Cacat Menetap
Gejala Klinis Penyakit Filariasis
A. Gejala Akut
1. Demam hilang timbul
2. Bengkak pada kelenjar limfe
B. Gejala Kronis
1. Limfedema
2. Hidrokel
3. Kiluria
Dampak Penyakit Filariasis
“ WHO : menyumbang 17%
1. Membutuhkan biaya pengobatan yang tidak dari perkiraan beban global
penyakit menular : biaya
sedikit medis & menghambat
2. Menghambat penderita untuk beraktivitas pembangunan ekonomi
hilangnya produktivitas”
dan bekerja
3. Dapat dikucilkan masyarakat
4. Kemiskinan
Sekitar 1 milyar 36 juta orang
orang tinggal di 72 236 Kab/Kota di 28
mengalami
negara endemis Provinsi di
kecacatan di dunia,
filariasis, 120 juta Indonesia
sedang di Indonesia
penduduk merupakan daerah
sebanyak 9.906 endemis filariasis
terinfeksi
orang
Elephantiasis :
1 Pria Timur Asing
dan 6 Pria
Bumiputera
VALIDASI
ELIMINASI FILARIASIS
Surveilans &
Mapping POPM
Pasca POPM Surveilans Pasca
Eliminasi
≥ 5 tahun ≥ 5 tahun
• DEC
POPM efektif POPM <4 kali
• Albendazole • Ivermectin
• DEC
Untuk Kab/Kota yang gagal
• Albendazole dalam pre-TAS dan TAS
POPM
Untuk komunitas di mana transmisi
lokal masih terjadi saat periode
surveilans pasca validasi
AKSELERASI
ELIMINASI FILARIASIS PERCEPATAN DENGAN POPM IDA
• Sumba Barat Daya (2020)
• Mamuju, Kota Pekalongan, Kota Sorong, Biak (2021)
• Kotawaringin Timur, Bintan, Belitung, Pangkep, Kaimana, Sarmi,
Mimika, Boven Digoel, Asmat, Kota Pekalongan,
Manokwari Selatan (2022)
SASARAN POPMF IDA
Semua penduduk
usia 2 – 70 tahun
• Ivermectin (IVM)
• Diethylcarbamazine Citrate (DEC)
• Albendazole (ALB)
Dosis Pemberian Obat Berdasarkan
Usia dan Tinggi Badan
32
32
141-158 cm 3
sesuai tinggi
> 14 tahun 3 1
badan ≥159 cm 4
• Provinsi dengan kasus tertinggi: Papua (3.629), NTT (1.307), Papua Barat (620)
• Provinsi dengan kasus terendah: Kalimantan Utara (0), Bali (2), Yogyakarta (2)
22
PAKET PERAWATAN MINIMUM
1. Pemberian antibiotik
2. Manajemen simptom /gejala :
- analgesik, anti inflamasi, anti
piretik
- Tindakan suportif : istirahat,
hidrasi, meninggikan posisi
kaki, mendinginkan area yang
mengalami serangan akut
3. Melanjutkan perawatan higiene
Jangan dilakukan ketika SERANGAN AKUT
Jangan gunakan air panas Jangan cuci dengan sikat atau Jangan gosok terlalu keras
bahan yang bisa mengelupas ketika mengeringkan agar
atau merusak kulit tidak merusak kulit
Manajemen Limfadema Skrotum
Legend:
: Prevalensi <5%
: Prevalensi 5%-10%
: Prevalensi >10%
: Belum survei
REGULASI
CACINGAN
• Meningkatkan
pengetahuan • Menjaga • 1 kali dalam • Peningkatan kapasitas
masyarakat kebersihan setahun petugas dalam
• Meningkatkan PHBS • 2 kali dalam Sesuai tata laksana pelaksanaan survei
• Meningkatkan Perilaku
perorangan
• Menjaga setahun untuk kasus di Fasyankes • Penemuan Kasus
Mengkonsumsi Obat Cacingan
Cacing kebersihan kab/kota
Intervensi • Survei Faktor Risiko
• Meningkatkan lingkungan • Survei Prevalensi
Koordinasi Institusi dan Stunting
Lembaga Terkait Cacingan
Pengendalian Penanganan
Promosi Kesehatan POPM Penderita Surveilans Cacingan
Faktor Risiko
POPM CACINGAN
LSM
Easy to change colors, photos
Direktorat Gizi Masyarakat and Text.
Perguruan Tinggi
CACINGAN
Direktorat PromosiContent
Kesehatan Here Direktorat Pondok
Easy to changeMasyarakat
dan Pemberdayaan colors, photos Easy to change colors,
and Text. Pesantren
photos and Text. Kemenag
Kerjasama Kerjsama Lintas
Direktorat Kesehatan Keluarga Lintas Program Sektor terkait
Direktorat Pendidikan
Easy to change colors, photos
Madrasah, Kemenag
Direktorat KesehatanandLingkungan
Text.
Periode 2
Periode 1
Cakupan Tertinggi : Bali 99%, Bengkulu 98% dan Cakupan Tertinggi: Sulteng 100%, Bali 99%, NTB
Lampung 95% 98%
Cakupan Terendah : Papua Barat 14%, Kalbar Cakupan Terendah : Kalbar 26%, Papua 17%
13%, Papua 4% maluku 3%
Tidak POPM Aceh, Kaltara, Sulbar, Sulut dan
Sumbar
CAKUPAN POPM PERIODE 1 – TAHUN 2022
34 PROVINSI DI INDONESIA
Sesuai tingkat
administrasi
MONITORING DAN EVALUASI
46
• Dilakukan secara Aktif dan Pasif
Penemuan Kasus • Aktif : Penjaringan dan Pendekatan
Cacingan keluarga ; Pasif : Laporan Fasyankes