbagai macam alasan seperti pelayanan medis yang memadai dan
terjamin. Salah satu contohnya adalah kasus Gloria Natapradja.

Gloria Natapradja Hamel adalah salah satu perwakilan paskibra dari Jawa Barat yang akan
bertugas mengibarkan Sang Saka Merah Putih di Istana Negara yang akan bergabung dengan
perwakilan yang lainnya. Namun, tugas untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih pun
akhirnya kandas pada saat dua hari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan. Penyebabnya
adalah Gloria memiliki Paspor Perancis yang berlaku sejak Februari 2014 hingga Februari
2019. Dia merupakan anak hasil dari perkawinan campuran antara Indonesia dengan
Perancis.

Padahal jika berbicara mengenai hak dan kewajiban seorang warga negara, salah satu
kewajiban warga negara, sebagai contoh ialah ikut serta atau berpartisipasi dalam mengenang
hari kemerdekaan negaranya. Dan salah satu hak sekaligus kewajiban sebagai warga negara
dapat mengibarkan sang saka merah putih pada momen hari kemerdekaan atau istilahnya
disebut Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

Kepala Staf Garnisun 1/Jakarta Joshua Pandit Sembiring mengacu pada Undang-Undang


nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menjawab gugurnya
Gloria sebagai bagian dari Paskibraka.

Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dijelaskan bahwa seorang
anak hasil kawin campur dapat memiliki dua kewarganegaraan sebelum usia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin. Kendati demikian, untuk kasus Gloria ini belum dapat

65
memilih dan memiliki kewarganegaraan sebelum mendaftarkan diri kepada kantor wilayah
Kementerian Hukum dan HAM yang sesuai dengan domisili, sebab Gloria merupakan anak
yang lahir sebelum tahun 2006 yakni pada tahun 2000. Gloria lahir di Jakarta pada 1 Januari
2000 dari pasangan Didier Andre Aguste Hamel warga negara Prancis dan Ira Hartini warga
negara Indonesia. Surat Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian
Hukum dan HAM pada Senin (15/8/2016), menyebutkan bahwa Gloria Natapradja Hamel
adalah warga negara asing (Prancis).

Surat yang ditandatangani Dirjen Administrasi Hukum Umum Direktur Tata Negara Tehna
Bana Sitepu, dengan tembusan Dirjen Administrasi Hukum Umum dan Direktur Izin Tinggal
Keimigrasian itu juga memaparkan, Gloria tidak pernah didaftarkan oleh orangtua/walinya
untuk memperoleh kewarganegaraan RI kepada Menteri berdasarkan Pasal 41 UU Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI. Hal ini seharusnya bagi orang tua atau walinya
mendaftarkan kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yang sesuai dengan
domisili.

Pasal 41 UU Kewarganegaraan dan menegasikan keberadaan Pasal 21 ayat (1) UU


Kewarganegaraan yang menyebutkan:

“Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan
Republik Indonesia”.

Frasa "dengan sendirinya" ini sebenarnya menunjukkan bahwa UU Kewarganegaraan secara


jelas dan tegas telah memberikan jaminan bagi Gloria atas kewarganegaraan Indonesia
sepanjang Gloria belum berusia 18 tahun.

Jika merujuk pada pasal tersebut, maka Gloria sudah tidak bisa mendaftarkan lagi untuk
memperoleh status kewarganegaraan Republik Indonesia. Perempuan ini seharusnya
didaftarkan oleh orangtua atau walinya ke kantor kemenkumham dalam jangka waktu 1
Agustus 2006 sampai 1 Agustus 2010.

Saat ini Gloria belum mendapatkan status kewarganegaraan Republik Indonesia karena
terhambat oleh Pasal 41. Sehingga haknya sebagai anak hasil kawin campuran yang mana
seharusnya memiliki status kewarganegaraan ganda terbatas, namun hak tersebut tidak

66
diperoleh oleh Gloria beserta anak lainnya yang lahir sebelum aturan tersebut diundangkan.
Sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 6 ayat 1 yaitu:

“Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana


dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan pasal 5 berakibat anak
berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.”

Kejadian tersebut tentu berbeda dengan apa yang dialami oleh anak-anak hasil dari kawin
campuran yang lahir setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diundangkan yakni
memperoleh dan secara otomatis akan mempunyai hak kewarganegaraan ganda terbatas
sampai berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin tanpa melapor kepada kementerian
hukum dan ham atau perwakilan Republik Indonesia yang berada di luar negeri.

Tentunya ini menimbulkan ketidakpastian hukum bahkan dapat dikatakan terjadi disriminasi
hukum bagi Gloria khususnya, umumnya bagi anak yang lahir sebelum tahun 2006 oleh Pasal
41 tersebut. Atas dasar kejadian yang menimpa Gloria, pada akhirnya ibunda dari Gloria
yang bernama Ira Hartini Natapradja Hamel mengajukan judicial review atau pengujian
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kepada Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2016.

Proses persidangan uji materi di MK pun memakan waktu tak sebentar. Sejumlah saksi
hingga ahli dihadirkan. Dalam persidangan, terungkap, banyak anak hasil kawin campur yang
kebingungan menentukan status warga negara. Mereka umumnya tak tahu soal ketentuan
yang mengatur pendaftaran untuk memperoleh status sebagai WNI dalam UU
Kewarganegaraan.

Dari data Kemenkumham, ada sekitar 12 ribu anak hasil kawin campur yang telah
mendaftarkan diri menjadi WNI sampai tahun 2010. Hanya saja data itu tak memuat anak
hasil kawin campur yang belum mendaftar. Setahun bergulir, MK akhirnya memutus
permohonan uji materi tersebut pada 31 Agustus 2017. Hasilnya lembaga pengawal konstitusi
itu menolak seluruh permohonan ibunda Gloria karena tak beralasan menurut hukum.
Alasan ketidaktahuan anak hasil kawin campur soal aturan mendaftarkan diri menjadi WNI,
dianggap tak bisa menjadi dasar penuntutan apalagi membuat seseorang bebas dari hukum
atau peraturan perundang-undangan.

67
Kandas di MK, Gloria berencana mengikuti proses naturalisasi sesuai syarat yang berlaku
dalam UU Kewarganegaraan. Namun cara ini dinilai menyulitkan karena proses naturalisasi
hanya berlaku untuk pasangan asing dari orang Indonesia, bukan anak hasil kawin campur.
Sesuai prosedur, Gloria akan diproses melalui jalur pewarganegaraan asing murni yang
dipandang tidak punya kaitan apapun dengan Indonesia.

Belum lagi biaya sebesar Rp50 juta untuk mendaftarkan diri sebagai WNI yang dinilai akan
semakin memberatkan. Proses naturalisasi bagi anaknya akan lebih mudah karena mendapat
rekomendasi dari pihak Kemenkumham. Namun ia ragu dengan proses naturalisasi anak-anak
hasil kawin campur lainnya. Sambil menunggu proses tersebut, Gloria kini fokus menjalani
aktivitasnya sebagai Duta Kemenpora. Ia juga aktif mengikuti sejumlah kegiatan
kepemudaan di kementerian.

Seperti surat pernyataan yang pernah ia sampaikan pada Presiden Jokowi, Gloria hingga kini
masih memantapkan dirinya sebagai WNI dan tak memilih Perancis sebagai
kewarganegaraannya.

"Saya tidak pernah memilih kewarganegaraan Perancis, karena darah dan nafas saya untuk
Indonesia tercinta." Sahut Gloria. Dari perkataan Gloria ini sudah sangat menggambarkan
betapa dia sangat mencintai negara NKRI, kecintaannya juga terlihat dimana tekad yang kuat
dan dengan usahanya Gloria bahkan mampu berada dititik dimana dia akan menjadi salah
satu pasukan pengibar bendera sang saka merah putih, momen yang sangat mendebarkan
serta membanggakan.

Kasus yang menimpa Gloria ini juga menjadi salah satu yang melatar belakangi terjadinya
amandemen dimana hasil amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 telah melahirkan lembaga negara yang baru mempunyai tugas untuk mengawal
konstitusi (The Guardians of The Constitution) yakni Mahkamah Konstitusi yang biasa
disebut MK.

Melihat kasus Gloria ini, mengungatkan kita akan banyaknya kasus-kasus lain yang
masalahnya hampir sama yaitu menegnai permasalahan kewarganegaraan. Untuk dapat
mengatasi hal ini maka dipelrukannya solusi yang normal dan dapat diterapkan. Salah satu
solusi yang dilakukan oleh pemerintah adalah seperti melakukan revisi aturan
kewarganegaraan ini sebagai solusi, sehingga negara bisa memanfaatkan kemampuan anak
bangsa yang memiliki kewarganegaraan ganda.

68
Selain itu, Solusi mengenai permasalahan kewarganegaraan ganda diatas adalah salah
satunya dengan disahkanya kewarganegaraan ganda di Indonesia. Pemberlakuan dwi
kewarganegaraan bisa memiliki fungsi untuk melindungi WNI yang berada diluar negeri
maupun yang lahir dari pasangan yang berbeda kewarganegaraan. Namun, dwi
kewarganegaraan juga memiliki sisi negative yaitu bisa disalahgunakan untuk hal-hal
kriminal seperti penghindaran pajak, perdagangan illegal, pencucian uang, dan lainya. Untuk
itulah diperlukan pengawasan khusus dan undang-undang yang mengatur mengenai dwi
kewarganegaraan sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari.

69
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Jenis Tugas : Individu

Dosen Pengampu : Dra.H.Muh Nasir,M.Pd.,M.Kes

WNI DI LUAR NEGERI DIUSULKAN


BOLEH MEMILIKI KEWARGANEGARAAN GANDA

Oleh :

NAMA : Cahya Sulistiyani Wahyudi

NIM : PO.714203191.011

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PRODI SARJANA TERAPAN (D.IV)
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

70
WNI DI LUAR NEGERI DIUSULKAN
BOLEH MEMILIKI KEWARGANEGARAAN
GANDA

Warga negara diatur dalam Pasal 26 UUD 1945 yang artinya orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Tiap negara biasanya menentukan dalam Undang-Undang Kewarganegaraan
siapa yang menjadi warga negara dan siapa yang dianggap orang asing. Di Indonesia
kewarganegaraan itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan.

Kewarganegaraan merupakan hal yang sangatlah penting karena adanya perlindungan


hukum oleh negara terhadap warga negaranya baik yang berada di dalam maupun di luar
negeri. Tanpa adanya kewarganegaraan maka seseorang tidak dapat memperoleh
perlindungan dari negara. Seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan disebut dengan
apatride. Globalisasi ini mendorong warga negara Indonesia maupun warga negara lain untuk
keluar masuk Indonesia dengan berbagai kepentingannya. Akibat hal tersebut maka terjadi
beberapa permasalahan seperti semakin tingginya perkawinan antar warga negara yang telah
terjadi hampir di semua negara termasuk di Indonesia. Perbedaan kewarganegaraan tersebut
tidak saja terjadi saat awal dimulainya suatu perkawinan campuran, tetapi dapat berlanjut
setelah terbentuknya suatu keluarga perkawinan campuran. Akibat hal tersebut maka anak
hasil dari perkawinan campuran memiliki kewarganegaraan ganda. Selain itu juga akibat
adanya arus globalisasi banyak warga negara Indonesia yang bekerja, menjalani pendidikan,
serta tinggal di luar negeri. Akibat hal tersebut tak sedikit pula warga negara yang memiliki
kewarganegaraan negara lain untuk memenuhi kepentingannya dimana ia tinggal. Sehingga
memiliki kewarganegaraan ganda. Padahal pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya mengatur mengenai kewarganegaraan
ganda terbatas. Berdasarkan uraian tersebut maka menghasilkan rumusan masalah
bagaimanakah status hukum warga negara yang memiliki dua kewarganegaraan menurut
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan bagaimanakah implementasi hukum terhadap
warga negara yang berkewargaganegaraan ganda

Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal tetapi ada pengecualian bagi anak
berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 anak dapat memiliki
kewarganegaraan ganda terbatas sebelum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin
setelah diatas umur tersebut atau sudah kawin anak harus memilih salah satu
kewarganegaraannya. Anak yang dapat memiliki kewarganegaraan ganda terbatas
dikatagorikan menjadi enam berdasarkan Pasal 4 huruf c, d, h, l dan Pasal 5 Undang-undang

71
Nomor 12 Tahun 2006. Diluar ketentuan tersebut maka seseorang tidak dapat memiliki dua
kewarganegaraan dan akan kehilangan kewarganegaraan bagi yang melanggar ketentuan
tersebut. Dalam penerapan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 terdapat beberapa
permasalahan dalam pelaksanaannya terkait kewarganegraan ganda di Indonesia. Seperti
pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 mengatur kewajiban untuk memilih
salah satu kewarganegaran bagi anak yang berusia setelah 18 tahun. Tetapi di dalam Undang-
Undang tersebut tidak mengatur mengenai sanksi atau akibat apabila tidak melaksanakan
kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 6. Seharusnya akibat atau sanksi ditentukan. Ada dua
pilihan. Pertama, Anak tersebut dianggap memilih kewarganegraan Indonesia. Kedua,
dianggap memilih kewarganegaraan asing. Dua pilihan tersebut samasama memiliki
persoalan hukum. Kesimpulannya bahwa Indonesia pada dasarnya menerapkan
kewarganegaraan tunggal tetapi dengan adanya Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru
yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 maka Indonesia juga menerapkan
kewarganegaraan ganda terbatas. Status kewarganegaraaan ganda terbatas menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan hanya dapat diberikan kepada
anak-anak sesuai ketentuan Pasal 6. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan
dalam pelaksanaannya terkait kewarganegraan ganda di Indonesia. Seperti Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang mengatur kewajiban untuk memilih salah satu
kewarganegaran bagi anak yang berusia setelah 18 tahun atau sudah kawin. Tetapi di dalam
Undang-Undang tersebut tidak mengatur mengenai sanksi atau akibat apabila tidak
melaksanakan kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 6

Rancangan Undang-Undang Kewarganegaraan yang sedang dalam proses


pembahasan sebaiknya mengizinkan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri memiliki
kewarganegaraan ganda.Hal tersebut disampaikan Ketua DPP Gerindra Haposan P. Batubara
dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/1). Menurut Haposan, wacana dwi
kewarganegaraan khusus bagi WNI yang saat ini berada di luar negeri menjadi agenda politik
yang harus segera dituntaskan di tengah-tengah mandeknya pembahasan revisi UU Nomor 12
Tahun 2006 tentang kewarganegaraan. Apalagi hal ini menjadi aspirasi dan harapan para
WNI yang ada di luar negeri. "Ini sebenarnya yang ditunggu oleh WNI kita di luar negeri soal
status kewarganegaraan mereka yang menurut saya bagaimana pun harus kita jadikan agenda
serius untuk digolkan soal dwi kewarganegaraan itu," jelas Haposan yang juga sebagai caleg
Gerindra Dapil Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri ini. Dia menjelaskan secara
psikologis WNI yang ada di luar negeri sangat berat melepaskan statusnya sebagai WNI,
meski istri/suami dan anaknya adalah warga negara asing. "Kalau soal hak-hak sebagai warga
negara mungkin mereka sangat terjamin di luar negeri tetapi ada aspek lain soal kampung
halaman, Tanah Air yang tidak bisa mereka lupakan begitu saja. Ini aspek penting kenapa
soal dwikewarganegaraan ini jadi agenda politik yang penting," ungkapnya Namun dia
menyayangkan proses pembahasan revisi UU Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006
berjalan lamban. Sampai sekarang, kata dia pemerintah belum bulat sehingga penyelesaian
masalah dwikewarganegaraan terhambat. “Solusinya adalah menjadikan agenda politik ini
sebagai prioritas dan tentu saja ini satu pekerjaan kami nanti jika diberi kepercayaan oleh

72
masyarakat menjadi wakil mereka di DPR sekaligus menjadi utang politik saya yang harus
dipenuhi," ujar Haposan. Ia menegaskan, pemerintah tidak perlu khawatir soal pemenuhan
hak-hak para diaspora. Sebab, kalangan diaspora menuntut kewarganegaraan ganda lebih
karena persoalan identitas diri. “Aspek kewarganegaraan itu sangat terkait dengan rasa
kebangsaan dan identitas seseorang. Tidak ada kaitannya dengan perlindungan sosial,
mendapat pekerjaan, itu mungkin ada tapi itu di level bawahnya. Tapi utamanya adalah
identitas," pungkas Haposan

Berbagai kasus dwi kewarganegaraan di Indonesia kian menjadi sorotan belakangan


ini. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana dan mengapa warga negara
Indonesia (WNI) membuat kewarganegaraan ganda di luar negeri. Mantan Duta Besar RI
untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal menjelaskan ada tiga kategori WNI yang tinggal di
AS dan ingin membuat kewarganegaraan ganda. Kategori pertama biasanya adalah WNI
yang memiliki paspor sebagai turis namun memiliki tujuan bekerja di AS. "Jadi ada tiga
kategori. Satu, orang yang datang jadi turis kemudian punya tujuan untuk bekerja. Kemudian
di sana dia bekerja secara ilegal," ujar Dino di gedung Djakarta Theatre XXI, Thamrin,
Jakarta, Minggu (21/8/2016) . Kategori kedua, lanjut Dino, adalah WNI yang tinggal dan
bekerja di AS, namun dalam jangka waktu yang belum terlalu lama. Untuk kategori kedua
ini, Dino menjelaskan WNI biasanya akan mendapatkan Green Card atau U.S Permanent
Resident sebelum mendapatkan kewarganegaraan AS. "Kedua dia datang dengan sah
kemudian mendapatkan Green Card dan bisa tinggal di sana, bisa kerja di sana, tapi bukan
warga negara Amerika," lanjut Dino. Status permanent resident yang dimiliki WNI ini
memiliki hak yang terbatas. Hal ini kemudian memicu WNI berusaha untuk mendapatkan
kewarganegaraan ganda. Dino menjelaskan kewarganegaraan AS bisa didapatkan apabila
mereka telah tinggal beberapa tahun di sana.
"Ketiga sudah tinggal di Amerika beberapa tahun kemudian dia minta menjadi warga negara.
Nah itu cukup banyak," ujar dia. Dino menyebutkan alasan banyaknya WNI membuat
kewarganegaraan ganda, khususnya di AS, salah satunya karena faktor pendidikan. Menurut
Dino, warga negara AS bisa mendapatkan berbagai fasilitas berkaitan dengan pendidikan
secara gratis. Hal inilah yang kemudian menginisiasi WNI membuat kewarganegaraan AS.
"Biasanya sih pendidikan alasannya. Karena kalau jadi warga Amerika, pendidikan anaknya
gratis, ada fasilitas-fasilitas," ucap dia.

Telah dikemukakan bahwa setiap negara berhak untuk menentukan siapa-siapa yang
termasuk warganegaranya. Dengan demikian maka negara tersebut bebas menentukan asas
mana yang dipakai, apakah asas ius soli atau ius sanguinis. Akibatnya timbul peraturan-
peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara, dan menurut istilah
Prof. Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi “pertentangan”10 . Hal ini akan
menimbulkan konflik yang positif dan negatif. Konflik yang positif terjadi bilama menurut
peraturan-peraturan kewarganegaraan dari berbagai negara seseorang tertentu dianggap
sebagai warganegara masingmasing negara yang bersangkutan. Dengan demikian terjadilah

73
kelebihan kewarganegaraan, dwi kewarganegaan atau bipatride, multi patride. Contohnya: A
warganegara negara X yang menganut asas ius sanguinis merantau ke negara Z yang
menganut asaa ius soli. A kemudian kawin dengan B dari negaranya sendiri. Tidak lama B
melahirkan seorang anak C di negara Z. Menurut peraturan di negara Z, C adalah
warganegaranya karena dia lahir diwilayahnya, Sedangkan menurut X, C yang lahir dan
orang tua yang berkewarganegaraannya adalah warganegara X, tetap warganegara X. Dengan
demikian maka C mempunyai bipatride. Konflik yang negatif, terjadi bilamana menurut
semua peraturanperaturan kewarganegaraan dari negara-negara di dunia, seorang tertentu 10
Abdul Bari Azed. Masalah Kewarganegaraan. Op.cit., hal 6 xiv tidak dianggap sebagai
warganegara. Demikian terjadilah apa yang disebut tanpa kewarganegaraan atau apatride.
Contohnya, Negara X menganut asas ius soli, dan negara Z menganut asas ius sanguinis. A
setelah kawin dengan B dari warganegara X, merantau ke negara Z, disana lahirlah C.

Menurut peraturan dari negara tempat dia berdomisili yaitu negara Z, C bukanlah
warganegaranya sebab orangtuanya adalah warganegara Negara X, dia juga tidak dianggap
sebagai warganegara Negaranya karena dia tidak lahir di wilayah Negara X, maka terjadinya
apatride pada diri C. Pada akhir-akhir ini, apatride banyak kemungkinan terjadi, karena
perkembangan hubungan antara negara dan hubungan politis. Beberapa negara tertentu telah
mulai mempergunakan pencabutan kewarganegaraan sebagai semacam hukuman. Apabila
orang-orang yang terkena dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh negara yang
bersangkutan dan mereka ini belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti, maka
mereka ini berstatus tanpa kewarganegaraan. Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah
menyedihkan bagi yang harus mengalami. Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu
negara. Tidak dapat memiliki paspor negara tertentu. Seandainya mereka harus diusir dari
negara tempat mereka berdomisili, kemana mereka harus dikirim. Timbulnya dwi-
kewarganegaraan adakalanya tidak selalu oleh perbedaan antara peraturan kewarganegaraan
masing-masing negara yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda, namun
dapat juga timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama.
Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi-kewarganegaraan,
maka dalam praktek, Negara-negara berusaha untuk mencegah atau setidak-tidaknya
mengurangi adanya kewarganegaran rangkap tersebut. Misalnya suatu negara dengan
menetapkan dalam UU Kewarganegaraan bahwa warganegaranya yang mendapat
kewarganegaran negara lain, maka ia akan kehilangan kewarganegaraannya semula, atau
dengan mengadakan perjanjian dengan negara lain.

Sehubungan dengan masalah dwi-kewarganegaraan, maka Konperensi Den Haag


tahun 1930 tentang Konflik Undang-undang Nationaltitet berusaha mencari jalan keluar agar
dapat mengatasi masalah dwi-kewarganegaraan dengan dikeluarkannya beberapa ketentuan
antara lain yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan
dapat dianggap oleh masing-masing Negara yang bersangkutan sebagai warganegaranya,
74
tetapi negara yang satu tidak dapat memberikan perlindungan diplomatik kepada orang
tersebut, terhadap negara lainnya yang mengakuinya sebagai warganaranya. Bagi pihak
ketiga (negara) seseorang yang mempunyai lebih dari satu nationaliteit, akan dipandang
seakan-akan ia itu hanya mempunyai satu nationaliteit, dan pihak ketiga itu hanya akan
mengakui : a)nationaliteit negara dimana ia lazim dan terutama berdiam, atau b) nationaliteit
negara kepada siapa ia di dalam kenyataaannya mempunyai hubungan yang paling erat.
Dalam kreterium (b), maka dalam hal itu nampak sebagai asas nationaliteit yang bernar dan
efektif. Orang yang mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan di luar kemauannya sendiri
(kemauan sendiri ini harus terbukti dari pernyataan yang tegas) harus diizinkan menolak
kewarganegaraan dari Negara dalam wilayah Negara mana ia tidak mempunyai tempat
tinggal yang biasa atau yang terpenting, asal saja telah memenuhi syarat-syarat yang dituntut
oleh Negara yang kewarganegaraannya ia tolak. xvi Keadaan berdwi-kewarganegaraan
sebenarnya tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan sendiri maupun suatu negara, karena
dwikewarganegaraan pada dasarnya dapat menimbulkan masalah atau kesulitan-kesulitan.
Masalah atau kesulitan-kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban sebagai warganegara. Hal ini dapat dibayangkan bagaimana pelaksanaan
hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang mempunyai
dwikewarganegaran. Hak dan kewajiban sebagai warganegara manakah yang harus
dilaksanakan.

Penyelesaian dalam masalah dwi-kewarganegaraan dapat ditempuh dengan jalan


meratifikasi Konvensi Den Haag dan pengaturan-pengaturan warganegara dalam Hukum
Nasional. Dalam kaitannya dengan RUU Kewarganegaraan yang saat ini sedang dikaji,
antara lain diatur tentang anak dari seorang warganegara Republik Indonesia yang lahir di
luar wilayah Indonesia perlu diatur, karena sering menimbulkan permasalahan dalam praktek.
Misalnya, anak-anak yang lahir di Amerika Serikat diakui sebagai warganegara Amerika
Serikat, sementara dia juga warganegara Republik Indonesia. Dengan demikian timbul dwi-
kewarganegaraan yang cenderung membuka peluang terjadinya penyalahgunaan status
warganegara untuk kepentingan tertentu. Selanjutnya berkembang suatu pemikiran bahwa
dalam penerangan status dwi-kewarganegaraan perlu ditentukan adanya batas umur tertentu,
misalnya selama belum berumur 18 tahun, seorang anak dapat memiliki dua
kewarganegaraan

75
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen Pengampu : Drs.H. Muh. Nasir, M.Pd. M.Kes

KASUS PEWARGANEGARAAN
(NATURALISASI)

DINDA WAHYU SURYADI


PO714203191012

KELAS A
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020

76
Wacana naturaliasi menjadi sebuah hal yang jamak terjadi dalam dunia
persepakbolaan mana saja, apa lagi setelah kita mengetahui fenomena yang terjadi di negara
tetangga seperti Singapura dan Filipina yang secara ekstrim meng-Singapura-kan atau mem-
Filipina-kan warga negara lain, membuat Naturaliasi seolah menjadi tren tapi sesungguhnya
tentu naturaliasi bukanlah tujuan melainkan adalah untuk memenuhi kebutuhan sesaat.
Contoh kasus naturalisasi yang terjadi di negara Indonesia :
1. Kim Jeffrey Kurniawan
Kim yang datang ke Indonesia, Agustus 2010 karena mendapat tawaran dari
coach Timo Scheunemann untuk bermain di Persema Malang, memegang paspor
Jerman, Kim berkarier di liga Jerman sejak berusia 5 tahun, terakhir sebagai pemain
FC Heidelsheim sebuah klub yang berkompetisi di Verbandsliga Nordbaden Jerman
(satu level di bawah divisi 3 Bundesliga), bulan Januari 2011 Kim Kurniawan resmi
menjadi pemain Persema Malang. Kim kurniawan resmi berpindah paspor menjadi
kewarganegaraan Indonesia (WNI) sejak 20 Desember 2010 lalu. Proses naturalisasi
dari warga Jerman menjadi Indonesia ini berlangsung mulus dibantu PSSI BTN
melalui Departemen Hukum dan HAM, karena Kim sama sekali tidak memegang
paspor hijau sehingga harus melewati proses naturalisasi Kim Kurniawan adalah cucu
dari Kwee Hong Sing, mantan pemain Persija dan Timnas Indonesia di tahun 1950an.
Ayah Kandung Petrus Kurniawan besetatus WNI. ( kompasiana.com )
2. Victor Igbonefo
Bek tangguh berkewarganegaraan awal Nigeria tersebut memulai karier sepak
bola dengan memperkuat klub lokal amatir asal negaranya, First Bank FC. Kemudian,
pria berumur 29 tahun tersebut hijrah ke Liga Indonesia untuk memperkuat Persipura
Jayapura sejak 2005. Memperkuat Persipura selama enam musim dengan performa
apiknya, Victor dianggap sebagai salah satu bek terbaik di pentas ISL karena
intensitas tinggi dan kedisiplinannya mengawal lawan. Pemain yang bernama lengkap
Victor Chuckwuekezie Igbonefo tersebut mencintai sepak bola Indonesia dan ingin
memperkuat Timnas Indonesia. Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) akhirnya
mengabulkan permintaan bek Persipura Jayapura ketika itu, untuk berpindah warga
negara ke Indonesia. PSSI menilai Victor dengan kemampuannya layak untuk
dinaturalisasi dan masuk jadi bagian Timnas Indonesia. Debut Victor di Timnas
Indonesia didapat ketika menghadapi Arab Saudi di ajang Pra Piala Asia 2015, pada
23 Maret 2013. Namun, Victor gagal membawa Timnas Garuda menang, setelah

77
menyerah 1-2 di tangan Arab Saudi. Di level klub, Victor Igbonefo saat ini membela
Arema Cronus setelah sebelumnya membela Persipura Jayapura, Chiangrai United,
dan Pelita Jaya. ( bola.com )
3. Johny van Beukering
Pemain yang pernah membela Feyenoord di Eredivisie Belanda tersebut telah
malang-melintang di klub Divisi Dua Liga Belanda. Saat dualisme federasi, striker
bertubuh gempal itu pindah jadi WNI. Pada 10 Oktober 2011, Van Beukering resmi
menyandang pemain naturalisasi Indonesia, setelah berpindah warga negara dari
Belanda ke Indonesia. Van Beukering memulai debutnya untuk Timnas Indonesia
ketika menghadapi Timor Leste pada tanggal 14 November 2012. Dalam
pertandingan tersebut pemain yang pernah membela Pelita Jaya pada musim 2011-
2012 tersebut, memberikan assist untuk Bambang Pamungkas yang menciptakan gol
kemenangan Indonesia atas Timor Leste. ( bola.com )
4. Cristian El Loco Gonzales
El loco Gonzales mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay ini
sudah menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003) dan menjadi WNI atas
inisiatif sendiri, didukung Undang-undang No. 12 Tahun 2006. Sejak bersama Persik
Kediri ditambah lagi menikah dengan wanita Indonesia bernama Eva, El Loco sudah
ingin menjadi WNI, akhirnya setelah menunggu enam tahun lamanya, El Loco
Gonzales resmi mengganti kewarganegaraan pada 2010 menjelang berlangsungnya
AFF Suzuki Cup. Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan, Gonzalez memang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia. Pasal 9 UU itu menyebutkan ‘Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut: a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b. pada waktu
mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turuut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut’. c. sehat jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa
Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945; e. tidak pernah
dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; g. Mempunyai pekerjaan
dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas
Negara. ( kompasiana.com )

78
Pewarganegaraan (Naturalisasi) adalah proses perubahan status dari penduduk asing
menjadi warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi beberapa
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan negara yang bersangkutan.
Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, masalah kewarganegaraan
saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006. Naturalisasi merupakan salah satu
dari Unsur-unsur Kewarganegaraan setelah Ius sanguinis dan Ius soli. Selain untuk warga
negara asing, naturalisasi juga bisa diberlakukan untuk seseorang yang tidak mempunyai
kewarganegaraan dan mempunyai kewarganegaraan ganda. Di Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia bisa diberikan kepada warga negara asing dengan status sebagai berikut:
1. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum
kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
2. Anak WNI belum berusia 5 tahun meskipun secara sah diakui sebagai anak oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI .
3. Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang
WNI atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status
kewarganegaraan orangtuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda
hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
4. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang.
5. Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3
tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
6. Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan permohonan untuk menjadi
WNI atau dapat diminta oleh RI, kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji
setia. Dalam unsur-unsur kewarganegaraan sumpah tersebut, pemohon juga harus
memenuhi kewajiban warga negara Indonesia. Kewarganegaraan akan diberikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR.
Ketentuan Syarat dan Proses Naturalisasi di Indonesia
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 menentukan bahwa permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin

79
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negararepublik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10
tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 tahun atau lebih.
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Permohonan diajukan di negara asal secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri.
Berkias permohonan disampaikan kepada pejabat. Menteri meneruskan permohonan kepada
presiden maksimal tiga bulan sejak permohonan diterima. Adapun proses yang harus
ditempuh sebagai berikut:
a. Permohonan dikenai biaya sesuai peraturan pemerintah.
b. Presiden dapat menolak atau mengabulkan permohonan.
c. Jika mengabulkan, pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah / janji.
d. Jika tidak hadir tanpa alasan maka kepres (keputusan presiden) batal demi hukum.
e. Pengucapan sumpah dilakukan dihadapan pejabat.
f. Pejabat membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah.
g. Pejabat menyampaikan berita acara kepada menteri max 14 hari sejak pelaksanaan.
h. Pemohon menyerahkan dokumen keimigrasian max 14 hari sejak pengucapan
sumpah.
Naturalisasi Biasa dan Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi Biasa, yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan. Permohonan pewarganegaraan itu dilakukan
sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan secara tertulis dan bermaterai kepada Menteri Kehakiman
melalui Pengadilan Negeri atau Perwakilan RI di tempat tinggal pemohon
b. Permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia, sertaa bersama dengan
permohonan itu harus disampaikan bukti-bukti yakni:
 Sudah berumur 21 tahun
80
 Lahir dalam wilayah RI atau bertempat tinggal yang paling akhir
sedikitdikitnya 5 tahun berturut-turut atau selama 10 tahun tidak berturut-turut
di wilayah RI
 Apabila ia seorang laki-laki yang sudah kawin, ia perlu mendapat persetujuan
dari istrinya
 Dapat berbahasa Indonesia dan mempunyai sekedar pengetahuan tentang
sejarah Indonesia
 Dalam keadaan sehat rohaniah dan jasmaniah
 Bersedia membayar kepada Kas Negeri uang sejumlah antara Rp.500,- sampai
Rp.10.000,- bergantung pada penghasilan setiap bulan
 Tidak mempunyai kewarganegaraan lain, atau pernah kehilangan
kewarganegaraan RI.
Selanjutnya, Naturalisasi Istimewa ( luar biasa) adalah pewarganegaraan yang dapat
diberikan kepada mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada Negara RI dengan
pernyataan sendiri (pemohon) untuk menjadi warga Negara RI atau dapat diminta menjadi
warga Negara RI. Pewarganegaraan Istimewa dapat diberikan oleh pemerintah Indonesia
(diwakili oleh presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan dan kepentingan Negara atau
jika yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara. Kepada mereka itu dibebaskan
syaratsyarat sebagaimana terjadi pada pewarganegaraan biasa. Akan tetapi, ia tetap
diharuskan mengucapkan sumpah dan janji setia kepada Negara RI.
Beberapa cotoh naturalisasi istimewa dan biasa yang terjadi di indonesia adalah
banyakya pemain luar yang bermain untuk Idonesia. Berikut beberapa contoh dari
naturalisasi tersebut:

1. Christian Gonzales : Pemain pesepakbola di Indonesia yang merupakan orang


Uruguay namun telah menetap di Indonesia dan meikah dengan orang Indonesia yaitu
Eva Nurida Siregar. Christian Gonzales yang semula merupakan WNA mejadi WNI
karena ia dan istri telah menetap dan tinggal di Indonesia. (Naturilisasi Istimewa)
2. Irfan Bachdim : Ini juga salah satu pemain Naturalisasi yang mana Irfan sendiri
adalah pemain yang memilih menjadi WNI dimana mengikuti keturunan dari garis
ayahnya. Irfan adalah blasteran belanda. (Naturilisasi Istimewa)

81
3. Kim Jeffry Kurniawan juga telah merubah identitasya menjadi WNI yang menjadi
contoh naturalisasi berikutnya seperti unsur-unsur budaya kewargaegaraan.
(Naturilisasi Biasa)
4. Contoh naturalisasi berikutnya adalah pemain bulutangkis di Indonesia yang telah
sering mengharumkan nama Indonesia seperti : Liem Swi King, Ivana Lie, Susi
Susanti, Hedrawan, Rudy Hartoo dan Tan Yoe Hok serta Alan Budikusuma yang
merupakan contoh pemain naturalisasi. (Naturilisasi Istimewa)
Naturalisasi memiliki dampak yang positif bagi bangsa Indonesia apabila seseorang yang
mengajukan Natursalisasi atau seseorang yang mendapatkan pewarganegaraan tersebut
memiliki kemampuan dan keahlian khusus pada bidang tertentu yang nantinya dapat
menjadikan kemajuan dalam pembangunan Indonesia dengan menyalurkan pemikiran
gagasan-gagasan maupun tenaganya dalam setiap aspek kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Adapun dampak negatif yang di akibatkan oleh naturalisasi, bisa jadi orang
yang mengajukan naturalisasi tesebut memiliki niat jahat dengan setelah mendapatkan
naturalisasi maka orang tersebut akan menebarkan berbagai ancaman kenegaraan 104 dengan
masuk kedalam masyarakat dan menyebarkan paham terorisme atau paham-paham lainnya
yang dapat merusak keamanan dan kedaulatan negara Indonesia.

82
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Muh. Nasir, S.Pd., M.Kes
Jenis Tugas : Individu

POLEMIK ISIS Eks WNI DAN ATURAN KEHILANGAN


KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Oleh :

DIRA MAHARANI
NIM. PO714203191.013

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLITEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

83
POLEMIK ISIS Eks WNI DAN ATURAN KEHILANGAN
KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Rencana atau wacana mengenai pemulangan WNI yang menjadi kombatan Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) menuai polemik. Sejak meletusnya konflik Suriah pada 2011,
sejumlah WNI telah secara sukarela melakukan perjalanan ke zona konflik itu untuk
bergabung dengan kelompok teroris di sana. Berdasarkan data yang didapat dari berbagai
sumber, setidaknya terdapat 689 WNI yang menjadi kombatan ISIS dan hingga kini masih
berada di wilayah Suriah dan Turki. Sebagian dari mereka tidak memiliki identitas.
Ditengah wacana tersebut, penyebutan WNI eks-ISIS atau ISIS eks-WNI dari pihak
istana, awak media dan banyak masyarakat Indonesia sempat membuat bingung. Memang,
rasanya, arti dari kedua istilah ini sama tetapi sebetulnya memiliki makna yang berbeda. Jika
media menyebut mereka dengan istilah WNI eks ISIS, maka Presiden Jokowi meyebut
mereka dengan menggunakan istilah ISIS eks WNI, untuk menyebut pendukung ISIS yang
berasal dari Indonesia.
Makna kata "eks"
Eks atau Ex berarti 'bekas'. Kata bekas berasosiasi dengan 'rongsokan', 'sisa', 'sesudah
dipegang, diinjak, dilalui dan semacamnya'. Karena itu, kata bekas ini sangat tepat jika
digunakan dalam penyebutan benda mati. Jika kata bekas digunakan untuk manusia,
dipastikan akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Dalam majalah Pembinaan Bahasa Indonesia tahun 1984, Ahmad Bastari Suan,
mengusulkan kata mantan sebagai pengganti kata bekas ('eks') yang dianggap kurang pantas
dan bernilai rasa rendah. Akan tetapi, penggunaan kata 'eks' kepada manusia tak terbendung.
Misalnya eks bupati, eks gubernur dan sebagainya. Rupanya kata 'eks' ini juga banyak
diartikan dengan kalimat 'pernah menjadi'.
Polemik terkait pemulangan WNI itu tentu memiliki daya tarik, baik secara politik
maupun secara emosional. Bagi pemerintah Indonesia, keputusan untuk tidak memulangkan
WNI itu didasarkan pada alasan keamanan dalam negeri. Namun, sebagai negara hukum,
pertimbangan untuk tidak melakukan pemulangan terhadap WNI itu tentu perlu ditinjau dan
dikaji dalam konteks lebih luas dan jelas, berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Persoalan mengenai pemulangan WNI yang menjadi kombatan ISIS
ini merupakan masalah yang kompleks. Hal ini tentu saja menjadi problematik dan
memunculkan pertanyaan besar tentang boleh tidaknya WNI kembali ke Tanah Air. Selain itu

84
juga tentang bagaimana status kewarganegaraan dari WNI yang bergabung dengan ISIS itu.
Termasuk bagaimana sebenarnya tanggung jawab negara terhadap mereka.
Keamanan vs HAM Pertama. Kembalinya WNI yang menjadi kombatan ISIS ke
wilayah negara Indonesia akan sangat potensial menciptakan masalah keamanan nasional.
Risiko akan adanya ancaman terhadap keamanan nasional ini merupakan hal yang tidak bisa
diabaikan seepenuhnya. Adanya kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan mereka
menjadi satu konsekuensi yang logis dan menjadi dasar pertimbangan pemerintah untuk tidak
melakukan pemulangan terhadap WNI itu ke Tanah Air. Lebih lanjut, berdasarkan hasil
penelitian, kembalinya seseorang yang sudah bergabung dalam kelompok teroris ke negara
asalnya bisa menjadi strategi untuk dapat menciptakan zona konflik baru dan tentu saja hal
ini akan sangat berbahaya. Namun, argumentasi di atas belum cukup kuat untuk dapat
membangun konstruksi hukum sehingga dapat melarang masuknya WNI itu kembali ke
Indonesia. Artinya, pelarangan tentunya tidak bisa hanya dilihat dari satu dimensi.
Sebaliknya, dalam konteks HAM yang telah dijamin konstitusi (UUD 1945), hal ini tentu
akan dianggap bertentangan dengan HAM dan hukum karena dilakukan tanpa proses
pengadilan.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya nanti, penolakan kembalinya WNI yang menjadi
kombatan ISIS untuk masuk ke wilayah Indonesia ini akan mencerminkan pendekatan yang
tampak kurang demokratis dan praktik ini akan menimbulkan ketidakpastian hukum,
setidaknya bagi WNI itu. Dalam sudut pandang mereka, argumentasi tadi bisa menjadi kuat
jika dilihat dari aspek legal dan konstitusional. Padahal, dalam kaitannya dengan terorisme,
Indonesia sudah memiliki UU No 5/2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Instrumen hukum itu sudah mengatur mengenai prosedur dan proses hukum yang seharusnya
dilakukan.
Pelarangan kembalinya WNI yang terlibat dalam jaringan terorisme untuk kembali ke
Indonesia merupakan langkah yang tidak seiring dengan mekanisme hukum yang ada.
Idealnya, WNI itu seharusnya diproses sesuai prosedur melalui peradilan yang baik, benar,
dan adil (fair trial). Negara berkewajiban untuk memberikan jaminan akan hal itu. Apalagi,
hal ini juga sudah diatur di dalam konstitusi yang mengandung sebuah penegasan yang
mengharuskan pengadilan untuk mengadili mereka menurut prosedur dan hukum yang
berlaku berdasarkan prinsip fair trial tadi. Status kewarganegaraan Kedua, perdebatan
mengenai status dari kewarganegaraan WNI yang bergabung menjadi kombatan ISIS.
Sebagai negara hukum, tentu diperlukan dasar hukum yang jelas untuk menjawab persoalan
itu.

