Anda di halaman 1dari 46

PRAKERIN KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TABALONG


PADA BENGKEL SURYA MOTOR

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Syafi'i
NIS/NISN : 3048522910
Kelas : XI TKR 3
Program Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan

SMK TABALONG
Komplek Stadion Saraba Kawa Kelurahan Pembataan
Kecamatan Murung Pudak – Kabupaten Tabalong
Email:smktabalong@gmail.com
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri

Judul : Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tabalong Pada Bengkel
Surya Motor

Nama. : Muhammad Syafi'i

NIS/NISN. : 5093/ 3048522910

Program Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan

Ditulis Sebagai Syarat Kenaikan Kelas Dan Ujian Nasional

Menyetujui,

Pembimbing Sekolah,
Pembimbing DU/DI,

Iwan

Ketua
Pimpinan DU/DI
Program Keahlian
PT/Nama Kantor

Nopriyadi A.Md
H.achmad suryadi

Mengetahui,
KEPALA SMK TABALONG,

Nisful Taslim Nor, S.sos


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas rahmat Tuhan yang maha esa, atas
limpahan berkah , rahmat, taufiq, serta hidayah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik kerja industri di Bengkel Surya Motor Laporan
ini dibuat berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama berada di
dunia industri. Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban selama prakerin
dan berfungsi sebagai acuan dalam ujian yang dilaksanakan setelah melaksanakan
praktik baik di dunia usaha maupun didunia industri

Pelaksanaan prakerin ini dapat berjalan dengan lancar karena adanya


dukungan kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Bapak Nisful Talim Nor, S.sos selaku kepala SMK TABALONG.


2. Bapak Nopriyadi, A.Md selaku ketua program keahlian Teknik Kendaraan
Ringan
3. Bapak H.Achmad Suryadi Selaku pimpinan Bengkel Surya Motor
4. Bapak Adhi Septiadi, ST selaku guru bimbingan selama pelaksanaan
Praktik Kerja Industri
5. Bapak Iwan selaku pembimbing pada bengkel surya motors
6. Seluruh staf dan karyawan bengkel surya motors
7. Dewan guru atas bimbingannya selama penulis belajar di SMK
TABALONG
8. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SMK TABALONG
9. Teman-teman yang membantu hingga terselesaikannya laporan praktik
kerja industri ini.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


membuat laporan ini yang harus dibenahi, oleh karena itu penulis mengharapkan
masukan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini
di masa mendatang. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan. Semoga laporan praktik kerja industri ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Tanjung, 29 April 2021

Penulis,

( Muhammad Syafi'i )
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktek Kerja
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN


2.1 Profil Dunia Usaha/Dunia Industri (Bengkel Surya Motor)

BAB III PENGOLAHAN DATA


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik
3.2 Bahan dan Alat
3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Praktik
3.4 Laporan Kegiatan Harian
3.5 Komponen dan Fungsi Pada Sistem Suspensi
3.6 Cara Kerja Pada Sistem Suspensi

BAB IV ANALISA
4.1 Langkah dan Prosedur Kegiatan Harian
4.1.1 Langkah Perbaikan pada sistem suspensi

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia otomotif sangat cepat, perbaikan demi perbaikan


terus dilakukan. Terdapat beberapa hal pokok yang digunakan sebagai acuan
perbaikan chassis dan body, yaitu: kenyamanan saat berkendara, keamanan saat
berkendara, dan penampilan kendaraan. Salah satu perbaikan pada chassis adalah
perbaikan sistem suspensi yang berfungsi untuk meredam kejutan yang terjadi
pada suatu kendaraan.

Pada dasar nya praktik kerja industri (prakerin) adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara utuh dan terintegrasi
kegiatan berlajar siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian kejuruan
melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Metode tersebut dilaksanakan dalam
rangka peningkatan mutu sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mencapai
relevensi antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja.

Setelah melaksanakan kegiatan prakerin diharapkan siswa dapat


meningkatkan keahlian profesionalnya sehinga sesuai dengan tuntutan kebutuhan
tenaga kerja. Dan siswa juga dapat memiliki etoskerja yang meliputi: kemampuan
bekerja, motifasikerja, inisisatif, kreatif, hasil pekerjaan yang berkualitas, displin
waktu, dan kerajinan dalam bekerja.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK INDUSTRI

Penyenggaraan prakerin bertujuan untuk :


1. Menghasilkan tenagakerja yang memiliki keahlian professional, yaitu
tenagakerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etoskerja
yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara
SMK dan industri
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitan proeisionan.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.

