Anda di halaman 1dari 125

Buku Rancangan Pengajaran

BLOK
RESPIRATORY SYSTEM
Ilmu Penyakit Paru dan Saluran Pernapasan

Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
2021
2

Tim Penyusun

Aldy Syafruddin Rambe


Imam Budi Putra
Dewi Masyitah Darlan
Milahayati Daulay
Gema Nazri Yanni
Andika Pradana
Ananda Wibawanta Ginting
Ahmad Yafiz Hasby
Dewi Saputri
Doaris Ingrid Marbun
Elvita Rahmi Daulay
Lidya Imelda Laksmi
Maya Savira
Mega Sari Sitorus
Muhammad Syahputra
R Lia Kesumawati
Ricke Loesnihari
Rini Savitri Daulay
Rozaimah Zain Hamid
Wisman Dalimunthe
Yuki Yunanda
Zulham
3

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini. Harapan kami buku ini
dapat memberi manfaat bagi mahasiswa, staf pengajar, dan seluruh pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan Blok Respiratory System ini.

Kami menyadari dalam penyusunan buku ini masih banyak hal yang harus
disempurnakan, masih banyak kesalahan di sana sini baik dalam pemilihan topik
kuliah, praktikum, maupun diskusi kelompok, penulisan nama narasumber, dan
sebagainya, semoga menjadi ladang amal untuk dimaafkan. Tujuan kami hanya
ingin memberikan yang terbaik bagi mahasiswa, dokter masa depan, generasi
penerus Fakultas Kedokteran USU. Kami sangat menghargai segala masukan
bagi penyempurnaan buku ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih bagi semua fihak yang turut serta
dalam penyusunan buku ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu, semoga semua yang kita lakukan
menjadi amal ibadah, dan Allah memberi kita kemudahan dalam pelaksanaan
Blok Respiratory System ini.
Amin.

Medan, April 2021

Tim Penyusun

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
4

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar .............................................................................. 3


2. Daftar Isi ......................................................................................... 4
3. Pendahuluan .................................................................................. 5
4. Prasyarat Mahasiswa ..................................................................... 6
5. Tujuan ............................................................................................ 6
6. Lingkup Bahasan Blok Respiratory System ................................... 8
7. Daftar Bahan Rujukan .................................................................... 23
8. Metode Pembelajaran .................................................................... 25
9. Sarana dan Prasarana ................................................................... 28
10. Evaluasi Mahasiswa ...................................................................... 29

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
5

PENDAHULUAN

Dalam pelayanan kesehatan primer, gangguan respirasi merupakan salah satu masalah
yang paling sering dikeluhkan pasien. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes, urutan
kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia adalah penyakit infeksi saluran napas bawah.
Selain itu, gangguan pada sistem respirasi dan/atau organ/sistem lain yang terkait dalam proses
repirasi akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bernapas seperti batuk, sesak napas, nyeri
dada dan sebagainya.
Lebih jauh, kelainan respirasi dapat sangat kompleks. Sehingga membutuhkan pengetahuan
yang menyeluruh, tidak hanya pengetahuan tentang sistem respirasi tetapi juga pengetahuan
dari berbagai bidang, termasuk fisiologi asam basa, fungsi kardiovaskuler, keseimbangan cairan
dan elektrolit, fisiologi sel, kegawatdaruratan medis, farmakologi, medical imaging, dan lain-lain.
Data yang dirilis oleh WHO pada tahun 2016, penyakit paru memberikan kontribusi terbesar
sebagai penyumbang angka kematian tertinggi di seluruh dunia. Kematian akibat kanker paru
menduduki peringkat ke-2, kematian akibat penyakit obstruksi saluran napas di peringkat ke 3, dan
kematian akibat infeksi saluran napas bawah di peringkat ke 5. Akumulasi ketiga penyakit ini telah
melebihi total kematian akibat penyakit kardioserebrovaskular.
Pada tahun 2020, WHO merilis data yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
peringkat kedua dengan jumlah penderita Tuberkulosis paru tertinggi di seluruh dunia di bawah
China. Penyakit tuberkulosis terus menerus menjadi masalah kesehatan di Indonesia, tidak hanya
karena angka insidensinya yang selalu tinggi, tetapi juga munculnya kasus tuberkulosis dengan
penyulit seperti Tuberkulosis Resistan Obat. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke 8 dengan
jumlah penderita TB resistan obat tertinggi di dunia. Penderita TB paru, termasuk TB resistan obat
tersebar begitu luas di seluruh daerah di Indonesia, tidak hanya di pedesaan tetapi juga di daerah
perkotaan, melibatkan masyarakat dari kalangan ekonomi bahwa hingga tinggi. TB di Indonesia
tercatat sebagai infeksi penyebab kematian nomor 1, dan satu orang di Indonesia terinfeksi TB
setiap detiknya.
Tahun 2020 juga menjadi sejarah baru dalam peradaban dunia. Pandemi COVID-19
melanda hampir semua negara di belahan dunia, termasuk Indonesia. Kasus pertama COVID-19
di Indonesia dilaporkan pada awal Maret 2020, dan jumlah kasus barunya semakin hari semakin
tidak terkontrol. Per Februari 2021, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penderita COVID-19
tertinggi di Asia Tenggara. Lebih dari 1 juta prang terkonfirmasi COVID-19 dengan total kematian
lebih dari 31 ribu orang di Indonesia. Manifestasi klinis COVID-19 yang memiliki keistimewaan
dengan happy hypoxia menjadi pengecoh yang membuat banyak kasus tidak terdiagnosis di awal
dan berkontribusi dalam menyebabkan tingginya angka kematian.
Penyakit obstruksi saluran napas seperti Asma dan PPOK juga terus menerus menjadi
masalah. Saat ini PPOK menduduki peringkat keempat penyebab kematian tertinggi di Amerika
Serikat. PPOK dikaitkan tidak hanya dengan manifestasi sesak napas, tetapi lebih dari itu, PPOK
menyebabkan deteriorasi dan dekondisi yang berujung pada penurunan kualitas hidup. Kematian
terkait kasus asma juga sangat tinggi khususnya pada populasi usia 55-65 tahun yang dikarenakan
asma yang tidak terkontrol dengan baik dan pengobatan yang tidak adekuat.
Spektrum penyakit di bagian paru dan saluran napas sangat luas dan bervariatif, mulai dari
obstruksi saluran napas, infeksi paru, malignansi paru, intervensi paru, dan penyakit paru akibat
pekerjaan dan lingkungan. Berbagai jenis pekerjaan menjadi faktor risiko penyakit paru akibat kerja
seperti misalnya silikosis yang lazim dijumpai pada pekerja pemecah batu dan kerikil, asbestosis
yang banyak dijumpai pada pekerja galangan kapal, bissinosis pada pekerja industri tekstil,
ataupun asma kerja yang sering dijumpai pada pekerja di pabrik roti ataupun tepung. Kesemua
penyakit paru akibat pekerjaan ini akan mengakibatkan kerusakan yang progresif pada paru dan
membatasi kemampuan seseorang untuk bekerja dengan maksimal dan berujung pada penurunan
kualitas hidup. Belum lagi ditambah dengan polusi udara dan kebakaran hutan yang
mengakibatkan inhalasi gas beracun ke dalam saluran napas dan menyebabkan kerusakan pada
paru.
6

Dengan mempertimbangkan semua kondisi di atas, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa
penyakit paru dan saluran napas mempunyai peranan secara global, karena dapat mengenai
sebagian besar penduduk dunia, tidak saja di daerah tropis. Upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit paru dan saluran napas menjadi sangat penting dilakukan mulai dari layanan kesehatan
primer hingga pusat rujukan guna menekan angka penyakit paru dan saluran napas. Untuk itu,
diperlukan pemahaman yang utuh dan mendalam mengenai penyakit paru dan saluran napas yang
terjadi, khususnya di Indonesia
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada semester IV di program studi S1 Pendidikan Dokter,
mahasiswa akan melaksanakan pembelajaran Blok Respiratory Medicine. Tujuan umum blok ini,
membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menegakkan diagnosa
penyakit, pengobatan, menilai kesembuhan, menilai prognosis, dan pencegahan penyakit-penyakit
pada sistem respirasi yang sering dijumpai di layanan primer. Blok Respiratory System ini
mempunyai beban kredit sebesar 6 SKS, yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) minggu.

I. PRASYARAT MAHASISWA
Blok respirasi ini merupakan salah satu blok Tahap II (Pathological Sciences) dalam struktur
kurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa yang telah melalui Tahap I (Basic Medical
Sciences), mahasiswa ini telah mencapai keterampilan generik yaitu keterampilan belajar
sepanjang hayat, dan dasar-dasar ilmu kedokteran.

II. TUJUAN
TUJUAN BLOK
Tujuan umum
Melalui blok respirasi ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang dokter layanan primer, yaitu:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinik dasar
3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
4. Pengelolaan masalah kesehatan
5. Pengelolaan informasi
6. Mawas diri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktek

Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan Blok Sistem Respiratori ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalam upayanya mengelola
pasien dengan masalah pada sistem respirasi dengan mengintegrasikan penalaran klinis dan
biomedis sehingga menunjang terciptanya kerja sama yang baik antara dokter dengan pasien,
keluarga, komunitas, dalam penanganan masalah dermatologi.
2. melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknik yang tepat serta
mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.
3. menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunder pasien dengan
kelainan respirasi dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan ilmu klinik.
4. memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain dan menafsirkan hasilnya.
5. melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalah respirasi dengan
mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosis maupun tata laksananya.
6. mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi menyangkut masalah
respirasi dari berbagai sumber dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi
kesehatan, serta surveilans dan pemantauan status kesehatan pasien.
7. peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan
pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etik yang berkaitan dengan
gangguan sistem respirasi.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
7

8. mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan dengan masalah-masalah


Sistem Respirasi.

TUJUAN MAHASISWA
Sasaran pembelajaran terminal
Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik
penyakit di sistem respirasi, mahasiswa tahap II yang telah menjalani blok Sistem Respirasi
mampu menafsirkan data tersebut dan menerapkannya dalam langkah pemecahan masalah yang
baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan
teknologi informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.

Sasaran pembelajaran penunjang


Setelah menyelesaikan blok Sistem Respirasi, maka:
1. Apabila diberi data sek under tentang kelainan sistem respirasi, mahasiswa mampu:
a. merumuskan masalah kesehatan pasien.
b. menjelaskan struktur makroskopik dan mikroskopik serta faal organ dan jaringan sistem
respirasi.
c. menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologik dalam
sistem respirasi.
d. menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit sistem respirasi.
e. menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan sistem respirasi
(farmakodinamik dan farmakokinetik)
h. menyusun rencana tata laksana kelainan atau gangguan sistem respirasi .
i. menjelaskan prognosis suatu penyakit sistem respirasi beserta alasan yang mendasarinya.
j. mencari informasi tentang lingkup dan materi sistem respirasi melalui sistem teknologi
informasi (IT system).
l. melakukan analisis etik tentang gangguan sistem respirasi.
m. menjelaskan komplikasi pada kelainan sistem respirasi serta rencana penanggulangannya.
2. Apabila diberi k asus atau pasien simulasi dengan kelainan/penyakit sistem respirasi,
mahasiswa mampu:
a. melakukan anamnesis mengenai kelainan sistem respirasi dengan menerapkan
kemampuan komunikasi efektif.
b. melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi.
c. menetapkan pemeriksaan penunjang tertentu untuk menegakkan diagnosis kelainan
sistem respirasi.
d. melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang kelainan sistem respirasi.
e. menetapkan diagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada pasien serta menjelaskan
mekanisme yang mendasarinya.
f. menyusun rencana tatalaksana masalah/penyakit sis tem respirasi secara komprehensif
(termasuk rencana pencegahan, rehabilitasi dan rujukan).
3. Bila diberi data masalah kelainan/penyakit sistem respirasi dalam suatu komunitas,
mahasiswa mampu:
a. menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit sistem respirasi dalam masyarakat.
b. menentukan faktor penyebab/ faktor risiko dari kelainan/penyakit sistem respirasi dan
dapat menghubungkan faktor tersebut dengan kelainan/ penyakit sistem respirasi yang
didapat.
c. membuat rencana pencegahan primer dan sekunder dan rencana rehabilitasi
kelainan/penyakit sistem respirasi.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
8

III. LINGKUP BAHASAN BLOK RESPIRATORY SYSTEM

Strategi
Pokok Kode
Subpokok bahasan Specific Learning Objectives Pembe- Departemen
Bahasan Tahapan
lajaran
RESPIRATORY SYSTEM I (RTS I)
Pengenalan Pemutaran film sistemMemberikan gambaran umum Film RTS-F1 MEU & TIM BLOK
Blok Sistem respiratori mengenai blok sistem respiratori
Respiratori melalui ceramah dan pemutaran
film
Lingkup bahasan-1: Jalan Napas dan Aliran Udara Paru (Ventilasi)
Embriologi Pembentukan & Menjelaskan pembentukan & Kuliah RTS1-K1 Anatomi:
(Organogenesi Perkembangan perkembangan tracheobronchi 1. dr. Mega Sari
s) Tracheobronchi dengan dengan cabangnya Sitorus, M.Kes,
Cabangnya SpPA
Anatomi Pembentukan & Menjelaskan pembentukan & 2. dr. Dwi Rita
Saluran napas Perkembangan Paru perkembangan paru Anggraini,
M.Kes, SpPA
Trachea Struktur trachea
Percabangan trachea
Bronchus Struktur bronchus
Percabangan bronchus sampai
ke alveolus
Hilus Pulmonalis Organ-organ yang dilaluinya
Struktur  Epitel Saluran Napas Menjelaskan Respiratory Kuliah RTS1-K2 Histologi:
Histologi  Rongga Hidung Epithelium 1.dr. Esther R.D.
Sistem  Sinus Paranasal Menjelaskan Nasal Cavity : Sitorus,
Respirasi  Faring - Vestibulum M.Ked(PA), SpPA
 Laring - Nasal Fossae 2.dr. Zulham,
 Trachea - Olfactory Epithelium M.Biomed, PhD
 Bronchus Menjelaskan Paranasal Sinuses
 Bronchiolus
 Respiratoy Menjelaskan Nasopharynx
Bronchiolus Menjelaskan Larynx
 Terminal Bronchiolus Menjelaskan Bronchial Tree :
- Bronchus
- Bronchiolus
- Respiratory Bronchiole
- Alveolar Duct
- Alveoli
Mekanika Kuliah RTS1-K3 Fisiologi:
respirasi 1. dr. Maya Savira,
M.Kes
2. dr. Selly Azmelia,
SpM
Bronkiolitis Definisi Bronkiolitis Mampu menjelaskan definisi Kuliah RTS1-K4 Ilmu Kes.Anak:
Bronkiolitis 1. Dr. dr. Rini
Manifestasi Klinis Menjelaskan manifestasi klinis Savitri Daulay,
Bronkiolitis M.Ked(Ped),
Patogenesis Bronkiolitis Menjelaskan patogenesis SpA(K)
Bronkiolitis 2. dr. Wisman
Interpretasi hasil Menginterpretasikan hasil temuan Dalimunthe,
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, M.Ked(Ped),
laboratorium dan radiologi pada SpA(K)
Bronkiolitis
Indikasi perujukan Mengetahui indikasi rujukan
penderita Bronkiolitis penderita Bronkiolitis
9

Faktor predisposisi Mengetahui faktor predisposisi


Bronkiolitis
Hubungan Bronkiolitis Mengetahui hubungan Bronkiolitis
dengan Asma dengan asma
Diagnostik Gejala utama Menemukan dan menjelaskan Kuliah RTS1-K5 Ilmu Peny. Paru:
Kelainan Paru gejala utama kelainan sistem dr. Andika
pernapasan Pradana,
Gejala tambahan Menemukan dan menjelaskan M.Ked(Paru), SpP
gejala tambahankelainan sistem
pernapasan
Pemeriksaan fisik Melakukan dan menjelaskan
diagnostik pemeriksaan fisik diagnostik
kelainan sistem pernapasan
Pemeriksaan penunjang Menjelaskan pemeriksaan
dan alat bantu diagnostik diagnostik penunjang kelainan
sistem pernapas
Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Bronkhitis Kuliah RTS1-K6 Ilmu Peny.Paru:
etiologi Akut dan Bronkiektasis 1. Dr. dr. Amira P.
Tarigan,
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese M.Ked(Paru),
Bronkitis Akut Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik & SpP(K)
dan diagnostik
Bronkiektasis Penatalaksanaan dan 2. dr. Andika
pencegahan Mampu menegakkan diagnosa Pradana,
dan melakukan penatalaksanaan M.Ked(Paru),
Berhenti Definisi , klasifikasi Mampu memahami dan SpP
Merokok menjelaskan tentang bahaya
Program, pemeriksaan merokok
dan pencegahan
Mampu memahami dan menilai
tingkat derajat dan motivasi
merokok

Mampu memahami dan


melakukan program berhenti
merokok kepada perokok

Mampu memahami dan


memberikan terapi farmakologik
dan nonfarmakologik

Mengetahui pemeriksaan untuk


mendukung dan mengevaluasi
program berhenti merokok
Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Kuliah RTS1-K7 Ilmu Peny.Paru:
etiologi Bronkhiektasis Dr. dr. Noni
Novisari Soeroso,
Atelektasis Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese M.Ked(Paru),
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik & SpP(K)
diagnostik

Penatalaksanaan dan Mampu menegakkan


pencegahan diagnosa,penatalaksanaan
sementara serta merujuk
Batuk Alergi Defenisi Asma pada Menjelaskan defenisi asma pada Kuliah RTS1-K8 Ilmu Kes.Anak:
dan Asma Anak anak 1.Dr. dr. Rini Savitri
pada Anak Daulay,
Menjelaskan batuk kronik berulang M.Ked(Ped),
Batuk Kronik Berulang dan hubungannya dengan asma SpA(K)
dan Hubungannya 2. dr. Wisman

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
10

dengan Asma Mampu mengaplikasikan Dalimunthe,


penemuan klinis, pemeriksaan fisik M.Ked(Ped),
Diagnosa Asma pada dan pemeriksaan penunjang SpA(K)
Anak dalam menegakkan diagnosa
asma pada anak

Menjelaskan terjadinya obstruksi,


Patologi dan Patofisiologi hyperresponsif, serta inflamasi
Asma jalan nafas
Menjelaskan patologi dan
patofisiologi asma

Faktor-faktor Resiko Mengetahui faktor-faktor resiko


Asma asma

Tanda dan Gejala Asma Menjelaskan tanda dan gejala


pada Anak asma pada anak

Manajemen Asma Menjelaskan manajemen asma


Manajemen Pasien di pada saat maupun di luar
Rumah serangan

Menjelaskan manajemen pasien di


rumah
Farmakologi Farmakologi obat  Menjelaskan Kuliah RTS1-K9 Farmakologi:
obat batuk obat batuk patofisiofarmakologi obat batuk 1. Dr. med. rer.
dan obat  Farmakologi obat  Menjelaskan penggolongan dr. M. Ichwan,
asma MSc
asma obat batuk ( antitussive,
ekspektorant, mukolitik, dll) 2. Dr. Yunita Sari
 Menjelaskan aspek farmakologi Pane, M.Si
obat batuk (antitussive,
ekspektorant,mukolitik,dll)
meliputi:

-Farmakokinetik
-Farmakodinamik
-Efek yang tidak diinginkan
-Indikasi, kontraindikasi
-Dosis pemberian, bentuk
sediaan
-Interaksi obat
 Menjelaskan
patofisiofarmakologi obat asma
 Menjelaskan penggolongan
obat asma ( gol.adrenergik, B2-
selective agonist,
gol.methylxantin, gol.muskarinik
antagonis, gol.kortikosteroid)
 Menjelaskan aspek farmakologi
obat asma meliputi:

- Farmakokinetik
- Farmakodinamik
- Efek yang tidak diinginkan
- Indikasi, kontraindikasi
- Dosis pemberian, bentuk
sediaan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
11

- Interaksi obat

PPOK Pengertian,etiologi,klasifi  Menjelaskan definisi PPOK Kuliah RTS1-K10 Ilmu Peny.Paru:


kasi  Menjelaskan patogenesis PPOK, 1. Dr.dr. Amira P.
menegakkan diagnosis Tarigan,
Patogenesa,penatalaksa ,penatalaksanaan bronkitis M.Ked(Paru),
naan kronis,rujuk. SpP(K)
 Menjelaskan penatalaksanaan 2. Dr. dr.
emfisema,rujuk Pandiaman
Pandia,
M.Ked(Paru),
SpP(K)

Asma Pengertian,etiologi,klasifi  Menjelaskan definisi Asma Kuliah RTS1-K11 Ilmu Peny.Paru:


kasi  Menjelaskan patogenesis Asma 1. Prof. dr. Tamsil
 Menegakkan diagnosis, dan Syafiuddin,
Patogenesa,penatalaksa menjelaskan klasifikasi Asma SpP(K)
naan  Menjelaskan penatalaksanaan 2. dr. Andika
Asma Pradana,
 Memberikan dan menjelaskan M.Ked(Paru),
edukasi kepada penderita Asma Sp.P
Histopatologi Memahami Perubahan  Mampu Menjelaskan Morfologi Kuliah RTS1-K12 Patologi Anatomik:
obstruksi paru Histopatologi pada Histopatologi Bronkitis dan 1. Dr. dr. Lidya
Penyakit Obstruksi Paru Empisema Imelda Laksmi,
 Mampu menjelaskan perubahan M.Ked(PA),
morfologi pada Asma SpPA
2. dr, Causa Trisna
Mariedina,
M.Ked(PA),
SpPA
Lingkup bahasan-2 : Mekanika Pernapasan
Anatomi Paru Struktur Anatomi Dinding  Menentukan letak otot-otot pada Kuliah RTS1-K13 Anatomi:
Dada dinding dada yang berperan 1. dr. Mega Sari
pada pernafasan Sitorus, M.Kes,
 Menentukan struktur tulang iga SpPA
 Menentukan struktur diafragma 2. dr. Dwi Rita
Pleura  Struktur pleura Anggraini,
 Cavum pleura M.Kes, SpPA
 Vaskularisasi, inervasi & aliran
lymphe pleura
Struktur Alveoli Menjelaskan Pulmonary Blood Kuliah RTS1-K14 Histologi:
histologi Pleura Vessels 1. dr. Esther R.D.
sistem Perdarahan dan Menjelaskan Pulmonary Lymphatic Sitorus,
respirasi Persarafan Parenkim Vessels M.Ked(PA),
Paru Menjelaskan Nerves, Pleura dan SpPA
Respiratory Movement 2. dr. Zulham,
M.Biomed, PhD
Difusi Gas Kuliah RTS1-K15 Fisiologi:
1. dr. Maya
Savira, M.Kes
2. dr. Selly
Azmelia, SpM

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
12

Obstructive Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Kuliah RTS1-K16 Ilmu Peny.Paru:
Sleep Apnoe etiologi Obstructive Sleep Apnoe 1. Dr. dr. Fajrinur
Syarani,
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese M.Ked(Paru),
SpP(K)
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik & 2. dr. Syamsul
diagnostik dan mampu Bihar,
menegakkan diagnose M.Ked(Paru),
SpP(K) FISR
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan
pencegahan dan mampu merujuk
Laboratorium Analisa cairan Pleura  Menjelaskan tentang transudat Kuliah RTS1-K17 Patologi Klinik:
Diagnostik dan eksudat 1. dr. Ricke
Kelainan  Menjelaskan parameter Loesinari,
Pleura pemeriksaan analisa cairan M.Ked(Clin-
pleura Path), SpPK
 Menjelaskan Interpretasi hasil 2. dr. Ranti
analisa cairan pleura Permatasari,
SpPK(K)
Kelainan Hipoplasia Paru Menjelaskan definisi, patogenesis, Kuliah RTS1-K18 Ilmu Kes.Anak:
Bawaan Paru Hernia Diaphragmatika gejala klinis, diagnosis, radiologi, 1. Dr. dr. Rini
dan Diafragma Paralisis Diafragma laboratorium dan pengobatan: Savitri Daulay,
pada Anak Evantrasio Diafragma a. Hipoplasia Paru M.Ked(Ped),
b. Hernia Diafragmatika
SpA(K)
c. Paralisis Diafragma
d. Evantratio Diafragma 2. Dr. Fathia
Meirinia,
M.Ked(Ped),
SpA