85
Polemik ratusan WNI mantan anggota ISIS yang terlantar di Timur Tengah sudah
memasuki babak baru. Kini, Presiden Joko Widodo tak lagi mengakui mereka dan menyebut
mereka dengan istilah ISIS eks WNI. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menyebut
mereka yang bergabung dengan ISIS tak lagi punya kewarganegaraan atau stateless. Bahkan
pemerintah juga ingin menerbitkan keputusan berisi nama-nama yang kehilangan status WNI
akibat bergabung dengan ISIS. Nantinya, mereka akan dicekal dan tak bisa masuk wilayah
Indonesia.
"Pencabutan itu dilakukan oleh presiden harus melalui proses hukum, bukan
pengadilan ya. Proses hukum administrasi diteliti oleh menteri lalu ditetapkan oleh
presiden," kata Menko Polhukam Mahfud MD.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, pemerintah Indonesia harus
berada dalam posisi yang pasif mengenai pencabutan dan pemberian status WNI. Tidak
proaktif, karena tak ada kalimat yang menyatakan secara gamblang bahwa pemerintah
mencabut status WNI seseorang.
Dahulu, Kemenkumham pernah menyatakan itu saat polemik Imam Besar FPI Rizieq
Shihab jadi pembicaraan publik. Rizieq tinggal di Mekah sejak 2017 dan saat ini belum
pulang ke Indonesia. "Tidak ada yang namanya pencabutan kewarganegaraan, yang ada
hanya kehilangan kewarganegaraan," kata Kasubbag Humas Ditjen Imigrasi Sam Fernand.
Dengan demikian, seseorang kehilangan status WNI bukan karena dicabut oleh
pemerintah. Seseorang kehilangan status WNI secara otomatis akibat melakukan sejumlah
hal yang diatur UU Nomor 12 tahun 2006.
Syarat Kehilangan Status WNI
Dalam UU No. 12 tahun 2006, ada 9 hal yang membuat seseorang kehilangan status WNI
di antaranya:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.  
3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden.
4. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas seperti itu
di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh WNI.
5. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut.

86
6. Tidak diwajibkan tetap turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat kenegaraan
untuk suatu negara asing.
7. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya. 
8. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun terus-
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja
tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI sebelum jangka waktu lima
tahun itu berakhir, dan setiap lima tahun berikutnya yang bersangkutan  tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI kepada Perwakilan Republik
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yangbersangkutan, padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada
yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan. 
9. WNI dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri apabila yangbersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat
tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan RI tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.

Soal kewarganegaraan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2007.
Dalam pasal 34 ayat 3 PP tersebut dinyatakan bahwa  "Menteri menetapkan Keputusan
Menteri tentang nama orang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia". Menteri
juga mengumumkan nama orang yang memperoleh kembali kewarganegaraan RI dalam
berita negara.  Semua ketentuan yang telah diuraikan di atas tidak berlaku bagi anak-anak di
bawah 18 tahun. Aturan tentang kewarganegaraan anak-anak diatur dalam pasal dan ayat
berbeda.
Jika merujuk pada polemik ratusan WNI mantan simpatisan ISIS di Timur Tengah,
selama ini pemerintah belum pernah mengeluarkan keputusan berisi nama-nama orang yang
telah kehilangan status WNI. Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan itu bakal dilakukan
dalam waktu dekat dan bukan berupa keputusan Menteri Hukum dan HAM, melainkan
keputusan presiden.
Kehilangan kewarganegaraan itu, berdasar PP Nomor 2 Tahun 2007, terjadi dengan
sendirinya. Namun, dalam UU 12/2006 maupun PP 2/2007, ada klausul yang memungkinkan

87
mantan WNI kembali mendapatkan kewarganegaraan yakni, mengajukan permohonan
kepada Menkum HAM melalui perwakilan negara tempat dia tinggal saat ini.

Hak Mendapat Status WNI Kembali


Deklarasi Universal HAM PBB 1948 Pasal 15 Ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas status kewarganegaraan. Lalu pada Ayat 2 dinyatakan bahwa seseorang tak bisa
dicabut kewarganegaraannya dengan sembarangan oleh siapapun.
"Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau
ditolak hanya untuk mengganti kewarganegaraannya," bunyi Ayat 2 Pasal 15 Dekarasi
Unversal HAM PBB 1948.
Dalam konstitusi Indonesia, yaitu UUD 1945, status kewarganegaraan termasuk salah
satu hak asasi. Setiap orang berhak mendapatkan status WNI. Termaktub dalam Pasal 28D
ayat 4
“setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”
Amanat konstitusi itu lalu dituangkan ke dalam UU Nomor 12 tahun 2006 beserta
turunannya, yaitu PP Nomor 2 tahun 2007.

Syarat Mendapat Status WNI Kembali


Dalam Pasal 31 UU No. 12 tahun 2006 disebutkan bahwa seseorang yang kehilangan
status WNI dapat memperolehnya kembali. Syarat dan langkah yang harus dipatuhi termuat
dalam PP No. 2 tahun 2007 Pasal 43 sampai dengan Pasal 47.
Syarat yang dimaksud antara lain
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Mengakui Pancasila dan UUD 1945
c. Tak pernah dijatuhi hukuman yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun atau
lebih.
d. Pemohon status WNI, jika berada di luar negeri, mengajukan permohonan tertulis
kepada kantor kedutaan besar atau konsulat jenderal.
e. Permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai
memuat nama lengkap, alamat tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
jenis kelamin, status perkawinan dan alasan kehilangan status WNI.
f. Berkas-berkas yang harus dikirim beserta permohonan antara lain, fotokopi akta
kelahiran atau surat lain memuat bukti kelahiran yang sah.

88
g. Kemudian, fotokopi paspor Republik Indonesia, surat yang bersifat paspor atau
surat lain yang membuktikan pemohon pernah menjadi WNI secara sah. Lalu,
pasfoto terbaru, daftar riwayat hidup dan pernyataan tertulis tentang janji setia.
Berikut sumpah yang harus ditandatangani pemohon
"Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan
seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui tunduk, dan setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945 dan
akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban
yang dibebankan negara kepada saya sebagai warga negara Indonesia dengan
tulus dan ikhlas."
Kemudian pemohon status WNI juga harus mengucapkan jani setia yang memuat
hal berikut.
"Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing,
mengakui tunduk dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Pancasila dan UUD 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta
akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai
warga negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas."
h. Pemohon status WNI, jika berada di luar negeri, mengajukan permohonan tertulis
dan semua lampiran ke kantor kedutaan besar atau konsulat jenderal. 
i. permohonan beserta lampiran berkas dikirim ke Menkumham dan akan diproses
maksimal selama 14 hari. Jika belum lengkap, berkas akan dikembalikan.
j. Apabila sudah lengkap dan memenuhi syarat, menkumham lalu menetapkan
keputusan berisi nama orang yang memperoleh kembali status WNI. Keputusan
menkumham harus diterbitkan maksimal 3 bulan sejak permohonan diajukan.

Dalam PP No. 2 tahun 2007, tidak ada pasal dan ayat yang menjelaskan tentang
penolakan pemerintah atas permohonan pengajuan kembali status WNI. Sementara dalam
UU No. 12 tahun 2006, pada Pasal 13, Presiden bisa mengabulkan dan bisa menolak
permohonan.
"Penolakan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud harus disertai
alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 bulan
terhitung sejak tanggal permohonan diterima menteri," bunyi Pasal 13 Ayat (4) UU No. 12
tahun 2006.

89
Sejauh ini, pemerintah sudah mengatakan bakal mengeluarkan keppres berisi nama-
nama WNI mantan anggota ISIS yang kehilangan status kewarganegaraan. Namun,
pemerintah belum bicara soal sikap yang akan diambil andai WNI mantan anggota ISIS
mengajukan kembali status kewarganegaraan setelah Keppres diterbitkan.
Sebenarnya tidak ada yang aneh atau salah dengan keputusan pemerintah ini, yang
justru aneh adalah keriuhan yang menyelimuti proses pengambilan keputusan ini. Sebab, bila
merujuk pada ketentuan hukum NKRI, status kewarganegaraan para eks ISIS ini jelas.
Mereka bukan lagi Warga Negara Indonesia. Bahkan dalam kasus eks anggota ISIS, mereka
umumnya dengan penuh kesadaran dan atas kemauannya sendiri melepaskan
kewarganegaraannya.
Memang ini tidak mudah. Tetapi, kasus eks anggota ISIS ini terbilang luar biasa. Lagi
pula, tidak hanya Indonesia, tapi juga banyak lagi negara di dunia yang harus menanggung
masalah yang sama ini.
Dalam kerangka itu, agaknya Indonesia bisa mengajak negara-negara dunia untuk
memikirkan satu terobosan hukum untuk mencari jalan keluar dari masalah ini bersama-
sama.
Langkah pertama bisa dimulai dengan membawa kasus ini ke Mahkamah
Internasional. Setidaknya agar para eks anggota ISIS ini dipahami status hukum dan
kedudukannya. Setelah itu, barulah kita bisa mulai memikirkan langkah-langkah
penyelesaian masalah ini secara bersama dengan tetap mengacu pada tatanan nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Berkaca pada sejarah, pernah ada satu kemiripan kasus eks anggota ISIS ini dengan
kasus ras Yahudi di Eropa. Di mana karena alasan tertentu mereka ditolak oleh hampir
seluruh negara di daratan Eropa.Tapi sebagaimana kita saksikan, ketika masyarakat
internasional memilih penyelesaian masalah ras Yahudi ini dengan cara memberikan tanah
Palestina, hal itu justru menjadi akar semua bencana kemanusiaan hingga saat ini. Kita
tentunya tidak ingin mengulang kecelakaan sejarah tersebut. Sebagaimana sekarang kita
pahami dari kedudukan negara Israel, bahwa negara-negara Eropa dan sekutunyalah yang
seharusnya bertanggung jawab atas semua bencana kemanusiaan yang muncul di tanah
Palestina. Hal serupa juga bisa lakukan ke para eks anggota ISIS tersebut, di mana negara-
negara yang dulunya terbukti membentuk, mendanai, dan memfasilitasi tumbuhnya
kelompok ini adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk menampung semua eks ISIS
tersebut.

90
BERITA TENTANG KEWARGANEGARAAN

“MENGUAK UNTUNG BESAR DIBALIK JUAL BELI


KEWARGANEGARAAN”

DISUSUN OLEH:

HASTUTI (PO714203191014)

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

91
 Kewarganegaraan biasanya didapat ketika seseorang lahir di suatu negara, namun siapa sangka
bahwa kini kewarganegaraan bisa dibeli. 50 tahun lalu banyak negara yang tidak mengizinkan
kewarganegaraan ganda, tetapi sekarang hal tersebut menjadi biasa.Lebih dari separuh negara di dunia
sekarang memiliki program kewarganegaraan melalui investasi. Menurut seorang ahli, pengacara
Swiss Christian Kalin, sekarang industri global bernilai $ 25 miliar (£ 20 miliar) per tahun.

Mr Kalin, yang dijuluki "Mr Passport", seorang ketua Henley & Partners, salah satu pelaku
bisnis terbesar dunia di pasar yang berkembang pesat. Bisnis globalnya membantu individu kaya dan
keluarga mereka memperoleh tempat tinggal atau kewarganegaraan di negara lain.

Dilansir dari BBC, Kamis (10/10/2019), ia mengatakan bahwa konsep tradisional kewarganegaraan


yang ada sudah "ketinggalan zaman". "Ini adalah salah satu dari beberapa hal yang tersisa di dunia
yang terikat dengan garis darah, atau di mana Anda dilahirkan," katanya. Dia berpendapat
bahwa sebuah inovasi seperti ini sangatlah baik."Ini sangat tidak adil," katanya, menjelaskan bahwa di
mana kita dilahirkan sama sekali bukan karena keahlian atau bakat kita sendiri, melainkan
"keberuntungan murni". "Apa yang salah dengan kewarganegaraan seperti keanggotaan," tambahnya.
"Dan apa yang salah dengan mengakui orang-orang berbakat yang akan berkontribusi?"Ada yang
mendukung argumennya. Tetapi bagi banyak orang, gagasan bahwa paspor, yang terikat pada
identitas, dalam beberapa hal merupakan komoditas, tidak cocok.

Sebuah negara kepulauan kecil Vanuatu di Pasifik memperkenalkan skema kewarganegaraan


barunya empat tahun lalu, dan kemudian terlihat ledakan minat. Paspor sekarang menjadi sumber
pendapatan terbesar bagi pendapatan pemerintah.Bagi banyak pemegang paspor-Vanuatu yang
aspirasional, keuntungan terbesar yang digunakan adalah perjalanan bebas visa ke seluruh
Eropa.Sebagian besar penerima asing paspor Vanuatu bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di
negara ini. Sebagai gantinya mereka mengajukan kewarganegaraan mereka di kantor-kantor di luar
negeri, seperti broker kewarganegaraan Vanuatu berlisensi PRG Consulting, yang berbasis di Hong
Kong.

Hong Kong adalah salah satu pasar kewarganegaraan terbesar di dunia. Di sebuah kafe di bandara
Hong Kong, dapat bertemu agen kewarganegaraan, MJ, seorang pengusaha swasta yang membantu
semakin banyak orang China daratan mendapatkan paspor kedua atau bahkan ketiga."Mereka tidak
merasa aman [di China]," katanya tentang kliennya. "Mereka ingin akses ke Eropa untuk membuka
rekening bank, membeli properti, atau memulai bisnis."

Kewarganegaraan adalah pasar global yang kompetitif, dan bagi banyak negara kecil dan pulau,
terutama di Karibia - harga untuk paspor adalah sekitar $ 150.000 atau sekitar Rp 2 miliar. Sedangkan
biaya paspor Vanuatu dikatakan sekitar level yang sama.Mantan Perdana Menteri Vanuatu, Barak
Sope, mengatakan itu adalah "pengkhianatan" bagi Vanuatu untuk menjual kewarganegaraannya, dan
menunjukkan membanjirnya investasi China di wilayah tersebut. "Orang China memiliki lebih banyak
uang daripada kita," katanya jengkel.

Investasi Tiongkok dikritik oleh penduduk setempat seperti Sope, yang mengeluh bahwa
perusahaan-perusahaan China menyimpan semua uangnya, dan hanya memperkerjakan tenaga kerja
Tiongkok.Kendati demikian, seorang agen kewarganegaraan yang ditunjuk pemerintah, Bill Bani,
mengatakan bahwa ini merupakan salah satu cara bagi negara untuk menghasilkan pendapatan
lebih. "Kita harus melihat Vanuatu dalam skala global," katanya. "Negara-negara lain menjual paspor
untuk mencari nafkah, kami tidak memiliki banyak sumber daya alam. Ini akan menghasilkan banyak
uang bagi Vanuatu," ujarnya. 

sejumlah negara di Eropa menawarkan sejumlah syarat bernilai uang bila anda ingin mendapatkan
status kewarganegaraan. Permintaan status kewarganegaraan saat ini meningkat, khususnya bagi
warga Timur Tengah, setelah sejumlah gejolak yang terjadi. Keluarga kaya dari Syiria, Lybia, Mesir,
dan Irak ingin mendapatkan status kewarganegaraan lain, demi mendapatkan akses paspor dan visa

92
yang mudah untuk berpergian ke luar negeri.

Passpor di sejumlah negara yang kondisinya stabil di Timur Tengah, dikatakan sangat susah. Contoh
saja di Dubai, hanya warga negara yang pernah membeli properti US$ 273 ribu atau sekitar Rp 2,7
miliar yang bisa mengajukan paspor.
Berikut daftar beberapa negara di Eropa yang menawarkan kewarganegaraan dan syaratnya:
1. Malta
Republik Malta merupakan negara kepulauan di Eropa Selatan yang terdiri dari 5 pulau, dan
dikenal sebagai tujuan pariwisata.Di negara ini, anda bisa mendapatkan status warga negara
dengan biaya US$ 900 ribu atau sekitar Rp 9 miliar. Keuntungannya, anda bisa bepergian
bebas di Uni Eropa.

2. Irlandia
Negara ini menawarkan status kewarganegaraan bila berinvestasi senilai US$ 675 ribu atau
sekitar Rp 6,7 miliar.Anda bisa mendapat status kependudukan, dan bila bersabar, dalam 5
tahun anda akan mendapatkan paspor negara tersebut.
3. Bugaria
Di negara ini, anda bisa mendapatkan status warga negara penuh dengan biaya US$ 500 ribu
atau sekitar Rp 5 miliar. Ini berdasarkan laporan dari OECD.

4. Latvia
Di negara ini, anda bisa mendapatkan status kependudukan hanya dengan mengeluarkan US$
96 ribu atau Rp 960 juta. Anda bisa mendapatkan akses paspor ke 26 negara dengan area
bervisa Schengen.Kebijakan ini mungkin akan berakhir karena desakan politisi oposisi
Latvia.

Mengapa kewarganegaraan menjadi sebuah komoditi?

Saya sudah mendengar penjualan kewarganegaraan di masa lalu dan, karena dipicu iklan tersebut,
saya sejenak memikirkan apakah berguna dan diperlukan untuk memiliki kewarganegaraan kedua,
selain Amerika Serikat. Apakah hal ini dipikirkan orang, selain yang sangat kaya, karena alasan
mengoptimalkan pajak? Jika memang begitu, apa alasannya?

"Peningkatan pergerakan penduduk dunia, bersama-sama dengan peningkatan perasaan bagi


terciptanya masyarakat terpisah, semuanya menunjang ketidakpastian dunia kita yang cepat berubah,"
iklan tersebut menjelaskan.

Karena semakin banyak negara yang memperketat perbatasan dan jalur imigrasi, muncul industri baru
yang memotong semua pembatasan ini, dengan imbalan uang yang tidak sedikit.

Usaha keras untuk tetap menjadi warga dunia

Program kewarganegaraan penanaman modal bukanlah hal yang baru. Hal ini sudah ada sejak
puluhan tahun, terutama sebagai suatu cara bagi sejumlah negara untuk meningkatkan pemasukan.
Kanada dan negara Karibia, St Kitts and Nevis memulainya di tahun 1980an and Amerika Serikat
serta Inggris melakukan hal yang sama di tahun 1990an.

Rincian program kewarganegaraan penanaman modal berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
Program ini memungkinkan orang asing menanam modal di proyek real estate dan bisnis, membeli
properti, atau menyumbangkan uang secara langsung ke pemerintahan sebuah negara dengan imbalan
sebuah visa atau paspor.

93
St. Kitts and Nevis meluncurkannya pada tahun 1984, satu tahun setelah negara bermasalah tersebut
mendapatkan kemerdekaan dari Inggris. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lebih banyak aliran
dana dari wiraswastawan yang melihat nilai pantai tropis dan pajak yang rendah.Program paling
terkenal adalah di Karibia, dimana rendahnya penanaman modal minimum dan cepatnya proses
menarik perhatian investor.

Pada mulanya hanya ratusan orang yang ikut serta. Tetapi pada tahun 2009, dengan dukungan
kampanye pemasaran, pemegang paspor negara pulau tersebut diberikan akses bebas-visa ke 26
daerah Schangen dan permintaan meningkat dengan cepat.

Industri ini mengalami pertumbuhan sangat besar dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2014
menandakan tahun pertama AS kehabisan visa penanam modal imigran sebelum tahun buku berakhir.

Mobilitas kuncinya

Hanya dengan dana US$50.000 atau Rp664 juta (di Latvia) atau sampai sebesar US$10 juta atau
Rp132 miliar (di Prancis), warga asing dapat membeli status hukum izin tinggal, bekerja dan bank di
beberapa negara. Yang lebih penting kemungkinan, setelahnya, adalah mereka membeli akses
perjalanan bebas-visa ke negara-negara di dunia.Dan terdapat sebuah sistem pemeringkatan tidak
resmi bagi paspor yang paling diinginkan.

"Sejumlah orang di industri ini menentukan (nilai) berdasarkan jumlah negara bebas-visa yang dapat
dikunjungi seseorang. Jadi saya pikir saat ini data yang ada adalah berdasarkan paspor Jerman Anda
dapat mengunjungi lebih banyak negara dibandingkan kewarganegaraan manapun di dunia," kata
Emmett.

Dalam dunia yang sudah menjadi global, di mana keterasingan politik sebaliknya mengalami
peningkatan, kebebasan bergerak ini adalah sebuah unsur yang menarik.Andrew Henderson adalah
seorang pengusaha Amerika dan pendiri Nomad Capitalist, sebuah perusahaan blog, podcast dan
konsultasi. Dia memiliki empat paspor dan sedang mengurus yang ke lima. Dia mendapatkan banyak
kemungkinan kewiraswastawanan karena memiliki banyak kewarganegaraan, katanya.

Dia mengatakan dengan menanam modal pada sejumlah program di kepulauan Afrika, Comoros dan
pulau Karibia St. Lucia memberikannya lebih banyak kemungkinan dan pajak yang lebih
rendah."Bagi saya ini adalah mengenai bagaimana saya mendapatkan pilihan yang lebih baik,
perlakuan pajak yang lebih baik, perlakuan yang lebih baik sebagai seseorang dan mendapatkan visa
bebas perjalanan yang sama," katanya, sambil menambahkan dia memperkirakan kewarganegaraan
sebagai penanaman modal akan meningkat."Saya pikir dunia semakin lebih mengembara. Orang tidak
ingin berada di satu tempat. Mereka menginginkan dua atau tiga tempat tinggal karena alasan gaya
hidup dan pajak yang lebih masuk akal. Dan hal ini semakin mudah didapat.

Meskipun tidak semua orang dengan beberapa kewarganegaraan akan tinggal di beberapa negara,
William mengatakan industri ini dapat dipandang sebagai cara untuk mengukur masalah dunia. Dia
mengatakan banyak penanam modal yang dia tangani memandang program ini sebagai jaring
pengaman.

Negara Anda dijual

Program seperti ini bukannya tanpa kontroversi. Apakah kewarganegaraan memang dijual?

Permulaan tahun 2017 di AS, dua senator Dianne Feinstein dan Chuck Grassley memperkenalkan
rancangan undang-undang untuk menghapus program EB-5, karena dipandang terlalu cacat."Adalah

94
suatu kesalahan memiliki jalur khusus kewarganegaraan bagi orang kaya sementara jutaan orang
lainnya harus antri untuk mendapatkan visa," kata Feinstein.

Pengecamnya juga mengatakan program-program ini secara tidak adil menguntungkan orang kaya
dan tidak dapat diraih kelompok yang lainnya. Mereka juga mengutip kekhawatiran terkait dengan
pencucian uang, kejahatan dan akses lewat belakang bagi negara-negara yang menghindari sistem
imigrasi pada umumnya.Dan memang, pertemuan uang dalam jumlah besar dan kesepakatan real-
estate dunia cenderung diwarnai penggelapan.

Bulan ini, penyelidikan FBI mengungkapkan operasi pemalsuan visa senilai US$50 juta atau Rp664
miliar yang melibatkan penanam modal Cina dalam program EB-5.

Dan pada bulan April, Securities and Exchange Commission menuntut seorang pria di Idaho yang
mereka katakan membelanjakan dana penanam modal Cina untuk membeli sejumlah rumah baru,
kendaraan bagi dirinya sendiri, dan bukannya untuk proyek real-estate yang diinginkan penanam
modal.

Program St.Kitts and Nevis menghadapi masalah dengan Departemen Keuangan AS ketika warga Iran
diduga menggunakan paspor St. Kitts untuk mencuci uang bagi sejumlah bank di Teheran. Tindakan
ini adalah suatu pelanggaran US Sanctions.

Kontroversi terkait program EB-5 AS melibatkan pejabat tinggi Gedung Putih karena perusahaan
real-estate keluarga Kushner dituduh menghadapi konflik kepentingan karena menggunakan nama
menantu presiden AS dan penasehat senior Jared Kushner untuk mendapatkan penanaman modal Cina
pada sebuah proyek pengembangan properti New Jersey. Buruknya nama program ini tidak akan
menghilang.

Tetapi di dunia dimana perbatasan ditutup, permintaan akan layanan ini kemungkinan besar akan
terus tumbuh, kata para pengamat.

Paul William menasehatkan warga Inggris yang mengkhawatirkan Brexit untuk menahan diri.

"Berbagai hal tidak pasti, tetapi mereka tidak bisa melakukan apapun saat ini karena mereka masih
warga Eropa," katanya. "Dalam waktu dua tahun, jika Inggris akhirnya memiliki akses yang sama ke
Uni Eropa seperti Amerika, maka banyak orang akan menginginkan hal yang sama."

95
Diaspora Indonesia dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif
Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia

NAMA : HUSNUL KHATIMAH

NIM : PO714203191.015

TUGAS : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KELAS : A TINGKAT 1

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

96
Isi Berita

Diaspora dan migrasi adalah sebuah fenomena yang banyak dijumpai dalam
perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Arti dari diaspora/
di·as·po·ra/ n Pol adalah masa terceraiberainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai
penjuru dunia, dan bangsa tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi sebelum
negara Israel berdiri pada tahun 1948.

Ada sejumlah fakta terkait Diaspora Indonesia, yaitu: Populasi Diaspora Indonesia
hampir menyamai jumlah populasi penduduk di Swedia atau Austria; Warga negara
Indonesia (WNI) di Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59,000 per
tahun, jauh lebih besar dibandingkan warga Amerika Serikat yang pendapatan rata-ratanya
sebesar USD 45,000 per tahun; 48% warga Diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki
kualitas akademik di atas sarjana. Sementara, ratarata penduduk Amerika Serikat yang
memiliki kualitas akademik serupa, jumlahnya hanya 27%; Diaspora Indonesia unggul
lainnya tersebar di seluruh dunia seperti ilmuwan Indonesia yang tergabung di Ikatan
Ilmuwan Indonesia Internasional, Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia
sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD6.11 miliar atau setara dengan
Rp53.36 triliun; Setiap tahun Diaspora Indonesia mengirimkan devisa ke Indonesia hingga
mencapai USD7 miliar atau hampir Rp70 triliun. Angka tersebut nyaris menyamai jumlah
dana otonomi khusus pada APBN-P 2012 yang ditransfer pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.

Menurut Dino Patti Djalal, ada empat kelompok Diaspora Indonesia, pertama adalah
WNI yang tinggal di luar negeri (pemegang paspor Indonesia) secara sah; kedua adalah
warga Indonesia yang telah menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi dan tidak
lagi memiliki paspor Indonesia. Sementara bagi warga negara asing yang memiliki orang tua
atau leluhur yang berasal dari Indonesia masuk dalam kategori ketiga. Dan terakhir adalah
warga negara asing yang tidak memiliki pertalian leluhur dengan Indonesia sama sekali
namun memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap Indonesia seperti Paul Wolfowitz
(Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia), yang fasih berbahasa Indonesia
adalah sebagai salah satu contoh kelompok yang keempat.

Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 8 juta orang Indonesia yang bermukim di luar
negeri dengan berbagai macam profesi seperti pengusaha, peneliti, mahasiswa, pekerja

97
profesional, pekerja seni, TKI, dan lain sebagainya dengan pendapatan per kapita lima kali
lipat per kapita di Indonesia. Dengan jumlah sekitar 8 juta orang, Diaspora Indonesia berada
di kisaran 3% dari total jumlah penduduk di Indonesia dan tersebar di tujuh benua yakni
Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Afrika, Eropa, Asia dan Australia

Namun disisi lain dengan banyaknya Diaspora Indonesia ditemukan beberapa


permasalahan antara lain:

a) belum optimalnya pendekatan dan perhatian secara sistematis dan


komprehensif dari Pemerintah Indonesia
b) Diaspora Indonesia ibarat ‘thousands of unconnected dots’ yang seringkali
diwarnai dengan minimnya hubungan dengan tanah air yang pada gilirannya
menjadi suatu komunitas penuh potensi namun lemah koneksi
c) Masih kurang diperhitungkannya Diaspora Indonesia di sejumlah negara.

Kemudian berkaitan isu kewarganegaraan ganda yang kembali muncul usai mantan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar kedapatan memiliki dua
kewarganegaraan (Indonesia dan Amerika Serikat (sejak 2012)), soal “peranakan asing” hasil
perkawinan campur yang disematkan kepada salah satu anggota Paskibraka, Gloria
Natapradja Hamel dan terakhir kasus penggunaan paspor asing oleh 177 jamaah Haji
Indonesia yang secara “illegal” berpaspor Filipina, mendorong pemerintah untuk melakukan
pembahasan Rancangan UndangUndang (RUU) Dwikewarganegaraan terutama bagi anak
hasil perkawinan campur.

Rumusan masalah

 Bagaimanakah Diaspora Indonesia dalam perspektif UU No. 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia (“UU Kewarganegaraan”)

Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis Diaspora Indonesia dalam perspektif UU


Kewargenegaraan.Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
pengetahuan bagi mereka yang membutuhkan informasi mengenai dwi kewarganegaraan
(dual citizenship) yang berlaku di Indonesia.

Diaspora dalam Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan


98
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan mengatur tentang: 1).
siapa yang menjadi WNI (Pasal 2 dan Pasal 4); 2) syarat dan tata cara memperoleh
kewarganegaraan RI (Pasal 3, Pasal 8-22); 3) kehilangan Kewarganegaraan RI (Pasal 23-30);
4) syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan RI (Pasal 31-35), dan 5)
ketentuan pidana.(Pasal 36-38).

Secara umum dalam undang-undang dinyatakan bahwa yang menjadi WNI adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang lain yang disahkan dengan undangundang
sebagai warganegara (Pasal 2). Yang dimaksud dengan orang-orang bangsa Indonesia asli,
adalah orang Indonesia yang menjadi WNI sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lainatas kehendaknya sendiri. Rumusan tentang bangsa Indonesia asli
sebagaimana di atas merupakan pengertian yuridis. Dengan demikian istilah bangsa
Indonesia asli bukan diartikan dalam pengertian sosiologis antropologis. Sedang WNI yang
merupakan orang-orang bangsa lain adalah mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia melalui pewarganegaraan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.11Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam UndangUndang ini merupakan suatu pengecualian.

Berkaitan dengan pemberlakuan dwi kewarganegaraan, Menlu Retno menjelaskan


bahwa Indonesia memang tidak mengenal dwi kewarganegaraan sebagaimana diatur Pasal 26
ayat 1 UUD 1945, bahwa:

(1) Yang menjadi Warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disyahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewargaan negara ditetapkan dengan undang-undang.

Ide dasar pemberlakukan dwi kewarganegaraan adalah membawa kembali warga negara
yang sukses di luar negeri untuk membangun negaranya sendiri sebagaimana yang dilakukan
negara Tiongkok dan India yang berhasil membangun pusat teknologi di Mumbay
mengimbangi Sillicon Valey, Amerika Serikat.

Meskipun demikian, persoalan dwi kewarganegaraan hendaknya harus dicermati dengan


hati-hati karena dikhawatirkan kemudian akan menjadi kebijakan kemudahan proses migrasi
asing yang berkeinginan menjadi WNI serta adanya dua kutub yang berseberangan antara

99
memperkuat nasionalisme atau membiarkannya berada pada wilayah “abu-abu” selama masih
dapat memberi keuntungan yang banyak untuk negara.

Oleh karena itu persoalan kajian dan revisi UU Kewarganegaraan harus berangkat dari
upaya memperkuat sisi nasionalisme keturunan Indonesia yang telah menjadi warga negara
asing agar mau pulang ke negerinya sendiri dan berkarya demi kemajuan bangsanya sendiri.
Wacana dwi kewarganegaraan saat ini memang

menjadi sangat penting untuk dilihat sebagai modal penguatan nasionalisme, bukan pada
persoalan kemudahan naturalisasi itu sendiri.

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan, yaitu:

1). Keharusan dual citizenship. Indonesia sebenarnya mulai mengenal asas kewarganegaraan
ganda melalui UU No. 12 Tahun 2006. Meski dalam peraturan tersebut kewarganegaraan
ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya
harus memilih salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 jo. Pasal 6 UU
Kewarganegaraan).Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan salah satunya
adalah gelombang migrasi besar dari negara yang pendapatannya rendah. Jika asas
dwikewarganegaraan kemudian berlaku maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi
sebuah negara. Dengan alasan inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan. Contohnya
di Amerika, meski melegalkan kewarganegaraan ganda, aturan ketat tetap berlaku apalagi
soal militer dan pajak;

2). Pindah kewarganegaraan.Kepindahan seorang WNI menjadi warga negara lain


bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan resiko yang harus dipertimbangkan, yaitu:
pertama adalah masalah ekonomi. Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi
tunjangan hidup dari pemerintah dan fasilitas lainnya. Kedua, jika ingin mendapatkan
kembali kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini akan
memakan waktu yang lama. Ketiga, berkaitan dengan generasi emas Indonesia. Misalnya
seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan, maka Indonesia akankehilangan
generasi berprestasi;

3). Manfaat dwi kewarganegaraan bagi Indonesia. Persoalan dwikewarganegaraan memang


kontroversial. Pihak pro dan kontra masing-masing memiliki argumennya
sendiri.Dwikewarganegaraan sebenarnya sangat bermanfaat bagi Indonesia. Salah satunya
adalah dapat meningkatkan GNP. Berdasarkan studi yang dilakukan Task Force Imigrasi dan

100
Kewarganegaraan (TFIK), asas dwikewarganegaraan yang diberlakukan pada beberapa
negara membuat GNP negara tersebut meningkat drastis, seperti Pakistan, Sri Lanka, India
dan Bangladesh. Sektor-sektor lainnya juga diperkirakan dapat meningkat seperti investasi,
teknologi dan ilmu pengetahuan. Inilah gambaran hasil winwin solution jika asas
dwikewarganegaraan bisa dipenuhi di Indonesia; 4). Paspor ganda, dampaknya bagi
keamanan negeri.Jika kemudian dwikewarganegaraan disahkan di Indonesia, besar
kemungkinan akan muncul pendatang eks WNI yang di masa lalu kabur ke luar negeri setelah
gagal melakukan gerakan separatisme atau melakukan tindak pidana di Indonesia dan telah
mendapat suaka politik dari pemerintah setempat, kemudian yang bersangkutan
berkewarganegaraan ganda, maka modus ini bisa menjamur dan kemudian dimanfaatkan
untuk hal yang tidak bertanggung jawab.

Menurut penulis pemberlakuandwi kewarganegaraan tidak bisa diberlakukan begitu


sajatanpa memperhatikan dampak positif dan negatifnya. Jangan sampai pemberlakuan dwi
kewarganegaraan menyebabkan WNA yang merangkap WNI menduduki jabatan-jabatan
penting karena keahliannya. Dari segi positifnya bila dwi kewarganegaraan berlaku di
Indonesia, akan mempermudah urusan WNI yang mukim (terutama) di negara-negara maju
seperti pergi ke pelbagai negara di dunia tanpa visa, WNI pemegang paspor Amerika Serikat
dapat lebih mudah mengurus hak intekektualnya (hak paten), dan pelbagai keuntungan
lainnya sebagai warganegara yang mengakui dwi kewarganegaraan.

Untuk merevisi UU Kewarganegaraan, maka menurut Hikmahanto Juwana16


dilakukan tidak secara total dan memerlukan pengkajian mendalam dengan menyisir pasal-
pasal yang memang dianggap bermasalah dan tak sesuai dengan persoalan yang muncul saat
ini. Ia mencontohkan, salah satu yang perlu direvisi adalah Pasal 41 dalam UU
Kewarganegaraan yang berbunyi:

“Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h,
huruf l dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang ini dengan mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan
Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan”.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ike Farida (Kepala Divisi Advokasi Perkawinan
Campur (Perca) Indonesia agar ketentuan Pasal 41 dihapus. Karena ketentuan dan

101
pembatasan 4 tahun untuk mendaftarkan diri, dinilainya telah menghilangkan banyak anak
dari perkawinan campur tidak mendapatkan kesempatan menjadi WNI. Selain itu, syarat-
syarat pengurusan sangat sulit untuk dipenuhi.

Sesuai dengan UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, bagi anak yang
dilahirkan pada dan setelah 1 Agustus 2006 dari pasangan WNI atau salah satu orang tuanya
adalah WNI maka dapat mengajukan kewarganegaraan ganda terbatas dengan ketentuan
sebagai berikut:

a) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Indonesia (WNI)
dan Ibu Warga Negara Asing (WNA);
b) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Asing (WNA)
dan Ibu Warga Negara Indonesia (WNI);
c) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari Ibu Warga Negara Asing (WNA)
yang diakui oleh Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak berusia 18 (delapanbelas) tahun atau belum kawin;
d) Anak yang lahir di luar wilayah Republik Indonesia dari Ayah dan Ibu Warga Negara
Indonesia (WNI), yang karena ketentuan dari Negara tempat anak dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
e) Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh Ayah
Warga Negara Asing (WNA);
f) Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang belum berusia 5 (lima) tahun, diangkat
secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing (WNA) berdasarkan Penetapan
Pengadilan.

Dalam UU Kewarganegaraan mengatur bahwa seorang anak keturunan Indonesia yang


lahir di luar negeri harus memilih salah satu kewarganegaraan ketika ia berusia 18 tahun.
Anak berkewarganegaraan ganda diberikan ruang hukum atau kesempatan untuk memiliki
dua kewarganegaraan secara bersamaan secara terbatas hingga usia 18 tahun. sekalipun ada
payung hukumnya namun dwi kewarganegaraan yang diakui oleh Indonesia sifatnya
terbatas.Pembatasan ini kembali diatur juga dalam Pasal 6 UU No.12 tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa batas waktu yang diberikan untuk menyampaikan pernyataan untuk
memilih kewarganegaraan paling lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah
menikah.

102
Dalam konteks ini, negara harus memastikan agar kebijakan dwi kewarganegaraan ini
tidak akan disalahgunakan oleh oknum-oknum misalnya akan banyak WNA yang akan
memanfaatkan status kewarganegaraan pasangannya untuk menjalankan kegiatan
ekonominya dan tidak membayar pajak atau ada orang yang berganti-ganti kewarganegaraan
karena tuntutan pekerjaan dan demi keuntungan pribadi. Oleh karena itu, sebelum RUU dwi
kewarganegaraan ini disahkan, maka pemerintah harus melakukan pengkajian yang
mendalam dengan memperhatikan aspek kemaslahatan bangsa, banyaknya kontribusi positif
yang didapatkan, serta potensi yang bisa mendukung pembangunan nasional seandainya
mereka diberi dwi kewarganegaraan.

Harapan yang lebih lagi dengan disahkannya RUU dwikewarganegaraan bisa


memayungi diaspora Indonesia di seluruh dunia, sehingga bisa mendukung daya saing
Indonesia dalam menyongsong globalisasi, dimana batas-batas negara tidak menjadi penyekat
hubungan antar manusia (state borderless).

Konsep dwi kewarganegaraan yang diusung oleh Diaspora adalah untuk


mempertahankan keindonesiaan seseorang, bukan untuk mengindonesiakan orang asing.
Contohnya adalah seorang anak keturunan Indonesia yang lahir di negara lain yang menganut
ius soli (kewarganegaraan berdasarkan tempat lahir).Menurut UU Kewarganegaraaan, di usia
18 tahun anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan, padahal sebenarnya dia
tidak ingin kehilangan keindonesiaannya. Dengan dwi kewarganegaraan maka anak tersebut
tidak harus memilih dan bisa mendapatkan kedua-duanya, sekaligus mempertahankan
keindonesiaannya.