Penyelenggaraan prakerin memberi keuntung bagi dunia industri antara lain :

1. Perusahaan dapat mengenal kualitas yang belajar dan bekerja di industri


2. Umum nya peserta prakerin telah ikut dalam proses produksi secara aktif
sehingga pada pengertian tertentup serta prakerin adalah tenaga kerja yang
member keuntungan.
3. Member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN

2.1 PROFIL DUNIA USAHA/DUNIA USAHA INDUSTRI


(PERUSAHAAN/BENGKEL)

Sejarah Bengkel Surya Motor

Bengkel surya motor automotive servis di dirikan padatahun 1995 sebagai


unit usaha keluarga yang bergerak di bidang perbaikan mobil bensin dan diesel
yang pertama ada di kelurahan murung pudak kabupaten tabalong Rt 02. Bengkel
surya motor didirikan oleh bapak H.AHMAD SURYADI. Dengan seiring waktu,
kini bengkel surya motor juga melayani penjualan sparepast untuk berbagai jenis
mobil,baik untu kmobil berkabulator atau injeksi pada tipe mobil kecil roda
empat. Bengkelsurya motor automotive servis pada saat ini mempunyai karyawan
mekanik sebanyak 3 orang dan satu sebagai kepala pemimpin diantaranya :

1. bapak achmad suryadi sebagai kepala pemimpin


2. bapak arifwidi santoso sebagai mekanik di bengkel
3. bapak ahrudin sebagai mekanik di bengkel
4. bapak dodi singgih sebagai mekanik di bengkel

Struktur Organisasi

PEMIMPIN
H.achmad suryadi

PEMBIMBING
Iwan
KEPALA MEKANIK
Arif widi santoso Dodi singgih
Udin

Kedudukan dan letak


Bengkel surya motor berkedudukan sebagai toko sperepart dan gantioli di tanjung
tabalong yang terletak di JL PHM NOOR Rt 01 NO 9 pembataan

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 waktu dan tempat pelaksaan prakerin


Periode praktik kerja industri gelombang kedua di mulai dari tanggal 25 januari
2021 sampai dengan 25 april 2021 yang di laksanakan di bengkel surya motor

3.2 bahan dan alat


1. kunci roda
2. dongkrak
3. jackstand
4. kunci sok 17 dan 19 sok
5. kunci ring17 dan ring pas 19
6. tang dan palu
7. obeng min
8. kunci shock shet
9. Kunci 12 dan ring pas 14

3.3 faktor pendukung dan penghambat pelaksaan praktek


Faktor pendukung dalam pelaksaan praktik tersediannya alat-alat lengkap dan
fasilitas yang baik, factor penghambat dari pelaksaan prakte ialah harus
menunggu datangnya bahan untuk praktek.

3.4 laporan kegiatan harian

1. pengertian suspensi

Buntarto, dkk (2002) bahwa system suspensi merupakan suatu


bagian dari chasis yang berfungsi untuk meciptakan kenyamanan bagi
pengendara. Sistem ini bekerja dengan cara menyerap kejutan dari
permukaan jalan yang tidak rata. Sistem suspense terletak pada antara body
mobil dan roda-roda. Sehingga sistem suspensi sangat dibutuhkan untuk
kenyamanan saat berkendara.
Susatio dan Biyanto (2006) suspensi merupakan suatu sistem yang
terdiri dari komponen pegas, damper (shock absorber), dan lengan–lengan
penghubung sistem roda dan bodi kendaraan. Sistem suspensi disebut juga
dengan sistem suspensi konvensional (suspensi pasif). Pada sistem ini, tingkat
kekakuan pegas dan konstanta redamannya bernilai konstan. Hal ini bertujuan
untuk mengendalikan getaran secara aktif agar dapat memberi kenyamanan
dan keamanan pada berbagai kondisi.
Wang et. al. (2018) berpendapat bahwa agar mendapatkan
kenyamanan dengan stabilitas ban sebagai penahan jalan yang baik, beban
yang diberikan ke roda, beban dinamis harus lebih kecil dari pada beban statis
yang diterima. Sistem suspensi berperan meneruskan gaya gerak dari roda-
roda penggerak atau daya pengeremanke masing –masing roda atau gaya
centrifugal, dan sebagainya, pada belokan , ke body , dan menstabilkan
kondisi perjalanan terhadap keadaan permukaan jalan yang beragam. Li et. al.
(2018) berpendapat bahwa sistem suspensi yang aktif berfungsi untuk
memberikan keseimbangan dan kenyamanan saat berkendara melewati jalan.
Buntarto, dkk (2002) bahwa system suspensi memiliki fungsi utama,
sebagai berikut:
1. Suspensi akan meyerap getaran, oksilasi dan kejutan yang ditimbulkan
oleh permukaan jalan.
2. Memindahkan gaya gerak body akibat pengeraman melalui gesekan
antara jalan dengan roda-roda.
3. Sebagai titik tumpuan body pada axle dan memelihara letak geometris
antara roda dan body kendaraan.
Untuk menunjang fungsi suspense, maka ada syarat yang harus di
penuhi oleh suspense menurut Buntarto, dkk (2002):
1. Mengurangi timbulnya getaran dan tumbukkan
2. Dapat menjaga penumpang, body kendaraan dan muatan.
3. Mampu menyalurkan tenaga pengereman dan tenaga dorong yang
terjadi
4. Mampu menjaga roda tetap pada posisinya
5. Mampu menjaga kemampuan untuk bergerak.

b. Macam-macam oksilasi pada suspense kendaraan:


Dibawah ini merupakan macam-macam oskilasi pada sprung weight
sebagai berikut:
1. Pitching
Usman dan Syarifudin (2016) mengungkapkan bahwa

pitching merupakan gerakan body kendaraan pada bagian depan

dan belakang kendaraan ke bagian atas dan ke arah bawah


terhadap titik pusat grafitasi kendaraan.

Gambar 1. Pitching

(Sumber: Usman dan Syarifudin(2016))

2. Rolling
Usman dan Syarifudin(2016) mengungkapkan bahwa

rolling bisa terjadi bila kendaraan membelok atau melalui tonjolan

jalan, akibatnya pegas pada satu sisi kendaraan mengembang dan

pegas/spring yang lain mengkerut. Sehingga bodi kendaraan

mengakibatkan rolling pada arah yang lurus ( sisi ke sisi ).

Gambar 2. Rolling

(Sumber: Usman dan Syarifudin(2016))

3. Bouching

Usman dan Syarifudin(2016) mengungkapkkan bahwa

bounching merupakan gerakkan bodi kendaraan secara

keseluruhan naik dan turun. Hal ini terjadi karena kendaraan


berjalan dengan kecepetan yang tinggi dan melewati jalan yang

tidak rata, maka bodi kendaraan akan bergerak naik turun.

Gambar 3. Bouching

(Sumber: Usman dan Syarifudin(2016))

4. Yawing

Usman dan Syarifudin(2016) mengungkapkan bahwa

yawing merupakan gerakan body kendaraan mengarah

memanjang ke kanan dan kekiri terhadap titik berat ken.daraan.

Gambar 4. Yawing
(Sumber: Usman dan Syarifudin(2016))

Dibawah ini merupakan macam-macam oskilasi pada

unsprung weight sebagai berikut:

1. Hopping

Buntarto, dkk (2002) hopping adalah gerakan body


kendaraan yang bergerak ke atas dan ke bawah roda-roda.

Hopping bisa ditimbulkan karena kendaraan melewati jalan

bergelombang pada kecepatan sedang dan tinggi.

Gambar 5. Hopping
(Sumber: Buntarto, dkk (2002))

2. Tramping

Buntarto, dkk (2002) tramping adalah gerakan oskilasi

tbody kendaraan bergerak naik turun yang bergerak berlawanan

pada roda kiri dan kanan. Tramping bisa ditimbukan dengan

mudah pada suspensi tipe rigid.

Gambar 6. Tramping
(Sumber: Buntarto, dkk (2002))

3. Wind Up

Buntarto, dkk (2002) wind up adalah gejala yang

ditimbulkan akibat pegas daun mengalami terlintir di sekeliling


poros yang disebabkan moment penggerak kendaraan.

Gambar 7. Wind up
(Sumber: Buntarto, dkk (2002))

a) Komponen Utama Suspensi


1) Pegas

Hidayat (2012) menjelaskan bahwa pegas pada sistem

suspensi merupakan komponen yang memiliki kontruksi tidak

terlalu kaku dan mampu menerima gaya yang dibebankan pada

tingkat tertentu.

Jenis-jenis pegas yang digunakan pada sistem suspensi

adalah sebagai berikut:

a. Pegas Daun (Leaf Spring)

Hidayat (2012) bahwa pegas daun merupakan pegas yang

berbentuk plat datar dengan ukuran tertentu dan mendapat beban

lateral yang menjadikan plat mengalami bending. Kontruksi

dari pegas daun adalah bahwa batang cantilever yang

mendapatkan beban lateral dan ujung yang lain dijepit , akibtanya

batang cantilever terdefleksi dan menghasilkan radius curvature.

Saputra dan Tyastomo (2016) menjelaskan bahwa pegas daun


memiliki sifat sebagai berikut: desain kontruksi yang sederhana,

mampu meredam getaran yang ditimbulkan sendiri (gesekan

antara daun pegas), mampu menjadi lengan penyangga (tidak

memelukan lengan, memanjang – melintang

Gambar 8. Pegas Daun


(Sumber: Saputra dan Tyastomo (2016))

b. Pegas Coil (Coil Spring)

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa pegas koil

merupakan pegas yang dibuat dengan baja campuran dengan cara

perlakuan panas dan kemudian dibentuk menjadi bantuk

gabungan. Pegas koil sering digunakan pada kendaraab jenis

mobil penumpang. Fungsi pegas kol adalah untuk meredam

pemegasan dengan arah tegak lurus dan menyerap getaran yang

diteima roda saat melintasi jalan yang bergelombang.


Gambar 9. Pegas Coil
(Sumber: Tim Toyota (1995))

c. Pegas Torsi (Torsion Spring)

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa pegas batang torsi

dibuat dari batang baja. Batang baja yang digunakan memiliki

sifat elastis terhadap puntiran. Puntiran yang didapatkan ketika

kendaraan melintas jalan yang bergelombang. Buntarto, dkk

(2002) menjelaskan bahwa pegas torsi berfungsi dalam

melakukan pemegasan dengan cara menerima beban puntir atau

momen puntir yang didapatkan ketika melewati jalan yang

bergelombang.

Buntarto, dkk (2002) bahwa pegas torsi memiliki sifat

sebagai berikut: memerlukan tempat yang sedikit, mampu

menyerap energi yang lebih besar daripada pegas jenis lain, Tidak

bisa meredam getaran sendiri, tinggi bebas mobil bisa disetel,

pemegasan memiliki langkah yang lebih Panjang, harganya mahal

dan sering digunakan pada suspense indepenten.


Gambar 10. Pegas Torsi
(Sumber: Buntarto, dkk (2002))

2) Shock Absorber

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa jika pada suspensi

hanya terdapat pegas, kendaraan akan cenderung beroskilasi naik

turun pada waktu menerima kejutan dari jalan yang

bergelombang. Sehingga shock absorber perlu dipasang, karena

skock absorber berfungsi untuk meredam oskilasi dengan cepat

agar memperoleh kenikmatan berkendaraan dan kemampuan

cengkeram ban akibat melintas jalan yang tidak rata.

Jenis –Jenis Shock Absorber, menurut Tim Toyota (1995)

pembagian shock absorber pengolongannya didasarkan pada :

1. Cara Kerja

b. Kerja Tunggal

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa efek meredam

kejutan pada kendaraan hanya terjadi pada waktu shock absorber

berekspansi. Sebaliknya pada waktu kompresi tidak terjadi efek

meredam.

Gambar 11. Shock Absorber Kerja Tunggal


(Sumber: Tim Toyota (1995))

b.Kerja Ganda

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa shock absorber jenis ini akan

selalu meredam kejutan ketika berekspansi maupunkompresi.

Gambar 12. Shock Absorber Kerja Ganda


(Sumber: Tim Toyota (1995))

2. Konstrusi

a. .Type Twin Tube

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa shock absorber

tipe twin tube terdapat pressure tube dan outer tube yang

berfungsi untuk membatasi working chamber( silinder dalam )

dan reservoir chamber ( silinder luar )


Gambar 13. Shock Absorber Tipe Twin Tube
(Sumber: Tim Toyota (1995))

b. Type Shock Tube

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa shock absorber

mono tube memiliki kontruksi yang hanya terdapat satu silinder

(atau tanpa reservoir).

Gambar 14. Shock absorber Mono Tube


(Sumber: Tim Toyota (1995))

3. Medium kerja
a. .Hidrolis

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa di dalam system shock


absorber hanya terdapat minyak shock absorber sebagai medium kerja

b.Shock absorber berisi gas

Tim Toyota (1995) bahwa didalam shock absorber

menggunakan gas nitrogen yang dijaga pada temperatur rendah 10

15 kg/cm² atau temperatur tinggi 20-30 kg/cm².


Gambar 15. Shock absorber Medium Gas

(Sumber: Tim Toyota (1995))

3.) Ball joint

Buntarto, dkk (2002) ball Joint berfungsi untuk menerima

beban vertikal maupun lateral yang didapatkan ketika melintasi

jalan yang bergelombang dan mampu sebagai sumbu putaran roda

saat membelok.

Gambar 16. Konstruksi Ball Joint

(Sumber: Buntarto, dkk (2002)

Tim Toyota (1995) bahwa ball joint memiliki gemuk

untuk melumasi bagian yang bergesekan agar meminimalisir aus.

Pada setiap waktu tertentu gemuk harus diganti dengan tipe

molibdenum disulfide lithium base

Gambar 17. tipe-tipe Ball JointTipe ball join yang menggunakan dudukan dari
resin, tidak diperlukan penggantian gemuk.
(Sumber: Tim Toyota (1995))

4.) Stabilizer bar

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa stabilizer bar

berfungsi untuk mengurangi tingkat kemiringan body kendaraan

akibat gaya sentrifugal pada saat kendaraan membelok. Selain itu

untuk dapat meningkatkan traksi terhadap roda. Stabilizer

biasanya terpasang pada kedua lower arm melalui bantalan karet

dan linkage. Pada bagian tengah stabilizer diikat ke frame atau

body pada dua tempat melalui bushing.

Gambar 18. Konstruksi Stabilizer Bar


(Sumber: Tim Toyota (1995))
Cara Kerja :

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa stabilizer harus

dalam kondisi bebas dari terjadinya puntiran keetika roda kanan

dan kiri bergerak ke atas dan ke bawah secara bersamaan dengan


arah dan jarak yang sama. Pada saat kendaraan membelok, pegas

rod bagian luar (Outer Spring) akan tertekan dan pegas roda

bagian dalam (Inner) akan mengembang. Sehingga stabilizer bar

akan mengalami puntiran karena salah satu ujungnya

mendapatkan tekanan ke atas dan ujung lainnya bergerak ke

bawah. Sementara batang stabilizer akan menahan terhadap

puntiran yang dialami. Tahanan terhadap puntiran ini berfungsi

mengurangi terhadap body roll dan menjaga body dalam batas

kemiringan yang aman .

Gambar 19. Cara Kerja Stabilizer Bar


(Sumber: Tim Toyota (1995))

5.) Strut bar

Buntarto, dkk (2002) strut bar berfungsi untuk menjaga

agar lower arm tetap berada diposisinya atau tidak bergerak maju

maupun mundur pada saat kendaraan menerima kejutan dari


permukaan jalan yang bergelombang atau dorongan akibat

terjadinya pengereman.

Gambar 20.. Konstruksi Strut bar


(Sumber: Tim Toyota (1995))

6.) Lateral Control Rod

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa lateral control rod

dipasang antara axle dan body kendaraan. Lateral control rod

berfungsi untuk menahan axle agar tetap pada posisinya terhadap

beban dari samping yang diterimanya.

Gambar 21. Penempatan Lateral Control rod


(Sumber: Tim Toyota (1995))

7.) Bumper

Buntarto, dkk (2002) bumper berfungsi untuk melindungi

komponen-komponen suspense kegita pegas mengbang atau


pengkerut diluar batas maksimum ketika kendaraan melewati

jalan yang bergelombang. Tim Toyota (1995)

menjelaskanbahwabumper berfungsi untuk melindungi bagian

frame, axle, shock absorber dan lain-lain jika pegas pada suspense

bekerja pada saat pegas coil mengerut dan mengembang diluar

batas kerjanya. Sehingga perlu memasang komponen rebounding

dan bounding bumper.

Gambar 22. Konstruksi Bumper


(Sumber: Tim Toyota (1995))

d. Jenis Dan Karakter Sistem Suspensi

Buntarto, dkk (2002) mengklasifikasikan sistem suspensi

menjadi dua golongkan, meliputi:

1.) Suspensi Model Rigid.

Buntarto, dkk (2002) bahwa pada suspensi tipe rigid, roda

kiri dan roda kanan dihubungkan oleh axle tunggal dalam satu
poros. Jika salah satu roda kanan atau kiri melewati jalan yang

tidak rata, maka posisi kendaraan tersebut menjadi miring.

Suspensi jenis rigid banyak digunakan pada kendaraan berat,

seperti container dan bus.

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa suspense jenis

rigid memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Bentuk konstruksi sederhana dan kuat serta biaya

yang digunakan dalam produksi rendah karena

leaf spring assembly yang digunakan untuk

menempatkan axle.

b. Karakteristik pemegasan non-linear dengan

menggunakan helper spring, dan lain-lain.

c. Leaf spring assembly digunakan untuk

menempatkan axle sehingga sulit menggunakan

pegas dengan konstanta yang lebih rendah. Pada

tipe ini, getaran seperti judder mungkinterjadi

dikarenakan oleh gesekan antara spring leave,

sehingga mempengaruhi kualitaspengendaraan.

d. Variasi dalam torsi penggerak dan gaya

pengereman mampu menimbulkan suara


mendecit dan aksi wind-up dan getaran. Axle akan

terlepas jika leaf spring patah

Gambar 23. Suspensi Model Rigid


(Sumber: Buntarto, dkk (2002)

2.) Suspensi Model Bebas/Independen

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa pada suspensi

model bebas, masing–masing roda kanan dan kiri bergerak secara

bebas (independen) tanpa saling mempengaruhi. Hal ini karena

tidak dirangkai pada poros yang sama. Jenis ini sering digunakan

pada kendaraan penumpang atau truck kecil.


Gambar 24. Suspensi Model Independen

(Sumber: Tim Toyota (1995) )

3.) Sistem Suspensi Depan

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa ada perbedaan

besar antara suspensi depan dan belakang, hal ini bisa terjadi

ketika roda depan dapat membelok. Saat kendaraan membelok

atau melalui jalan yang bergelombang, akibatnya roda akan

menerima kejutan dari pemukaan jalan.

a) Sistem Suspensi Depan Tipe Macpherson Strut

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa jenis ini sering

digunakan pada mobil kecil atau medium. Komponen suspensi

pada tipe Macpherson strut meliputi: lower arm, strutbar,

stabilizer bar dan strut assembly.


Gambar 25. Suspensi Model Mcpherson
(Sumber: Tim Toyota (1995) )

b.) Sistem Suspensi Tipe Macpherson Strut Dengan

Lower Arm Berbentuk L

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa beberapa macam

bentuk lower arm berbentuk L ini digunakan untuk tumpuan roda

dan bodi kendaraan. Mesinnya depan dan penggeraknya roda

depan sering menggunakan tipe ini. Lower arm yang bentuk

dikaitkkan dengan body pada dua tempat melalui bushing, dan ke

steering knuckle melalui ball joint. Kelebihan dari jenis ini adalah

mampu menahan gaya dari arah samping maupun arah depan atau

belakang sehinga tidak perlu menggunakan strut bar.


Gambar 26. Suspensi Model Mcpherson dengan Lower Arm bentuk L
(Sumber: Tim Toyota (1995) )

c.) Tipe Double Wishbone Dengan Pegas Koil

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa suspensi pada

model bebas ini banyak digunakan pada roda depan mobil jenis

penumpang dan truck kecil. Kontruksi pada jenis ini, bahwa roda

yang dipasang pada body pada dua lengan suspensi(upper dan

lower arm). Selain itu shock absorber dan pegas koil juga

dipasang diantara kedua arm, steering knuckle dan frame.

Gambar 27. Tipe Double Wishbone Dengan Pegas Koil

(Sumber: Tim Toyota (1995) )


d.) Tipe Double Wishbone dengan Batang Torsi

Tim Toyota (1995) Suspensi menjelaskan bahwa tipe ini

banyak dimanfaatkan pada suspensi dengan pegas koil seperti

truck kecil. Kontruksniya adalah batang torsi yang dikaitkan pada

upper atau lower arm. Dan lower dihubungkan pada suspension

member melalui bushing karet. Upper arm akan dihubungkan ke

sebuah poros upper arm dengan bushing karet.

Gambar 28. Tipe Double Wishbone dengan Batang Torsi


(Sumber: Tim Toyota (1995) )

e.) Tipe Pegas Daun Pararel

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa suspensi tipe ini

banyak diterapkan pada roda depan truck, bus dan lain-lain. Di

bawah merupakan suspensi depan truck dengan penggerak empat

roda, pada bagian tengah pegas daun dikaitkan pada axle housing

dengan menggunakan baut U.


Gambar 29. Tipe Pegas Daun Pararel
(Sumber: Tim Toyota (1995) )

4.) Sistem Suspensi Belakang

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa pada suspensi

belakang akan menerima berat yang lebh besar dari penumpang

dan barang. Permasalahan ini akan menimbulkan kerusakan

kekerasan pegasnya, Jika kondisi pegas dibuat keras untuk beban

berat, akibatnay akan menjadi terlalu keras bila kendaraan hanya

dinaiki pengemudi. Namun bila dibuat lembut, untuk dinaiki

pengemudi. pegas menjadi terlalu lemah. Akibatnya jika sewaktu

mengalami beban berat. Akan berdampak pada shock absorber.

Sehingga suspensi belakang didesain agar axle selalu pada posisi

yang benar, dan bila melalui Jalan yang bergelombang roda-roda

melambung tanpa mempengaruhi kestabilan arah roda depan

a.) Tipe Pegas Daun Pararel

Tim Toyota (1995) menjelaskanbahwa pada suspansi rigid

axle ini banyak dimanfaatkan pada kendaraan komersial di

suspensi belakang. Pada tipe axle yang digunakan, Live-axle


merupakan suspensi dengan pegas daun pararel, yaitu satu unit

yang meliputi: differential. axle shaft dan wheel hub.

Gambar 30. Tipe Pegas Daun Pararel


(Sumber: Tim Toyota (1995) )

b.) Tipe 4-Link

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa suspensi rigid

inilah yang mampu menghasilkan kenyamanan berkendaraan

yang lebih baik. Disebabkan karena kontruksi posisi axle dan

beban suspensi dilakukan secara terpisah. Tipe suspensi ini

memanfaatkan pegas koil. Kontruksi axle ini adalah menjadi

tumpuan dua lower control arm, dua upper control arm serta satu

lateral control rod. Selain itu, untuk menopang beban dan

menyerap kejutan hanya digunakan pegas.


Gambar 31. Tipe 4-Link

(Sumber: Tim Toyota (1995)

c.) Tipe Semi - Trailing Arm

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa sistem suspensi

independent yang didesain untuk menaikkkan kekakuan (rigidity)

dengan cara memperhatikan beban dari samping dan memperkecil

perubahan alignment (toe-in. tread dan camber) yang terjadi pada

saat roda bergerak ke atas dan ke bawah. Konstruksinya adalah

sederhana dan tidak banyak memerlukan tempat. Hal ini

disebabkan banyak yang digunakan pada roda belakang mobil

penumpang.
Gambar 32. Tipe Semi - Trailing Arm
(Sumber: Tim Toyota (1995) )

d.) Tipe Double Wishbone

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa pada jenis ini

merupakan dari sistem suspensi independent yang digunakan pada

kendaraan penumpang roda belakang yang penggeraknya pada

roda belakang (rear wheel drive).

Gambar 33. Tipe Double Wishbone


(Sumber: Tim Toyota (1995) )

e.) Tipe Strut Dual-Link


Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa suspensi tipe ini

digunakan pada kendaraan yang mesinnya di depan dan

penggerak roda depan. Dan suspensi ini merupakan salah satu tipe

suspensi strut.

Gambar 34. Tipe Strut Dual-Link


(Sumber: Tim Toyota (1995)

f.) Tipe Trailing Arm Dengan Twist Beam

Tim Toyota (1995) menjelaskan bahwa suspensi rigid ini

digunakan pada mobil kecil dengan penggerak roda depan.

Gambar 35 Tipe Trailing Arm Dengan Twist Beam


(Sumber: Tim Toyota (1995) )

e. Cara Kerja System Suspensi


Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa cara kerja sistem

suspensi ketika kendaraan melewati jalan yang bergelombang,

maka kejutan yang dialami oleh kendaraan akan diteruskan ke

lower arm dan upper arm, kemudian gaya akan di tahan oleh

pegas dan mengakibatkan terjadinya memegas dan terkompresi,

kemudian gaya pemegasan tersebut akan diperhalus dengan

adanya shock absorber. Sehingga tidak menimbulkan oksilasi

yang berlebihan. Hal ini menyebabkan roda tetap menapak pada

jalan.

f. Perawatan Pada Sistem Suspensi


Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa agar getaran

kendaraan bisa diserap dengan baik sehingga keseimbangan

kendaraan bisa terjaga saat kendaraan melewati jalan yang

bergelombang, maka perlu ada perawatan yang harus

diperhatikan. Perawatan yang dilakukan pada sistem suspensi

sebagai berikut:

1. Bearing

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa

bearing(bantalan) perlu adanya pemeriksaan. Mengidentifikasi

kerusakan pada bearing adalah dengan mendengarkan bunyi atau

merasakan getran yang ditimbulkan pada ban depan kendaran saat

melewati jalan yang lurus. Hal ini bisa diamati dengan

memperhatikam putaran roda. Agar memudahkan dalam proses


identifikasi, dongkrak roda dan perhatikan putaran roda, jika

terlihat timbul getaran dan tidak stabil atau timbul gemuruh

berarti bearing rusak dan harus diganti dengan yang baru

Gambar 36. Bearing


(Sumber: Buntarto, dkk (2002)

2. Sokbreaker

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa sokbreaker bisa

terjadi bocor jika mendapatkan beban yang berlebihan. Cara

mendeteksi kerusakannya adalah dengan melemahnya ayunan

suspense ketika kendaraan melintasi jalan yang bergelombang.

Selain itu, kebocoran juga dapat diketahui jika ada oli yang

menetes.
Gambar 37. Sokbreaker
(Sumber: Buntarto, dkk (2002))
3. Ball Joint

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa ball joint

berfungsi untuk mengubah sudut roda yang ditimbulkan gerakan

suspense atau kemudi. Ciri kerusakan pada ball joint adalah jika

arah kendaraan bergerak meskipun kemudi tidak digerakkan, hal

ini disebabkan ketika kendaraan melewati gundukkan. Selain itu,

memungkinkan akan menimbulkan suara gemuruh. Cara

perabikannya adalah dengan cara di press dan komponen yang

rusak atau aus perlu diganti.

Gambar 38. Ball Joint


(Sumber: Buntarto, dkk (2002))
4. Tie rod end

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa tie rod end

memiliki fungsi untuk mengatur sudut roda dari lingkar. Kendala

yang dialami adalah berubahnya sudut roda depan jika sering

berkendara melewati jalan yang bergelombang. Ciri kerusakan


dan dara mengatasinya adalah seperti kerusakan pada komponen

ball joint.

Gambar 39. Tie rod end


(Sumber: Buntarto, dkk (2002))
5. Karet bushing

Buntarto, dkk (2002) menjelaskan bahwa karet bushing yagn sering bekerja optimal membuat

usia pakainya menjadi tidak lama. Ciri kerusakannya adalah jika timbul bunyi “kriet” atau karet

mulai mengalami pecah. Namun bunyi bisa hilang jika karet bushing dalam kondisi basah. Akibatnya

ketepatan putar kemudi menjadi turun drastic dan kendaraan terasa limbung meskipun telah

dilakukan FWA pada kendaraan.

Gambar 40. Karet bushing

(Sumber: Buntarto, dkk (2002))


BAB IV
ANALISA

1.1 langkah dan prosedur kegiatan harian


Pengecekan Suspensi
Suspensi adalah bagian yang bekerja ekstra untuk memberikan kenyamanan berkendara pada mobil, apalagi di
jalanan yang berlubang, bergelombang, atau tidak rata. Kita bisa melihat apakah ada kebocoran oli di sekitar
suspensi, jika ada segera bawa ke bengkel untuk dilakukan penanganan pertama.

1.2 Jenis kerusakan pada sistem suspensi


1. Oli Shock Breaker Bocor
2. Bantalan Per Mobil Menipis
3. Ball Joint dan tie rod Rusak
4. Bantalan Control Arm Rusak

1.3 Cara mengatasi kerusakan


1.3.1 Prosedur pembongkaran suspensi

 Angkat mobil (bagian bodi) dengan dongkrak atau lift.

 Lepas roda depan.