Lingkup bahasan- 3 : Pengaturan pernapasan


Anatomi Paru Pulmo  Bagian-bagian pulmo Kuliah RTS1-K19 Anatomi:
 Vaskularisasi, inervasi & aliran 1. dr. Mega Sari
lymphe pulmo Sitorus, M.Kes,
 Proyeksi paru pada dinding SpPA
thorax 2. dr. Dwi Rita
 Menentukan batas dan bentuk Anggraini,
dada M.Kes, SpPA
Fisika Paru  Jalan Nafas Setelah menyelesaikan kuliah ini Kuliah RTS1-K20 Fisiologi:
dan Bernafas  Bagaimana Darah dan mahasiswa dapat menjelaskan 1. dr. Maya
Paru Berinteraksi peranan ilmu fisika dan Savira, M.Kes
 Fisika Alveolus hubungannya dengan Sistem 2. dr. Selly
 Mekanisme Bernafas Respiratory Azmelia, SpM
 Resistensi Jalan Nafas
 Kerja yang Dilakukan
Saat Bernafas
 Hukum-hukum yang
Berlaku pada Respirasi
 Tekanan Atmosfer
(Barometric Pressure)
pada Udara di Paru-
paru dan Tekanan
Parsial Oksigen
 Pengaruh ketinggian
dan kedalaman laut
terhadap tekanan di
paru-paru

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
13

 H.O.T.
 Alat/Instrumen yang
berhubungan dengan
Respirasi
Fisika pada RDS,
Emphysema, dan
Fibrosis Paru
Fluids and  Pascal’s Principle, Setelah mengikuti kuliah ini Kuliah RTS1-K21 Fisiologi:
Pressure Dalton, Boyle , Laplace mahasiswa akan dapat 1. dr. Maya
Law menjelaskan peranan cairan dan Savira, M.Kes
 Hendry Law tekanan dan hubungannya dengan 2. dr. Selly
 Flow ; Poiseuille’s law ; Sistem Respirasi
Azmelia, SpM
Laminer flow ; and
Turbulent Flow
 The Bernoulli Effect and
Entrainment
 Cohesion and Adhesion
 Efek Barometric
Pressure terhadap
udara di paru-paru dan
tekanan parsial oksigen
di :
1. ketinggian
2. kedalaman laut
Transport Gas Kuliah RTS1-K22 Fisiologi:
1. dr. Maya Savira,
M.Kes
2. dr. Selly Azmelia,
SpM
Keseimbanga Pengertian pH Menyebutkan pengertian Ph Kuliah RTS1-K23 Biokimia:
n Asam – Persamaan Handersen Menjelaskan persamaan 1. dr. M.
Basa Hasselbach Handersen Hasselbach Syahputra, M.
Fungsi Buffer Sebagai  Menjelaskan fungsi bikarbonat Kes
Penyangga dan karbonat tulang sebagai 2. dr. T. Helvi
penyangga Mardiani, M.Kes
 Menjelaskan fungsi protein
sebagai penyangga
Fungsi Hb  Menjelaskan proses pengikatan
Mempertahankan dan pelepasan O2 dan sifat
Keseimbangan Asam- protein allosterik dari Hb
Basa  Menjelaskan proses pelepasan
O2 dari Hb dan pengikatan CO2
serta H+ dan hubunganya
dengan curva dissosiasi dari Hb
 Menjelaskan regulasi dari proses
transportasi O2 dan CO2
Parasit pada Loeffler’s syndrome  Menyebutkan spesies nematoda Kuliah RTS1-K24 Parasitologi:
Saluran penyebab Loeffler’s syndrome
Pernafasan  Menjelaskan patogenesis dr. Dewi Saputri,
Loeffler’s syndrome MKT
Trematoda paru  Menyebutkan spesies trematoda
paru
 Membandingkan siklus hidup
dan sifat Paragonimus
westemani dengan P.
pneumonia
 Menjelaskan patologi
paragonimiasis

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
14

Crab, lobster, crayfish Menyebutkan terminologi crab,


lobster, dan crayfish
Membandingkan morfologi
spesies dari klas crustacean
Menjelaskan peranan klas
crustacea dalam penularan
trematoda paru
Laboratorium Analisa Gas Darah Menjelaskan persiapan dan Kuliah RTS1-K25 Patologi Klinik:
Diagnostik Pengambilan sampel untuk 1. dr. Zulfikar Lubis,
Kelainan pemeriksaan Analisa Gas Darah SpPK(K)
Respirasi Menjelaskan prinsip kerja alat 2. dr. Nindia Sugih
Analisa Gas Darah Arto, M.Ked(Clin-
Menjelaskan parameter Path), SpPK
pemeriksaan Analisa Gas Darah
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan oksigen
pada Hem
Menjelaskan asidosis respiratorik
dan metabolik, alkalosis
respiratorik dan metabolik, serta
mekanisme respon sekunder dari
asidosis dan alkalosis
Menjelaskan interpretasi hasil
Analisa Gas Darah
Kelainan Pneumotoraks Menjelaskan dan mampu Kuliah RTS1-K26 Ilmu Peny.Paru:
pada pleura menegakkan diagnosa 1. dr. Widirahardjo,
pneumotoraks serta merujuk SpP(K)
Gejala tambahan Menemukan dan menjelaskan 2. dr. Syamsul
gejala tambahankelainan sistem Bihar,
pernapasan M.Ked(Paru),
Pemeriksaan fisik Melakukan dan menjelaskan SpP(K),
diagnostik pemeriksaan fisik diagnostik
kelainan sistem pernapasan
Menjelaskan pemeriksaan
Pemeriksaan alat diagnostik penunjang kelainan
diagnostik sistem pernapas
Radiologi Radiologi Thorax normal  Menetapkan bentuk thorax Kuliah RTS1-K27 Radiologi:
pada Sistem  Menetapkan jaringan paru yang 1. dr. Elvita R.
Respirasi normal Daulay,
 Menetapkan gambaran iga – iga M.Ked(Rad),
normal SpRad(K)
 Menetapkan diagfragma normal 2. dr. Netty D.
 Menetapkan bentuk jantung Lubis, SpRad
normal
 Menetapkan mediastinum & hilus
normal
Gambaran patologik  Menetapkan gambaran patologis
pada pemeriksaan thorax tulang – tulang pada thorax foto
 Menilai kelainan pada
mediastinum
 Menilai kelainan paru yang
radiopaque
 Menilai kelainan paru yang
radiolucent
 Menilai rongga – rongga dalam
paru

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
15

RESPIRATORY SYSTEM II (RTS II)


Lingkup Bahasan- 4 : Ventilasi di alveoli-Perfusi
Regulasi Kuliah RTS2-K1 Fisiologi:
pernafasan 1. dr. Maya
Savira, M.Kes
2. dr. Selly
Azmelia, SpM

Ventilasi dan Hubungan Ventilasi dan  Menjelaskan definisi ventilasi Kuliah RTS2-K2 Anestesi:
Perfusi Perfusi  Menjelaskan distribusi ventilasi 1. Prof. dr.
 Menjelaskan definisi perfusi Achsanuddin
pulmoner Hanafie, SpAn,
 Menjelaskan distribusi perfusi KIC, KAO
pulmoner 2. dr. Bastian
 Menjelaskan rasio Lubis, M.
Ventilasi/Perfusi Ked(An), SpAn,
 Menjelaskan Dead Space KIC
 Menjelaskan Shunting
 Menjelaskan efek anestesia
pada pertukaran gas
 Menjelaskan Kurva Disosiasi
oksigen-hemoglobin
 Menjelaskan konten oksigen
 Menjelaskan transport/delivery
oksigen
Perubahan Memahami Perubahan  Mampu menjelaskan perubahan Kuliah RTS2-K3 Patologi Anatomik:
Histopatologi Histopatologi pada morfologi organ akibat infeksi 1. dr, Causa
pada Kelainan Penyakit Infeksi Paru Mikobakterium tuberkulosis Trisna
Sistem secara makroskopis dan Mariedina,
Respirasi mikroskopis M.Ked(PA),
 Mampu menjelaskan morfologi SpPA
Extra Pulmonar Tuberkulosis 2. dr. Lidya Imelda
Memahami Perubahan Mampu menjelaskan perubahan Laksmi,
Histopatologi pada morfologi organ pada Pneumonia M.Ked(PA),
Pneumonia SpPA
Tumor Paru Karsinoma Pada Paru  Mampu Menjelaskan Patologi Kuliah RTS2-K4 Patologi Anatomik:
Squamous Cell Carcinoma 1. Dr. dr. Lidya
 Mampu Menjelaskan Patologi Imelda Laksmi,
Adenocarcinoma M.Ked(PA),
 Mampu Menjelaskan Patologi SpPA
Dan Morfologi dari Bronchio 2. dr, Causa
Alveolar Carcinoma Trisna
 Mampu Menjelaskan Patologi Mariedina,
Morfologi Small Cell Carcinoma M.Ked(PA),
Dan Large Cell Carcinoma SpPA
Metastatik tumor pada Mampu Menjelaskan Patologi Dan
paru Morfologi Terjadinya Metastase
Pada Paru
Mikosis Paru Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Mikosis Kuliah RTS2-K5 Ilmu Peny.Paru:
etiologi Paru dr. Setia Putra,
Predisposisi, patogenese Menjelaskan predisposisi dan Sp.P(K)
patogenese
Gejala Klinik dan Menjelaskan gejala klinik &
Diagnostik diagnostic
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan
pencegahan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
16

Komplikasi,prognose Menjelaskan prognose


Mikroorganism  Pyogenic cocci  Menjelaskan penyebab atypical Kuliah RTS2-K6 Mikrobiologi:
e Penyebab (Streptococcus pneumonia 1. dr. R. Lia
Infeksi Saluran pneumonia, Kusumawati,
Pernafasan Streptococcus group  Menyebutkan morfologi & MS, SpMK(K),
A, Staphylococcus struktur PhD
spp) 2. dr. Sri Amelia,
 Enterobacteriaceae  Menjelaskan pathogenesis & M.Kes
(Klebsiella pneumonia) gejala klinis di paru
 Chlamydia &
Mycoplasma
(C.pneumoniae&M.
pneumoniae)
 Legionellaceae
(L. pneumophila)
 Rickettsiaceae
(Coxiella burnetti)
 Batang gram kecil
(Hemophillus
influenza)

Pneumonia Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Kuliah RTS2-K7 Ilmu Peny. Paru:
etiologi Pneumonia Dr.dr. Bintang Y.M.
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese Sinaga,
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik & MKed(Paru),
diagnostik Sp.P(K)
Penatalaksanaan dan Mampu menegakkan diagnosis,
pencegahan penatalaksanaan sementara serta
merujuk
Aspirasi Definisi, Klasifikasi dan Menjelaskan pengertian aspirasi Kuliah RTS2-K8 Ilmu Peny. Paru:
Pneumonia Etiologi pneumonia dr. Syamsul Bihar,
Predisposisi dan Menjelaskan predisposisi dan MKed(Paru),
Patogenese patogenese aspirasi pneumonia Sp.P(K) FISR
Gejala Klinik dan Menjelaskan gejala klinik &
Diagnostik diagnostik aspirasi pneumonia
Penatalaksanaan dan Mampu menegakkan diagnosa,
Pencegahan penatalaksanaan sementara, serta
merujuk
Abses Paru Definisi, Klasifikasi dan Menjelaskan definisi abses paru
Etiologi
Predisposisi dan Menjelaskan abses primer, abses
Patogenese sekunder dan penyebabnya
Gejala Klinik dan Menjelaskan gambaran radiologi
Diagnostik
Penatalaksanaan dan Menjelaskan pemeriksaan
Pencegahan penunjang untuk mendiagnosis
abses paru
Menjelaskan penatalaksanaan
abses paru
Pneumonia Definisi Pneumonia Menjelaskan definisi Pneumonia Kuliah RTS2-K9 Ilmu Kes.Anak:
pada Anak Patogenesis Pneumonia Menjelaskan patogenesis 1. Dr. dr. Rini
Pneumonia Savitri Daulay,
Gejala dan tanda Menjelaskan gejala dan tanda M.Ked(Ped),
Pneumonia Pneumonia pada anak dan bayi SpA(K)
Klasifikasi Pneumonia Menjelaskan klasifikasi Pneumonia 2. Dr. Fathia
berdasarkan anatomi dan etiologi Meirinia,
Karakteristik Pneumonia Menjelaskan gambaran M.Ked(Ped),
karakteristik Pneumonia dari

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
17

masing-masing penyebab SpA

Membedakan Menginterpretasikan hasil temuan


Pneumonia virus dan anamnesis, pemeriksaan fisik,
bakteri laboratorium dan radiologi pada
Pneumonia virus dan bakteri
Terapi Pneumonia Mengetahui obat pilihan utama
pada Pneumonia
Komplikasi Pneumonia Menjelaskan komplikasi
Pneumonia
Influenza Definisi, Klasifikasi Menjelaskan pengertian dari Kuliah RTS2-K10 Ilmu Peny. Paru:
Influenza
Komplikasi Menjelaskan tipe-tipe dari Prof. dr. H. Luhur
Influenza Soeroso, SpP(K)
Menjelaskan komplikasi dari
Influenza
Avian Flu Definisi, Klasifikasi dan Menjelaskan pengertian, klasifikasi
Etiologi serta etiologi Avian Flu
Predisposisi dan Menjelaskan predisposisi dan
Patogenese patogenese Avian Flu
Gejala Klinik dan Menjelaskan gejala klinik &
Diagnostik diagnostik Avian Flu
Penatalaksanaan dan Mampu menegakkan diagnosa,
Pencegahan penatalaksanaan sementara, serta
merujuk
SARS Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian SARS
etiologi
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik &
diagnostik
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan
pencegahan
MERS-CoV Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian MERS-
etiologi CoV
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik &
diagnostik
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan
pencegahan
COVID-19 Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian definisi Kuliah RTS2-K11 Ilmu Peny. Paru:
etiologi kasus COVID19 suspect,
probable, dan confirmed 1. Dr. dr. Bintang
Menjelaskan derajat keparahan YM. Sinaga,
COVID19 M.Ked(Paru),
Predisposisi, patogenese Menjelaskan pathogenesis SpP(K)
Menjelaskan fenomena happy
2. dr. Andika
hypoxia pada COVID19
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik Pradana,
Menjelaskan kriteria diagnostic M.Ked(Paru),
COVID19 SpP
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan dan
pencegahan pencegahan COVID-19
Menjelaksna komplikasi COVID19
Menjelaskan fenomena Long
Covid
Diagnostik Struktur Morfologi dan Menjelaskan morfologis SARS- Kuliah RTS2-K12 Mikrobiologi:
Laboratorium Transmisi SARS-CoV2 CoV2 1. dr. R Lia
dan Vaksinasi Menjelaskan metode transmisi Kesumawati,
pada COVID- SARS-CoV2

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
18

19 Menjelaskan varian baru SARS- SpMK, PhD


CoV2 2. dr. Sri Amelia,
Diagnostik laboratorium Menjelaskan prinsip pemeriksaan M.Kes
pada COVID-19 RT-PCR pada swab
naso/oropharing
Menjelaskan prinsip pemeriksaan
rapid swab antigen COVID-19
Vaksinasi COVID-19 Menjelaskan prinsip kerja vaksin
COVID-19
Menjelaskan jenis jenis vaksin
COVID-19
Menjelaskan kelompok yang bisa
dan tidak bisa mendapatkan
vaksin COVID-19
TB Paru Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian TB Paru Kuliah RTS2-K13 Ilmu Peny. Paru:
(Tanpa etiologi Dr. dr. Bintang YM.
Komplikasi) Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese Sinaga,
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala M.Ked(Paru),
klinik,diagnostik dan mampu SpP(K)
menegakkan diagnosis
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan dan
pencegahan mampu melaksanakannya
MDR TB Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian MDR TB Kuliah RTS2-K14 Ilmu Peny. Paru:
etiologi dr. Parluhutan
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese Siagian,
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala M.Ked(Paru),
klinik,diagnostik dan mampu SpP(K), FISR
menegakkan diagnosis
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan dan
pencegahan mampu melaksanakannya
Komplikasi,prognose Menelaah komplikasi, prognose
dan pencegahan
TB dengan Hubungan TB dengan  Memahami epidemiologi TB Kuliah RTS2-K15 Ilmu Peny. Dalam:
HIV dan DM HIV dengan HIV 1. dr. Zuhrial Zubir,
 Memahami patogenesis TB SpPD, K-AI
dengan HIV 2. dr. Ananda W
 Memahami tampilan klinis TB Ginting, MKed
dengan HIV (PD), SpPD-KP
 Memahami diagnosis TB dengan
HIV
 Memahami terapi TB dengan
HIV
 Memahami infeksi TB laten dan
HIV
Memahami hubungan  Memahami hubungan DM
TB dengan DM dengan TB
 Memahami tampilan klinis TB
pada DM
 Memahami predisposisi
penderita DM kena TB
 Memahami terapi TB dengan DM
TB Primer TB Primer  Menjelaskan epidemiologi TB Kuliah RTS2-K16 Ilmu Kes.Anak:
 Menjelaskan patogenesis dan 1. Dr. dr. Rini
perjalanan alamiah TB Savitri Daulay,
 Menjelaskan manifestasi klinis M.Ked(Ped),
TB anak SpA(K)
 Menjelaskan diagnosis TB pada 2. dr. Wisman
anak Dalimunthe,

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
19

 Menjelaskan tatalaksana TB M.Ked(Ped),


anak SpA(K)
 Memahami manifestasi klinis dari
efek sistemik TB paru dan TB di
luar paru
 Memahami pengobatan TB
 Memahami penatalaksanaan
gagal terapi dan resistensi obat
TB
 Mengetahui tentang Gerdunas
TB dan DOTS
Uji Tuberkulin Klasifikasi tuberkulin Mengetahui klasifikasi tuberkulin Kuliah RTS2-K17 Ilmu Kes.Anak:
berdasarkan strength/kekuatan 1. dr. Wisman
Cara uji tuberkulin Mengetahui beberapa cara uji Dalimunthe,
tuberkulin M.Ked(Ped),
Uji tuberkulin cara Mengetahui cara, pembacaan dan SpA(K)
Mantoux interpretasi uji tuberkulin cara 2. dr. Fathia
Mantoux Meirina,
Anergi pada uji tuberkulin Mengetahui keadaan yang M.Ked(Ped), SpA
menyebabkan anergi pada uji
tuberkulin
Uji tuberkulin sebagai Memahami uji tuberkulin pada TB
pemeriksaan penunjang
pada TB
Sistem Skoring Parameter dan Mengetahui parameter dan cara
TB Anak perhitungan Sistem perhitungan skor berdasarkan
Skoring TB Anak Sistem Skoring TB Anak
Sistem Skoring TB Mampu menegakkan diagnosis TB
dalam menegakkan anak pada sarana terbatas
diagnosis TB Anak menggunakan Sistem Skoring TB
Tuberkulosis Tuberkulosis Milier  Mengetahui manifestasi klinis TB Kuliah RTS2-K18 Ilmu Kes.Anak:
dengan Milier 1. dr. Wisman
Keadaan  Mampu menegakkan diagnosis Dalimunthe,
Khusus TB Milier M.Ked(Ped),
 Memahami tatalaksana TB Milier SpA(K)
2. dr. Fathia
Tuberkulosis Pleura  Mengetahui manifestasi klinis TB Meirina,
Pleura M.Ked(Ped), SpA
 Mampu menegakkan diagnosis
TB Pleura
 Memahami tatalaksana TB
Pleura
 Mengetahui manifestasi klinis TB
Tuberkulosis Perinatal Perinatal
 Mampu menegakkan diagnosis
TB Plerinatal
 Memahami tatalaksana TB
Perinatal
Tuberkulosis dengan HIV  Mengetahui manifestasi klinis TB
dengan HIV
 Mampu menegakkan diagnosis
TB dengan HIV
 Memahami tatalaksana TB
dengan HIV

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
20

TB Ekstra Pulmoner (TB  Mengetahui manifestasi klinis TB


Kelenjar Limfe Ekstra Pulmoner
Superfisialis, TB Kulit, TB  Mampu menegakkan diagnosis
Sistem Skeletal, TB TB Ekstra Pulmoner
Susunan Syaraf Pusat,  Memahami tatalaksana TB
TB Abdomen, TB Mata, Ekstra Pulmoner
TB Hati, TB Ginjal, TB
Jantung)
Farmakologi  Farmakologi OAT Menjelaskan patofisiofarmakologi RTS2-K19 Farmakologi:
obat anti-TB Lini Pertama TB 1. Prof. dr.
(OAT)  Farmakologi OAT Menjelaskan penggolongan OAT Rozaimah Z.
Lini pertama Hamid, MS,
Lini Kedua Menjelaskan aspek farmakologi SpFK(K)
OAT lini pertama 2. dr. Siti Syarifah,
Menjelaskan penggolongan OAT M.Biomed
lini kedua
Menjelaskan aspek farmakologi
OAT lini kedua
Tindakan  Trauma Torax Menjelaskan tindakan-tindakan Kuliah RTS2-K20 Ilmu Bedah:
Bedah pada  Emfisema Subkutan bedah pada kelainan Respirasi 1. dr. Doddy
Kelainan  Hematotorax Prabisma,
Respirasi  Pneumohematotorax SpBTKV
 Effusi Pleura 2. dr.Muhammad
 Empiema Ali Sjah Putra,
 Keganasan Paru SpBTKV

Penyakit Paru Definisi kesehatan kerja  Menghubungkan dengan Kuliah RTS2-K21 Ilmu Peny. Paru:
Kerja/Pneumo masalah kesehatan masyarakat. dr. Nuryunita
Definisi penyakit akibat
koniosis
kerja  Menentukan organi penyebab Nainggolan,
Klasifikasi  Membuat perencanaan SpP(K)
Pencegahan pencegahan
 Mampu menegakkan diagnose
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan
Pemeriksaan kesehatan
yang berhubungan
dengan Tr.Respiratorius
yang berhubungan
dengan jenis bahan yang
dipergunakan
Infark Paru  Emboli Paru  Penjelasan predisposisi Kuliah RTS2-K22 Ilmu Peny. Dalam:
dan  Mekanisme Trombus Thromboemboli paru 1. dr. Zuhrial Zubir,
Emboli Paru  Insidens Emboli Paru  Patofisiologi Thromboemboli SpPD, K-AI
 Infark Paru paru 2. dr. Ananda W
 Sindroma Klinis Thromboemboli Ginting, MKed
paru (PD), SpPD-KP
 Gejala dan tanda
Thromboemboli paru
 Diagnosis dan pencegahan
Thromboemboli paru
 Diagnosa Banding
Thromboemboli paru
Oedem Paru Oedem Paru Non Penjelasan Udem Paru Non Kuliah RTS2-K23 Ilmu Peny. Dalam:
dan Kelainan Kardiogenic Kardigenic dan Kardigenic, Acute 1. dr. Zuhrial Zubir,
Jantung Paru Respiratory Distress Syndrome SpPD, K-AI