Menurut Wahid Supriyadi (Staf Ahli Bidang Ekososbud Kemenlu), dwi


kewarganegaraan berperan penting dalam mengoptimalkan peran diaspora Indonesia di luar
negeri guna memberi manfaat bagi Indonesia. Belajar dari negara Tiongkok, bagaimana
mereka bisa memanfaatkan diaspora.Ketika mereka mulai membuka diri tahun 1979, yang
pertama digarap adalah potensi diaspora.Selama dua puluh tahun pertama pembangunan
Tiongkok, ada USD307 miliar investasi yang masuk, dan 50 persennya dari diaspora.

Dwi kewarganegaraan memberikan diaspora kapasitas penuh untuk beraksi secara


transnasional, karena merekalah yang mempunyai akses penuh terhadap kesempatan kerja di
luar negeri dan di tanah airnya. Status ini dapat menstimulus investasi dalam negeri terkait
dengan kapasitas ekonomi. Namun penerapan dwi kewarganegaraan kepada diaspora harus

103
dilakukan secara selektif dengan memperhatikan yang memiliki pekerjaan, skill (keahlian),
modal, dan teknologi sehingga akan menjadi nilai tambah bagi Indonesia.

Ada beberapa opsi yang ditawarkan Satya Arinanto dalam pemberian dwi
kewarganegaraan, yaitu dwi kewarganegaraan sepenuhnya, dwi kewarganegaraan karena
perkawinan, dwi kewarganegaraan sampai usia tertentu dan tidak ada dwi kewarganegaraan
sama sekali. Oleh karena itu, Satya menekankan, perlu ada harmonisasi RUU
Kewarganegaraan dengan UU dan peraturan lain. Lebih lanjut Satya Arinanto menekankan
bahwa semangat dari UU Kewarganegaraan sebenarnya adalah menghindari terjadinya
kehilangan kewarganegaraan (stateless), terutama di daerah perbatasan.Guna menghindari
stateless tersebut maka UU Kewarganegaraan dapat memasukkan permanent residence dan
dwi kewarganegaraan, dengan pasal pengecualian khusus anak dari pasangan campuran.

Meski jauh dari jumlah yang besar, Diaspora Indonesia merupakan satu komunitas
yang memiliki kekuatan tersendiri baik bagi tanah air maupun negara tujuan. Mereka tersebar
di 167 negara dengan berafiliasi sebagai profesional, peneliti, pekerja seni, pengusaha, pelajar
serta tenaga kerja dalam bidang yang lain yang merupakan kelas masyarakat yang
menghasilkan grafik ekonomi paling baik di tempat mereka masingmasing. Dengan perhatian
yang sepadan dan pengaturan yang baik, diaspora Indonesia bukan hanya bisa menjadi
kekuatan ekonomi, tapi juga bisa menjadi tenaga politik dan sosial penting bagi Indonesia.

Menurut Amith Singh dari National Maritime Foundation, New Delhi,23 diaspora
memiliki kekuatan yang sangat penting dalam membangun hubungan antar bangsa dan
negara, dengan mengambil contoh diaspora masyarakat India. Sederhananya, ada tiga alasan
mengapa komunitas diaspora menjadi basis yang paling menonjol,pertama, ekonomi, yakni
dengan melihat bagaimana diaspora berkontribusi lewat pendapatanyang begitu tinggi dan
terus meningkat tiap tahunnya. Kedua, politik, ketika diaspora memainkan peranan penting
dalam mempererat hubungan antar negara asal dan negara penerima. Ketiga, budaya, saat
komunitas diaspora merasa menjadi agen penting propaganda nilai-nilai budaya dan gagasan-
gagasan tanah air mereka.

Potensi yang dimiliki Diaspora Indonesia menurut Satya Arinanto, adalah human
capital, mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri mempunyai kemampuan luar biasa
(keterampilandan jaringan) yang bisa membantu pembangunan di dalam negeri. Dia
menambahkan, dari 44 negara yang saat ini telah menerapkan dwi kewarganegaraan
memperoleh remitansi 78 persen lebih banyak ketimbang mereka yang tidak menerapkan dwi

104
kewarganegaran, hal bisa menjadi pelajaran bahwa penerapan aturan tersebut dan strategi
extended nations ini terbukti membawa hasil dan manfaat bagi negara yang bersangkutan.

Besarnya potensi Diaspora Indonesia dalam kemajuan bangsa dan dunia khususnya di
sektor sosial dan ekonomi ini pun mendorong pembentukan “Indonesian Diaspora Network”
untuk membentuk jaringan dan mengintegrasikan Diaspora Indonesia di seluruh dunia.IDN
ini terbentuk sebagai hasil diskusi di sesi “The Way Forward” dalam acara Congress of
Indonesian Diaspora (CID) di Los Angeles 2012 dan CID II 2013 di Jakarta.KDI memiliki
peran dalam menggalang Diaspora Indonesia di seluruh dunia agar menjadi sebuah
komunitas besar dengan kekuatan nyata serta mampu membentuk jejaring antar Diaspora
Indonesia.

Sebagai langkah tindak lanjutnya, IDN kemudian membentuk kelompok kerja untuk
mengimplementasikan program ataupun advokasi baik di dalam maupun luar negeri. Adapun
lingkup kerjanya berupa: isu seputar WNI dan WNA, buruh TKI, Promosi Warisan Budaya
dan Kuliner, Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Antariksa, Perkotaan
Layak Huni, Pengelolaan dan Kerjasama dengan Pemerintah, serta Teknologi dan Ilmu
Pengetahuan.

Untuk itu pemerintah RI telah melakukan langkah-langkah untuk mengakomodir


aspirasi Diaspora Indonesia seperti:

a. Melakukan pemetaan (maping), Kementerian Luar Negeri RI. (Kemenlu) membuat


semacam kartu diaspora secara sukarela yang diharapkan mampu mendata informasi
yang cukup akurat mengenai diaspora Indonesia yang ada di luar negeri.27
Melakukan koordinasi dengan ketua Diaspora Global maupun di masing-masing
negara, terutama di negara yang banyak terdapat WNI, seperti Belanda, Amerika
Serikat, Jerman, dan Jepang.
b. Melakukan kajian mendalam agar Indonesia memberlakukan dwikewarganegaraan.
c. Kemudahan keluar-masuk Indonesia yang diakomodasi melalui multiple-visa.
Dino Patti Djalal dalam artikelnya di Media Indonesia (Sabtu, 20 Agustus 2016:6)
mengatakan bahwa diaspora Indonesia mengandung potensi ekonomi yang besar, 2 juta TKI
yang secara konsisten menyumbang 130 trilyun rupiah lebih ke tanah air dan dikirim
langsung ke desa dan keluarga mereka sehingga dampaknya sangat riil di lapangan.Jumlah
devisa TKI sendiri lebih besar dari seluruh jumlah investasi asing di Indonesia.

105
Jadi Diaspora Indonesia merupakan sebuah potensi yang besar sekali kalau
difungsikan di bidang ekonomi, sosial budaya, moral, dan lain sebagainya. Potensi ini akan
lebih besar lagi kalau pemerintah Indonesia dapat memberikan pelayanan atau dukungan
yang sebaik-sebaiknya bagi para pahlawanpahlawan devisa negara tersebut

Kesimpulan

Dalam perspektif UU Kewarganegaraan, posisi WNI (Diaspora Indonesia) di luar


negeri memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai bagian dari bangsa Indonesia selama
mereka tidak melepaskan kewarganegaraan Indonesia-nya (adanya jaminan hukum terhadap
kewarganegaraan mereka selama berada di luar negeri). Kewajiban pemerintahlah untuk
menghimpun segala potensi yang mereka miliki baik dari sumber daya manusianya, ekonomi,
teknologi untuk diarahkan bagi pembangunan bangsa.Potensi besar dari Diaspora Indonesia
merupakan asset bangsa yang harus dikelola secara bersama oleh pemangku kepentingan di
negera Indonesia (stakeholders). Sedangkan berkaitan dengan permasalahan dwi
kewarganegaraan, ini harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif, bukan hanya
dilihat dari sisi ekonomi saja tapi juga aspek lain seperti nasionalisme, kedaulatan bangsa dan
ketahanan negara.

Saran

1) Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan potensi WNI di dalam negeri maupun


luar negeri (Diaspora) agar terjadi transfer ekonomi dan teknologi.
2) Diperlukan dukungan semua pihak dengan duduk bersama dalam menyikapi
persoalan Diaspora Indonesia.
3) Hendaknya persoalan Diaspora Indonesia dan dwi kewarganegaraan dilakukan dalam
rangka mengakomodir aspirasi WNI diluar negeri tanpa melupakan aspek keamanan
dan kedaulatan negara.

106
KEWARGANEGARAAN GANDA ANAK DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DAN
IMPLIKASINYA DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

OLEH :

ILMIA PUTRI USNUL

( PO714203191016 )

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2019/2020

107
Di Indonesia perkawinan campuran yang terjadi dapat dalam dua bentuk yaitu: Pertama,
Wanita Warga Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI) yang menikah dengan pria Warga Negara
Asing (selanjutnya disebut WNA); dan Kedua, Pria WNI menikah dengan wanita WNA. Faktor
perbedaan kewarganegaraan di antara para pihaklah yang kemudian membedakan suatu
perkawinan campuran dengan perkawinan yang bersifat intern. Perbedaan kewarganegaraan
tersebut tidak saja terjadi saat awal dimulainya suatu perkawinan campuran, tetapi dapat berlanjut
setelah terbentuknya suatu keluarga perkawinan campuran.

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia No. 62 Tahun 1958 (yang selanjutnya disebut


UU Kewarganegaraan Lama) maupun Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia No. 12 Tahun
2006 (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) tidak memberikan status
kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah dengan pria WNI,
tetapi apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi WNI maka ia harus mengajukan permohonan
resmi sesuai peraturan yang berlaku. Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria
WNA dapat tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesia, bila ia hendak mengikuti
kewarganegaraan suami menjadi WNA, maka wanita tersebut diharuskan untuk mengajukan
permohonan sesuai peraturan yang berlaku.

Hubungan antara Kewarganegaraan Seseorang dengan Status Personal


Status personal berasal dari madzab Italia yang membagi kaidah-kaidah Hukum Perdata
Internasional dalam 3 kelompok yaitu: statuta personalia, statuta realia dan statuta mixta. Statuta
personalia adalah kelompok kaidah-kaidah yang mengikuti seseorang kemanapun ia pergi; statuta
realia adalah kelompok kaidah-kaidah yang mengatur tentang benda tetap; sedangkan statuta mixta
(campuran), adalah kelompok kaidah-kaidah yang mengatur tentang bentuk dari suatu perbuatan
hukum (Saragih Djasadin, 1974:33-35).
Sistem Hukum Perdata Internasional yang berlaku di Indonesia sampai sekarang merupakan
sebuah warisan dari sistem Hukum Perdata Internasional yang ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia
Belanda berdasarkan asas konkordansi, dimana pengaturan mengenai status personal terdapat
dalam Pasal 16 Algemene Bepalingen Van Wetgeving (selanjutnya disebut AB) yang berasal dari
Pasal 6 AB Belanda yang menyalin lagi dari Pasal 3 ayat 3 Code Civil Perancis (Sudargo Gautama 1,
1981:2). Pasal 16 AB menyatakan Ketentuan-ketentuan perundang-undangan mengenai status dan
wewenang orang-orang tetap mengikat Warga Negara Indonesia jikalau mereka berada di luar
negeri.
Berdasarkan pasal 16 AB tersebut, Indonesia menganut prinsip nasionalitas atau
kewarganegaraan dalam menentukan status personal seseorang. Hal ini berarti bagi WNI yang
berada di luar negeri, sepanjang mengenai hal-hal yang terkait dengan status personalnya, tetap
berlaku hukum nasional Indonesia. Sebaliknya menurut yurisprudensi, bagi orang-orang asing yang
berada di dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan hukum nasional mereka sepanjang hal
tersebut termasuk dalam lingkup status personal antara lain mengenai perkawinan dan perceraian,
pembatalan perkawinan, perwalian, kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum, soal nama,
soal status anak di bawah umur dan lain-lain. Karena Pasal 16 AB merupakan kaidah penunjuk
sepihak (eenzijdige verwijzingregels) sehingga dalam praktek ditafsirkan secara timbal balik
(tweezidige). Berbeda dengan negara-negara Common Law dimana status personal seseorang dinilai
menurut hukum domisilinya.

108
Status Kewarganegaraan Anak dalam Perkawinan Campuran: Kewarganegaraan Anak menurut
Undang-Undang Kewarganegaraan Lama
Dalam UU Kewarganegaraan Lama dianut asas kewarganegaraan tunggal. Dimana
kewarganegaraan anak yang lahir hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan ayahnya
sesuai Pasal 13 ayat 1 yang menyatakan:
”Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia, turut memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia setelah ia bermukim dan
berada di Indonesia. Keterangan mengenai bertempat tinggal dan berada di Indonesia tidak
berlaku terhadap anak-anak yang ayahnya memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
menjadi tanpa kewarganegaraan.”
Berdasarkan ketentuan UU Kewarganegaraan Lama, anak yang lahir dari perkawinan campuran bisa
menjadi WNI dan bisa menjadi WNA. Bila seorang anak lahir dari perkawinan antara seorang wanita
WNA dengan pria WNI, sesuai Pasal 1 huruf b UU Kewarganegaraan Lama, kewarganegaraan anak
mengikuti ayahnya, yaitu anak menjadi WNI, bila ibu dapat memberikan kewarganegaraannya
kepada si anak maka anak tersebut kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Sebaliknya bila anak
yang lahir dalam perkawinan antara wanita WNI dan pria WNA, maka anak menjadi WNA mengikuti
ayahnya.
Bila terjadi perceraian antara ayah dan ibunya dan anak tetap di bawah pengasuhan ibunya
yang WNI, maka sewaktu-waktu anak dapat di deportasi. Bila si ibu tidak sanggup membayar biaya
perpanjangan KITAS bagi anaknya dan bila terjadi overstay lebih dari 2 bulan si ibu dapat dipenjara
kurungan karena memberi makan dan melindungi orang asing sesuai Pasal 52 Undang-Undang
Imigrasi No. 9 Tahun 1992 seperti yang terjadi di Jawa Timur dalam kasus Andreya Miyakoshi.
Dalam kasus ini, perempuan WNI yang bernama Atik menikah dengan pria warga negara
Jepang. Dalam perkawinan tersebut lahirlah seorang anak perempuan bernama Anreya Miyakoshi.
Berdasarkan UU Kewarganegaraan Lama, Andreya Miyakoshi memperoleh kewarganegaraan
ayahnya yaitu Jepang. Pasangan ini kemudian bercerai dan pemeliharaan Andreya Miyakoshi
diserahkan kepada ibunya. Akan tetapi karena terjadi overstay selama tujuh bulan maka si anak yang
baru berusia 4 tahun harus di deportasi. Pada waktu itu jalan keluar yang disarankan oleh Kantor
Imigrasi yaitu si ibu harus membawa anaknya ke luar negeri, ke negara mana saja, entah beberapa
hari, setelah kembali baru surat-suratnya diperbaharui dan dianggap sebagai pendatang baru.
Namun masalah yang dihadapi Ibu Atik yaitu sang ibu tidak mempunyai cukup uang untuk membawa
anaknya ke luar negeri (Zulfa Djoko Basuki, 2005:129).
Status Kewarganegaraan Anak Berdasarkan UU Kewarganegaraan Baru
Tertanggal 1 Agustus Tahun 2006 diundangkan UU Kewarganegaraan Baru yang mana
menggantikan UU Kewarganegaraan Lama. Kehadiran akan UU Kewarganegaraan Baru itu disambut
penuh antusias oleh para pelaku perkawinan campuran, karena anak-anak yang lahir dari suatu
perkawinan campuran tetap diakui sebagai WNI di samping kewarganegaraan asingnya yang
mengikuti ayahnya atau dengan kata lain anak-anak hasil perkawinan campuran dapat memperoleh
kewarganegaraan ganda.
Dalam Pasal 4 huruf c UU Kewarganegaraan Baru menyatakan:
”Warga Negara Indonesia adalah: anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
Warga Negara Indonesia dan Ibu Warga Negara Asing”
Selanjutnya, Pasal 4 huruf d menyatakan:

109
”Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
Warga Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia”
Selanjutnya dalam Pasal 6 ayat 1 menyatakan:
”Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda, setelah 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya”.
Dari Pasal 6 ayat 1 UU Kewarganegaraan Baru tersebut di atas maka kewarganegaraan
ganda anak dalam suatu perkawinan campuran bersifat terbatas sampai pada usia 18 tahun saja,
kemudian dia diberi waktu 3 tahun untuk memilih apakah akan menjadi WNI atau WNA.
Terhadap anak-anak yang lahir sebelum Undang-Undang ini diundangkan, mereka dapat
memperoleh kewarganegaraan ganda atau dapat menjadi WNA. Mereka dapat memperoleh
kewarganegaraan ganda, bila orangtua atau walinya mendaftarkan mereka kepada Menteri melalui
Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang
ini diundangkan. Dengan didaftarkannya anak-anak tersebut, maka mereka memperoleh Surat
Keputusan dari Menteri Hukum dan HAM bahwa mereka adalah WNI. Sedangkan anak-anak yang
lahir di Indonesia setelah Undang-Undang ini diundangkan, pencatatan dilakukan pada Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil dan memperoleh akte kelahiran sebagai WNI.
Dalam Hukum Perdata Internasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pasal 16 AB
bahwa kewarganegaraan seseorang menentukan hukum yang berlaku baginya di bidang status
personal yaitu meliputi hubungan-hubungan kekeluargaan seperti hubungan antara suami istri, ayah
dan anak, perwalian termasuk soal-soal yang bertalian dengan perkawinan, pembatalan perkawinan,
perceraian, status di bawah umur dan lain-lain.
Hak-hak Perdata Anak Berkewarganegaraan Ganda dalam Hal Status Personal Anak sebagai
Subjek Hukum
UU Kewarganegaraan Baru tidak memberikan definisi mengenai apa yang dimaksudkan
dengan anak, namun Pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang berkewarganegaraan ganda,
setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, anak tersebut harus memilih salah satu
dari kewarganegaraannya.
Dalam Pasal 47 ayat 1 UUP, juga ditegaskan batasan usia seorang anak adalah 18 tahun.
Pasal tersebut menyatakan ”Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orangtuanya, selama mereka tidak atau
belum dicabut dari kekuasaannya”
Sejalan dengan adanya ketentuan usia 18 tahun bagi seorang anak, Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak lebih jelas memberikan definisi tentang anak yang diatur dalam
Pasal 1 angka 1 sebagai berikut:
”Anak adalah seseorang yang belum genap berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan”
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, kesimpulan yang dapat ditarik bahwa batas usia
seseorang yang dianggap sebagai anak di Indonesia adalah 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin.
Dalam Hukum Perdata, manusia memiliki status sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan,
kecuali apa yang diatur dalam Pasal 2 BW bahwa anak yang masih berada dalam kandungan dapat
menjadi subjek hukum bila ada kepentingan yang menghendaki dan dilahirkan dalam keadaan hidup.
Manusia sebagai subjek hukum berarti manusia memiliki hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum,

110
namun untuk anak sebagai pendukung hak dan kewajiban, selama anak tersebut belum dewasa atau
belum kawin, pada umumnya anak hanya mempunyai hak dan belum mempunyai kewajiban,
sehingga mereka lebih banyak mendapat keuntungan akibat kewarganegaraan ganda. Oleh sebab itu
bila mereka telah dewasa atau sudah kawin mereka harus memilih salah satu di antara
kewarganegaraan ganda tersebut. Bila mereka tidak memilih salah satu dari kedua
kewarganegaraannya maka mereka dianggap sebagai orang asing.

Hak Anak dalam Bidang Hukum Perkawinan


Pasal 7 ayat 1 UUP mensyaratkan umur seorang pria untuk dapat melangsungkan
perkawinan yaitu telah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah berusia 16 tahun. Bilamana
seorang anak perempuan dengan status kewarganegaraan ganda hendak menikah pada usia 16 atau
17 tahun, maka anak tersebut tunduk pada syarat-syarat perkawinan dari negara mana, apakah
syarat-syarat perkawinan menurut hukum Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam UUP atau
syarat-syarat perkawinan menurut hukum dari negara asing sesuai kewarganegaraan ganda yang
diembannya.
Hukum domisili yang dipakai untuk menentukan status personal seseorang yang
berkewarganegaraan ganda. Dalam Hukum Perdata Internasional, sesorang bertempat tinggal
dengan alamat di suatu kota adalah tidak penting, karena yang menjadi ukuran domisili sebagai
tempat tinggal, adalah negara dimana ia berdomisili, berdasarkan domisili di negara tersebut, maka
hukum dari negara tersebut berlaku untuk status personalnya. Hukum domisili yang jatuh
bersamaan dengan salah satu kewarganegaraannya. Menurut beberapa penulis seperti Koster, Van
Brakel dan Wollf, bahwa domisili yang jatuh bersamaan dengan salah satu kewarganegaraan
dianggap sebagai bukti nyata adanya nasionalitas yang efektif (Sudargo Gautama 2, 1979:254).
Anak dengan kewarganegaraan ganda yang hendak menikah dalam suatu wilayah Republik
Indonesia, maka ia harus memenuhi syarat-syarat perkawinan sesuai hukum yang berlaku di
Indonesia yaitu UUP dan peraturan pelaksanaannya. Di Indonesia bila seseorang hendak
melangsungkan perkawinan maka keinginannya harus diberitahukan kepada pegawai pencatat di
tempat perkawinan akan dilangsungkan sesuai agama yang dianut. Pemberitahuan dapat dilakukan
secara lisan ataupun tertulis oleh calon mempelai atau orangtua atau wakilnya.
Dalam pemahaman Hukum Perdata Internasional seseorang yang mempunyai habitual
residence yaitu orang tersebut secara fakta bertempat tinggal di suatu negara, fakta tersebut dapat
berupa rumah, atau tempat pekerjaan di negara tersebut. Namun oleh karena anak yang belum
dewasa atau belum kawin pada umumnya tempat tinggalnya mengikuti orangtuanya, dan bila
tempat tinggal orangtuanya di Indonesia maka habitual residence anak tersebut adalah di Indonesia.

Hak Anak Berkewarganegaraan Ganda sebagai Ahli Waris


Menurut teori Hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dalam
hubungan antara anak dan orangtua, perlu dilihat terlebih dahulu perkawinan orangtuanya sebagai
persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orangtuanya sah, sehingga anak memiliki hubungan
hukum dengan ayahnya, bila perkawinan orangtuanya tidak sah, maka anak hanya mempunyai
hubungan hukum dengan ibunya. Dalam hukum waris yang berlaku di Indonesia, anak adalah ahli
waris, dengan catatan dalam hukum waris Islam anak yang dimaksud harus ada hubungan darah
dengan orangtuanya.
Di Indonesia sejak diundangkannya UUPA, Pasal 21 ayat 2 melarang WNA untuk
memperoleh hak milik atas tanah, bahkan ayat 3 melarang seorang yang mempunyai

111
kewarganegaraan ganda untuk memperoleh hak milik. Sedangkan terhadap Hak Guna Bangunan,
sesuai Pasal 36 UUPA jo. Pasal 19 PP No. 40 Tahun 1996, disebutkan bahwa hak guna bangunan
hanya diberikan kepada WNI. Hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh WNA hanya hak pakai.
Setelah diundangkannya UU Kewarganegaraan Baru, maka peraturan di bidang agraria
belum berubah, sehingga anak-anak yang berkewarganegaraan ganda sulit untuk merealisasikan
haknya, dalam arti memiliki hak-hak atas tanah yang ditinggalkan oleh salah satu orangtuanya yang
berkewarganegaraan Indonesia.
Bilamana anak yang berkewarganegaraan ganda memperoleh warisan dari salah satu
orangtuanya berupa tanah hak milik, maka hak anak tersebut tentunya tidak hapus. Akan tetapi ia
harus menunggu sampai usianya mencapai 18 (delapan belas) tahun, kemudian memilih menjadi
WNI barulah ia dapat memiliki haknya sesuai peraturan yang berlaku.

112
NAMA : KURNIAWAN AGUS JAMAAN
NIM : PO714203191018
KELAS: A TK 1
Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai salah satu masalah di Indonesia
yaitu masalah kewarganegaraan atau status kewarganegaraan yang marak terjadi di Indonesia
STATUS kewarganegaraan yang dimiliki sejumlah artis asing di Indonesia sering sekali
mengundang masalah cukup pelik. Mulai dari visa, izin kerja, hingga berpindah
kewarganegaraan. Artis asing yaitu Cinta Laurra.
Siapa yang tidak kenal Cinta Laura? Aktris sekaligus penyanyi cantik ini dikenal dengan
gaya bicaranya yang khas. Cinta Laura juga diketahui pernah mempunyai masalah dengan
dua kewarganegaraan. Seperti yang kita tahu, ibu Cinta Laura adalah WNI sedangkan
ayahnya yang bernama belakang Kiehl adalah warga negara Jerman. Pada saat usianya
menginjak 18 tahun, sebagai publik figur, Cinta banyak mendapat sorotan mengenai masalah
kewarganegaraan nya. Waktu itupun ia masih belum bisa memutuskan kewarganegaraan
yang akan ia pilih. Ia mengaku sangat mencintai Indonesia karena ia tinggal dan besar di
Indonesia. Tapi karena ambisinya untuk berkarir di kancah internasional, ia berpikiran bahwa
kewarganegaraan Jerman akan lebih memudahkan jalan karirnya di Amerika Serikat. Banyak
yang mencibir pernyataan Cinta Laura tersebut. Tapi saat ini ia telah memilih
kewarganegaraan Jerman dan ia telah aktif berkarir di Amerika Serikat.
Status kewarganegaraan.
Adalah hak suatu negara berdaulat untuk menentukan siapa yang menjadi warga negaranya.
Dalam menentukan status kewarganegaraan dikenal adanya 2 asas yaitu asas dari sudut
kelahiran dan asas dari sudut perkawinan. Dari sudut kelahiran terdapat 2 asas yaitu asas ius
sanguinis dan asas ius soli.
Asas Ius Sanguinis berarti bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunannya, sedangkan asas ius soli berarti bahwa kewarganegaraan seseorang itu
ditentukan berdasarkan daerah/tempat kelahirannya.
Dari sudut perkawinan dikenal ada 2 asas, yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat, Asas kesatuan hukum berarti bahwa bila terjadi perkawinan campuran maka salah
satu pihak harus mengikuti kewarganegaraan pihak lainnya, sehingga terjadi kesatuan hukum
antara keduanya, sedangkan asas persamaan derajat berarti bahwa bila terjadi perkawinan
campuran maka tidak mengakibatkan berubahnya status kewarganegaraan seseorang, dimana
masing masing pihak dapat tetap pada status kewarganegaraannya semula. Jadi disini ada hak
yang sama antara pria dan wanita yang melangsungkan perkawinan campuran untuk
menentukan status kewarganegaraannya.
Penggunaan asas-asas tersebut berbeda-beda sehingga dapat mengakibatkan seseorang
memiliki dua kewarganegaan (bipatride) atau bahkan banyak kewarganegaraan (multipatride)
ataupun tidak memiliki kewarganegaraan (apatride).

113
Dalam menentukan kewarganegaraan juga dikenal ada dua stelsel yaitu, stelsel aktif dan
stelsel pasif, Stelsel Aktif, artinya, bahwa seseorang dapat memperoleh atau kehilangan
kewarganegaraannya dengan cara ia harus aktif melakukan suatu upaya-upaya hukum
tertentu. Stelsel Pasif, artinya bahwa seseorang dapat memperoleh atau kehilangan
kewarganegaraan tanpa melakukan upaya-upaya hukum tertentu.
Sehubung dengan kedua hak tersebut maka dibedakan pula antara Hak Opsi, yaitu hak untuk
memilih kewarganegaraan suatu negara (stelsel aktif) dan Hak Repudiasi yaitu hak untuk
menolak kewarganegaraan suatu negara (dalam stelsel pasif)
Warga Negara Indonesia.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga
negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkanKabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah ;
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun
atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

114
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi :
1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum
kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam
situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas, dimungkinkan pula
perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan. Warga
negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun
tidak berturut-turut dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan
pejabat yang berwenang, asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Cara memperoleh status kewarganegaraan Indonesia.
1. Asas Kelahiran
• Ius Soli (Menurut Tempat Kelahiran) yaitu; Penentuan status kewarganegaraan seseorang
berdasarkan tempat dimana ia dilahirkan. Seseorang yang dilahirkan di negara A maka ia
menjadi warga negara A, walaupun orang tuanya adalah warga negara B. asas ini dianut oleh
negara Inggris, Mesir, Amerika dll
• Ius Sanguinis (Menurut Keturunan/Pertalian Darah) yaitu; Penentuan status
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan dari negara mana seseorang berasal
Seseorang yg dilahirkan di negara A, tetapi orang tuanya warga negara B, maka orang
tersebut menjadi warga negara B.(dianut oleh negara RRC)
2. Naturalisasi

115
Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status
kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari
pernikahan, mengajukan permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan
Naturalisasi Biasa Syarat-syarat :
1. Telah berusia 21 Tahun
2. Lahir di wilayah RI / bertempat tinggal yang paling akhir min. 5 thn berturut-turut atau 10
tahun tidak berturut-turut
3. Apabila ia seorang laki-laki yg sudah kawin, ia perlu mendapat persetujuan istrinya
4. Dapat berbahasa Indonesia
5. Sehat jasmani & rokhani
6. Bersedia membayar kepada kas negara uang sejumlah Rp.500 sampai 10.000 bergantung
kepada penghasilan setiap bulan
7. Mempunyai mata pencaharian tetap
8. Tidak mempunyai kewarganegaraan lain apabila ia memperoleh kewarganegaraan atau
kehilangan kewarganegaraan RI
b. Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi ini dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara
RI dengan penyataan sendiri (permohonan) untuk menjadi WNI, atau dapat diminta oleh
negara RI.
Menurut UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.
Pasal 9
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun
tidak berturut-turut;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;

116
g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Pasal 10
(1) Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam
bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri.
(2) Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Pejabat.
Pasal 11
Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disertai dengan
pertirnbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal permohonan diterima.
Pasal 12
(1) Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 13
(1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan.
(2) Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(3) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada
pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan.
(4) Penolakan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima oleh Menteri.

KASUS CINTA LAURA.


Pada usia 21 tahun Cinta Laura harus memilih kewarganegaraan Jerman mengikuti sang
ayah, atau Indonesia dan mengikuti sang ibunda. Namun Cinta mengatakan untuk
mempermudah karier internasionalnya, dia akan memilih negara Jerman. Saat usia Cinta baru
menginjak 18 tahun, dia mengaku masih memikirkan kewarganegaraan mana. Hal itu pun
sempat membuat Cinta bingung sebab dia sangat mencintai kedua negara tersebut.
Sejak dahulu diakui bahwa keturunan termasuk dalam status personal. Negara-negara
common law berpegang teguh pada prinsip domisili ius soli. Sedangkan negara-negara civil
law berprinsip pada domisili ius sanguitis. Biasanya hukum yang dipakai adalah hukum
personal dari ayahnya sebagai kepala keluarga pada masalah-masalah keturunan secara sah.

117
Hal ini merupakan sebuah kesatuan hukum dalam keluarga dan demi kepentingan
kekeluargaan, serta demi stabilitas dan kehormaan sang isteri dan hak – hak matrialnya.
Sistem kewarganegaraan dari ayah adalah yang terbanyak digunakan di negara-negara lain,
misalkan Jerman. Dalam hal ini Cinta laura mengalami masalah tentang status
kewarganegaraannya yang timbul karena melihat status kewarganegaraannya. Melihat kasus
tersebut perolehan kewarganegaraan Cinta Laura diperoleh saat mengijak usia dewasa yakni
21 tahun yang mana Cinta Laura harus mementukan kewarganegaraannya.

Komentar dari masyarakat luas:


Status kewarganegaraan seseorang merupakan bukti keanggotaannya dalam negara. Oleh
sebab itu, negara wajib melindunginya. Perlindungan yang dimaksud disini berdimensi HAM
dan KAM (Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Asasi Manusia). Selain itu, dalam dimensi
Hukum Publik, status kewarganegaraan seseorang akan menimbulkan konsekuensi bahwa
setiap orang yang disebut sebagai Warga Negara dimana mereka harus tunduk dan patuh
pada hukum-hukum negara sebagai manifestasi kehendak bersama dalam ikatan kontrak
sosial yang merupakan prasyarat normatif terbentuknya Negara. Status kewarganegaraan
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, disini
dinyatakan bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari
suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin
pelaksanaannya. Di dalam UU ini juga mengatur tentang status WNA dan cara serta syarat
bagi WNA untuk memperoleh status sebagai WNI.
Jadi status kewarganegaraan seseorang mempengaruhi perlindungan dan batasan pelimpahan
HAM yang dimilikinya termasuk dalam memperoleh pekerjaan, tergantung sejauh mana
hukum yang mengatur membatasinya, serta batasannya terhadap hak orang lain, karena
adanya batasan-batasan hak inilah maka timbul kewajiban sebagai pelaksana terwujudnya
perlindungan terhadap hak. Setelah hak itu dijadikan hukum positive, maka statusnya sebagai
hak alamiah akan hilang dan digantikan sebagai hak positive (hak yang diatur oleh hukum
positive) yang penerapannya dapat dipaksakan dan memiliki kepastian serta batasan yang
mengaturnya.

118
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Drs. H.Muh.Nasir, M.Pd., M.Kes
Jenis Tugas : Individu

KEPADATAN PENDUDUK, ANGKA POSITIF COVID-19 DI SULAWESI SELATAN MENINGKAT

OLEH :
KURNIAWATI (PO714203191019)
KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020/2021

119
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

  Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk


mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang
meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan,
kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian,
berkebangsaan dan hidup layak.

Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya terdapat faktor yang
mempengaruhinya. Salah satunya adalat tingkat atau laju pertumbuhan penduduk. Besarnya
laju pertumbuhan penduduk membuat pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat.

Semakin besar persentase kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya.


Kenaikan ini tentunya membawa dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam penentuan
kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai
sarana dan prasaranan, fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah kebijakan dalam
rangka mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia. Dari situlah muncul program
KB dan kini ditangani olah BKKBN.

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan


luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan
survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi
yang lain tidak merata.

Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau


Jawa. Hampir lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi
masalah apabila pusat pemerintahan, informasi, trasportasi, ekonomi, dan berbagai fasilitas

120
hanya berada di satu wilayah. Penduduk akan berusaha untuk melakukan migrasi dan
akhirnya akan berdampak pada permasalahan pemerataan pembangunan.

Selain masalah kepadatan penduduk, kependudukan di Indonesia juga di pengaruhi


oleh masalah kesehatan masyarakat. Baru-baru ini terdapat sebuah penyakit yang menyerang
bangsa Indonesia yaitu Covid-19. Virus ini sangat membawa dampak yang cukup signifikan
bagi masyarakat Indonesia selain dari segi kesehatan juga berpengaruh dari aspek ekonomi,
sosial, budaya dan aspek-aspek lainnya yang tentu saja membuat Masyarakat sangat resah
akan hal ini.

Masyarakat terjangkit penyakit yang di sebabkan oleh virus korona ini awalnya dari
Warga Negara Asing yang datang ke Indonesia kemudian menjangkit seseorang. Setelah itu,
antara satu individu dengan individu lain saling menulari satu sama lain hingga penyakit ini
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Penyakit ini dapat ditulari dari orang
yang telah terinfeksi virus korona ke orang yang sehat melalui cairan tubuh seperti cairan dari
hasil batuk dan bersin, dimana mereka saling berdekatan atau kurang dari satu meter. Selain
itu benda-benda yang disentuh oleh pasien yang terjangkit virus korona memungkin benda
tersebut terdapat virus korona dan jika orang yang masih dalam status sehat memegang benda
yang sebelumnya di sentuh atau di pegang oleh pasien yang terjangkit virus korona
memungkinkan mereka dapat pula terjangkit virus korona tersebut karena penyakit ini
bersifat menular. Sehingga dalam konteks ini kepadatan penduduk dapat berpengaruh dalam
penyebaran virus korona karena lingkup yang padat dan jarak yang berdekatan membuat
peluang penyebaran virus korona meningkat.

Seperti halnya dalam berita tagar.id Makassar – Jumlah kasus positif virus corona di
Sulawesi Selatan hingga Sabtu, 4 April 2020 pukul 13.50 Wita berjumlah 80 kasus,
bertambah 16 kasus positif dari hari sebelumnya. Meski bertambah, dari 80 kasus 4 pasien
telah dipulangkan, 6 meninggal dunia, dan 70 lainnya masih dirawat secara intensif.

Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan dr Ichsan Mustari mengatakan penyebab


bertambahnya jumlah warga terinfeksi Covid-19 atau virus corona karena kepadatan
penduduk.

Sekarang kita sudah lakukan pemeriksaan langsung di sini dan hasilnya kita segera dapatkan.

“Penyebaran virus corona tergantung kepadatan penduduk, seperti di Sulsel terdapat 7


juta penduduk, sehingga terdapat banyak kontak yang

121
memungkinkan kasus virus corona naik. Ditambah lagi social distancing masih belum ada,
budaya yang melibatkan banyak orang masih dijalankan," ujarnya
kepada Tagar melalui teleconference, Sabtu, 4 April 2020.

Menurutnya, angka kasus positif virus corona di Sulsel cenderung lebih tinggi


dibandingkan provinsi lain di Indonesia timur, ini terjadi karena Sulsel berhasil mendeteksi
secara lebih baik. Bisa jadi kata Ichsan, daerah lain hanya terlambat mendapatkan hasil,
seperti Makassar di awal. Mereka masih harus menunggu hasil spesimen dari pusat.

“Sekarang kita sudah lakukan pemeriksaan langsung di sini dan hasilnya kita segera
dapatkan. Angka kasus ini sekaligus memperlihatkan kinerja Gugus Tugas Penanganan
Covid-19 Sulsel dalam melakukan pelacakan terhadap orang-orang telah kontak dengan
pasien positif corona,” tutur Ichsan.

Meningkatnya angka pasien positif virus corona, Ichsan menekankan agar masyarakat


tidak mengabaikan perilaku physical distancing. Virus corona menular lewat percikan kecil
atau droplet keluar melalui hidung dan mulut orang sakit.

“Kontak dekat dengan orang positif dalam jarak kurang satu meter memungkinkan
penularan virus. Virus corona juga bisa dihantarkan melalui tangan seperti menyentuh benda
yang terdapat droplet corona seperti di gagang pintu, tombol lift dan benda lainnya kemudian
memegang area wajah. Itu juga bisa menularkan,” ucapnya.

Selain itu terdapat pula dari berita KOMPAS.com−¿Berada di urutan kelima,


Makassar masuk dalam daftar daerah dengan rasio kematian tertinggi. Angka kematian di
kota ini yaitu 4,9 per 100.000 penduduk. Pada 24 Juni 2020, sebanyak 25 pegawai di
Universitas Hassanuddin positif terinfeksi virus setelah hasil pemeriksaan swab melalui
metode PCR keluar pada 25 Juni 2020.

Jumlah ini berasal dari 37 pegawai yang hasil rapid test-nya reaktif saat tes cepat
massal di kampus dilakukan pekan lalu. Dengan meningkatnya kasus virus corona, muncul
usulan agar pemerintah daerah melaksanakan kembali kebijakan PSBB. Meski demikian,
saran ini harus didiskusikan terlebih dulu mengingat pertimbangan faktor ekonomi dan sosial.
Masyarakat pun dinilai masih kurang dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebanyak 4.194
kasus telah terkonfirmasi positif terpapar virus corona jenis baru di Sulawesi Selatan hingga
24 Juni 2020.

122
Kemudian ditambahkan berita pada KOMPAS.com – pada hari Senin, 22-6-2020,
Menteri Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PEMKO PMK) Muhadjir
Effendy, menyebut adanya tiga provinsi yang saat ini menjadi perhatian utama Presiden
Jokowi.

Hal itu lantaran kasus harian di ketiga provinsi tersebut masih cukup tinggi.
Ketiganya yakni Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kalimantan Selatan
(Kalsel). Masih tingginya kasus Covid-19 di ketiga provinsi tersebut diungkapkannya melalui
video conference usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin
(22/6/2020).

Oleh karenanya, Presiden meminta seluruh jajarannya membantu menekan


penambahan kasus harian yang jumlahnya masih signifikan di sana.

Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi
Ardyanto menilai, hal itu dikarenakan dua hal utama. "Jadi ada dua hal utama yang menjadi
penyebabnya. Pertama, peningkatan kapasitas pemeriksaan dan kedua, memang kasusnya
masih relatif tinggi," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Menurut Tonang, faktor tingginya kasus harian di Jawa Timur dikarenakan kapasitas
pemeriksaan yang meningkat. Selain itu, juga memang proses tracing yang dilakukan juga
terbilang sangat tinggi sehingga tegak lurus dengan pertambahan kasus. "Proses tracing juga
tinggi, maka didapatkan banyak kasus positif. Artinya, memang di sana kasusnya relatif
tinggi," papar Tonang. "Terlihat juga bahwa jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan
pasien dalam pengawasan (PDP)-nya tinggi, artinya usaha tracing-nya aktif," jelas dia.

