Disusun Oleh :
Kelompok 4
JAKARTA 2022
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
Judul PBL :
“ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI (DARAH TINGGI) DI PUSKESMAS
KECAMATAN KEBON JERUK TAHUN 2022”
Laporan Praktek Belajar Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui untuk melaksanakan sidang
oleh :
Dosen Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Program :
“ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI (DARAH TINGGI) DI PUSKESMAS
KECAMATAN KEBON JERUK TAHUN 2022”
Laporan Praktek Belajar Lapangan ini telah diperiksa dan disahkan oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang mahakuasa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL).
Penyusunan Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Belajar Lapangan (PBL) di
wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk selama 10 hari kerja, yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan bagi penulis.
Di dalam Laporan ini Penulis membutuhkan peran serta bantuan pihak lain dalam
proses penyelesaian Laporan ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Kusuma AP, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul
2. Ibu Aprilita Rina Yanti, M. Biomed., Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
3. Ibu Putri Handayani, SKM., M. K.K.K. selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Esa Unggul
4. Ibu Cut Alia Keumala Muda, SKM., M.K.K.K. selaku pembimbing dalam kampus.
5. Bapak Parlynrap Demak Situmorang, M.P.H selaku Kepala Puskesmas Kebon Jeruk.
10. Kepada kedua orang tua penulis, yang telah memberikan kepercayaan serta dukungan
kepada penulis.
iv
DAFTAR ISI
v
4.7 Gambaran Faktor Genetik ........................................................................................ 31
4.8 Gambaran Prioritas Penyebab Masalah Dari Analisis Faktor Risiko Hipertensi
(Darah Tinggi) di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk ................................................ 32
. ............................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V .................................................................................................................................. 33
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 33
5.1 Faktor Jenis Kelamin ................................................................................................ 33
5.2 Faktor Usia ................................................................................................................. 33
5.3 Faktor Pekerjaan ....................................................................................................... 33
5.4 Faktor Gaya Hidup .................................................................................................... 34
5.5 Faktor Pelayanan Kesehatan..................................................................................... 34
5.6 Faktor Lingkungan .................................................................................................... 35
5.7 Faktor Genetik ........................................................................................................... 35
BAB VI ................................................................................................................................ 38
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 38
6.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 38
6.2 Saran .......................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 40
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 42
1.1 Lampiran Kuesioner.................................................................................................. 42
1.2 Lampiran Dokumentasi ............................................................................................. 44
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Data 10 besar penyakit terbanyak tahun 2020 di Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk
Tabel 1. 2 Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk berdasarkan teori
Hanlon
Tabel 3. 1 Luas Wilayah, Jumlah RT, RW, KK, Penduduk ,dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kelurahan di Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2020
Tabel 4. 1 Gambaran Faktor Jenis Kelamin di wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
Tabel 4. 4 Gambaran Faktor Gaya Hidup Responden di wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk
Tabel 4. 8 Tabel Prioritas penyebab masalah dari analisis faktor risiko Hipertensi (darah
tinggi) di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Menggunakan Metode Hanlon.
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1. 1 Data 10 besar penyakit terbanyak tahun 2020 di Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk
1
Masalah Kesehatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious
origin (Diare dan flu perut) 1356 1334 2690
2
yang akan dipilih oleh kelompok kami dan dilakukan observasi lebih dalam. Penggunaan
metode Hanlon sesuai dengan bentuk data yang kami peroleh yaitu berupa kuesioner.
Pembobotan nilai prioritas masalah kesehatan ini berdasarkan data sekunder dari Puskemas
Kecamatan Kebon Jeruk. Berikut merupakan hasil analisis masalah dengan menggunakan
metode Hanlon Kuantitatif :
Tabel 1. 2 Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk berdasarkan teori
Hanlon
3
Berdasarkan tabel 1.2 Prioritas utama masalah kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk adalah Essential (primary) hypertension dengan Nilai
Prioritas Total (NPT) sebesar 95, prioritas kedua adalah Acute upper respiratory
infection, unspecified dengan nilai sebesar 68, prioritas ketiga adalah Dyspepsia
dengan nilai sebesar 60, prioritas ke empat yaitu Acute nasopharyngitis [common
cold] dengan nilai sebesar 55, prioritas ke lima yaitu Non-insulin-dependent diabetes
mellitus without complications dengan nilai sebesar 45, dan prioritas terakhir yaitu
Myalgia dengan nilai sebesar 21.
Berdasarkan hasil analisa kami, kami menyimpulkan bahwa dalam menetapkan
kriteria kelompok A yaitu, tingkat besaran masalah di Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk di urutan pertama adalah Essential (primary) hypertension. Kami mendapati
bahwa besaran masalah perlu ditinjau berdasarkan besarnya prevalensi kejadian
hipertensi dimana jumlah kasus hipertensi di Kecamatan Kebon Jeruk sejak tahun
2019-2021 menempati posisi 3 teratas dalam Data 10 Besar Penyakit Terbanyak. Pada
Tahun 2019, terdapat 40.912 kasus hipertensi yang terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk.
Pada tahun 2020, terdapat penurunan prevalensi hipertensi sebanyak 46% yakni
22.051 kasus. Pada tahun 2021, hipertensi kembali menjadi peringkat pertama dalam
kasus terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dimana kasus hipertensi
mengalami kenaikan sebesar 6% yaitu 23.592 kasus. Selain itu, besaran masalah juga
perlu ditinjau berdasarkan biaya yang dikeluarkan pihak puskesmas dan juga pasien
saat menempuh pengobatan. Rata-rata total biaya medik langsung pasien hipertensi
tanpa penyakit lain berkisar antara Rp.213.284 sampai Rp.434.632 per bulan, dan
dipengaruhi biaya obat antihipertensi. Biaya hipertensi dengan penyakit lain berkisar
antara Rp.142.516 sampai Rp.927.207, dan dipengaruhi oleh biaya obat antihipertensi,
biaya obat non-antihipertensi serta jumlah penyakit lain. Rata-rata total biaya medik
langsung antara Rp.142.516 sampai Rp.927.207 dengan dipengaruhi oleh biaya obat
dan jumlah penyakit lain. Penderita hipertensi membutuhkan pengobatan seumur
hidup, sehingga dengan jumlah yang harus dibayar tersebut pasti memerlukan biaya
yang sangat besar.
Kemudian dalam penetapan kriteria Kelompok B yaitu tingkat kegawatan
masalah, penyakit hipertensi merupakan penyakit silent killer sehingga banyak
masyarakat yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita hipertensi, khususnya
4
masyarakat dengan rentang usia muda yang tidak menyadari sehingga tidak
melakukan usaha penanganan dan juga hipertensi merupakan penyakit jangka panjang
yang dapat mengakibatkan komplikasi bagi para penderitanya.
Dalam penetapan kriteria kelompok C mengenai kemudahan penanganan
penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga atau jalan kaki. Kemudian penanganan dapat dilakukan dengan makan-
makanan yang memiliki gizi seimbang serta menerapkan gaya hidup sehat dengan cara
tidak merokok,minum alkohol dan lainya.
Dalam penetapan kriteria kelompok D yaitu PEARL faktor, masalah hipertensi
dapat dikendalikan dengan melakukan program penyuluhan kesehatan di Puskesmas
mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM) termasuk penyuluhan mengenai hipertensi.
Dimana program tersebut sudah berjalan, tetapi masih belum menjangkau masyarakat
secara lebih luas. Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk
dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi. Berdasarkan keempat kelompok dalam kriteria tersebut, maka dapat
diketahui Nilai Prioritas Total (NPT) dalam masalah kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Kebon yaitu Essential (primary) hypertension dengan Nilai Prioritas Total
(NPT) sebesar 95.
Saat ini pemerintah memberikan perhatian lebih untuk beban ekonomi kesehatan
penyakit hipertensi yaitu dimasukkannya penyakit hipertensi kepada PROLANIS
(Program Pengelolaan Penyakit Kronis) dalam sistem JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional). Tujuannya adalah pemeliharaan kesehatan peserta BPJS yang menderita
penyakit kronis untuk mencegah timbulnya komplikasi sehingga mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk memiliki kader POSBINDU yang melayani
dalam lingkup Penyakit Tidak Menular, seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan
penyakit tidak menular lainnya. Kader POSBINDU merupakan pihak yang lebih sering
terjun ke masyarakat, dimana dalam memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai
hipertensi dilakukan bersama dengan perwakilan puskesmas. Pelatihan yang dilakukan
kepada kader POSBINDU diadakan setiap tahun untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kader terhadap masyarakat. Namun, secara kualitas dan kuantititasnya kader
POSBINDU masih perlu ditingkatkan lagi, sehingga pemberdayaan kader perlu
dilakukan, serta memberikan penyuluhan dan pelatihan yang dapat meningkatkan
kompetensi setiap kader.
5
1.2 Rumusan Masalah
6
kasus. Kasus hipertensi disebut juga sebagai the silent killer karena jarang
menimbulkan gejala sehingga banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa mereka
telah menderita hipertensi, khususnya masyarakat dengan rentang usia muda yang
tidak menyadari sehingga tidak melakukan usaha penanganan.
Kondisi-kondisi tersebut perlu mendapat perhatian lebih agar prevalensi
hipertensi dapat dikendalikan. Dengan memperhatikan peningkatan angka kejadian
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk serta dampak jangka panjang dari
penyakit hipertensi yang akan menimbulkan komplikasi bahkan mortalitas bagi
penderitanya, maka kami memutuskan untuk menarik rumusan masalah dalam
penelitian kami yaitu “Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk”.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a) Bagi Perguruan Tinggi
1) Menjadi penghubung antara pihak kampus dengan tempat pelaksanaan PBL
2) Dosen selaku pihak Universitas memberikan arahan selama proses PBL dan
membantu mahasiswa dalam pembuatan laporan.
b) Bagi Mahasiswa
7
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa dan menjadi pebelajar yang
mandiri.
2) Membangun kreatifitas mahasiswa dalam berfikir sehingga dapat menemukan ide
baru
3) Meningkatkan kemampuan analisa, sehingga mempermudah pekerjaan yang
dikerjakan dan dapat menjelaskannya kepada orang lain.
c) Bagi Tempat Praktek Belajar Lapangan
1) Memberikan tambahan informasi untuk mengembangkan pelayanan kesehatan
puskesmas pada penderita hipertensi dalam meningkatkan kualitas hidup dan
pelayanan kesehatan khususnya untuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis).
2) Mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai salah satu bahan kepustakaan serta
dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut tentang gambaran kadar kolesterol total
dalam darah pada penderita hipertensi.
3) Membantu untuk melakukan untuk deteksi dini penyakit hipertensi yang ada pada
wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Dimana hiper yang artinya berlebihan dan tensi yang artinya
tekanan atau tegangan, sehingga hipertensi diartikan sebagai gangguan pada sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal
(Musakkar & Djafar, 2021a). Menurut Price dalam (Nurarif A.H., 2016), Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam (Kemenkes, 2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2.1.2 Penyebab
9
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi akibat reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta
tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
b) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah
beberapa bulan berhenti mengunakan oral kontrasepsi.
c) Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung
serta menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
d) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
2.1.3 Klasifikasi
10
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII - 2003
TDS TDD
Kategori
(mmHg) (mmHg)
2.1.4 Gejala
11
5) Penglihatan kabur
6) Rasa sakit di dada
7) Mudah lelah, dll
2.1.5 Pencegahan
2.2 Teori H.L Bloom Pada Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
H.L Bloom mengemukakan konsep paradigma sehat yang mengatakan bahwa
terdapat empat faktor yang berperan dalam mempengaruhi derajat kesehatan yang
mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan.
Keempat faktor tersebut akan saling berkaitan dengan erat untuk mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Bloom meyakini bahwa
perilaku individu memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pelayanan
kesehatan. Sementara faktor genetik hanya berpengaruh sebesar 5%. Faktor perilaku
dan lingkungan merupakan faktor yang sangat besar dalam mendukung kesehatan
manusia. Konsep sehat menurut H.L Bloom memandang pola hidup seseorang secara
holistik dan komprehensif, sehingga masyarakat yang sehat tidak lagi dilihat dari sudut
pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan juga upaya yang
berkesinambungan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan dalam bentuk
upaya preventif (pencegahan) bukannya kuratif (pengobatan) (Endra, 2015).
Berdasarkan konsep tersebut keempat faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi adalah :
12
2.2.1 Faktor Genetik
Genetik merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia dan dibawa sejak
lahir dan tidak dapat dihindari (Endra, 2015). Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang mengidap hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut menderita
hipertensi (Musakkar & Djafar, 2021). Menurut Singh (Jane dkk, 2015) sekitar 30-60%
variasi pada tekanan darah di berbagai individu disebabkan oleh efek faktor genetik.
Anak yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi pada kedua orangtuanya
mempunyai risiko 40-60% mengalami hipertensi ketika beranjak dewasa. Hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai
hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya
pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60% (Suparto, 2010). Faktor genetik yang berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi adalah ras, jenis kelamin, dan riwayat penyakit kardiovaskuler yang
diderita oleh kedua orangtua (Mohani, 2015).
2.2.1.1 Ras
Menurut Koizer (Saputra, 2020), Kajian populasi menunjukkan bahwa tekanan
darah pada masyarakat berkulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan golongan suku
lainnya. Orang berkulit hitam memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah mengurangi
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak,
Weish, 2011).
2.2.1.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2007 maupun 2013,
disebutkan bahwa prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Pada tahun 2013 prevalensi hipertensi pada laki-laki mencapai angka
31,3% sedangkan perempuan mencapai angka 31,9% (Lidyawati, 2014). Perubahan
hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung
memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan resiko wanita untuk terkena
penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010). Wanita sendiri memiliki risiko
dua kali lebih besar setelah menopause dibandingkan dengan wanita sebelum
menopause. Peningkatan resiko tersebut disebabkan karena berkurangnya hormon
estrogen pada wanita setelah mengalami menopause, sehingga menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah (Harrison, 2000)
13
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Kardiovaskuler
Gen mengendalikan setiap aspek dalam sistem kardiovaskular, dari kekuatan
pembuluh darah hingga komunikasi sel dalam jantung. Variasi atau mutasi genetik
dalam satu gen bisa berdampak pada kemungkinan menderita penyakit jantung.
Misalnya mutasi genetik mengubah cara kerja protein tertentu sehingga tubuh
mengolah kolesterol secara berbeda. Akibatnya, arteri lebih mungkin mengalami
penyempitan atau penyumbatan. Mutasi genetik ini diturunkan dari orang tua ke anak
dalam DNA sel telur dan sperma. Kode genetik orang tua disalin ke setiap sel janin
selama perkembangannya dalam kandungan.
14
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau usaha seseorang agar dapat mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatannya adalah bagian dari perilaku hidup sehat. Beberapa
perilaku yang menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain :
a. Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang sangat besar
peranannya dalam meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh nikotin
yang terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin sehingga dapat
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Beberapa pembuluh darah didalam
paru yang menyerap nikotin kemudian mengedarkan ke seluruh aliran darah
lainnya sehingga mengakibatkan terjadi pembuluh darah yang menyempit. Hal
tersebut juga yang dapat menyebabkan jantung bekerja semakin meningkat
untuk memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah yang sempit (Suprihatin, 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi hipertensi yaitu dengan cara menghentikan kebiasaan
prilaku merokok bisa melalui pendekatan psikologi berupa bentuk konsultasi
dan melakukan upaya sendiri untuk berhenti merokok sehingga dapat merubah
kebiasaan perilaku merokok menjadi terhenti (Bustan, 2015).
b. Aktivitas Fisik
Menurut Notoatmodjo (2010), aktivitas fisik merupakan salah satu
wujud dari perilaku sehat yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Aktivitas fisik akan terasa bermanfaat dalam mengatur berat badan
selain itu juga menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah, serta membantu
sistem metabolisme tubuh. Menurut Triyanto (dalam Rina dkk, 2017) secara
teori aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang
yang tidak aktif melakukan kegiatan cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan darah yang membebankan pada dinding arteti
sehingga tahanan perifer yang menyebabkan kenanikan tekanan darah.
Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan
yang akan menyebkan risiko hipertensi meningkat.
15
c. Perilaku Konsumsi Garam
Mengonsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam
sel dan mengganggu keseimbangan cairan. Masuknya cairan ke dalam sel akan
mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa
darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah (Kemenkes,
2018).
d. Stres
Stres yang berlebihan dapat memicu timbulnya hormon adrenalin yang
meningkat sehingga jantung memompa darah lebih cepat dan meningkat (Elsa
dkk, 2019)
e. Perilaku Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena hipertensi karena
alkohol memiliki efek yang sama dengan karbondioksida yang dapat
meningkatkan keasaman darah sehingga darah menjadi kental dan jantung
dipaksa untuk memompa, dan dapat meningkatkan kadar kortisol dalam darah
sehingga aktivitas rennin-angiotensin aldosterone sistem (RAAS) meningkat
dan mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi (Abigail dkk,
2019)
16
nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan
jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, kemudian kelompok kriteria
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya
maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi)
(Symond, 2013).
Metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama (Krisma, Lidya, Oktaviani, Ayu
& Al, 2015):
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktorfaktor
eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki
bobot relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
Penentuan prioritas masalah ditentukan dengan menggunakan 4 kelompok
kriteria, yaitu besarnya masalah (magnitude), tingkat keseriusan masalah
(emergency), kemudahan penanggulangan masalah (causability), faktor yang
menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor) (Fidihama,
2019).
Langkah-langkah dalam melaksanakan metode Hanlon (Symond, 2013):
1) Menetapkan kriteria komponen A – Ukuran/Besarnya masalah
Faktor yang diperlukan dalam menentukan besarnya masalah, misalnya (1)
Besarnya persentasi/prevalensi penduduk yang menderita langsung karena
penyakit tersebut (2) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-
rata perbulan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (3) Besarnya kerugian
yang diderita.
2) Menetapkan kriteria komponen B – Tingkat keseriusan masalah
Menentukan tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini
kelompok menentukan tingkat kegawatan misalnya dengan melihat faktor-faktor
berikut ini: (a) Tingkat urgensinya (b) Kecenderungannya (c) Tingkat
keganasannya. Berdasarkan 3 faktor ini anggota menentukan nilai dengan skala 0-
10.
3) Menetapkan kriteria komponen C – Kemudahan Penanggulangan
Pada kriteria ini diberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan
kemudahan penanggulangan masing-masing masalah. Angka 1 berarti bahwa
17
masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa masalah tersebut
mudah dipecahkan. Kelompok menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan
tersedianya sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kriteria
sebagai berikut : (l) amat sulit (2) sulit (3) cukup sulit/cukup mudah (4) mudah (5)
sangat mudah.
4) Menetapkan kriteria komponen D – PEARL faktor
Kelompok kriteria IV terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan
dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan dan faktor tersebut meliputi :
P=Kesesuaian (Appropriateness)
E=Secara ekonomi murah (Economic feasibility)
A=Dapat diterima (Acceptability)
R=Tersedia sumber daya (Resourcesavailability)
L=Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL. Tujuannya
adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya
dua yaitu ya atau tidak. Jawaban ya bernilai 1 dan jawaban tidak nilainya 0.
Dengan cara aklamasi atau voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1.
Nilai hasil akhir dari suatu kelompok kriteria mempunyai efek langsung
terhadap proses pengambilan keputusan (Fudholi, 2017). Rumus yang digunakan
untuk menghitung metode Hanlon adalah sebagai berikut :
a. Nilai Prioritas Dasar (Basic Priority Rating)
i. NPD = Faktor (A+B) x C
b. Nilai Prioritas Total (Overall Priority Rating)
i. NPT = Faktor (A+B) x C x D
Menetapkan Nilai Prioritas Total Setelah nilai rata-rata kelompok I, II, III,
dan IV ditetapkan maka nilai rata-rata tersebut dimasukan dalam tabel berikut
untuk penetapan skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan
menjadi prioritas untuk intervensi program (Symond, 2013).
18
BAB III
19
Tabel 3. 1 Luas Wilayah, Jumlah RT, RW, KK, Penduduk ,dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kelurahan di Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2020
Kecamatan Kebon Jeruk terdiri dari 7 kelurahan, 69 Rukun Warga (RW), dan
712 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Duri Kepa adalah kelurahan dengan jumlah
penduduk tertinggi di Kecamatan Kebon Jeruk yaitu sebesar 73.972 penduduk dan
menjadi kelurahan dengan wilayah terluas yaitu 3,88 km2. Kelurahan dengan luas
wilayah terkecil adalah Kelurahan Kelapa Dua dengan luas wilayah sebesar 1,55 km2.
21
Jeruk, Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh karyawan puskesmas kecamatan kebon
jeruk sendiri menjadi bukti bahwa pelayanan yang berkualitas, tetapi akan terus inovasi
untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan.
22
NO Nama Pelayanan Jenis pelayanan Jam Oprasional
Dan Jumat
(07.30 - 16.00)
11. Pelayanan Keluarga Layanan Pemasangan Senin (07.30 -
Berencana Dan Konsultasi 15.30) ,
Keluarga Berencana JUMAT (07.30 -
16.00)
12. Pelayanan Nifas Pemeriksaan Kesehatan Senin (07.30 -
Ibu Pasca Melahirkan 15.30) , Jumat
(07.30 - 16.00)
13. Pelayanan Pria Nikah Pemeriksaan Kesehatan SENIN (07.30 -
Dan Konseling Calon 15.30) , Jumat
Pengantin (07.30 -
16.00)
14. Pelayanan Konsultasi Gizi Pemeriksaan Dan Senin (07.30 -
Konsultasi Gizi 15.30) , Jumat
(07.30 - 16.00)
15. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pemeriksaan Kesehatan Senin (07.30 -
Dan Konseling Jiwa 15.30) , Jumat
(07.30 - 16.00)
16. Pelayanan Penyakit Tidak Pemeriksaan Kesehatan Senin (07.30 -
Menular (PTM) Penyakit Hipertensi , 15.30) , Jumat
Diabetes, Kolestrol (07.30 - 16.00)
B PELAYANAN RAWAT
BERSALIN
26. Pelayanan Persalinan Layanan Persalinan SETIAP HARI
Normal (24 JAM)
C PELAYANAN PENUNJANG
28. Farmasi Layanan Obat – Obatan SETIAP HARI
(24 JAM)
29. Laboratorium Layana pemeriksaan SENIN-
darah lengkap , widal , MINGGU
kimia darah , urine ,dan (07.00 - 21.00)
faces
30. Layanan surat satu pintu Layanan sertifikat Senin (07.30 -
(TIK TOK) imunisasi, surat 15.30) , Jumat
kematian dan perjanjian (07.30 - 16.00)
kerjasama
24
f) Pasien umum
g) Pasien menerima nomer antrian pendaftran dari petugas
h) Pasien menuju loket pendaftaran sesuai nomer antrian
i) Petugas loket mengkonfirmasi data yang diimput kedalam sistem kepada
pasien
j) Petugas loket memberikan nomer antrian pelayanan yang dituju
k) Pasien membayar biaya pendaftaran dikasir/ loket pendaftaran
C. Waktu Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berlangsung
selama Poin b s.d. d/e selama : 15 menit/ pasien
D. Biaya/Tarif
Pelayanan di Puskesms Kecamatan Kebon Jeruk pada pasien BPJS/
Diatas 60 tahun tidak dipungut biaya apapun atau gratis , sedangkan pada
pasien umum sesuai pergub 143 tahun 2018 tentang tarif layanan di pusat
kesehatan masyarakat.
E. Produk Layanan
Produk dari pelayanan ini adalah Pasie BPJS : Nomor antrian
pelayanan yang dituju dan pasien umum : Nomor antrian dengan stempel
lunas.
C. Waktu Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berlangsung
selama 30menit/pasien secara non tindakan , sedangkan untuk tindakan 60 menit/
pasien
25
D. Biaya/Tarif
Pelayanan di Puskesms Kecamatan Kebon Jeruk pada pasien BPJS/ Diatas 60
tahun tidak dipungut biaya apapun atau gratis , sedangkan pada pasien umum
sesuai pergub 143 tahun 2018 tentang tarif layanan di pusat kesehatan masyarakat
E. Produk Layanan
Produk dari pelayanan ini adalah Resep/ Surat rujukan / Formulir
Laboratorium(sesuai indicator)
26
B. Sistem , Mekanisme , dan Prosedur
a) Pemohon menunggu di ruang tunggu pelayanan umum
b) Perawat memanggil nomor antrian pelayanan dan megidentifikasi
keperluan pembuatan surat sehat pemohon
c) Petugas melakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik pada pemohon
d) Pemohon menerima surat keterangan sehat
C) Waktu pelayanan
Pelayanan pada pembuata surat keterangan sehat yaitu 20 menit / pemohon
D) Biaya / tarif
Pelayanan di Puskesms Kecamatan Kebon Jeruk pada pembuatan surat
keterangan sehat sebesar RP. 10.000, (sesuai pergub nomor 143 tahun 2018)
E) Produk pelayanan
Produk pelayanan ini adalah surat keteranga sehat
C) Waktu pelayanan
Pelayanan pada pengambilan obat yaitu 20 menit / pasien
D) Biaya/Tarif
Pada pelayanan pengambilan obat tidak dipungut biaya (gratis )
E) Produk layanan
Produk layananan ini adalah obat.
27
BAB IV
HASIL
Dalam menentukan analisis faktor risiko hipertensi (darah tinggi), kami melakukan
wawancara kepada 40 pasien penderita hipertensi Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
sebagai responden. Isi dari wawancara tersebut kami hubungkan berdasarkan teori HL.
Bloom yang meliputi gaya hidup, pelayanan kesehatan, lingkungan, genetik, dan
pengetahuan. Hasil dari wawancara tersebut kami angkat dengan persentase berdasarkan
sangat sering, sering, jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah yang akan dideskripsikan
sebagai berikut. .
Perempuan 29 72,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lebih banyak responden perempuan
yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 29 responden (72.5%) dibandingkan laki-
laki sebanyak 11 responden (27,5%).
17 - 24 Tahun 1 2,5%
25 - 34 Tahun 1 2,5%
35 - 49 Tahun 4 10%
28
Umur Responden Persentase
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah jiwa menurut kelompok
berdasarkan usia di wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk yang tertinggi yaitu
pada kelompok 50-64 tahun sebanyak 24 responden (60%). Kelompok >65 tahun
sebanyak 10 responden (25%), kelompok 35-49 tahun sebanyak 4 responden (10%),
dan yang terendah terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun dan umur 17-24 tahun
masing-masing sebanyak 1 responden (2,5%).
Buruh 1 2,5%
Pedagang 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah jiwa yang mengalami
hipertensi menurut kelompok pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk yang
tertinggi yaitu kelompok tidak bekerja sebanyak 31 responden (77,5%). Kelompok
pegawai swasta sebanyak 5 responden (12,5%), kelompok pedagang sebanyak 2
responden (5%), dan yang terendah yaitu terdapat pada pegawai negeri dan buruh
masing-masing sebanyak 1 responden (2,5%).
29
4.4 Gambaran Faktor Gaya Hidup
Tabel gambaran faktor gaya hidup responden terkait aktivitas fisik seperti
berolahraga dan berjalan kaki, dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4. 4 Gambaran Faktor Gaya Hidup Responden di wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk
30
(65%). Responden yang kadang-kadang menerima penyuluhan kesehatan yaitu 8
responden (20%), jarang menerima penyuluhan kesehatan yaitu 4 responden (10%),
dan yang terendah yaitu terdapar 2 responden (5%) yang mengatakan sering menerima
penyuluhan kesehatan.
31
4.8 Gambaran Prioritas Penyebab Masalah Dari Analisis Faktor Risiko Hipertensi
(Darah Tinggi) di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
Dalam menentukan prioritas penyebab masalah kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk, kelompok kami menggunakan metode Hanlon yang
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Tabel Prioritas penyebab masalah dari analisis faktor risiko Hipertensi (darah
tinggi) di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Menggunakan Metode Hanlon.
32
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis dari tabel penyebab
hipertensi yang ada pada Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dengan membagikan
kuesioner berdasarkan teori HL.Bloom yang meliputi gaya hidup, pelayanan
kesehatan, lingkungan, genetik, dan pengetahuan.
33
menjadi salah satu faktor penyebab Hipertensi karena bisa menyebabkan stres dan
kurangkan aktivitas seperti kurangnya berolahraga. Orang yang jarang berolahraga
memiliki kapasitas jantung yang lebih rendah sehingga jantung perlu memompa
lebih berat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh, dengan demikian juga
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
34
5.6 Faktor Lingkungan
Tingkat lingkungan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk responden yang
menyatakan bahwa orang yang tinggal di lingkungan yang padat penghuninya
sebanyak 19 responden (47,5%), dari kuesioner yang kami bagikan mengenai
lingkungan masih banyak responden yang mengalami tempat tinggal di rumah yang
padat penghuninya. Hal ini karena berdasarkan kondisi di lapangan, sebagian besar
responden kami tinggal bersama keluarga, dan jarak rumah satu sama lain
berdekatan. Kondisi-kondisi tersebut terjadi karena perkonomian masyarakat di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. Kepadatan penduduk yang tinggi dan hunian
rumah yang padat dapat memicu suatu kebisingan, akibat dari kebisingan tersebut
dapat meningkatkan kadar hormon stres, seperti epineprin, nonepinerpin dan
kortisol tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.
35
pernah diberikan pelayanan kesehatan sebanyak 26 (65%), kadang-kadang
diberikan pelayanan kesehatan sebanyak 8 (20%), jarang diberikan pelayanan
kesehatan sebanyak 4 (10%), dan yang sering diberikan pelayanan kesehatan
sebanyak 2 (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk masih kurang terhadap pelayanan kesehatan yang dimana
kurangnya pengetahuan terhadap hipertensi. Menurut Bloom (1908) dalam Soekidjo
(2007) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadi pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengindraan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk
suatu tindakan seseorang. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
terhadap penyakit hipertensi seperti kurangnya mengedukasi mengenai hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh kelompok kami terkait prioritas
penyebab masalah hipertensi yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
dengan menggunakan metode Hanlon diketahui bahwa faktor pelayanan kesehatan
menjadi prioritas penyebab masalah hipertensi karena kurangnya pelayanan
puskesmas dalam menangani hipertensi di lingkungan sekitar wilayah Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk dengan nilai prioritas tertinggi yaitu sebesar 85. Dalam
menentukan prioritas penyebab masalah berdasarkan kelompok A yaitu tingkat
besarnya masalah yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara yang dilakukan
terhadap responden yaitu Pasien Hipertensi diketahui bahwa sebanyak 26 orang
atau 65% tidak pernah menerima penyuluhan dari puskesmas mengenai penyakit
hipertensi. Program penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi sebenarnya sudah
berjalan, tetapi belum semua masyarakat yang menerima penyuluhan, salah satu
penyebabnya karena ada warga yang tidak hadir ketika penyuluhan diadakan di
lingkungan masyarakat. Sehingga penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi belum
menjangkau masyarakat lebih luas. Berdasarkan kriteria kelompok B yaitu tingkat
kegawatan dilihat dari seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan jika tidak
adanya penyuluhan dari puskesmas mengenai penyakit hipertensi maka dapat
menyebabkan semakin kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit
hipertensi serta masyarakat akan terus menerapkan pola hidup tidak sehat.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi akan menimbulkan
36
semakin tingginya angka hipertensi akibat masyarakat yang tidak waspada
menghindari hiertensi dengan tidak menjaga pola hidup sehat. Berdasarkan tingkat
kemudahan penanganannya dapat diketahui bahwa masalah tersebut dapat
ditangani, karena tersedianya sumber daya untuk melakukan program
mengendalikan angka hipertensi di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, tersedianya
sarana dan prasarana untuk melaksanakan program kesehatan untuk hipertensi
seperti skrining hipertensi, edukasi dari dokter ke pasien ketika pasien datang untuk
berobat, penyuluhan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang
melibatkan kader posbindu, serta promosi kesehatan yang dilakukan di dalam
gedung puskesmas oleh Unit Pelayanan Ketok Pintu Layani Dengan Hati
(KPLDH).
37
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
38
3) Prioritas analisis faktor resiko Hipertensi (Darah Tinggi) berdasarkan teori H.L
bloom di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk yaitu Pelayanan
Kesehatan sebagai peringkat utama dengan Nilai Prioritas Total (NPT) tertinggi
yaitu 85.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
39
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES. (2006). Tatalaksana hipertensi sejak dini merupakan suatu bentuk program
pemerintah.
DEPKES. (2014). Lingkungan sosial memiliki peranan yang sangat besar dalam pengaruh
timbulnya hipertensi.
Endra. (2015). Genetik merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia.
Endra. (2015). Perilaku merupakan faktor pertama yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
Endra. (2015c). Upaya yang berkesinambungan untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan.
Fidihama. (2019). Faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan.
Fudholi, dkk. (2017). Nilai hasil akhir dari suatu kelompok kriteria mempunyai efek langsung
terhadap proses pengambilan keputusan.
Harrison. (2000). Disebabkan karena berkurangnya hormon estrogen pada wanita setelah
mengalami menopause.
Jane dkk. (2015). Tekanan darah di berbagai individu disebabkan oleh efek faktor genetik.
Kemenkes. (2017). Tidak semua penderita hipertensi mengenali atau merasakan keluhan atau
gejala.
Kemenkes. (2018). Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-
macam.
Kowalak, Weish, & M. (2011). Kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium.
Krisma, Lidya, Oktaviani, Ayu, &, & Al, E. (2015). Metode Hanlon memiliki tiga tujuan
utama.
Lidyawati. (2014). Hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Miller. (2010). Wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
Mohani. (2015). Faktor genetik yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Musakkar & Djafar. (2021). Hipertensi Diartikan Sebagai Gangguan Pada Sistem Peredaran
Darah.
Musakkar & Djafar. (2021). Seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap
hipertensi maka besar kemungkinan dapat menderita hipertensi.
Nurarif A.H., & K. H. (2016). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik.
40
Riskesdas. (2018). Prevalensi Tertinggi Di indonesia Terjadi Di Kalimantan Selatan.
Ristiawati and Latif. (2015). Metode Hanlon mampu menentukan prioritas permasalahan
kesehatan.
Saputra. (2020). Tekanan darah pada masyarakat berkulit hitam lebih tinggi dibandingkan
dengan golongan suku lain.
Suparto. (2010). Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena
penyakit tersebut 60%.
Suprihatin. (2016). Merokok merupakan salah satu penyebab yang sangat besar peranannya
dalam meningkatkan tekanan darah.
who. (2019). Hipertensi diakibatkan dari pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
aktivitas fisik.
41
LAMPIRAN
42
43
1.2 Lampiran Dokumentasi
44
Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
45
Hari/ Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
Tanggal
Kamis, 1 Pada hari keempat
September melaksanakan PBL di
2022 Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk,
Kami mendapatkan tugas
untuk melakukan promosi
kesehatan di Ruang KPLDH
(Ketuk Pintu Layani Dengan
Hati) yang akan dilakukan
secara bergantian.
46
Hari/ Tanggal Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
47
Hari/ Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
Tanggal
Senin, 5 Pada hari keenam
September melaksanakan PBL di
2022 Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk,
Kami mendapatkan tugas
untuk melakukan promosi
kesehatan di Ruang KPLDH
(Ketuk Pintu Layani
Dengan Hati) yang akan
dilakukan secara bergantian.
48
Hari/ Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
Tanggal
Selasa, 6 Pada hari ketujuh
September melaksanakan PBL di
2022 Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk,
Dimana ini hari pertama
kami melakukan
penyebaran kuesioner
kepada para pasien diruang
pelayanan PTM (Penyakit
Tidak Menular).
49
Hari/ Tanggal Deskripsi Kegiatan PBL 1 Dokumentasi
50