Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam pelayanan


keperawatan, karena komunikasi merupakan kegiatan mutlak dan
menentukan bagi hubungan atau interaksi perawat dan pasien dalam menunjang
kesembuhan pasien. Komunikasi dalam area keperawatan merupakan proses
untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama
dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Machfoed, 2009). Berdasarkan Stuart dan
Sundeen (2006), komunikasi sangat penting antara perawat dengan klien.
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan klien mempunyai manfaat
seperti menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan
komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik.

Sedangkan menurut Adiansyah (2014), tujuan dari komunikasi adalah


membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Komunikasi dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat sebagai


pemberi pelayanan dan pasien sebagai pengguna pelayanan. Komunikasi
terapeutik dapat mengakomodasi pertimbangan status kesehatan yang dialami
pasien. Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistik, meliputi
aspek keselamatan, menggali penyebab dan mencari jalan terbaik atas
permasalahan pasien. Selanjutnya, komunikasi terapeutik juga mengajarkan
cara-cara yang dapat dipakai untuk mengekspresikan kemarahan yang dapat di
terima oleh semua pihak tanpa harus merusak (asertif) (Witojo & Widodo,
2015).

1.)Terdapat empat tahap dalam Komunikasi menurut Potter dan Perry


(2006) yaitu: 1). Fase Pra-Interaksi merupakan fase dimana perawat
merencanakan pendekatan terhadap pasien; 2.) Fase Orientasi atau Perkenalan
yang dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan klien dan saling
mengenal satu sama lainnya; 3). Fase Kerja merupakan fase dimana perawat
dan klien bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah dan mencapai
tujuan bersama dan 4). Fase Terminasi merupakan fase untuk mengakhiri
hubungan. Perawat bersama klien dapat saling mengeksplorasi perasaan yang
muncul akibat dari perpisahan yang akan dijalani. Sedangkan menurut Peplau
(1952) terdapat tigas fase dalam komunikasi terapeutik yaitu 1). Fase
Orientasi yaitu Fase yang dimulai ketika perawat dan klien bertemu dan
berakhir ketika klien mulai mengidentifikasi masalah untuk diperiksa. selama
fase inii, perawat menetapkan peran, tujuan pertemuan, dan parameter
pertemuan berikutnya: mengidentifikasi masalah klien dan menjelaskan
harapan;
2). Fase Kerja yaitu mempertahankan hubungan, mengumpulkan lebih banyak
data, mengeksplorasi persepsi realitas, mengembangkan mekanisme koping
positif, mempromosikan konsep diri yang positif, mendorong verbalisasi
perasaan, memfasilitasi perubahan perilaku, bekerjamelalui perlawanan,
mengevaluasi kemajuan. dan mereduksi tujuan sebagaimana mestinya,
memberikan peluang bagi klien untuk mempraktekkan perilaku baru,
midentifikasi masalah, klien mengidentifikasi masalah atau kekhawatiran yang
menyebabkan masalah. selama eksploitasi, perawat memandu klien untuk
memeriksa perasaan dan tanggapan danempromosikan kemandirian; 3).
Fase Terminasi yaitu tahap terakhir dalam hubungan perawat klien. itu
dimulai ketika masalah diselesaikan, dan itu berakhir ketika hubungan itu
berakhir. baik perawat dan klien biasanya memiliki perasaan tentang
mengakhiri hubungan, klien terutama dapat merasakan penghentian sebagai
kerugian yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah pada penelitian


ini adalah “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan
komunikasi ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan


komunikasi ”.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik perawat


b. Diketahui distribusi fase komunikasi
c. Diketahui distribusi frekuensi faktor persepsi, faktor nilai,
faktor emosi, faktor pengetahuan, faktor peran dan hubungan,
faktor kondisi lingkungan perawat
d. Diketahui hubungan faktor persepsi dengan penerapan
komunikasi perawat.
e. Diketahui hubungan faktor nilai dengan penerapan
komunikasi
f. Diketahui hubungan faktor emosi dengan penerapan komunikasi
g. Diketahui hubungan faktor pengetahuan dengan penerapan
komunikasi
h. Diketahui hubungan faktor hubungan dan peran dengan
penerapan komunikasi oleh perawat
i. Diketahui hubungan faktor kondisi lingkungan dengan penerapan
komunikasi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Diharapkan hasil dari makalah ini akan dapat bermanfaat dalam


pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang pelayanan
komunikasi untuk perawat, dan diharapkan dapat memberikan
informasi baru dan menunjang teori-teori yang sudah ada.
BA
B
II