Sementara itu, Tonang melanjutkan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan


berbeda masalahnya dengan Jawa Timur. Menurutnya, tingginya kasus harian di Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Selatan bukan karena kapasitas pemeriksaan yang tinggi, tetapi murni
kasusnya yang relatif tinggi. "Untuk Kalsel dan Sulsel, kapasitas pemeriksaan belum tinggi,
tapi kasusnya relatif tinggi. Begitu juga jumlah ODP dan PDP-nya tidak setinggi Jatim,"
ungkapnya.

Tonang tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab tingginya kasus harian
Covid-19 di Sulsel dan Kalsel, perkiraannya dikarenakan mobilitas penduduk yang tinggi.

123
Tingginya jumlah kasus tersebut, lanjut Tonang, berpotensi melonjak lagi bila kapasitas
pemeriksaan dilakukan dengan skala yang lebih besar. "Bisa karena mobilitas dari luar daerah
yang masuk ke sana (imported cases). Yang kemudian menjadi sumber penyebaran. Masih
berpotensi meninggi lagi, bila kapasitas pemeriksaan PCR-nya meningkat," terang dia.

Hal diatas lebih menekankan bahwa penyebab penyebaran virus korona sangat
meningkat karena kepadatan penduduk yang ada di Sulawesi Selatan Khususnya di Makassar.

Makassar termasuk wilayah yang memiliki kepadatan penduduk karena memiliki


berbagai aspek seperti aspek perekonomian, pemerintahan, pendidikan dan aspek-aspek
lainnya. Aspek perekonomian di Makassar yaitu menjual berbagai kebutuhan masyarakat
yang lengkap dan terjamin kualitasnya baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Selain
itu, di Makassar memiliki berbagai pusat perbelanjaan yang tentunya membuat masyarakat
berbondong-bondong untuk menuju makassar.

Selain aspek perekonomian, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan karena


merupakan Provinsi untuk wilayah Sulawesi Selatan, sehingga berbagai bangunan-bangunan
atau hal-hal yang berkaitan tentang pemerintahan Sulawesi Selatan di Pusatkan Di Makassar.
Dari aspek pendidikan, Di Makassar memiliki banyak sekolah-sekolah atau aspek yang
berkaitan dengan pendidikan yang tentunya berkualitas, terutama pada universitas-universitas
di Makassar dimana masih terbatas di wilayah-wilayah tertentu sehingga para Mahasiswa
bermigrasi ke Makassar untuk menuntut ilmu, dari berbagai aspek tersebut menimbulkan
banyak lapangan kerja di Makassar sehingga Masyarakat yang ada di berbagai daerah baik di
Sulawesi Selatan (Kecuali Makassar) maupun di luar wilayah Sulawesi Selatan. Sehingga
pada aspek tersebut menimbulkan pula kepadatan penduduk dengan berbagai alasan tertentu.

Kepadatan penduduk dapat terjadi karena daya tampung suatu wilayah kecil dan
jumlah penduduk yang banyak sehingga menghasilkan ketidak seimbangan antara keduanya
sehingga menimbulkan kepadatan dalam wilayah tersebut termasuk di Makassar.

Oleh karena itu, untuk menanggulangi Kepadatan Penduduk ada beberapa hal yang
harus dilakukan yaitu menggalakkan program transmigrasi, pemerataan lapangan kerja,
menekankan pertumbuhan penduduk dengan program Keluarga Berencana, Membuat
Undang-Undang yang menetapkan usia minimal menikah, membatasi tunjangan anak baggi
PNS dan ABRI hingga anak kedua, menyebarluaskan pendidikan kependudukan ke berbagai

124
jenjang pendidikan, meratakan pembagunan baik dari aspek perekonomian, sosial, budaya
dan sebagainya. Sehingga bila kepadatan penduduk telah berkurang maka kemungkinan
penyebaran virus korona dapat diminimalisirkan dan dengan memperhatikan protokol
kesehatan dari pemerintah.

125
Mata kuliah : Pend. Kewarganegaraan

Dosen pengampu : Drs.H. Muh. Nasir, M.Pd., M.Kes

Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia: Tak Boleh Sekolah,


Takut Ditangkap Polisi

Oleh:

Lilis Rahmawati (PO714203191020)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

126
Kewarganegaraan merupakan salah satu unsur yang selalu dikaitkan dengan negara
bangsa (nation state). Akan tetapi sebagai akibat perubahan yang terjadi saat ini, relasi antara
kewarganegaraan dengan negara bangsa tertentu mulai dipersoalkan. Misalnya, isu mengenai
kewarganegaraan Negeri Jiran (Malaysia). Transformasi relasi ini terjadi karena dua sebab,
terutama yang berkaitan dengan kondisi yang saling berhubungan (interconnected
conditions), yaitu (1) perubahan ciri kedudukan dan kelembagaan dari negara bangsa sebagai
akibat berbagai bentuk globalisasi yang terjadi mulai tahun 1980-an, serta (2) munculnya
aktor-aktor baru dalam hubungan internasional selain negara.

Sebagai akibat globalisasi yang memungkinkan terjadinya perpindahan orang atau


kelompok secara lebih mudah, fenomena migrasi menjadi semakin nyata yang menyebabkan
munculnya diaspora di berbagai negara. Menjadi tidak bermasalah apabila perpindahan
dengan maksud menetap yang diikuti dengan perpindahan kewarganegaraan hanya
menimbulkan akibat hilangnya salah satu kewarganegaraan. Akan tetapi fenomena yang
muncul adalah adanya tuntutan pemberlakukan dwi kewarganegaraan. Tuntutan ini
menimbulkan pertanyaan mengenai loyalitas dan kesetiaan (loyalty and allegiance) yang
biasanya melekat pada konsep kewarganegaraan. Sebagai negara dimana warga negaranya
mulai melakukan migrasi, Indonesia menghadapi masalah yang sama. Beberapa tahun
belakangan diaspora Indonesia mulai menggagas pemikiran mengenai kemungkinan
penggunaan dwi kewarganegaraan. Menyikapi hal tersebut, DPR mulai melakukan kajian-
kajian dwi kewarganegaraan dari berbagai perspektif, seperti Hukum Tata Negara, Hukum
Kewarganegaraan dan Keimigrasian, serta Hukum Internasional

Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan konsep kewarganegaraan, serta permasalahan-permasalahan yang bersifat
teknis. Masalah no. 1, misalnya, perlu diawali dengan mendiskusikan konsep
kewarganegaraan ganda terlebih dahulu, serta masalah praktikal yang dihadapi dari
penerapan UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan (UU Kewarganegaraan),
khususnya yang berkaitan dengan masalah konflik status kewarganegaraan (conflict of
nationality/citizenship)atau fenomena kewarganegaraan terkini. Dari pembahasan tersebut,
baru dapat diketahui apakah kita perlu mengatur dan menerapkan kewarganegaraan ganda
atau tidak di Indonesia. Jika memang perlu diatur, ada tiga kemungkinan: apakah diatur
dengan UU tersendiri, perubahan parsial atau bahkan penggantian terhadap UU
Kewarganegaraan. Jika memang kewarganegaraan ganda (secara penuh) akan diadopsi
dalam hukum kewarganegaraan Indonesia, pilihan – pilihan tersebut tentu saja akan
mengubah politik hukum kewarganegaraan Indonesia yang selama ini didasarkan pada
prinsip kewarganegaraan tunggal, dan hanya mengakui kewarganegaraan ganda terbatas pada
anak dari perkawinan campuran. Berikut ini adalah contoh mengenai kasus
kewarganegaraan:

Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia: Tak Boleh Sekolah,


Takut Ditangkap Polisi
127
Rabu, 5 Februari 2020 | 21:37 WIB

Efa Maulidiyah. Seorang keturunan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak
mendapatkan kewarganegaraan di Malaysia.

Editor: Ardi Priyatno Utomo

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu anak lahir di
Malaysia tanpa bisa memiliki kewarganegaraan. Banyak di antara mereka adalah keturunan
tenaga kerja Indonesia. Padahal salah seorang dari orang tua mereka merupakan warga
negara Malaysia yang semestinya dapat menjadi patokan status anak-anak tersebut.

Disodori buku dan pulpen, seorang perempuan muda dengan cekatan menuliskan nama
lengkap beserta nama panggilannya.

Huruf demi huruf ditulis secara rapi dan hasilnya dapat dibaca dengan jelas.

Tentu tulisan serapi itu tidak istimewa karena dibuat oleh seorang yang telah berusia 19
tahun.

Namun yang istimewa adalah sang penulis hanya sempat duduk di bangku sekolah dasar
selama sekitar sembilan bulan saja.

"Saya duduk (tinggal) di rumah, tidak seperti budak (anak) lain setiap hari pergi ke sekolah.
Saya duduk di rumah saja.

"Belajar menulis, belajar membaca dari kawan, kawan sekolah. Saya ikut belajar dengan dia.
Dia menulis, saya ikut belajar menulis dengan dia. Dari situlah saya tahu menulis dan
membaca," ungkap Efa Maulidiyah dalam bahasa Malaysia yang kental.

Efa dikeluarkan dari sekolah pada usia tujuh tahun setelah pihak sekolah tahu ia bukan warga
negara Malaysia.

Efa Maulidiyah, hanyalah satu dari puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu anak yang
lahir di Malaysia tanpa memiliki kewarganegaraan.

Menurut Kementerian Dalam Negeri, setidaknya 43.445 anak-anak atau anak muda, di bawah
usia 21 tahun, masuk dalam kategori tanpa kewarganegaraan. Jumlah ini merujuk data tahun
2019.

Akibatnya, Efa Maulidiyah digolongkan sebagai anak tanpa kewarganegaraan sehingga ia


tidak boleh mengakses pendidikan di sekolah negeri, tidak mendapatkan akses kesehatan
secara gratis, tidak pula boleh bekerja secara resmi, dan juga tidak mendapat hak-hak lain
sebagai warga negara.

128
Jika ia bersekolah, pilihan yang ada adalah sekolah swasta, jauh dari kemampuan ekonomi
keluarga yang ditopang dari penghasilan Tuah bin Osman sebagai satpam dan Asma sebagai
penjual jajanan anak-anak.

"Sedih. Saya hidup di Malaysia tak boleh bekerja, tak boleh sekolah. Cita-cita saya pun tidak
bisa saya teruskan karena tak boleh sekolah," ungkap Efa.

Ketakutan yang senantiasa menghantuinya adalah razia polisi terhadap para pendatang ilegal.

"Saya takut ditangkap polisi. Biasanya polisi minta semua dokumen, minta duit. Tapi saya
takut kena tangkap.

"Kalau ditangkap polisi, polisi akan hantar ke Indonesia pun tak boleh. Tak ada identitas
Indonesia. Hidup di Malaysia juga tak boleh, tak ada identitas."

Baik Tuah bin Osman, Asma maupun Efa mengaku telah menempuh berbagai cara untuk
mengurus dokumen, dipingpong dari satu instansi ke instansi lain, mulai dari tingkat
pemerintah negara bagian hingga tingkat federal.

Jalur adopsi

Ketika berusia 12 tahun, batas usia seseorang mendapat IC (Identity Card) atau kartu tanda
penduduk, Efa diberi IC merah, artinya dianggap warga negara asing, bukan kartu biru
sebagai warga Malaysia.

Oleh karena itu, ayah Efa menolak kartu tersebut dan atas persetujuan istri, Asma, sampailah
mereka pada solusi untuk menempuh jalur adopsi, sebagaimana dianjurkan oleh salah satu
instansi.

"Orang saran kita ambil sebagai anak angkat. Kita disuruh ke balai maka kita pergi ke balai,
ambil surat untuk anak angkat," kata Asma.

Balai yang dimaksud Asma adalah Jabatan Pendaftaran Negara, yang menangani masalah
kependudukan.

Akan tetapi permohonan Tuah bin Osman mengangkat Efa ditolak karena usia Efa sudah
remaja ketika itu.

Menurut Abdul Rachman, seorang aktivis buruh migran yang mendampingi keluarga Tuah
bin Osman, harapan tetap ada dengan melalui tahapan-tahapan, dimulai dengan uji DNA
guna merevisi akta kelahiran.

"Bahwasanya bapak adalah ayah daripada anak ini, yang pastinya di Malaysia melalui DNA.
Kalau sudah resmi bahwa bapak adalah ayah daripada anak ini maka bapak akan saya
dampingi untuk menuntut kepada pihak yang terkait memasukkan nama ayah di sijil
kelahiran (akta kelahiran) ini," jelas Abdul Rachman.

129
Hanya saja uji DNA memakan biaya tidak sedikit, sekitar 4.000 ringgit atau kira-kira Rp13
juta dan fungsi hasil uji DNA itu hanya sebagai bukti pendukung.

Diakui pemerintah Malaysia bahwa proses pembuktian seorang anak berhak mendapat status
warga negara atau tidak, memang memakan waktu.

Belakangan Menteri Dalam Negeri Tan Sri Muhyiddin Yassin mengatakan pemerintah telah
bertekad mempercepat proses pengurusan kewarganegaraan mereka.

"Itu akan dilakukan sesuai dengan hukum, konstitusi dan prosedur standar yang telah
ditempuh selama ini dalam mempertimbangkan pemberian kewarganegaraan.

"Kita tidak bisa membandingkan satu kasus dengan lainnya. Mungkin saja kasusnya mirip
tapi sejatinya berbeda. Jadi yang kita perlu lakukan adalah mempercepat prosesnya," kata
menteri yang dalam pemerintahan sebelumnya duduk sebagai wakil perdana menteri itu.

Hingga kini belum jelas bagaimana implementasi tekad itu di tataran pelaksanaan.

Adik-adik warga negara Malaysia

Seandainya, Tuan bin Osman selaku ayah Efa Maulidiyah mendaftarkan pernikahannya
dengan Asma secara resmi, sebelum Efa lahir, maka nasibnya tentu akan berbeda.

Kedua adik Efa, lahir setelah pasangan itu menikah secara resmi di kota asal Asma,
Surabaya.

Mereka, kini masing-masing berusia 10 dan 11 tahun, tercatat secara sah sebagai warga
negara Malaysia tanpa kesulitan.

Di satu sisi Asma tidak bersemangat mengurus kewarganegaraan putrinya atas dasar garis
keturunan ibu sebagai WNI.

"Kata orang, kalau bisa urus surat kelahiran pasalnya emak dan bapaknya ada di sini. Kalau
Efa jadi warga negara Indonesia, bagaimana?" demikian Asma beralasan.

Di tengah carut-marut pengurusan status kewarganegaraan, sebagaimana dialami Efa, jalan


belum tertutup sepenuhnya jika ingin diurus mengikuti kewarganegaraan ibunya, kata Yusron
Ambary, Kepala Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur.

"Banyak kasus di mana orang tua datang ke kami tanpa selembar dokumen apapun. Tetap
semua itu kita proses, kita bantu. "Yang paling utama adalah kita akan melakukan wawancara
mendalam kepada si ibu untuk memastikan status kewarganegaraan yang bersangkutan dan
anak itu," jelas Yusron Ambary dalam wawancara khusus dengan BBC News Indonesia di
Kuala Lumpur.

Karena ketiadaan dokumen hampir dipastikan menyulitkan pengurusan kewarganegaraan,


maka sesuai instruksi Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur Rusdi Kirana, KBRI

130
sejak tahun 2017 menggencarkan sosialisasi pendaftaran anak-anak keturunan WNI,
tambahnya.

Ada dua dokumen yang biasanya diterbitkan KBRI, yang pertama adalah surat keterangan
kewarganegaraan dan surat pengenal lahir.

"Dua dokumen inilah yang akan menjadi dasar bagi Atase Imigrasi untuk menerbitkan paspor
mereka, surat kewarganegaraan," terang Yusron Ambary yang juga merangkap sebagai
Koordinator Satgas Perlindungan WNI di KBRI Kuala Lumpur.

Lingkaran setan tanpa kewarganegaraan

Perbedaan status Efa Maulidiyah dan kedua adiknya kerap menimbulkan konflik dan
kepedihan hati di lingkungan keluarga.

Sebagai contoh, lima tahun lalu keluarga Efa mudik Lebaran ke Surabaya.

"Saya ditinggal sendiri. Emak, bapak, adik semua balik kampung. Saya ditinggal sendiri.
Pada Hari Raya pun saya sendiri, tidak ada orang tengok. Sangat sangat sedih," ungkapnya
seraya menambahkan kedua adiknya menikmati pendidikan di sekolah negeri secara gratis,
sementara cita-citanya untuk menjadi pramugari atau perawat kandas.

Kesusahan Efa belakangan bertambah di saat ia tengah mengandung anak pertamanya.

Si bayi akan masuk ke dalam lingkaran setan, lahir tanpa identitas resmi, dan mungkin pula
akan besar tanpa akses pendidikan.

"Suami saya warga negara Indonesia yang tak ada apa-apa (tak punya dokumen), saya pun
tak ada apa-apa. Saya takut nanti saya bersalin, anak saya pun tak ada apa-apa pula.

"Sama dengan nasib saya dan suami sayalah. Berputar di situ juga," keluhnya kepada
wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir.

Untuk saat ini, bagaimanapun, Efa merasa beruntung ada seorang dokter gigi yang awalnya
memberikan pekerjaan sebagai petugas kebersihan di kliniknya di kawasan Petaling Jaya, tak
jauh dari rumah.

Melihat kemampuan dan potensi Efa, sang dokter melatihnya sebagai asisten dan itulah
pekerjaannya sekarang sekalipun tidak resmi.

Kecuali pergi bekerja, Efa mengaku takut meninggalkan rumah dan lebih banyak membantu
ibunya memasak di dapur.

Meskipun sudah berstatus tanpa kewarganegaraan sejak lahir hingga umurnya sekarang 19
tahun, Efa tak ingin putus asa untuk mendapatkan pengakuan sebagai warga negara Malaysia,
tanah kelahiran dan sekaligus satu-satunya negara di dunia yang dikenalnya.

131
KASUS GLORIA E MAERERING PERKARA KEWARGANEGARAAN GANDA
DALAM PERKAWINAN CAMPURAN

OLEH :

MUH. ALI
PO714203191021
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KELAS A
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

132
PEMBAHASAN
Kewarganegaraan Gloria dalam perkawinan campuran menurut Undang-
Undang Kewarganegaraan Gloria E Mairering mendadak santer dibicarakan publik
pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 2016. Tepat dua hari sebelum
peringatan kemerdekaan, perempuan keturunan IndonesiaPerancis itu dicoret dari
daftar pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) di Istana Negara. Alasannya,
Gloria masih memegang paspor Perancis yang berlaku sejak Februari 2014 hingga
Februari 2019. Siswi Sekolah Islam Dian Didaktika Cinere Depok ini sempat kecewa,
namun ia mengaku sama sekali tak menyesal. "Dari sini saya bisa jadi dewasa. Saya
belajar bahwa segala hal yang Anda inginkan belum tentu terwujud," ujar Gloria
dalam konferensi pers di Kemenpora, 2016. Kemenpora saat itu tetap berupaya
memastikan Gloria hadir dalam upacara peringatan hari kemerdekaan di Istana
Negara, dan akhirnya ia hadir sebagai tamu dan duduk di tribun J dalam upacara
pengibaran bendera pagi hari. Namun upaya Kemenpora tak sia-sia. Gloria berhasil
menemui Presiden Joko Widodo didampingi Menpora Imam Nahrawi untuk
menyampaikan permasalahannya. Ia akhirnya bergabung dengan tim Bima,
paskibraka yang menurunkan bendera pada sore hari.Gloria mengaku mendapat pesan
dari Presiden Jokowi agar tetap semangat.
Pertimbangan melibatkan Gloria sebagai Paskibraka saat itu, adalah karena
anak di bawah 18 tahun masih bisa memilih kewarganegaraan. Menurut UU 12/2006
tentang Kewarganegaraan, seorang anak hasil kawin campur bisa memiliki dua
kewarganegaraan sebelum usia 18 tahun.Selang kejadian itu, ibunda Gloria, Ira
Hartini Natapradja Hamel mengajukan gugatan UU 12 / 2006 Kewarganegaraan soal
ketentuan mendaftarkan diri bagi anak hasil kawin campur yang berusia sebelum 18
tahun ke Mahkamah Konstitusi (MK). Alasan ketidaktahuan anak hasil kawin campur
soal aturan mendaftarkan diri menjadi WNI, dianggap tak bisa menjadi dasar
penuntutan apalagi membuat seseorang bebas dari hukum atau peraturan perundang-
undangan. Kandas di MK, Gloria berencana mengikuti proses naturalisasi sesuai
syarat yang berlaku dalam UU Kewarganegaraan. Namun cara ini dinilai menyulitkan
karena proses naturalisasi hanya berlaku untuk pasangan asing dari orang Indonesia,
bukan anak hasil kawin campur.Sesuai prosedur, Gloria akan diproses melalui jalur
pewarganegaraan asing murni yang dipandang tidak punya kaitan apapun dengan
Indonesia. Belum lagi biaya sebesar Rp50 juta untuk mendaftarkan diri sebagai WNI
yang dinilai akan semakin memberatkan."Ini yang kami protes ke pemerintah. Enggak
fair bayar Rp50 juta satu anak. Daftar terus bayar saat itu juga. Sudah gitu belum tentu
dikabulkan," kata Ira.
Kendati demikian, Ira meyakini, proses naturalisasi bagi anaknya akan lebih
mudah karena mendapat rekomendasi dari pihak Kemenkumham. Namun ia ragu
dengan proses naturalisasi anak anak hasil kawin campur lainnya.Dalam pasal 41 UU
Kewarganegaraan itu, disebutkan bahwa seseorang yang belum berusia 18 tahun saat
UU Kewarganegaraan diberlakukan pada tahun 2006, diberikan waktu paling lambat
empat tahun untuk mendaftarkan diri. Jika merujuk pada ketentuan tersebut, maka
Gloria tak bisa lagi mendaftarkan status kewarganegaraannya. Hukum domisili yang

133
dipakai untuk menentukan status personal seseorang yang berkewarganegaraan ganda.
Dalam Hukum Perdata Internasional, sesorang bertempat tinggal dengan alamat di
suatu kota adalah tidak penting, karena yang menjadi ukuran domisili sebagai tempat
tinggal, adalah negara dimana ia berdomisili, berdasarkan domisili di negara tersebut,
maka hukum dari negara tersebut berlaku untuk status personalnya. Hukum domisili
yang jatuh bersamaan dengan salah satu kewarganegaraannya.
Menurut beberapa penulis seperti Koster, Van Brakel dan Wollf, bahwa
domisili yang jatuh bersamaan dengan salah satu kewarganegaraan dianggap sebagai
bukti nyata adanya nasionalitas yang efektif (Sudargo Gautama 2, 1979:254). Anak
dengan kewarganegaraan ganda yang hendak menikah dalam suatu wilayah Republik
Indonesia, maka ia harus memenuhi syarat-syarat perkawinan sesuai hukum yang
berlaku di Indonesia yaitu UUP dan peraturan pelaksanaannya. Di Indonesia bila
seseorang hendak melangsungkan perkawinan maka keinginannya harus
diberitahukan kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan
sesuai agama yang dianut. Pemberitahuan dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis
oleh calon mempelai atau orangtua atau wakilnya.
Pemberitahuan tentang pelaksanaan perkawinan harus memuat nama, umur,
agama atau kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai. Untuk
membuktikan umur calon mempelai harus disertai kutipan akte kelahiran atau akte
kenal lahir calon mempelai, bila tidak ada akte kelahiran atau surat kenal lahir maka
dapat digunakan surat keterangan dari Kepala Desa atau Kelurahan yang
menerangkan tentang umur dan asal-usul calon mempelai. Selain keterangan
mengenai para calon mempelai, diperlukan juga keterangan mengenai orangtuanya,
yaitu tentang nama orangtua, agama atau kepercayaan, pekerjaan dan/atau tempat
tinggal orangtua calon mempelai (Pasal 4, 5, 6 PP No. 9 Tahun 1975). Bila calon
mempelai tinggal di luar negeri, maka harus ada keterangan dari Perwakilan Indonesia
di negara tempat tinggalnya bahwa calon mempelai tersebut tidak ada
halanganhalangan untuk melangsungkan perkawinan.
Oleh sebab itu bila anak yang berkewarganegaraan ganda hendak menikah di
Indonesia, bila ia berdomisili atau mempunyai habitual residence di Indonesia maka
hukum Indonesia yang berlaku terhadapnya. Akan tetapi bila anak yang
berkewarganegaraan ganda mempunyai habitual residence di luar negeri, maka
terhadap anak tersebut diperlakukan sebagai WNA. Dalam Hukum Perdata
Internasional seseorang yang mempunyai habitual residence yaitu orang tersebut
secara fakta bertempat tinggal di suatu negara, fakta tersebut dapat berupa rumah, atau
tempat pekerjaan di negara tersebut. Namun oleh karena anak yang belum dewasa
atau belum kawin pada umumnya tempat tinggalnya mengikuti orangtuanya, dan bila
tempat tinggal orangtuanya di Indonesia maka habitual residence anak tersebut adalah
di Indonesia.
Pemecahan terhadap permasalahan status personal seorang anak yang
berkewarganegaraan ganda sebagai akibat diberlakukannya UU Kewarganegaraan
Baru, selaras dengan pendapat dari Koster, Van Brakel dan Wollf yaitu terhadap
mereka dipakai hukum domisili yang jatuh bersamaan dengan salah satu
kewarganegaraannya. Hal mana merupakan bukti yang nyata sebagai nasionalitas
yang efektif sebagaimana telah diterapkan dalam kasus Nottebohm dan Noorse
Echtscheiding di Belanda. Hak anak berkewarganegaraan ganda sebagai ahli waris.

134
Dari Pasal 6 ayat 1 UU Kewarganegaraan tersebut di atas maka kewarganegaraan
ganda anak dalam suatu perkawinan campuran bersifat terbatas sampai pada usia 18
tahun saja, kemudian dia diberi waktu 3 tahun untuk memilih apakah akan menjadi
WNI atau WNA. Masalah kewarganegaraan seseorang tidak hanya terbatas pada
paspor serta izin tinggal di suatu negara tetapi mempunyai implikasi yang lebih jauh
yaitu juga meliputi hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang harus
dijalaninya.
Dalam Hukum Perdata Internasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam
pasal 16 AB bahwa kewarganegaraan seseorang menentukan hukum yang berlaku
baginya di bidang status personal yaitu meliputi hubunganhubungan kekeluargaan
seperti hubungan antara suami istri, ayah dan anak, perwalian termasuk soalsoal yang
bertalian dengan perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian, status di bawah
umur dan lain-lain. Perempuan yang lahir pada tahun 2000 ini seharusnya didaftarkan
ke Kemenkumham dalam rentang waktu 1 Agustus 2006 sampai 1 Agustus 2010
apabila hendak memperoleh kewarganegaraan Indonesia.Proses persidangan uji
materi di MK pun memakan waktu tak sebentar.
Sejumlah saksi hingga ahli dihadirkan. Dalam persidangan, terungkap, banyak
anak hasil kawin campur yang kebingungan menentukan status warga negara. Mereka
umumnya tak tahu soal ketentuan yang mengatur pendaftaran untuk memperoleh
status sebagai WNI dalam UU Kewarganegaraan.Dalam Pasal 4 huruf c UU
Kewarganegaraan menyatakan: ”Warga Negara Indonesia adalah: anak yang lahir dari
perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan Ibu Warga
Negara Asing”. Selanjutnya, Pasal 4 huruf d menyatakan: ”Warga Negara Indonesia
adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Asing dan ibu Warga Negara Indonesia”. Selanjutnya dalam Pasal 6 ayat 1
menyatakan: ”Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i dan Pasal 5
berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah 18 (delapan belas) tahun atau
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya”. Dari Pasal 6 ayat 1 UU Kewarganegaraan tersebut di atas
maka kewarganegaraan ganda anak dalam suatu perkawinan campuran bersifat
terbatas sampai pada usia 18 tahun saja, kemudian dia diberi waktu 3 tahun untuk
memilih apakah akan menjadi WNI atau WNA.
Masalah kewarganegaraan seseorang tidak hanya terbatas pada paspor serta
izin tinggal di suatu negara tetapi mempunyai implikasi yang lebih jauh yaitu juga
meliputi hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang harus dijalaninya. Dalam
Hukum Perdata Internasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pasal 16 AB
bahwa kewarganegaraan seseorang menentukan hukum yang berlaku baginya di
bidang status personal yaitu meliputi hubungan-hubungan kekeluargaan seperti
hubungan antara suami istri, ayah dan anak, perwalian termasuk soal-soal yang
bertalian dengan perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian, status di bawah
umur dan lain-lain. Anak-anak berkewarganegaraan ganda, dengan memiliki paspor
sebagai WNI belum cukup diterapkan hukum Indonesia terhadap status personalnya,
bila anak tersebut tidak berdomisili dalam arti mempunyai habitual residence di
Indonesia. Oleh sebab itu, terhadap anak yang mempunyai kewarganegaraan ganda,
status personalnya diatur oleh hukum domisili dalam arti habitual residence anak

135
tersebut yang jatuh bersamaan dengan kewarganegaraan Indonesia. Bila anak yang
berkewarganegaraan ganda mempunyai domisili di luar negeri dan hendak menikah di
dalam wilayah Republik Indonesia ia diperlakukan sama dengan WNA. Bilamana
anak yang berkewarganegaraan ganda memperoleh warisan dari salah satu
orangtuanya berupa tanah hak milik, maka hak anak tersebut tentunya tidak hapus.
Akan tetapi ia harus menunggu sampai usianya mencapai 18 (delapan belas) tahun,
kemudian memilih menjadi WNI barulah ia dapat memiliki haknya sesuai peraturan
yang berlaku. Alternatif lain yang dapat ditempuh oleh anak - anak yang
berkewarganegaraan ganda yaitu melalui penurunan hak, misalnya dari hak milik
menjadi hak pakai, namun dalam praktek cara ini jarang dipakai.

136
TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

”STATUS KEWARGANEGARAAN ANAK DARI HASIL


PERKAWINAN CAMPURAN SEBAGAI AKIBAT PERCERAIAN
ORANGTUANYA”

(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta)

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ADE LUTHFI

NIM : PO714203191.022

KELAS :A

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020

Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran, adalah
masalah kewarganegaraan orang tua dan anak. Seorang laki-laki dan perempuan
137
yang berbeda kewarganegaraan, kemudian menikah akan mengalami perubahan
kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perubahan
kewarganegaraan tersebut termuat pada Pasal 26 ayat (1) dan (2) UU Nomor 12
tahun 2006, sebagai berikut:

(1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki Warga Negara
Asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara
asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai
akibat perkawinan tersebut.
(2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan Warga Negara
Asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara
asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai
akibat perkawinan tersebut.

Berkaitan dengan status dan kedudukan hukum anak dari hasil perkawinan
campuran, mengingat dengan diberlakukannya Undang-undang No.12 tahun 2006
tentu membawa konsekuensi-konsekuensi yang berbeda dengan Undang-undang
yang terdahulu, di mana seorang anak sudah terlanjur dilahirkan dari suatu
perkawinan campuran. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal
kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-undang ini
merupakan suatu pengecualian. Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak, maka
hilangnya kewarganegaraan ayah atau ibu (apabila anak tersebut tidak punya
hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomatis menyebabkan
kewarganegaraan anak menjadi hilang. Anak yang lahir dari hasil perkawinan
campuran dan terdaftar sebagai WNA, umumnya akan mengalami kesulitan ketika
ayahnya yang WNA bercerai dengan ibunya yang WNI karena Pengadilan dari
suami yang berkewarganegaraan lain akan menyerahkan tanggung jawab
pengasuhan kepada ayahnya. Hal ini tentu saja akan membuat kondisi anak dan
ibunya dalam keadaan yang sulit. Sementara itu, jika mereka memilih bermukim di
Indonesia, perangkat hukum keimigrasian secara substansif tidak mengatur orang
asing dalam perkawinan campuran ini. Ayah dan anak tersebut diperlakukan kurang
lebih lama dengan orang asing lainnya.
Pertimbangan Hakim dalam Menentukan Pembuktian Perkara Status Hukum
Anak pada Perkawinan Campuran Sebagai Akibat Perceraian

138
Perceraian berdasarkan putusan Nomor: 0347/Pdt.G/2010/PA.Ska, yang telah
ditetapkan oleh hakim telah menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum yang timbul
dari perceraian dapat meliputi tiga aspek, yaitu: aspek sosial, aspek hukum dan
aspek agama. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, putus perkawinan
karena perceraian mempunyai akibat hukum terhadap anak, bekas suami/istri dan
harta bersama. Pengaturan terhadap anak-anak akibat perceraian ini lebih
membutuhkan perhatian khusus apabila dibandingkan dengan masalah pengaturan
harta kekayaan dalam suatu perkawinan. Atas dasar untuk kepentingan anak,
khususnya dalam status kewargaan negara setelah orang tuanya yang beda
kewargaan negara melakukan perceraian. Hakim sebagai orang yang berkuasa
dalam memberikan keputusan perceraian pada pasangan yang berbeda agama
didasarkan pada alasan pemohon meminta cerai dengan termohon dan pada bukti-
bukti yang diajukan dalam perceraian yaitu pertimbangan alasan perceraian dan
pertimbangan bukti dan saksi.
Apabila terjadi sengketa antara suami istri dan bermaksud mengakhiri perkawinan
dapat diselesaikan dengan dasar hukum ikatan perkawinan tersebut dilakukan. Jika
ikatan perkawinan tersebut dilangsungkan berdasarkan hukum Islam, kemudian
pada saat sengketa terjadi salah seorang telah melakukan perselingkuhan, maka
yuridiksinya tunduk kepada Pengadilan Agama dan hukum yang berlaku tetap
hukum Islam.

Pertimbangan Hakim dalam Menentukan Putusan Terhadap Peristiwa


Perceraian dan Status Anak Permasalahan yang kedua yaitu membahas tentang
pertimbangan hakim dalam menentukan putusan terhadap peristiwa yang telah
terbukti difokuskan pada pertimbangan hakim dalam menentukan putusan tentang
status kewarganegaraan anak dari hasil perkawinan campuran sebagai akibat
perceraian orangtuanya. Putusan hakim untuk menyelesaikan suatu perkara yang
diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang memperhatikan tiga
nilai unsur yaitu:
a. Yuridis (kepastian hukum), mengenai kewarganegaraan anak hasil perkawinan
campuran, diatur pula dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Anak
No. 23 Tahun 2002, di mana dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa anak hasil
perkawinan campuran berhak memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunya.
Adapun bunyi Pasal tersebut adalah : Jika terjadi perkawinan campuran antara

139
Warga Negara Republik Indonesia dan Warga Negara Asing, anak yang dilahirkan
dari perkawinan tersebut berhak memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau
ibunya sesuai dengun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Begitu pula dalam hal terjadi perceraian atau ayahnya yang meninggal, maka demi
kepentingan terbaik anak, sang ibu dapat mengajukan permohonan
kewarganegaraan anaknya (Pasal 29 ayat (3) UU No. 23 tahun 2002). Penjelasan
UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Indonesia menyebutkan untuk
memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat UUD 1945 sebagaimana
tersebut di atas, Undang-Undang ini memperhatikan azas-azas kewarganegaraan
umum atau universal, yaitu asas Ius Sanguinis, Ius Soli dan Campuran. Ius
Sanguinis (Law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan Negara tempat kelahiran.
Asas Ius Soli (Law of the Soil) secara terbatas adalah yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan Negara tempat kelahiran. Warganegara
RI menurut UU No 12 Tahun 2006 adalah : berdasarkan asas Sanguinis yaitu anak
yang lahir dari perkawinan yang sah di mana ayah dan ibu adalah WNI, Ayah WNI
dan Ibu WNA.7
b. Nilai sosiologis (kemanfaatan), kepastian hukum menekankan agar hukum atau
peraturan itu ditegaskan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau
peraturannya. Adapun nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan bagi
masyarakat. Dalam rangka itu, sebagai upaya mengkaji putusan hakim dengan
mempergunakan optik sosiologi hukum, akan didasarkan pada pendapat beberapa
pakar sosiologi hukum, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alvin S.Johnson8
yang mengutip pendapat Dean Rescoe Pound yang mengutarakan bahwa; besar
kemungkinan kemajuan yang terpenting dalam ilmu hukum moderen adalah
perubahan pandangan analitis ke fungsional. Sikap fungsional menuntut supaya
hakim, ahli hukum dan pengacara harus ingat adanya hubungan antara hukum dan
kenyataan sosial yang hidup, dan tetap memperhatikan hukum yang hidup dan
bergerak, sebab biang ketidakadilan adalah konsep-konsep kekuasaan yang
sewenang-wenang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh hakim Benjamin Cardozo ia
melukiskan pembatasan logikanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sosiologis yang terjadi dalam proses pengadilan dewasa ini. Keterangan yang
dimaksudkan bahwa kehidupan hukum tidak berdasarkan logika, melainkan
pengalaman. Pengalaman nyata dari kehidupan sosial yang tidaklah mungkin
140
diabaikan dalam setiap proses Pengadilan, jika tidak menginginkan proses tersebut
sebagai permainan kata-kata.
c. Filosofis (keadilan), perkara hukum yang menyangkut kepentingan anak, Hakim
sebelum memutuskan siapa yang berhak atas “kuasa asuh anak” dapat meminta
pendapat dari si anak. Hal ini juga tidak terlepas dari kewajiban Hakim untuk
memutus suatu perkara dengan seadil-adilnya dengan menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan sebagai bahan perimbangan hakim,
penetapan pengadilan tidak memutus hubungan darah antara anak dan orang tua
kandungnya dan atau tidak menghilangkan kewajiban orang tua kepada si anak
maka tidak ada alasan salah satu orang tua menolak kunjungan orang tua yang lain
untuk bertemu dengan si anak. Praktek hukumnya, pembagian waktu berkunjung
atau waktu bercengkrama orang tua dan si anak dilakukan berdasarkan
kesepakatan di antara kedua orang tua. Dapat ditarik beberapa kesimpulan
berkaitan dengan status hukum kewarganegaraan hasil perkawinan campuran dan
perlindungan bagi anak hasil perkawinan campuran, yaitu: Pertimbangan hakim
dalam memutuskan perakara cerai talak berdasarkan bukti surat dan saksi. Bukti
surat adalah bukti yang berupa tulisan yang berisi keterangan tentang suatu
peristiwa, keadaan, atau hal-hal tertentu. Bukti surat pada proses perceraian dalam
temuan data adalah bukti surat berupa akta otentik. Pertimbangan hakim dalam
menentukan putusan terhadap peristiwa yang telah terbukti difokuskan pada
pertimbangan hakim dalam menentukan putusan tentang status kewarganegaraan
anak dari hasil perkawinan campuran sebagai akibat perceraian orangtuanya.Ada
tiga nilai unsur yaitu yuridis (kepastian hukum), nilai sosiologis (kemanfaatan), dan
filosofis (keadilan).
a. Pertimbangan dalam Menerapkan Penalaran Yuridis

Berdasarkan bukti surat status kewarganegaraannya kedua anak hasil pernikahan


antara pemohon dan termohon belum mumayyiz (belum dewasa), sehingga kedua
anak tersebut dalam pemeliharaan ibunya (tergugat). Selain itu bukti tertulis dua
anak sudah menjadi warga negara Indonesia, yaitu anak pertama Lana Moon
dengan keputusan Nomor M.2004-Hl.03.01 tahun 2007 dan untuk anak kedua Lisa
Mae dengan Nomor M.2005-HL.03.01 tahun 2007 tetanggal 25 Juli 2007. Adanya
bukti satatus kewarganegaraan tersebut secara jelas menerangkan bahwa

141
kewarganegaraan hasil pernikahan campuran yang telah bercerai berstatus warga
Negara Indonesia.

b. Pertimbangan Sosiologis
Pertimbangan sosiologi atau kemanfaatan hakim dalam memutuskan peristiwa yang
telah terbukti dalam perkara status hukum anak dalam perkawinan campuran
sebagai akibat perceraian adalah dalam hak asuh anak. Keputusan hakim
menentapkan termohon sebagai orangtua yang berhak mengasuh anak mengingat
usia anak belum dewasa (Lana Moom 13 tahun dan Lisa Mae 7 tahun). Surat
Keputusan Menteri Agama RI No. 154 Tahun 1991. Dalam surat itu dinyatakan
bahwa hak asuh anak yang berusia di bawah 12 tahun (atau yang disebut
mumayyiz), sebaiknya diberikan kepada ibunya.

c. Pertimbangan Keadilan
Pertimbangan keadilan hakim yaitu memberikan hukuman kepada pemohon untuk
memberikan nafkah kepada termohon dan kedua anak a quo senilai 100 (seratus)
gram emas murni setiap bulan. Sejak permohonan cerai talak ini diajukan ke
Pengadilan Agama Surakarta sampai dengan mendapat Putusan tetap. Pemohon
membayar nafkah terhutang senilai 300 (tigaratus) gram emas murni dan nafkah
Iddah dan Mut’ah yang untuk nafkah iddah besarnya sama untuk tiap bulannya yaitu
senilai 100 (seratus) gram emas murni dan Mut’ah senilai 100 (seratus) gram emas
murni. Demi menunjang pendidikan anak-anak maka sepatutnyalah anak-anak
tersebut diberikan uang pertanggungan asuransi pendidikan dan kesehatan
sejumlah Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) untuk kedua anak.