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
21

(ARDS), Gambaran Klinis ARDS, 2. dr. Ananda W


Diagnosis ARDS Ginting, MKed
(PD), SpPD-KP
Oedem Paru Kardiogenic Pengertian Kor Pulmonal Kronik
(CPC), Penyebab dan patogenesis
CPC,gejala dan tanda
CPC,Diagnosis dan diagnosa
banding CPC
Laboratorium Pemeriksaan  Menjelaskan pembagian infeksi Kuliah RTS2-K24 Patologi Klinik:
diagnostik Laboratorium untuk saluran nafas bagian bawah 1. dr. Ricke
infeksi diagnosa infeksi saluran untuk menentukan sampel Loesnihari,
pernafasan nafas bagian bawah pemeriksaan M.Ked(Clin-
bagian bawah  Menjelaskan pemeriksaan untuk Path), SpPK(K)
diagnosa infeksi saluran nafas 2. dr. Nelly Elfrida
bagian bawah Samosir,
 Menjelaskan pengambilan dan SpPK(K)
pengelolaan sampel
 Menjelaskan interpretasi hasil
pemeriksaan kultur/sensitivity
Interstitial Definisi, klasifikasi dan Menjelaskan pengertian Interstitial Kuliah RTS2-K25 Ilmu Peny.Paru:
Lung Disease etiologi Lung Disease 1. Dr. dr Noni N.
Predisposisi, patogenese Menjelaskan patogenese Soeroso,
MKed(Paru),
Gejala klinik, Diagnostik Menjelaskan gejala klinik & Sp.P(K)
diagnostik dan mampu 2. dr. Andika
menegakkan diagnosa Pradana,
Penatalaksanaan dan Menjelaskan penatalaksanaan dan M.Ked(Paru),
pencegahan mampu merujuk Sp.P

Forensik pada Definisi asfiksia Mampu memahami pengertian Kuliah RTS2-K26 I. Ked. Kehakiman:
Kelainan asfiksia dari aspek forensik 1. dr. Agustinus
Respirasi Sitepu, M.Ked(For),
Asfiksia (mati Etiologi asfiksia Mampu memahami dan SpF
lemas) secara menganalisa penyebab utama 2. dr. Doaris Ingrid
umum asfiksia Marbun,
Klasifikasi asfiksia Mampu memahami 4 (empat) M.Ked(For), SpF
klasifikasi asfiksia menurut
GORDON
Asfiksia mekanik Mampu memahami jenis-jenis dan
tanda-tanda asfiksia mekanik
secara umum.
Tanda-tanda dan gejala- Mampu memahami dan
gejala kematian asfiksia menganalisa tanda-tanda dan
post mortem secara gejala-gejala asfiksia pada
umum pemeriksaan luar dan dalam post
mortem
Pemeriksaan paru-paru Mampu memahami dan
menganalisa paru-paru yang
belum pernah bernafas, sudah
pernah bernafas maupun gejala-
gejala penyakit semasa hidup.
Hanging Penyebab kematian Mampu memahami dan
menganalisa minimal 6 penyebab
kematian akibat hanging
Penanganan korban Mampu menangani korban
hanging hanging yang masih hidup
maupun mati
Pemeriksaan post Mampu memeriksa dan
mortem menganalisa pemeriksaan luar dan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
22

dalam post mortem

Pemeriksaan tambahan Mampu mengirim specimen ke


laboratorium forensik untuk
penunjang diagnosa.
Drowning Pengertian Mampu memahami definisi dan 3
klasifikasi drowning
Pemeriksaan post Mampu memahami dan
mortem drowning menganalisa pemeriksaan luar dan
dalam korban drowning baik di air
tawar maupun di laut
Pemeriksaan tambahan Mampu menjelaskan pemeriksaan
tambahan yaitu bilas paru,
diatomae, dan elektrolit darah
menurut Gettler
Nutrisi pada Penurunan Berat Badan Dapat menilai perubahan IMT Kuliah RTS2-K27 Ilmu Gizi Klinis:
Gangguan pada COPD 1. Prof. Dr. dr.
Respiratorius Pengaruh Dyspnoe Dapat menilai asupan nutrisi Dina Keumala
terhadap Physical Dapat menilai peningkatan Sari, M.Gizi,
Activity metabolic rate SpGK
Dapat mengetahui peranan 2. dr. Fitriyani
aktivitas protein inflamasi Nasution,SpGK
Pengaruh Mekanis Menjelaskan efek gangguan
Gangguan Diafragma mekanis difragma terhadap
terhadap Asupan Nutrisi volume abdomen
Penatalaksanaan Menjelaskan penyesuaian perilaku
Dietetik makan terhadap gejala sesak
nafas
Menjelaskan kebutuhan kalori,
proporsi karbohidrat, protein dan
lemak dapa COPD
Rehabilitasi Latar belakang Menjelaskan tentang latar Kuliah RTS2-K28 IKK:
Paru belakang program rehabilitasi 1. Dr. dr. Juliandi
Paru Harahap, MA
Konsep Dasar Menjelaskan tentang definisi, 2. dr. Rina Amelia,
Rehabilitasi Paru konsep patofisiologi dan indikasi MARS
dari Rehabilitasi Paru
Komponen Rehabilitasi Menjelaskan komponen dari
Paru Rehabilitasi Paru
Manfaat Program Menjelaskan tentang manfaat
Rehabilitasi Paru Program Rehabilitasi Paru

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
23

IV. DAFTAR BAHAN RUJUKAN

Tahun /
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Hal.
Edisi
Hand atlas of Human J.B. Lippincott Seventh
Spatelhotz
Anatomi Anatomy Company Edition
Grays Anatomi Grays 8th Ed.
Lange Medical
Basic Histology Text LC Junquira 2016/14th
Books, Mc
& Atlas J Carneiro ed.
Graw-Hill
Atlas of Histology
Eroschenko Wolter 2013/13th
with Functional ed
VP. Kluwer
Correlations
Color Atlas and Gartner LP, Wolters 2018/7th
Text of Histology. Hiatt JL. Kluwer ed
Histologi
Histology and Cell
Kierszenbaum
Biology: An 2016/4th
, AL., Tres, Elsevier, ed
Introduction to
LL
Pathology
Histology: A Text
and Atlas with Ross MH, Wolters 2016/7th
Correlated Cell and Pawlina W Kluwer ed
Molecular Biology
2005
Radiologi Radiologi Diagnostik Iwan Ekayuda FK-UI RSCM
Edisi 2
Review of Medical 2019/ 26
Ganong WF Mc Graw Hill
Physiology th ed.
Textbook of Medical 2015 /
Guyton AC E B Saunders
Physiology 13th ed.
Fisiologi International
Human Physiology; Student
2016 /
From Cells to Sherwood L Edition,
9th ed.
Systems Thomson-
Brooks/Cole
Lange Medical Book:
2011 / 5th
Clinical G.E. Morgan Mc Graw Hill
ed
Anesthesiology
Pharmacology & Lippincott
Anastesiologi 2014 / 6th
Physiology In Williams & Mc Graw Hill
ed
Anesthetic Practice Wilkins
Applied Respiratory 2016/
J.F. Nunn Butterworths
Physiology 8rd ed
Textbook of
2010/7th
Biochemistry with Devlin MT Willey Liss
ed.
Clinical Correlations
Biokimia
Murray RK, Lange Medical
Harper’s 2018/30th
Granner DK, Books, Mc
Biochemistry ed.
Mayes PA Graw-Hill
Master Respiratory
El-Sharkawy IM 2005
Ilmu Penyakit Diseases
Paru Fishman’s Pulmonary Fishman AP, 2016 /
Diseases and Elias JA, 6th ed

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
24

Tahun /
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Hal.
Edisi
Disorders Fishman JA
Grippi MA,
Kaiser LR,
Senior M.
9th ed /
Basic Pathology Robbin, Kumar WB Sanders
2014
Patologi Anatomi Lippincott
3rd ed.
Pathology Rubin & Farber Williams &
1999
Wilkins
Philadelphia,
Clinical Parasitology Beaver,P.C 1984
Lea & Febiger
Parasitologi
Essentials of Human New York,
Heelan,J.S 2002
Parasitology Delmar
Textbook of 2005/10th
William Larsen
Endocrinology ed
Patologi Klinik Kathryn
2006/5th Pathoph
Pathophysiology L.McCane, Sue
ed ysiology
E.Huether
Jawetz,
Lange Medical 2016 /
Mikrobiologi Medical Microbiology Melnick & 275-283
Book 28th Ed
Adelberg’s
Nelson’s Text Book 2017 /
of Pediatric 21st ed
Ilmu Kesehatan
Anak Kendig’s Disorders of
8th ed /
Respiratory Tract in
2012
Children
Harrisson’s Principles 2018 /
Harrisson
Internal Medicine 20 th ed
Oxford Hand Book of 2015 /
Ilmu Penyakit Clinical Medicine 9 th ed
Dalam Respirastory Crofton and 2000 /
Diseases Douglas 5 th ed
2004 /
Tuberculosis Room WN
2 nd
Mc Graw Hill 14 th ed / 782-791
Pharmacology Katzung
Comp 2017 323-334
Godmann & 13th ed/ 523-555
Farmakologi dan Pharmacology
Gillmann 2020 349-368
Terapeutik
571; 575-
Principles of
Golan et al Lippincott W & W 2015 578; 606.
Pharmacology
695-707
Ilmu Bedah Buku Ajar Bedah Sjamsu Hidajat FK-UI 2000
Modi’s Textbook of
Tripatht Private 1988 / 21st
Medical Jurisprudence Franklin 188-220
Llmited, Bombay ed
and Toxicology
Dew an Bahasa
dan Pustaka
Kedokteran Shahrom ABD Kementerian
Patologi Forensik 1993 230-268
Kehakiman Wahid Pendidikan
Malaysia, Kuala
Lumpur
1997 /
Ilmu Kedokteran Arif Budiyanto et
FKUI Edisi 55-70
Forensik al
pertama,

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
25

Tahun /
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Hal.
Edisi
cetakan
kedua
ELBS Frome and 1991 /
Simpson’s Forensic
Bernard Knight London Great 10th 138-159
Medicine
Britain edition
Butterw orths
Forensic Medicine for London, 1986 /
J.K.Mason 125-138
Law yers Boston,Toronto, 2nd edition
Sydney
Present Know ledga in Bow man RA ILSI Washington 2001 /
Nutrition Russel RM DC 8th ed.
Ilmu Gizi Klinik
Mahan LK WB Saunders 2000 /
Krause’s Food Nutrition
Escott-Stump Co. 10th ed.

V. METODE PEMBELAJARAN

A. PEMUTARAN FILM
Pemutaran film bertujuan memberikan wawasan dan gambaran mengenai lingkup respirasi dan
membangkitkan minat mahasiswa untuk memahami blok ini.

B. KULIAH
Kuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi -materi yang
berhubungan dengan respirasi, sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam membaca buku
teks dan referensi lainnya. Kuliah tidak bertujuan untuk memberikan isi keseluruhan materi,
dengan demikian mahasiswa diwajibkan untuk membaca referensi yang dianjurkan.

C. PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)


Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi untuk
setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang dihadiri para pakar dari setiap
departemen terkait dengan blok sistem respirasi.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15 mahasiswa dan
didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator bukan narasumber, dan
berlangsung selama 3x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri,
menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya, mengasah
keterampilan berfikir kritis (critical think ing) melalui masalah yang relevan dengan keadaan
sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam
diskusi maupun presentasi.

D. BELAJAR MANDIRI
Agar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiatan belajar mandiri,
mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengkaji lingkup bahasan dengan membaca referensi yang dianjurkan, karena kuliah pada
hakikatnya hanya memberikan konsep dasar dari materi, dan pertemuan tutorial akan memicu
mahasiswa untuk mengintegrasikan pemahaman konsep dalam menyelesaikan masalah
2. Mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan,
dapat berupa hand-out, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau dari sumber terpercaya di
internet
3. Diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
26

E. PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Fisika, Histologi, Fisiologi, Patologi Anatomi,
Farmakologi, dan Patologi Klinik sesuai jadwal kegiatan. Mahasiswa dibagi dalam 10 (sepuluh)
kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa per kelompok, yang akan dibimbing oleh seorang staf
pengajar.
Sebelum memulai praktikum, akan diadakan kuis untuk mengukur kesiapan mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum, yang selanjutnya diakhiri dengan pembuatan laporan hasil praktikum.
Tujuan umum praktikum adalah:
1. meningkatkan pemahaman akan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan belajar
mandiri
2. menjelaskan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan
3. menginterpretasikan hasil praktikum dengan yang diselenggarakan dalam bentuk percobaan
4. membandingkan hasil kelompoknya dengan hasil kelompok lain
5. menerapkan kejujuran ilmiah dengan melaporkan hasil yang didapatkan pada praktikum
sebagaimana adanya.
Kegiatan praktikum pada blok respirasi ini terdiri dari:

Kode
No. Uraian Praktikum Departemen Waktu
Tahapan
Blok Respiratory System - 1
Praktikum 1 Struktur Anatomi Dinding Dada Anatomi RTS-Pr1 3x50menit
Praktikum 2 Struktur Anatomi Paru Anatomi RTS-Pr2 3x50menit
Praktikum 3 Histologi Sistem Respirasi Histologi RTS-Pr3 3x50menit
Praktikum 4 Mekanisme Bernapas (Breathing) Fisiologi RTS-Pr4 3x50menit
Penggunaan obat-obat pada
Praktikum 5 sist.saluran nafas sesuai BSO Farmakologi RTS-Pr5 3x50menit
(pemutaran film)
Blok Respiratory System - 2
 Polip Sino Nasal
 Karsinoma Nasofaring Patologi
Praktikum 6 RTS-Pr6 3x50menit
 TB-Kelenjar Anatomi
 Carcinoma paru
Kajian analisa resep polifarmasi obat
Praktikum 7 Farmakologi RTS-Pr7 3x50menit
saluran nafas
Praktikum 8 Analisa Cairan Pleura Patologi Klinik RTS-Pr8 3x50menit
Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Praktikum 9 Mikrobiologi RTS-Pr9 3x50menit
(BTA) dengan Teknik Zieh Neehlsen

F. SKILLS LAB
Skills lab dilaksanakan di Ruang Skills Lab FK USU, sesuai jadwal kegiatan. Mahasiswa dibagi
dalam 10 (sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa per kelompok (sesuai kelompok
praktikum selama ini), yang akan dibimbing oleh instruktur.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
27

Kegiatan Sk ills lab dalam Blok Sistem Respirasi terdiri dari :

Uraian Kegiatan Kode


Jam Ruangan
Tahapan
Anamnesis penyakit yang
Minggu-1 berhubungan dengan sistem RTS-SL1 3 x 50’ Ruang skills lab
respiratori
Pemeriksaan fisik sistem
Minggu-2 respiratori dan pemeriksan RTS-SL2 3 x 50’ Ruang skills lab
auskultasi paru
Minggu-3
Pembacaan Foto Rontgen dada RTS-SL3 3 x 50’ Ruang skills lab
(normal)
Pemeriksaan Fungsi Paru
Minggu-4 (Spirometri dan Peak Flow Meter) RTS-SL4 3 x 50’ Ruang skills lab
+ Terapi Inhalasi

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
28

VIII. SARANA & PRASARANA


RUANG KULIAH
Kuliah dilaksanakan di Ruang Kuliah Semester IV/V Kelas A1/B1 dan Ruang Kuliah
Semester 2 Kelas A2 dan B2.

RUANG DISKUSI/TUTORIAL
Diskusi dilaksanakan di ruang-ruang berikut ini:
No. Kelom pok Diskusi Ruang Diskusi
KELAS A
1. A1 Ruang Diskusi 1
2. A2 Ruang Diskusi 2
3. A3 Ruang Diskusi 3
4. A4 Ruang Diskusi 4
5. A5 Ruang Diskusi 5
6. A6 Ruang Diskusi 6
7. A7 Ruang Diskusi 7
8. A8 Ruang Diskusi 8
9. A9 Ruang Diskusi 9
10. A10 Ruang Diskusi 10
11. A11 Ruang Diskusi 11
12. A12 Ruang Diskusi 12
KELAS B
13. B1 Ruang Diskusi 1
14. B2 Ruang Diskusi 2
15. B3 Ruang Diskusi 3
16. B4 Ruang Diskusi 4
17. B5 Ruang Diskusi 5
18. B6 Ruang Diskusi 6
19. B7 Ruang Diskusi 7
20. B8 Ruang Diskusi 8
21. B9 Ruang Diskusi 9
22. B10 Ruang Diskusi 10
23. B11 Ruang Diskusi 11
24. B12 Ruang Diskusi 12

PRAKTIKUM

Praktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Histologi, Fisiologi, Farmakologi,


Patologi Anatomi, Komputer (Multi Departemen)

SKILLS LAB.

Kegiatan skills lab. dilaksanakan di Ruang Skills Lab. FK USU sesuai dengan kelompok
praktikum selama ini.
29

VIII. EVALUASI MAHASISWA

1. Blok Utama
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok utama terdiri dari:
Ujian Mid term = 40%

40%
Ujian Final term =

Proses tutorial = 20%

Total = 100%

Ujian mid dan final term merupakan ujian tulis berbentuk pilihan berganda
(multiple choice questions) yang terdiri dari materi perkuliahan dan tutorial.
Proses tutorial dinilai oleh setiap fasilitator terhadap kinerja dan kompetensi
yang diperlihatkan oleh setiap mahasiswa selama proses tutorial berlangsung.

2. Blok Pendamping

Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok pendamping terdiri


dari:

50%
Ujian Tengah Semester =

Ujian Akhir Semester = 50%

Total = 100%

Komposisi ini akan berubah apabila dosen yang bersangkutan memberikan


tugas dengan bobot maksimal 20%.

KETENTUAN UJIAN
Setiap mahasiswa harus mematuhi Buku Panduan Akademik. Ketentuan ujian
untuk Tahun Akademik 2011-2012 adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran minimal kegiatan kuliah 80%, tutorial 80%, pleno pakar 80%, dan
praktikum 100%.
2. Apabila berhalangan hadir dalam proses kegiatan akademik tersebut,
mahasiswa harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan
sakit dari dokter) kepada Divisi SDM Medical Eduation Unit (MEU) dan
menyimpan sendiri satu kopi sebagai arsip seandainya diperlukan sesewaktu.
3. Ketentuan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran minimal tanpa
pemberitahuan:
A. Mahasiswa tetap dapat mengikuti ujian, namun seluruh nilai proses
tutorialnya akan dibatalkan atau dianggap nol.
B. Apabila gagal dalam ujian, maka ia tidak berhak mengikuti ujian remedial
pada semester berjalan.
C. Ujian remedial hanya dapat diikuti pada semester bersangkutan
tahun akademik berikutnya: remedial semester ganjil dilakukan pada
semester ganjil dan remedial semester genap pada semester genap
tahun akademik berikutnya.
4. Ketentuan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal
reguler:

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
30

A. Mahasiswa bersangkutan harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin


atau keterangan sakit dari dokter) kepada Divisi Assessment MEU dan
menyimpan sendiri satu kopi surat tersebut sebagai arsip seandainya
diperlukan sesewaktu.
B. Mahasiswa pada poin A boleh mengikuti ujian pada jadwal remedial
semester berjalan.
C. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian tanpa keterangan akan diberi nilai
NA dan tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
D. Mahasiswa pada poin C hanya dapat mengikuti ujian remedial pada
semester bersangkutan tahun akademik berikutnya.
5. Ketentuan ujian remedial dan grand remedial:
A. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan
adalah mahasiswa yang tidak lulus (nilai D dan E) yang kehadirannya
pada kegiatan akademik cukup, atau mahasiswa yang berhalangan
mengikuti ujian pada jadwal reguler dengan surat keterangan (izin atau
sakit).
B. Mahasiswa yang lulus dengan nilai C dan C+ hanya boleh mengikuti ujian
remedial satu kali, yakni pada semester berikutnya atau pada saat grand
remedial.
C. Nilai maksimal yang diperoleh melalui ujian remedial adalah B.
D. Ujian grand remedial berlangsung pada semester ganjil.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
31

Modul Skills Lab

Blok Respiratory System

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
32

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK SISTEM RESPIRATORI

EDITOR

Adi Muradi Muhar


Bambang Prayugo
Deny Rifsal Siregar
Dwi Rita Anggraini
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Setia PutraTarigan
Sri Amelia
Syamsul Bihar
Yudha Sudewo

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
33

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan


Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester IV dilaksanakan pada blok Sistem
Respiratori. Mahasiswa semester IV akan diajarkan 4 jenis ketrampilan klinis pada blok
Sistem Respiratori.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan
pada blok Sistem Respiratori ini. Adapun keterampilan klinik tersebut adalah :
1. Komunikasi Dokter-Pasien (History Taking) Penyakit Sistem Respiratori
2. Pemeriksaan Fisik Sistem Respiratori dan Pemeriksaan Auskultasi Paru
3. Pembacaan Foto Rontgen Dada
4. Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri + Peak Flow Meter) dan Terapi Inhalasi

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Sistem Respitratori ini, mahasiswa
dapat meningkatkan keterampilan dalam Komunikasi Dokter-Pasien (History Taking)
Penyakit Sistem Respiratori, Pemeriksaan Fisik Sistem Respiratori dan Pemeriksaan
Auskultasi Paru, Pembacaan Foto Rontgen Dada, Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri
+ Peak Flow Meter) dan Terapi Inhalasi

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi Dokter-Pasien (History Taking)
Penyakit
Sistem Respiratori
2.2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Fisik Sistem Respiratori dan
Pemeriksaan
Auskultasi Paru
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pembacaan Foto Rontgen Dada
2.4. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri + Peak Flow
Meter) dan Terapi Inhalasi

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
34

SL. IV. RPS. 1


KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING)
PENYAKIT SISTEM RESPIRATORI
Amira Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso

I. PENDAHULUAN

Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya.
Kemudian dapat dibuat penilaian keadaan pasien. Seorang pewawancara yang
berpengalaman mempertimbangkan semua aspek presentasi pasien dan kemudian
mengikuti petunjuk-petunjuk yang kelihatannya perlu mendapat perhatian yang terbesar.
Pewawancara juga harus menyadari pengaruh faktor-faktor sosial, ekonomi dan
kebudayaan dalam menentukan sifat alamiah problem pasien.
Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara. Pewawancara harus
dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien dengan bebas. Pertanyaan –
pertanyaan ini harus selalu mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medis
pasien. Jika perlu, bahasa pasaran yang tidak baku yang melukiskan keadaan tertentu dapat
dipakai untuk mempermudah komunikasi dan menghindari kesalahpahaman.
Prinsip utama anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat
penyakitnya dalam kata-katanya sendiri. Pengamatan yang cermat mengena ekspresi si
wajah pasien dan juga gerakan tubuhnya dapat memberikan petunjuk non verbal yang
berharga. Dokter sebagai pewawancara dapat pula memakai bahasa tubuh seperti
tersenyum, mengangguk, berdiam diri, gerakan tangan, atau pandangan bertanya untuk
mebdorong pasien melanjutkan penuturan riwayat penyakitnya. Mendengarkan tanpa
menyela penting dan memerlukan keterampilan. Jika diberikan kesempatan, pasien
seringkali mengungkapkan masalahnya secara spontan.

Gejala utama penyakit paru yaitu :


1. Batuk
2. Batuk darah (hemoptisis)
3. Sesak napas (dispneu)
4. Nyeri dada (pleuritic pain)
5. Mengi (wheezing)

1. Batuk
Gejala penyakit paru yang paling sering ditemukan adalah batuk. Batk demikian
lazimnya sehingga sering dianggap sebagai keluhan sepele. Batuk adalah ekspirasi paksa
yang terkoordinasi , diselingi dengan penutupan glotis secara berulang-ulang. Batuk dapat
volunter atau involunter, produktif atau tidak produktif. Batuk produktif adalah batuk yang
mengeluarkan lendir atau bahan lain. Sputum atau dahak adalah bahan yang dikeluarkna
dengan batuk. Kira-kira 75-100 cc sputum disekresikan setiap hari oleh bronkus.

2. Batuk darah
Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah , berasal dari
saluran napas dibawah pita suara.

3. Sesak napas

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
35

Sensasi sesak napas ”subjektif” disebut dispneu. Dispneu merupakan manifestasi


penting penyakit kardiopulmoner, meskipun ia ditemukan pada keadaan-keadaan lain
seperti penyakit neurologik, metabolik, dan psikologik.

4. Nyeri dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan penyakit paru umumnya disebabkan oleh
terserangnya dinding dada atau pleura parietal. Serabut syaraf banyak terdapat di daerah
ini. Nyeri pleura (pleuritic pain) adalah gejala umum peradangan pleura parietal. Nyeri ini
dilukiskan sebagai nyeri tajam seperti ditusuk-tusuk , yang biasanya terasa pada waktu
inspirasi dan terlokalisai pada asalah satu sisi tubuh. Meskipun nyeri dada dijumpai
penyakit paru , nyeri dada merupakan gejala utama penyakit jantung selain itu dapat juga
nyeri otot, tulang, syaraf dan gaster.

5. Mengi
Mengi merupakan suatu bunyi dengan bernada tinggi abnormal yang disebabkan
oleh obstruksi parsial pada salurann apas. Umumnya ditemukan pada fase ekspirasi.
Keadaan ini terjadi akibat bronkospasme, edema mukosa, dll. Penyebab tersering dijumpai
pada penderita Asma tetapi dapat juga disebabkan oleh obstruksi benda asing.

Gejala- Gejala lain


Disamping gejala-gejala utama pada penyakit paru yang baru saja disebutkan
diatas, ada gejala-gejala lain yang ditemukan seperti

 Suara serak
 Penurunan berat badan
 Pembengkakan mata kaki

Suara serak
Tanyakan kepada pasien jika mengalami suara serak sejak kapan itu terjadi perubahan.
Penyebab pada umumnya jika kita temukan suara serak yaitu : pada perokok berat,
laringitis akut dan penggunaan jangka waktu lama obat steroid terutama inhalasi. Tetapi
dapat juga keterlibatan syaraf laringeal yang mengalami kompresi akibat tumor paru.

Penurunan berat badan


Penurunan berat badan secara drastis sering ditemukan pada penderita yang mengarah ke
keganasan.

Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai
dengan diharapkan.

Gejala gangguan respirasi terdiri dari : batuk (kering / produktif), batuk darah, sesak napas
(akut, progresif, paroksimal), nyeri dada dan mengi. Disamping gejala ini, bisa juga
ditemukan gejala sistemik yang berhubungan dengan penyakit respirasi yaitu : demam,
suara serak, keringat malam dan penurunan berat badan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
36

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan komunikasi dokter-
pasien/keluarga pasien (history taking) mengenai penyakit yang berhubungan dengan
sistem respiratori dengan baik dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kerangka history taking pada gangguan respirasi
2. Menelusuri keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit keluarga.
5. Mendapatkan riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan penyakit utama.
6. Menerapkan dasar tehnik komunikasi dan perilaku yang sesuai dengan sosio
budaya pasien dalam hubungan dokter pasien.

III. RUJUKAN
1. Patel H, Gwilt C. Respiratory System 3rd edition. Elsevier. Philadelphia ; 2008
2. Talley N, O’connor S . Respiratory system and breast examination. Clinical
examination. A systemic Guide to Physical Diagnosis 5th edition : Australia.
Elsevier ; 2006

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiovisual dan materi audiovisual
2. Pensil/pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien simulasi

V. SKENARIO KASUS

KASUS TB PARU
Seorang laki, usia 20 tahun datang ke UGD dengan keluhan batuk darah berupa bercak-
bercak darah bercampur dengan dahak dialami penderita sekitar 7 hari ini. Sebelumnya
penderita mengeluh batuk berdahak sekitar 6 minggu dengan dahak berwarna putih, encer,
jika dikeluarkan kira-kira 1 sendok teh perkali batuk. Sesak napas dirasakan sejak 2
minggu ini, riwayat napas berbunyi tidak dijumpai, sesak napas tidak berhubungan dengan
cuaca maupun aktivitas. Nyeri dada kanan dijumpai dalam 2 minggu ini, nyeri dada tidak
menjalar, seperti ditusuk-tusuk, memberat jika batuk dan menarik napas. Demam dialami
penderita sekitar 6 minggu ini, tidak menggigil, bersifat naik turun dan hilang jika
mengkonsumsi panadol tablet yang dibeli di warung. Keringat pada pagi hari sekitar jam 4
pagi dijumpai sehingga sprei basah. Kurang nafsu makan dijumpai dan penurunan berat
badan dalam 1 bulan ini sekitar 5 kg. Tidak ada riwayat penyakit terdahulu dan tidak
pernah dilakukan operasi sebelumnya, tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi alkohol
dan narkoba. Riwayat penyakit keluarga : tidak didapati asma, kencing manis, hipertensi,
menderita tumor dan tidak ada kontak dengan penderita TB paru. Pasien tinggal di rumah
dengan keluarga sebanyak 5 orang, di daerah kota yang padat penduduknya. Pasien tidak

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
37

mempunyai binatang peliharaan. Status pendidikan : Tamat SMA , suka berolahraga tenis
meja dan diet pola makan biasa, hubungan dengan teman-teman baik.

Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien dan faktor penyebab yang berhubungan
dengan keluhannya sesuai formulir history taking. Tuliskan kemungkinan-kemungkinan
yang menjadi penyebab dari keluhannya.

VI. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERKENALAN
1. Sapa pasien dan perkenalkan diri dengan ramah dan sopan.
2. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda/dipapah
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Tanyakan identitas pasien

B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


1. Tanyakan keluhan utama pasien
2. Telusuri / telaah keluhan utama lebih dalam :
- Sejak kapan mulainya?
- Dimana lokasinya ?
- Berapa lamanya ?
- Bagaimana rasanya?
- Apa yang memperberatnya, seperti : aktivitas ?
- Penyebaran/penjalarannya ?
- Pada saat kapan terutama dirasakan timbulnya?
C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
1. Tanyakan keluhan tambahan seperti : demam, penurunan berat badan, suara serak
dan penurunan nafsu makan.
2. Telusuri dan telaah riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, pemakaian
obat sekarang dan riwayat alergi obat.
3. Telusuri riwayat merokok
4. Telusuri status sosial ekonomi
5. Tanyakan tentang konsumsi alkohol, narkoba.
6. Tanyakan riwayat pekerjaan

D. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Simpulkan hasil komunikasi
3. Jelaskan tindakan selanjutnya

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
38

VII. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN YANG


BERHUBUNGAN DENGAN RESPIRASI

PENGAMATAN
LANGKAH /TUGAS
Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Memposisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda/dipapah
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Menanyakan identitas pasien

B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


1. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien

2. Menelusuri dan menelaah keluhan utama lebih dalam :


- Sejak kapan mulainya?
- Dimana lokasinya ?
- Berapa lamanya ?
- Bagaimana rasanya?
- Apa yang memperberatnya, seperti : aktivitas ?
- Penyebaran/penjalarannya ?
- Pada saat kapan terutama dirasakan timbulnya?

C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN


1. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :
 Demam
 Keringat Malam
 Penurunan Nafsu Makan / BB menurun
 Badan Lemah
 Suara serak
 Sakit menelan
2. Menelusuri dan menelaah riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, pemakaian obat sekarang dan riwayat alergi obat.
3. Menanyakan riwayat penyakit keluarga

4. Menanyakan riwayat merokok , konsumsi alkohol, paparan


biomass, penggunaan NAPZA, seks bebas

5. Menanyakan riwayat operasi, transfusi, pekerjaan, olahraga,


makan teratur, pelihara binatang

D. DOKUMENTASI

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
39

1. Mencatat hal-hal yang penting dari komunikasi

2. Menyimpulkan hasil komunikasi

3. Menjelaskan tindakan selanjutnya

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
40

LAMPIRAN

FORMULIR HISTORY TAKING BLOK RESPIRATORY SYSTEM


MAHASISWA FK USU SEMESTER 4

Nama Mahasiswa : ……………………………………………………………..


Grup : ……………………………………………………………..
Tanggal Anamnesa: ……………………………………….
Instruktur : ………………………………………. Paraf : ……………

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien :
Alamat & Tanggal lahir :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis kelamin :
Status perkawinan :
Agama :
Tanggal masuk ke RS :

RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama:
a. Batuk : □ Tidak □ ya : □ sejak berapa lama : ………………..
□ Frekuensi : Jarang / Sering
□ Batuk terutama : □ pagi hari ; □ malam hari ; □
terus-menerus

- dahak : □ Tidak □ ya : □ sejak berapa lama:


□ intensitas : Ringan /Berat
□ Frekuensi : Jarang / Sering
□ Warna : ……………….
□ Bau : ……………….
b. Batuk Darah : □ Tidak □ ya : □ sejak berapa lama : ……………….
□ intensitas : ...........................
□ volume : .........................
□ Riwayat batuk darah : ………………..

c. Sesak Napas : □ Tidak □ ya : □ sejak berapa lama : ...........................


Sifat sesak :.............................
□ intensitas : Ringan /Berat
□ Frekuensi : Jarang / Sering/ Tiba -
tiba
□ Mengi : Ya/ Tidak
□ Bertambah dimalam Hari : Ya /Tidak
Faktor pencetus :
Berhubungan : 1. Cuaca
2. Aktivitas

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
41

3. Posisi
4. Lain – lain
Riwayat Eksaserbasi : ……./ tahun
Riwayat Opname / IGD : ya/tidak

e Nyeri dada : □ Tidak □ ya : □ sejak berapa lama:


□ intensitas : Ringan /Berat
□ Frekuensi : Jarang / Sering
□ Lokasi : ………………
□ Memberat : ………………
□ Sifat : ………………
□ Penjalaran : ……………….

PENILAIAN NYERI (VAS)


Nyeri : ( ) tidak ( ) ya
Skala Nyeri : ………………(intensitas 0 – 10)
Karakteristik : …………………………………
Lokasi : …………………………………
Durasi : …………………………………
Frekuensi : …….x/hari
(crescendo/decrescendo)
1. Keluhan Tambahan

2. Keluhan Tambahan
a. Demam : □ Tidak □ Ya : □ sejak berapa lama
:..........................................
□ Pagi/ Siang :Ya/tidak
□ Sore : Ya / tidak
□ Malam : Ya /tidak
□ Menggigil : Ya /tidak

b.Keringat Malam : Ya/tidak


c.Nafsu Makan / BB menurun : Ya/ tidak, Kg : …….
d.Badan Lemah : Ya / tidak
e.Suara serak : Ya / tidak, sejak
f. Sakit menelan : Ya / tidak, sejak : …………..

3. Riwayat penyakit terdahulu :

4. Riwayat penggunaan obat


 OAT : Ya/tidak
 Obat hipertensi : ya / tidak
 Pil kontrasepsi : ya / tidak

5. Riwayat Pekerjaan : ......................................


Berapa lama : ………………………..
Berhenti sejak : ………………………..

6. Paparan:
i. Merokok : Lama ...................thn, kretek / filter
Banyak........................btg/hari

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
42

ii. Obat-obatan : Jenis......................... Lama


..........................th
iii. Biomass : Ya / tidak
Lama...........................th
iv. Sex Bebas : …………………
v. Alkohol : Ya / tidak
vi. NAPZA : Ya / tidak

7. Anamnesis Keluarga:
a. Penderita TB Paru : Ya / tidak Siapa: ..................................
b. Riwayat Asma : Ya / tidak Siapa: .................................
c. Faktor keturunan kanker : Ya / tidak
d. Diabetes Mellitus : Ya / tidak

RIWAYAT ALERGI □ Tidak □ Ya


Obat :……………………… Tipe reaksi :……………….
Makanan :……………………… Tipe reaksi:…………………..
Lain-lain :…………………… Tipe reaksi:………………….

Riwayat operasi : □Tidak □Ya, jenis &kapan ……………………

Riwayat Transfusi : □Tidak □ Ya Reaksi Transfusi : □ Tidak □Ya,


reaksi yang timbul…………

Olahraga : □ Ya , jenis olahraga……


□ tidak
Pelihara binatang : □ Ya , jenis binatang……….
□ tidak
Makan teratur : □ Ya □ tidak

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
43

SL. IV. RPS. 2 A


KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PARU I
(INSPEKSI, PALPASI DAN PERKUSI)
Amira Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso

I. PENDAHULUAN

Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik


toraks pada pasien sehingga mahasiswa mendapatkan informasi kelainan pada
pemeriksaan fisik pasien dan mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai kelainan
paru.

Tata cara pemeriksaan fisik paru pada orang dewasa


1. Observasi:
Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan, penampilan
wajah dan penampilan fisik.

2. Inspeksi secara keseluruhan:


Mengamati mulai dari kepala (mata, hidung, mulut, dan lidah) , leher, kedua tangan
dan kedua tungkai. Kemudian memperhatikan toraks ketika istirahat (bentuk
toraks) dan pola pernapasan, pergerakan dinding dada.
Normal : diameter transversal lebih besar dari diameter anteroposterior (2;1 atau
7;5)

3. Palpasi :
- Memeriksa simetris/asimetris letak trakea
- Perabaan kelenjar getah bening pada daerah leher (regio coli), regio
supraklavikula.
- Perabaan posisi trakea dengan menempatkan ujung jari II dan III membentuk
huruf V atau ujung jari II tangan kiri dan kanan di incisura suprasternalis dan
kemudian tentukan kedudukan gelang-gelang trakea dan hubungannya dengan
sternum.
- Pergerakan dinding dada (asimetris/simetris) dengan ukuran normal < 4 cm.
- Pemeriksaan fremitus taktil toraks kiri dibanding toraks kanan dari atas , tengah
hingga bawah dengan menyuruh pasien mengucapkan 77 dan tangan pemeriksa
diletakkan didinding dada pasien sambil merasakan getaran yang dihasilkan.
- Pemeriksaan batas paru-hati.
- Pemeriksaan palpasi di kedua tangan (misalnya tes fluktuasi positif untuk jari
tabuh, nyeri), edema perifer (pitting edema) pada kedua tungkai.

4. Perkusi:
- Menentukan kondisi perkusi paru, perkusi dari toraks kanan ke toraks kiri
begitu seterusnya berpindah dari kanan ke kiri mulai lapangan atas, tengah
hingga lapangan bawah
- Menilai kondisi perkusi basis paru dari toraks kanan atas terus ke bawah dan
kemudian toraks kiri atas terus ke bawah.
- Cara perkusi jari tengah kiri melekat pada dinding toraks pasien pada sela iga
dan jari tengah kanan mengetuk berulang kali ke atas jari tengah kiri dengan
mengayunkan pergelangan tangan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
44

5. Auskultasi
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan melakukan pemeriksaan paru secara
sistematis dari toraks kanan kemudian ke toraks kiri. Hal ini terus dilakukan dari mulai
lapangan atas toraks, tengah hingga lapangan bawah.

6. Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan benar

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
45

INSPEKSI SECARA KESELURUHAN

Gambar 1.a kelopak mata normal Gambar 1.b ptosis pada mata kanan

Gambar 2 menunjukkan sianosis sentral pada lidah

Gambar 3.a Gambar 3.b

Gambar 3.c Gambar 3.d

Gambar 3.a : normal (diamond shape); b & c : clubbing finger ; d : gross clubbing (drum
stick)

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
46

Gambar 4.a Gambar 4.b

Gambar 4.a dan b menunjukkan cara pengukuran tekanan vena jugularis

INSPEKSI PADA TORAKS

Gambar 5. Barrel chest Gambar 6. Pectus excavatum


(Funnel chest)

Gambar 7. Kiposis Gambar 8. Skoliosis

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
47

Gambar 9.a Gambar 9.b

Gambar 9.a : inspeksi pada pergerakan dinding dada untuk lobus atas ketika inspirasi
maksimal.
Gambar 9.b : inpeksi pada pergerakan dinding dada untuk lobus atas ketika ekspirasi.

Garis – garis imajiner di dinding dada

Gambar 10.a : dada anterior Gambar 10.b : dada posterior

Gambar 10.c : lateral

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
48

PALPASI LEHER

Gambar 11.a

Gambar 11.b Gambar 11.c

Gambar 11.d Gambar 11.e

Gambar 11.f

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
49

Gambar 11. a : anatomi lymph node (b,c & d) perabaan lymph node dari depan e & f :
perabaan lymph node dari belakang pasien

PALPASI PADA TORAKS

1. Palpasi Trakea

Gambar 12.a : palpasi trakea Gambar 12.b. perabaan posisi trakea

2. Menilai pergerakan ( ekspansi ) dinding dada : simetris / asimetris

a) Anterior
Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di prosesus sifoideus penderita dan jari-jari lain di arcus
costa. Kemudian gerakkan kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar terdapat lipatan kulit
diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk melakukan inspirasi maksimal.
Perhatikan pergerakan kedua ibu jari yang menjauhi garis tengah saat dinding dada
mengembang dan lihat apakah pergerakannya simetris atau tidak.

Gambar 13.a : palpasi ketika inspirasi Gambar 13.b : palpasi ketika ekspirasi

b) Posterior
Letakkan kedua ibu jari pemeriksan di garis midspinal setinggi T 10 (karena setinggi T 10,
paru-paru paling mengembang) dan jari-jari lain di arcus costae. Kemudian gerakkan
kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar terdapat lipatan kulit diantara kedua ibu jari.
Mintalah penderita untuk melakukan inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua ibu

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
50

jari yang menjauhi garis tengah saat dinding dada mengembang (normal < 5 cm) dan lihat
apakah pergerakannya simetris atau tidak.

Gambar 13.c : palpasi ketika inspirasi Gambar 13.d : palpasi ketika ekspirasi

PERKUSI PADA TORAKS

Gambar 14.a : cara melakukan perkusi Gambar 14.b : perkusi pada toraks

Gambar 14.c lokasi perkusi di dada anterior Gambar 14.d lokasi perkusi di dada
posterior

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
51

AUSKULTASI PADA TORAKS

Gambar 15.a Auskultasi pada toraks

Gambar 15.b Gambar 15.c


lokasi auskultasi pada dada anterior lokasi auskultasi pada dada posterior

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
fisik toraks secara sistematis dan benar.

II.2 TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan inspeksi pada toraks.
2. Melakukan pemeriksaan palpasi pada toraks.
3. Melakukan pemeriksaan perkusi pada toraks.
4. Melakukan pemeriksaan auskultasi pada toraks.
5. Mengenal kelainan pada toraks.

III. RUJUKAN
1. Patel H, Gwilt C. Respiratory System 3rd edition. Elsevier : Philadelphia ; 2008

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
52

2. Swartz M . Buku Ajar Diagnostik Fisik ; Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
1995
3. Talley N, O’connor S. Respiratory System and Breast Examination. Clinical
examination. A systemic Guide to Physical Diagnosis 5th edition. Australia. Elsevier
;
2006
3. Prasetya E, Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan Paru di Buku
Panduan
Diagnosis Fisik di Klinik
4. Willms J, Schneiderman Buku Fisik Diagnostik, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
EGC ; 2005

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Pensil/pulpen
2. Formulir pemeriksaan
3. Manikin/Pasien Simulasi
4. Meja
5. Tempat tidur pasien
6. Stetoskop

V. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERSIAPAN PASIEN
1. Sapa pasien dan observasi pasien saat masuk ruangan
2. Amati pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan, penampilan wajah dan
penampilan fisik.
3. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya dan lepas pakaian bagian atas.
4. Tanyakan identitas pasien

B. INSPEKSI
1. Amati kepala (adakah deformitas) : wajah (adakah pembengkakan {gejala sindroma
vena kava superior atau cushingoid features}), mata (adakah ptosis, miosis,
enopthalmus, conjunctiva palpebra pucat, ikterus), hidung (adakah deviasi septum,
adakah pernapasan cuping hidung), mulut (adakah sianosis sentral, adakah mulut
mencucu/pursed lip breathing), lidah (adakah sianosis sentral, adakah kandidiasis oral)
2. Amati pembengkakan pada daerah leher : ada / tidak ada
3. Amati kedua tangan (adakah jari tabuh/clubbing finger, sianosis perifer, edema,
tremor, hyperthropic pulmonary osteoarthropathy, karat nikotin) dan kedua kaki
(adakah pitting edema unilateral/bilateral)
4. Amati pergerakan dada : adakah ketinggalan bernapas dan adakah bekas luka, tato,
venektasi dan vena kolateral.
5. Amati bentuk dada : simetris fusiformis atau tidak, barrel chest, pectus carinatum
(pigeon chest) , pectum excavatum (funnel chest), kifosis, skoliosis, kiposkoliosis dan
gibbus.
6. Amati pola pernapasan : torakoabdominal/abdominotorakal,
bradipneu/normal/takipneu, regular/irregular, kedalaman pernapasan (normal, dangkal
atau dalam), terdapat otot-otot bantu pernapasan (otot sternokleidomastoideus, otot

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
53

skalenus). Kelainan pola pernapasan (hiperventilasi, cheyne stokes, biot, sigh,


obstruksi, dll).

C. PALPASI
1. Palpasi kelenjar leher dan kelenjar supraklavikula kanan dan kiri.
 Dimulai dari daerah sub mental, sub mandibular, rantai jugular bagian atas, tengah ,
bawah, supra klavikula dan trigonum posterior leher.
 Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah, nyeri tekan, permukaan,
konsistensi, konglomerasi, batas, pergerakan dan ukuran (mm).
2. Raba posisi trakea dengan menempatkan ujung jari II dan III membentuk huruf V atau
ujung jari II tangan kiri dan kanan di incisura suprasternalis dan kemudian tentukan
kedudukan gelang-gelang trakea dan hubungannya dengan sternum.
3. Letakkan kedua telapak tangan pada dinding toraks atas kanan dan kiri.
4. Suruh pasien mengucapkan “77 (seventy seven)” berulang-ulang.
5. Pindahkan posisi telapak tangan pada seluruh dinding toraks (ke tengah dan bawah)
6. Nilai getaran suara yang terjadi pada dinding toraks pasien apakah sama kanan dan
kiri.
7. Nilai ekspansi dinding toraks (tangan pada posisi ujung skapula kiri dan kanan)
8. Raba emphysema subcutis.

D. PERKUSI
1. Letakkan jari tengah tangan kiri diatas dinding torak pasien lalu memukul jari tersebut
dengan jari tengah tangan kanan
2. Berganti posisi dari mulai toraks atas, tengah dan bawah. Dari toraks kanan bergeser
ke toraks kiri
3. Nilai batas paru - hati. Pada lokasi sekitar diatas hepar, perkusi toraks sambil pasien
disuruh ekspirasi dan tahan napas hingga perkusi berubah dari sonor ke beda dan
diberi tanda. Kemudian sambil diperkusi pasien disuruh tarik napas dalam kemudian
ditahan dan lokasi perkusi sonor menjadi beda diberi tanda.
4. Nilai suara perkusi yang terjadi pada dinding toraks pasien

E. AUSKULTASI
1. Letakkan stetoskop pada dinding toraks pasien dan pasien disuruh melakukan
inspirasi dan ekspirasi dalam secara terus menerus
2. Letakkan posisi stetoskop pada seluruh dinding toraks secara sistematis lapangan
atas, tengah dan bawah dari paru kanan ke paru kiri
3. Nilai suara pernapasan dan suara tambahan yang terdengar dari stetoskop

VI. DOKUMENTASI

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
54

VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK RESPIRATORY SYSTEM

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
I. PERSIAPAN PASIEN
1. Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan mengobservasi pasien
saat masuk ruangan.
2. Memosisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya
3. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan pasien
II. MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
1. Kepala : deformitas : ada/tidak
 Wajah : pembengkakkan : ada/tidak
 Mata (adakah ptosis, miosis, enopthalmus, conjunctiva palpebra
pucat, ikterus), hidung (adakah deviasi septum, pernapasan
cuping hidung), mulut (adakah sianosis, mulut mencucu), lidah
(adakah sianosis, kandidiasis oral), leher (adakah
pembengkakan)
2. Adakah jari tabuh/clubbing finger, sianosis perifer, edema, tremor,
hyperthropic pulmonary osteoarthropathy (adakah nyeri didaerah
sendi tangan, kaki, lutut, pergelangan kaki), karat nikotin) dan kedua
kaki (adakah pitting edema unilateral/bilateral).
3. Apakah ada pembengkakan pada daerah leher
4. Ketinggalan bernapas (ada/tidak ada)
5. Bekas luka, tato, venektasi atau vena kolateral (ada/tidak)
6. Bentuk dada : simetris fusiformis, barrel chest, pigeon chest, funnel
chest, kifosis, skoliosis, kiposkoliosis dan gibbus
Normal : diameter transversal lebih besar dari diameter
anteroposterior (2;1 atau 7;5)
7. Pola pernapasan: jenis pernapasan thoracoabdominal/
abdominothoracal, bradipneu/takipneu, regular/irregular,
normal/dangkal/dalam, adakah usaha otot-otot bantu pernapasan
III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI
1. Palpasi pada kelenjar leher dan regio supraklavikula
Kelenjar getah bening :
- Dimulai dari, daerah sub mental, sub mandibular, rantai yugular
bagian atas, tengah, bawah, supra klavikula dan trigonum
posterior leher.
- Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah, nyeri,
permukaan, konsistensi, konglumerasi, batas, pergerakan dan
ukuran (mm)
2. Perabaan posisi trakea (adakah deviasi / medial)
3. Meletakkan kedua telapak tangan pada dinding toraks atas kanan dan
kiri
4. Pasien disuruh mengatakan 77 berulang-ulang
5. Memindahkan posisi telapak tangan pada seluruh dinding toraks
(atas, tengah dan ke bawah)
6. Menilai getaran suara yang terjadi pada dinding toraks pasien

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
55

7. Menilai ekspansi dinding toraks (tangan pada posisi ujung skapula


kiri dan kanan)
8. Meraba emphysema subcutis (ada/tidak)
IV. MELAKUKAN PERKUSI
1. Meletakkan jari tengah tangan kiri diatas dinding toraks pasien lalu
memukul jari tsb dengan jari tengah lengan kanan
2. Berganti posisi dari mulai toraks atas, tengah dan bawah. Dari toraks
kanan bergeser ke toraks kiri
3. Menilai batas paru - hati. Pada lokasi sekitar diatas hepar, perkusi
toraks sambil pasien disuruh ekspirasi dan tahan napas hingga
perkusi berubah dari sonor ke beda dan diberi tanda. Kemudian
sambil diperkusi pasien disuruh tarik napas dalam kemudian ditahan
dan lokasi perkusi sonor menjadi beda diberi tanda.
4. Menilai suara perkusi yang terjadi pada dinding toraks pasien
V. MELAKUKAN AUSKULTASI
1. Meletakkan stetoskop pada dinding toraks pasien dan pasien disuruh
melakukan inspirasi dan ekspirasi dalam secara terus menerus
2. Meletakkan posisi stetoskop pada seluruh dinding toraks secara
sistematis lapangan atas, tengah dan bawah dari paru kanan ke paru
kiri
3. Menilai suara pernapasan dan suara tambahan yang terdengar dari
stetoskop
8. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan respiratori pada rekam medik
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding berdasarkan keluhan utama
dan pemeriksaan respiratori yang dilakukan
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
56

LAMPIRAN

FORMULIR PEMERIKSAAN FISIK BLOK RESPIRATORY SYSTEM


MAHASISWA FK USU SEMESTER 4

Nama Mahasiswa : ……………………………………………………………..


Grup : ……………………………………………………………..
Tanggal Anamnesa: ……………………………………….
Instruktur : ………………………………………. Paraf : ……………

VITAL SIGN :
1. Keadaan Umum : Baik/Sedang/ Jelek
2. Kesadaran : CM/Somnolen/Soporous/Coma
3. Tekanan Darah : mmHg
4. Frekuensi Pernapasan : ............................x/menit
5. Pols/nadi :.............................x/menit
6. Suhu tubuh temp : ................... 0C
7. Saturasi Oksigen :………%
8. Dispnoe : Ya/Tidak
9. Orthopnoe : Ya /Tidak
10. Odem Pretibia : Ya /Tidak
11. MMRC : 0 – 1- 2 – 3 - 4

PEMERIKSAAN SECARA UMUM


Kepala : deformitas (+/-)
 Wajah : pembengkakan (+/-)
 Mata : ikterus ( +/ - ), anemia (+ / - ) , pupil ( kontriksi ), ptosis ( +/-),
miosis (+/-), enopthalmus (+/-)
 Hidung : deviasi septum (+/-), pernapasan cuping hidung (+/-)
 Mulut : sianosis sentral (+/-), mulut mencucu (pursed lip breathing (+/-).
 Lidah : sianosis sentral (+/-), kandidiasis oral (+/-).

Leher :
 Tekanan vena jugularis (+/-)
 Pembesaran kelenjar tiroid (+/-)
 Pembesaran kelenjar getah bening (+/-)

Abdomen : Batas paru - hati :

Ekstremitas superior : karat nikotin (+/-), clubbing fingers (+ / - ), edema perifer


(+/-), sianosis perifer, tremor (+/- ), nyeri tekan pada sendi-
sendi tangan (hipertrophic pulmonary osteoarthropathy )
(+/-).
Ekstremitas inferior : clubbing fingers (+/-), edema perifer unilateral/bilateral (+/-)

TORAKS ANTERIOR
INSPEKSI :
Kelainan bentuk dada :

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
57

 Barrel chest/ funnel chest/pigeon chest/ kifosis/ Kipokoliosis/gibbus


Bekas luka (post pemasangan WSD, operasi dada )
Venektasi (pembendungan vena-vena) dan vena kolateral
Ekspansi dada : simetris / asimetris

PALPASI :
Trakea : medial/ada deviasi
Pergerakan dinding dada : simetris / asimetris
Fremitus taktil :
Emfisema subkutan :

PERKUSI :
Sonor/hipersonor/redup
AUSKULTASI :
Suara pernapasan :
Suara tambahan :

TORAKS POSTERIOR :
INSPEKSI :
 Bekas luka ( post pemasangan WSD, operasi dada )
 Ekspansi dada : simetris / asimetris

PALPASI :
Pergerakan dinding dada :
Vokal fremitus :

PERKUSI : sonor / hipersonor / redup

AUSKULTASI :
Suara pernapasan :
 Vesikuler :
 Bronkial :
Suara tambahan :

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
58

SL. IV. RPS. 2 B


KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PARU II
( AUSKULTASI )
Noni N Soeroso

I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan auskultasi adalah pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan fisis
paru-paru. Aliran turbulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Penilaian
pada suara pernapasan meliputi mendengarkan kualitas suara pernapasan, intensitas suara
pernapasan dan terdapatnya suara tambahan.

PADA TORAKS NORMAL, DAPAT DIDENGAR 4 JENIS SUARA NAPAS :


1. Vesikuler normal. Ini adalah bunyi yang relatif lembut, bernada rendah, kadang
kala dideskripsikan sebagai bunyi helaan napas atau desiran lembut; suara ini
terdengar pada sebagian besar bagian perifer paru-paru. Fase inspirasi jelas lebih
panjang dibandingkan fase ekspirasi, perbandingan sekitar 3:1. Ekspirasi jauh lebih
tenang dibandingkan inspirasi, dan biasanya hampir tak terdengar. Tidak terdapat
penghentian diantara inspirasi dan ekspirasi.
2. Bronkial. Suara dengan karakteristik keras dan bernada tinggi ini menyerupai
suara udara yang bertiup melewati suatu pipa kosong. Fase ekspirasinya lebih keras
dan panjang dibandingkan fase inspirasinya. Normalnya, ini hanya terdengar diatas
manubrium sterni, suara bronkial memiliki ciri lain, yakni terdapat penghentian
nyata diantara fase inspirasi dan ekspirasinya. Timbulnya suara bronkial didaerah
perifer paru-paru dapat berarti terdapatnya keadaan abnormal transmisi bunyi
akibat konsolidasi jaringan paru-paru, misalnya pada pneumonia.
3. Bronkovesikuler. Ini adalah gabungan suara bronkial dan vesikular. Fase inspirasi
maupun ekspirasinya hamper sama panjang (perbandingannya 1:1). Dalam keadaan
normal terdengar di dua tempat:
a. Di anterior, dekat bronkus utama pada sela iga pertama dan kedua, dan
b. Di posterior, antara kedua skapula (interskapulae). Bila terdengar didaerah lain,
mungkin berarti konsolidasi paru-paru atau kelainan abnormal lainnya.
4. Trakea. Suara ini, biasanya tidak didengar dalam auskultasi, terdapatnya dibagian
trakea diluar rongga toraks. Bunyinya sangat keras, nadanya sangat tinggi,
berkualitas kosong dan kasar. Fase ekspirasinya agak lebih panjang daripada fase
inspirasinya.

SUARA NAPAS ABNORMAL


Banyak suara yang jelas terbentuk akibat penyakit paru. Secara kasar suara-suara ini
bagi dalam dua golongan besar :
1. Bunyi-bunyi tambahan seperti ronki basah (crackles), bunyi mengi (wheeze), bunyi
gesekan pleura (pleural friction rub); hippocrates succusion.
2. Suara yang disebarkan secara abnormal seperti amphorik, egofoni, whispered
pektoriloquy, bronkofoni, pernapasan bronkial dan suara napas yang melemah
abnormal.

SUARA – SUARA TAMBAHAN


Ronki basah (crackles)
Ronki basah adalah suara nonmusik yang pendek dan meledak-ledak. Selain klasifikasi
kasar dan halus, Ronki basah dapat pula dibagi berdasarkan kuantitasnya (sedikit dan
banyaknya) atau waktunya (inspirasi atau ekspirasi dan dini atau lambat).
59

 Berdasarkan kuantitas terdiri dari ronki basah halus (fine crackles), ronki basah sedang
(medium crackles) dan ronki basah kasar (course crackles)
 Berdasarkan waktu atau menurut siklus respirasi :
 Early inspiratory crackles (ronki basah inspiratori dini) khas pada penderita
obstruksi saluran napas yang berat seperti bronkitis kronis, asma dan emfisema.
 Late / pan - inspiratory crackles (ronki basah inspirasi lambat) merupakan tanda
khas penyakit paru restriktif, seperti fibrosis interstitial, asbestosis, pneumonia,
kongesti paru pada gagal jantung, sarkoidosis paru, skleroderma dan rematoid paru.
Mengi (wheeze)
Suatu mengi (bronkus) merupakan suara musik paru. Musikal ini ditentukan oleh spektrum
frekuensi yang menyusun suara tersebut. Frekuensi dasar atau terendah menentukan nada
not yang terbentuk. Mengi dapat dibagi dalam klasifikasi nada tinggi (high pitched) atau
rendah (low pitched), inspirasi atau ekspirasi, panjang atau pendek dan tunggal atau ganda.
Mengi disebut monofonik bila terdiri dari nada tunggal atau terdiri dari beberapa nada
yang mulai dan berakhir pada saat yang berbeda. Sedang mengi yang polifonik terdiri dari
beberapa nada tidak harmonis yang dimulai dan berakhir simultan, seperti paduan nada.

Pleural Friction Rub


Pleural Friction Rub adalah suara yang terdengar berkeretak (cracking) dan bergesek
(grating) yang timbul karena pergesekan pleura visceralis dan pleura parietalis selama
pernapasan. Pada keadaan normal pleura tidak menimbulkan suara saat bergesekan selama
pernapasan.

Hippocrates succusion
Hippocrates succusion adalah suara cairan pada hidropneumotoraks yang terdengar bila si
pasien digoyang-goyangkan.

Amphorik
Suara pernapasan amphorik dijumpai jika terdapat kavitas besar yang letaknya perifer dan
berhubungan terbuka dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam botol kosong.

Stridor
Stridor terutama sekali merupakan suara musik keras, terbanyak terdapat pada saat
inspirasi dan terdengar sangat jelas pada jarak jauh dari penderita. Stridor umumnya terjadi
pada saluran napas sentral, sedang mengi pada saluran napas yang lebih perifer. Suara
stridor hampir sama dengan mengi sehingga harus dapat dibedakan antara keduanya, pada
stridor suara mengi terdengar di trakea dan umumnya dijumpai ketika inspirasi sedangkan
mengi dapat dijumpa i ketika inspirasi dan ekspirasi.

Egofoni
Egofoni ( yang dalam bahasa Yunani artinya suara kambing ) merupakan bicara hidung
atau mengembik yang disalurkan melewati jaringan paru yang padat (misalnya
pneumonia). Pasien disuruh mengucapkan ”ii” kemudian kita mendengarkan melalui
stetoskop pada daerah yang sakit ”ee” seperti suara embikan.

Bronkofoni
Fremitus vokal yang terdengar lebih kuat dan lebih jelas dari normal karena suara yang
dihantarkan lebih baik melalui bronkus yang terbuka dan dikelilingi jaringan paru yang

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
60

mengalami konsolidasi (arless) . Pada saat penderita berbicara, fremitus vokal yang
terdengar seakan-akan langsung keluar dari dada penderita.

Whispered pectoriloquy
Suruh pasien untuk membisikkan ”66”, sementara stetoskop diletakkan pada daerah yang
dicurigai. Interpretasi : suara yang dibisikkan biasanya tidak terdengar ; kala suara kata
yang dibisikkan jelas terdengar dan dapat dipahami, daerah tersebut mengalami
konsolidasi.

Tata cara melakukan auskultasi paru secara sistematis :


1. Cara meletakkan stetoskop pada telinga (bagian lengkung ke arah depan).
2. Posisi pasien dapat dalam keadaan duduk tegak atau posisi tidur (supine), harus
dilakukan auskultasi komparatif terhadap regio di atas setiap segmen pulmonalis.
3. Stetoskop harus digeser-geser antara kedua segmen pulmonalis yang sesuai di
kedua hemitoraks . Dilakukan pada dada anterior dan dada posterior
4. Jangan melakukan auskultasi dari atas ke bawah pada sisi yang sama, lalu atas ke
bawah sisi dada (hemitoraks) lainnya. Auskultasi dilakukan berurutan dengan
selang – seling dada kiri dan kanan (zig-zag) (gambar 1) . Setiap regio harus
didengar dengan hati-hati sambil pasien bernapas melalui mulut secara agak cepat
dan dalam.
5. Pemeriksa mula-mula memperhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan
komponen-komponen normal maupun tambahannya (ronki basah, bising mengi,
dll), kemudian konsentrasi dipusatkan pada ekspirasi.
6. Auskultasi toraks harus dikerjakan dalam ruangan tenang tanpa ada suara dari
televisi ataupun radio.
7. Jangan meletakkan stetoskop di atas bulu-bulu dada , sebab gesekan bulu dada ini
akan menimbulkan suara tambahan (ronki basah) .
8. Mendiskripsi suara pernapasan normal : trakeal, bronkial, bronkovesikuler,
vesikuler
9. Mendiskripsi suara pernapasan abnormal : egofoni, bronkofoni, Whispered
pectoriloquy
10. Mendiskripsi suara tambahan : ronki basah, mengi, pleural friction rub , dll.
11. Membuat laporan tertulis dari hasil auskultasi paru

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
61

Gambar 1 . Urut – urutan auskultasi paru

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
auskultasi paru secara benar dan sistematis.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mendiskripsikan suara nafas normal dan abnormal.
2. Menelusuri keluhan dan hubungannya dengan pemeriksaan auskultasi paru
yang dijumpai.
3. Melakukan dan membuat laporan pemeriksaan auskultasi paru.
4. Membuat diagnosis dan diagnosis banding klinis sehubungan dengan kelainan
yang dijumpai.

III. RUJUKAN :
1. Patel H, Gwilt C. Respiratory System 3 rd edition. Elsevier. Philadelphia ; 2008
2. Swartz M. Dada dalam Buku Ajar Diagnostik Fisik ; Jakarta ; Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
3. Talley N, O’connor S . Respiratory System and Breast Examination. Clinical
Examination. A systemic Guide to Physical Diagnosis 5th edition. Australia.
Elsevier ; 2006
4. Prasetya E, Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan Paru di Buku
Panduan Diagnosis Fisik di Klinik
5. Willms J, Schneiderman Buku Fisik Diagnostik Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta ; 2005
6. Lehrer S. Memahami Bunyi Paru dalam Praktek Sehari-hari : Tangerang
Binarupa Aksara Publisher.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
62

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiovisual
2. Manikin / pasien simulasi
3. Pensil / pulpen
4. Formulir laporan auskultasi paru

V. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya dan pemeriksa berada di sebelah kanan
pasien
2. Pemeriksa memasang stetoskop pada kedua telinga (bagian lengkung ke arah dalam)
3. Lakukan auskultasi dengan meletakkan membran stetoskop pada dinding dada
anterior dan posterior serta amati suara nafas.
4. Geser membran stetoskop antara kedua segmen paru yang sesuai di kedua hemitoraks
dan dilakukan pada dinding dada anterior dan posterior secara berurutan, selang –
seling dinding dada kiri dan kanan (zig-zag) (Gambar 1). Setiap regio harus didengar
dengan hati-hati saat pasien bernapas dalam.
5. Perhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan komponen-komponennya.
Deskripsikan suara nafas : trakeal, bronkial, bronkovesikuler,vesikuler dan suara
pernafasan abnormal (amforik, stridor)
6. Deskripsikan suara tambahan : ronki basah, mengi, pleural friction rub, hippocrates
succusion, egofoni, bronkofoni dan whispered pectoriloque.
7. Dokumentasi

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
63

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN AUSKULTASI PARU

PENGAMATAN
No LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Mengobservasi pasien saat masuk ruang pemeriksaan
3. Memosisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya.
4. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan.
II. PELAKSANAAN
1. Memasang stetoskop pada telinga (bagian lengkung ke arah luar).

2. Melakukan auskultasi pada dada anterior dan posterior.

3. Menggeser stetoskop antara kedua segmen pulmonalis yang sesuai di


kedua hemitoraks yang dilakukan pada dada anterior dan dada
posterior dengan berurutan, selang – seling dada kiri dan kanan (zig-
zag) (gambar 1). Setiap regio harus didengar dengan hati-hati sambil
pasien bernapas melalui mulut secara agak cepat dan dalam.
4. Memperhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan komponen-
komponen. Mendeskripsikan :
- Bronkial
- Bronkovesikuler
- Vesikuler
- dan suara pernafasan abnormal : amphorik , stridor, succutio
Hiporates
6. Mendiskripsi suara tambahan : ronki basah (halus, sedang, kasar),
mengi, stiridor, pleural friction rub, hippocrates succusion, egofoni,
bronkofoni, whispered pectoriloque.
III. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil auskultasi pada formulir auskultasi auskultasi paru
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding berdasarkan hasil auskultasi
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
64

SL. IV. RPS. 3


KETERAMPILAN KLINIK
PEMBACAAN FOTO TORAKS
Afif Siregar, Rudolf H Pakpahan, Noni Soeroso

I. PENDAHULUAN

Foto toraks merupakan foto terbanyak hampir disemua Instalasi/Departemen Radiologi


termasuk di Departemen Radiologi FK USU. Selain foto toraks ada beberapa pemeriksaan
radiologis lainnya untuk toraks antara lain: CT- Scan, Ultrasonografi, MRI, Kedokteran
nuklir, Angiografi, Flouroscopi. Namun untuk pemeriksaan radiologis toraks biasanya di
dahului dengan foto toraks sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis lainnya. Pada saat
ini foto toraks dapat dilakukan secara konvensional/manual dan secara digital/
computerized yang disebut digital radiography.
Perlu diketahui gambaran radiologis normal dari sebuah foto toraks untuk dapat
mengerti kelainan yang terlihat pada sebuah foto toraks.
Beberapa penyakit/kelainan yang dapat terlihat pada sebuah foto toraks antara lain :
infeksi di paru (spesifik maupun non spesifik), tumor, kelainan kongenital di paru maupun
di jantung, kelainan jantung di dapat, kelainana akibat trauma, kelainan pada tulang
maupun jaringan lunak dinding toraks.

1. Yang dinilai pada foto toraks :


1.1. Jantung
 Ukuran dan cara mengukurnya
 Batas – batas jantung kanan / kiri dan terdiri dari apa
1.2. Paru
 Hitam / lusen disertai garis – garis putih
 Vaskular paru
 Kubah diafragma
 Inspirasi maksimal atau tidak
 Sinus frenikokostalis, frenikokardialis
1.3. Trakea : medial atau deviasi trakea
1.4. Tulang – tulang dinding toraks
 Kosta depan atau belakang
 Skapula
 Klavikula
1.5. Jaringan lunak dinding toraks

2. Cara membaca foto toraks:


 Hidupkan illuminator
 Letakkan foto toraks pada illuminator dengan sisi kanan foto berhadapan dengan
sisi kiri pembaca seolah - olah orangnya berhadapan dengan pembaca foto toraks.
 Apex paru foto toraks daerah cranial dan diafragma di caudal.
 Periksa kualitas film foto toraks tersebut : apakah kontras terlalu hitam atau terlalu
putih. Vertebra torakalis I-V harus terlihat dan diskus intervertebralis terlihat
samar-samar.
 Melihat identitas foto toraks : tanggal pembuatan, nama, umur, tanda kiri dan
kanan, jenis foto AP/PA

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
65

 Pada PA : letak diafragma sejajar dengan iga 9 -11 belakang kanan atau iga 5-6
depan kanan yang memotong pertengahan diafragma kanan (inspirasi maksimal).
 Penilaian jantung : CTR < 50 % : interpretasi normal
 Trakea : medial (posisi ditengah)
 Menilai paru dibagi atas :
- Lapangan atas (paratrakeal) : Iga 1 - 2
- Lapangan tengah (parahilar) : Iga 3 - 4
- Lapangan bawah (parakardial) : Iga 5 – 6
 Posisi hilus kiri lebih tinggi dibandingkan dengan hilus kanan.
 Menilai kedua sinus frenikus kostalis terlihat jelas
 Menilai kedua sinus frenikus kardiale terlihat jelas
 Menilai bentuk dome (kubah) diafragma convex (cembung) dan pinggiran licin dan
terlihat jelas. Hemidiafragma kanan lebih tinggi dari hemidiafragma kiri sekitar 2 -
3 cm.
 Mengamati densitas tulang dinding toraks yaitu :
- Kosta : intact
- klavikula : simetris
- skapula : tidak menutupi kedua lapangan paru
 Mengamati jaringan lunak dinding toraks terlihat homogen.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
66

Keterangan :
1. Trakea 12. Hemidiafragma kanan
2. Bronkus Utama kanan 13. Sinus frenikokardialis kanan
3. Bronkus Utama kiri 14. Sinus frenikokardialis kiri
4. Arkus aorta 15. Lambung
5. Arteri Interlobaris kanan 16. Hemidiafragma kiri
6. Arteri pulmonalis kanan 17. Sinus frenikokostalis kanan
7. Arteri pulmonalis kiri. 18. Sinus frenikokostalis kiri
8. Trunkus anterior 19-20. Bayangan mammae
9. Vena pulmonalis inferior kanan 21. Klavikula kanan
10. Atrium kanan 22. Klavikula kiri
11. Ventrikel kiri

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
67

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pembacaan foto
toraks secara sistematis dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Membaca gambaran paru normal dan kelainan paru.
2. Membaca gambaran jantung normal dan kelainan jantung.
3. Membaca gambaran tulang – tulang dinding toraks normal dan kelainan tulang
– tulang dinding toraks
4. Membaca gambaran jaringan lunak dinding toraks normal dan kelainan
jaringan lunak dinding toraks.
5. Menelusuri keluhan fisik dan hubungannya dengan kelainan pada foto toraks.
6. Membuat laporan pembacaan gambaran kelainan pada foto toraks.
7. Membuat kesimpulan diagnosis

III. RUJUKAN
1. Sjahriar Rasad Radiologi Diagnostik
2. David Sutton A Textbook of Radiology
3. Grainger & Allison Diagnostic Radiology
4. H. Luhur S.Soeroso Mutiara paru
5. Chung, K, Edward. Quick Reference to Cardiovascular disease, third edition :
William and Wilkins ; 1987
6. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
; 1999
7. Isselbacher, et al, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 12 th ed, Mc Graw
Hill Inc : New York ; 1991
8. Rilianto, L, dkk, Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta ; 1996
9. Sastroasmoro,S, Buku Ajar Kardiologi Anak , Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Jakarta ; 1994
10. Suparman, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK UI : Jakarta ; 1994

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Illuminator (viewing box)
2. Foto toraks
3. Audiovisual.
4. Spidol, pulpen dan pencil
5. Penggaris
6. Formulir pembacaan foto toraks.

V. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERSIAPAN PEMBACAAN FOTO TORAKS


1. Hidupkan illuminator (viewing box)
2. Letakkan foto di illuminator dengan sisi kanan foto di sisi kiri pembaca dengan
apex paru di arah cranial

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
68

3. Baca identitas foto


- Identitas foto : nama, umur, jenis kelamin
- Tanggal pembuatan foto
- Tanda kanan dan kiri
- PA / AP
4. Kualitas film

B. PENILAIAN KONDISI FOTO TORAKS


1. Posisi trakea : medial / deviasi
2. Klavikula : simetris / asimetris
3. Foto berdiri posisi PA dengan letak diafragma sejajar dengan iga 9 -11 belakang
kanan atau iga 5-6 depan kanan yang memotong pertengahan diafragma kanan
(inspirasi maksimal)
4. Kedua sinus frenikokostalis kanan dan kiri terlihat jelas
5. Kedua sinus frenikokardial kanan dan kiri terlihat jelas
6. Kedua skapula tidak menutupi lapangan paru
7. Vertebra torakalis I-V harus terlihat dan diskus intervertebralis terlihat samar-samar

C. PENILAIAN GAMBARAN PARU


Amati lapangan paru atas, tengah dan bawah pada paru kanan dan kiri :
a. Lapangan paru ditandai dengan warna hitam dan adanya gambaran pembuluh
darah berupa garis-garis putih
b. Gambaran vaskular paru normal tampak berupa corak putih besar di tengah dan
makin ke perifer makin halus

D. PENILAIAN GAMBARAN JANTUNG


1. Tentukan posisi jantung pada foto toraks kontras foto
2. Tentukan letak / tinggi diaphragma kiri dan kanan
3. Tentukan besar jantung berdasarkan Cardio Thoracic Ratio (CTR) :
a. buat garis tengah imaginer yaitu garis tengah vertebra torakalis
b. ukur jarak jantung kanan terjauh dari garis tengah tersebut (disebut garis A)
c. ukur jarak jantung sebelah kiri terjauh dari garis tengah tersebut (disebut garis
B)
d. buat garis imaginer yang merupakan jarak terjauh dinding toraks bagian dalam
(disebut garis C)
e. CTR = A +B / C
notes : 35%  CTR  50%
Jantung membesar : CTR ≥ 50%
4. Tentukan sinus frenikokostalis dan frenikokardial
5. Tentukan batas-batas jantung sisi kanan (vena kava superior, aorta ascendens,
atrium kanan) dan sisi kiri (arcus aorta, pinggang jantung, atrium kiri dan ventrikel
kiri) pada silhouette jantung

E. PENILAIAN GAMBARAN DINDING TORAKS


1. Amati densitas tulang kosta
2. Amati densitas tulang skapula
3. Amati densitas tulang klavikula
4. Amati jaringan lunak dinding toraks

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
69

F. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pembacaan foto toraks
2. Buat kesimpulan diagnosis serta diagnosis banding.
3. Jelaskan anjuran selanjutnya.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMBACAAN FOTO TORAKS


PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
A. PERSIAPAN PEMBACAAN FOTO TORAKS
1. Menghidupkan illuminator (viewing box)
2. Meletakkan foto di illuminator dengan sisi kanan foto di sisi kiri
pembaca dengan apex paru di arah cranial
3. Membaca identitas foto
- Identitas foto : nama, umur, jenis kelamin
- Tanggal pembuatan foto
- Tanda kanan dan kiri
- PA / AP
4. Kualitas film : baik/kurang baik
B. PENILAIAN KONDISI FOTO TORAKS
1. Posisi trakea : medial / deviasi
2. Klavikula : simetris / asimetris
3. Foto berdiri posisi PA dengan letak diafragma sejajar dengan
iga 9 -11 belakang kanan atau iga 5-6 depan kanan yang
memotong pertengahan diafragma kanan (inspirasi
maksimal).
4. Kedua sinus frenikokostalis kanan dan kiri terlihat jelas
5. Kedua sinus frenikokardial kanan dan kiri terlihat jelas
6. Kedua skapula tidak menutupi lapangan paru
7. Vertebra torakalis I-V harus terlihat dan diskus
intervertebralis terlihat samar-samar
C. PENILAIAN GAMBARAN PARU
Mengamati lapangan paru atas, tengah dan bawah pada paru
kanan dan kiri :
a. Lapangan paru ditandai dengan warna hitam dan adanya
gambaran pembuluh darah berupa garis-garis putih
b. Gambaran vaskular paru normal tampak berupa corak putih
besar di tengah dan makin ke perifer makin halus
D. PENILAIAN GAMBARAN JANTUNG
a. Tentukan posisi jantung pada foto toraks kontras foto
b. Tentukan letak / tinggi diaphragma kiri dan kanan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
70

c. Tentukan besar jantung berdasarkan cardio thoracic ratio


(CTR) :
a. buat garis tengah imaginer yaitu garis tengah vertebra
torakalis
b. ukur jarak jantung kanan terjauh dari garis tengah
tersebut (disebut garis A)
c. ukur jarak jantung sebelah kiri terjauh dari garis tengah
tersebut (disebut garis B)
d. buat garis imaginer yang merupakan jarak terjauh
dinding toraks bagian dalam (disebut garis C)
e. CTR = A +B / C
d. Tentukan batas-batas jantung sisi kanan (vena kava superior,
aorta ascendens, atrium kanan) dan sisi kiri (arcus aorta,
pinggang jantung, atrium kiri dan ventrikel kiri) pada
silhouette jantung

E. PENILAIAN GAMBARAN DINDING TORAKS


1. Mengamati densitas tulang kosta
2. Mengamati densitas tulang skapula
3. Mengamati densitas tulang klavikula
4. Mengamati jaringan lunak dinding toraks
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pembacaan foto toraks
2. Membuat kesimpulan diagnosis
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
71

SL. IV. RPS. 4 A


KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU ( SPIROMETRI DAN FEAK FLOW METER )
Amira Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso

A. SPIROMETRI

I. PENDAHULUAN
Spirometri merupakan alat untuk mengukur fungsi paru. Dengan pengukuran fungsi
paru dapat dievaluasi obstruksi jalan napas, respon terhadap pemberian bronkodilator dan
volume paru.
Indikasi untuk pemeriksaan fungsi paru sangat luas meliputi :
(1) evaluasi gejala paru untuk mendeteksi adanya gangguan dan menilai keparahannya
(2) mengklasifikasi penyakit menjadi obstruktif, restriktif atau mixed
(3) evaluasi respon pengobatan bronkodilator ataupun steroid
(4) evaluasi pre operasi
(5) membantu menentukan prognosis penyakit.
Fungsi paru sangat bervariasi pada individu yang normal. Variasi ini dipengaruhi
oleh tinggi badan, berat badan , umur, jenis kelamin, dan ras. Pemeriksaan fungsi paru
dengan spirometri juga sangat tergantung kepada usaha maksimal dari pasien. Pemeriksaan
spirometri meliputi Forced Vital Capacity (FVC) , Slow Vital Capacity (SVC), Inspiratory
Capacity (IC), dan Expiratory Reserve Volume (ERV). Pemeriksaan spirometri dasar
hanya meliputi FVC atau Kapasitas Vital Paksa (KVP), FEV 1 atau Volume paksa detik
pertama (VEP 1) dan rasio FEV1 / FVC atau VEP 1/KVP.

Gambar 6.1 . Volume paru dan kapasitas paru

Rekomendasi ATS untuk Spirometri :


 kriteria ACCEPTABLE
 kriteria REPRODUKSIBLE
Maksimal 8 manuver

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
72

Kriteria Acceptable
 Awal start baik
 1 (satu) Puncak
 Ekspirasi semaksimal mungkin

Bebas dari artefak:


 Batuk
 Terlalu cepat berhenti
 Usaha tidak maksimal

Kriteria Reproduksibel :

Ke 3 nilai FEV1 tidak boleh perbedaannya melebihi dari 100ml

Cara kerja :
1. Sambungkan mouth piece ke Spirometri (lihat tanda oval pada mouthpiece
dimasukkan pas pada tempatnya di spirometri, kemudian tekan rapat tombol hitam
dibawah tempat mouthpiece agar terkunci)
2. Mengisi data pasien meliputi : Nama , Umur, Berat Badan, Tinggi Badan, Ras
3. Pasien diatur dalam posisi berdiri tegak lurus kepala menghadap ke depan, pakaian
dilonggarkan.
4. Memberikan instruksi kepada pasien, bila mouth piece telah dimasukkan ke mulut,
pasien kemudian inspirasi dan ekspirasi secara normal sebanyak 2 kali kemudian
inspirasi dalam dan kemudian ekspirasi dengan cepat dalam waktu 3 - 6 detik

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
73

5. Memasang nose clips pada hidung pasien


6. Pasien melaksanakan manuver (pemeriksaan)
7. Pasien mengulang manuver sebanyak 2 kali lagi
8. Hasil yang terbaik diambil sebagai hasil Spirometri (nilai variabel VEP 1 dan KVP
yang tertinggi)

Tabel 1. Tingkat keparahan spirometri berdasarkan VEP 1


Keparahan Persen prediksi VEP1
Ringan >70
Sedang 60-69
Sedang berat 50-59
Berat 35-49
Sangat berat < 35

Tingkat keparahan spirometri berdasarkan FVC / KVP


Ringan % prediksi < KVP batas bawah normal tapi ≥
Sedang 70 prediksi < KVP 70 dan ≥60
%
Berat sedang % prediksi KVP < 60 dan ≥50
Berat % prediksi KVP< 50 dan ≥40
Sangat berat % prediksi KVP< 34

Gambar 6.2. Obstruksi sangat berat

PEAK FLOW METER


Peak Flow Meter merupakan alat yang murah dan sederhana untuk mengukur Peak
Expiratory Flow Rate (PEFR) yaitu ekspirasi maksimal dalam waktu 10 mili second
ekspirasi. Nilai normal PEFR adalah 400 – 650 l/min pada dewasa sehat.
PEFR akan menurun pada kondisi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas
diantaranya : Asma, PPOK, Tumor saluran nafas atas. P enyebab lain termasuk kelemahan
otot pernafasan, usaha yang tidak adekuat, dan teknik yang kurang.
PEFR bukan alat yang baik untuk mengukur hambatan aliran udara karena hanya
mengukur ekspirasi inisial. Kegunaan yang paling baik adalah untuk memonitor perjalanan
penyakit dan mengetahui respon pengobatan

Bahan dan alat yang diperlukan :


1. Peak Flow Meter
2. Tabel pneumomobile project.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
74

Cara kerja :
1. Pasien berdiri tegak lurus kepala menghadap ke depan
2. Memberikan instruksi kepada pasien untuk inspirasi maksimal dahulu sebelum
memasukkan mouth piece Peak Flow Meter ke mulut kemudian ekspirasi maksimal
dan cepat.
3. Jarum penunjuk angka pada Peak Flow digeser ke posisi 0 (nol).
4. Mouth piece Peak Flow Meter dimasukkan ke dalam mulut dan bibir terkatup rapat.
5. Pasien melaksanakan manuver.
6. Manuver diulang 2 kali lagi dan hasil terbaik dianggap sebagai hasil PEFR
7. Menilai hasil peak flow dengan tabel pneumobile project.

Contoh melihat penilaian tabel peak flow meter

9.57 x 60 (1 menit : 60 detik) = 574.2


Hasil yang didapat / nilai prediksi normal = 550 / 574.5 x 100% = 95.7 %

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
spirometri dan Peak Flow

II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengintrepretasikan hasil pemeriksaan spirometri dan peak flow

III. RUJUKAN
1. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine
2. Manual of SpiroSoft® Firmware Version 1.0
3. Mosbys crash course respiratory system

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
75

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Mouth piece yang disposable (setiap pasien harus memakai mouth piece yang
bersih)
2. Spirometri
3. Komputer
4. Peak Flow Meter
5. Tabel pneumomobile project.
6. Mouth piece
7. Nose clips

V. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI DAN PEAK FLOW


METER

PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
I. PEMERIKSAAN SPIROMETRI

1. Menyambungkan mouth piece ke Spirometri.


2. Mengisi data pasien meliputi : Nama , Umur, Berat Badan (kg),
Tinggi Badan (cm), Ras
3. Mengatur posisi pasien yaitu berdiri tegak lurus kepala menghadap
ke depan, pakaian dilonggarkan.
4. Memberikan instruksi kepada pasien, bila mouth piece telah
dimasukkan ke mulut, pasien kemudian inspirasi dan ekspirasi
secara normal sebanyak 2 kali kemudian inspirasi dalam dan
kemudian ekspirasi dengan cepat dalam 3 - 6 detik
5. Memasang nose clips pada hidung pasien

6. Pasien melaksanakan manuver (pemeriksaan) dan melakukan


sebanyak 3 kali

7. Hasil yang terbaik diambil sebagai hasil Spirometri (nilai variabel


VEP 1 dan KVP yang tertinggi) .
II. PEMERIKSAAN PEAK FLOW METER

1. Pasien berdiri tegak lurus kepala menghadap ke depan

2. Memberikan instruksi kepada pasien untuk inspirasi maksimal


dahulu sebelum memasukkan mouthpiece Peak Flow Meter ke
mulut
3. Setelah Mouth piece Peak Flow Meter didalam mulut dan bibir
tertutup ke mouthpiece dengan rapat dan hembuskan napas sekuat
mungkin
4. Pasien melaksanakan maneuver

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
76

5. Manuver dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil terbaik dianggap


sebagai hasil PEFR
6. Menilai hasil peak flow dengan tabel pneumomobile project

Note : Ya = Mahasiswa melakukan.


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan.

VI. LAMPIRAN

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
77

Tabel Pneumobile Project

a. PEFR laki

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
78

b. PEFR perempuan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
79

SL. IV. RPS. 4 B


KETERAMPILAN KLINIK TERAPI INHALASI
Amira Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso

I. PENDAHULUAN
Inhalasi aerosol untuk tujuan pengobatan telah dikenal sejak lama. Sebelum era
kemoterapi, pasien tuberkulosis paru dianjurkan untuk berlibur di tepi pantai dan berlayar
di laut sebagai cara penyembuhannya. Partikel garam yang terkandung dalam udara laut
dipercaya beRPSengaruh baik.
Aerosol adalah partikel-partikel padat (solid), suspensi dari cairan atau campuran
yang mengambang dalam gas/udara (gas pembawa). Diameter partikel-partikel ini berkisar
diantara 0,001 sampai 100 μm. Untuk terapi inhalasi diameter partikel yang bermanfaat
adalah 0,5 sampai 10 μm. Obat dalam bentuk partikel aerosol dapat diberikan melalui alat
yaitu nebuliser (dalam bentuk cairan), MDI ( dalam gas sebagai zat pembawa) dan DPI
(dalam bentuk bubuk kering).
Aerosol yang dihasilkan oleh alat seperti: Nebulizer, Metered Dose Inhaler (MDI),
dan Dry Powder Inhaler (DPI) umumnya tidaklah dalam satu macam ukuran partikel
aerosol namun berupa rentangan ukuran partikel. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi deposit obat aerosol di paru adalah besarnya ukuran partikel aerosol yang
dikeluarkan oleh alat, (ukuran partikel aerosol yang dapat mencapai saluran napas bawah
(Respirable range particle size) adalah 1 sampai 5 μm, sedangkan partikel ukuran > 5 μm
akan terdeposit di saluran napas atas dan faring dan partikel ukuran > 1 μm akan
terekshalasi kembali, keberhasilan terapi inhalasi itu sendiri tergantung dari jumlah
partikel yang mencapai paru-paru.
Keuntungan yang lebih nyata dari terapi inhalasi aerosol adalah efek topikalnya,
yaitu konsentrasi yang tinggi di paru-paru, dosis obat yang kecil sekitar 10% dari dosis
oral, dan efek sistemik yang minimal. Terapi inhalasi dibandingkan terapi oral mempunyai
dua kelemahan, yaitu: jumlah obat yang mencapai paru-paru sulit dipastikan, dan inhalasi
obat ke dalam saluran napas dapat merupakan masalah koordinasi
Pemberian aerosol yang ideal adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa,
tidak mahal dan secara selektif mencapai saluran nafas bawah, dan hanya sedikit saja yang
tertinggal di saluran nafas atas serta dapat digunakan oleh anak-anak, orang cacat dan
orang tua,

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi inhalasi (IDT dan nebulizer) pada
pasien sehingga mahasiswa dapat memberikan terapi pada pasien dengan kelainan
obstruksi paru.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
 Mengatasi bronkospasme
 Mengencerkan sputum
 Menurunkan hiperaktiviti bronkus

Indikasi
 Asma
 PPOK
 Fibrosis kistik

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
80

 SOPT (sindroma obstruksi post TB)


 Bronkiektasis
 Keadaan atau penyakit lain dengan sputum kental dan lengket.

Kontraindikasi
Absolut : Tidak ada
Relatif : Alergi terhadap bahan/obat tersebut

III. PERSIAPAN TINDAKAN


a) Bahan dan alat :
- Inhaler dosis terukur (IDT), dalam bentuk :
 Inhaler aerosol dengan atau tanpa spacer
 Bubuk (dry powder inhaler) : diskhaler, rotahaler dan turbuhaler.
- Penguapan (nebulizer) dengan cara :
 Ultrasonik
 Kompresi (kompresor atau oksigen)
b) Pasien :
Dapat dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau tidur (untuk pasien yang dirawat)
c) Ruangan : tidak diperlukan ruangan khusus.

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Inhaler dosis terukur (IDT)
2. Dry powder inhaler (DPI)
3. Spacer ( ruang antara )
4. Tabung Oksigen dan meteran
5. Masker nebulizer dgn selangnya
6. Jet nebulizer
7. Obat cairan nebulizer (salbutamol ampul, fluticasone ampul)
8. Aquabidestilata
9. Kain kassa
10. Alkohol

V. RUJUKAN
1. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine
2. Manual of SpiroSoft® Firmware Version 1.0
3. Mosbys crash course respiratory system

VI. LEMBAR PENGAMATAN TERAPI INHALASI


1. INHALER DOSIS TERUKUR / MDI
PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
YA TIDAK
I. INHALER DOSIS TERUKUR / MDI
1. Inhaler dikocok terlebih dahulu agar obat homogen, lalu
tutupnya dibuka.
2. Inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi
pelan-pelan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
81

3. Mulut inhaler diletakkan di antara kedua bibir, lalu katupkan


kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan - pelan. Pada waktu
yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut
dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya.
4. Tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali.
5. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik – 1 menit .

II. IDT DENGAN RUANG ANTARA ( SPACER )

1. Inhaler dikocok terlebih dahulu dan buka tutupnya, kemudian


mulut inhaler dimasukkan ke dalam lubang ruang antara (spacer)
2. Mouth piece diletakkan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir
dikatupkan pastikan tidak ada kebocoran.
3. Tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan memegang
kanester inhaler.
4. Tekan kanister sehingga obat akan masuk ke dalam spacer,
kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak,
lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa
yakin obat sudah terhirup habis.
III. DRY POWDER INHALER (DPI) : DISKINHALER (DISKUS)
1. Pegang diskus pada satu tangan, letakkan ibu jari dari tangan
anda yang lain pada pegangan ibu jari. Bukalah diskus dengan
menekan pegangan ibu jari ke kanan sampai bagian mulut dari
diskus terlihat dan keluar.
2. Pegang dan tahan tuas diskus. Dorong tuas semaksimal mungkin
sampai berbunyi “klik”. Keluarkan napas anda sebanyak
mungkin.
3. Letakkan bagian mulut diskus dibibir kemudian tarik napas
dalam. Lepaskan diskus dari mulut kemudian tahan napas selama
10 detik. Keluarkan napas secara perlahan, lalu tutup diskus.
IV. JET NEBULIZER
1. Periksa alat apakah dalam kondisi baik membersihkan masker

2. Memasukkan obat inhaler ke tempat obat


3. Menjelaskan ke pasien tentang tujuan terapi dan supaya napas
biasa dan tenang
4. Menghidupkan jet nebulizer (atau meteran oksigen keangka 6
liter) kemudian memasang masker atau mouthpiece kepada
pasien
5. Menanyakan kepada pasien apakah kondisinya dalam keadaan
baik

6. Mematikan alat kalau obat sudah habis

Note: Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
82

Panduan Praktikum

Blok Respiratory System

2021

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
83

RTS – Pr1 - Anatomi


Penuntun Praktikum Anatomi
Blok Respiratologi
Praktikum I
Batas dan bentuk dada :
 Pelajari bentuk dada segmen atas dan segmen bawah, bagaimana
bentuknya; bentuk dada pada wanita.
 Pelajari tulang costa, sternum dan vertebra serta bagian-bagiannya.
 Pelajarilah bentuk kerangka dinding dada serta bagian-bagian sendi dan
gerakannya.
 Pelajari apertura thoracis superior; bentuknya, yang membentuknya
(batasnya); apa yang menutupinya; apa yang lewat disitu; apa yang
membentuk cupula dan kemana lanjutannya.
 Pelajari apertura thoracis inferior, bentuknya, apa yang menutupinya, apa
yang melewatinya.
Kulit, Fascia dan otot-otot pada dinding dada :
 Pelajari cutis, subcutis, fascia pectoralis, lanjutan fascia lumbo-dorsalis
(punggung)
 Pelajarilah otot-otot dada terbesar, arah serabutnya, tempat melekatnya.
 Pelajarilah otot-otot iga, N. Subclavius, M.Intercostalis Externus, M.
Intercostalis Internus, M.Transversus Thoracis, M.Subcostalis.
 Pelajarilah aliran limfe dinding dada dan kemana alirannya.
 Perhatikanlah letak sulcus intercostalis, Sulcus costalis; isinya N.
Intercostalis, A. Intercostalis, V. Intercostalis. Perhatikan lapisan
permukaan dalam dinding dada.
 Pelajari jumlah lapisan dan jalannya pleura parietalis dan jalannya arteri +
vena mammaria interna.
 Pelajarilah A + V intercostalis serta cabang-cabangnya.
 Pelajarilah cavum parietalis, cavum pleura, cavum mediastinalis.
 Pelajarilah N. Intercostalis dan cabang-cabangnya, fascia endothoracis,
pleura parietalis, pleura visceralis dan mediastinum.
Diafragma :
 Pelajarilah diafragma, centrum tendineum, pars muscularis lapisan
peritoneum dan pleura parietalis.
 Perhatikan letak cupula kanan dan cupula kiri dan relasi masing-masing
cupula dnegan organ-organ.
 Perhatikanlah diaphragma pars muscularis, seperti pars lumbalis, pars
costalis dan pars sternalis dan jalan seranut-serabut otot-ototnya.
 Perhatikan alat-alat yang menembus diafragma, serta nama-nama
lubangnya, lokasi tempatnya seperti foramen vena cavae, hiatus
oesophagii, hiatus aorticus, spatium intercrurales.
 Pelajarilah aliran limfe yang menembus diafragma antara lain aliran limfe
dari hati dang aster.
84

RTS – Pr2 - Anatomi


Penuntun Praktikum Anatomi
Blok Respiratologi
Praktikum Anatomi II
Pulmo
 Perhatikanlah bentuk dan kaliber susunan dinding trachea dan main bronchus,
jumlah tulang rawan pada trachea, berapa besar sudut bifurcatio trachealis, A. dan
V. Bronchiales.
 Pelajari dan cari cabang-cabang main bronchus kiri dan kanan, arteri dan vena yang
mengikutinya, kelenjar-kelenjar limfe di sekitarnya, system saraf yang
mengikutinya serta pleksus pulmonales, hilus pulmonales dan ligamentum
pulmonales.
 Pelajarilah pleura visceralis dan lanjutannya; fissura horizontalis dan fissura
oblique pulmonalis.
 Pelajarilah bagian apex, basis, facies medialis, facies costalis lateralis,facies
costalis anterior dan facies costalis posterior.
 Pelajarilah impressions pada fascia mediastinalis (medial vena azygos, arcus aorta,
cardial notch, oesophagus), Arteri dan Vena Subclavia.
 Perhatikan apa-apa yang terdapat pada radix pulmonalis dan bagaimana letak
masing-masing terhadap yang lain.
 Apa itu pengertian bronchus eparterial dan bronchus hyparterial.
 Bagaimana keadaan dinding A. Pulmonalis.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
85

RTS – Pr3 - Histologi

PRAKTIKUM HISTOLOGI

RESPIRATORY TRACT

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur saluran pernapasan.


Sediaan jaringan :
No. Saluran Napas Kode Sediaan
1. Trachea RS – 2
2. Bronchus RS – 3
3. Bronchiole RS – 3
4. Alveolus RS – 3

Gambar 1
Trachea (RS-2)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 2. ______________________________
3. ____________________________ 4. ______________________________
5. ____________________________

Deskripsi gambar 1

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis epitel mukosa
2. Jenis sel pada epitel 1.
2.
3.
4.
5.

2. Struktur submukosa

3. Jenis cartilage
4. Bentuk cartilage

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
86

Gambar 2
Bronchus (RS-3)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. _________________________
2. _______________________________ 5. _________________________
3. _______________________________ 6. _________________________

Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis epitel mukosa
2. Struktur submukosa

3. Struktur lamina propria

4. Struktur cartilage

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
87

Gambar 3
Bronchiole (RS-3)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. _________________________
2. _______________________________ 5. _________________________
3. _______________________________ 6. _________________________

Deskripsi gambar 3

No. Perihal Br. Intrapulmonar Br. terminalis Br. respiratorius


1. Jenis epitel
mukosa
2. Sel Goblet
3. Struktur
lamina
propria
4. Cartilage dan
kelenjar Ada / Tidak Ada Ada / Tidak Ada Ada / Tidak Ada
submukosa

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
88

Gambar 4
Alveolus (RS-3)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ______________________________ 4. _________________________
2. ______________________________ 5. _________________________
3. ______________________________ 6. _________________________

Deskripsi gambar 4

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis epitel mukosa
2. Struktur septum interalveolus

3. Struktur interstisium

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
89

RTS – Pr4 – Fisiologi

Praktikum Fisiologi
Mekanisme Bernapas (Breathing)

Pada percobaan ini anda akan merekam gerakan pernafasan dengan


menggunakan belt tranducer yang diikatkan di abdomen. Anda akan
menginvestigasi beberapa aspek pernafasan, termasuk kemampuan untuk
menahan nafas, hiperventilasi, rebreathing dan hubungan pernafasan dan denyut
jantung.

Latar Belakang

Aktifitas metabolik dari jaringan membutuhkan O2 dan menghasilkan CO2.


Sumber utama dari O2 adalah berasal dari udara di atmosfir. Tempat utama
pelepasan CO2 juga di atmosfir. Pada jangka waktu yang pendek gas gas ini
bertukar antara jaringan dan darah. Gerakan pernafasan memompakan udara
keluar masuk paru dan menyebabkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan
darah terjadi.

Struktur internal dari paru terdiri dari saluran yang bercabang cabang (bronkus)
yang membawa udara ke alveoli. Alveoli kadang disebut sebagai kantung udara,
yang memilik dinding yang tipis, banyak memiliki pembuluh darah dimana proses
pertukaran gas berlangsung.

Aktifitas otot pernafasan pada pernafasan yang tenang adalah kontraksi yang
ritmis dari diafragma, yang merupakan lapisan otot yang berbentuk kubah yang
memisahkan thorax dengan abdomen. Kontraksi dari diafragma akan menarik
permukaan bawah dari paru paru kearah bawah, udara diinspirasikan. Pada
pernafasan yang tenang ekspirasi adalah aktifitas yang pasif dan merupakan hasil
dari elastic recoil paru. Pergerakan tulang iga juga terjadi pada pernafasan yang
tenang akibat dari aktifitas otot intercostalis, tapi dengan amplitudo yang kecil.

Pada pernafasan yang dipaksakan, pergerakan tulang iga tampak jelas. Sangkar
dada akan sangat meluas. Sebagai tambahan otot otot yang lain juga ikut serta
dalam proses ini. Otot sternocleidomastoideus yang ada di leher ikut membantu
menaikkan tulang sternum pada pernafasan yang dipaksakan. Otot otot abdomen
akan berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam abdomen dan mendorong
diafragma keatas untuk menghasilkan ekspirasi yang kuat.

Pergerakan pernafasan berada dalam dua kontrol system syaraf. Pergerakan


pernafasan dapat dilakukan secara volunter sebagaimana pergerakan lengan dan
kaki. Akan tetapi bila tidak ada perhatian secara sadar terhadap pernafasan maka
kontraksi otot yang ritmik akan terjadi secara spontan. Pernafasan secara spontan
di kontrol oleh pusat pernafasan yang berada di medulla otak. Pusat pernafasan
memastikan bahwa pertukaran gas yang terjadi di paru sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pada saat kebutuhan meningkat, laju dan dalamnya pernafasan juga akan
meningkat untuk membawa udara lebih banyak ke paru. Pusat pernafasan di

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
90

stimulasi oleh peningkatan tekanan partial CO2 dalam darah secara kuat, dan
distimulasi oleh penurunan tekanan partial O2 secara lemah.

Required Equipment
Computer
Chart software
Power lab
Respiratory belt transducer
Finger pulse transducer
Medium-sized paper bag

Procedures
Set up and equipment calibration
Hubungkan chart kepada computer dan mulai software.

Dari dialog window galeri percobaan, pilih “breathing” dari daftar di sebelah kiri. Pilih settings file
“breathing settings” dari daftar sebelah kanan, dan klik tombol open untuk mengaplikasikan
setting tersebut. Apabila dialog galeri percobaan tidak muncul didepan chart window, pilih
perintah Experiments Gallery… dari file menu.

Sekarang chart window yang terdapat pada layar computer akan di set untuk set pertama dari
percobaan. Akan muncul dua channel. Channel 1 “Breath” and Channel 2 “Rate”. Channel 2
menunjukkan laju pernafasan (dengan satuan breath perminute/BPM), dari sinyal pernafasan
subjek yang direkam oleh channel 1. Perhitungan Laju pernafasan yang paling baik adalah
ketika subjek bernafas dengan amplitudo yang besar.

Ikatkan respiratory belt disekeliling abdomen bagian atas praktikan, seperti yang terlihat di Figure
1. Transducer harus berada di bagian depan tubuh setinggi pusat, dan ikatan harus kuat.

Note: respiratory belt transducer dapat diletakkan diatas pakaian, dan tidak masalah bila praktikan
duduk atau berdiri selama dia merasa nyaman mengingat ini adalah percobaan yang panjang.
Karena pola pernafasan berbeda beda, posisi dari transducer mungkin harus dirubah rubah untuk
mendapatkan sinyal yang terbaik.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
91

Figure 1. Connecting the respiratory belt to the PowerLab.

Sambungkan plug BNC yang terdapat pada kabel respiratory belt transducer kepada BNC
connector , input 1 yang terletak di depan power lab (Figure 1).

Pilih perintah Input Amplifier… dari pop up menu pilih brathe channel function.

Minta praktikan untuk mengambil nafas yang kuat dan dalam kemudian observasi sinyal pada
Input Amplifier dialog (Figure 2).

Figure 2. The Input Amplifier dialog box for the “Breath”


channel. The Range has been adjusted so that the signal is
the correct size, about 1/2 of the window height.

Sesuaikan Range dengan cara mengatur dari drop-down list dalam dialog input amplifier sehingga
sinyal pernafasan berada kurang lebih setengah atau 2/3 dari skala yang penuh. Klik OK untuk
menutup dialog.

Dari menu pop up rate channel, pilih legacy dan kemudian computed input. Perhatikan apakah
praktikan telah bernafas secara normal dan observasi window yang ada di sebelah kiri. Puncak
pernafasan harus melebihi threshold bar “T” yang ada di window. Jika tidak klik dan geser “T”
sehingga garis threshold berpotongan dengan kurva pernafasan seperti yang ditunjukkan pada
Figure 4.

Pada saat merekam respirasi normal praktikan tidak boleh menghadap ke layar computer dan
sama sekali tidak mengkontrol pernafasannya. Praktikan mungkin harus melihat kearah jendela
atau membaca buku untuk menghindari kontrol pernafasan secara sadar

Exercise 1: Respirasi Normal


1. Objectives
Pada percobaan ini, anda akan menginvestigasi karakteristik dari pernafasan normal dan
kemampuan untuk menahan nafas setelah inspirasi dan ekspirasi.
2. Procedure
1. Klik start untuk mulai merekam. Minta kepada praktikan untuk bernafas dengan cepat untuk
beberapa detik, dan kemudian bernafas pelan. Pelajari sinyal laju pernafasan pada channel 2,
jika laju nya tidak muncul dilayar secara baik, kembali ke step no.9 pada prosedur set up
sebelum dilanjutkan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
92

2. Masukkan komen “baseline 1” pada rekaman.

Rekam pernafasan normal selama 2-3 mnt dan observasi kurvanya. Pada saat sinyal baseline telah
direkam, siapkan komen “inhale, hold” tapi jangan menekan kunci return/enter.

Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk
menarik nafas dalam dan menahan nya selama dia mampu..

Siapkan komen “brathe” dan ketika praktikan mulai bernafas lagi, tekan kunci return/enter untuk
memasukkan komen..

Lanjutkan perekaman sampai baseline pola normal didapat. Biarkan praktikan istirahat dan
bernafas normal selama 2-3 mnt lagi. Siapkan komen “exhale, hold”.

Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk
melepas nafas nya secara kuat dan kemudian menahan nya selama dia mampu..

Siapkan komen “breathe”, dan ketika praktikan bernafas tekan kunsi return/enter untuk
memasukakn komen tersebut.

Lanjutkan merekam sampai baseline pola normal didapat, kemudiian klik stop. Praktikan dapat
relax dan bernafas secara normal..

Exercise 2: Hyperventilation
3. Objectives
Pada percobaan ini, anda akan menginvestigasi efek dari hiperventilasi pada pola
pernafasan dan lamanya waktu menahan nafas.

4. Procedure
Safety Note: jika praktikan mengalami perasaan pusing ketika berhiperventilasi, hentikan
prosedur, tapi rekam respon pernafasan. Jika praktikan merasa tidak enak,
perintahkan untuk menarik kembali udara yang telah diekspirasikan dengan cara
meletakkan tangan diatas hidung dan mulut untuk beberapa menit atau bernafas
melalui kantung kertas yang disediakan untuk percobaan berikutnya.

1. Klik tombol start untuk melakukan perekaman

2. Masukkan komen pada baseline 2

Rekam pernafasan normal dari praktikan selama 2-3 menit. Selama waktu ini, siapkan komen
“hyperventilate” dengan cara mengetik nya pada tempat komen tapi jangan dulu menekan
kunci return/enter..

Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian dengan segera minta praktikan
untuk berhiperventilasi dengan bernafas secepat dan sedalam yang dia mampu selama 30
detik.

Siapkan komen “breathe”, dan setelah 30 detik berhiperventilasi tekan kunci return/enter untuk
memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk kembali bernafas secara normal.

Lanjutkan merekam sampai pola pernafasan normal didapat. Biarkan praktikan istirahat dan
bernafas dengan normal selama 2-3 menit lagi. Siapkan komen “hyperventilate”.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
93

Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian dengan segera meminta praktikan
untuk berhiperventilasi dengan bernafas secepat dan sedalam mungkin selama 30 detik.

Siapkan komen “inhale, hold”, dan setelah 30 detik berhiperventilasi tekan kunci return/enter
untuk memasukkan komen tersebut. Segera minta praktikan untuk menarik nafas yang dalam
dan menahannya selama mungkin.

Siapkan komen “breathe”, dan ketika praktikan mulai bernafas tekan kuci retur n/enter untuk
memasukkan komen tersebut..

Klik stop untuk menghentikan rekaman. Sekarang praktikan dapat relax dan bernafas secara
normal..

________________________________________________________________________________
___

Exercise 3: The effect of rebreathing


5. Objectives
Pada percobaan ini, kita akan menginvestegasi efek dari rebreathing pada pola pernafasan.

6. Procedure
1. Sediakan kantung kertas ukuran sedang

2. Klik start untuk mulai merekam, kemudian masukkan komen “baseline 3”.

Rekam baseline selama 2-3 menit.

Masukkan komen “rebreathing”; kemudian segera minta praktikan untuk bernafas kedalam
kantung kertas. Praktikan harus meletakkan kantung kertas diatas mulut dan hidung
perhatikan jangan sampai udara keluar ke atmosfir.

Siapkan komen “breathe”. Setelah 60 detik melakukan rebreathing, tekan kunci return/enter untuk
memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk melepaskan kantung kertas dari
mulut dan hidungnya.

Teruskan merekam sampai 60 detik.

Klik stop untuk menghentikan perekaman.

Pilih tombol save dari menu dan simpan rekaman dengan nama file yang cocok. Tutup chart
window, tapi jangan lepaskan respiratory belt karena masih dibutuhkan untuk percobaan
selanjutnya.

Exercise 4: Breathing and heart rate


7. Objectives
Pada percobaan ini, anda akan menginvestigasi variasi denyut jantung selama bernafas.

8. Procedure
1. Note: respiratory belt harus tetap terpasang disekelilling abdomen bagian atas dari praktikan,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan BNC plug terpasang pada kabel respiratory
belt yang dihubungkan ke input 1 BNC pada unit power lab. Setelah dilakukan kalibrasi sinyal
pernafasan maka akan ada settingan yang baru.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
94

2. Sambungkan BNC plug kepada pulse transducer untuk ujung jari ke soket BNC untuk input 2.
Putar connecting ring dari plug transducer searah jarum jam sampai terkunci (figure 3)

Letakkan pressure pad dari finger pulse transducer berlawanan dengan ujung jari tengah pada
salah satu tangan praktikan. Gunakan Velcro strap untuk menempelkan nya dengan pas ( tidak
terlalu kuat ataupun terlalu longgar). Pastikan praktikan duduk tenang dengan tangan istirahat
diatas bangku untuk meminimalisir gerakan dari transducer.

Buka galeri percobaan dan kemudian buka file setting “Breathing & HR Settings”. Setelah beberapa
saat, chart window pada layar computer akan terbuka dengan tiga channel display. Dari atas
ke bawah adalah:

- Ch 1: “Breath” raw breathing signal from the respiratory belt

- Ch 2: “Pulse”: raw signal from finger pulse transducer

- Ch 3 : “Heart Rate”: computed heart rate from the raw signal in Ch 2

Figure 3.The connections for Exercise 4: the


finger pulse transducer and the respiratory
belt.

Pilih komen Input Amplifier… dari menu pop up Pulse Channel Function. Sesuaikan nilai pada
Range drop-down list yang terdapat pada dialog window yang muncul sehingga sinyal berada
kurang lebih setengah atau 2/3 dari skala ketika praktikan meletakkan kedua tangan mereka
diatas meja. Klik tombol OK untuk menutup dialog window input amplifier.

Pilih komen computed input dari Heart Rate Channel Function pop-up Legacy menu. Kotak dialog
computed input memiliki dua area data display. Data mentah (sinyal pulsasi dari input 2) ada
disebelah kiri dan computed signal (denyut jantung) di sebelah kanan. Denyut jantung akan
ditampilkan dengan satuan BPM (beats perminute)

Apabila Range telah di set secara tepat di step 4, tidak perlu dirubah lagi di dialog window pada
sebelah kiri. Range dari ratemeter computed function di sebelah kanan telah diatur
sebelumnya dan tidak perlu dirubah. Pengaturan threshold bagaimanapun perlu dirubah untuk
memperbaiki trigger dari ratemeter`. Sinyal pulsasi harus melewati tingkat threshold
(ditunjukkan dengan garis horizontal tebal berwarna hitam) untuk dapat menandai suatu
peristiwa. Jika threshold diatur terlalu tinggi, tidak ada peristiwa yang dapat ditandai, apabila

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
95

terlalu rendah dan puncaknya terlalu kecil maka denyut jantung akan muncul lebih cepat dari
yang sebenarnya.

Atur threshold, jika perlu, dengan cara menggeser pengatur threshold keatas dan bawah sehingga
puncak dari sinyal pulsasi melewati garis threshold, tetapi puncak yang kecil jangan sampai
melewati threshold, seperti yang ditunjukkan di Figure 4..

Threshold control

Sensitivity control

Figure 4 The Computed Input dialog; the threshold is shown in the


correct position for measuring heart rate from the pulse trace.

Pengaturan sensitivitas yang menyesuaikan sensitivitas terhadap fluktuasi sinyal berada di sebelah
kiri pengatur threshold. Jangan mencoba merubah pengaturan sensitivitas ini. Jika anda secara
tidak sengaja merubah pengaturan sensitivitas ini garis threshold akan melebar dan ratemeter
tidak dapat di trigger sama sekali. Untuk memperbaiki hal ini geser pengatur sensitivitas ke
bawah dengan pengatur threshold, untuk mendapatkan garis threshold pada ketinggian yang
terendah.

Ketika threshold telah diatur dengan benar, klik tombol OK untuk menutup dialog computed input

Klik start untuk mulai merekam.

Periksa apakah kurva denyut jantung menunjukkan denyut jantung secara benar (biasanya
berkisar diantara 55-80 BPM), jika tidak, atur threshold setting untuk pengukuran siklus pada
channel denyut jantung seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Rekam pola dasar dari denyut jantung dan pernafasan selama 5 menit. variasi pada denyut
jantung sering ditemukan pada pernafasan yang lambat dan dalam.

Setelah merekam pola dasar nya, ketik “inhale, hold” untuk mempersiapkan komen. Tekan kunci
return/enter untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk menarik
nafas dalam dan menahannya selama dia mampu.

Ketika praktikan menahan nafas mereka, siapkan komen “brathe”, dan ketika praktikan mulai
bernafas tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen..

Klik stop untuk menghentikan perekaman. Praktikan dapat relaks dan bernafas normal

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
96

Pilih save pada file menu untuk menyimpan data. Kurva seharus nya terlihat seperti gambar yang
ada di Figure 5.

Figure 5. Typical Chart data file showing breathing and heart rate.

_______________________________________________
Analysis
Percobaan 1: Normal breathing
1. Geser marker ke puncak yang paling tinggi pada kurva dengan komen “inhale, hold”. Gerakkan
kursor waveform ke saat pernafasan yang pertama setelahnya pada komen yang sama. Rekam
durasi menahan nafas, yang ditunjukkan pada rate/time display (Figure 6), pada table 1 dari
data notebook.

2. Geser marker kearah puncak yang rata setelah komen “exhale,hold”. Gerakkan kursor
waveform ke awal saat pernafasan setelahnya, jug pada komen yang sama. Rekam durasi
menahan nafas yang ditunjukkan pada rate/time display (Figure 6), pada table 1 dari data
notebook

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
97

Rate/Time
display

Figure 6. Determining the duration of breath holding


using the Marker and Waveform Cursor.

Percobaan 2: Hyperventilation
1. Nilai kurva dan rekam kurva laju pernafasan sebelum dan selama hiperventilasi pada table 2
dari data notebook.

Gunakan marker dan kursor waveform untuk menilai berapa lama waktu menahan nafas pada
percobaan 1, antara komen “inhale,hold” dan “breathe”.

Tulis durasi lamanya waktu menahan nafas dari rate/time display pada table 2 dari data notebook.

Percobaan 3: The effect of rebreathing


1. Gambarkan pola respirasi selama rebreathing pada data notebook.

Rebreathing dari kantung yang tertutup akan menyebabkan arterial hypercapnia yaitu
peningkatan tekanan partial CO2, yang akan menyebabkan peningkatan pernafasan.
Bagaiman hal ini dapat dibuktikan melalui percobaan yang telah dilakukan tadi? (apakah
dalam dan laju pernafasan selama rebreathing meningkat bila dibandingkan dengan
pernafasan biasa?)

Percobaan 4: Breathing and heart rate


1. Variasi denyut jantung dalam siklus pernafasan paling baik dilihat dengan pembesaran 5:1
sampai 20:1- gunakan tombol view untuk mengatur time scale compression dengan benar.
Rekam denyut jantung selama bernafas dan menahan nafas pada table 3 dari data notebook.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
98

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
99

Laporan Hasil Praktikum

Table 1. Breath holding duration during the respiratory cycle.


Condition Breath hold duration (sec)
Breath hold after inhalation
Breath hold after exhalation

Table 2. The effect of hyperventilation on breathing rate and breath hold duration.
Breathing rate
Condition (breaths/min) Duration of breath hold (sec)
Normal
breathing
Hyperventilation
9. In the space below, describe the effects of rebreathing observed :
.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................
Table 3. Effect of breath holding on heart rate.
Condition Heart Rate (Beats/min)

Normal breathing

Breath holding

Study Questions
1. Gambarkan gerakan pernafasan normal. Dan jelaskan mengenai laju, durasi inspirasi dan
durasi ekspirasi.

Jelaskan dengan kata kata mu sendiri efek dari menahan nafas pada pola pernafasan.

Selama fase respirasi yang mana nafas dapat ditahan lebih lama?

Setelah menahan nafas apakah yang segera akan kita lakukan, inspirasi atau ekspirasi?

Apakah pemulihan setelah menahan nafas berbeda pada fase ekspirasi dan inspirasi?

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
100

Gambarkan perubahan pada pola pernafasan pada saat hiperventilasi.

Apakah menahan nafas sebelum bernafas normal akan lebih panjang atau lebih pendek
dibandingkan setelah bernafas normal?

Pada keadaan keadaan tertentu ahiperventilasi dapat memberikan keuntungan yang signifikan,
seperti pada performa atlet, bagaimana hal ini dapat dijelaskan

Rebreathing dari kantung tertutup menyebabkan arterial hypercapnia, yang akan menstimulasi
pernafasan. Bagaiman hal ini dapat dibuktikan melalui percobaan yang telah dilakukan tadi?
(apakah dalam dan laju pernafasan selama rebreathing meningkat bila dibandingkan dengan
pernafasan biasa?)

Melalui cara apa denyut jantung berubah selama siklus pernafasan?

Apa yang terjadi pada kurva denyut jantung ketika menahan nafas? Apakah efek nya sama pada
setiap orang?

Variasi pada denyut jantung selama siklus pernafasan dipercaya terjadi karena variasi dari aktifitas
nervus vagus yang mempengaruhi jantung. Apa efek nervus vagus terhadap jantung?

Syaraf apalagi yang mengatur denyut jantung?

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
101

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

Nama : Tanda Tangan Mahasiswa:

NIM :

Grup :

Tanggal :

1. Sebutkan nama otot-otot yang diperlukan untuk mekanisme bernapas (inspirasi dan
ekspirasi) biasa dan paksa (normal and forced) !

2. Sebutkan nama dan letak sentra-sentra respirasi !

3. Sebutkan faktor-faktor kimia dan fisik yang dapat mempengaruhi sentra respirasi
melalui kemoreseptor dan baroreseptor !

4. Apa definisi dari hiperkapnia dan hiperventilasi ?

Nama & Paraf Dosen :

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
102

RTS-Pr5 - Farmakologi

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

FARMAKOLOGI OBAT SISTEM RESPIRASI

Disusun oleh:
Prof. Dr. Aznan lelo, PhD, SpFK
Dr. Yunita Sari Pane, Msi

Tujuan Praktikum : - memperlihatkan kepada mahasiswa film tentang mekanisme


kerja obat-obat saluran pernafasan
- mahasiswa memahami farmakologi obat-obat penyakit
saluran pernafasan
Materi Praktikum : - Penayangan slide presentasi tentang mekanisme kerja obat-
obat penyakit saluran pernafasan

Pelaksanaan : 1. Ditunjukkan skema, patofisiofarmakologi sistem respirasi.


2. Ditunjukkan aktivasi :-reseptor β-2 pada bronkus
3. Ditunjukkan: mekanisme kerja obat adrenoceptor agonist, b-
2 selektif, bronchodilator, antimuscarinic agent,
antiinflammatory, antitussive dan mucolitic dan ekspektoran.
4. Ditunjukkan perbedaan efek pada berbagai sediaan obat
5. Menunjukkan interaksi peresepan polifarmasi pada kasus-
kasus penyakit saluran pernafasan.

Analisis : - Setelah pelaksanaan di atas tiap praktikan menganalisis


kemungkinan efek masing-masing obat pada kasus-kasus
terpilih yang telah dipersiapkan.
- Analisis dilakukan berdasarkan buku teks Farmakologi dan
buku teks Klinik serta berbagai informasi dari /Cybermedic.

Pelaporan : Tiap kelompok/meja praktikum mempresentasikan analisis efek


masing-masing obat pada kasus-kasus terpilih dan
mendiskusikannya dengan sesama praktikan lainnya.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
103

RTS – Pr 6 – Patologi Anatomi


BAHAN PRAKTIKUM
SISTEM RESPIRASI
DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FK-USU

Disusun oleh:
Dr.H.Soekimin,Sp.PA;Dr.Hj.T.Kemala Intan,MPd

Penyakit pada susunan pernafasan dalam kehidupan sehari-hari paling sering


menimbulkan keluhan/permasalahan yang menyebabkan penderita datang ke
dokter untuk berobat.Keluhan batuk pilek atau sesak nafas dapat ditemukan pada
setiap penderita tanpa pandang umur atau jenis kelamin.
Dalam usaha mengobati maka faktor penyebab dan diagnosis yang tepat
merupakan syarat utama.Beberapa terminologi yang hampir sama bunyinya perlu
diperhatikan artinya yang tepat agar tidak membuat kesalahan dalam
aplikasinya.Untuk itu coba jelaskan arti istilah ini:
-Empiema -Pneumoconiosis
-Emphisema -Asma bronkial
-Pneumonia -Asma kardial

□ Dalam mengerjakan praktikum, deskripsikan kelainan yang ditemukan


□ Usahakan mengkorelasikan derajat gangguan organik dengan kemungkinan
gejala klinik yang timbul.
□ Cobalah memprediksi perjalanan penyakit selanjutnya(menentukan prognosis).

Dalam mempelajari Patologi susunan pernafasan,perlu pula diiingat kembali :


1. Susunan dinding saluran pernafasan
a. Alveolus mempunyai pori yang bernama………….
dan dilapisi oleh epitel atau yang disebut sel………
b. Mulai dari mana percabangan dikotom saluran nafas tidak dilapisi
oleh jaringan tulang rawan?
c. Dinding bronkus,trakea,laring disokong oleh …….
d. Nasofaring mempunyai banyak jaringan…………..
e. Epitel pelapis susunan pernafasan umumnya …….

2. Topografi paru
a. Lobus…………..tempat predileksi tuberkulosis paru sekunder
b. Lobus…………..yang pertama akan kebanjiran darah dalam
Keadaan dekompensasi kordis.
c. Cabang bronkus sebelah………..lebih ………….daripada yang
sebelah………….
d. Pleura dilapisi oleh sel……………..Pleura visceral melekat pada
…………….Pleura parietal melekat pada………………………

3. Fungsi paru
a. Bagaimanakah mekanisme inspirasi dan ekspirasi itu?
b. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di……………………..
c. Apa itu”residual air” ?

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
104

SEDIAAN MIKROSKOPIK

1. Polip sino-nasal
Penjelasan:
Sediaan merupakan suatu tonjolan bulat yang permukaannnya diliputi oleh
epitel torak bertingkat bersilia(epitel Schneider)---ini ialah epitel yang biasa
dijumpai
pada selaput lendir rongga hidung /sinus
Di bawah epitel terdapat jaringan ikat yang sembab(yang kadang-kadang
tampak
sebagai rongga-rongga kecil oleh karena degenerasi) dan sebukan sel-sel
radang:
leukosit neutrofil,eosinofil,limfosit,sel plasma dan makrofag.
Polip sino-nasal ini merupakan tonjolan yang sering ditemukan di hidung
dan atau
akibat radang berulang-ulang dan bukan suatu neolasma.

2. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring(dalam kepustakaan Barat dinamai
NASOPHARINGEAL
CARSINOMA=NPC) merupaka tumor ganas yang penting oleh karena
termasuk dalam lima tumor ganas yang tersering dijumpai di Indonesia.
Tumor berasal dari epitel gepeng berlapis yang melapisi permukaan
nasofaring.
Ada tiga jenis histologi(klasifikasi) yaitu:
1. karsinoma sel squamosa(berkeratin)
2. karsinoma tidak berkeratin,yang terdiri atas karsinoma
berdifferensiasi(differentiated) dan karsinoma yang tidak
berdiferensiasi(undifferentiated).
Yang paling sering ditemukan adalah karsinoma yang tidak berdiferensiasi
atau
“undifferentiated carsinoma”(dulu sering dinamai karsinoma anaplastik
nasofaring atau limfo-epitelioma).Tumor ini cepat mengadakan anak
sebar(metastasis).Anak sebar di kelenjar getah bening regional (leher)
cepat pula
berkembang,sehingga kelenjar getah bening akan membesar,penuh sel
tumor ganas tersebut.Biopsi diambil dari nasofaring seorang laki-laki
berumur 40 tahun,dengan keluhan:sudah beberapa bulan sering timbul
perdarahan darah segar dari hidung yang dapat dihentikan dengan
pengobatan tradisional.Tiga bulan yang lalu terasa ada tonjolan di leher
lateral yang makin lama makin besar.Secara mikroskopik perhatikan bagian
epitel permukaan nasofaring yang berubah menjadi tumor.Sel-sel
karsinoma nasofaring terdapat di dalam lamina propia,berupa sel yang
tidak berdiferensiasi(undiffferentiated).Kelenjar seromusinosa terlihat
normal.

3. Tuberkulosis Paru
Ingat kembali P.A Umum.Jelaskan tanda-tanda/ciri-ciri yang dapat
ditemukan.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
105

4. Karsinoma Primer Paru


Ingat kembali P.A Umum .Perhatikan jenis apa yang saudara temukan
pada sediaan ini.Coba bandingkan dengan sediaan teman saudara.

Latihan Kasus Dan Kelainan/Penyakit Susunan Pernafasan:

Kasus 1.

Seorang pria berusia 45 tahun datang ke rumah sakit oleh karena meraba adanya
tonjolan yang makin membesar di leher sebelah kanan.Tonjolan ini tidak
nyeri.Kadang-kadang ia merasa penglihatannya ganda dan telinga kanannya agak
tuli.Pernah mengeluarkan darah bersama lendir dari hidungnya.Pada penderita ini
dilakukan biopsi dari rongga di belakang hidung(nasofaring),kemudian dilakukan
pemeriksaan histopatologi.
Pertanyaan:
1. Uraikan kelainan yang ditemukan pada sediaan ini?
2. Disebut apa jenis tumor ini?
3. Jelaskan hubungan antara kelainan mikroskopik dan gejala klinik yang ada!

Kasus 2.

Pria Indonesia berumur 60 tahun dengan keluhan rasa nyeri pada dada kiri sejak
beberapa bulan,batuk-batuk sudah lama dan pernah dahaknya bercampur dengan
darah.Penderita perokok berat (>20 batang rokok sehari) dan sudah merokok
sejak masih sekolah.Pada foto thorak:terlihat bayangan padat di paru kiri daerah
hilus sebesar biji salak.Pada penderita dilakukan operasi lobektomi.Pada sediaan
operasi terlihat bagian yang padat.dari bagian padat ini dibuat sediaan
mikroskopik.
Pertanyaan:
1. Uraikan kelainan yang tampak pada organ/sediaaan ini?
2. Disebut apa jenis tumor ini?
3. Adakah huibungan antara kebiasaan merokok pada penyakit ini?
Bila ada jelaskan!

Kasus 3.

Seoang laki-laki 30 tahun yang sangat kurus,meninggal karena batuk berdarah


banyak.Sebelumnya penderita sering lemas,tidak ada nafsu makan dan batuk-
batuk yang beberapa kali diikuti dengan perdarahan.Pernah dirawat dengan hasil
foto thorak:”destroiyed lung”.Hasil laboratorium: LED 90 mm/jam,sel darah merah
3 juta/mm 3 ,leukosit 15.000/mm 3.Penderita diotopsi dan kelainan terutama
ditemukan di paru.

Pertanyaaan:
1. Uraikan kelainan yang ditemukan pada sediaan ini?
2. Kelainan ini disebut apa?
3. Bagaimana terjadinya batuk berdarah?
4. Bagaimanakah gambaran mikroskopik yang diharapkan pada kasus ini?
Gambarkan apa yang sudah anda lihat di mikroskop !

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
106

1. Polip Sino Nasal

2. NPC

3. TB-Kelenjar

4. Carcinoma paru

Catatan;
Saat praktikum mahasiswa wajib membawa pulpen warna merah dan biru

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
107

RTS – Pr7 - Farmakologi

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2
Bentuk Sediaan Obat Saluran pernafasan
& Kajian Interaksi Obat pada
Resep Polifarmasi Obat Saluran Pernafasan

Disusun oleh:
Prof. Aznan Lelo PhD, SpFK
Dr. Yunita Sari Pane,Msi

TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memperlihatkan bentuk-bentuk sediaan obat saluran


pernafasan yang lazim digunakan di klinik.
2. Mengenal dan memahami serta menganalisa interaksi obat
yang terjadi pada resep polifarmasi obat saluran pernafasan

Materi Praktikum : I. Bentuk sediaan obat


1. Sediaan padat (solid)
- tablet
- capsul
2. Sediaan Cair
- Syrup
- Larutan suntikan (Ampul)
3. Sediaan inhalasi
- inhaler
- aerosol

II. Resep-resep polifarmasi

Pelaksanaan : 1. Memahami:
1.a. Nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang diresepkan
1.b. Bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
1.c. Cara pemberian obat

2. Mengkaji:
2.a. Interaksi farmaseutik
2.b. Interaksi farmakokinetik:
- absorpsi
- distribusi
- metabolisme
- ekskresi
2.c. Interaksi farmakodinamik:
- sinergisme
- antagonisme

Pelaporan : Praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk


makalah yang berisi mengenai:
- Keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang
digunakan

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
108

- Kajian resep polifarmasi obat saluran pernafasan dikumpul 1


minggu sebelum praktikum dilaksanakan.

INTERAKSI POLIFARMASI

Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon tertentu
dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan
makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.

INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada
sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)

INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua akan
meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :
1. Interaksi dalam absorbsi di saluran cerna
2. Interaksi dalam distribusi
3. Interaksi dalam metabolisme
4. Interaksi dalam ekskresi

No Nama Dagang Nama Generik Bentuk Jumlah S CPO


sediaan
1 AxR A tablet 10 3x1 oral
2 BxR B tablet 5 3x1 oral
3 CxR C tablet 5 3x1 oral

A X

B AB X

C AC BC X
C

A B C

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
109

RTS – Pr8 – Patologi Klinik

ANALISA CAIRAN PLEURA


Departemen Patologi Klinik

Transudat dan eksudat adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara abnormal
dalam rongga tubuh a.l : pleura, pericard, Ascites.

Asas
Membandingkan warna, kejernihan, bau, bekuan, berat jenis, jumlah sel, hitung
jenis serta beberapa parameter kimia untuk membedakan apakah cairan eksudat
(yang disebabkan oleh radang) atau cairan transudat.

Bahan

Cairan diperoleh dari punksi cairan pleura. Bila cairan tampak jernih, tanpa
antikoagulan, bila cairan keruh atau bercampur darah dapat diberi anti koagulan
sitrat 20% ( 0,01 ml / l cairan ). Pemeriksaan harus segera dilakukan (dalam waktu
½ jam setelah pengambilan bahan).

Cara pemeriksaan

A. MAKROSKOPI
1. Volume cairan pleura
2. Warna : kuning muda atau tua, kuning kehijau-hijauan, merah, coklat, putih
kekuning-kuningan, atau putih seperti susu.
3. Kejernihan : jernih, agak keruh atau sangat keruh
4. Bekuan : tidak ada bekuan (halus, berkeping atau kasar)
5. Berat jenis : diukur dengan refraktometer.

B. MIKROSKOPI

1. JUMLAH SEL :
Kocok cairan pleura yang akan diperiksa hingga homogen

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
110

Hisap cairan pleura sampai garis 1 lalu hisap larutan Turk sampai garis 11, kocok
pipet selama 1 menit buang 3 tetes pertama, kemudian isilah kamar hitung
Improved Neubauer dan biarkan selama 5 menit.
Hitung sel leukosit dalam bidang (A, B, C, D ) dengan pembesaran 10x.
Jumlahkan semua sel yang terdapat dalam keempat “bidang besar”
Jumlah sel Lekosit = A + B + C + D x 10 x 10 / mm3
4

Bila cairan keruh :

Kocok cairan pleura yang akan diperiksa. Hisap larutan Turk sampai garis 0,5 lalu
hisap cairan sampai garis 11. Selanjutnya seperti diatas.
Jumlah sel Lekosit = A + B + C + D x 20 x 10 / mm3
4

2. HITUNG JENIS SEL :

Bila cairan jernih :

Cairan pleura diputar dengan kecepatan 1500 – 2000 rpm selama 5 menit. Cairan
di atas (supernatan) dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus.
Biarkan kering, lalu diwarnai dengan Wright / Glemsa. Lakukan hitung jenis
sebanyak 100 sel. Hitung jenis hanya membedakan sel mononuclear (limfosit dan
monosit) dan sel poli nuklear (segmen).

Bila cairan keruh :

Cairan tidak perlu diputar atau diputar sebentar.

C. KIMIA

1. Tes Rivalta
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml. Tambahkan 1 tetes asam
asetat glasial dan campurlah. Teteskan 1 tetes cairan pleura yang diperiksa ke
dalam campuran tersebut, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan
campuran. Lihat ada tidaknya kekeruhan.
Kekeruhan tidak ada --------------------------------------- negatif

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
111

Kekeruhan ringan seperti kabut tipis-tipis ------------ positif lemah


Kekeruhan nyata seperti kabut tebal ------------------ positif

2. PROTEIN

Cara Pemeriksaan Protein

Bahan : darah lengkap, serum atau plasma


Persyaratan bahan :
Konsentrasi protein tetap stabil selama 24 jam pada suhu 40 C dalam serum dan
plasma yang didapat 30 menit dari pengambilan sampel darah.
Alat baca : Spektofotometer : 546 nm

Sampel Standar Blanko


Serum, plasma 20 ul - -
Larutan standar ( 100 mg / dl) - 20 ul -
Larutan Biuret (2) 1000 ul 1000 ul 1000 ul

Campurkan dan inkubasi. Ukurlah absorbance sampel (As) atau standar (Ast)
terhadap blanko sesudah 15-40 menit pada suhu 250C atau sesudah 10-20 menit
pada suhu 370C.

As
Perhitungan X 6 gr/dl
Ast

3. GLUKOSA
Cara Pemeriksaan Glukosa

Bahan : darah lengkap, serum atau plasma


Persyaratan bahan :
Konsentrasi glukosa tetap stabil selama 24 jam pada suhu 4 0 C dalam serum dan
plasma yang didapat 30 menit dari pengambilan sampel darah.

Alat baca : Spektofotometer : 546 nm

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
112

Prosedur : Tanpa Deproteinisasi

Sampel Standar Blanko


Serum, plasma 10 ul - -
Larutan standar ( 100 mg / dl) - 10 ul -
Larutan Pereaksi (2) 1000 ul 1000 ul 1000 ul

Campurkan dan inkubasi. Ukurlah absorbance sampel (As) atau standar (Ast)
terhadap blanko sesudah 15-40 menit pada suhu 250C atau sesudah 10-20 menit
pada suhu 370C.

As
Perhitungan X 100 mg/dl
Ast

4. LDH
Cara pemeriksaan sama dengan LDH dalam plasma

JENIS TES TRANSUDAT EKSUDAT


Makroskopi Kuning muda Warna bermacam-macam
Jernih Keruh
Bekuan tidak ada Sering ada bekuan
BJ < 1018 BJ > 1018
Jumlah sel leukosit < 500 > 500
Hitung Jenis Sel MN PMN > (akut)
MN > (kronik)
Rivalta Neg/Pos Lemah Pos
Protein < 50% plasma > 50%
< 2,5 gr/dl > 4,0 gr/dl
Glukosa = plasma < plasma
LDH < 60% plasma > 60% plasma

Ratio :
Protein cairan plasma < 0,5 > 0,5
LDH cairan plasma < 0,6 > 0,6

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
113

RTS – Pr9 - Mikrobiologi


PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

1. Tehnik Pewarnaan Langsung


Terdiri dari : a. Pewarnaan Gram
b. Pewarnaan Ziehl Nelson
c. Pewarnaan Jamur (Meethylen Blue)
2. Kultur & Sensitivity bakteri aerob dan anerob
3. Kultur Jamur

TEKNIK PULASAN MIKROBIOLOGI

Cara pembuatan :
1. Bersihkan objek glas dari debu dan noda minyak
2. Buat hapusan spesimen pada bagian tengah objek gelas dengan cara
membuat lingkaran dari dalam ke arah luar secara berulang.
3. Sediaan apus dibiarkan kering oleh hawa udara atau
dilewatkan diatas api Bunsen .

1. PULASAN MENURUT GRAM

Reagensia
1. Carbol-gentian violet
Gentaviolet (atau crytalviolet atau methylviolet) sebanyak 1g, kristal fenol 2 g,
alkohol 95% 10 ml, air suling hingga 100 ml. Gerus gentianviolet dengan
alkohol dalam mortir dan tambahkan air sedikit demi sedikit sambil mengaduk
terus. Biarkan 24 jam, kemudian saring campuran tersebut dan masukkan
dalam botol dengan menutup yang rapat.

2. Larutan Jodium / Larutan Lugol


Jodium 1 g Kj 2 g, air suling 300 ml gerus jodium bersama Kj dalam
mortir hingga tercampur homogen, tambahkan air suling sedikit demi sedikit,

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
114

biarkan 24 jam, saring, simpan dalam botol berwarna dengan penutup yang
rapat.

3. Alkohol 96% / Etanol


4. Safranin
Safranin 1 g, alkohol 95% 4 ml, air suling 360 ml. Gerus safranin dengan
alkohol dan tuangkan kedalam botol. Mortir dibalas berkala-kali dengan air
suling yang tersedia. Biarkan 24 jam, kemudian saring.

Cara Pemeriksaan
1. Sediaan yang telah direkrat diatas api bubuhi carbol gentianviolet selama 1
menit
2. Cuci dengan air suling
3. Bubuhi larutan lugol selama 1 menit
4. Bilas dengan air suling
5. Bubuhi alkohol 96% sehingga tidak ada warna violet lagi yang dilepaskan oleh
sediaan
6. Bilas lagi dengan air suling
7. Tambahkan safranin selama 30 detik
8. Bilas sekali lagi dengan air suling
9. Keringkan dengan meletakkan miring diatas kertas saring/tissue.

Pelaporan
Kuman Gram positif berwarna Violet
Kuman Gram negatif berwarna merah

2. PULASAN TAHAN ASAM

Cara : 1. Ziehl – Neelsen


2. Kinyoun

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
115

Reagensia
1. Carbol Fuchsin
Fuchsin basa 1 g, Kristal fenol 5 g, alkohol 95% 10 ml. Air suling hingga 100
ml. Fuchsin basa digerus dalam mortir dengan alkohol. Tambahkan fenol dan
kemudian air suling yang tersedia sedikit demi sedikit sambil mengaduk.
Simpan dalam botol dengan penutup yang rapat, biarkan 24 jam, kemudian
saring.
2. Alkohol Asam
Asam hidrochlorida pekat 3 ml alkohol 95% hingga 100 ml.
3. Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g, alkohol 95% 30 ml, larutan
KOH 10% air suling hingga 100 ml. Dalam mortir digerus Metilen biru dengan
alkohol, pindahkan ke botol. Tambahkan KOH ke dalam botol tersebut bilas
mortir beberapa kali dengan isi botol ini. Simpan kembali ke botol. Diamkan 24
jam dan saring.

Cara pemeriksaan
1. Sediaan yang sudah direkatkan diatas api dibubuhi sampai menutupi sediaan
dengan karbol fuchsin, kemudian dipanaskan dengan hati-hati diatas api i
sampai timbul uap, jangan sampai mendidih selama 5 menit.
2. Cuci dengan air suling.
3. Bubuhi alkohol asam biarkan selama dua menit .
4. Cuci dengan air suling
5. Bubuhi metilen biru Loeffler selama 30 detik
6. Cuci sekali lagi dengan air suling
7. Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering

CARA KINYOUN

Reagensia
Carbol – fuchsin menurut Kinyoun : Fuchsin basa 4 g, kristal fenol 8 g, alkohol
95% 20 ml, air suling 100 ml.
Fuchsin digerus dalam mortir dengan alkohol sampai larut. Mortir dibalas berkala-
kali dengan air suling, kemudian dipindahkan ke dalam botol. Fenol dipanaskan di

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
116

dalam pemanas (waterbath) 560 C hingga mencair, tambahkan pada larutan di


atas. Biarkan 24 jam, kemudian saring. Simpan dalam botol dengan penutup yang
rapat.

CARA PEMERIKSAAN

1. Sediaan apus yang telah direkatkan diatas api dipulas dengan carbol-fuchsin
menurut Kinyoun selama 3 – 5 menit
2. Lanjutkan pulasan seperti langkah – langkah pada pulasan Ziehl – Neelsen
mulai dari No. 2
Disini sediaan tidak dipanaskan.

Pelaporan
Basil Tahan Asam (BTA) : berwarna merah
Kuman Bukan BTA : berwarna biru
Sel – sel : berwarna biru

INTERPRETASI PEMERIKSAAN BTA MENURUT IUAT

LAPANG PANDANG
JUMLAH BTA HASIL
Tidak ada 100 lap. Pandang Negatif (Neg)
1–9 100 lap. Pandang Catatn jlh. Kuman
10 – 99 100 lap. Pandang + atau (1+)
1 – 10 1 lap. Pandang ++ atau (2+)
> 10 1 lap. pandang +++ atau (3+)

3. PEWARNAAN METHYLEN BLUE

Bahan : Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g, alkohol 95% 30 ml,
larutan KOH 10% air suling hingga 100 ml. Dalam mortir digerus Metilen biru
dengan alkohol, pindahkan ke botol. Tambahkan KOH ke dalam botol tersebut
bilas mortir beberapa kali dengan isi botol ini. Simpan kembali ke botol. Diamkan
24 jam dan saring.

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
117

Cara Pemeriksaan :
1. Sediaan yang sudah direkatkan diatas api dibubuhi sampai menutupi
sediaan dengan metilen biru Loeffler selama 30 detik
2. Cuci sekali lagi dengan air suling
3. Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
118

JADWAL KEGIATAN

Blok Respiratory System

2021

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
119
120

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
121

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
122

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
123

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
124

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021
125

Buku Rancangan Pengajaran


Blok Respiratory System 2021

Anda mungkin juga menyukai