TINJAUAN
PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Menurut Potter dan Percy (2005) komunikasi


terapeutik adalah proses dimana perawat yang
menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien
clan fokus secara langsung pada klien. Komunikasi
terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara
klien dan perawat, proses ini meliputi kemampuan khusus
karena perawat harus memperhatikan berbagai interaksi
dan tingkah laku non-verbal. Komunikasi terapeutik
bertujuan membantu perawat memahami klien, mencapai
hubungan baik perawat dan klien membantu klien
memahami tujuan dari tindakan perawatan yang
dilakukan.

b. Manfaat Komunikasi

Menurut Indrawati (2003)


. . ;
manfaat . komunikasi
. , ... .
terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat clan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat.

2. . Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik meliputi:

1) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan


diri yang meningkat,

2) Rasa identitas personal yangjelas dan peningkatan integritas


diri.

3) Kemampuan untuk membina hubungan


interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan
kapasitas untuk mencintai dan dicintai. Perawat dan klien
saling membuka diri, untuk tujuan penanganan
sehingga terbina hubungan yang akrab dan saling menghargai,

4) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk


memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
personal yang realistis.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Potter dan Peny (2005) faktor-faktor yang


mempengaruhi adalah:

1) Perkembangan, agar dapat berkomunikasi efektif


dengan seorang perawat harus mengerti pengaruh
perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun
proses berpikir dari orang tersebut.
2) Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk
oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi
dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3) Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai
seseorang. Perawat perlu berusaha
untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga
dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya
diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.

4) Latar belakang sosial budaya, bahasa dan gaya


komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi,
5) Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu
kejadian. Perawat

perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga


perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar
dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadamya.
6) Jenis kelamin, setiap jenis kelamin mempunyai
gaya komunikasi yang berbeda-beda,
7) Pengetahuan, tingkat pengetahuan akan
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah
akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi.
8) Peran dan hubungan, gaya komunikasi sesuai
dengan peran dan hubungan antar orang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang
perawat dengan koleganya, dengan cara
komunikasi seseorang perawat pada klien akan berbeda
tergantung perannya.
9) Lingkungan, lingkungan interaksi akan
mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang
bising, tidak ada privasi yang tepat akan
menimbulkan kerancuan, ketegangan clan
ketidaknyamanan.

10) Jarak dapat mempengaruhi komunikasi.


Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol.
Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang
tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.
e. Komunikasi Terapeutik

Menurut Arwani (2003) ada tiga hal mendasar yang


memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut :
I) lkhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus


bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal
maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada
pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat.
2) Empati (Empathy)

Merupakan si.kap jujur dalam menerima kondisi


pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan,

3) Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisifyang diberikan


diharapka.n pasien dapat memberlkan clan mewujudkan
ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

2. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien

Dihubungkan dengan seni dan penyembuhan


menurut Nurjannah (2001) terapeutik adalah merupakan
kata sifat. Terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Seseorang yang
terapeutik berarti mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi
yang memfasilitasi proses penyembuhan, Mustikasari cit
a. Peran Perawat

Menurut Nurjanah (2005) dalam membina


hubungan terapeutik perawat mempunyai empat tahap
atau fase dalam melakukan hubungan perawat-klien adalah
sebagai berikut :
1) fase Preinteraksi

Merupakan tahap perawat belum baru a1can berencana


bertemu dengan klien untuk melakukan sesuatu
kegiatan asuhan keperawatan, Tugas perat pada tahap
ini, mendapatkan infonnasi tentang klien kegiatan yang
akan dilakukan. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
kek.uatan diri, menganalisa kekuatan dan kelemahan
professional diri.