142
KASUS KEWARGANEGARAAN

“Kewarganegaraan Ganda Manohara Odelia Pinot”

Oleh:

MUTMAINNA KARTIKA PUTRI

PO7142003191.023

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PRODI SARJANA TERAPAN (D.IV)

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020

Manohara Odelia Pinot (lahir Manohara Odelia Manz di Jakarta, Indonesia pada 28
Februari 1992) adalah model Indonesia. Dia memegang kewarganegaraan ganda Indonesia
dan Amerika dan merupakan keturunan campuran Kaukasia dan Bugis Indonesia. Dia

143
menikah dengan pangeran Kelantan Malaysia Tengku Muhammad Fakhry Petra pada 26
Agustus 2008.
Ibunya, Daisy, sebelumnya menikah dengan Edy, seorang Indonesia, diikuti oleh
Amerika George Manz, yang merupakan ayah biologis Manohara. Pernikahan itu bubar pada
1994 dan Daisy kemudian menikahi Juergen Reiner Noack-Pinot, seorang warga negara
Jerman, yang nama keluarga Manohara diadopsi.
Daisy melarikan diri dari Prancis pada 2007 dengan Manohara dan putri lainnya Dewi
setelah putri angkatnya, Saliha, membuat laporan polisi terhadap Daisy dan Pinot dengan
tuduhan pelecehan seksual dan pelecehan fisik. Daisy dipenjara 18 bulan in absentia
sementara Pinot mendapat empat bulan. Dia masih menjadi wanita yang dicari di Prancis
karena "menyerahkan orang yang rentan dan tergantung pada kondisi kerja yang tidak
bermartabat dan penyerangan sejak 1998".
Manohara mendapat perhatian luas dari media Indonesia pada pertengahan April 2009
ketika ibunya, Daisy Fajarina, menuduh bahwa Tengku Fakhry, pangeran Kelantan Malaysia
dan suami Manohara, menculik Manohara. Manohara bertemu dengan Tengku Fakhry pada
bulan Desember 2006 pada jamuan makan malam yang diadakan oleh Wakil Perdana Menteri
Malaysia. Meskipun ada beberapa masalah seperti tidak adanya wali nikah (saksi hukum) dan
tidak ada surat hukum dari Kedutaan Besar Indonesia, Tengku Fakhry menikah dengan
Manohara yang berusia 16 tahun di Malaysia pada tanggal 26 Agustus 2008.
Selama tinggal di Kelantan, Manohara dikatakan telah mengalami pelecehan fisik dan
mental dari suaminya. Akibatnya, ia diam-diam kembali ke Indonesia melalui Singapura.
Upaya Tengku untuk merayu punggungnya tidak berhasil. Dia membeli sebuah mobil untuk
Manohara sebagai hadiah ulang tahun pada bulan Februari 2009, dan juga mengundang
Manohara, ibu dan saudara tirinya untuk berziarah ke Mekah. Pada 9 Maret 2009 setelah
berziarah ke Mekah, ibu Manohara dan Dewi Sri Asih (saudara tiri Manohara) ditinggal di
bandara di Mekah. Daisy memohon bantuan pemerintah Indonesia dan Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk mendapatkan kembali putrinya yang diculik.
Masalah ini mendapat perhatian yang lebih besar ketika Perdana Menteri Malaysia
Najib Tun Razak menghindari pertanyaan tentang dugaan penculikan Manohara oleh
pangeran Malaysia ketika ia bertemu dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
di Jakarta pada 23 April 2009. Ibu dari model yang hilang mengadakan konferensi pers di
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Jakarta. Dia mengeluh bahwa pihak
berwenang Malaysia telah menghentikannya pergi ke Malaysia untuk memeriksa kondisi
putrinya. Keadaan telah dibandingkan dengan kasus Altantuya Shaariibu. Pemerintah
Indonesia menuntut pemerintah Malaysia menjelaskan mengapa seorang wanita Indonesia
ditolak masuk untuk melihat putrinya di tengah klaim pelecehan yang dilakukan oleh
suaminya dari keluarga kerajaan Malaysia.

Pada hari Minggu, 31 Mei 2009 Manohara melarikan diri dari otoritas Sultan
Kelantan di Singapura dan kembali ke Indonesia bersama ibunya. Keluarga kerajaan
Manohara dan Kelantan berada di Singapura untuk menemani Sultan Kelantan saat ia
mencari perawatan medis di sana. Daisy Fajarina berada di Singapura untuk bertemu
putrinya, dan Manohara memanggilnya untuk memberi tahu dia nama hotel tempat dia

144
tinggal. Ketika Manohara mencoba melarikan diri dari hotel, pengawal Kelantan berusaha
untuk menghentikannya di lantai 3 tempat Sultan tinggal. Dengan bantuan dari Kedutaan
Besar AS, Manohara mencapai Bandara Changi dan akhirnya berhasil kembali ke Indonesia
bersama ibunya. Pada konferensi pers TV pada tanggal 31 Mei 2009, Manohara
membenarkan tuduhan ibunya bahwa suaminya, Tengku Fakhry, telah melecehkannya baik
secara emosional maupun fisik. Manohara juga menyatakan bahwa dia tidak akan kembali ke
Kelantan, juga menyatakan kesediaannya untuk mengajukan perceraian dari Tengku Fakhry.
Di media, Pangeran Fakhy telah dibandingkan dengan seorang psikopat karena
obsesinya terhadap seorang wanita, pelecehan dan penutupan. Aktivis hak-hak perempuan
Ratna Sarumpaet, yang sebelumnya menawarkan bantuan kepada Manohara, menarik
tawaran itu, dengan alasan Manohara dan Daisy tidak memiliki tekad yang kuat dalam
mengejar kasus ini. Pengacara O.C. Kaligis, yang menawarkan penasihat hukumnya, juga
menarik diri dari mewakili Manohara, dengan alasan kesulitan dalam mengumpulkan bukti
dan kerja sama. Kasus itu kemudian diambil oleh pengacara Hotman Paris Hutapea.
Kementerian Luar Negeri Indonesia menawarkan diri untuk membantu dan
mempersiapkan untuk mengajukan laporan kepada polisi Malaysia atas nama Manohara,
asalkan dia memberikan semua bukti yang diperlukan. Polisi Indonesia juga menyarankan
Manohara untuk membuat laporan polisi di Malaysia dengan bantuan Kementerian Luar
Negeri. Namun, Manohara tidak menerima tawaran itu, membingungkan pihak berwenang
Indonesia, yang mulai curiga ada sesuatu yang salah. Mereka juga gagal mempublikasikan
atau memberikan laporan medis kepada pengacara Malaysia, yang mengakibatkan pengacara
mereka, Fakrul, mengajukan permohonan untuk melepaskan diri dari kasus tersebut.
Kasus ini melibatkan ayah biologis Manohara dan ayah tirinya ketika Daisy memberi
tahu media Indonesia bahwa Pinot berada di Jakarta untuk memberikan dukungan kepada
Manohara atas laporan baru-baru ini bahwa Manz memihak Pangeran Fakhry. Pinot juga
berencana membawa Manohara ke Eropa untuk melanjutkan pendidikannya di bidang seni
dan ekonomi. Ayah biologis Manohara, George Manz menganggapnya sebagai ide yang
buruk, karena Pinot dituduh melakukan pelecehan seksual dan mengancam akan melibatkan
Departemen Luar Negeri AS karena Manohara yang saat itu berusia 17 tahun adalah warga
negara AS.
Saliha kembali ke Indonesia setelah lebih dari 10 tahun untuk membawa ibu
angkatnya Daisy Fajarina ke pengadilan. Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda
membenarkan bahwa ia telah menerima laporan dari Konsulat Jenderal di Marseilles, Prancis,
meminta pemerintah Indonesia membantu Daisy untuk menjalani hukuman.
Kasus hukum di bawah ini semata-mata didasarkan pada gugatan yang diajukan
Fakhry di negara asalnya Malaysia, di mana Fakhry memiliki banyak koneksi dan kekuasaan
politik. Jika Manohara telah kembali ke Malaysia atau menghadiri kasus-kasus pengadilan, ia
menghadapi ancaman menjadi diculik dari kebebasannya lagi atau meminjamkan kredibilitas
ke gugatan yang sangat bias. Ia dianggap cerdas dan bijaksana agar tidak hadir. Manohara
telah menantang pangeran Fakhry untuk mengajukan gugatan lain di negara asalnya,
Indonesia, di mana koneksi dan pengaruhnya tidak akan mengarah pada hasil yang bias.
Di pengadilan Malaysia, Manohara Odelia Pinot telah diperintahkan untuk kembali
kepada suaminya Tengku Temenggong dari Kelantan, Tengku Muhammad Fakhry, Sultan

145
Ismail Petra, dan membayarnya RM1.2 juta yang ia pinjam dari dia setelah gagal mengajukan
pembelaan atau menghadiri kasus pengadilannya. Jika Manohara tidak kembali kepada
suaminya, ia dianggap derhaka (tidak loyal) dan nyusyuz (bandel) dan karenanya, tidak
pantas mendapatkan apa pun dari suaminya.
Pengadilan tidak dapat menerima argumen bahwa jumlah RM1.112.250 adalah hadiah
dari Tengku Muhammad Fakhry, berdasarkan tidak adanya penampilan di pengadilan
Manohara selama persidangan. Tengku Fakhry selalu berpendapat bahwa uang bukan
masalah dan itu tentang martabat dan reputasinya. Dia mengatakan dia dipaksa untuk
memulai proses hukum untuk membersihkan namanya karena tuduhan pelecehan fisik dan
seksual tidak berdasar dan dimaksudkan untuk meremehkannya di mata para anggota
keluarga kerajaan, pemerintah dan masyarakat.
Ibunya, Daisy Fajarina mengatakan bahwa keluarganya siap menghadapi konsekuensi
mengabaikan perintah pengadilan termasuk Manohara kehilangan hak istimewanya sebagai
Cik Puan Temenggong Kelantan, dan mereka juga tidak akan membayar kembali apa yang
disebut utang RM1 juta.
Masalah diatas merupakan salah satu contoh kasus kewarganegaraan yang terjadi di
Indonesia. Kewarganegaraan adalah sebuah keanggotaan yang memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik di dalam sebuah kesatuan politik atau Negara yang
diberikan kepada orang terebut, kewarganegaraan itu diatur dalam sebuah undang-undang
No. 12 tahun 2006 yang ditetapkan tanggal 1 Agustus 2006. Undang-undang tersebut
menerangkan asas kewarganegaraan. Sedangkan asas kewarganegaraan memiliki pengertian
asas yang dimana mendasari kepemilikian kewarganegaraan seseorang.
Dari asas kewarganegaraan tersebut kita dapat mengenal asas ius soli yang dimana
kewarganegaraan masyarakat tersebut ditentukan karena berdasarkan tempat lahir, ada juga
ius sanguinis yang menentukan kedudukan masyarakat tersebut ditinjau dari keturunan , dan
yang terakhir yaitu naturalisasi kedudukan masyarakat tersebut didasari karena permohonan
izin atau pemberian.
Akan tetapi masih banyak sekali warga negara Indonesia yang melanggar ketentuan
tersebut sebagai masyarakat berkedudukan ganda. Di Indonesia hal seperti ini beberapa kali
terjadi pada masyarakat, public figure, sampai pejabat. Adapun contoh salah satu contoh
kewarganegaraan ganda di Indonesia.
Kasus kewarganegaraan ganda Manohara Odelia Pinot bebrapa tahun lalu terdapat
berita yang viral yang menghebohkan yaitu cerita seorang gadis belia yang berkedudukan di
Indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri Jiran Malaysia yang hidup bersama
dengan suaminya di negara Malaysia. Yang kita ketahui tidak ada yang salah dengan cerita di
atas.
Akan tetapi cerita tersebut berubah menjadi cerita penculikan dan penganiayaan dari
kejadian tersebut Manohara Odelia Pinot mengkritik pemerintah Indonesia karena baginya
pemerintah tidak memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia yang berada di
luar negeri yang tercantum di UU No 12 tahun 2006. Akan tetapi jika ditelusuri seluk beluk
dari riwayat Manohara sendiri kasus yang terjadi ini berkaitan dengan masalah
kewarganegaraan yang di miliki oleh Manohara.

146
Manohara diketahui ternyata memiliki kewarganegaraan ganda dari pernikahan kedua
orang tuanya, ibunya yang merupakan WNI dan ayahnya yang berwarga negara asing. Jika
mengunakan asas iou soli, Manohara lahir dan dibesarkan di negara Indonesia. Seharusnya
Mohana menjadi warga negara Indonesia saat berusia 18 tahun atau sudah menikah.
Akan tetapi saat masalah itu terjadi Manohara berusia 17 tahun dan pada saat itu
masih memiliki dua kewarganegaran dan memohon perlindungan dari Indonesia.hal ini
melanggar hukum di Indonesia, dikarenakan Indonesia sendiri tidak menerima sistem
kewarganegaraan ganda bagi warga negara yang sudah memenuhi syarat.
Dan Indonesia memiliki sistem perlindungan warga negara yang berada di luar negeri
hanya diberikan kepada warga negara Indonesia yang bekerja dan menempuh pendidikan
diluar negeri. Bukan untuk seseorang yang diperistri oleh warga negara asing dan tinggal
menetap diluar.
Juga diketahui bahwa ayah biologi Manohara adalah seorang warga Prancis yang
memilliki kewarganegaraan Amerikat Serikat. Sedangkan ayah tiri Manohara yang
memberikan tambahan nama belakang Pinot di nama Manohara adalah seorang
berwarganegara Jerman. Dengan kondisis seperti ini, maka masalah Manohara dapat di ambil
dari kependudukan ganda berdasarkan keturunan ayahnya. Ayah Manohara juga meminta
bantuan kepada negra Amerika Serikat untuk menanganai kaus tersebut karena Manohara
juha memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat.
Jadi kewarganegaraan seseorant yang memiliki kewarganegaraan ganda harus
memutuskan kewarganegaraan apa yang akan dipilih dari salah satu kewarganegaraan saat ia
berusia 18tahun atau sudah menikah, Manohara pada saat itu berumur 17 akan tetapi ia sudah
menikah jadi Manohara pada saat itu sebenarnya sudah bisa memilih kewarganegaraan. Jadi
kewarganegaraan Manohara juga bisa menjadi kewarganegaraan Malaysia karena suaminya
memiliki kewarganegaraan Malaysia. Status kewarganegaraan ini menghambat pihak yang
berwenang untuk mengambil langkah hukum. Dikarenakan juga kasus ini juga menyangkut
2 negara, sehingga penanganan masalah ini tidak bisa dilakukan secara sepihak.
Delik atau Tindak Pidana yang dituduhkan oleh Manohara terhadap suaminya.
Sepengetahuan saya yang tidak mengikuti secara detail kasus ini. Namun, sepintas saya
mendengar atau membaca bahwa tindak pidana yang disangkakan kepada suaminya Putra
Raja Kelantan Malaysia adalah:
 Penganiayaan.
 Penyekapan.
 Pemerkosaan.
 Berbagai perbuatan yang tidak menyenangkan lainnya.
 Tindak pidana yang dituduhkan tersebut terjadi dalam sebuah keluarga, yaitu
oleh suami terhadap istri.
 Dalam Hukum Indonesia tindak pidana yang dituduhkan tersebut termasuk
kategori Tindak Pidana Umum di mana penyidik tunggalnya adalah Polri.
Dalam penanganan kasus pidana tersebut hanya dapat dilakukan oleh Pihak
Kepolisian yang wewenang/jurisdiksinya mencakup wilayah tempat kejadian
perkara/kasus yang dituduhkan tersebut setelah menerima laporan resmi dari
Korban dengan disertai bukti-bukti dan saksi saksi.

147
Locus Delicti atau Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tempat Kejadian Perkara yang
dituduhkan oleh Manohara adalah di Negara Malaysia, yang berada di luar jurisdiksi hukum
nasional dan aparat kepolisian Indonesia. Jadi dalam kasus yang menimpa Manohara ini,
yang bisa menangani perkara tersebut adalah Kepolisian Diraja Malaysia karena Tempat
Kejadian Perkara ini adalah di Malaysia. Kepolisian Indonesia hanya dapat melakukan
penyidikan terhadap tindak pidana yang dilakukan di wilayah hukum negara Indonesia
termasuk Kedutaan Besar RI di luar negeri, di atas kapal berbendera Indonesia, atau terhadap
tindak pidana yang dianggap mengancam kedaulatan negara yang dilakukan di luar negeri.
Manohara dan keluarga seharusnya berterima kasih kepada Mabes Polri yang mau menerima
Laporan Ibunya Manohara dan sempat melakukan pemeriksaan. Seandainya saya adalah
Petugas Kepolisian yang bertugas di bagian penerimaan Laporan/Pengaduan Mabes Polri,
secara tegas saya akan menolak laporan tersebut karena kasusnya di luar jurisdiksi kepolisian
Indonesia.
Manohara dapat meminta visum kepada Dokter Forensik? Secara harafiah visum et
repertum adalah apa yang dilihat dan apa yang diketemukan. Tetapi, pengertian peristilahan,
keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan apa yang diketemukan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap seseorang yang luka atau meninggal dunia (mayat).
Prosedur permintaan visum ini, sebagai berikut: Permohonan harus dilakukan secara
tertulis, oleh pihak-pihak yang diperkenankan untuk itu. Alasannya karena permohonan
visum ini berdimensi hukum, artinya dokter tidak boleh dengan serta merta melakukan
pemeriksaan terhadap seseorang yang luka, yang terganggu kesehatannya atau pun seseorang
yang mati karena tindak pidana atau tersangka sebagai korban tindak pidana.
Permohonan ini harus diserahkan oleh penyidik bersamaan dengan korban, tersangka,
dan juga barang bukti kepada dokter ahli kedokteran kehakiman. Alasannya untuk dapat
menyimpulkan hasil pemeriksaannya, dokter tidak dapat melepaskan diri dari dengan yang
lain. Artinya peranan alat bukti yang lain selain korban mutlak diperlukan.
Pihak-pihak yang berwenang meminta bantuan ahli kedokteran kehakiman dalam
kaitannya dengan persoalan hukum yang hanya dapat dipecahkan dengan bantuan ilmu
kedokteran kehakiman:
 Hakim pidana, melalui jaksa dan dilaksanakan oleh penyidik
 Hakim perdata, meminta langsung kepada ahli kedokteran
 Hakim pada Pengadilan Agama
 Jaksa penuntut umum
 Penyidik
Peran Pengacara/Advokat Indonesia yang mendampingi Manohara dan keluarga.
Berdasarkan uraian singkat di atas sudah saya jelaskan bahwa Tindak Pidana yang
dituduhkan adalah dilakukan di Malaysia dan yang berwenang untuk menangani perkaranya
adalah Kepolisian Malaysia. Jadi dalam hal ini tugas/fungsi Pengacara/Advokat hanyalah
sebatas memberikan nasihat-nasihat hukum yang berguna bagi Manohara sesuai/berdasarkan
pertauran hukum yang berlaku. Bukannya malah memberikan nasihat yang malah justru akan
menjerumuskan Manohara.

148
Bisakah Manohara pemperkarakan kasus ini ke Mahkamah Internasional
(International Court Of Justice) di Jenewa Swiss? Dalam beberapa press conference jelas-
jelas Manohara, Ibunya, dan pengacaranya menyatakan mengancam akan memperkarakan
kasus ini ke Mahkamah Internasional di Jenewa Swiss apabila Kepolisian Indonesia dan
Kepolisian Malaysia tidak menanggapi secara serius kasus yang menimpa Manohara tersebut.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bisakah Manohara memperkarakan kasus
tersebut ke Mahkamah Internasional?
Mahkamah Internasional adalah peradilan untuk negara seperti yang telah disebutkan
dalam Pasal 34 ayat 1 Statuta Mahkamah yang menyatakan bahwa: "Only states may be
parties in cases before the Court". Dengan demikian berarti bahwa perseorangan, badan
hukum, serta organisasi internasional pada umumnya tidak dapat menjadi pihak untuk
berperkara di muka Mahkamah Internasional.
Untuk organisasi internasional adalah suatu perkecualian, berdasarkan advisory
opinion tanggal 11 April 1949 Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Perserikatan
Bangsa-Bangsa dipandang sebagai person yang mampu untuk mengadakan klaim atau
gugatan terhadap negara. Hal itu adalah satu-satunya perkecualian dari prinsip bahwa
organisasi internasional pada umumnya tidak dapat atau tidak diberi hak untuk menjadi pihak
dalam perkara kontradiktor.
Jadi dalam hal ini sudah jelas bahwa Manohara adalah seorang individu perorangan
dan berarti tidak bisa mengajukan perkara ke Mahkamah Internasional. Mahkamah
Internasional hanya biasa menerima kasus tersebut apabila kepentingan Manohara tersebut
diwakili oleh Negara Indonesia dan yang menjadi pihak yang diperkarakan yaitu Suaminya
Manohara diwakili oleh Negara Malaysia, seperti yang dilakukan oleh Libya yang
memperkarakan Amerika Serikat, Inggris, dan Skotlandia ketika membela kepentingan
Warga negaranya yang dituduh terlibat dalam peristiwa jatuhnya pesawat Pan Am di
Skotlandia yang terkenal sebagai kasus Lockerbie.
Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kasus Manohara ini
sudah 'pantas' untuk dibela mati-matian oleh Pemerintah Indonesia seperti yang dilakukan
oleh Pemerintah Libya tersebut?

Status kewarganegaraan Manohara dalam kaitannya dengan masalah perlindungan


terhadap WNI di luar negeri. Dalam beberapa kali press conference, Manohara menyatakan
kekecewaannya terhadap Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia dan Singapura yang
dianggap tidak "melindungi" dirinya yang merupakan WNI. Terhadap hal ini perlu diperjelas
status kewarganegaraan Manohara. Apakah masih WNI atau telah menjadi Warga Negara
Malaysia mengingat dia telah menikah dengan Warga Negara Malaysia. Dan, mengenai
perlindungan terhadap WNI yang dikeluhkan oleh Manohara tersebut, menurut saya tugas
utama KBRI di luar negeri adalah melindungi WNI yang berada di luar negeri sebagai TKI,
pelajar/mahasiswa, turis, dan lain-lain status di mana WNI tersebut tidak tunduk atau terikat
dalam hukum privat negara tersebut.
Sedangkan Manohara adalah WNI yang telah menikah dengan Warga Negara
Malaysia. Pernikahannya pun dilakukan di Malaysia. Tentunya dia terikat dengan Hukum
Perkawinan Malaysia dan Hukum Kewarganegaraan di Malaysia. Apalagi fakta menyebutkan

149
bahwa ternyata Manohara memiliki dua kewarganegaraan yaitu WNI dan Amerika Serikat
(dan mungkin juga WN Malaysia apabila ternyata Undang-Undang Kewarganegaraan
Malaysia dan Undang-Undang perkawinan mengaturnya). Berarti Manohara telah melanggar
Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia karena Indonesia tidak menganut Dwi
Kewarganegaraan atau kewarganegaraan ganda.

Dalam Pasal 23 c Undang-Undang No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan diatur bahwa


apabila seseorang WNI mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku di negara
lain atas namanya, maka WNI tersebut dapat kehilangan kewarganegaraannya.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

150
“STATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA BAGI
PENDUKUNG ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA)”

Nama : Ni Luh Lita Desmianti


Nim : PO714203191.024
Kelas : D.IV A TK 1
Nama Dosen : Drs. H. Muh Nasir,M.Pd.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020

BAB 1

151
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur yang ada dalam suatu negara adalah warga negara. Tanpa adanya warga
negara maka suatu negara tidak akan terbentuk. Warga negara merupakan anggota sah dari
suatu masyarakat di suatu negara sehingga warga negara merupakan salah satu unsur yang
hakiki dari sebuah negara1.
Indonesia merupakan negara hukum dimana negara hukum adalah negara atau
pemerintah yang berdasarkan hukum2. Sejalan dengan hal tersebut, secara yuridis
peraturan terkait dengan kewarganegaraan Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 (selanjutnya disingkat UU RI Nomor 12 Tahun
2006) tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Salah satu hal yang diatur dalam UU
RI Nomor 12 Tahun 2006 tersebut adalah cara-cara bagaimana hilangnya status
kewarganegaraan Indonesia. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur dalam Pasal
23, Pasal 25 dan Pasal 26 UU RI Nomor 12 Tahun 2006.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas bahwa salah satu isu yang akhir-akhir ini sering
di beritakan baik di media cetak maupun media elektronik adalah berkembangnya gerakan
ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria) di Indonesia yang memunculkan wacana
pencabutan kewarganegaan Indonesia bagi WNI (Warga Negara Indonesia) yang
menudukung Gerakan ISIS. Hal itu dilakukan agar tidak ada WNI yang turut serta dalam
kegiatan ISIS. Atas dasar hal tersebut ditemukan isu hukum yaitu: “Status
Kewarganegaraan Indonesia Bagi Pendukung ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria)”
B. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara hilangnya status
kewarganegaraan Indonesia dan status kewarganegaraan WNI (Warga Negara Indonesia)
sebagai pendukung ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria).

BAB 2
PEMBAHASAN

152
A. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip – prinsip dan tata cara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian 3. Jenis penelitian yang akan dipakai dalam
makalah ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder baik berupa Peraturan Perundang-undangan
maupun buku-buku atau literatur yang relevan untuk diolah dan dianalisis.
Hasil dan Pembahasan
a. Cara Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Rakyat (people) yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya dengan
negara disebut warga negara (citizen). Warga negara secara sendiri-sendiri merupakan
subyek-subyek hukum yang menyandang hak-hak dan sekaligus kewajiban- kewajiban
terhadap negara4. Pencabutan kewarganegaraan terhadap seseorang dapat menyebabkan
seseorang kehilangan kewarganegaraan. Seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan
karena tiga hal yaitu renunciation, termination, dan deprivation. Renunciation, yaitu
tindakan sukarela seseorang untuk menanggalkan salah satu dari dua atau lebih status
kewarganegaraan yang diperoleh dari dua negara atau lebih. Termination, yaitu
penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan hukum, karena yang bersangkutan
memperoleh kewarganegaraan dari negara lain. Terakhir adalah deprivation yaitu suatu
penghentian paksa, pencabutan, atau pemecatan, dari status kewarganegaraan berdasarkan
perintah pejabat yang berwenang karena terbukti adanya kesalahan atau pelanggaran
dalam memperoleh status kewarganegaraan atau apabila orang yang bersangkutan terbukti
tidak setia atau berhianat kepada negara dan Undang-Undang Dasar 5. Mengenai
renunciation, termination, dan deprivation yang dapat mengakibatkan seseorang
kehilangan kewarganegaraan, dapat dilihat dalam Pasal 23 UU RI Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yaitu :
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri,
yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;

153
secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada Negara asing atau
bagian negara asing tersebut;
f. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
g. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau
h. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun
terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia
sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi
Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan,
sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan”

b. Status Kewarganegaraan Indonesia Terhadap Pendukung ISIS


Terkait dengan pemberitaan baik di Beritasatu.com pada hari Rabu, 6 Agustus 2014
terkait dengan WNI (Warga Negara Indonesia) yang mendukung gerakan ISIS,
memunculkan isu hukum yang dilontarkan pemerintah yaitu pencabutan kewarganegaraan
Indonesia terhadap pendukung ISIS. Mencabut kewarganegaraan WNI yang berjanji setia
kepada ISIS. 6 Jika merujuk pada Pasal 23 huruf e dan huruf f UU RI Nomor 12 Tahun
2006 menyatakan bahwa Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika
yang bersangkutan:
huruf e : “Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam
dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketenuan peraturan
perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia”
huruf f : “Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut”

Berdasarkan ketentuan Pasal diatas hal-hal yang dapat mengakibatkan seseorang


kehilangan kewarganegaraannya secara garis besar berhubungan dengan apa yang
dilakukan orang tersebut yang ada kaitannya dengan negara lain. Oleh karena itu, sebelum
menyimpulkan bahwa seseorang yang ikut kedalam gerakan ISIS dapat kehilangan dan
dicabut kewarganegaraan Indonesia oleh pemerintah, harus ditelaah terlebih dahulu
apakah ISIS tersebut merupakan entitas sebuah negara atau bukan.
Menurut Montevideo Convention on the Rights and Duties of States Tahun 1933
dalam Pasal 1 disebutkan bahwa: “the state as a person of international law should
possess the following qualifications: (a) a permanent population; (b) defined territory;

154
(c) goverment; and (d) capacity to enter into relations with the other states” yang artinya
“negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
(a) penduduk tetap; (b) wilayah tertentu; (c) pemerintah; dan (d) kemampuan untuk
melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain”.7
Jika merujuk pada ketentuan Pasal 1 Konvensi Montevideo diatas, ISIS tidak
memenuhi sebagai entitas sebagai sebuah negara. Hal itu karena ISIS tidak memiliki
penduduk yang tetap, memiliki wilayah yang permanen dan pemerintahan yang berdaulat.
Karena ISIS bukan merupakan entitas negara sehingga ketentuan pada Pasal 23 UU RI
Nomor 12 Tahun 2006 tersebut sulit diterapkan dalam kasus ISIS. Maka daripada itu
status kewarganegaraan orang Indonesia yang sebagai pendukung ISIS tidak dapat dicabut
kewarganegaraan Indonesianya.

c. Mengadili WNI Pendukung ISIS?


Pro-kontra mengenai kepulangan WNI dari Suriah karena menjadi
anggota/simpatisan ISIS hingga hari ini masih berlangsung. Kelompok politik Islam
seperti PKS dan simpatisannya ngotot ingin mereka yang berada di Suriah dapat
diterima kembali ke Indonesia. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia yang
merasakan dampak aksi terorisme menolak kepulangan mereka mengingat trauma
atas risiko kerusakan yang bakal ditanggung. Tampaknya kelompok terakhir
merupakan golongan mayoritas yang akhir-akhir semakin gencar menyampaikan
pendapat mereka ke publik.

Dalam situasi pro-kontra demikian, pemerintah tampaknya lebih memilih jalan aman
dengan mengakomodasi suara mayoritas. Meski demikian, pilihan pemerintah ini
tampaknya masih menyisakan persoalan. Meskipun Mahfud MD selaku
menkopolhukam menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memulangkan mereka,
tidak berarti persoalan menjadi selesai. Status WNI setelah bergabung dengan ISIS
tidak lantas membuat mereka secara otomatis kehilangan kewarganegaraannya.

Pertama, undang-undang di Indonesia tidak mengenal hilangnya/dicabutnya hak


kewarganegaraan seseorang yang berakibat seseorang tidak memiliki status
kewarganegaraan sama sekali (stateless). Kedua, UU Kewarganegaraan di Indonesia
memuat ketentuan tentang dicabutnya hak kewarganegaraan seseorang sebagai WNI
terkait dengan hubungan seseorang dengan negara lain. Masalahnya adalah

155
keanggotaan ISIS tidak menyebabkan pindahnya kewarganegaraan karena ISIS bukan
negara yang berdaulat.

Karena itu, langkah hukum yang akan ditempuh oleh pemerintah untuk mencabut
kewarganegaraan anggota ISIS akan mengalami banyak kendala. Berdasarkan UU
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2007 tentang Kewarganegaraan, status kewarganegaraan mereka dapat hilang
karena beberapa hal. Satu di antaranya yang mendekati ketentuan ini, bagi WNI yang
turut perang dengan ISIS adalah mereka terlibat "masuk dalam dinas tentara asing
tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden" dan "secara sukarela mengangkat sumpah
atau menyatakan janji setia kepada atau bagian dari negara asing tersebut."

Masalahnya, meskipun sebagian WNI yang berada di area pertempuran ISIS ini
sudah dilatih secara militer/paramiliter, tidak serta-merta mereka dianggap sudah
menjadi bagian dari tentara asing karena ISIS bukan negara berdaulat yang diakui
eksistensinya oleh komunitas internasional sehingga istilah "tentara asing" atau
"negara asing" sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut tidak tepat.

Dengan demikian, jika opsi yang dipilih oleh pemerintah terhadap anggota ISIS ini
adalah pencabutan hak kewarganegaraan yang didasarkan atas UU Kewarganegaraan,
maka tindakan ini justru dapat dianggap tindakan melawan hukum jika berdampak
bagi hilangnya status kewarganegaraan mereka (stateless).

Karena itu, Pemerintah Indonesia tampaknya tidak memiliki banyak pilihan kecuali
membuka kembali Undang-Undang Penanggulangan Terorisme yang baru setahun
kemarin disahkan; UU Nomor 5 Tahun 2018. Undang-undang ini memberikan
ketentuan untuk mengadili warga negara Indonesia yang terlibat langsung maupun
tidak langsung tindakan pidana terorisme baik di luar maupun di dalam negeri.

Berdasarkan UU Penanggulangan Terorisme Nomor 5 Tahun 2018, ada dua cara


yang dapat dilakukan untuk menangani mereka. Pertama, memproses para WNI yang
kini masih berada di Suriah karena terlibat kejahatan terorisme yang luar biasa yang
telah dilakukan oleh ISIS. Hampir semua negara di dunia saat ini tidak akan menolak
kejahatan besar yang dilakukan oleh ISIS. Kejahatan mereka bahkan sangat layak

156
disetarakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Meskipun sampai saat ini belum ada perbincangan di dalam hukum HAM
internasional untuk mendorong kejahatan ISIS ke internasional tribunal, namun
dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan terorisme ISIS, dan akibat-akibat yang
diderita oleh korban dari penduduk sipil saya kira sudah selevel dengan korban-
korban kejahatan terhadap kemanusiaan yang sudah diproses di pengadilan HAM
internasional: Rwanda, Bosnia, danlain-lain.

Masalahnya, seberapa jauh kesiapan Pemerintah Indonesia menyambut mereka untuk


dihadapkan di depan pengadilan pidana di Indonesia? Mahfud MD menyatakan
bahwa setidaknya ada 6.000 WNI yang akan pulang dari Suriah. Sanggupkah
pengadilan di Indonesia mengatasi antrean panjang yang bakal dimasukkan sebagai
terduga teroris? Bagaimana menyeleksi ribuan orang yang nanti digolongkan ke
dalam delik sangkaan yang berbeda-beda? Terlibat dalam aksi teroris, membantu
pendanaan, memobilisasi/melakukan pengiriman untuk tindakan teroris, dan lain-lain.

Sementara itu, persoalan yang paling krusial sebelum penyelidikan atas dugaan
tindakan terorisme dilakukan adalah akan ditempatkan di manakah para WNI yang
saat ini masih di Suriah yang kelak akan diadili di Indonesia? Bukan pekerjaan
mudah. Akan tetapi, dalam rangka penegakan hukum (rule of law) dan upaya
menjunjung tinggi hak asasi manusia, menggiring mereka melalui jalan yudisial
adalah pilihan ideal.

Keberhasilan menyelenggarakan pengadilan bagi terduga teroris dalam jumlah yang


besar akan menjadi contoh bagi negara-negara lain yang sampai saat ini masih
gamang menentukan pilihan, bahkan ada yang sudah memilih menutup rapat pintu
kantor imigrasi mereka bagi proses kepulangan warga yang terpapar ISIS.

Karena itu, catatan penting yang layak diperhatikan dalam proses hukum bagi terduga
teroris adalah seberapa jauh keamanan nasional tidak terganggu. Para pemerhati
terorisme dan ahli yang membidani isu keamanan meyakini bahwa mengundang
6.000 orang yang terpapar ideologi terorisme sama artinya dengan membawa api di
atas rumput kering.

157
Berbagai upaya deradikalisasi yang selama ini ada, upaya membalikkan doktrin yang
selama ini mereka yakini, faktanya jauh lebih sulit daripada menghadirkan mereka di
depan pengadilan. Bahkan saat mereka menjalani hukuman pun, mereka terus
mengambil kesempatan untuk menebarkan doktrin mereka.

Itulah sebabnya menjadi beralasan jika konferensi Internasional Al-Azhar, di Nasr


City pada 27-28 Januari 2020 menyatakan sikap tegas terhadap kelompok jihadis ini
dan mendorong semua negara sah untuk membasmi mereka. Dengan merujuk doktrin
Kaidah Fikih yang selama ini diyakini kelompok Sunni, "menghilangkan
kemudaratan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan (dar’ul mafasid
awla min jalbil masholihi).

Dengan kata lain, ulama-ulama yang berkumpul di Al-Azhar ini berpendapat,


menegakkan hak asasi manusia adalah hal yang penting dalam upaya mengadili
mereka, namun yang jauh lebih utama adalah jangan sampai proses itu justru
membuka celah bagi mereka untuk menebarkan ancaman dan teror yang
membahayakan keselamatan banyak orang.

BAB 3
KESIMPULAN

1. Seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan karena tiga hal yaitu renunciation,


termination, dan deprivation yang dijabarkan dalam Pasal 23 UU RI Nomor 12
Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia
2. Status kewarganegaraan orang Indonesia yang sebagai pendukung ISIS tidak dapat
dicabut kewarganegaraan Indonesianya dikarenakan hal-hal yang dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan kewarganegaraannya secara garis besar
berhubungan dengan apa yang dilakukan orang tersebut yang ada kaitannya negara
lain. Sedangkan ISIS itu bukan merupakan entitas negara.

158
“TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

Kasus KTP Ganda Diperbatasan RI-Malaysia Perlu Di Tindaki

OLEH :

NAMA : NURHALISA HASRI

NIM : PO714203191.026

HARI/TANGGAL : Kamis/ 02 Juli 2020

NAMA DOSEN : Drs. H. Muh. Nasir, M.Pd.,M.Kes

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

159
“Kasus KTP Ganda Diperbatasan RI-Malaysia Perlu Di Tindaki”

KAPUAS HULU - Warga Negara Indonesia di perbatasan Indonesia-Malaysia Kecamatan


Puring Kencana wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, rata-rata memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) ganda, yaitu dua kewarganegaraan. Mereka beralasan untuk berbagai
keperluan, terutama kebutuhan ekonomi. "Kami ada KTP Indonesia juga KTP Malaysia,
tujuannya untuk mempermudah kami berkunjung ke Malaysia, baik mencari pekerjaan
maupun menjual hasil kebun kami ke Malaysia," kata Kincu, warga Desa Merakai Panjang,
Kecamatan Puring Kencana di Puring Kencana Kapuas Hulu, Selasa (19/11).

Untuk masuk ke wilayah Malaysia, kata Kincu, sejumlah warga cukup berjalan kaki sekitar
satu jam setengah menuju Kupang Paus Negara Malaysia. Nih Wujudnya "Kami tidak perlu
pakai paspor ataupun pas merah, karena ada keluarga kami yang sudah menjadi polisi
Malaysia dan kami tidak akan ditangkap karena kami juga memiliki identitas warga negara
Malaysia," ucap Kincu yang berusia lebih dari 50 tahun.

Ketika negara Malaysia melaksanakan pemilihan umum, sambungnya, sejumlah warga


negara Indonesia yang memiliki KTP Malaysia pun juga ikut mencoblos atau menyalurkan
hak pilihnya. "Begitu juga sebaliknya, jika kebetulan di Indonesia ada pemilu kami ikut, ada
juga orang Malaysia yang menikah dengan warga perbatasan juga memiliki KTP Indonesia,"
katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kapuas Hulu Usmandi
mengatakan, pihaknya terus berupaya agar warga perbatasan yang wajib KTP elektronik
untuk memiliki KTP. Bahkan sudah beberapa kali pihak Dukcapil Kapuas Hulu melakukan
perekaman e-KTP dengan sistem jemput bola, langsung ke desa-desa di daerah perbatasan
Indonesia-Malaysia. Menurut Usmandi, saat perekaman e-KTP di perbatasan tidak ada yang
memiliki KTP ganda, hanya saja rata-rata warga perbatasan bekerja di Malaysia.

Sejumlah warga perbatasan memang ada yang bekerja di Malaysia, namun dokumen
kependudukannya masih tetap di Indonesia," kata Usmandi. (antara/jpnn)

Kapolres Kapuas Hulu AKBP Imam Riyadi, mengatakan adanya kartu tanda penduduk (KTP)
ganda Indonesia-Malaysia di daerah perbatasan perlu ditindak tegas karena bisa menjadi
masalah serius apalagi menyangkut dua kewarganegaraan.

160
"Perlu sinergi semua instansi terkait seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sebab
akan menjadi masalah serius apabila KTP ganda itu disalahgunakan," kata Imam Riyadi di
Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Rabu (4/10/2017).