 Lepas kaliper rem dan ikat dengan kawat pada bodi
 Lepas pipa rem, bila perlu Lepas ball joint tie – rod dari lengan nakel kemudi
 Lepas pin pengunci dan mur poros penggerak
 Lepas mur pengikat ball joint lengan bawah
 Beri tanda pemasangan pada pemegang nakel kemudi dengan eksenter penyetel camber

 Lepas kedua baut pengikat nakel kemudi

 Lepas nakel kemudi dari poros penggerak, (ikat dengan kawat poros penggerak pada bodi).
 Lepas ketiga mur pengikat peredam getaran pada bodi
 Lepas unit peredam getaran
 Jepit unit peredam getaran pada ragum
Terlebih dulu pasang baut dan dua mur diantara pemegang nakel kemudi.

 Tekan pegas koil dengan alat pengetes sampai karet penahan bebas
 Lepas mur pengikat naf suspensi dari poros peredam getaran.

Gunakan alat khusus pemegang dudukan pegas koil, agar mur pengikat tidak ikut berputar bersama – sama poros

 Lepas naf suspensi, dudukan pegas, karet penahan dan bemper.


 Perhatikan posisi dan susunannya komponen tersebut.
 Lepas pegas koil bersam – sama alat pengepres
 Periksa peredam getaran lihat J.S 62 20 25 25

– Bila peredam getaran bocor atua rusak, jangan memperbaiki dengan mengisi cairan lagi

– Ganti peredam getaran yang bocor dengan satu unit peredam getaran baru.

– Peredam getaran berisi gas

Hindarkan batang torak yang terentang dari benturan atau kotoran, agar batang torak selalu bersih dan tidak lecet

1.3.2 Langkah perbaikan/penggantian


1. Oli Shock Breaker Bocor
 Bila shockbreakernya hanya mengalami masalah pada sealnya, maka Anda bisa hanya mengganti sealnya saja
dan tentunya juga Anda mengganti oli shockbreakernya untuk mengantisipasi oli shock breakernya yang
kotor atau kuantitas yang telah berkurang.
 Saat Anda melakukan pengisian oli shock breaker perhatikan kuantitasnya. Sesuaikan jumlah oli shock
breaker yang Anda isikan dengan spesifikasinya. Anda dapat mengukur jumlah oli shock breaker yang akan
diisi dengan menggunakan gelas ukur. Shock breakerkanan dan kiri harus diisi oli dengan jumlah yang sama.
 Namun jika dinding tabung shockbreaker sudah mengalami goresan maka langkah yang paling tepat yang
bisa Anda lakukan ialah dengan mengganti shock breakerdengan yang baru. Jika Anda paksakan dengan tidak
mengganti maka kinerja shock breaker tidak akan bekerja dengan maksimal.
1. Bantalan Per Mobil Menipis
Apabila karet per sudah mengalami penipisan atau sudah rusak biasanya di beri karet tambahan,
tetapi karet tambahan biasanya tidak akan tahan lama, sebaik nya mengganti karet per dengan karet
asli dari produk mobil itu sendiri.

2. Ball Joint dan tie rod rusak


Lepas terlebih dahulu ball joint atau tie rod kemudian buka karet yg ada di ball joint dan tie rod,
pukul bagian belakang ball joint atau tie rod sampas seret dan pasang seperti semula.

3. Bantalan Control ARM rusak


Apabila terjadi kerusakan pada bantalan lower Arm maka sebaiknya diganti apabila tidak di ganti
maka akan mengalami bunyi pada saat pengereman atau ak

1.3.3 langkah perakitan

 Langkah pemasangan kebalikan dari pembongkaran


 Perhatikan, susunan pemasangan bantalan karet stabilisator

1. Batang stabilisator
2. Baut penahan
3. Lengan Suspensi
4. Bantalan karet
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan ada pun kesimpulan antara lain:
Sistem suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada
kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara.

5.2 saran
Untuk lebih memahami /menambah wawasan pengetahuan materi tentang suspense carilah sebanyak-banyaknya
baik dari buku-buku maupun sumberbaca dari jejaring sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Buntarto, dkk. 2002. Perawatan dan Perbaikan Sistem suspensi


mobil.Yogyakarta:PustakaBaruPress
Hidayat, T. 2012. Analisa Kegagalan Pegas Daun (Leaf Spring) Pada Toyota
Kijang Kapsul 7k-Ei Tahun 2000. Jurnal Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Muria Kudus
Susatio, Y., dan Biyanto, T.R. 2006. Perancangan Sistem Suspensi Aktif
pada Kendaraan Roda Empat Menggunakan Pengendali Jenis Robust
Proporsional, Integral dan Derivatif.Jurnal Teknik Mesin, 8 (2)
pp.44- 48
Tim Toyota .1995.new step 1:training manual.Jakarta:Penerbit
Usman, M.K., dan Syarifudin. 2016. Rancang Bangun Suspensi Belakang
Tipe Swing Arm Pada Mobil Listrik Tuxuci 2.0 Politeknik Harapan
Bersama.Nozzle:Journal Mechanical Engineering,5(2)
Wang, G., Chadli, M., Chen, H. and Zhou, Z., 2018. Event-triggered
control for active vehicle suspension systems with network-
induced delays. Journal of the Franklin Institute, 356(1), pp.147

Anda mungkin juga menyukai