Anda di halaman 1dari 18

FORMAT PENYUSUNAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG KEBUN RAYA BOGOR

JUDUL LAPORAN : Penilaian Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata

Alam (ADO-ODTWA) di Kebun Raya Bogor

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada pada hulu Sungai Ciliwung
yang memiliki luas wilayah keseluruhan 11.850 Ha. Secara geografis, Kota Bogor
terletak di antara 106’ 48” BT dan 6’ 26” LS 60 km di sebelah selatan Ibukota Negara
Republik Indonesia dan 85 km di sebelah barat laut Kota Bandung, ibukota Provinsi
Jawa Barat. Kota Bogor terletak pada suatu dataran di antara Gunung Salak, yang
puncaknya sekitar 12 km di sebelah selatan, dan Gunung Gede, yang puncaknya
berada 22-25 km di sebelah tenggara. Kota Bogor menjadi salah satu daerah tujuan
wisata di Provinsi Jawa Barat. Prioritas utama Pemerintah Kota Bogor saat ini adalah
menjadikan sektor pariwisata dalam pembangunan kepariwisataan pada objek dan
daya tarik wisata, serta penggalian objek wisata. Bogor menjadikan sektor pariwisata
ini sebagai andalan perekonomian daerah yang berbasiskan sumber daya alam,
budaya yang lestari dan agamis. Objek-objek wisata dan sarana wisata yang ada
tentunya harus dikelola dengan baik agar segala potensi wisata yang telah ada dapat
berkembang dengan lebih baik dan dapat berkelanjutan (Farrah, 2017). Salah satu
ikon objek wisata di Kota Bogor adalah Kebun Raya Bogor.

Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota
Bogor, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi
pohon dan tumbuhan. Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun
percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda
(Dewi, L et al. 2021). Keberadaan Kebun Raya menjadi penting sebagai upaya
konservasi terhadap keragaman hayati, yaitu suatu program yang menjadi acuan bagi
tindakan pembangunan berkelanjutan secara internasional, yang mendorong
pemerintah di negara berkembang untuk mengembangkan strategi bagi konservasi
keanekaragaman hayati, penggunaan berkelanjutan dari sumber daya hayati, dan
penggunaan bioteknologi yang aman.

Keberhasilan dalam pengembangan pembangunan kepariwisataan nasional


dapat dicapai atau diraih jika terdapat keterpaduan dan kesinergian antara kekuatan
masyarakat, pemerintah, media massa, dan pengusaha pariwisata. Keberhasilan
pengelolaan di Kebun Raya Bogor pun sangat bergantung kepada keempat unsur
tersebut. Pengembangan Kebun Raya Bogor diperlukan dalam penanganan obyek dan
daya tarik wisata (ODTW), yang menjadi sasaran wisatawan. Pengembangan
kepariwisataan nasional di Kebun Raya Bogor merupakan rangkaian upaya
pembangunan sektor kepariwisataan secara nasional dan berkesinambungan.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud dari melakukan penilaian obyek dan daya tarik wisata (ODTW)
adalah untuk menilai bagaimana daya tarik wisata alam Kebun Raya Bogor. Tujuan
melakukan penilaian obyek dan daya tarik wisata (ODTW) adalah untuk mengetahui
keadaan umum Kebun Raya Bogor, potensi obyek dan daya tarik wisata (ODTW)
yang terdapat pada Kebun Raya Bogor, dan untuk menentukan skala prioritas
pengembangan suatu wilayah pengelolaan. Sasaran penilaian obyek dan daya tarik
wisata (ODTW) ini adalah pengunjung, pengelola, dan masyarakat.
BAB II. KEADAAN UMUM

2.1 Keadaan Umum Wilayah

2.1.1 Geografi, Topografi, Iklim, Geologi dan Tanah


KRB terletak di pusat Kota Bogor. Secara administrasi, Kebun Raya Bogor
termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Secara geografis, KRB terletak di
antara 106° 47‟ 40”--106° 48‟ 10” bujur timur dan 6° 25‟ 40”--6° 36‟ 20” lintang
selatan. KRB terletak di ketinggian 215--250 meter di atas permukaan laut. KRB
memiliki luas 87 hektar dan terdiri dari area koleksi tanaman, jalur sirkulasi, lapangan
parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran, dan rumah pegawai.
Areal koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh pengunjung memiliki luas sekitar
53 hektar.
Kemiringan lahan KRB mengarah ke Sungai Ciliwung yang membelah kebun
raya. Topografi KRB termasuk datar dengan kemiringan 3-15 % dan 16-31% dekat
pinggiran sungai. KRB dilalui oleh Sungai Ciliwung. Sungai ini berfungsi sebagai
drainase alami pada kawasan KRB.Menurut klasifikasi iklim Koppen, KRB termasuk
ke dalam kelompok iklim A yang memiliki karakter temperatur tinggi. Secara lebih
khusus, iklim KRB masuk ke dalam kelompok Iklim tropika basah (Af). KRB
memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C, suhu terendah 21,8°C, suhu tertinggi 30,4°C,
kelembaban udara lebih dari 70%, dan curah hujan bulanan berkisar antara 250-330
mm. KRB memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan Januari.Kondisi
tanah didominasi oleh batuan sedimen volkanik.
KRB merupakan ruang terbuka hijau besar yang ada di tengah Kota Bogor dan
memiliki luas 87 hektar. Area Kebun Raya Bogor terdiri dari area koleksi tanaman,
jalur sirkulasi, lapangan parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran,
dan rumah pegawai. Area koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh pengunjung
memiliki luas sekitar 53 hektar (60,92%). Sama halnya dengan RTH kota atau hutan
kota pada umumnya, KRB memiliki struktur dan bentuk RTH tertentu. Dilihat dari
strukturnya, KRB merupakan hutan kota yang berstrata banyak karena komunitas
tumbuh-tumbuhan di dalam KRB terdiri dari pohon, rumput, semak, terna, liana, dan
epifit serta memiliki jarak tanam yang rapat dan tidak beraturan.
2.1.2 Penduduk Setempat
Penduduk sekitar kawasan Kebun Raya Bogor rata-rata bekerja sebagai
pedagang atau berjualan di unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata
KRB.Jenis unit usaha yang ada di dalam kawasan wisata KRB antara lain yaitu
koperasi unit usaha, kantin dharma wanita, warung tenda, cafe de daunan, dan garden
shop. Sedangkan unit usaha yang ada di luar kawasan wisata diantaranya warung
makanan, penjual souvenir, penjual bakso, penjual asinan bogor, penjual talas bogor,
dan penjual kelinci. Selain itu penduduk sekitar juga bekerja sebagai tenaga kerja
yang berada di kawasan wisata KRB(Isterah 2014).
2.1.3 Sosial Ekonomi
Keberadaan suatu kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi
masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang timbul dari adanya aktivitas wisata
adalah dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.
Dampak ekonomi secara langsung berasal dari transaksi pengunjung dengan
unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata KRB. Rata-rata unit usaha yang
terdapat pada KRB hanya ramai dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur
nasional, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka.untuk nilai
dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha cinderamata. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya populasi kios dan pedagang kaki lima cinderamata
serta rata-rata pendapatan yang cukup besar yang dimiliki oleh unit usaha tersebut di
KRB. Selain itu pengunjung wisatawan baik yang berasal dari Bogor maupun dari
luar Bogor tertarik untuk membeli cinderamata sebagai oleh-oleh khas dari
Bogor(Isterah 2014).
Keberadaan wisata KRB memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mendirikan unit usaha. Keberadaan unit usaha di lokasi wisata membuka kesempatan
kerja baru bagi masyarakat lokal. Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari
hasil pengeluaran unit usaha berupa biaya operasional unit usaha yang berada di
Kawasan Wisata KRB. Keberadaan Kawasan Wisata KRB juga banyak menyerap
tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada disana sehingga menimbulkan dampak
ekonomi secara tidak langsung berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang
bekerja di sektor wisata tersebut(Isterah 2014).
2.1.4 Sarana Prasarana
Seluruh sarana dan prasarana yang terdapat pada kawasan wisata Kebun Raya
Bogor memiliki keadaan yang cukup baik seperti gazebo memiliki keadaan yang
cukup baik untuk digunakan saat bersantai, Jumlah fasilitas untuk disabilitas sudah
mencukupi dan terbilang sudah cukup lengkap, Jumlah mobil sudah mencukupi dan
masih cukup layak untuk digunakan berkeliling, sepeda sewaan masih layak dan aman
untuk digunakan, Jumlah wisata flora yang beragam dan memiliki kualitas yang baik
serta memberikan edukasi yang baik tentang berbagai macam flora, shopping center
memiliki keadaan yang cukup baik, brosur yang ada sudah cukup memberikan
informasi yang baik, Kotak saran sudah diletakkan ditempat yang cukup strategis dan
dalam keadaan yang baik.Beberapa sarana dan prasarana yang ada pada kawasan
wisata Kebun Raya Bogor kurang memadai seperti Lahan Parkir yang masih terbatas
dan sering terjadi kekurangan saat weekend atau weekdays, Jumlah tempat sampah
yang masih kurang untuk menampung sampah dari para pengunjung, Kebersihan
Mushola yang masih kurang seperti banyaknya debu yang terdapat di karpet serta di
sudut-sudut ruangan, Kurangnya jumlah toilet yang tersebar di ruang lingkup Kebun
Raya Bogor sehingga pengunjung masih kesulitan untuk mencari toilet, Papan
informasi yang ada di KRB, banyak diantaranya yang sudah kurang layak

2.1.5 Rencana Pengembangan Wilayah


Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung
berdasar atas tujuan pariwisata. Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam
penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Selain itu juga
penting untuk melihat dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu.
Perencanaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan
menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk
pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan
perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto 2004 dalam Isterah 2014).
Penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar
terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu.Banyak
wisatawan yang berasal dari luar jawa hingga luar negeri. Minatnya pengunjung yang
berdatangan di hari kerja hingga ramai diakhir pekan membuat pihak pengelola KRB
harus mengantisipasi dan mengkoordinir terhadap kegiatan pengunjung selama
wisatawan berlangsung. Namun jika melihat kegiatan wisatawan di KRB tidak semua
pengunjung mengunjungi seluruh area wisata, hanya area-area tertentu yang diminati
pengunjung wisatawan. Hal ini dikhawatirkan berpotensinya over carrying capacity
di titik-titik area tertentu. Oleh karena itu perlu adanya segmentasi wisata agar dapat
terhindar dari adanya potensi over carrying capacity. Selain itu strategi
pengembangan baru dari pihak pengelola perlu diterapkan untuk mengembangkan
suatu area di titik tertentu guna ketertarikan pengunjung untuk mengunjungi area
spot-spot wisata yang jarang dikunjungi oleh wisatawan sehingga pengunjung bisa
menikmati semua area wisata yang sudah tersedia di dalam KRB(Isterah 2014).
2.2 Potensi ODTWA

2.2.1 Flora dan Fauna


Sebagai salah satu kawasan konservasi eks-situ, Kebun Raya Bogor
(KRB) memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Flora yang dapat ditemukan
di KRB diantaranya palem-paleman, bambu, pakis, kenari, bunga lampion,
anggrek, dan lain sebagainya. Sementara itu, fauna yang dapat ditemukan di
KRB diantaranya serangga, laba-laba, siput, burung, dan sebagainya (Hidayah
2008). Salah satu jenis serangga yang di KRB adalah capung yang mana
merupakan salah satu bioindikator lingkungan bersih. Selain itu, KRB juga
memiliki sekitar 62 jenis burung yang pernah terdata.
2.2.2 Keindahan Alam
Keindahan dapat muncul dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang
tampak. Pohon dan semak membingkai pemandangan, memperhalus garis-
garis arsitektural, meningkatkan dan melengkapi elemen-elemen arsitektural,
menyatukan elemen-elemen yang beragam, dan menciptakan suasana alami
(Carpenter et al. 1975 dalam Hidayat 2009). Kebun Raya Bogor sebagai
kawasan koleksi tanaman ditata sedemikian rupa menurut familinya, memiliki
pemandangan lanskap yang alami. Hal ini dapat terlihat dari keharmonisan
dan kesatuan yang kuat diantara elemen-elemen alami yang ada di dalamnya,
yaitu koleksi vegetasi yang telah tumbuh menyatu dengan komponen
lingkungan sekitarnya seperti bentukan lahan dan kehidupan satwa (Simonds
dan Starke 2006 dalam Hidayat 2009).
2.2.3 Keunikan
Selain diperuntukkan untuk wisata, Kebun Raya Bogor (KRB)
memiliki keunikan dari segi peruntukannya yang juga sebagai keunggulan dari
tempat ini, yaitu sebagai kawasan konservasi, penelitian, dan pendidikan.
KRB juga merupakan ruang terbuka hijau (RTH) yang letaknya tepat berada
di pusat kota, sehingga bermanfaat sebagai pembersih udara kota dan menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kota Bogor dan sekitarnya yang ingin
berlibur ke tempat yang dekat untuk sekedar melepaskan penat di akhir pekan
setelah lelah bekerja. Jika dilihat dari segi kegiatan yang dapat dilakukan di
KRB, tidak hanya sekedar memandangi pemandangan hijau yang luas, di KRB
wisatawan dapat melakukan kegiatan yang bervariasi mulai dari berpiknik,
jalan santai, bersepeda, dan lain sebagainya.
2.2.4 Peninggalan Sejarah
Kebun Raya Bogor (KRB) berdiri sejak Indonesia masih dalam jajahan
Belanda yang pada abad ke-19 bernama Netherlands Plantentuin te
Buitenzorg. Berdirinya KRB merupakan hasil pemikiran para peneliti Eropa
yang peduli terhadap kekayaan keanekaragaman hayati kawasan Buitenzorg
dan Nusantara. Tanggapan yang positif dari para penguasa saat itu menjadi
dorongan bagi terbentuknya lembaga-lembaga ilmu pengetahuan. Dukungan
dari tenaga ahli juga menjadi modal bagi keberlangsungan aktivitas penelitian
bidang botani dan zoologi. Kegiatan itu terlaksana karena Buitenzorg (sebutan
untuk Bogor pada saat itu) memiliki keadaan alam yang secara geografis
masih alami, asri dan didukung kekayaan sumber daya alam berupa air yang
melimpah karena memiliki iklim dengan curah hujan tinggi.
2.2.5 Atraksi Budaya Setempat
Terletak di tanah sunda, Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki kegiatan
budaya yang tentunya mengangkat budaya sunda. Salah satu kegiatan budaya
yang telah dilakukan di KRB adalah parade budaya yang diadakan untuk
memeriahkan bazar kebun raya. Parade budaya yang diadakan menampilkan
tarian, beladiri pencak silat, musik, dan rampak Gendang. Selain untuk
menarik wisatawan agar datang berkunjung ke KRB, parade budaya ini juga
diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas pelestarian kesenian
daerah.

2.3 Keadaan Pengunjung

Menurut International Union of Official Travel Organization ( IUOTO)


pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal
lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan
yang menerima upah. Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu ada
wisatawan (tourist) dan pelancong (excursionist). Wisatawan (tourist) adalah
Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di
negara yang dikunjunginya. Sedangkan pelancong (exursionist) adalah
pengunjungsementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam
waktu kurang dari 24 jam.

Motivasi merupakan merupakan segala daya dan upaya yang


terintegrasi guna mencapai kepuasan (Harsono, 2017). Penyampaian pendapat
responden pengunjung nusantara beragam dalam menanggapi motivasi
kunjungan berwisata di Kebun Raya Bogor, dengan melihat suatu hal yang
baru, bahkan pernah mengalami sebelumnya akan menambah pengalaman
serta mendapatkan suasana yang menyenangkan saat berinteraksi sosial dan
bisa menuruti perasaan(Handoyono 2022). Berdasarkan hasil wawancara
kepada responden 3 dari 3 menyatakan “rekreasi” menjadi tujuan responden
datang ke objek wisata ini dan “Mencari ruang terbuka hijau/udara segar”
sebagai alasan yang membuat responden tertarik datang ke KRB.

Pengunjung juga ditanyakan persepsi mengenai kenyamanan,


kelengkapan sarana/prasarana, sistem pengelolaan dan pelayanan informasi
dan aksesibilitas di KRB. Persepsi pengunjung adalah penilaian atau
pandangan pengunjung terhadap sesuatu. Suatu objek wisata harus
meningkatkan kualitas objek menjadi lebih baik guna mendapat persepsi
positif (Damartiasari 2017). Berdasarkan hasil wawancara kepada responden 3
dari 3 menyatakan “ya” mengenai kenyamanan objek wisata ini, kemudian 2
dari 3 menyatakan“baik” sebagai kondisi sarana/prasarana sedangkan 1 dari 3
menyatakan “kurang baik, selanjutnya 2 dari 3 menyatakan “baik” sebagai
sistem pengelolaan dan pelayanan informasi sedangkan 1 dari 3 menyatakan
“kurang baik”. Serta 3 dari 3 responden menyatakan “mudah” dalam akses ke
lokasi KRB.
BAB III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penilaian (tabel asli ada di word ygy ini sementara tabelnya)
Tabel 1. Perhitungan Objek Wisata Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Kebun Raya Bogor

3.2 Masalah dan Kendala


Dewasa ini, perkembangan pada sektor pariwisata dapat dikatakan cukup
pesat. Usaha individu dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi
membuat masyarakat berusaha untuk menciptakan lapangan kerja dengan
memanfaatkan potensi yang ada, salah satunya yaitu pada bidang pariwisata. Salah
satu contoh perkembangan pada sektor kepariwisataan yang terus berkembang pada
daerah Jawa Barat khususnya di Kota Bogor yaitu pengelolaan Kebun Raya Bogor.
Destinasi wisata Kebun Raya Bogor (KRB) adalah salah satu tempat destinasi kebun
raya yang berfungsi untuk ditanami bermacam-macam flora atau tumbuhan langka
dan tumbuhan lain yang bermanfaat untuk dilestarikan. Selain itu, kebun raya ini juga
berfungsi sebagai tempat rekreasi dan penelitian. Selain dikunjungi oleh turis lokal
Kebun raya juga sering menjadi destinasi bagi wisatawan asing yang berkunjung ke
Bogor.
Pengelolaan Kebun Raya Bogor yang dilakukan oleh pihak pengelola sudah
cukup baik, namun masih terdapat beberapa masalah dan kendala. Masalah dan
kendala yang dialami Kebun Raya Bogor dari segi fasilitas dibagi menjadi 2 bagian
yaitu, sarana prasarana dan dari segi kualitas pelayanan. Lahan parkir yang masih
terbatas dan sering terjadi kekurangan saat weekend atau weekdays. Permasalahan
terkait sampah juga masih terjadi dimana jumlah tempat sampah yang masih kurang
untuk menampung sampah dari para pengunjung Kebun Raya Bogor. Kebun Raya
Bogor pun mengalami beberapa pembangunan, namun pembangunan ini hanya lebih
bersifat pada perbaikan dan pemeliharaan. Masalah lain yang dihadapi oleh Kebun
Raya Bogor adalah dalam hal kurangnya gazeebo bagi wisatawan, hal ini membuat
pengunjung kesulitan mencari tempat beristirahat, dengan luas Kebun Raya Bogor
yang mencapai 87 hektar membuat pengunjung bingung mencari keberadaan gazeebo
yang masih kosong, hal ini membuat kenyamanan dan keamanan pengunjung merasa
kurang diperhatikan karena apabila hujan lebat turun maka pengunjung kesulitan
mencari tempat berteduh.
3.3 Pembahasan
Hasil penilaian daya tarik objek wisata Kebun Raya Bogor sesuai dengan
Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODO-
ODTWA) Direktorat Jenderal PJKA (2003) yang telah mengidentifikasi dan
menginventarisasi dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat 8 kategori unsur penilaian
yakni daya tarik, aksesibilitas, kondisi sekitar kawasan, pengelolaan dan pelayanan,
sarana dan prasarana, ketersediaan air bersih, keamanan dan pemasaran. Dari hasil
nilai yang didapat dibandingkan lagi dengan nilai klasifikasi pengembangan dari
masing-masing kriteria penilaian, setelah itu nilai bobot yang telah di dapat dari
tabulasi klasifikasi pengembangan dari masing-masing kriteria penilaian, nilai dari
masing-masing kriteria tersebut dirata-ratakan untuk mendapatkan hasil akhir dan
berikut penjelasan terkait setiap unsur dibawah ini.
3.3.1 Daya Tarik
Daya tarik suatu kawasan merupakan hal utama yang menjadikan kawasan
tersebut menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan melakukan kegiatan wisata.
Hasil penilaian dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh adalah
840, skor ini diperoleh dari hasil kali antara bobot dengan nilai dari setiap sub unsur
dan kemudian ditotalkan seluruhnya. Potensi yang dimiliki kawasan objek wisata
Kebun Raya Bogor memiliki daya tarik yang bisa dinikmati oleh wisatawan. Menurut
UU RI No 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, dinyatakan bahwa objek dan daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu pembangunan
obyek dan daya tarik wisata, yang dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola
dan membuat objek-objek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata (Gulo et al.
2022). Daya tarik Kebun Raya Bogor ini yakni luas kawasan yang begitu menarik
dilakukan terlebih terdapat potongan sejarah yang hadir di dalamnya. Seperti,
monumen lady Raffles, kemudian kebun raya ini memiliki sebuah danau yang
esoktis nan elok, ditumbuhi beberapa tanaman teratai menambah daya pikat dan
menjadikan tempat ini sebagai spot selfie sehingga daya tarik wisata memiliki
kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan
motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata,
hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memiliki sangat beragam
dan bervariasi daya tarik wisata (Sugiarta 2020).
3.3.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan salah satu unsur utama dalam produk mendorong
pasar potensial menjadi pasar nyata. Aksesibilitas mencangkung transportasi dan
kemudahan menuju objek wisata (Sugiarta 2020). Aksesibilitas menjadi hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan sebuah destinasi wisata. Aspek aksesibilitas
memiliki keterkaitan dengan kemudahan mengunjungi sebuah destinasi. Menurut
Sumantri (2019) dalam Rudiyanto dan Septian (2022) penilaian aspek aksesibilitas
memberikan fokus pada kemudahan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata,
ketersediaan dan jenis kendaraan, waktu yang dibutuhkan, dan kondisi jalan. Hasil
penilaian dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh adalah 825, skor
ini diperoleh dari hasil kali antara bobot dengan nilai dari setiap sub unsur dan
kemudian ditotalkan seluruhnya. Aspek aksesibilitas pada Kebun Raya Bogor
memiliki nilai interpretasi sedang. Kondisi jalan yang baik dan jarak yang tidak
terlalu jauh serta waktu yang tidak terlalu lama dari Kota menjadi potensi yang
dimiliki oleh Kebun Raya Bogor. Mengingat aksesibilitas menjadi faktor yang
mempengaruhi keputusan wisatawan untuk mengunjungi sebuah destinasi (Dewi
Astuti dan Yuliawati 2018 dalam Rudiyanto dan Septian 2022).
3.3.3 Kondisi Sekitar Kawasan
Pada aspek kondisi sekitar kawasan wisata alam di Kebun Raya Bogor
memiliki kondisi yang mendukung pengembangan pariwisata, seperti ruang gerak
pengunjung yang luas, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam yang potensial, dan
sikap masyarakat sekitar yang mendukung pengembangan pariwisata pada objek
wisata alam. Hasil penilaian dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa skor total yang
diperoleh adalah 825, skor ini diperoleh dari hasil kali antara bobot dengan nilai dari
setiap sub unsur dan kemudian ditotalkan seluruhnya. Masyarakat sekitar memiliki
sikap yang baik terhadap pengembangan wisata alam.
3.3.4 Pengelolaan dan Pelayanan
Penilaian aspek pengelolaan dan pelayanan yang tinggi membuat peluang
kepuasan wisatawan yang berkunjung Kebun Raya Bogor. Astuti & Saptaria (2021)
dalam Rudiyanto & Septian (2022) membuktikan bahwa faktor kualitas pelayanan
menjadi faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan wisatawan pada sebuah
destinasi desa wisata. Namun demikian, masih diperlukan peningkatan kemampuan
anggota pokdarwis dalam hal kepemanduan agar kualitas pelayanan meningkat.
Berdasarkan hasil penilaian dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa skor total yang
diperoleh adalah 360, skor ini diperoleh dari hasil kali antara bobot dengan nilai dari
setiap sub unsur dan kemudian ditotalkan seluruhnya.
3.3.5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sarana-prasarana yang dapat menunjang
kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata. Sarana dan
prasarana sangat dibutuhkan dalam semua sektor termasuk sektor pariwisata.
Meskipun secara etimologi sarana dan prasarana memiliki perbedaan, namun
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat penting sebagai alat penunjang
keberhasilan suatu proses yang dilakukan (Kenal Pengetahuan 2018 dalam Sugiarta
2020). Ketersediaan air bersih diperlukan pula dalam bidang kepariwisataan.
Kawasan Kebun Raya Bogor memiliki fasilitas sarana prasarana seperti mushola,
toilet umum, papan informasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil dari
pengamatan terhadap komponen sarana dan prasarana pada zona dilakukannya
pengamatan diperoleh nilai dengan skor total sarana sebesar 45 dan prasarana sebesar
90 sehingga dijumlahkan skor totalnya adalah 135.
3.3.6 Ketersediaan Air Bersih
Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam pengembangan suatu
obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan.Ketersediaan air bersih pada
kawasan Kebun Raya Bogor meliputi volume, jarak lokasi air bersih terhadap lokasi
objek, dapat tidaknya air dialirkan ke objek, kelayakan dikonsumsi serta
ketersediaannya, berdasarkan hasil dari pengamatan selama dilakukannya praktikum
pada zona yang telah ditetapkan diperoleh nilai dengan skor total sarana sebesar 810.
Kelayakan konsumsi air bersih di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor perlu perlakuan
sederhana seperti dimasak hingga mendidih jika ingin dikonsumsi dan
ketersediaannya ada sepanjang tahun.
3.3.7 Keamanan
Pada aspek keamanan di kawasan Kebun Raya Bogor hingga saat ini belum
pernah terjadi gangguan oleh binatang. Selain itu, tidak terdapat situs berbahaya dan
tanah labil, jarang gangguan kamtibmas serta bebas kepercayaan (mengganggu),
sehingga berdasarkan hasil pengamatan, diberikan nilai pada aspek keamanan di
Kebun Raya Bogor dengan total skor 325. Dari hasil penelitian Keamanannya baik,
tidak ada arus berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencurian
dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Objek wisata Kebun Raya Bogor ini
cukup potensial untuk dikembangkan.
3.3.8 Pemasaran
Aspek pemasaran memberikan penilaian terhadap usaha mix marketing atau
bauran pemasaran yang telah dilakukan. Pemasaran meliputi tarif/harga masuk yang
terjangkau, produk wisata (ODTWA) yang bervariasi, sarana penyampaian informasi
serta promosi. Pada aspek pemasaran, terdapat tiga dari empat kriteria yang sudah
terpenuhi, namun pada kriteria promosi belum memenuhi karena masih kurangnya
promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola kawasan Kebun Raya Bogor secara luas
kepada masyarakat. Sehingga dari hasil pengamatan, diberikan penilaian terhadap
aspek pemasaran dengan skor total 100.
BAB IV.
SKALA PRIORITAS DAN REKOMENDASI

4.1 Daerah Layak Dikembangkan


Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan sebuah kawasan yang digunakan
sebagai tempat untuk pengembangan dan pelestarian beberapa jenis tanaman dan
dibuka sebagai tempat untuk wisata. Aspek daya tarik wisata atau kriteria potensi
ODTWA terdiri dari 8 variabel yang diukur. Berdasarkan data yang terkumpul pada
variable klasifikasi penilaian kriteria potensi ODTWA terdapat beberapa hal yang
masuk ke dalam kategori yang layak untuk dikembangkan seperti aksesibilitas/kadar
hubungan pada kriteria ini memiliki penilaian tinggi karena KRB berada di tengah
kota/strategis dan memiliki akses jalan yang baik untuk pengendara roda dua maupun
empat dan bagi para pejalan kaki, kriteria pengelolaan dan pelayanan memiliki nilai
tinggi karena pada bagian pengelolaan objek, operasional dan pengendalian tempat
wisata sudah tertata dan berjalan dengan baik, serta terdapat tour guide dan customer
service yang memiliki kemampuan bahasa asing yang dapat membantu para
wisatawan mancanegara untuk berkomunikasi. Pada kriteria ketersediaan air bersih,
air bersih tersedia cukup untuk kebutuhan MCK, namun masih harus dilakukan
beberapa perlakuan/pengolahan apabila dibutuhkan sebagai pemenuhan untuk
konsumsi air. Sedangkan pada kriteria pemasaran termasuk dalam kategori penilaian
yang tinggi karena KRB telah melakukan pemasaran dengan baik yaitu dengan
mematok harga yang terjangkau, produk wisata bervariasi yaitu dengan adanya
pembagian zona/tempat, serta terdapat pusat pelayanan informasi, dan promosi
melalui platform/media sosial.
4.2 Daerah Belum Layak Dikembangkan
Potensi ODTWA Kebun Raya Bogor yang termasuk ke dalam kriteria yang
belum layak untuk dikembangkan meliputi, daya tarik ODTWA hal tersebut
dikarenakan pada zonasi 3 yang dikunjungi tidak ada keunikan sumber daya alam
seperti sumber air panas, gua, dan adat istiadat serta jenis sumber daya alam yang
menonjol hanyalah air mancur. Sumber daya alam pada zonasi 3 tidak ada variasi
fauna serta jenis kegiatan wisata alam hanya terdapat tracking dan sebagai pemenuhan
sarana pendidikan. Pada kriteria kondisi sekitar kawasan juga masuk ke dalam
kategori penilaian sedang karena sebagian besar mata pencaharian berprofesi sebagai
pedagang dan pengrajin. Sedangkan, pada kriteria sarana dan prasarana belum layak
untuk dikembangkan karena belum adanya tempat yang memadai untuk
menambahkan sarana wisata tirta, wisata budaya, angkutan umum dan kios
cinderamata. Selain itu, lahan pada zonasi 3 belum memadai untuk menambahkan
prasarana seperti jaringan air minum, sistem pembuangan limbah,
dermaga/pelabuhan, serta helipad.
4.3 Daerah Tidak Layak Dikembangkan
Berdasarkan data yang terkumpul pada variable klasifikasi penilaian kriteria
potensi ODTWA, kriteria keamanan memiliki nilai yang rendah karena taman wisata
Kebun Raya Bogor telah disahkan berdasarkan PP RI No. 93 tahun 2011 tentang
kebun raya sebagai kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ, sehingga taman
wisata Kebun Raya Bogor dilindungi haknya dari segala aktivitas manusia yang
dapat mengganggu kegiatan yang berada di dalamnya seperti perladangan pindah,
perladangan menetap, perkebunan serta permukiman.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Damartiasari, A. F. 2017. Persepsi Pengunjung Terhadap Daya Tarik Taman Wisata Alam
Hutan Rimbo Tujuh Danau Di Desa Wisata Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar Riau. Jurnal Online Mahasiswa, 4(2).

Dewi L et al. 2021. Dampak lingkungan dan sosial terhadap minat wisatawan di kebun raya
bogor. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(3) : 977-986.

Farrah. 2017. Pola pengembangan wisata alam di kabupaten bogor. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata. 3(1) : 285-293.

Gulo A, Martina A, Fabiola BS. 2022. Potensi ekowisata Air Terjun Kima Atas, Kecamatan
Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara. Jurnal Silvarum. 1(3):75-80.

Handoyo, E. W., Walangitan, H. D., & Pangemanan, P. A. 2022. PERSEPSI DAN


MOTIVASI PENGUNJUNG NUSANTARA TAMAN NASIONAL BUNAKEN.
AGRI-SOSIOEKONOMI, 18(2), 449-460.

Hidayah S. 2008. Keanekaragaman dan aktivitas capung di Kebun Raya Bogor. [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hidayat I. 2009. Uji scenic beauty estimation terhadap konfigurasi tegakan-tegakan vegetasi
di Kebun Raya Bogor. Prosiding SN SMAP 09.

Rudiyanto R, Septian H. 2022. Analisis potensi wisata alam dengan ADO-ODTWA studi
kasus Desa Kempo. Jurnal Kepariwisataan. 21(2):130-143.

Sugiarta E. 2020. Analisis daya tarik dan kesesuaian objek wisata kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil Kecamatan Pototano [skripsi]. Mataram:Universitas
Muhammadiyah Mataram.

Sukara GN, Mulyani YA , Muntasib EK. 2014. Potensi untuk pengembangan


“birdwatching”. Buletin Kebun Raya. 17 (1) : 44-55.

Sutrisna Deni. 2020. Kebun Raya Bogor dan fasilitasnya, sejarah dan fungsi di masa lalu
dan kini. Jurnal Panalungtik. 3(2) : 129 – 141

LAMPIRAN (dokumentasi kegiatan)

==================================================================

Catatan :

Format/outline laporan disesuaikan dengan kondisi wilayah Kebun Raya Bogor

Sub bab yang tidak ada datanya, tidak perlu dimasukkan dalam laporan

Gunakan font Times New Roman ukuran 12


Rata kanan kiri 2,2,2,2

Line spacing 1.15

Kertas A4

Laporan ± 15 halaman

Dikumpulkan dengan format pdf pada website evieta paling lambat Jumat, 9 Desember 2022
pukul 11.59 WIB

Penamaan file : Kelas_Kelompok_Laporan KRB_Zona X

Contoh : A1_3_Laporan KRB_Zona 2

Anda mungkin juga menyukai