Imam mengatakan, kepolisan siap apabila diminta untuk mengatasi persoalan itu. "Karena
untuk KTP ganda menyangkut kedua negara perlu keseriusan dan ketegasan," jelasnya,
seperti dikutip Antara.

Meskipun demikian, kata Imam, penting untuk mengetahui alasan di balik kepemilikan KTP
ganda tersebut, apalagi untuk warga perbatasan.

Sementara itu, Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir mengatakan persoalan KTP
ganda Indonesia-Malaysia di perbatasan sudah menjadi pembahasan pihak terkait bahkan
oleh pihak kementerian.

Namun menurut Nasir, yang lebih mengetahui dan berhadapan langsung dengan
masyarakat adalah pihak kecamatan dan aparatur desa.

"Jika untuk ditertibkan cukup sulit karena mereka [warga] tidak mungkin menunjukkan KTP
Malaysia, justru yang lebih tahu itu kepala desa dan pihak kecamatan dan harus ada
ketegasan," kata Nasir.

Selain itu, kata Nasir, perlu ada pendekatan khusus kepada masyarakat dan diberikan
pemahaman.

"Kita ini kan serumpun dengan negara tetangga, bahkan sudah banyak warga Kapuas Hulu
sukses usaha di Malaysia dan menjadi warga negara Malaysia," jelas Nasir.

Hanya saja, Nasir menegaskan apapun alasannya, memiliki KTP ganda kedua negara itu tidak
diperbolehkan.

Tidak hanya itu, Dandim 1206 Putussibau, Letkol Inf Mohammad Ibnu Sibroto pernah
mengatakan bahwa KTP ganda atau memiliki dua kewarganegaraan tidak diperbolehkan,
dan perlu ada langkah untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Pembahasan :

161
Menurut pakar hukum Universitas Jember Dr Nurul Ghufron mengatakan warga yang
memiliki kartu tanda penduduk (KTP) ganda dapat dikenai tindak pidana administrasi
kependudukan yang memenuhi UU Nomor 23 Tahun 2006 yang telah direvisi menjadi UU
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Pernyataan Nurul Ghufron ini
terkait dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT), di Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kecamatan Sumbersari, oleh Tim Saber Pungli.

Masalah pendataan kependudukan di Indonesia rasanya memang terus terjadi. Setelah


masalah pendataan kependudukan, lalu pergantian Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-
KTP) yang memakan waktu lama, sekarang ada kasus e-KTP ganda.

Setelah mencari berbagai berita mengenai kasus pemilikan KTP ganda, ada dua latar
belakang utama yang menyebabkan seseorang ingin memiliki kartu identitas lebih dari satu,
yaitu :

1. Kebutuhan administratif

Bisa dibilang alasan ini merupakan yang paling banyak ditemukan. Terutama bagi mereka
yang ingin berpindah domisili ke kota lain.

Jika dulu, mengurus surat pindah bisa memakan waktu lama dan kalau mau dipercepat
harus membayar. Nah, sekarang dengan dihapuskannya pungutan untuk pelayanan publik,
diharapkan mengurus surat pindah bisa lebih sederhana dan tidak lama. Namun kasus
seperti ini tetap saja muncul.

Mengurus surat pindah masih dianggap menyusahkan, apalagi jika harus antri di kantor
Kelurahan. Jadi banyak kita temukan mereka memilih untuk merekam data KTP baru dan
bukan menghapus data yang ada di kota domisili sebelumnya.

Perlu diingat bahwa untuk pengurusan beberapa hal, Anda membutuhkan KTP dengan
alamat tinggal terbaru. Jadi mau tidak mau untuk mereka yang merantau untuk bekerja atau
belajar, harus membuat KTP baru. KTP ini nantinya berlaku untuk pendaftaran saat
pemilihan umum dan mengajukan pinjaman di bank.

162
Adapun masalah administratif lainnya yang menjadi alasan seseorang membuat KTP lebih
dari satu adalah jika seseorang memiliki rumah di beberapa kota, istri lebih dari satu, atau
properti, seperti kebun, yang banyak.

Dimana dalam hal-hal seperti ini, seseorang besa kesulitan mendapatkan dokumen legal
yang dibutuhkan jika alamat di KTP tidak sesuai dengan letak properti atau rumah yang
diinginkan.

Untuk kasus istri lebih dari satu, biasanya alamat pada KTP akan disesuaikan dengan alamat
setiap istri. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengurusan Kartu Keluarga (KK) atau
Akta Kelahiran.

2. Menghindari kejaran hukum

Beberapa waktu lalu, pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengatakan bahwa
pihak kepolisian menemukan ada yang memiliki sekitar 163 KTP untuk menghindari kejaran
hukum.

Ternyata KTP yang ia miliki ini terdaftar dari Aceh sampai Asmat. Si pemilik ratusan KTP ini
berpindah-pindah selama empat tahun karena pernah melakukan pembobolan bank.

Hal ini tentunya meresahkan masyarakat, mengingat seorang pelaku kriminal bisa
berpindah-pindah dengan mudah. Walaupun hanya satu kasus ini yang menjadi
pembicaraan hangat di berbagai situs berita, tidak menutup kemungkinan banyak pelaku
kriminal lainnya yang berhasil lolos dengan cara serupa.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

Dengan adanya peraturan yang melarang pungutan liar di Kelurahan, serta sistem KTP
elektronik untuk mencegah seseorang merekam datanya lebih dari sekali, tetap saja kasus
seperti ini bermunculan.

Berikut adalah beberapa faktor yang berhasil kami kumpulkan untuk memberikan gambaran
pada Anda mengenai masalah KTP ganda ini.

163
3. Pindah tanpa surat pindah

Ini bisa jadi penyebab adanya KTP ganda dengan nomor induk yang berbeda. Banyak orang
yang berpindah tempat tanpa mengurus surat pindah.

Pertanyaannya, bagaimana seseorang bisa merekam data untuk pembuatan KTP baru tanpa
surat pindah? Aneh, tapi hal ini terjadi. Jika tidak, tidak akan berita ditemukannya 1,9 juta
orang memiliki KTP ganda dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang berbeda.

Pengawasan petugas yang masih lemah

Berkaitan dengan poin di atas, salah satu penyebab yang signifikan adalah masih lemahnya
pengawasan kerja pada kantor-kantor pelayanan publik.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa jika seseorang memiliki koneksi atau keluarga yang bekerja
di Kelurahan, dia bisa dengan mudah memperlancar pengurusan KTPnya. Kondisi ini
memudahkan orang untuk mendapat KTP baru tanpa surat pindah.

Ironisnya, ada pengaduan di kolom Kompasiana dari seseorang yang mengalami kesulitan
merekam data KTP yang baru padahal dia sudah memiliki bukti kepindahan alamat.

Belum lagi masalah-masalah yang muncul karena proses pemindahan sistem dari manual ke
e-KTP, blanko yang kurang, serta masalah pendataan lainnya.

KTP ganda dengan data yang sama

Selain KTP ganda dengan NIK berbeda, banyak juga ditemukan orang yang memiliki KTP
ganda tapi datanya sama.

Untuk kasus ini, penyalahgunaan tidak akan terjadi karena pada dasarnya semua data sama.
Kejadian seperti ini ada karena KTP hilang atau terselip, sehingga si pemilik KTP akan
melaporkan dan meminta dicetak ulang KTPnya. Namun, beberapa hari kemudian KTP lama
ditemukan, sehingga dia memiliki dua KTP dengan data sama.

Jika hal ini terjadi, maka KTP yang lama harus diberikan ke pihak Kelurahan. Terutama jika
terjadi perubahan NIK, maka KTP lama harus diserahkan agar bisa ditarik datanya.

164
Walaupun sebenarnya kasus KTP ganda ini sudah terjadi sejak lama karena sistem
kependudukan yang masih manual, namun kasus ini kembali menjadi pembicaraan hangat
karena bahkan banyak yang memiliki e-KTP ganda.

Hukuman bagi yang memiliki KTP ganda

Semua pelanggaran hukum pasti ada sanksinya. Termasuk dengan memiliki e-KTP ganda
dengan proses pengurusan yang ilegal. Salah satu kasus yang cukup dibicarakan adalah
dalam operasi tangkap tangan (OTT), ditemukan beberapa pejabat Pemerintahan
Kabupaten Jember yang memiliki KTP ganda.

Pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan mengenai


pemilikan KTP ganda, disebutkan bahwa hukuman yang dijatuhkan yaitu bisa berupa
kurungan selama 2 tahun atau dengan Rp 25 juta.

Pasal 63:

(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan
memiliki 1 (satu) KTP.

Pasal 97:

Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau
anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau
untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.25.000.000.00 (dua puluh lima juta rupiah).

Namun tentu saja, penegakan hukum ini bisa terjadi jika semua aparat pemerintah mau
memperketat pengawasannya serta memperbaiki pelayanan publik dalam hal
kependudukan.

Bagi masyarakat, sebaiknya memahami bahwa tindakan pemilikan KTP ganda bisa berakibat
pada tindakan hukum. Jadi lebih aman untuk mengikuti prosedur yang ada daripada
memilih jalan mudah namun berisiko mendapatkan hukuman.

165
E-KTP yang saat ini resmi digunakan untuk seluruh masyarakat Indonesia pastinya
dibutuhkan untuk berbagai hal. Mulai dari urusan perbankan, pembuatan paspor,
pengajuan kredit kendaraan, pernikahan, hingga melamar kerja.

Oleh karena itu, adanya orang yang menggunakan berbagai cara untuk memiliki e-KTP
memang harus diantisipasi oleh pemerintah.

166
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Jenis Tugas : Individu

Dosen Pengampu : Drs.H.Muh.Nasir, M.Pd.,M.Kes

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

“Kasus Kewarganegaraan Arcandra Tahar”

Oleh :

Nama : Nurul Muhlisa

Nim : PO714203191.027

Kelas : D4 A

PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020

167
“Kasus Kewarganegaraan Arcandra Tahar”

A. Kewarganegaraan secara umum

Kewarganegaraan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006


tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan
Undang-Undang Kewarganegaraan. Undang-Undang Kewarganegaraan lahir pada
saat bangsa Indonesia memasuki masa reformasi.

Kewarganegaraan artinya keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan


negara dengan warga negara. Kewarganegaraan adalah bentuk kebangsaan yang
paling istimewa. Ada sejumlah macam Kewarganegaraan yang harus diketahui,
yakni :

 Asas Ius Sanguinis (Asas Keturunan)


Asas ini adalah hak Kewarganegaraan yang diperoleh seseorang berdasarkan pada
keturunan atau dengan kata lain asas ini mengikuti Kewarganegaraan orangtuanya
tanpa memperhatikan dimana orang tersebut lahir.
 Asas Ius Soli (Asas Kedaerahan)
Asas ini adalah hak Kewarganegaraan yang diperoleh seseorang berdasarkan
tempat kelahirannya. Atau dengan kata lain, asas ini tidak terpengaruh oleh
Kewarganegaraan orangtuanya, tetapi tempat dimana orang tersebut dilahirkan.

Undang-Undang Kewarganegaraan pada dasarnya tidak mengenal


Kewarganegaraan ganda (bipatride) dan tanpa kewarganegaraan (apatride). Undang-
Undang Kewarganegaraan selain menganut asas-asas umum kewarganegaraan juga
menganut asas khusus antara lain adalah asas perlindungan maksimum, asas non
diskriminasi, asas pengakuan dan penghormatan hak asasi manusia.

 Bipatride adalah orang yang mempunyai kewarganegaraan rangkap sebagai akibat


perbedaan stelsen, asas kewarganegaraan yang dianut oleh negara yang berbeda.
Bipatride atau dwi kewarganegaraan merupakan dimana seseorang status
kewarganegaraan yang sah secara hukum di dua negara.

168
 Apatride adalah orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi
kepada orang tersebut yang lahir di negara yang memiliki asas berbeda.

B. Dwi Kewarganegaraan Arcandra Tahar


Arcandra Tahar telah menghabiskan 20 tahun masa studi dan kariernya di
Amerika Serikat, menimba ilmu di berbagai perusahaan minyak dan gas bumi
Amerika Serikat. Arcandra Tahar kedapatan memiliki kewarganegaraan ganda, yakni
Indonesia dan Amerika Serikat. Arcandra Tahar diketahui telah memperoleh
Kewarganegaraan Amerika Serikat atas kemauannya sendiri melalui proses
naturalisasi di negara tersebut pada tahun 2012. Sedangkan menurut Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata cara
memperoleh, kehilangan, pembatalan dan memperoleh kembali Kewarganegaraan RI,
bagi setiap WNI yang atas kemauannya sendiri memperoleh Kewarganegaraan lain,
maka dengan sendirinya ia kehilangan Kewarganegaraan Indonesia.

Saat dilantik pada Rabu (27/7/2016), Arcandra sudah memegang paspor AS


setelah melalui proses naturalisasi pada Maret 2012 dengan mengucapkan sumpah
setia kepada AS. Namun, saat Arcandra dilantik sebagai Menteri ESDM, dia
menggunakan paspor RI yang secara hukum sudah tak sah dipakainya. Terkait hal
itu, Arcandra dinilai melanggar UU NO. 6 tahun 2011 tentang Kemigrasian, UU No.
12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, serta UU No. 39 tahun 2008 tentang
Kementerian Negara. Karena Indonesia belum mengakui dwi Kewarganegaraan,
secara hukum Arcandra dinilai sudah kehilangan status WNInya.

169
Itulah alasan utama kenapa Presiden Jokowi dengan sangat terpaksa mencopot
Arcandra dari jabatannya sebagai Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya
Mineral), sehingga Arcandra pun menjadi Menteri paling singkat masa jabatannya
dalam sejarah Republik ini. Setelah dicabutnya jabatan dari Arcandra Tahar, presiden
Jokowi menunjuk Menko Luhut Panjaitan sebagai pelaksana tugas Menteri ESDM
sampai dengan diangkatnya Menteri ESDM yang baru.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa


Bhakti mengatakan, kasus Kewarganegaraan ganda yang menjerat Arcandra Tahar
harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah. Seorang Menteri wajib berstatus
Warga Negara Indonesia (WNI). Setiap warga negara Indonesia baik yang tinggal di
dalam maupun luar negeri wajib mendapatkan penyelidikan kesetiaan pada negara.
Sesuai Undang-Undang, persyaratan Kewarganegaraan harus dipenuhi oleh calon
pejabat negara.

C. Kembalinya Kewarganegaraan Indonesia Arcandra Tahar

Status kewarganegaraan Indonesia mantan menteri ESDM Arcandra Tahar


batal dicabut. Hal itu dinyatakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna
Laoly, dalam rapat dengan Komisi III Bidang Hukum DPR. Menteri Hukum dan
HAM Yasonna Laoly menjelaskan, keputusan melakukan peneguhan kembali
kewarganegaraan Arcandra melalui perdebatan yang cukup panjang. Berdasarkan
pemeriksaan dan klarifikasi pada 22 Agustus 2016 lalu, diketahui bahwa Arcandra
sudah tidak lagi sebagai warga negara Amerika Serikat. Arcandra telah mengajukan
permohonan kehilangan kewarganegaraan AS pada 12 Agustus 2016. Permohonan
tersebut diterima oleh pihak Amerika Serikat dengan diterbitkannya sertifikat
kehilangan kewarganegaraan Amerika Serikat (Certificate of Loss Nationality of The
United States) Arcandra pada 15 Agustus 2016.

Berdasarkan UU No.12 tahun 2006 dan PP No. 2 tahun 2007, sikap Arcandra
secara hukum materil sebenarnya membuat ia kehilangan kewarganegaraan
Indonesia. Namun saat proses pencabutan WNI Arcandra tengah berlangsung,
lulusan Teknik Mesin ITB itu ternyata diketahui sudah mengajukan kehilangan
kewarganegaraan (certificate of loss of nationality) ke Kedutaan Besar AS. Menurut
Yasonna, dengan tidak dimilikinya kewarganegaraan Amerika Serikat maupun

170
Indonesia, Arcandra akan menjadi seorang tanpa kewarganegaraan. UU No.12 tahun
2006 tidak mengenal adanya warga tanpa kewarganegaraan. Selain itu,
kewarganegaraan merupakan hak asasi setiap orang.

Aturan hukum Indonesia, kata Yasonna, tidak mengenal dwikewarganegaraan,


juga tidak memperbolehkan seseorang tak berkewarganegaraan (stateless). Jika
proses pencabutan status WNI Arcandra tetap dilakukan, ujar Yasonna, maka dia
sebagai pejabat negara akan dikenai sanksi pidana lantaran telah membuat seseorang
tidak memiliki kewarganegaraan.

Pasal 36 ayat 1 UU Kewarganegaraan menyebutkan, pejabat yang karena


kelalaiannya melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam UU
ini sehingga mengakibatkan seseorang kehilangan hak untuk memperoleh kembali
dan atau kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dipidana penjara paling lama satu
tahun. Sementara Pasal 36 ayat 2 UU itu menyebutkan, tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 yang dilakukan karena kesengajaan, dipidana penjara paling
lama tiga tahun.

Hal inilah yang menjadi pertimbangan Yasonna untuk menghentikan


pengurusan syarat formil untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia Arcandra.
Sehingga kewarganegaraan Indonesia Arcandra diputuskan dipertahankan oleh
Kemenkumham.

D. Akhir dari Status Kewarganegaraan Arcandra Tahar

Arcandra Tahar ialah seorang profesional dibidang ESDM yang dipulangkan


Jokowi dari Amerika Serikat. Namun, baru 20 hari menjabat, ia dicopot Jokowi
karena masalah kewarganegaraan. Ia diketahui memegang paspor Amerika Serikat.
Arcandra Tahar menegaskan bahwa masalah kewarganegaraan Amerika Serikat yang
sempat menerpanya saat menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sudah
selesai. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sudah menyatakan bahwa
Arcandra Tahar adalah warga negara Indonesia. Kini Arcandra Kembali dilantik
sebagai wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan yang menjadi Menteri
ESDM.

171
Arcandra Tahar merasa senang bisa Kembali pulang dari Amerika Serikat dan
mengabdi untuk Indonesia. Arcandra memastikan akan bekerja secara maksimal
untuk membenahi sektor ESDM di dalam negeri.

172
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampuh : Drs.H.Muh.Nasir,M.Pd.,M.Kes.

Dasar Pencabutan Kewarganegaraan Eks ISIS

Oleh
Putri Sri Saqinah Sudirman
PO714203191028
DIV/Tk.1
Kelas A

Teknologi Laboratorium Medis


Poltekkes Kemenkes Makassar
TA 2019/2020

173
Dasar Hukum Pencabutan Kewarganegaraan Eks ISIS

Kamis, 13 Februari 2020, 20:17 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia telah memutuskan tidak akan


memulangkan para WNI eks ISIS demi menjaga keamanan 260 juta warga Indonesia di
Tanah Air. Pemerintah pun menyatakan berwenang untuk mencabut status kewarganegaraan
para eks ISIS itu.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, menjelaskan,
pencabutan kewarganegaraan melalui proses hukum administrasi diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2007. Pemerintah akan mencabut kewarganegaraan para eks
kombatan ISIS berdasarkan aturan tersebut.

“ Menurut PP Nomor 2 Tahun 2007, pencabutan itu dilakukan oleh Presiden harus melalui
proses hukum, bukan pengadilan ya. Proses hukum administrasi diteliti oleh menteri, lalu
ditetapkan oleh presiden,” jelas Mahfud di kantornya, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (13/2).

Mahfud menerangkan, menurut Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2006, orang dapat
kehilangan status kewarganegaraannya dengan beberapa alasan. Salah satu di antaranya,
yakni orang tersebut ikut dalam kegiatan tentara asing yang diatur pada pasal 23 ayat 1 butir
d.

“ Jadi jangan mempertentangkan saya dengan Pak Moeldoko. Pak Moeldoko benar, (para eks
ISIS) kehilangan status kewarganegaraan secara otomatis,” kata dia.

Menurut Mahfud, pencabutan kewarganegaraan mereka yang pernah tergabung dalam ISIS
memang harus melalui proses hukum, tapi bukan proses pengadilan. Dalam hal ini,
pencabutan kewarganegaraan terhhadap mereka dilakukan melalui hukum administrasi yang
diatur pada pasal 32 dan 33 PP Nomor 2 Tahun 2007

Di pasal 32, 33, bahwa itu nanti menteri memeriksa ya, sesudah oke, serahkan presiden,
presiden mengeluarkan. Itu proses hukum namanya proses hukum administrasi, jadi bukan
proses pengadilan,” tutur dia.

Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko memastika status kewarganegaraan WNI


mantan teroris lintas batas yang ditolak masuk ke Indonesia menjadi stateless. Menurut
Moeldoko, status kewarganegaraan mereka sudah diatur dalm perundang-undangan tentang
kewarganegaraan.

174
“ Sudah dikatakan stateless. Itu sudah sangat tegas dalam UU, UU tentang
Kewarganegaraan,” kata Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (13,2)

Moeldoko mengatakan, status kewarganegaraan eks ISIS tersebut otomatis gugur setelah
mereka membakar paspor kewarganegaraannya.

“Ya, mereka sendiri yang menyatakan sebagai stateless. Pembakaran paspor adalah salah satu
indicator,” ujar dia.

Dalam rapat terbatas beberapa hari lalu, masalah status kewarganegaraan WNI eks ISIS itu
pun juga dibahas. Ia menyebut, siapa saja yang memiliki niat untuk bergabung dengan sebuah
organisasi teroris, sudah bisa diadili. Pemerintah juga akan melakukan langkah penegakan
hukum ketika mereka kembali ke Indonesia.

Pendapat berbeda diutarakan oleh mantan hakim agung dan pakar hukum, Gayus Lumbuun.
Menurut Gayus, pencabutan stataus kewaganegaraan harus melalui pengadilan.

Menurut Gayus, Pemerintah Indonesia tidak dapat seara serta merta menolak memulangkan
lebih dari 600 warga negaranya yang saat ini mengungsi di Suriah dan Turki atau mencabut
status kewarganegaraan mereka secara sepihak tanpa melalui persidangan. Karena,
sebagamana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara RI 1945, Indonesia
merupakan negara hukum.

“ Itu ada aturan hukumnya. Yang bakar paspor (dapat) dihukum pencabutan warga negara,
dipidana seumur hidup, boleh, karena menghianati negara, tetapi itu hakim yang memutuskan
bukan kekuasaan,” kata Gayus usai menghadiri acara diskusi Kampus Universitas Indonesia
di Salemba, Jakarta, rabu (12/2)

Gayus menjelaskan, hasil keputusan rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa
(11/2) bukan landasan hukum yang sah untuk menentukan nasib para WNI yang sebagian
besar diduga menjadi teroris lintas batas (foreign terrorist fighter) ISIS.

“ Jadi, ratas hanya memutuskan sementara mencegah (mereka) masuk, selebihnya serahkan
ke pengadilan. Jika sulit dihadirkan bisa (peradilan) in absentia. Yang jelas, ini ada suatu
langkah hukum (terhadap para WNI mantan kombatan ISIS),” terang mantan hakim
Mahkamah Agung itu.

Ia menerangkan, praktik hukum di Indonesia memiliki pengalaman membuat pengadilan in


absentia, misalnya untuk kasus kasus korups yang terdakwanya melarikan diri keluar negeri.

175
Sistem peradilan semacam itu, menurut Gayus, juga tidak memerlukan wakti lama karena
pengadilan dapat membuat skala prioritas.

“ Pengadilan juga punya skala prioritas, di mana? Ini Jakarta Pusat. Ketua Pengadilan nanti
dapat memutuskan ini patut disidangkan secara in absentia,” ujar Gayus menegaskan.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan, pemerintah


memang tidak berkewajiban memulangkan WNI eks ISIS. Tetapi, pemerintah juga tidak bisa
melarang warganya untuk kembali tanpa alasan yang dibenarkan oleh hukum internasional.

“ Setiap orang memiliki hak-hak asasi yang harus dijamin, termasuk hat atas
kewarganegaraan yang tanpa itu justru akan menyebabkan mereka kehilangan hak-hak dasar
seperti layanan kesehatan, pendidikan, atau hak-hak lainnya. Setiap negara wajib melindungi
warganya,” jelas Usman melalui keterangan tertulisnya, Kamis (13/2)

Usman mengatakan, jika yang dikhawatirkan adalah ancaman terhadap keamanan nasional,
keselamatan masyarakat Indonesia maka seharusnya itu ditangani secara legal, proporsional,
dan memang diperlukan oleh tatanan demokratis masyarakat. Pemerintah, kata dia, punya
sistem hukum untuk menangani mereka yang akan datang kembali.

“ Pemerintah bisa melakukan investigasi terhadap warganya yang diduga terlibat kelompok
kejahatan di sana yang kembali ke Indonesia, sebelum mengizinkan mereka kembali,
termasuk ke masyarakat,” terangnya.

Menurut Usman, investigasi itu sudah tentu harus dilakukan dengan menghormati kaidah-
kaidah hukum dan hak asasi manusia. Jika ada diantara mereka yang terbukti melakukan
kejahatan, maka pemerintah bisa melakukan proses hukumm terhadap yang bersangkutan.

“ Dalam hukum internasional maupun nasional sudah diatur bagaimana menangani warga
yang terbukti mengikuti organisasi dan pelatihan bersenjata dengan kelompok yang
melakukan kejahatan,” kata dia.

Ia menerangkan, ada pengecualian dari hukum internasional itu, yakni memulangkan anak
anak. Jika pemerintah tetap berpendapat mereka berpotensi nyata mengganggu keamanan,
maka pemerintah mengambil langkah langkah yang diperlukan, sesuai standar HAM,
termasuk proses deradikalisasi.

“ Sekali lagi, semua itu harus sesuai kewajiban internasional Indonesia dalam pemajuan dan
perlindungan HAM.“ tutur dia.

176
“ Terhadap warga Indonesia yang ditahan di Suriah dan Irak, Amnesty mendorong
pemerintah untuk menyediakan bantuan konsuler, termasuk pendampingan hukum dan akses
untuk menemui mereka dilokasu tahanan untuk memastikan mereka tidak mendapatkan
perlakuan-perlakuan yang melanggar prinsip HAM,” jelasnya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari artikel berita yang dikeluarkan oleh Redaksi Berita Republika diatas, diterangkan
tentang dasar hukum penghapusan kewarganegaraan bagi WNI yang pernah ikut dalam
kegiatan tentara asing seperti ISIS. Menurut pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, pencabutan kewarganegaraan para Eks ISIS tersebut
didasari pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 melalui proses hukum
Administrasi.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang kewarganegaraan pada BAB V


Pasal 31 ayat 1 butir (c) menerangkan bahwa warga negara Indonesia dapat kehilangan
kewarganegaraannya aoabila masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari
Presiden. Selain itu, kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, sebelumnya telah menerangkan
bahwasannya pencabutan kewarganegaraan Eks ISIS ini juga didasari pada Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang kewarganegaraan pada BAB V Pasal 32 dan 33.
Warga negara yang pernah terlibat dalam ISIS tersebut akan menyatakan diri stateless dengan
membakar paspor kewarganegaraannya. Hal tersebut menurutnya bisa terjadi karena pada
pasal 32 dan 33 diterangkan bahwa seorang Warga Negara Indonesia dapat kehilangan
kewarganegaraannya apabila ia kehilangan laporan kewarganegaraannya yang salah satunya
adalah paspor dari negaranya.

Meskipun begitu, mantan Ketua Hakim Mahkamah Agung, Gayus Lumbun


menyatakan pendapat yang berbeda. Menurutnya, pemerintah tidak bisa serta merta mencabut
kewarganegaraan eks ISIS, karena pencabutan status kewarganegaraan harus melalui
pengadilan. Pernyataan itu didukung oleh Direktur Eksekutif Amnesty International
Indonesia, Usman Hamid yang mengatakan, pemerintah memang tidak berkewajiban
memulangkan WNI eks ISIS. Tetapi, pemerintah juga tidak bisa melarang warganya untuk
kembali tanpa alasan yang dibenarkan oleh hukum internasional.

177
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Jenis Tugas : Individu

Dosen Pengampu : Drs.H. Muh. Nasir, M.Pd. M.Kes

Orang-Orang Indonesia yang Dicabut


Kewarganegaraannya karena Politik

RIZATUL MUSTAKIM

PO714203191030

KELAS A

PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020

178
Jakarta news.detik - Muncul petisi online yang meminta pemerintah untuk
mencabut status Warga Negara Indonesia (WNI) Imam Besar Front Pembela Islam
(FPI) Habib Rizieq Syihab (HRS). Petisi itu muncul lantaran HRS dianggap sebagai
tokoh berbahaya.
Petisi itu dibuat dibuat oleh seseorang yang menamakan diri '7inta Putih'.
Menurut dia, HRS juga dianggap punya afiliasi dengan kelompok ISIS.
"Sebagaimana kita ketahui bersama, Rizieq Shihab adalah Pentolan FPI yang
sangat berbahaya dan berafiliasi dengan kelompok Teroris ISIS," tulis 7inta dalam
narasi pengantar petisi. Dilihat detikcom per pukul 11.21 WIB, Senin (10/6/2019),
petisi itu sudah diteken 85.926 kali.

Dalam petisi tersebut, dijelaskan bahwa alasan 7inta Putih mengajak orang
lain untuk mencabut kewarganegaraan Habib Rizieq, antara lain karena mendukung
ISIS, memaki Presiden, Pemerintah, TNI dan POLRI, menghina Gusdur, menghina
Pancasila, menghina Ulama, menghina Nabi dan sebagainya. 7inta Putih ini juga
menyatakan bahwa petisi ini sebagai wujud rakyat menyampaikan aspirasinya,
dikarenakan sang Habib adalah orang yang sangat berbahaya, preman yang
mengatasnamakan Agama, Tukang Adu Domba, Penghasut, dan Pengacau NKRI.
Selain itu, beliau dianggap sebagai otak dari terjadinya people power pada tanggal
22 Mei 2019 lalu.

Merespons munculnya petisi online ini, FPI pun angkat bicara. Menurut


Sekretaris Umum FPI Munarman, petisi itu bisa dibuat oleh siapa pun. Bahkan,
orang yang tak jelas sekalipun bisa ikut membuat petisi online seperti itu.

"Siapapun bisa buat petisi online, orang yang nggak jelas pun asal bisa, asal
bisa ngetik dan main gadget. Bahkan anak SD juga bisa," kata Munarman, Jumat
(7/6/2019) malam.
Selain itu, Munarman menyebut kalimat pengantar petisi itu merupakan
fitnah. Dia mengatakan semua orang yang mengerti mazhab pasti memahami posisi
Habib Rizieq.

"Pengantar petisi jelas-jelas fitnah menyatakan HRS (Habib Rizieq Syihab)


berafiliasi dengan ISIS. Semua orang yang mengerti tentang mazhab pasti tahu dan
paham posisi HRS. Jadi ini orang bodoh yang asal jeplak dan kebodohan tersebut

179
menular berantai melalui media sosial online," ucapnya.
Diketahui pula bahwa proses pencabutan status kewarganegaraan seseorang
tidaklah mudah. Ada sederet proses panjang yang harus dilalui. Lantas, yang berhak
mencabut status kewarganegaraan hanya presiden. Semua aturannya termaktub
dalam PP Nomor 2 Tahun 2007 yang merupakan turunan dari UU 12 Tahun 2006
tentang tata cara memperoleh, kehilangan, pembatalan, dan memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia.

Kendati proses pencabutan kewarganegaraan ini panjang, bukan berarti


Indonesia tak pernah mencabut kewarganegaraan seseorang. Indonesia pernah
melakukan pencabutan kewarganegaraan secara besar-besaran usai peristiwa
geger politik 30 September 1965. Bahkan, menurut Direktur Perlindungan Warga
Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, pencabutan
kewarganegaraan secara resmi belum ada lagi setelah peristiwa 1965.

"Sepertinya tidak ada yang secara resmi dicabut setelah '65. Tapi ada
beberapa orang yang secara tidak resmi dicekal masuk," kata Lalu Iqbal, saat
dihubungi detikcom, Senin (10/6).

Berikut ini beberapa orang yang dicabut kewarganegaraannya pada 1965,


yang dirangkum detikcom dari berbagai sumber:

Ibrahim Isa

Akibat geger politik pascaperistiwa 30 September 1965, ada sejumlah tokoh


di Indonesia yang terkena dampaknya. Salah satunya politikus dan diplomat Ibrahim
Isa. Pemerintah pada saat itu mencabut paspor dan identitas Ibrahim sebagai WNI.
Paspornya dicabut usai dia mengikuti Konferensi Trikontinental Asia-Afrika dan
Amerika Latin pada 1966.

Alasannya, pemerintah Orde Baru menilai Ibrahim punya afiliasi politik dengan
pemerintahan Sukarno. Akibat statusnya ini, Ibrahim pun melanglang buana ke
negara-negara seperti Kuba hingga China. Sampai akhirnya menetap di Belanda
dan meninggal di sana.

180
Chalik Hamid

Selain Ibrahim Isa, ada tokoh lain yang ikut dicabut kewarganegaraannya
seusai peristiwa 30 September 1965. Dia adalah penyair Chalik Hamid. Ketika itu,
Chalik masih berada di Tirana, Albania, dalam rangka belajar kesusasteraan.

Namun pemerintah Orde Baru mencabut paspor Chalik lantaran dia termasuk
bagian dari Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang merupakan sayap
organisasi dari PKI. Setelah status kewarganegaraannya hilang, dia terpaksa tinggal
di Albania selama 25 tahun, sampai akhirnya pada '90-an pindah ke Belanda.

AM Hanafi

Hal serupa dialami mantan Menteri Urusan Tenaga Rakyat dan Duta Besar
Indonesia untuk Kuba, AM Hanafi. Pada 1965, Dia harus kehilangan
kewarganegaraannya karena dinilai punya kedekatan dengan Sukarno. Usai
kehilangan status kewarganegaraannya, dia pun menjadi eksil dan meminta suaka
politik kepada pemerintah Prancis. Menteri yang pernah moncer di era Sukarno ini
pun akhirnya menghabiskan masa tuanya di Prancis. Pada 2004, dia meninggal di
sana.

Tom Iljas

Bukan hanya para tokoh, geger politik 30 September 1965 berefek kepada
para pelajar Indonesia yang sedang belajar di luar negeri. Tom Iljas salah satunya.
Tom saat itu merupakan anggota diaspora Indonesia di Swedia. Tom mendapat
tugas belajar dari pemerintah Sukarno ke Peking Institute of Agricultural
Mechanization, China.

Namun, ketika hendak pulang ke Indonesia, paspornya ditahan imigrasi. Tom


kehilangan kewarganegaraannya. Dia dianggap punya hubungan dengan
pemerintah Sukarno. Akhirnya, Tom pun menjadi warga negara Swedia.

Sarmadji

Peristiwa 30 September 1965 juga berdampak pada status kewarganegaraan


Sarmadji. Samardji merupakan guru yang dikirim ke China untuk belajar pada era
pemerintahan Sukarno. Di sana, dia belajar tentang pendidikan anak di luar sekolah.
Namun, usai huru-hara politik pada 1965, pemerintah Orde Baru mencabut status
kewarganegaraan Sarmadji.

181
Setelah kehilangan kewarganegaraannya, Sarmadji harus tinggal di China
selama 45 tahun lebih. Sampai akhirnya dia pindah ke Belanda dan menjadi warga
negara.

Penyebab Kehilangan Kewarganegaran

Seseorang kehilangan status WNI bukan karena dicabut oleh pemerintah.


Seseorang kehilangan status WNI secara otomatis akibat melakukan sejumlah hal
yang diatur UU Nomor 12 tahun 2006.
Dalam UU No. 12 tahun 2006, ada 9 hal yang membuat seseorang
kehilangan status WNI di antaranya:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden;
4. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
5. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
6. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
7. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku
dari negara lain atas namanya, atau;
8. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5
(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis

182
kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
9. Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh
Presiden atas permohonannya sendiri apabila yang bersangkutan sudah berusia
18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan.
(Penyebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 2007 tentang Tata cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan,dan
Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia)

Sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja terjadi karena


kelalaian, karena alasan politik, karena alasan teknis yang tidak prinsipil, ataupun
karena alasan bahwa yang bersangkutan memang secara sadar ingin melepaskan
status kewarganegaraannya sebagai warganegara Indonesia. Sebab atau alasan
hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan pertimbangan yang penting,
apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status kewarganegaraan
Indonesia. Proses yang harus dilakukan untuk masing-masing alasan tersebut
sudah semestinya berbeda-beda satu sama lain. Yang pokok adalah bahwa setiap
orang haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan,
sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi „stateless‟ atau tidak
berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memilki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah
sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negaranegara modern
untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut.

183
PANCASILA
STATUS KEWARGANEGARAAN (TKA) YANG
BEKERJA DI INDONESIA

NAMA : RIZKY.S
NIM : PO714203191.031
HARI/TANGGAL :
MATA KULIAH : PANCASILA
NAMA DOSEN : 1. Drs. H. Muh. Nasir, M.pd., M.Kes

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PRODI SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

184
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini terdapat suatu masalah yang dimana
masalah ini membuat masyarakat menjadi bertanya-tanya. Permasalahan apakah
itu? Ya mengenai banyaknya TKA yang dikirim dari China untuk bekerja di
Indonesia. Namun, seperti yang kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini Negara
kita tengah mengalami keterpurukan dan tengah berjuang keras dalam meemerangi
virus korona. Namun terdapat sebuah polemic di kalangan masyarakat dan banyak
diantara mereka yang bertanya-tanya. Apakah yang membuat para petinggi-petinggi
Negara kita memperbolehkan TKA tersebut masuk ke Indonesia, dan inipun
membuat masyarakat menjadi was-was dan takut yang diakibatkan adanya tenaga
kerja asing dari negeri china yang bias jadi membawa virus korona dan membuat
Negara kita makin terpuruk akibat semakin meluasnya virus ini.
Namun, bila kita berbicara mengenai TKA yang merupakan singkatan dari
TENAGA KERJ ASING merupakan orang-orang yang di panggil untuk menjadi
tenaga kerja di Negara kita. Yang perlu kita garis bawahi adalah kata ASING yang
berarti bukan berasal dari INDONESIA iya kan ? cocoki toh?. Lantas seperti apakah
regulasi dan nasib status kewarganegaraan dari mereka mereka yang dikirim ke
Indonesia untuk bekerja?
Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor asing,
demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia sebagai
negara anggota WTO harus membuka kesempatan masuknya tenaga kerja asing.
Untuk mengantisipasi hal tersebut diharapkan ada kelengkapan peraturan yang
mengatur persyaratan tenaga kerja asing, serta pengamanan penggunaan tenaga
kerja asing. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk
peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan
tenaga kerja asing secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.
Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan
investasi ke berbagai penjuru dunia, terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan
tenaga kerja antar negara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena
investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan
secara langsung oleh pemilik/investor. Sejalan dengan itu, demi menjaga
kelangsungan usaha dan investasinya. Untuk menghindari terjadinya permasalahan
hukum serta penggunaan tenaga kerja asing yang berlebihan, maka Pemerintah

185
harus cermat menentukan policy yang akan di ambil guna menjaga keseimbangan
antara tenaga kerja asing (modal asing) dengan tenaga kerja dalam negeri.
Oleh karenanya dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, dilakukan melalui
mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi
perusaahan atau korporasi yang mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di
Indonesia dengan membuat rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang
Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

PENGATURAN NASIONAL MENGENAI TENAGA KERJA ASING


1. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP)
Berbeda dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menggunakan istilah
tenaga kerja asing terhadap warga negara asing pemegang visa dengan maksud
bekerja di wilayah Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI), dalam Keputusan
Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara
Asing Pendatang (TKWNAP), menggunakan istilah tenaga warga negara asing
pendatang, yaitu tenaga kerja warga negara asing yang memiliki visa tingal terbatas
atau izin tinggal terbatas atau izin tetap untuk maksud bekerja (melakukan
pekerjaan) dari dalam wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 angka 1). Istilah
TKWNAP ini dianggap kurang tepat, karena seorang tenaga kerja asing bukan saja
datang (sebagai pendatang) dari luar wilayah Republik Idnonesia, akan tetapi ada
kemungkinan seorang tenaga kerja asing lahir dan bertempat tinggal di Indonesia
karena status keimigrasian orang tuanya (berdasarkan asas ius soli atau ius
sanguinis).

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UUK), penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing
(UUPTKA). Dalam perjalanannya, pengaturan mengenai penggunaan tenaga kerja
asing tidak lagi diatur dalam undang-undang tersendiri, namun sudah merupakan
bagian dari kompilasi dalam UU Ketenagakerjaan yang baru. Dalam UUK,
pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dimuat pada Bab VIII, Pasal 42
186
sampai dengan Pasal 49. Pengaturan tersebut dimulai dari kewajiban pemberi kerja
yang menggunakan TKA untuk memperoleh izin tertulis; memiliki rencana
penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan
TKA; kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga
kewajiban memulangkan TKA ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja.
UUK menegaskan bahwa setiap pengusaha dilarang mempekerjakan orang-
orang asing tanpa izin tertulis dari Menteri. Pengertian Tenaga Kerja Asing juga
dipersempit yaitu warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di
wilayah Indonesia. Di dalam ketentuan tersebut ditegaskan kembali bahwa setiap
pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis
dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memberikan kesempatan kerja yang
lebih luas kepada tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah membatasi penggunaan
tenaga kerja asing dan melakukan pengawasan. Dalam rangka itu, Pemerintah
mengeluarkan sejumlah perangkat hukum mulai dari perizinan, jaminan
perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Sejumlah peraturan yang
diperintahkan oleh UUK antara lain :

IMTA Untuk Pekerjaan Darurat


Pekerjaan yang bersifat darurat atau pekerjaan-pekerjaan yang apabila tidak
ditangani secara langsung mengakibatkan kerugian fatal bagi masyarakat umum
dan jangka waktunya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari, yang mana jenis pekerjaan
mendesak itu ditetapkan oleh instansi pemerintah yang membidangi sektor usaha
yang bersangkutan. Permohonan pengajuan IMTA yang bersifat mendesak ini
disampaikan kepada Direktur dengan melampirkan :
 Rekomendasi dari instansi pemerintah yang berwenang;
 Copy polis asuransi;
 Fotocopy paspor TKA yang bersangkutan;
 Pasfoto TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang
ditunjuk oleh Menteri; dan
 Bukti ijin keimigrasian yang masih berlaku.

IMTA Untuk Pemegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP)

187
Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA pemegang ijin tinggal tetap
wajib mengajukan permohonan kepada Direktur dengan melampirkan :
 Copy RPTKA yang masih berlaku;
 Copy izin tinggal tetap yang masih berlaku;
 Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;
 Copy ijasah atau pengalaman kerja;
 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang
ditunjuk oleh Menteri;
 Copy polis asuransi; dan
 Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.

IMPLEMENTASI
Sejak amandemen UUD 1945, asas otonomi daerah mendapatkan posisinya
dalam Pasal 18 tentang pemerintah daerah dan dikembangkannya sistem
pemerintahan yang desentralistis melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Lima hal pokok yang menjadi kewenangan Pusat
Menyusul diberlakukannya otonomi daerah ini adalah luar negeri, pertahanan dan
keamanan, moneter, kehakiman, dan fiskal. Masalah ketenagakerjaan pun menjadi
lingkup kewenangan pemerintah daerah, dengan menempatkannya dalam struktur
organisasi dan tata kerja dalam struktur “dinas”.

Regulasi Pengurusan Izin Tenaga Kerja Asing (TKA)


Aturan terbaru yang mengatur penggunaan tenaga kerja asing di 2019 di
Indonesia ini adalah Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (“Perpres No,20/2018”). Adapun yang dimaksud
Tenaga Kerja Asing di peraturan ini adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (1) Perpres 20/2018).
Definisi ini sejalan dengan Undang-Udang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan (“UU No.13/2003”).
Untuk mengawal proses pelaksanaannya, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (“Permenaker No.10/2018”). Aturan terbaru ini
sekaligus mencabut aturan sebelumnya yaitu Permenaker No.16 Tahun 2015 dan

188
Permenaker No.35 Tahun 2015. Aturan di Permenaker No.10/2008 dinilai lebih
memudahkan pemberian izin kepada TKA daripada aturan sebelumnya.

Berdasarkan uraian terdahulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai


berikut :
ketentuan mengenai tenaga kerja asing di Indonesia dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tidak diatur lagi
dalam suatu peraturan perundang-undangan tersendiri seperti dalam Undang-
Undang Nomor 3 tahun 1958 tentang penempatan tenaga kerja asing, tetapi
merupakan bagian dari kompilasi dalam UUK yang baru tersebut. Ketentuan
mengenai penggunaan tenaga kerja asing dimuat pada Bab VIII Pasal 42 sampai
dengan Pasal 49. Namun demikian untuk dapat melaksanakan undang-undang yang
baru masih banyak kendala terutama dalam menggalakkan investasi karena
sejumlah peraturan yang melengkapi kelancaran program penggunaan tenaga kerja
asing belum siap, sejauh ini baru Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang sudah ada disamping 3
Permenaker yang lain untuk mengisi kekosongan hukum dengan belum terbitnya
peraturan-peraturan yang diperlukan maka peraturan yang lama sementara masih
diberlakukan.
Penempatan tenaga kerja asing dapat dilakukan setelah pengajuan rencana
penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) disetujui oleh Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dengan mengeluarkan izin penggunaan tenaga kerja asing. Untuk
dapat bekerja di Indonesia, tenaga kerja asing tersebut harus mempunyai izin tinggal
terbatas (KITAS) yang terlebih dahulu harus mempunyai visa untuk bekerja di
Indonesia atas nama tenaga kerja asing yang bersangkutan untuk dikeluarkan
izinnya oleh Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.
Tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan
pemerintah/swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang terampil sehingga
dapat membatu proses pembangunan ekonomi dan teknologi di Indonesia. Untuk itu
proses alih teknologinya kepada TKI baik dalam jalur menajerial maupun
profesionalnya harus mendapat pengawasan yang ketat dengan memberikan
sertifikasi kepada tenaga ahli tersebut.

189
Perusahaan di Indonesia yang ingin memakai tenaga kerja asing di 2019
masih memungkinkan. Hanya saja, untuk memuluskan rencana tersebut sebaiknya
setiap entitas mengetahui dengan baik aturan mainnya. Dalam menjalankan bisnis,
penggunaan tenaga kerja asing (“TKA”) bukan sesuatu yang haram asal sesuai
dengan aturan main yang berlaku. Sebagaimana kita tahu, pada beberapa bidang
memang kita masih memerlukan keahlian dari para TKA. Pada 2018 lalu, secara
keseluruhan jumlah TKA yang didatangkanke Indonesia ada 95.335 orang. Dari
jumlah di atas, terdapat tenaga asing profesional berjumlah 30.626 orang, untuk
tingkat manajer sebanyak 21.237 orang, dan mereka yang berkedudukan sebagai
adviser atau konsultan atau sebagai direksi berjumlah 30.708 orang. Melihat data-
data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja asing yang boleh direkrut
adalah yang berada di level tenaga profesional, bukan buruh kasar tanpa keahlian.
(Kompas.com, Januari 2019) . Jika dikomparasikan dengan total penduduk
Indonesia yang jumlahnya 268.829 juta jiwa, jumlah TKA tahun lalu jumlahnya
0,04% dari total penduduk Indonesia. Sebagai bahan perbandingan, jumlah TKA di
Malaysia mencapai 3,2 juta pekerja atau sekitar 10,04% dari total penduduk negara
Upin Ipin tersebut. Demikian juga jika dibandingkan dengan jumlah TKA di
Singapura yang mencapai 1,13 juta pekerja atau 19,36% dari total penduduk.
Bahkan jika dibandingkan dengan jumlah TKA di Uni Emirat Arab yang mencapai 8,4
juta pekerja atau 87% dari total penduduk (Katadata, April 2019). Hanya saja
memang kita harus jeli melihat perbedaan kebutuhan dan karakteristik TKA di setiap
negara.
Lantas eperti apakah status kewarganegaraan dari TKA tersebut?
Jawabannyya yaitu tergantung kepada perusahaan yang memberikan pekerjaan
kepada pekerjanya . jika peekerjanya di pekerjakan dengan kontrak yang panjang
maka perusahaan berhak untuk memfasilitasi para tenaga kerjanya untuk menjadi
WNI begitu pun sebaliknya

TERIMA KASIH

190
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen Pengampu : Drs,H.Muh.Nasir,M.Pd.,M.Kes

“MUHAMMAD RIZIEQ SHIHAB TERANCAM KEHILANGAN STATUS


KEWARGANEGARAAN INDONESIA”

Oleh:
SRI HILYANA ARIANI
(PO714203191032)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020

191
MUHAMMAD RIZIEQ SHIHAB TERANCAM KEHILANGAN STATUS
KEWARGANEGARAAN INDONESIA

TRIBUN MEDAN.com - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab
terancama kehilangan status kewarganegaraan Indonesia apabila tetap berada di Arab
Saudi.Pasalnya, persoalan hukum Habib Rizieq di Arab Saudi hingga kini tak kujung tuntas.

Pakar Hukum Pidana Muhammad Taufik mengatakan, seharusnya Pemerintah Indonesia


dapat memberikan kepastian dan perlindungan kepada warga negara yang sedang
menghadapi masalah hukum di luar negeri."Ini kita justru membiarkan supaya Habib Rizieq
berstatus stateless atau orang yang kehilangan kewarganegaraannya," kata Muhammad
Taufik saat dihubungi, Jumat (9/8/2019).

Jika mengacu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, kata dia,
tidak ada pasal yang mengatur seorang warga negara tidak boleh mendapatkan kembali
kewarganegaraan. Sementara, di dalam penjelasan UU 12/2006, ada asas khusus yang
menjadi dasar penyusunan undang-undang tersebut.Asas tersebut yakni asas perlindungan
maksimum

Untuk dapat pulang ke Indonesia, dia menambahkan, Habib Rizieq saat ini memiliki dua
pilihan, yaitu deportasi atau amnesti dari Kerajaan Arab Saudi.Oleh karena itu, seharusnya
Habib Rizieq sudah dapat pulang ke Indonesia.

Apalagi di UU 6/2011 tentang Keimigrasian, tidak ada aturan upaya penangkalan bagi WNI
masuk ke Indonesia."Tidak ada pula pasal yang mengatur penangkalan terhadap WNI untuk
masuk ke dalam negeri," tambahnya.Sebelumnya, Habib Rizieq Shihab hadir pada upacara
pemakaman jenazah KH Maimun Zubair (Mbah Moen).Kehadiran tokoh FPI tersebut
menghebohkan dunia maya.

Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengatakan, Habib
Rizieq Shihab bisa pulang ke Indonesia tanpa halangan.Asalkan, Habib Rizieq membayar
denda kelebihan izin tinggal di Arab Saudi.Habib Rizieq Shihab tinggal di Arab Saudi karena
menghindari sejumlah perkara hukum di Indonesia sejak April 2017 lalu.Visa Habib Rizieq
di Arab Saudi habis per 9 Mei 2018, sebelum kemudian diperpanjang hingga 20 Juli
2018."Ya bayar denda (saudi menyebut Gharamah) overstay. Satu orang 110 juta, kalau lima
orang ya tinggal kalikan saja," ujar Agus saat dihubungi wartawan, Rabu (10/7/2019).

Atau bila tidak, Habib Rizieq bisa menunggu amnesti Kerajaan Arab Saudi terhadap mereka
yang kelebihan izin tinggal.

Tiga tahun lalu, menurutnya, Kerajaan Arab Saudi pernah mengeluarkan amnesti kepada para
pelanggar izin tinggal.Bisa juga, menurut Agus, Habib Rizieq menggunakan jalur ekstrem
dengan datang ke detensi imigrasi untuk ditangkap karena kelebihan izin tinggal, sehingga
dideportasi."Tapi prosesnya agak panjang, bisa 6-10 bulan di penjara imigrasi sebelum

192
deportasi. Dengan risiko sekitar lima tahun, bahkan lebih, enggak boleh masuk ke Saudi. Itu
cara ekstrem kalau pengin cepet pulang," paparnya.Itu pun bisa dilakukan apabila selama
tinggal di Arab Saudi, Habib Rizieq tidak memiliki masalah hukum, baik perdata maupun
pidana. "Jika ada masalah hukum meski bayar denda ya, tetap saja enggak bisa keluar
sebelum selesaikan masalahnya," jelas Agus

Ketika ditanya apakah Habib Rizieq memiliki masalah hukum di Arab Saudi, Agus enggan
menjawabnya.

Pertanyaan tersebut menurut Agus sebaiknya ditanyakan kepada Habib Rizieq.Sejauh ini
Habib Rizieq belum pernah meminta pendampingan kepada pihak Kedutaan Besar Indonesia
(KBRI) di Arab Saudi.

"Yang bisa jawab yang bersangkutan. KBRI hanya akan memberikan pendampingan
kekonsuleran jika ada masalah hukum. Ini berlaku semua WNI di Saudi," bebernya.

Warga Negara adalah orang yang diakui oleh undang-undang sebagai warga negara republic
Indonesia

Warga Negara Asing adalah yang tinggal sementara di suatu negara

Muhammad Rizieq Shihab lahir di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1969 . Dari Husein bin
Shihab dan Syarifah Sidah Alatas.Kedua orang tuanya merupakan orang Arab Indonesia dan
merupakan keturunan Arab dan Indonesia.sejak kecil di tinggal di Indonesia namun,pada
tahun 2017 dia bersama keluarganya menetap di Arab Saudi dengan diawali saat berangkat
umrah hinggah tinggal dirumah sewa

Hukum pidana Muhammad Taufik mengatakan,Iman Besar Front Pembela Islam(FPI) Rizieq
Shihab dapat kehilangan status kewarganegaraan Indonesia apabila tetap berada di Arab
Saudi.pasalnya persoalan Rizieq Shiab,di Arab Saudi hingga kini tak kunjung selesai.dan
pemerintah tidak memberikan kepastian dan perlindungan kepada warga negara yang sedang
menghadapi masalah hukum di luar negeri.dan membiarkannya seperti berstatus stateless
atau orang yang kehilangan kewarganegaraannya.

Rizieq Shihab tinggal di Arab Saudi karena menghindari sejumlah perkara hukum di
Indonesia sejak April 2017.untuk dapat pulang ke Indonesia.Rizieq saat ini hanya memilih
dua pilihan yaitu deportasi dan amnesti dari kerajaan Arab Saudi. Deportasi adalah ketetapan
sipil yang dikenakan pada orang yang bukan warga negara asli atau naturalisai(orng
asing).Biasanya dikatakan tidak kembali dinegaranya ia berasal.juga memasuki negara
secara illegal atau masa menetap dinegara orang lain sudah habis dan harus dipulangkan ke
negara asalnya. Sedangkan amesti adalah pernyataan terhadap orang banyak atau
pengampunan yang diberikan kepala negara kepada seeorang yang telah melakukan tindak
pidana. Sebelum di berikan pilihan,Duta Besar RI untuk Arab Saudi,Agus Maftuh Abegebrial
mengatakan,bisa pulang ke Indonesia tanpa halangan.Asalkan Rizieq mau membayar denda
kelebihan tinggal izin di Arab Saudi,dan Visanya sudah habis per 9 Mei 2018,kemudian

193
diperpanjang hingga 20 juli 2018.Rizieq harus membayar denda yaitu 110 juta per kepala
atau menunggu amnesti kerajaan Arab Saudi terhadap masalah kelebihan izin tinggal.Namun
proses yang panjang hingga 6-10 bulan,dan tidak boleh memasuki Arab Saudi selama sekitar
5 tahun.

Pada tanggal 21 Juli 2018 Mohammad Rizieq Syihab sudah tak memiliki izin tinggal di
kerajaan Negara Arab Saudi.Dia tidak lagi memiliki izin tinggal sejak visa yang digunakan
untuk berada diwilayah Arab Saudi telah melewati batas waktu yang ditentukan

Menurut Jusuf Kalla ,Pemerintah tidak pernah melarang Rizieq untuk pulang,Namun Rizieq
masih memiliki kendala terkait kepulangan ke Tanah Air.Pemerintah pun mempersilahkan
untuk pulang,selama memiliki paspor,berhak keluar dan masuk tanpa di cegah.

Rizieq menyebut pemerintah menangkal kepulangan ke Indonesia,namun Ditjen imigrasi


menyebut tidak ada regulasi yang mengatur pencekalan kepulangan warga negara
Indonesia.Direktur jenderal imigrasi kementrian Hukum dan HAM Ronny Franky Sompie
menegaskan pihaknya tidak pernah mengeluarkan surat penangkalan kepulangan WNI ke
Indonesia.

Pada pasal 14 UU no 6 tahun 2011 tentang keimigrsi menyatakan pemerintah RI tidak


berwenang untuk menolak,menangkal warga yang akan kembali ke Indonesia setelah
bepergian ke Luar Negeri

Pada pasal 14 UU no 6 2011 memiliki 3 ayat :

Ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia tidak dapat di tolak masuk
wilayah Indonesia

Ayat 2:menyebutkan bahwa apabila terdapat keraguan terdapat keraguan terhadap dokumen
perjalanan seorang warga negara Indonesia dan status kewarganegaraan,yang bersangkutan
harus memberikan bukti lain yang sah,dan meyakinkan yang menunjukkan bahwa yang
bersangkutan adalah warga negara.

Ayat 3: Dalam rangka melengkapi bukti sebagaimana dimaksud ayat 2,yang bersangkutan
dapat ditempatkan dalam rumah detensi imigrasi atau ruang detensi imigrasi

Dia menjelaskan penangkalan hanya dapat dilakukan trhadap warga negara asing atas
permintaan aparat penegak hukum atau pemerintah bersangkutan yang berkaitan dengan
pelanggan imigrasi

Jika mengacu pada undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan,tidak ada
pasal yang mengatur seseorang warga negara tidak boleh kembali kewarganegaraannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2006

194
Bab II

WARGA NEGARA INDONESIA

Pasal 4

Warga Negara Indonesia adalah:

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan


perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing;

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;

e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;

f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;

g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui;

k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

195
Pasal 5

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak
berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak
tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana
ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin.

CARA MENDAPATKAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia (“UU Kewarganegaraan”), syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara


Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;

3. Sehat jasmani dan rohani;

4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;

6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi


berkewarganegaraan ganda;

7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan

196
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Syarat Tambahan Permohonan Kewarganegaraan Indonesia

Namun terdapat beberapa syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk dapat memperoleh
kewarganegaraan Indonesia, yaitu:

1. Surat Keterangan Imigrasi (“SKIM”) dari Kantor Imigrasi yang menerangkan bahwa
pemohon tersebut sudah tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak
berturut-turut dan diserahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia di daerah hukum pemohon tersebut bertempat tinggal;

2. Surat keterangan dari Kedutaan Besar pemohon yang bersangkutan, bahwa negara asal
pemohon tersebut tidak keberatan apabila warga negaranya ingin menjadi WNI;

3. Dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat memperoleh kewarganegaraan harus


dilegalisir oleh kedutaan pemohon yang bersangkutan, atau untuk dokumen-dokumen
pemohon yang berasal dari negara lain selain Negara Amerika Serikat, dapat dilegalisasi oleh
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah hukum pemohon
tersebut bertempat tinggal;

4. Surat keterangan penghasilan yang dikeluarkan oleh Kantor Camat berdasarkan surat
pengantar dari kantor Kelurahan sesuai keterangan dari Perusahaan ataupun keluarga yang
menjadi sponsor tempat pemohon tersebut bekerja atau menetap;

5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (“SKCK”) dari Kepolisian setempat;

6. Semua persyaratan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia harus


dibuat dalam 2 (dua) rangkap;

7. Total perkiraan waktu untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah 3 (tiga)


bulan sampai dengan 7 (tujuh) bulan.

HAL HAL YANG DAPAT MEMBUAT HILANGNYA KEWARGANEGARAAN


INDONESIA

Terdapat dalam UU no.12 tahun 2006 bab 4

KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 23

Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

197
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di
luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan;

d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh
Warga Negara Indonesia;

f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut;

g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing;

h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya;
atau

i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka
waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan
tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan

Pasal 25

(1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak dengan
sendirinya berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya
sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

(2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan
sendirinya berlaku terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan
ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

(3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan


lain bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap
anaknya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

(4) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berakibat anak berkewarganegaraan ganda,

198
setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memiIih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 26

(1)Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.

(2)Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya,
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.

(3)Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat
pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang
wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan
tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

(4)Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

Pasal 28

Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan


keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi
kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal
kewarganegaraannya.

KESIMPULAN

Pada kasus tersebut bahwa tidak ada pasal yang menjelaskan tentang tidak boleh kembali
pada kewarganegaraannya.tetapi larangan Rizieq pulang karena masih bermasalah dengan
pihak Arab Saudi. Muhammad Rizieq Shihab adalah seorang warga negara keturunan Arab
dan Indonesia.dari kecil Rizieq tinggal dan menetap di Indonesia dan berkewarganegaraan
Indonesia,Namun pada tahun 2017 banyak kasus tentang Rizieq yang membuat dirinya
menetap di Arab, ketika di Arab Rizieq melanggar peraturan yaitu masalah izin tinggal di
Arab Saudi dengan solusi membayar denda overstay dengan jumlah Rp.110 juta perorang.dan
sekarang Rizieq pulang ke Indonesia dan masih berstatus berwarganegaraan Indonesia
dibuktikan dengan paspor yang masih valid dan masih digunaka

199
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis Tugas : Individu
Dosen Pengampu : Drs,H.Muh.Nasir,M.Pd.,M.Kes

“Kenapa Seseorang Dapat Dikatakan Bipatride?”

Oleh:

SYAKILA KHAERA SYAH

(PO714203191033)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020

200
Kenapa Seseorang Dapat Dikatakan Bipatride?

KOMPAS.com - Kewarganegaraan sangat penting bagi setiap orang di suatu negara. Karena
kewarganegaraan menunjukkan keanggotaan seseorang dalam suatu negara. Salah satu asas
kewarganegaraan adalah bipatride atau lebih dikenal dwi-kewarganegaraan. Setiap orang pun bisa
memiliki bipatride atau dwi negara, satu warga negara A dan satu warga negara B. Namun harus
memenuhi kriteria dan persyaratan yang ada di setiap negara.

Jelaskan kenapa seseorang dapat dikatakan bipatride.

Arti bipatride

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bipatride adalah orang yang mempunyai
kewarganegaraan rangkap sebagai akibat perbedaan stelsen, asas kewarganegaraan yang dianut
oleh negara yang berbeda.

Bipatride atau dwi-kewarganegaraan merupakan di mana seseorang status


kewarganegaraan yang sah secara hukum di dua negara. Bipatride bisa terjadi tapi harus ada syarat-
syarat. Karena setiap negara memiliki syarat dan kriteria yang berbeda-beda dalam menetapkan
status kewarganegaraan seseorang.

Untuk bisa mendapatkan kewarganegaraan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

Pesyaratan tersebut, yakni:

 Memiliki sedikitnya satu orang tua yang merupakan warga negara tersebut (lus Sanguinis).
 Orang yang terlahir di wilayah teritori negara tersebut.
 Orang yang menikah seorang yang berstatus sebagai warga negara di wilayah yang
bersangkutan.
 Mengadopsi orang dari negara lain ketika masih di bawah umur.
 Lewat naturalisasi

Kewarganegaraan ganda (bipatride)

Orang yang memiliki kewarganegaraan ganda, di mana orang keturunan negara A (Ius
Sanguinis) dan lahir di negara B (Ius Soli).mKarena seorang tersebut adalah keturunan dari negara A,
maka dianggap sebagai warga negara A. Namun orang tersebut juga dianggap warga negara B.
Karena dilahirkan di negara B.

Di Indonesia kewarganegaraan sudah tercantum dalam Undang-Undang (UU) No 12 tahun


2006 tentang kewarganegaraan. Karena seorang tersebut adalah keturunan dari negara A, maka
dianggap sebagai warga negara A. Namun orang tersebut juga dianggap warga negara B. Karena
dilahirkan di negara B.

Di Indonesia kewarganegaraan sudah tercantum dalam Undang-Undang (UU) No 12 tahun


2006 tentang kewarganegaraan. Dilansir situs Kementerian Luar Negeri (Kemlu), UU No 12 tahun
2006 mengandung asas-asas kewarganegaraan umum dan kewarganegaraan khusus. Salah satu asas
kewarganegaraan umum yang diterapkan adalah asas kewarganegaraan ganda terbatas.

201
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan asas kewarganegaraan
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU. Di mana seseorang hanya memiliki
kewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun. Setelah usia 18 tahun ke atas harus melepas salah
satu status kewarganegaraan.

Pada dasarnya UU tersebut tidak mengenal kewarganegaraan ganda ( bipatride) ataupun


tanpa kewarganegaraan (apartide). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam UU
tersebut merupakan suatu pengecualian. Dalam UU tersebut disebutkan anak yang dilahirkan pada
dan setelah 1 Agustus 2006 dari pasangan warga negara Indonesia (WNI) atau salah satu orang
tuanya adalah WNI maka dapat mengajukan kewarganegaraan ganda terbatas dengan ketentuan
sebagai berikut:

 Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan Ibu
Warga Negara Asing (WNA).
 Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Asing (WNA) dan Ibu
Warga Negara Indonesia (WNI).
 Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari Ibu Warga Negara Asing (WNA) yang diakui
oleh Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.
 Anak yang lahir di luar wilayah Republik Indonesia dari Ayah dan Ibu Warga Negara
Indonesia (WNI), yang karena ketentuan dari Negara tempat anak dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
 Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia
18 (delapan belas) tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh Ayah Warga Negara Asing
(WNA).
 Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang belum berusia 5 (lima) tahun, diangkat secara sah
sebagai anak oleh Warga Negara Asing (WNA) berdasarkan Penetapan Pengadilan.

Pernyataan untuk memilih kewargangeraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada
pejabat dengan melampirkan dokumen-dokumen yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3
tahun setelah anak berusia 18 tahun atau telah menikah.

Keuntungan dan Kerugian Kewarganegaraan Ganda

Diberitakan Kompas.com (19/8/2016), ada keuntungan dan kerugian jika UU di Indonesia


mengizinkan warganya menyandang status kewarganegaraan ganda. Keuntungannya jika ada WNI
bertalenta yang tinggal di luar negeri, mereka dapat dipanggil pulang ke tanah air tanpa khawatir
harus kehilangan status kewarganegaraannya.

Contohnya, banyak warga negara India yang tinggal di Amerika Serikat untuk bekerja di
perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft. Konstitusi India memperbolehkan
warganya menyandang dwi-kewarganegaraan. Suatu saat jika negara membutuhkan, sewaktu-waktu
mereka dapat kembali.

Di sisi lain, tidak sedikit mereka yang tinggal di luar negari enggan kembali ke tanah air dan
lebih memilih untuk mengabdi kepada negara lain.

202
Pembahasan :

Kewarganegaraan: Arti, Sejarah, Jenis, dan Macamnya

Arti Kewarganegaraan

Kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukan


hubungan atau ikatan negara dengan warga negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, warga
negara adalah penduduk dalam sebuah negara berdasarkan keturunan, tempat kelahiran. Mereka
punya hak dan kewajiban penuh sebagai warga di negara itu.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), kewarganegaraan adalah hubungan individu


dengan negara. Kewarganegaraan menunjukan kebebasan dan warga warga negara memiliki hak,
tugas, dan tanggung jawab tertentu. Secara umum, warga negara punya hak politik penuh. Hak
untuk memilih dan memegang jabatan publik.

Kewarganegaraan adalah bentuk kebangsaan yang paling istimewa. Istilah yang lebih luas ini
menunjukan berbagai individu dan negara yang tidak serta merta memberikan hak politik. Tapi
menyiratkan hak-hak istimewa lainnya, khususnya perlindungan di luar negeri. Ini adalah istilah yang
digunakan dalam hukum internasional.

Sejarah

Konsep kewarganegaraan pertama kali muncul di kota-kota Yunani Kuno. Ini sebagai reaksi
ketakutan soal berbudakan. Di Yunani mengembangkan konsep demokrasi langsung. Setiap warga
negara berperan secara aktif dalam menentukan nasibnya maupun kehidupan masyarakatnya.
Setiap warga negara di Kota Yunani berhak dalam kehidupan demokratis dengan memilih wakil-wakil
rakyat secara resmi. Selain itu dalam kegiatan rutin sehari-hari dalam persoalaan administrasi dan
hukum.

Bangsa Romawi pertama kali menggunakan kewarganegaraan sebagai alat untuk


membedakaan penduduk Kota Roma dari orang-orang yang wilayahnya telah ditaklukan dan
disatukan oleh Roma. Ketika kekaisaran terus tumbuh, orang-orang Romawi memberikan
kewarnegaraan kepada sekutu di seluruh Italia dan di provinsi Romawi lainnya.Kewarganegaraan di
Romawi memberikan hak hukum penting di dalam kekaisaran.

Di Eropa konsep kewarganegaraan nasional hampir hilang selama pertengahan abad. Itu
diganti oleh sistem hak dan kewajiban feodal. Pada akhir Abad Pertengahan, kepemilikan
kewarganegaraan di berbagai kota di Italia dan Jerman berubah menjadi jaminan kekuatan bagi
pedagang dan orang-orang istimewa.

Konsep kewarganegaraan modern terjadi perubahan pada abad ke-18 selama Revolusi
Amerika dan Perancis. Konsep warga negara datang untuk menyarankan kepemilikan kebebasan
tertentu dalam menghadapi kekuatan paksaan dari raja-raja absolut.

`Di Inggris, konsep warga negara merujuk pada keanggotaan kerajaan di daerah atau kota
setempat. Ini digunakan untuk menekan posisi warga negara kepada raja atau negara. Konsep ini
didahulukan untuk warga negara yang memakai undang-undang kebangsaan. Di Inggris, konsep
warga negara merujuk pada keanggotaan kerajaan di daerah atau kota setempat. Ini digunakan
untuk menekan posisi warga negara kepada raja atau negara. Konsep ini didahulukan untuk warga
negara yang memakai undang-undang kebangsaan.

203
Dikutip dari situs resmi kementerian luar negeri (kemenlu), di Indonesia tentang
kewarganegaraan sudah tercantum dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan. UU tersebut adalah pengganti UU Kewarganegaraan yang lama, yaitu UU Nomor
63 tahun 1958. Karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan
Republik Indonesia.

Warga negara di Indionesia akan diberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ini berdasarkan
kabupaten, provinsi, tempat terdaftar sebagai penduduk. Mereka juga akan diberikan nomor
identitas, yakni Nomor Induk Kependudukan (NIK).

Jenis Kewarganegaraan

Ada sejumlah macam kewarganegaraan yang harus diketahui, yakni:

 Asas lus Sanguinis (Asas Keturunan)

Ini adalah asas seseorang yang ditentukan berdasarkan pada keturunan. Dicontohkan,
jika seseorang dilahirkan di Indonesia, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan
Malaysia maka jadi warga negara Malaysia.

 Asas lus Soli (Asas Kedaerahan)

Asas ini adalah kewarganegaraan ditentukan berdasarkan tempat kelahiran. Jika


dilahirkan di Indonesia, sedangkan orang tuanya dari Malaysia maka jadi warga Indonesia.
Ini tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tua, karena patokannya tempat
kelahiran.

Macam asas Kewarganegaraan di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa jenis asas kewarganagaraan yang terkandung pada UU adalah:

 Asas ius Sanguinis

Asas ini yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan


negara tempat kelahiran.

 Asas ius Soli

Ini merupakan asas yang secara terbatas menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarkan tempat kelahiran. Ini yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam UU.

 Asas kewarganegaraan tunggal

Ini adalah yang menentukan satu kewargenagaraan bagi setiap orang.

 Asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas ini yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai ketentuan
yang diatus dalam UU.

204
Mata Kuliah : Pendidikan kewarganegaraan

BERITA
KEWARGANEGARAA N

OLEH:

TAFIKA YAHSIFANY : (PO714203191.034)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

205
Djoko Tjandra Diduga Palsukan Dokumen Agar Peroleh
Kewarganegaraan PNG

Jakarta - Kejaksaan Agung (Kejagung) menduga, status


kewarganegaraan yang diberikan oleh otoritas pemerintah Papua New
Guinea (PNG) kepada Djoko Tjandra, menggunakan dokumen palsu.
Mengingat status Djoko Tjandra yang sudah menjadi terpidana dan juga
sudah masuk dalam daftar 'red notice' pihak interpol. 

"Kita duga dia kasih info palsu mengenai statusnya, dan sudah kita
sampaikan ke sana. ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
otoritas PNG," ujar Wakil Jaksa Agung, Darmono, di Gedung Kejagung,
Jalan Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Senin (16/7/2012). 

Menurut Darmono, dalam aturan hukum di PNG, diketahui bahwa syarat


utama seseorang untuk mengajukan menjadi warga negara di negara
tersebut adalah tidak tersangkut kasus hukum. Dengan adanya hal ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi otoritas PNG untuk
membatalkan status kewaraganegaraan terhadap Djoko Tjandra. 

206
"Kalau ada pemalsuan syarat kewarganegaraan maka itu kan bisa
dibatalkan," terang Darmono.

Sebelumnya, Kejagung memastikan buron dalam kasus cessie (hak


tagih) Bank Bali, Djoko Tjandra, telah resmi berpindah kewarganegaraan
menjadi warga negara Papua New Guinea (PNG). Djoko Tjandra
diperkirakan sudah berpindah kewarganegaraan sejak Juni 2012 lalu.

"Berdasarkan info yang kita peroleh dari Dubes, ternyata Juni kemarin
yang bersangkutan sudah jadi warga negara Papua New Guinea," ujar
Wakil Jaksa Agung, Darmono.

Djoko Tjandra merupakan buron dalam kasus (hak tagih) cessie Bank
Bali. Kasus ini bermula pada 11 Januari 1999 ketika disusun sebuah
perjanjian pengalihan tagihaan piutang antara Bank Bali yang diwakili
oleh Rudy Ramli dan Rusli Suryadi dengan Djoko Tjandra selaku
Direktur Utama PT Persada Harum Lestari, mengenai tagihan utang
Bank Bali terhadap Bank Tiara sebesar Rp38 miliar. Pembayaran utang
kepada Bank Bali diputuskan dilakukan selambat-lambatnya pada
tanggal 11 Juni 1999.

Selain soal tagihan utang Bank Bali terhadap Bank Tiara, disusun pula
perjanjian pengalihan tagihan utang antara Bank Bali dengan Djoko
Tjandra mengenai tagihan piutang Bank Bali terhadap Bank Dagang
Negara Indonesia (BDNI) dan Bank Umum Nasional (BUN) sebesar
lebih dari Rp 798 miliar. Pembayaran utang kepada Bank Bali
diputuskan dilakukan selambat-lambatnya 3 bulan setelah perjanjian itu
dibuat. Untuk perjanjian tagihan utang yang kedua ini, Joko Tjandra
berperan selaku Direktur PT Era Giat Prima.

Djoko diduga meninggalkan Indonesia dengan pesawat carteran dari


Bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta ke Port Moresby pada 10
Juni 2009, hanya satu hari sebelum Mahkamah Agung (MA)
mengeluarkan keputusan atas perkaranya. MA menyatakan Djoko
Tjandra bersalah dan harus membayar denda Rp 15 juta serta uangnya
di Bank Bali sebesar Rp 54 miliar dirampas untuk negara.

207
Djoko Tjandra yang Bikin Geger Itu Punya Julukan 'Joker'
Jakarta - 
Seorang Djoko Tjandra membuat kehebohan dengan muncul di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) baru-baru ini untuk
mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas perkara yang membelitnya.
Jejak terpidana kasus hak tagih (cessie) Bank Bali yang menghilang
sejak 2009 itu bahkan tidak terendus aparat penegak hukum.
Awal mula nama Djoko Tjandra muncul ketika Jaksa Agung ST
Burhanuddin buka-bukaan mengenai kecolongan informasi keberadaan
Djoko Tjandra dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR pada awal
pekan ini. Burhanuddin mengaku sakit hati mengetahui bila Djoko
Tjandra berada di Indonesia.
"Informasinya lagi menyakitkan hati saya adalah katanya 3 bulanan dia
ada di sini," kata Burhanuddin saat itu.
Burhanuddin mengakui bila ada kelemahan dalam intelijen kejaksaan
sehingga keberadaan Djoko Tjandra tidak diketahui. Namun di sisi lain
Burhanuddin mempertanyakan mengenai data perlintasan imigrasi
lantaran Djoko Tjandra bisa masuk ke Indonesia tanpa terlacak.
"Mohon izin kami juga tidak menyalahkan siapa, tetapi ini pemikiran
yuridis kami, pencekalan kalau itu sudah terpidana artinya harusnya
tidak ada batas waktunya sampai dia tertangkap, untuk pencekalan
tersangka atau terdakwa ada batas waktunya ini diperlukan untuk
kepastian hukum, itu akan menjadi kami akan bicara dengan pihak
sebelah," imbuhnya.
Sementara itu Menteri Hukum dan HAMYasonna Laoly menduga Djoko
Tjandra masuk tanpa melalui pemeriksaan imigrasi. Namun mengenai
kemungkinan ini, sebutnya, masih didalami oleh pihak imigrasi. Selain
itu Yasonna menyebut ada dugaan lain bila Djoko Tjandra masuk
melalui 'jalur tikus'.
"Jadi kita sudah cek semua data perlintasan kita baik laut, laut itu misal
di Batam, baik udara, Kualanamu, Ngurah Rai dan lain-lain, itu nggak
ada sama sekali namanya Djoko Tjandra," kata Yasonna.

208
"Kemungkinannya mungkin pasti adakala itu benar bahwa itu palsu atau
tidak. Kita tidak tahu melalui pintu-pintu yang sangat luas di negara,
pintu tikus, jalan tikus," imbuh Yasonna.
Terlepas dari itu nama Djoko Tjandra pernah mengemuka dalam
pusaran kasus yang menjerat Urip Tri Gunawan. Urip yang kala itu
merupakan ketua tim penyelidik kasus BLBI II itu ditangkap KPK pada 2
Maret 2008.
Dalam pusaran kasus itu KPK sempat memperdengarkan rekaman
komunikasi antara Kemas Yahya Rahman yang saat itu menjabat Jaksa
Agung Muda Bidang Pidana Khusus (Jampidsus) dan Artalyta Suryani.
Percakapan telepon ini terjadi 1 Maret 2008 pukul 13.00 WIB atau satu
hari setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) mengumumkan menghentikan
penyelidikan kasus yang membelit obligor BLBI Sjamsul Nursalim pada
29 Februari 2008. Rekaman diperdengarkan jaksa KPK dalam sidang di
Pengadilan Tipikor Jakarta pada Rabu (11/6/2008).
Begini isi rekamannya:
Artalyta (A): Halo.
Kemas (K): Halo.
A: Ya, siap.
K: Sudah dengar pernyataan saya? Hehehe.
A: Good, very good.
K: Jadi tugas saya sudah selesai.
A: Siap, tinggal...
K: Sudah jelas itu gamblang. Tidak ada permasalahan lagi.
A: Bagus itu.
K: Tapi saya dicaci maki. Sudah baca Rakyat Merdeka?
A: Aaah Rakyat Merdeka, nggak usah dibaca.
K: Bukan, saya mau dicopot hahaha. Jadi gitu ya...
A: Sama ini mas, saya mau informasikan.
K: Yang mana?
A: Masalah si Joker.
K: Ooooo nanti, nanti, nanti.

209
A: Nggak, itu kan saya perlu jelasin, Bang.
K: Nanti, nanti, tenang saja.
A: Selasa saya ke situ ya...
K: Nggak usah, gampang itu, nanti, nanti. Saya sudah bicarakan dan
sudah ada pesan dari sana. Kita...
A: Iya sudah.
K: Sudah sampai itu.
A: Tapi begini Bang...
K: Jadi begini, ini sudah terlanjur kita umumkan. Ada alasan lain, nanti
dalam perencanaan.
Saat itu nama 'Joker' masih misterius. Lantasdetikcom pada Rabu, 11
Juni 2008 menghubungi langsung Kemas perihal percakapan itu.
Apa kata Kemas?
"Bukan Joker, dia menanyakan bagaimana kasus Djoko Tjandra. Nggak
ada bilang-bilang 'Joker'," kata Kemas kala itu.
Kemas mengaku dalam komunikasi itu hanya menjelaskan penutupan
penyelidikan kasus BLBI II yang melibatkan Sjamsul Nursalim 1 hari
sebelumnya. Kemas yang menelepon Artalyta, bukan sebaliknya.
"Jadi kan sebelumnya dia (Artalyta) kan pernah ketemu saya di kantor,
menanyakan hasil lid (penyelidikan) kasus BLBI. Nah, setelah
dihentikan, saya lalu menghubunginya," kata Kemas.
Namun setelah memberitahu itu, Artalyta malah juga menanyakan
perkembangan kasus Bank Bali yang sudah divonis kasasi oleh
Mahkamah Agung. Kasus Bank Bali itulah yang menjerat Djoko Tjandra.
"Dia ngajak bertanya lagi bagaimana statusDjoko Tjandra, saya tak
menanggapi," kata Kemas.

210
TUGAS KEWARGANEGARAAN

“POLEMIK KEWARGANEGARAAN DAN KEPULANGAN WNI TERDUGA

TERORIS LINTAS BATAS”

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polemik Kewarganegaraan dan

Kepulangan WNI Terduga Teroris Lintas Batas...",

https://nasional.kompas.com/read/2020/02/14/10094461/polemik-kewarganegaraan-dan-

kepulangan-wni-terduga-teroris-lintas-batas.

RESKI AMELIA

PO714203192021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI D-IV ANALIS KESEHATAN
2020

211
DAFTAR ISI
Halaman

Daftar Isi..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... . 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A. Status Kewarganegaraan Indonesia Terhadap Pendukung Isis....................... 2

B. Kewarganegaraan Republik Indonesia ......................................................... .. 3

C. Cara Kehilahan Kewarganegaraanya ... ........................................................ .. 5

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 6


A. Kesimpulan ................................................................................................... .. 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... . 7

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur yang ada dalam suatu negara adalah warga negara. Tanpa adanya
warga negara maka suatu negara tidak akan terbentuk. Warga negara merupakan anggota
sah dari suatu masyarakat di suatu negara sehingga warga negara merupakan salah satu
unsur yang hakiki dari sebuah negara. Indonesia merupakan negara hukum dimana
negara hukum adalah negara atau pemerintah yang berdasarkan hukum. Sejalan dengan
hal tersebut, secara yuridis peraturan terkait dengan kewarganegaraan Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Salah satu hal yang diatur dalam UU RI Nomor
12 Tahun 2006 tersebut adalah cara-cara bagaimana hilangnya status kewarganegaraan
Indonesia. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur dalam Pasal 23, Pasal 25 dan
Pasal 26 UU RI Nomor 12 Tahun 2006. Sehubungan dengan hal tersebut diatas bahwa
salah satu isu yang akhir-akhir ini sering di beritakan baik di media cetak maupun media
elektronik adalah berkembangnya gerakan ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria) di
Indonesia yang memunculkan wacana pencabutan kewarganegaan Indonesia bagi WNI
(Warga Negara Indonesia) yang menudukung Gerakan ISIS. Hal itu dilakukan agar tidak
ada WNI yang turut serta dalam kegiatan ISIS. Atas dasar hal tersebut ditemukan isu
hukum yaitu: “Status Kewarganegaraan Indonesia Bagi Pendukung ISIS (Islamic State
Of Iraq And Syria)”.

B. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara hilangnya status
kewarganegaraan Indonesia dan status kewarganegaraan WNI (Warga Negara Indonesia)
sebagai pendukung ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria).

1
BAB II

PEMBAHASAN

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak lebih dari 600 WNI yang diduga sebagai teroris

lintas batas atau eks kombatan ISIS di Timur Tengah sedang menjadi polemik terkait

kepulangan mereka ke Tanah Air. Polemik itu mulai dari status kewarganegaraan mereka,

hingga penanganan anak-anak yang dilibatkan orangtua atau keluarganya sendiri untuk

menjadi kombatan. Presiden Joko Widodo sebelumnya menegaskan, pemerintah tak akan

memulangkan teroris lintas batas dan eks ISIS yang kini tersebar di beberapa negara Timur

Tengah. "Pemerintah tidak memiliki rencana untuk memulangkan orang-orang yang ada di

sana, ISIS eks WNI," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Lepaskan status kewarganegaraan Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan, para WNI

terduga teroris lintas batas maupun eks ISIS telah membuat status kewarganegaraan mereka

sebagai WNI lepas dengan sendirinya. "Sebenarnya, status kewarganegaraannya itu, mereka

sendiri yang sudah membuatnya lepas dari kewarganegaraan dengan dia mengikuti dan

masuk ke kelompok ISIS, bergabung secara militer ISIS," ujar Ma'ruf di Kantor Wapres,

Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2020). Ia mengatakan, hal tersebut

sudah tercantum dalam ketentuan peraturan Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan.

A. Status Kewarganegaraan Indonesia Terhadap Pendukung ISIS

Terkait dengan pemberitaan diatas terkait dengan WNI (Warga Negara Indonesia)

yang mendukung gerakan ISIS, memunculkan isu hukum yang dilontarkan pemerintah

yaitu pencabutan kewarganegaraan Indonesia terhadap pendukung ISIS. Mencabut

kewarganegaraan WNI yang berjanji setia kepada ISIS. Jika merujuk pada Pasal 23 huruf

2
e dan huruf f UU RI Nomor 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa Warga Negara

Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas

semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan hanya dapat dijabat oleh WN Indonesia.

f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara

asing atau bagian dari negara asing tersebut;

Berdasarkan ketentuan Pasal diatas hal-hal yang dapat mengakibatkan seseorang

kehilangan kewarganegaraannya secara garis besar berhubungan dengan apa yang

dilakukan orang tersebut yang ada kaitannya dengan negara lain. Oleh karena itu,

sebelum menyimpulkan bahwa seseorang yang ikut kedalam gerakan ISIS dapat

kehilangan dan dicabut kewarganegaraan Indonesia oleh pemerintah, harus ditelaah

terlebih dahulu apakah ISIS tersebut merupakan entitas sebuah negara atau bukan.

B. Kewarganegaraan Republik Indonesia

Dalam UU nomor 12 tahun 2006 yang dimaksud Warga Negara Indonesia adalah:

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang- Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia.

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing.

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing

dan ibu Warga Negara Indonesia

3
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut

f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya

dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas)

tahun atau belum kawin

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir

tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya

tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang

ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat

anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang

bersangkutan;

m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

4
C. Cara Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia

Seorang WNI dapat kehilanagan Kewarganegaraanya apabila :

1. memperoleh WNA atas kemauan sendiri (pindah)

2. dinyatakan hilang WNInya oleh presiden atas permintaan sendiri, yang

bersangkutan berusia kurang lebih 18 th dan bertempat tinggal di Negara lai.

3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin ole presiden

4. Secara sukarela mengangkat sumpah atau janji kepada negara lain.

5. Bertempat tinggal di negara lain selama 5 th terus-menerus bukan dalam tugas

negara.

6. Kehilangan WNI seorang ayah dan ibu, tiak terhadap anaknya yang berumur 18 th

atau sudah kawin.

7. Laki-laki atau perempuan WNI kawin dengan WNA hilang wninya jika menurut

hukum negara asal suami atau istri megikuti kewarganegaraannya.

5
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan karena tiga hal yaitu renunciation,
termination, dan deprivation yang dijabarkan dalam Pasal 23 UU RI Nomor 12 Tahun
2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia 2. Status kewarganegaraan orang Indonesia
yang sebagai pendukung ISIS tidak dapat dicabut kewarganegaraan Indonesianya
dikarenakan hal-hal yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan
kewarganegaraannya secara garis besar berhubungan dengan apa yang dilakukan orang
tersebut yang ada kaitannya negara lain. Sedangkan ISIS itu bukan merupakan entitas
negara.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2020/02/14/10094461/polemik-kewarganegaraan-dan-

kepulangan-wni-terduga-teroris-lintas-batas?page=all#page2

Muh. Nasir. 2020. Bahan Sajian Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa D4.

Surya Adhi. 2020. Status kewarganegaraan Indonesia Bagi Pendukung Isis. Jurnal

universitas Udayana. Vol 2:5

Peraturan Perundang-Undangan.
TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia “

DISUSUN OLEH :

MIRA ANSYE MARIAYANTI

PO714203192015

DIV Alih Jenjang 2019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
DAFTAR ISI

Daftar isi..........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Kewarganegaraan Ganda........................................................................................3
B. Pengaturan Mengenai Kewarganegaraan Ganda Menurut Perundang-Undangan
Indonesia..................................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................6

i
BAB I
PENDAHHULUAN

A. Latar Belakang
Warga negara merupakan salah satu unsur yang esensial bagi
berdirinya suatu negara. Dengan memiliki status kewarganegaran, seorang
individu diakui sebagai salah satu anggota dari negara yang mengakuinya,
dimana pengakuan negara tersebut merupakan sebuah hubungan hukum antara
dua pihak tersebut, yaitu individu dan negara yang mengakuinya. Jika seseorang
mempunyai kewarganegaraan di suatu negara, orang tersebut mempunyai hak
untuk tinggal, bekerja, memilih dan melakukan perjalanan di negara tersebut.
Namun di sisi lain, adalah merupakan hak suatu negara untuk menentukan siapa
saja yang menjadi warga negaranya selama tidak melanggar prinsip-prinsip
umum hukum internasional.
Di dalam hubungan antara negara dan warga negara terdapat
hubungan yuridis tertentu. Warga negara sebagai anggota penuh dari suatu
negara memiliki hak sekaligus kewajiban tertentu kepada negaranya.
Sedangkan negara juga mempunyai kewajiban untuk melindungi warga
negaranya dimanapun mereka berada. Kewarganegaraan mendefinisikan ruang
lingkup hak-hak yang bisa di klaim oleh seorang individu dan menentukan negara
mana yang diharapkan untuk menjawab klaim individu tersebut. Dalam
perkembangannya, pada masa ini banyak individu yang mempuyai
kewarganegaraan lebih dari satu walaupun dalam hitungan angka jumlah individu
tersebut tidak diketahui. Namun seiring dengan diterimanya kebijakan mengenai
kewarganegaraan lebih dari satu dalam hukum kewarganegaraan banyak
negara, jumlah individu yang memiliki kewarganegaraan lebih dari satu
meningkat pesat selama belasan tahun terakhir.

B. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengaturan Mengenai
Kewarganegaraan Ganda Menurut Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewarganegaraan Ganda
Kewarganegaraan ganda adalah sebuah status yang disematkan kepada
seseorang yang secara hukum merupakan warga negara sah di beberapa
negara.
Saat ini terdapat 2 paham mengenai asas kewarganegaraan yaitu ius
sanguinis dan ius soli. Ius sanguinis berarti kewarganegaraan seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan sedangkan ius
soli berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya.  Pada era modern ini terdapat beberapa negara yang menganut
paham ius sanguinis maupun paham ius soli. Hal ini lantas mengakibatkan
seseorang bisa memiliki kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride). 
Seseorang dapat menjadi bipatride apabila orangtuanya lahir di negara
yang menganut ius sanguinis, tetapi ia lahir di negara yang menganut ius soli.
Sebaliknya, seseorang bisa menjadi apatride apabila ia lahir di negara yang
menganut asas ius soli, tetapi ia lahir di negara ius sanguinis. Dalam masa kini
seringkali ditemukan masyarakat Indonesia yang memilih melahirkan anaknya di
luar negeri karena menurut mereka sarana dan prasarana di luar negeri lebih
memadai.
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia menyatakan bahwa Indonesia dalam menentukan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:
1. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan,bukan bersasarkan negara tempat
dilahirkan. 
2. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang. 
3. Asas kewarganegraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.

2
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang.
Selain asas-asas tersebut dalam menentukan kewarganegaraan, terdapat
pula dua stelsel (sistem) kewarganegaraan, yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif.
Mari kita bahas kedua stelsel tersebut. Nah, jika kita melihat stelsel aktif, itu
berarti seseorang harus melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara. Sedangkan, menurut stelsel pasif, orang
dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa harus melakukan
suatu tindakan hukum tertentu. Berhubungan dengan kedua stelsel tersebut,
seseorang akan diberikan dua hak yaitu hak opsi atau hak untuk memilih suatu
kewarganegaraan (dalam stelsel aktif), dan hak repudiasi atau hak untuk
menolak suatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif).
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai
dengan asas yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada
dasarnya suatu negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan
kewarganegaraan. Negara lain juga tidak boleh menentukan siapa saja yang
menjadi warga negara dari suatu negara. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa asas yang digunakan oleh suatu negara dalam menentukan
kewarganegaraannya berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan dalam
menentukan kewarganegaraan di suatu negara tersebut dapat menimbulkan dua
kemungkinan status terhadap seseorang, yakni ; apatride, istilah untuk orang-
orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, dan bipatride, istilah untuk orang-
orang yang memiliki kewarganegaraan ganda. Dua kemungkinan status
seseorang tersebut merupakan problem kewarganegaraan Indonesia. Oleh
karena itu, pada dasarnya dalam undang-undang kewarganegaraan tadi tidak
mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan
(apatride). Akan tetapi, masih ada juga warga yang terjerat kasus yang
menyangkut kewarganegaraan ganda.
Pada tahun 2016, publik dihebohkan dengan adanya dua kasus yang
berkaitan dengan status kewarganegaraan seorang menteri dan seorang pelajar
SMA. Menteri Archandra Tahar, yang dilantik Presiden Joko Widodo sebagai
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 27 Juli 2016 dicopot dari

3
jabatannya pada tanggal 15 Agustus 2016 karena ternyata memiliki
kewarganegaraan ganda.
Sedangkan di kasus lain, seorang pelajar SMA di Depok, Jawa Barat,
bernama Gloria Natapradja Hamel dinyatakan gugur hanya beberapa hari
menjelang Upacara Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 2016 setelah
dinyatakan lolos seleksi sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka) di Istana Merdeka. Hal tersebut karena ternyata Gloria memiliki
paspor Prancis, seperti ayahnya, walaupun ibu Gloria adalah seorang Warga
Negara Indonesia.
Kedua kasus tersebut walaupun berbeda namun keduanya terkait dengan
isu kewarganegaraan ganda. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia pada prinsipnya tidak mengenal adanya
kewarganegaraan ganda. Namun, seiring dengan perkembangan dalam dunia
modern, tuntutan diaspora Indonesia terhadap Pemerintah RI untuk memberikan
status kewarganegaraan ganda bagi orang dewasa terus bergulir.

B. Pengaturan Mengenai Kewarganegaraan Ganda Menurut Peraturan


Perundang-Undangan di Indonesia

Pengaturan mengenai kewarganegaraan menjadi hal yang sangat penting dalam


kehidupan bernegara. Di Indonesia, pengaturan mengenai Kewarganegaraan Indonesia
selain terdapat dalam konstitusi juga diatur di peraturan perundang-undangan di
bawahnya. Pasal 28 D ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas
status kewarganegaraan.” Pasal ini merupakan hasil perubahan kedua UUD 1945.
Sedangkan menurut Pasal 26 ayat (1) UUD 1945,  “Yang menjadi warga negara ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara.” Dari pasal tersebut terlihat  bahwa  UUD 1945
memberikan sebuah pengakuan bahwa status kewarganegaraan adalah merupakan hak
setiap orang.
Hak atas status kewarganegaraan mengandung makna tidak hanya hak untuk
memperoleh status kewarganegaraan, tetapi juga termasuk hak untuk merubah serta hak
untuk mempertahankan status kewarganegaraan. UUD 1945 tidak secara eksplisit

4
menjamin apakah seseorang berhak atas satu atau dua status kewarganegaraan. Bagi UUD
1945, yang penting adalah bahwa tidak boleh adanya keadaan seseorang tanpa
kewarganegaraan karena UUD 1945 sudah memberikan jaminan bahwa setiap orang
berhak atas status kewarganegaraan.
Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda, UUD 1945
tidak mengharuskan dan tidak juga melarang. Dalam hal ini, kebijakan lebih lanjut
diberikan kepada pembentuk undang- undang untuk mengaturnya sesuai dengan
ketentuan Pasal 26 ayat (3) UUD 1945, yaitu bahwa “Hal-hal mengenai warga negara dan
penduduk diatur dengan undang- undang”.
Saat ini, Undang-Undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia
adalah UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pada
dasarnya UU No. 12 Tahun 2006 tidak mengenal kewarganegaraan ganda dengan
dianutnya asas kewarganegaraan tunggal oleh undang-undang ini. Namun, UU No. 12
Tahun 2006 juga menganut Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang
menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini, di antaranya adalah anak-anak yang memiliki orangtua
dengan status kewarganegaraan berbeda dan salah satunya adalah WNI. Asas tersebut
merupakan pengecualian dalam rangka perlindungan terhadap anak.
Setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Beberapa pasal yang membuktikan
bahwa UU No. 12 Tahun 2006 tidak menganut kewarganegaraan ganda untuk orang
dewasa adalah Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 huruf (f), Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21,
Pasal 23 huruf (a,b,h), Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 42.
UUD 1945 tidak secara eksplisit menjamin apakah seseorang berhak atas satu atau
dua status kewarganegaraan. Bagi UUD 1945, yang penting adalah bahwa tidak boleh
adanya keadaan seseorang tanpa kewarganegaraan karena UUD 1945 sudah memberikan
jaminan bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Sedangkan untuk
kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda, UUD 1945 tidak mengharuskan dan
tidak juga melarang.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hak asasi manusia, setiap manusia memiliki hak kebebasan


yang artinya bebas pula menentukan kewarganegaraannya. UUD 1945 sudah
memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda, UUD 1945
tidak mengharuskan dan tidak juga melarang. Sedangkan UU No. 12 Tahun
2006 tidak mengenal kewarganegaraan ganda dengan dianutnya asas
kewarganegaraan tunggal oleh undang-undang ini. Namun, UU No. 12 Tahun
2006 juga menganut Asas kewarganegaraan ganda terbatas sebagai
pengecualian dalam rangka perlindungan terhadap anak bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. Setelah berusia 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Benediktus Endra K. 2018. Hidup Dengan Tanpa Atau Banyak Kewarganegaraan.


Diambil dari : https://www.kompasiana.com/search_artikel?
q=Hidup+dengan+Tanpa+atau+Banyak+Kewarganegaraan%3F. Diakses pada 05 Juli
2020 Pukul 11.20 WITA.

Graciela Marcellina. 2018. Kewarganegaraan Yang Sah Bagi Semua Orang. Diambil dari
: https://www.kompasiana.com/aabb/5a70f54c16835f51560c2e42/kewarganegaraan-
yang-sah-bagi-semua-orang. Diakses pada 05 Juli 2020 Pukul 11.30 WITA.

Zendy Wulan Ayu W. Prameswari. 2020. Kewaraganegaraan Ganda Bagi Warga Negara
Indonesia. Diambil dari : http://news.unair.ac.id/2020/02/17/kewarganegaraan-ganda-
bagi-warga-negara-indonesia/. Diakses pada 05 Juli 2020 Pukul 11.00 WITA.

i
TUGAS KEWARGANEGARAAN

“LAPORAN DARI BEIJING


199 ANAK DARI KAWIN CAMPUR INDONESIA-CHINA
BERKEWARGANEGARAAN GANDA”
Artikel ini telah tayang di antaranews.com dengan judul " Laporan Dari Beijing
199 Anak Dari Kawin Campur Indonesia-China Berkewarganegaraan Ganda.."

https://www.antaranews.com/berita/1210356/199-anak-dari-kawin-campur-
indonesia-china-berkewarganegaraan-ganda

RESKI RAMADHANI

PO714203192022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI D-IV ANALIS KESEHATAN
2020

ii
DAFTAR ISI
Halaman

Sampul ................................................................................................................................ i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.
A. Perkawinan Campuran............................................................................................. 3

B. Kewarganegaraan Anak Dari Hasil Perkawinan Campuran ................................... 4

C. Tata Cara Mendapatkan Kewarganegaraan Indonesia Bagi Anak Dari Hasil


Perkawinan Campuran ............................................................................................ 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di zaman yang dewasa ini memungkinkan sekali untuk kita bertemu

dengan orang – orang yang berada di berbagai belahan dunia. Globalisasi yang

semakin pesat menghantarkan kita dapat berpindah dari satu negara ke negara lain

baik untuk urusan pekerjaan,pendidikan,bisnis bahkan hanya sekedar liburan.

Tentunya kita dapat melakukan interaksi sosial dengan orang yang berbeda status

kewarganegaraan.

Dari interaksi sosial dan komunikasi memungkinkan kita juga menjalin

hubungan dengan orang yang berbeda status kewarganegaraannya dengan kita.

Selain hubungan pertemanan banyak juga yang menjalin kasih dengan orang yang

berbeda status kewarganegaraan. Misalnya di Indonesia,banyak Warga Negara

Indonesia yang menjalin hubungan kasih dengan Warga Negara Asing dan

akhirnya memutuskan untuk menikah.

Dari interaksi sosial dan komunikasi memungkinkan kita juga menjalin

hubungan dengan orang yang berbeda status kewarganegaraannya dengan kita.

Selain hubungan pertemanan banyak juga yang menjalin kasih dengan orang yang

berbeda status kewarganegaraan. Misalnya di Indonesia,banyak Warga Negara

Indonesia yang menjalin hubungan kasih dengan Warga Negara Asing dan

akhirnya memutuskan untuk menikah.

Perkawinan dengan perbedaan status kewarganegaraan tak dapat dihindari.

Sudah banyak kasus perkawinan dengan berbeda status kewarganegaraan. Ada

beberapa masalah yang ditimbulkan akibat perkawinan campuran ini. Mulai dari
status kewarganegaraan kedua belah pasangan,mengurus persyaratan hingga

status kewarganegaraan anak mereka.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana status

kewarganegaraan anak dari perkawinan campur (perbedaan status

kewarganegaraan).
BAB II
PEMBAHASAN

Beijing (ANTARA) - Direktur Tata Negara Kementerian Hukum dan

HAM Kartiko Nurintias memberikan sosialisasi tentang Peraturan

Kewarganegaraan bagi Masyarakat Indonesia di Luar Negeri di Aula KBRI

Beijing, Minggu (15/12) malam. KBRI Beijing mencatat 199 anak hasil

perkawinan campuran Indonesia-China masih terdaftar bekewarganegaraan ganda.

Sosialisasi tersebut mendapat tanggapan serius berupa pertanyaan dari

warga negara Indonesia di Beijing, termasuk kalangan pelajar, pekerja, dan ibu

rumah tangga yang bersuamikan warga negara asing.

A. Perkawinan Campuran

Berdasarkan UU NO 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 57

menjelaskan bahwa yang dimaksud perkawinan campuran ialah perkawinan

antara dua orang yang memiliki perbedaaan kewarganegaraan dan salah satu

pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Dan lebih lanjut dijelaskan pada pasal 56 UU NO 1 Tahun 1974 bahwa

perkawinan di Indonesia antara dua orang warga negara indonesia atau seorang

warga negara asing adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku

di negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warganegara Indonesia

tidak melanggar ketentuan Undang-undang. Dan dalam waktu 1 (satu) tahun

setelah suami istri teersebut kembali ke wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan

mereka harus didaftarkan dikantor pencatatan perkawinan tempat tinggal mereka.


B. Status kewarganegaraan anak dari hasil perkawinan campuran

Di dunia ini ada dua asas kewarganegaraan yaitu ius soli dan ius

sanguinis. Ius soli adalah asas kewarganegaraan yang dilihat berdasarkan tempat

seseorang lahir sedangkan ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang dilihat

berdasarkan hubungan darah dengan orang tuanya. Setiap negara menganut asas

kewarganegaraan yang berbeda – beda. Begitupula dengan Indonesia yang

menganut kedua asas yang ada di dunia yaitu ius soli dan ius sanguinis.

Menurut UU No 12 tahun 2006 Indonesia memberlakukan 4 asas

kewarganegaraan yaitu asas ius soli,ius sanguinis,asas kewarganegaraan tunggal

dan asas kewarganegaraan ganda terbatas. Keempat hal tersebut yang

menentukan status kewarganegaraan seorang yang tinggal di Indonesia. Hal ini

dapat menjadi acuan status kewarganegaraan seorang anak yang lahir dari

perkawinan campuran.

Seorang anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki status

kewarganegaraan dwikewarganegaraan. Memiliki kewarganegaraan ganda

sebagai Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia.

Dalam UU No 12 tahun 2006 pasal 4 yang mengatakan bahwa salah satu

syarat menjadi Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan

sah Ayah/Ibu Warga Negara Indonesia dengan Ayah/Ibu Warga Negara Asing.

Namun status kewarganegaraan anak dari hasil perkawinan campuran sah adalah

dwi kewarganegaraan yang bersifat terbatas. Jadi anak tersebut hanya dapat

memperoleh status kewarganegaraan Warga Negara Indonesia sampai umur 18

tahun. Jika anak sudah berumur dari 18 tahun maka anak tersebut harus memilih
status kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia atau menjadi Warga

Negara Asing.

C. Tata Cara Mendapatkan Kewarganegaraan indonesia bagi Anak dari


hasil perkawinan campuran
Anak dari hasil perkawinan campuran yang telah berumur lebih dari 18

tahun dan memilih menjadi warga negara Indonesia sesuai yang telah di atur

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 2007 tentang tata

cara memperoleh, kehilangan, pembatalan dan memperoleh kembali

kewarganegaraan republik indonesia, maka dapat memperoleh status

Kewarganegaraan Warga Negara Indonesia dengan cara:

1. Membuat pernyataan untuk memilih kewarganegaraan indonesia secara

tertulis dan disampaikan kepada Pejabat atau Perwakilan Republik

Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal anak. Pernyataan

tersebut disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak

berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah.

2. Pernyataan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia diatas kertas

bermaterai, dan sekurang-kurangnnya memuat :

 Nama lengkap anak yang menyampaikan pernyataan

 Tempat dan tanggal lahir

 Jenis kelamin

 Alamat tempat tinggal

 Nama lengkap orang tua

 Status perkawinan orang tua


 Kewarganegaraan orang tua

3. Pernyataan tersebut harus dilampiri dengan :

 Fotokopi kutipan akte kelahiran anak yang disahkan oleh Pejabat

atau Perwakilan Republik Indonesia

 Fotokopi kutipan akte perkawinan/ buku nikah orang tua yang

disahkan oleh oleh Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

 Fotokopi kutipan akte perkawinan/ buku nikah anak yang belum

berusia 18 tahun tetapi sudah kawin yang disahkan oleh oleh Pejabat

atau Perwakilan Republik Indonesia

 Fotokopi paspor Republik Indonesia dan /atau paspor asing atau

surat lainnya yang disahkan oleh oleh Pejabat atau Perwakilan

Republik Indonesia

 Surat pernyataan melepaskan kewarganegaraan asing dari anak yang

mengajukan surat pernyataan di atas kertas bermaterai cukup yang

disetujui oleh pejabat negara asing yang berwenang atau kantor

perwakilan negara asing

 Pasfoto berwarna terbaru dari anak yang menyampaikan pernyataan

berukuran 4x6 cm sebanyak 6 (enam) lembar.

4. Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia memeriksa kelengkapan

pernyataan memilih Kewarganegaraan Republik indonesia dalam waktu

paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal pernyataan diterima

5. Dalam hal penyataan belum lengkap, Pejabat atau Perwakilan Republik

Indonesia mengembalikan pernyataan kepada anak yang menyampaikan


pernyataan memilih dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak

tanggal pernyataan diterima untuk dilengkapi.

6. Dalam hal pernyataan telah lengkap, Pejabat atau Perwakilan Republik

Indonesia menyampaikan kepada Menteri dalam waktu paling lambat 14

hari terhitung sejak tanggal pernyataan diterima secara lengkap.

7. Menteri memeriksa pernyataan dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung

sejak tanggal diterimanya pernyataan dari Pejabat atau Perwakilan Republik

Indonesia.

8. Dalam hal penyataan belum lengkap, Menteri mengembalikan pernyataan

kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia dalam waktu paling

lambat 14 hari terhitung sejak tanggal pernyataan diterima untuk dilengkapi

9. Dalam hal pernyataan telah lengkap, Menteri menetapkan keputusan bahwa

anak yang bersangkutan Warga Negara Indonesia.

10. Keputusan Menteri disampaikan kepada pemohon melalui pejabat atau

perwakilan republik indonesia dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung

sejak tanggal ditetapkan dan salinannya disampaikan kepada Presiden dan

Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia.

11. Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia memberitahukan keputusan

tersebut kepada anak yang mengajukan pernyataan memilih dalam waktu

paling lambat 7 hari terhitung sejak tanggal Keputusan Menteri diterima

12. Pemberitahuan tersebut juga memuat kewajiban Anak Untuk Menyerahkan

Kepada Pejabat Atau Perwakilan Republik Indonesia tanda terima

pengembalian dokumen atau surat-surat keimigrasian negara asing dalam


waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal pemberitahuan diterima

oleh anak yang menyampaikan pernyataan memilih.

13. Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia melaporkan kepada Menteri

tentang penyerahan Keputusan Menteri dalam waktu paling lambat 14 hari

terhitung sejak tanggal penyerahan keputusan kepada anak yang

menyampaikan pernyataan memilih.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Seorang anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki status

kewarganegaraan dwikewarganegaraan. Memiliki kewarganegaraan ganda

sebagai Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia. Dan jika anak tersebut

sudah berumur dari 18 tahun maka anak tersebut harus memilih status

kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia atau menjadi Warga Negara

Asing. Tata cara memperoleh kewarganegaraan Negara Indonesia telah di atur

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 2007.


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 2007 tentang tata cara memperoleh,
kehilangan, pembatalan dan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia.

UU Nomor 12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

https://www.antaranews.com/berita/1210356/199-anak-dari-kawin-campur-indonesia-
china-berkewarganegaraan-ganda
TUGAS KEWARGANEGARAAN

“ Pencabutan Kewarganegaraan “

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " pencabutan kewarganegaraan”

MUTMAINNA

PO714203192018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI D-IV ANALIS KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI
Halaman

Daftar Isi..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
C. Latar Belakang .............................................................................................. 1
D. Tujuan ........................................................................................................... . 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
D. Pencabutan kewarganegaraan.......................................................... 5

E. BAB III PENUTUP.................................................................................. 6

B. Kesimpulan ................................................................................................... .. 9

i
BAB I

PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Salah satu unsur yang ada dalam suatu negara adalah warga negara. Tanpa adanya
warga negara maka suatu negara tidak akan terbentuk. Warga negara merupakan anggota
sah dari suatu masyarakat di suatu negara sehingga warga negara merupakan salah satu
unsur yang hakiki dari sebuah negara. Status sebagai warga negara dijamin menjadi hak
bagi setiap orang sebagaimana ditegaskan dalam konstitusi kita Pasal 28D Undang-
Undang Dasar 1945. Kewarganegaraan kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam konstitusi
dengan disertai seperangkat hak-hak dan kewajiban yang melekat di dalamnya.
Terjaminnya kewarganegaraan dalam konstitusi Republik Indonesia sebagai sebuah hak
adalah perwujudan dari pengakuan negara akan keterikatan individu dalam komunitas
politik bangsa Indonesia
Konsep umum tentang kewarganegaraan mengartikan warga negara sebagai
anggota komunitas politik yang berhak mendapatkan perlindungan negara sehingga
seorang warga negara diharapkan agar memenuhi harapan-harapan bersama dan
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam keanggotaannya dalam
komunitas politik (Michael Walzer, “What Does It Mean To Be An American”, essay
dalam The American Experience 82-95, 1996).
Secara lebih elaboratif, kewarganegaraan dapat diartikan dalam empat hal, yaitu
(1) kewarganegaraan adalah status hukum (citizenship as a legal status), negara
memberikan jaminan akan hak-hak mendasar kepada warga negara dan warga negara
dituntut kewajiban-kewajibannya kepada negara; (2) kewarganegaraan adalah hak
(citizenship as a right), memahami kewarganegaraan adalah sebagai sekumpulan hak-
hak, tanggung jawab, dan kesempatan-kesempatan untuk berpartisipasi yang mampu
mendefinisikan kedudukan individu dalam ruang sosial politik sebuah komunitas.
Kemudian; (3) kewarganegaraan sebagai aktivitas dan aspirasi politik (citizenship
as political activity), yang merefleksikan kehendak dan partisipasi politik setiap individu
dalam sebuah komunitas politik (negara); (4) kewarganegaraan adalah kesadaran untuk
mengungkapkan identitas dan sentimen-sentimen individu (citizenship as type of
collective identity and sentiment) (Rubenstein & Adler, International Citizenship: The

1
Future of Nationality in a Globalized World (2000) dan lihat juga Linda Bosniak,
Citizenship the Nationalize, 2000).
Kewarganegaraan dimengerti sebagai sebuah hak yang sangat berharga (precious
right) yang ditempatkan sejajar dengan hak atas hidup dan kebebasan. Setiap manusia
yang beradab secara sadar memahami bahwa setiap manusia yang mempunyai harapan-
harapan tinggi akan kehormatan (human dignity), ekspresi kebebasan mengarahkan
hidup sendiri dalam sebuah identitas politik (self government and public (democratic)
deliberation), dan secara bersama dalam komunitas politik suatu bangsa berbagi baik
secara individu maupun bersama melaksanakan kewajiban kepada komunitas politik
adalah terwujud dalam status kewarganegaraan. Adalah kewajiban hukum dan peradilan
untuk mengamankan kewarganegaraan setiap individu selama individu tidak secara
sukarela meninggalkan status kewarganegaraannya (Supreme Court Amerika Serikat No
356 Trop v Dulles Tahun 1958 yang dikutip dalam artikel “To Ban or Not to Ban an
American Taliban? Revocation of Citizenship & Statelessness in a Statecentric System”,
California Western Law Review, 2003).
Secara konsisten, dalam lima puluh tahun berbagai perjanjian-perjanjian
internasional dan protokol internasional memperkuat dan memaparkan secara jelas
tentang keberadaan hak terhadap kewarganegaraan, sebagaimana diatur dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), kovenan hak-hak Sipil dan Politik,
International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination,
konvensi hak-hak anak tahun 1989 dan lainnya.
Pencabutan kewarganegaraan merupakan hukuman yang bersifat konkret dan
fundamental mengakibatkan hilangnya semua hak-hak mendasar baik hak pasif maupun
hak aktif dan hak-hak mendasar lain termasuk hak terhadap harta benda, hak membentuk
keluarga dan keturunan, hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, hak atas
perlindungan terhadap diskriminasi, hak atas identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dan seperangkat hak-hak asasi lainnya.
D. Tujuan
Tujuan penulis ini untuk mengetahui bagaimana pencabutan kewaganegaraan
BAB II

PEMBAHASAN

Pemerintah akhirnya menyerahkan draf revisi undang-undang pemberantasan

tindak pidana terorisme ke DPR. Salah satu agenda perubahan undang-undang

tersebut adalah memasukkan sanksi hukuman pencabutan status kewarganegaraan

jika terlibat dalam tindak pidana terorisme.

Pasal 46A draf revisi undang-undang pemberantasan tindak pidana terorisme

menyebutkan bahwa “Setiap warga negara Indonesia yang melakukan pelatihan

militer, pelatihan paramiliter, pelatihan lainnya, dan/atau ikut perang di luar negeri

untuk tindak pidana terorisme, pejabat yang berwenang mencabut paspor dan

menyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

Dimasukkannya sanksi hukuman berupa pencabutan kewarganegaraan di

dalam revisi undang-undang pemberantasan tindak pidana terorisme perlu dikaji

secara lebih dalam, hati-hati, dan tidak bisa dilakukan semena-mena. Apakah

sanksi pencabutan kewarganegaraan itu sejalan dengan tata nilai demokrasi, negara

hukum, dan HAM? Apakah kekuasaan dengan serta-merta dapat mencabut status

kewarganegaraan tanpa melalui proses pengadilan? Apakah pencabutan status

kewarganegaraan itu efektif di dalam melakukan pencegahan aksi terorisme?

Penting untuk diingat, status kewarganegaraan seseorang adalah bagian hak

konstitusional warga. Dengan demikian, pencabutan kewarganegaraan dengan cara

yang kurang hormat (less dignify), yaitu dengan hanya prosedur administrasi,

menjadi tindakan yang mungkin mengurangi kehormatan konsep kewarganegaraan

sebagai hak konstitusional.

5
- PENCABUTAN KEWARGANEGARAAN

Pencabutan kewarganegaraan memerlukan justifikasi dalam keadaan yang

sangat ekstrem mengingat konsekuensi yang sangat besar harus diterima oleh

terhukum dalam pencabutan kewarganegaraan. Pencabutan kewarganegaraan yang

membawa konsekuensi status tanpa negara (statelessness) disebut sebagai

extraordinary punishment yang bisa dijustifikasi hanya dengan kasus yang ekstrem,

seperti terdapat pelanggaran fundamental terhadap hak-hak dan kewajiban seorang

warga negara terhadap warga negara lain atau terhadap negara yang dijamin

melalui hubungan-hubungan konstitusional.

Pelanggaran terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban konstitusional ini

jelas berbeda dari pelanggaran terhadap hukum dan peraturan lain (pidana) (D

Husak, Over Criminalization: The Limits Of Criminal Law 2008). Pelanggaran

hukum atau kriminal adalah pelanggaran terhadap kedaulatan negara untuk

menciptakan ketertiban sosial (social order), sedangkan pelanggaran konstitusional

adalah pelanggaran yang mengakibatkan terlanggarnya hak-hak warga negara yang

dijamin oleh negara dalam konstitusi. Konstitusi dilandasi akan hal-hal

fundamental dan universal yang juga meliputi kehormatan manusia (human

dignity).

Pencabutan kewarganegaraan bukanlah bermaksud untuk menegakkansocial

order yang dibatasi dalam konstitusi, tetapi lebih kepada menjaga ikatan konstitusi

yang dimengerti sebagai sebuah komitmen bersama dalam ikatan negara. Lebih

jauh lagi, pencabutan kewarganegaraan adalah hukuman bagi pelanggaran ikatan

komunitas politik negara sehingga pencabutan kewarganegaraan adalah satu

bentuk hukuman politik (D Husak, Over Criminalization: The Limits Of Criminal


Law 2008). Akhirnya, pencabutan kewarganegaraan bukan dimaknai sebagai

hukuman untuk mencegah gangguan terhadap social order dan bukan pula

dimaknai sebagai pelanggaran terhadap peraturan-peraturan hukum (diatur dalam

hukum pidana), tetapi lebih kepada sanksi bagi pelanggaran fundamental terhadap

ikatan konstitusional yang mendasari hubungan atau ikatan antara individu dan

komunitas politik.

Pencabutan kewarganegaraan mengakibatkan konsekuensi keadaan tanpa

negara atau statelessness. Seorang individu yang kehilangan kewarganegaraan

tidak lagi bisa mendapatkan perlindungan atau pendampingan dari otoritas negara.

Individu tanpa negara tidak memegang nasionalitas di bawah negara sehingga tidak

mendapatkan keuntungan atau dampak dari upaya-upaya perlindungan hak dan

upaya-upaya perlindungan dalam domain internasional. Ratusan ribu orang dengan

status statelessness di seluruh dunia berada dalam status hukum abu-abu dan rentan

menjadi korban pelanggaran terhadap hak asasi manusia mereka.

Status kehilangan kewarganegaraan yang diatur dalam UU No 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagian besar berdasar pada sifat

kesukarelaan dan kesengajaan untuk memutus hubungan dengan komunitas politik

negara Indonesia sehingga konsekuensi hukum bisa dilaksanakan dalam bentuk

administratif.

Namun, di sisi lain, ketika pencabutan kewarganegaraan dilakukan dengan

kekuatan memaksa terhadap seorang warga negara yang mendapatkan status

kewarganegaraan melalui proses yang sesuai diatur dalam konstitusi dan UU dan

tidak ada karakter kesukarelaan untuk meninggalkan kewarganegaraan, maka

bukan konsekuensi hukum melalui pelaksanaan administrasi yang layak dikenakan.


Dalam kasus seperti ini, sudah sepatutnya ditempuh proses yang mencerminkan

nilai-nilai fundamental dan universal dalam konstitusi yang menjunjung tinggi

keadilan, kehormatan kemanusiaan, penghormatan negara terhadap konsep

kewarganegaraan, melalui mekanisme pengadilan dan mempertimbangkan

konsekuensi keadaan tanpa negara (statelessness).

Dengan mempertimbangkan status kewarganegaraan merupakan sebuah hak

yang sangat berharga (precious right) serta latar belakang pencabutan yang perlu

ada alasan yang sangat ekstrem serta implikasi menjadi statelessness, sanksi

pencabutan kewarganegaraan bukankah sebaiknya dipertimbangkan lagi dan dikaji

ulang untuk dimasukkan ke dalam agenda revisi UU pemberantasan tindak pidana

terorisme? Bukankah sebaiknya kita menghukum kejahatan yang dia lakukan

dengan sanksi pidana penjara tanpa harus mencabut status kewarganegaraannya?

Apalagi, Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal dan tak menganut

asas kewarganegaraan ganda sehingga sanksi pencabutan kewarganegaraan jika

diterapkan dalam revisi UU pemberantasan tindak pidana terorisme akan

mengakibatkan terjadinya keadaan tanpa negara (statelessness) yang seharusnya

dihindari mengingat kondisi ini sangat merendahkan kehormatan sebagai manusia.

Kebijakan negara untuk menanggulangi persoalan terorisme memang bukan hanya

perlu, tetapi juga harus. Terorisme hanya bisa dicegah, ditanggulangi, dan

dipersempit ruang geraknya oleh kebijakan negara yang komprehensif bagi tata

kehidupan politik demokratik, kesejahteraan sosial, dan tegaknya keadilan.

Meski demikian, dalam menyusun kebijakan anti terorisme, negara harus

memenuhi kewajibannya dengan benar, yakni menempatkan perlindungan terhadap


liberty of person dalam suatu titik perimbangan yang permanen dengan

perlindungan terhadap security of person.


BAB III

PENUTUP

B. KESIMPULAN

Penting untuk diingat, status kewarganegaraan seseorang adalah bagian hak


konstitusional warga. Dengan demikian, pencabutan kewarganegaraan dengan cara yang
kurang hormat (less dignify), yaitu dengan hanya prosedur administrasi, menjadi
tindakan yang mungkin mengurangi kehormatan konsep kewarganegaraan sebagai hak
konstitusion

Anda mungkin juga menyukai