2) Tahap Orientasi

Merupakan pertemuan pertama atau selanjutnya antara


perawat dan klien. Pada tahap ini hubungan dibangun
saling percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi
terbuka dan bentuk kontrak dengan klien, Tugas
perawat dalam tahap ini melakukan kontrak dengan
klien, komponen kontrak yaitu : nama perawat atau klien,
peran yang diharapkan dari perawat dan klien, tanggung
jawab dari perawat dan klien, tujuan, kerahasiaan,
harapan, topik dan waktu dilakukannya interaksL
3) Tahap Kerja

Merupakan tahap perawat memulai kegiatan, Tugas


perawat pada tahap ini melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap preinteraksi. Agar dapat
dilakukan dengan baik pada tabap ini perawat harus
bekerja yang terapeutik. Perawat mengeksplorasi stressor
yang tepat
dan mendorong perkembangan wawasan diri yang
dihubungkan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan klien. Perawat mendorong klien agar dapat
mengatasi cemas, meningkatkan kemandirian dan
tanggung
ja. wa.. b te' rhad. ap diri, dan mengembangkan mekanisme-
'

koping konstruktif.

4) Tahap Terminasi

Merupakan tahap perawat alcan menghentikan


interaksinya dengan klien. Tahap ini merupakan terminasi
sementara maupun terminasi akhir, terminasi sementara
adalah terminasi yang dilakukan untulc berhenti
berinteraksi dalam waktu yang sebentar, misalnya :
pergantian jaga atau antar sesi, Tenninasi akhir adalah
terminasi yang dilakukan biasanya pada saat ldien akan
pulang setelah dirawat di rumah sakit Pada tahap ini,
perawat mempunyai tugas : 1) mengevaluasi kegiatan
kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif,
psikomotor maupun .afektif. 2)
merencanakan tindak lanjut atau tindakan yang
akan dilakukan selanjutnya dengan klien. 3) melakukan
kontrak (tindakan, waktu dan tempat), 4) mengakhiri
terminasi dengan cara yang baik.
b. Standar Interaksi Komunikasi Terapeutik Perawat - klien

1) Tahap
Preinteraksi

a) Mengumpulkan data tentang klien.

i. Membaca catatan
keperawatan.

ii. Mencari informasi dari sumber lain untuk


melakukan tindakan dari kegiatan tersebut.
b) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.

c) Membuat pertemuan dengan klien.

2) Tabap Orientasi

a.) Memberi salam dan senyum dengan


klien.
b) Memperkenalkan nama perawat
c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien,

d) Melakukan validasi perasaan, kognitif afektif dan psikomotor

seperti menanyakan keadaan klien saat ini atau sekarang.

e) Menjelaskan tanggung jawab perawat klien.

t) Menielaskan peran perawat klien.

g) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.

h) Menjelaskan tujuan dari kegiatan atau kegiatan yang akan

dilakukan.

i) Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan.

3) Tahap Kerja

a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,

b) Menanyakan keluhan utama klien.

c) Melakukan tindakan dengan cara yang baik sesuai


prosedur.
d) Melakukan sesuai dengan rencana kontrak kerja.
4)Tahap Tenninasi

a) Menyimpulkan basil : evaluasi proses dan basil dari


tindakan atau kegiatan yang sudah dilakukan.
b) Memberi reinforcement positif seperti memberi pujian kepada
klien.

c) Melaksanakan tindak lanjut pada klien seperti


memberitahukan kegiatan atau tindakan selanjutnya kepada
klien.

d) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik


apa yang alcan dilakukan selanjutnya.
e) Mengakhiri dengan cara yang baik dan tersenyum.

c.Perawat yang Terapeutik

Menurut Nurjanna. h (2·005)inte.r.ak si pe.r.a.wat ya..n.g te.rape.ut.ik..


a. rtin�ya dalam melakukan interaksi dengan klien, tersebut
memfasilitasi proses penyembuhan, Hubungan terapeutik adalah
suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat penyembuhan.
Perawat meajadi terapeutik adalah suatu kewajiban. Hal ini
berkaitan deogan tugas dari perawat itu sendiri. Hal tersebut
tentunya disadari bahwa semua komponen pelayanan
kesehatan dapat menfasilitasi proses penyembuhan tersebut
menjadi terapeutik,
Dengan profesi sebagai perawat, maka menjacli
terapeutik adalah suatu hal yang wajib dilakukan clan
diharapkan akan memberi kontribusi dalam melakukan
pelayanan keperawatan kepada masyarakat.
Hubungan terapeutik antara perawat clan klien
merupakan pengalaman belajar juga merupakan
pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Dalam bal ini
perawat sebagai penolong harus mampu terapeutik, clan
kunci untuk
menjadi terapeutik adalah dengan penggunaan diri secara terapeutik,
Elemen yang mempengaruhi kemampuan untuk
menjadi terapeutik yaitu : a. Kualitas personal ;
kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksploitasi perasaan,
model peran, altruisme, etika dan tanggung jawab, b.
Fasilitas komunikasi; perilaku mental, perilaku non
verbal, analisa masalah, teknik terapeutik. c. Dimensi
respon; keaslian, hormat, empati, kongkrit, d. Dimensi
tindakan; konfrontasi, kesegaran, membuka diri, katarsis,
bermain peran, e. Peran terapentik; resistance, transference,
counter transference, pelanggaran batas, f. Hasil
terapeutik; untuk klien, masyarakat dan perawat
(Nurjannah, 2005).

3. Karakteristik Perawat

a. Umur
Menurut Soemanto (2006) umur adalah lama hidup
seseorang sejak kelahiran sampai pada ulang tahun
terakhir clan dihitung dalam satuan tahun. Dengan
bertambahnya umur, maka pertumbuhan seseorang
berlangsung terus-menerus menuju kepada kematangan
• � • • • w

tingkat
kematangan tertentu pada fungsi jasmaniah. Kematangan fungsi
jasmani
dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada fungsi jasmaniah itu
sendiri maupun pada fungsi kejiwaan.
Tenaga kerja pada usia muda: 21-30 tahun akan bekerja lebih efisien
dibandingkan tenaga kerja yang berbeda pada usia dewasa tua : 31-
34 tahun semakin bertambah usia seseorang semakin berk:urang
kemampuan fisiknya untuk bekerja semakin cepat mengalami
kelelahan umur (Syamsul, 2007).

b. Pendidikan
Menurut Soemanto (2006) menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar untulc menyiapkan seseorang
(peserta didik) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
atau Iatihan bagi peranannya dimasa yang akan
datang. _ . .. .. . ..
Klarifikasi pendidikan keperawatan dari tahun ke tahun berkembang
seiring dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Menurut Priharjo
(2005). Pendidikan keperawatan dapat digolongkan menjadi
a) Sekolah Perawat Kesehatan

Program ini sudah tidak ada lagi dan beralih ke Diploma


III dan Strata

1 keperawatan.

b) Program Diploma III Keperawatan

Program ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga


perawat profesional pemula yang mendapat sebutan
Ahli Madya Keperawatan yang diharapkan mampu
sebagai pelaksana, pengola, pendidik, dan
partisipasi aktif dalam penelitian ilmiah. Program ini
adalah lulusan SMA atau lulusan SPK yang telah bekerja.
c) Program Sarjana Keperawatan

Program ini bertujuan untuk menghasilkan sarjana


keperawatan sebagai perawat profesional yang
mampu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
penelitian keperawatan. Struktur program ini dibagi dua
yaitu program A adalah lulusan SMA dan program
B adalah lulusan dari Dill keperawatan.
d) Program Master Keperawatan

Program ini peserta nya adalah lulusan dasi sarjana


keperawatan.

Semua jenis program keperawatan yang ada bertujuan


untuk menghasilkan perawat yang profesional, perawat
yang profesional ini dalam prakteknya memerlukan nilai-
nilai yang sesuai dengan kode etik profesi (lsmani, 2001
). Yaitu menghargai martabat individu tanpa
prasangka, melindungi seseorang dalam hal privasi
dan tanggung
24

jawab dalam semua tindakannya. Tindakan untuk


memanisfestasikan dalam sebuah prilaku tertentu sebagai
kegiatan yang dilaksanakan dengan hati-hati dan melaporkannya
bila terjadi kesalahan.
Menurut Toki (2007) mengatakan pendldfkar, dapat diperoleh melalui ;

I) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh


seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar sejak seseorang lahir sampai mati, di dalam
keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari,
2) Pendidikan formal adalah yang dikenal dengan
pendidikan sekolah teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-
syarat yang jelas dan ketat.
3) Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dan
sadar
dilakukan tetapi terlalu mengikuti peraturan yang tetap clan
ketat. Kemampuan yang pernah ditempuh seorang
tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, yang dalam hal ini
pendidikan

formal. Pendidikan formal yang dimiliki tenaga kerja


merupakan modal yang sangat penting (Siagian, 2002).
d. Masa Kerja

Masa kerja adalah lama waktu seorang pekerja bekerja di sebuah


unit usaha, Masa kerja diukur dengan satuan tahun. Di samping
faktor pendidikan, masa kerja juga diperlukan dalam rumah sakit.
Setiap rumah
AAldt nasti meneineinkan neninekatan nelavanan vane: inzin dicaoa
25

Perawat harus diolah menjadi pekerja yang terampil.


Keterampilan dari seseorang perawat dapat dipengaruhi
oleh lamanya perawat bekerja. Perawat yang sudah
lama bekerja biasanya lebih terampil dalam
komunikasi bila dibadingkan dengan perawat baru atau
belurn lama bekerja.

0. Jenis Kelamin

Secara fisik ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja


perempuan relatif rendah jika dibandingkan dengan laki-
laki. Kenyataanya ini sebagai pengaruh hormonal yang
berbeda dari laki-Iakl dan perempuan.
Menurut Soemanto (2006) seorang perempuan yang
menjadi ibu dalam suatu rumah tangga dibebani oleh
tugas dirumahnya tidak sedikit. Faktor-faktor :fisik
biologis dan sosial itulah yang membedakan dalam
melakukan komunikasi terapeutik.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga (Studi pada

remaja di Komplek Taman Bariang Indah Kota Padang), maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam

Keluarga

Dilihat dari Bahasa.

Bahasa sangat mempengaruhi komunikasi dalam

keluarga, bahwa dalam keluarga ES dan FA sering mengalami

komunikasi yang kurang baik yaitu antar sesama anggota

keluarga maupun ES dan FA sendiri dengan orang tua,

komunikasi yang kurang baik tersebut ialah karena penggunaan


25
bahasa atau pun kalimat-kalimat yang kurang baik digunakan

saat berkomunikasi dalam keluarga.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam

Keluarga

Dilihat dari Gaya Kepemimpinan Orang Tua.

Komunikasi dalam keluarga dipengaruhi oleh gaya

kepemimpinan orang tua, karena yang berperan penting dalam

keluarga adalah orang tua, dalam keluarga ES dan FA orang tua

belum sepenuhnya memiliki kepemimpinan baik, karena dilihat

dari sikap orang tua yang selalu marah- marah dan berbicara

dengan nada suara yang keras, sehingga mencerminkan karakter

orang tua dalam memimpin kurang baik yang dilihat dari cara

berbicara kepada anggota keluarga.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam

Keluarga

Dilihat dari Suasana Psikologis. Komunikasi dalam

keluarga sangat dipengaruhi oleh suasana psikologis, bahwa

dalam keluarga ES dan FA sering terjadi suasana yang kurang

baik seperti percekcokan antar anggota keluarga, yang didorong

oleh rasa amarah, kesal, sedih, dan kecewa sehingga komunikasi

yang terjalin tidak efektif satu sama lainnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam

Keluarga

Dilihat dari Perbedaan Usia. Perbedaan usia yang

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, bahwa dalam

keluarga orang tua sering membandingkan dan melakukan

pembelaan terhadap satu anggota keluarga saja, dan komunikasi

yang terjadi antara ES dan FA dengan orang tua saring tidak baik

begitu juga dengan kakak dan anggota keluarga lainnya.


25
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam

Keluarga

Dilihat dari Citra Diri.

Bahwa citra diri dapat mempengaruhi komunikasi dalam

keluarga maka, sepeti orang tua memiliki karakter yang

pemarah dan keras, sehingga dengan karakter pemarah

komunikasi orang tua menjadi kurang baik kepada anggota

keluarga dan berbicara sesuai keinginannya sepeti dengan nada

yang keras.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka

menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai

berikut:

1. Remaja, agar remaja memperhatikan kalimat-kalimat

yang sering memunculkan kesan kurang baik dan juga

perlawanan saat berkomunikasi dengan keluarga.

2. Keluarga, supaya keluarga menjaga hubungan baik

dan harmonis degan cara berkomunikasi yang baik antar sesama

anggota keluarga.

3. Masyarakat, sebagai acuan untuk bisa menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan keluarga maupun

sosial tentang bagaimana komunikasi yang baik.

4. Program Studi Bimbingan dan Konseling, sebagai

bahan masukan dan upaya mengembangkan perencanaan

calon guru bimbingan dan konseling dalam memahami

peranan guru bimbingan dan konseling, terkait komunikasi

dalam keluarga.
25
5. Peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan

bisa menjadi pedoman dan acuan untuk meneliti lebih lanjut

khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai