Anda di halaman 1dari 7

PERSEPSI PESERTA TENTANG KEMUDAHAN PENGGUNAAN

LMS MOODLE PADA PELATIHAN JARAK JAUH PENDIDIKAN


INKLUSI DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PADANG
Abstrak
Balai Diklat Keagamaan Padang telah melaksanakan Pelatihan Jarak Jauh dengan menggunakan LMS
Moodle sejak tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peserta terhadap
kemudahan penggunaan LMS Moodle pada peserta Pelatihan Inklusi dengan menggunakan statistik
deskriptif dan derajat pencapaian. Subyek penelitian adalah 30 Orang peserta Pelatihan Jarak Jauh
Pendidikan Inklusi. Data-data kuantitaf dalam penelitian ini didapatkan dengan cara penilaian kuisioner
dengan menggunakan rumus derajat pencapaian angket. Hasil penelitian persepsi peserta tentang
kemudahan penggunaan LMS Moodle secara keseluruhan adalah 78,83 % sehingga dapat
dikategorikan dalam kategori cukup mudah. Yang diukur dari indikator : kemudahan dalam belajar
menggunakan LMS Moodle, kemudahan dalam mendapatkan apa yang diinginkan dalam LMS Moodle,
penggunaan LMS Moodle tidak banyak membutuhkan pemikiran dan LMS Moodle mudah dimengerti
dan digunakan.

Kata Kunci: evaluasi pelatihan jarak jauh, evaluasi pasca pelatihan, pelatihan daring

Abstract
[PARTICIPANTS' PERCEPTIONS ABOUT EASY TO USE THE MOODLE LMS IN INCLUSIVE
EDUCATION INCLUDED DISTANCE TRAINING AT PADANG RELIGIOUS TRAINING
CENTER] Padang Religious Education and Training Center has conducted Distance Training using
the Moodle LMS since 2019. This study aims to determine the participants' perceptions of the ease of
using Moodle LMS among Inclusive Training participants by using descriptive statistics and degrees of
achievement. The research subjects were 30 participants of the Inclusive Education Distance Training.
The quantitative data in this study were obtained by means of a questionnaire assessment using the
formula for the degree of achievement of the questionnaire. The results of the research on participants'
perceptions of the ease of use of the Moodle LMS as a whole was 78.83% so that it could be
categorized in the fairly easy category. What was measured by indicators: ease of learning to use
Moodle LMS, ease of getting what you want in Moodle LMS, using Moodle LMS does not require much
thought and Moodle LMS is easy to understand and use.
Keywords: distance training evaluation, post training evaluation, online training

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

Penulis I dkk (Judul pendek) 1


PENDAHULUAN kemudahan penggunaan (ease of use)
sebagai suatu tingkatan dimana seseorang
Setelah Pandemi Covid 19, paradigma percaya bahwa teknologi dapat dengan
pembelajaran mulai bergeser ke arah mudah dipahami dan mudah digunakan.
distance learning dengan menggunakan Menurut Jogiyanto (2008) kemudahan
media pembelajaran salah satunya adalah didefinisikan sebagai sejauh mana seorang
LMS. Penggunaan LMS Moodle (Learning percaya bahwa menggunakan suatu
Management System - Modular Object- teknologi akan bebas dari usaha.
Oriented Dynamic Learning Environment) Kemudahan penggunaan adalah mudah
sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dipelajari, mudah dipahami, simple dan
dari Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) di Balai mudah pengoperasiannya. Kemudahan
Pendidikan Pelatihan Keagamaan Padang. penggunaan didefinisikan sebagai suatu
Dengan menggunakan Moodle 4.0 seluruh tingkat kepercayaan individu bahwa dengan
kegiatan pelatihan telah terakomodir mulai menggunakan teknologi akan membawa
dari proses pendaftaran, pelaksanaan dan mereka terbebas dari usaha secara fisik dan
evaluasi pelatihan. Pembelajaran dalam mental (Gardner & Amoroso, 2004).
jaringan (daring) telah menjadi sesuatu Sedangkan Goodwin (1987) dan Silver
yang baru namun menjadi keharusan di (1988) menyatakan bahwa intensitas
Indonesia. Hartanto (2016) menyatakan penggunaan dan interaksi antara pengguna
dunia pendidikan di Indonesia semakin (user) dengan sistem juga dapat
mengalami perkembangan yang signifikan. menunjukkan kemudahan penggunaan.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat Kemudahan penggunaan diartikan sebagai
juga berpengaruh dalam perkembangan tingkat dimana seseorang percaya bahwa
teknologi pendidikan. Proses pembelajaran menggunakan sistem tidak diperlukan
saat ini, multimedia mulai banyak usaha apapun, Setyowati & Respati 2017).
digunakan sebagai media pembelajaran Persepsi kemudahan dalam jurnal ini
untuk membantu guru menyampaikan mengadaptasi teknologi pembelajaran
materi yang ingin disampaikan, Susiati & sebagai teknologi informasi sehingga
Oktaviana (2018). didefinisikan sebagai kepercayaan grup
Selama penggunaan dari LMS pengguna bahwa mereka akan
dirasakan beberapa kendala oleh peserta menggunakan teknologi pembelajaran jika
terkait dengan penggunaan LMS. Observasi teknologi tersebut mudah dipahami dan
awal terhadap beberapa pengguna digunakan. Terkait dengan LMS seperti
menunjukkan dalam penerap annya LMS yang dikemukakan oleh Štuikys et al.
Moodle mengalami beberapa kendala, (2006) para siswa harus dapat mempelajari
antara lain, masih ada pengguna yang fitur-fiturnya dengan mudah dan sesuai
bermasalah dan kesulitan menggunakan dengan waktu disediakan di LMS.
aplikasi. Keadaan ini seperti yang Berdasarkan hal tersebut indikator
diungkapkan oleh Yunastiti & Baridwan kemudahan penggunaan dirumuskan
(2013) yaitu pengguna yang terbiasa secara sebagai berikut: Kemudahan dalam belajar
manual sulit beradaptasi dengan sistem menggunakan LMS Moodle, kemudahan
terkomputerisasi. dalam mendapatkan apa yang diinginkan
Pengembangan dan pilihan aplikasi dalam LMS Moodle, penggunaan LMS
platform LMS ke depan akan menjadi hal Moodle tidak banyak membutuhkan
yang sangat penting karena ke depan pemikiran, LMS Moodle mudah dimengerti
sangat mungkin LMS akan menggantikan dan digunakan.
sistem belajar yang selama ini memiliki Ellis (2009) menjelaskan bahwa LMS
keterbatasan ruang dan waktu. Salah satu adalah perangkat lunak untuk
faktor yang sangat menentukan untuk administrasi, membuat catatan, menemukan
pengembangan LMS ini adalah faktor dokumen, melaporkan suatu kegiatan,
kemudahan. menyediakan materi pelatihan untuk
Terkait kemudahan penggunaan kegiatan belajar mengajar online yang
teknologi Davis (1989) mendefinisikan terhubung ke internet. LMS digunakan
