IAIN PALOPO
DISUSUN OLEH:
Dosen Pengampu:
Drs, H, M. Ali Nurdin, M.Pd.I.
Kelas/Semester : VII/Gasal
A. Kompetensi Inti
KI 1: Mengharagai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Mengharagai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3: Memahani dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4: Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai,memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang di pelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
D. Materi Pembelajaran
1. Tauhid (pengertian tauhid menurut bahasa dan secara istilah)
2. Tauhid Rububiyyah (pengertian tauhid rububiyyah menurut bahasa dan secara
istilah)
3. Tauhid Uluhiyyah (pengertian tauhid uluhiyyah menurut bahasa dan secara
istilah)
4. Isi kandungan QS surah Al-Fatihah, QS an-Nas, QS al-Falaq, dan QS al-Ikhlas
E. Model Pembelajaran
Pendekatan: saintifik
Metode: Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
F. Media Pembelajaran:
-Buku
-Papan tulis
G. Sumber Belajar
-Buku LKS al-Qur’an Hadist Kelas VII MTS
-Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya
-Internet
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
NO KEGIATAN WAKTU
1. Pendahuluan 10
a. Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam Menit
dan berdoa sebelum belajar
b. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa
c. Menanyakan kabar siswa
d. Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan tentang materi yang akan
diajarkan
2. Kegiatan Inti
1. Peserta didik secara berpasangan dengan teman
sebangkuhnya mengamati gambar bacaan LKS (hal 22-
23)
2. Guru menjelaskan kepada siswa tentang ap aitu tauhi
rububiyyah dan tauhid uluhiyyah
3. Peserta didik mencari informasi tentang pengertia-
pengertian tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
4. Peserta didik mendiskusikan dan bertukar pikiran 60
dengan teman sebangkunya maupun yang lain Menit
5. Peserta didik secara individu merumuskan hasil
pemahaman dan pengamatannya tentang pengertian
tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
6. Peserta didik secara bergantian menjelaskan pengertian
tauhid rububiyyah dan uluhiyyah, sampai sebagian
besar peserta didik mempunyai jawaban yang hamper
sama
7. Perwakilan dari salah satu peserta didik menyimpulkan
tentang pengertian tauhid rububiyyaah dan uluhiyyah
3. Penutup
a. Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru sebagai
evaluasi dari hasil pembelajaraan secara lisan
b. Peserta didik merefleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk
memperbaiki pembelajaran selanjutnya 10
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan Menit
memberikan tugas individu bagi peserta didik
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
e. Mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdalah
dan mengingatkan untuk selalu rajin belajar, agar
mendapatkan ilmu yang bermanfaat
I. Penilaian
1. Sikap Spiritual
c. Kisi-kisi:
NO. Sikap/Nilai Butir Instrumen
2. Sikap Sosial
c. Kisi-kisi
3. Pengetahuan
c. Kisi-kisi
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madarasah Guru Al-Qur’an Hadist
Tauhid adalah fondasi ajaran Islam yang paling mendasar. Mengesakan Allah SWT
dan beribadah hanya kepada-Nya merupakan akidah asasi bagi setiap muslim. Tauhid
menjadi pengikat hati dan pikiran hamba kepada Allah SWT, sekaligus sebagai dasar
orientasi hamba dalam beribadah, beramal dan bermuamalah.
Secara bahasa, Tauhid Rububiyah merupakan bentukan dari dua kata, yaitu Tauhid dan
Rububiyah. Tauhid berasal dari Bahasa Arab, “Tauhidan”, “Yuwahhidu”, dan “Wahhada”
yang berarti mengesakan.
Menurut istilah, Tauhid Rububiyah berarti mengesakan Allah, mengimani bahwa Allah
SWT itu Maha Esa; tiada Tuhan selain-Nya; tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah tidak diduakan
dan tidak pula memiliki mitra setara dengan-Nya. Allah itu tidak melahirkan atau tidak
mempunyai istri; dan tidak pula dilahirkan atau mempunyai ayah. Allah itu benar-benar unik,
tidak ada yang sesuatu pun yang setara dengan-Nya, sebagaimana telah disebutkan dalam Qs.
Al-Ikhlas: 1-4
Tauhid juga mengandung arti Menyatukan, bahwa setiap muslim harus menyatukan hati
dan pikirannya dalam beribadah hanya kepada-Nya, karena menyadari dan memahami
sepenuh hati bahwa tujuan hidup yang ditetapkan-Nya adalah beribadah, menyembah, dan
mendedikasikan dirinya kepada-Nya, bukan kepada makhluk, sebagaimana telah disebutkan
dalam Qs. Al-Dzariyat/51: 56. Menyatukan, disini juga berarti menyatukan orientasi
kehidupan, dengan meniati segala aktivitas hidup setiap muslim secara ikhlas semata-mata
karena mengharap ridha Allah SWT, sebagaimana telah disebutkan dalam Qs. Al-An’am/6:
162-163.
Menurut bahasa, kata “Uluhiyyah” berarti sembahan, persembahan. Secara istilah, dapat
dimaknai Tauhid Uluhiyyah sebagai kepercayaan bahwa hanya Allah sembahan yang benar
(Tuhan yang pantas disembah).
Dengan demikian, Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan dzat Allah SwT melalui sikap
dan perbuatan hamba dengan hanya beribadah kepada-Nya, karena yang paling berhak
diibadahi, dimintai pertolongan adalah Allah yang Maha Esa. Implikasi dari tauhid
(mengesakan dan menyatukan) adalah bahwa ibadah mukmin harus disatukan niat dan
tujuannya murni (ikhlas) karena Allah, bukan karena mengharap pujian dari makhluk, dan
bukan pula karena pencitraan (riya’).
Jika tauhid rububiyyah berkaitan dengan pengesaan Allah dari segi perbuatan dan sifat-
Nya, maka tauhid uluhiyyah berkaitan langsung dengan pengesaan dan penghambaan Dzat
Allah yang tidak berbilang, Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada pula yang
menyamai- Nya.
Tauhid uluhiyyah yang murni menjadi syarat pengampunan dosa-dosa hamba. Artinya,
sebesar apa pun dosa hamba, selama tidak menyekutukan Allah (syirik), peluang untuk
memperoleh ampunan dari Allah SwT sangat terbuka. Sebaliknya, orang yang melakukan
syirik, dosanya tidak akan diampuni oleh-Nya, karena syirik merupakan dosa terbesar yang
berkaitan “perselingkuhan teologis” terhadap dzat-Nya secara langsung.
Jadi, keimanan dan keyakinan terhadap keesaan Allah, baik dari dzat, perbuatan dan sifat-
Nya, merupakan pangkal segala kebaikan sekaligus merupakan kunci pembuka surga. Nabi
saw bersabda: “Barangsiapa yang akhir perkataannya la ilaha illa Allah, maka dia akan masuk
surga” (HR Muslim).
Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah satu nama lain al-Qur’an. Mengapa
demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari al-Qur’an. Abul
Hasan al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk al-Qur’an, karena ayat-ayat
alQur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.
Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah mencakup makna-makna yang dikandung oleh
asmaa’ul Husna. Semua rincian yang terdapat dalam al-Qur’an yang menyangkut Allah
bersumber dari ketiga ayat pertama itu. Ajaran tauhid yang terkandung dalam ketiga ayat
pertama tersebut adalah asma dan sifat, artinya kita meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat
keutamaan sebagaimana yang tersirat pada ayat-ayat tersebut yang mengandung arti pula bahwa
Allah dengan segala keutamaanya (ayat 1), telah mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada
kita, menciptakan dan mengatur alam semesta untuk kita. Dialah sang penguasa alam (ayat 2)
sehingga hendaknya kita mengakui dan meyakininya dan memuji kebesarannya yang telah
menciptakan kita semua.
Firman-Nya dalam ayat 5 yang artinya “Yang menguasai di hari Pembalasan”
mengandung dua makna yaitu, 1) bahwasanya Allah yang menetukan dan Dia pula satu-satunya
yang mengetahui kapan tibanya hari itu. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui hal
tersebut 2) Allah menguasai segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu.
Maka jangan bertindak atau bersikap menentangnya, bahkan berbicarapun harus dengan
izinnya.
Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara makhluk dengan Khalik terinci dalam
firmannya “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. ada kupasan menarik dari mufassir M. Quraish
Syhihab dalam tafsir al-Misbah bahwasannya kata “kami” yang digunakan pada ayat ini
mengandung beberapa pesan: Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan.
Seorang muslim harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain
seorang muslim harus memiliki kesadaran sosial Kedua, ibadah hendaknya dilakukan bersama-
sama. Karena jika kita melakukannya bersama-sama, orang lain yang bersama kita akan
menutupi kekurangan kita. Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim” mencakup segala yang
meliputi urusan makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh untuk meraih rahmat-Nya serta
mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan
kita arah tujuan yang benar.
2. Tafsir QS an-Nas
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya
kepada Allah Swt. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah
pengaturan dan kekuasaan-Nya. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya saw. Dan tiada
yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya. pula.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada )١( قُ ۡل َأعُو ُذ ِب َر ِ ّب ٱلۡ َفلَ ِق
Tuha yang menguasai subuh”
2. Dari kejahatan makhluknya )٢( ِمن رَش ّ ِ َما َخلَ َق
3. Dan dari kejahatan malam apabila )٣( َو ِمن رَش ّ ِ غَ ِاس ٍق َذا َوقَ َب
telah gelap gulita ِإ
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita )٤( َو ِمن رَش ّ ِ ٱلنَّفَّٰ ثَٰ ِت يِف لۡ ُع َق ِد
ٱ
ukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan pendengki bila ia )٥( ََو ِمن رَش ّ ِ َح ِاس ٍد َذا َح َسد
dengki ِإ
Penjelasan ayat
Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai arti al-Falaq. Namun Imam Bukhari
dalam shahihnya mengartikan Al-Falaq dengan subuh. Dalam surat ini dijelaskan beberapa
kejahatan yang mengintai manusia. yang oleh karenanya kita diperintahkan untuk meminta
perlindungan kepada Allah Swt., sang penguasa alam.
Pada ayat 2 yang berarti “dari kejahatan makhluk-Nya” mengandung pengertian bahwa
makhluk Allah baik dari manusia, binatang atau makhluk lainnya dengan segala yang
dilakukannya terkadang menimbulkan bahaya bagi manusia. selain itu ada hal lain yang perlu
diwaspadai manusia yaitu malam dengan segala misteri di dalamnya.
Dalam ayat 4 dijelaskan adanya kejahatan sihir yang menggunakan kekuatan setan
untuk mengganggu manusia. Imam Ahmad dengan sanadnya menyatakan bahwa Zaid bin
Arqam berkata “Rasululllah Saw. pernah disihir oleh salah seorang pemuda Yahudi. Dan
selama beberapa hari beliau mengadukan hal itu. Lalu beliau mengatakan ‘lalu datanglah
Jibril dan mengatakan “salah seorang Yahudi telah menyihirmu dan telah membuatkan ikatan
untukmu di sumur ini dan ini. Perintahkanlah kepada seseorang untuk pergi ke sana, lalu iapun
mengeluarkannya. Kemudian dibawa kepada Nabi dan beliau pun melepaskan ikatannya.
Kemudian beliau berdiri, seolah-olah beliau telah bebas dari belenggu. Namun hal tersebut
tidak diberitahukan kepada orang Yahudi dan beliau tidak pernah melihat waMahnya lagi
hingga mati.” Dan masih banyak lagi riwayat yang menerangkan adanya sihir yang menimpa
Nabi Muhammad Saw.
Kejahatan sebagaimana dijelaskan di surat ini, semakin nyata keberadaannya. Ini tidak
hanya mengintai orang-orang dewasa, namun kita sebagai pelajar, kejahatan-kejahatan itu juga
dekat dengan keseharian kita. Bayangkan, alangkah tenang kehidupan kita jika kita senantiasa
menyandarkan seluruh aktivitas kita baik kegiatan belajar kita, membantu orang tua, bermain
dengan teman, berolah raga hanya kepada Allah Swt. Dan insyaAllah perlindungan Allah akan
senantiasa kita rasakan dan dekat dengan kita.
Nama kelompok :
Nama anggota : 1. …………………… 5. ………………….
2. …………………… 6. …………………..
3. …………………… 7. …………………..
4. …………………… 8. …………………..
Kelas :
Materi pelajaran : Tauhid
Tujuan: 1. Peserta didik dapat menunjukkan keyakinan tentang keesaan Allah
2. Peserta didik dapat menunjukkan sikap rajin beribadah
3. Peserta didik dapat menunjukkan sikap sungguh-sungguh ketika berdoa
4. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian tauhid rububiyyah
5. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian tauhid uluhiyyah
6. Peserta didik mampu memahami isi kandungan QS surah Al-Fatihah, QS
an-Nas, QS al-Falaq, dan QS al-Ikhlas
Petunjuk: 1. Peserta didik diminta mengumpulkan informasi yang relevan terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan dari berbagai sumber, misalnya buku
dan internet
2. Peserta didik mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang ada
3. Peserta didik mengisi pertanyaan yang telah diberikan
4. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil yang telah
didapatkan
SOAL
1. Dengan berkelompok, cobalah temukan peristiwa-peristiwa yang dialami
seseorang yang menyimpang dari isi kandungan QS An-Nas dan QS Al-Falaq
2. Cetaklah/guntinglah berita nyata yang kalian peroleh pada tempat berikut,
jangan lupa menyertakan sumbernya
3. Diskusikan bersama kelompokmu. apa penyebab penyimpangan-
penyimpangan tersebut dan bagaimana solusinya
Berita yang diperoleh tempel disini