untuk membuat materi e-learning pada web an pelatihan (diklat) bagi tenaga t
dan mengelola aktivitas dan hasil eknis Pendidikan. Berdasarkan hal t
pembelajaran. LMS sering disebut sebagai ersebut pelaksanaan diklat yang ses
platform pembelajaran online atau uai untuk meningkatkan kompetensi g
Learning Content Management System uru dalam mengelola proses pembelaj
(LCMS). Pada dasarnya, LMS adalah aran salah satunya adalah Pelatihan
aplikasi yang mengotomatisasi dan Jarak Jauh Pendidikan Inklusi. Pela
memvirtualisasikan proses belajar mengajar tihan Jarak Jauh dilaksanakan oleh
secara elektronik, di dalam LMS juga BDK Padang dalam upaya meningkatkan
terdapat fitur-fitur yang dapat memenuhi kompetensi guru dalam mengelola dan
kebutuhan belajar pengguna. Singkatnya melakukan manajemen proses belajar-
LMS adalah aplikasi e-learning berbasis mengajar secara daring. Seperti yan
web yang memungkinkan pengguna g dikemukakan Khayati & Sarjana (20
mengelola seluruh konten di dalamnya. 15), diklat memiliki kontribusi ter
Platform LMS menjadi sangat dibutuhkan hadap peningkatan kompetensi. Guru
karena memfasilitasi pembelajaran secara yang kompeten adalah guru yang memi
online, tersedia secara gratis dan tidak liki kapasitas untuk mengelola prog
terikat oleh ruang dan waktu. Beberapa ram belajar mengajar dan berhasil m
elaksanakan proses belajar mengajar
aplikasi LMS yang digunakan secara luas
PJJ Inklusif merupakan salah satu
adalah : SEVIMA EdLink, Moodle, Google
upaya untuk meningkatkan kapasitas
Classroom, Edmodo, Schoology dan lain
guru dalam memahami keragaman siswa
sebagainya. Balai Diklat Keagamaan dan meningkatkan kemampuan guru unt
menggunakan platform LMS Moodle yang uk lebih menyesuaikan kurikulum de
memiliki kelebihan sebagai platform open- ngan kebutuhan siswa. Pendidikan In
source yang memungkinkan pengguna bisa klusif ini menunjukkan bagaimana im
menyesuaikan tampilan dan fitur-fitur yang plementasi program layanan pendidik
dibutuhkan. an inklusi di madrasah.
Moodle adalah aplikasi dengan konsep Beberapa penelitian sebelumnya telah
dan mekanisme belajar mengajar dengan meneliti tentang evaluasi terhadap moodle,
menggunakan teknologi informasi yang diantaranya : Maskar, S. & Dewi, P.S.
dikenal dengan konsep pembelajaran (2021) yang membahas pembelajaran
elektronik. Moodle dapat digunakan secara daring dengan Moodle berpengaruh
bebas sebagai produk open source di bawah terhadap peningkatan kompetensi guru pada
lisensi GNU (GNU's Not Unix adalah MA Darur Ridho Al-Irsyad Al Islamiyyah.
sistem operasi komputer yang seluruhnya Dan kemudahan penggunaan terhadap
terdiri dari perangkat lunak bebas). Moodle teknologi : Kurnianingsih & Maharani
dapat diinstal pada komputer dan sistem (2020), bagaimana persepsi manfaat,
operasi mana pun yang dapat menjalankan persepsi kemudahan penggunaan, fitur
PHP dan mendukung database SQL. layanan, serta faktor kepercayaan
Aplikasi Moodle telah digunakan secara berpengaruh terhadap minat penggunaan
luas bahkan tampil lebih aplikatif di gawai teknologi baru, dalam hal ini teknologi e-
yang tentunya lebih banyak digunakan oleh money. Telah banyak penelitian lainnya
pengguna. Balai Diklat Keagamaan Padang yang menguji bahwa penerimaan teknologi
menggunakan Moodle 4.0, karena relatif diukur dari faktor manfaat dan faktor
mudah dikustomisasi dan open-source. kemudahan penggunaan.
Untuk meningkatkan kompetensi gu Sebuah teknologi pembelajaran tidak
ru, berdasarkan Peraturan Menteri A akan berarti apa-apa bila tidak dapat
gama Nomor 15 Tahun 2021 Pasal 2 te menaikkan performa organisasi dan sumber
ntang Organisasi dan Tata Kerja Bal daya manusia yang menerapkan. Pada
ai Diklat Keagamaan Kementerian Aga 1980-an, banyak peneliti mulai fokus pada
ma menyatakan bahwa Balai Diklat Ke bidang interaksi manusia-teknologi dan
agamaan Padang memiliki Tugas dan F mencoba menggabungkannya dengan
ungsi menyelenggarakan pendidikan d psikologi. Beberapa ahli telah menciptakan
banyak teori dan penelitian terkait dengan penelitian. Kemudian peneliti mengolah
adopsi teknologi dalam suatu organisasi. dan menganalisis data angket dengan
Beberapa teori yang banyak digunakan menggunakan metode yang telah
antara lain Technology Acceptance Model ditentukan. Data kuisioner yang sudah
(TAM). Jelas disebutkan bahwa diperoleh diolah, kemudian dilakukan
penggunaan teknologi yang digunakan penyusunan laporan. Peneliti menyusun
dipengaruhi oleh faktor eksternal : manfaat hasil pengolahan data dari kuisioner yang
yang dirasakan dan kemudahan penggunaan telah diisi oleh responden yaitu peserta PJJ
yang dirasakan. LMS Moodle ini sudah Inklusi untuk melihat bagaimana persepsi
jelas manfaatnya maka perlu diteliti peserta terhadap kemudahan penggunaan
bagaimana dengan faktor kemudahan dari LMS Moodle dan kemudian
penggunaannya. Maka untuk mengetahui melaporkan hasil penelitian.
persepsi peserta PJJ Inklusi terhadap Analisis dilakukan dengan
kemudahan penggunaan LMS Moodle menggunakan angka-angka dan
BDK Padang dilakukan penelitian. grafik/gambar serta tabel. Grafik dan tabel
Penelitian ini berupa penelitian dengan mendukung penjelasan-penjelasan yang
menggunakan instrumen dengan pertanyaan ada. Angka-angka dalam analisis ini hanya
terbuka dan pertanyaan tertutup. merupakan hasil perhitungan statistik tanpa
melakukan pengujian seperti uji normalitas
METODE data, karena perhitungan yang digunakan
dalam melihat tingkat kemudahan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penggunaan adalah Derajat atau Tingkat
penelitian kuantitatif dengan metode Pencapaian. Tidak sampai pada pengujian
deskriptif, data-data kuantitaf dalam statistik parametrik yang membutuhkan
penelitian ini didapatkan dengan cara pengujian data sebelumnya. Derajat atau
penilaian kuisioner diolah menggunakan tingkat pencapaian dihitung dengan rumus
rumus derajat pencapaian. Instrumen sebagai berikut:
penelitian ini berupa kuisioner dengan
Google Form. Kuisioner dalam penelitian
ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian I Keterangan:
berupa pertanyaan terbuka yaitu ∑x : skor total tingkat kemudahan
pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas n : jumlah responden
responden seperti nama responden, usia dan
pendidikan terakhir, sedangkan bagian II Derajat Pencapaian dikategorikan sebagai
adalah pertanyaan-pertanyaan tertutup berikut (Sudjana, 1982):
meliputi indikator-indikator kemudahan Tabel 1. Kategori Derajat Pencapaian
penggunaan dari LMS Moodle. No. Derajat Kategori
Responden dalam penelitian ini adalah Pencapaian
seluruh alumni peserta PJJ Pendidikan 1. 90 – 100 Sangat Baik
Inklusi Tahun 2021 berjumlah 30 Orang. 2. 80 – 89 Baik
Kuisioner dibuat dari instrumen dengan 3. 65 – 79 Cukup
menggunakan skala likert. Dengan 4. 55 – 64 Kurang
kategori : 5. 0 – 54 Tidak Baik
1 = sangat tidak setuju (STS)
2 = tidak setuju (TS)
Contoh untuk indikator Kemudahan dalam
3 = netral/tidak pasti (TP)
belajar menggunakan LMS Moodle :
4 = setuju (S)
5 = sangat setuju (SS) ∑x = 122
Selanjutnya instrumen tersebut diuji n = 30
validitas oleh ahli yaitu widyaiswara Skor Tertinggi = 5
Teknologi Informasi dan widyaiswara ∑Item Indikator = 1
Bahasa Indonesia. Peneliti mengumpulkan
kuisioner yang sudah diisi selama
122 Responden cenderung pada skor 4 dan
DP¿ ×100 %=81,33% 5. Derajat pencapaian indikator
(30 ×1 ×5)
diperoleh sebesar 77,33.
HASIL DAN PEMBAHASAN
d. LMS Moodle mudah dimengerti dan
1. Temuan digunakan.
Dari hasil jawaban responden pada Tabel 5. Moodle mudah dimengerti
kuisioner, diperoleh data per indikator dan digunakan
sebagai berikut : Skor Frekuensi %
a. Kemudahan dalam belajar 1 0 0
menggunakan LMS Moodle 2 3 10
Tabel 2. Kemudahan Dalam Belajar 3 4 13,33
Skor Frekuensi % 4 16 53,33
1 0 0 5 7 23,33
2 0 0 sumber : data diolah
3 8 26,67 Kecenderungan responden untuk
4 12 40 memilih dapat dilihat pada persentase skor,
5 10 33,33 skor 4 dan 5. Derajat pencapaian indikator
sumber : data diolah diperoleh sebesar 78,00.

Secara umum kecenderungan peserta Tingkat capaian dari persepsi


PJJ Inklusi untuk memilih dapat dilihat kemudahan penggunaan LMS Moodle pada
pada persentase skor, skor 4 dan 5. peserta PJJ Inklusi secara keseluruhan
Derajat pencapaian indikator diperoleh adalah 78,83. Nilai derajat capaian ini
sebesar 81,33. termasuk pada kategori cukup. Diperoleh
b. Kemudahan dalam mendapatkan apa dari rerata seluruh derajat pencapaian
yang diinginkan dalam LMS Moodle; indikator.
Tabel 3. Kemudahan Mendapat yang
Diinginkan 2. Pembahasan
Skor Frekuensi % Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
1 0 0 bahwa derajat pencapaian masing-masing
2 2 6,67 indikator masuk dalam kategori cukup
mudah. Kecuali pada indikator Kemudahan
3 5 16,67
dalam belajar menggunakan LMS Moodle
4 16 53,33 memperoleh derajat pencapaian pada
5 7 23,33 kategori baik. Tingkat capaian responden
sumber : data diolah untuk persepsi kemudahan penggunaan
Persentase skor paling besar pada skor termasuk dalam kategori cukup dari skor
4 dan 5. Derajat pencapaian indikator ideal. Skor terendah adalah indikator
diperoleh sebesar 78,67. “Penggunaan LMS Moodle tidak banyak
membutuhkan pemikiran”, dapat
c. Penggunaan LMS Moodle tidak disimpulkan bahwa peserta PJJ Inklusi
banyak membutuhkan pemikiran; masih merasa bahwa menggunakan LMS
Tabel 4. Moodle Tidak Banyak Moodle ini membutuhkan pemikiran dan
Membutuhkan Pemikiran masih ada peserta yang bermasalah dan
Skor Frekuensi % kesulitan menggunakan Moodle. Hal ini
1 0 0 didukung penelitian yang menyatakan
2 5 16,67 Pengguna yang terbiasa secara manual sulit
3 3 10 beradaptasi dengan sistem terkomputerisasi
4 13 43,33 (Yunastiti & Baridwan, 2013). Maka
5 9 30 peserta perlu beradaptasi dengan
sumber : data diolah pembiasaan seperti yang disampaikan
Maskar, S. & Dewi, P.S. (2021). Bahwa
guru-guru sudah mulai terbiasa dan merasa baru teknologi pembelajaran harus
moodle sangat membantu dalam proses mempertimbangkan persepsi kemudahan
pembelajaran daring yang akan mendorong penggunaan dari peserta. Secara umum
tingkat penerimaan atau minat penggunaan peserta PJJ Inklusi ini adalah Guru
seperti yang disampaiakan Kurnianingsih Madrasah Ibtidaiyah yang dalam
dan Maharani (2020) menunjuk kan bahwa pembelajaran belum membiasakan dengan
minat penggunaan akan semakin tinggi teknologi. Untuk itu diperlukan
apabila masyarakat merasakan pembimbingan dan pembiasaan bagi
kemudahan dari suatu produk yang penggunaan teknologi pembelajaran baru
digunakan.. dalam hal ini LMS Moodle. Lebih lanjut
Faktor pengguna dalam hal ini peserta perlu dipelajari faktor lain yang
PJJ Inklusi sangat menentukan penerimaan mempengaruhi penerimaan terhadap LMS
dari teknologi pembelajaran baru yaitu Moodle.
LMS Moodle. Penerimaan pengguna
merupakan salah satu indikasi keberhasilan
sebuah teknologi pembelajaran. Paradigma
b. Melaksanakan sosialisasi atau
PENUTUP bimbingan teknis lebih intens mengenai
penerapan LMS Moodle atau teknologi
1. Simpulan pembelajaran baru lainnya;
Berdasarkan hasil pembahasan Tingkat c. Membuat panduan atau manual book
capaian Persepsi Kemudahan Penggunaan yang lengkap sebagai pedoman bagi
Peserta PJJ Inklusi diperoleh sebesar peserta.
78,83. Tingkat capaian responden untuk Selain itu sesuai yang disampaikan
persepsi kemudahan penggunaan termasuk oleh Davis et al. (1989), memberikan saran
dalam kategori cukup dari skor ideal. bahwa penelitian di masa yang akan
Persepsi peserta tentang kemudahan datang perlu melakukan pengujian variabel
penggunaan LMS Moodle pada PJJ eksternal dalam memahami bagaimana
Pendidikan Inklusi di Balai Diklat seseorang bisa menerima atau menolak
Keagamaan Padang termasuk dalam sistem teknologi informasi.
kategori cukup mudah. Tingkat pencapaian
ini bisa dijadikan tolak ukur penerimaan
LMS Moodle oleh peserta PJJ Inklusi.

2. Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian ini
maka dapat direkomendasikan beberapa
hal yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemudahan penggunan dan
penerimaan penerapan LMS Moodle di
Balai Diklat Keagamaan Padang, yaitu:
a. Meningkatkan mekanisme dan
kebijakan yang mendukung tingkat
kemudahan penggunaan Moodle dan
faktor-faktor yang mendasarinya. Perlu
peningkatan koordinasi jajaran
pimpinan dan bagian perencanaan
dengan kantor pusat dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur teknologi
informasi dan penyediaan fasilitas-
fasilitas pendukung sistem informasi
yang mendukung pengembangan LMS
ke depannya;
DAFTAR PUSTAKA

Davis, F. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of Information
technology. MIS quaterly, 13(3): 475-487.
Ellis, Ryann K. (2009) A Field Guide to LMS.
Gardner, C., & Amoroso, D. L. (2004). Development of an Instrument to Measure the Acceptance of
Internet Technology by Consumers, Proceedings of the Proceedings of the 37th Annual Hawaii
International Conference on System Sciences (HICSS'04) - Track 8 - Volume 8: 80260.80263:
IEEE Computer Society.
Goodwin, N. C. (1987). Functionality and usability. Commun. ACM, 30(3): 229-233.
Hartanto, Wiwin. (2016). Penggunaan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, Vol. 10, No. 1, November.
Jogiyanto. (2008). Sistem Informasi Keprilakuan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Khayati, Nur, and Sri Sarjana. (2015). Efikasi Diri Dan Kreativitas Menciptakan Ino
vasi Guru. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 21 (3): 243. https://doi.org/10.2
4832/jpnk.v21i3.189.
Kurnianingsih & Maharani (2020). Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Fitur
Layanan, Dan Kepercayaan Terhadap Minat Penggunaan E - Money Di Jawa Tengah. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Teknologi, Vol.12. No.1.
Maskar, S. & Dewi, P.S. (2021). Peningkatan Kompetensi Guru MA Darur Ridho Al-Irsyad Al
Islamiyyah pada Pembelajaran Daring melalui Moodle. Journal of Technology and Social for
Community Service (JTSCS), Vol(2).
Setyowati & Respati. (2017), Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat, Computer Self
Efficacy, Dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi, JRAK, Volume 13, No. 1
Februari.
Silver, M. S. (1988). User perceptions of decision support system restrictiveness: an experiment. J.
Manage. Inf. Syst., 5(1): 51-65.
Sudjana. (1982). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Susiati, U.D. & Oktaviana, D. (2018). Desain Aplikasi Media Pembelajaran Untuk Membantu
Pemahaman Siswa Tentang Konsep Geometri, Jurnal SAP, Vol. 3, No. 1, Agustus.
Štuikys, V., R. Damaševicius, M. Montvilas, V. Limanauskiene & G. Ziberkas. 2006. Educational
Portal Development Model for Implementing Design for Change. Information Technology and
Control 35(3).
Yunastiti, F. I., & Baridwan, Z. (2013). Penerimaan Individu Terhadap Sistem Informasi Berbasis
Komputer: Pendekatan Modified Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai