Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No.

2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

MENGGAGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS


BUDAYA SPIRITUAL HINDU PADA PERGURUAN TINGGI

I Putu Windu Mertha Sujana


Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Ganesha
Email: windu.mertha@undiksha.ac.id

Abstrak
Pemikiran-pemikiran praktisi kewarganegaraan telah memberikan inspirasi untuk
memberikan gagasan bahwa dalam mencapai tujuannya mewujudkan warga negara yang
baik dan cerdas (smart and good ctizen) salah satu sumber yang dapat dijadikan landasan
adalah bersumber pada nilai-nilai budaya spiritual Hindu. Oleh karena itu sangat tepat
sekali jika mengintegrasikan nilai-nilai budaya spiritual Hindu ke dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pedoman bagi generasi muda Hindu dalam
menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negaranya. Selain itu juga ditujukan untuk
meningkatkan kompetensi kewarganegaraan mahasiswa atau tercapainya hasil belajar
kewarganegaraan mahasiswa yang utuh, yakni menjadi warga negara yang baik dan
cerdas (to be smart and good citizenship) yang terintegrasi dalam civic knowlidge, civic
disposition, civic skills, civic confidece, civic commitment, civic competence; yang secara
utuh dapat digunakan untuk mewujudkan budaya kewarganegaraan (civic culture) yang
beriman, bertaqwa, bermoral, bermartabat, dan cerdas intelektual secara personal maupun
sosial (humanis, holistik, dan religius). Nilai-nilai budaya spiritual Hindu yang
dikolaborasikan pada substansi materi PKn diantaranya adalah Tri Kaya Parisudha,
Karma Phala, Catur Purusha Artha, Tat Twam Asi, Yadnya, Tri Hita Karana, dan
Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharmah.

Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Hindu, dan Perguruan Tinggi

Abstract
Citizenship practitioners' thoughts have inspired the idea that in achieving its goal of
realizing good and smart citizens, one source that can be used as a basis is based on
Hindu spiritual cultural values. Therefore, it is very appropriate to integrate the values
of Hindu spiritual culture into the Civics Education course as a guide for the younger
generation of Hindus in carrying out the Dharma Religion and the Country's Dharma. It
is also intended to improve student citizenship competence or to achieve the results of
learning as a whole student citizenship, which is to be a good and smart citizen (to be
smart and good citizenship) integrated in civic knowledge, civic disposition, civic skills,
civic confidence, civic confidence commitment, civic competence; which can be fully used
to realize a civic culture (civic culture) that is faithful, pious, moral, dignified, and
intellectually intelligent both personally and socially (humanist, holistic, and religious).
Hindu spiritual cultural values that are collaborated on the substance of PKn material
include Tri Kaya Parisudha, Karma Phala, Catur Purusha Artha, Tat Twam Asi, Yadnya,
Tri Hita Karana, and Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharmah.

Keywords: Civic education, Hindu, College

Pendahuluan memiliki peran yang vital dalam


Pendidikan Kewarganegaraan membentuk jati diri warga negara
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Indonesia. Praktisi kewarganegaraan dasar demokrasi konstitusional


mengutarakan gagasannya terkait Indonesia. Maftuh dan Sapriya (2005:
dengan Pendidikan Kewarganegaraan 30), menambahkan bahwa tujuan
(PKn). Santoso (2015: 86) menyatakan negara mengembangkan PKn, agar
bahwa kekuatan PKn ada pada setiap warga negara menjadi warga
Pancasila, UUD 1945, politik, hukum, negara yang baik (to be good citizens),
nilai, moral, kearifan lokal, dan yakni warga negara yang memiliki
kebhinekaan dalam berkebudayaan. kecerdasan (civic intelligence) baik
Hampir semua kalangan sepakat dan intelektual, emosional, sosial, maupun
telah menjadi pengetahuan umum, spiritual; memiliki rasa bangga dan
khususnya dikalangan akademisi PKn, tanggung jawab (civic responsibility);
bahwa “tujuan dari PKn (civic dan mampu berpartisipasi dalam
education dan citizenship education) kehidupan bermasyarakat.
adalah untuk membentuk warga negara Berdasarkan pemikiran-
yang baik dan cerdas (to be smart and pemikiran inilah yang memberikan
good citizenship)” (Cogan, 1997: 4; inspirasi bagi peneliti untuk
Wahab dan Sapriya, 2011: 311). memberikan gagasan bahwa dalam
Konsep warga negara yang baik itu mencapai tujuannya mewujudkan
memiliki tafsiran atau sudut pandang warga negara yang baik dan cerdas
yang berbeda dan tergantung dari sudut (smart and good ctizen) salah satu
pandang penguasa. Sunarso (2012: 83) sumber yang dapat dijadikan landasan
mencontohkan bahwa: (a) ketika Orde adalah bersumber pada nilai-nilai
Lama konsep warga negara yang baik budaya spiritual Hindu. Oleh karena itu
itu adalah warga negara yang berjiwa sangat tepat sekali jika
“revolusioner’, anti imperialism mengintegrasikan nilai-nilai budaya
kolonialisme, kolonialisme, dan neo spiritual Hindu ke dalam mata kuliah
kolonialisme; (b) ketika Orde Baru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
warga negara yang baik adalah warga pedoman bagi generasi muda Hindu
negara yang Pancasilais, manusia dalam menjalankan Dharma Agama
pembangunan, dan sebagainya; (c) dan Dharma Negaranya. Selain itu
sedangkan pada saat masa reformasi juga ditujukan untuk meningkatkan
warga negara yang baik adalah warga kompetensi kewarganegaraan
negara yang berperan serta secara aktif mahasiswa atau tercapainya hasil
dalam sistem pemerintahan negara belajar kewarganegaraan mahasiswa
yang demokratis. Kemudian Somantri yang utuh, yakni menjadi warga negara
(2001: 279) menyatakan bahwa tujuan yang baik dan cerdas (to be smart and
umum pelajaran PKn ialah mendidik good citizenship) yang terintegrasi
warga negara agar menjadi warga dalam civic knowlidge, civic
negara yang baik, yang dapat disposition, civic skills, civic confidece,
dilukiskan dengan warga negara yang civic commitment, civic competence;
patriotik, toleran, setia terhadap bangsa yang secara utuh dapat digunakan
dan negara, beragama, demokratis, dan untuk mewujudkan budaya
Pancasila sejati. Sedangkan Sapriya kewarganegaraan (civic culture) yang
(2001) menyatakan, tujuan PKn adalah beriman, bertaqwa, bermoral,
partisipasi yang penuh nalar dan bermartabat, dan cerdas intelektual
tanggung jawab dalam kehidupan secara personal maupun sosial
politik dari warga negara yang taat (humanis, holistik, dan religius).
kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Pembahasan: Pendidikan di Indonesia yang


Pendidikan Kewarganegaraan dalam konsen terhadap pembentukan warga
Konteks Ideologi dan Sistem negara yang baik, adalah Pendidikan
Pendidikan Nasional Kewarganegaraan. Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu hal Kewarganegaraan (PKn) dalam tulisan
yang sangat penting untuk menjadi ini dimaksudkan sebagai program
perhatian bersama. Pendidikan amat pendidikan dan pembelajaran terpadu
berperan dalam mendidik warganegara yang secara programatik dan prosedural
yang demokratis, yang menyiratkan dan berupaya memberdayakan
mensyaratkan bahwa pendidikan itu (empowering), membudayakan
sendiri haruslah demokratis dan (civilizing), dan memanusiakan
dilakukan dengan cara-acara yang (humanizing) peserta didik untuk dapat
demokratis pula, sebab pendidikan harus menjadi warga negara yang baik sesuai
efektif yang didukung oleh faktor-faktor dengan tuntutan ideologis dan yuridis
startegis lingkungan internal dan kontitusional dalam kehidupan
eksternal. Hal tersebut sesuai dengan apa bermasyarakat, berbangsa, dan
yang disampaikan oleh Thomas bernegara, yang berbasis budaya
Jefferson sebagai penulis Deklarasi spiritual Hindu. Winataputra (2015)
Kemerdekaan Amerika yang menyatakan bahwa dalam konteks
menyatakan bahwa: “…that the sistem pendidikan nasional Indonesia,
knowledge, skills and behaviors of sebaiknya PKn dikembangkan sebagai
democratic citizenship do not just occur pendidikan demokrasi konstitusional
natullay in oneself but rather they must Indonesia yang “…meningkatkan
be taught consciously through schooling keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia
to teach new generation, i.e they are dalam rangka mencerdaskan kehidupan
learned behaviors”. Agar peran bangsa dan …memajukan ilmu
pendidikan dipahami secara jelas dalam pengetahuan dan teknologi dengan
mendidik warganegara yang demokratis menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
tersebut John F. Kennedy misalnya lebih persatuan serta kesejahteraan umat
memperkuat pendapat Jefferson dengan manusia” (Pasal 31 ayat 3 dan 5 UUD
mengatakan bahwa: “There is an old NRI Tahun 1945) dan secara rinci
saying that the course of civilization is a dijabarkan dalam UU No. 20 Tahun
race between catastrophe and 2003 tentang Sisdiknas Pasal 3 tentang
education. In a democracy such as ours, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional,
we must make sure that education wins yaitu: “Pendidikan Nasional berfungsi
the race”. Carpenter (2013:6) mengembangkan dan membentuk watak
menyatakan bahwa serta peradaban bangsa yang
Jefferson and many others, including bermartabat dalam rangka
Benjamin Rush and Noah Webster, saw mencerdaskan kehidupan bangsa,
education as the vehicle to provide the bertujuan untuk berkembangnya potensi
information and skills necessary in the peserta didik agar menjadi manusia yang
proper training to produce equal beriman dan bertakwa kepada Tuhan
citizens, good republican citizens. Yang Maha esa, berahlak mulia, sehat
Pernyataan ini semakin menegaskan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
bahwa pendidikan itu sangat penting menjadi warga negara yang demokratis
bagi terciptanya kesetaraan diantara dan bertanggung jawab”.
warga negara dan dapat pula mendukung Undang-undang No. 12 tahun
terwujudnya warga negara yang baik. 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yakni
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Pasal 4 tentang Fungsi Pendidikan tentang Pendidikan Tinggi kembali


Tinggi dinyatakan: “(a) dikukuhkan wajib adanya mata kuliah
mengembangkan kemampuan dan agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan
membentuk watak dan peradaban bangsa bahasa Indonesia yang masingmasing
yang bermartabat dalam rangka merupakan entitas utuh
mencerdaskan kehidupan bangsa; (b) psikopedagogis/andragogis sebagai mata
Mengembangkan Sivita Akademika kuliah untuk program diploma dan
yang inovatif, responsif, kreatif, sarjana yang dalam pembelajarannya
terampil, berdaya saing, dan kooperatif dituntut untuk dapat menerapkan secara
melalui pelaksanaan Tridharma; dan (c) interaktif kegiatan kurikuler,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kokurikuler, dan ekstra kurikuler.
teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora. Pendidikan Kewarganegaraan pada
Sealanjutnya dalam Pasal 5 tentang Perguruan Tinggi
Tujuan Pendidikan Tinggi, yang Pendidikan Kewarganegaraan
dinyatakan bertujuan: (a) sebagai salah satu kelompok mata kuliah
Berkembangnya potensi mahasiswa agar umum (MKU) sudah seharusnya
menjadi manusia yang beriman dan menjadi fokus perhatian yang penting.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa Hal tersebut dikarenakan mata kuliah
dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, umum (MKU) bertujuan untuk
cakap, kreatif, mandiri, terampil, mengembangkan kepribadian peserta
kompeten, dan berbudaya untuk didik agar mampu nantinya
kepentingan bangsa; dan (b) berkontribusi sebagai anggota
Dihasilkannya lulusan yang menguasasi masyarakat, bangsa, dan negara. Namun
cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau kenyataannya yang terjadi, MKU
teknologi untuk memenuhi kepentingan dipandang sebelah mata dalam struktur
nasional dan peningkatan daya saing kurikulum pendidikan tinggi. Hal
bangsa”. tersebut dipertegas oleh Yamanto (2015)
Perlu ditegaskan kembali bahwa yang mengungkapkan bahwa mahasiswa
muatan atau mata pelajaran pendidikan kelas reguler melihat bahwa Pendidikan
kewarganegaraan dimandatkan dalam Kewarganegaraan sebagai mata kuliah
Pasal 37 UU 20 tahun 2003 tentang umum merupakan pengulangan dan juga
Sisdiknas beserta penjelasannya, penggugur kewajiban sebagai mata
dinyatakan dengan tegas bahwa: kuliah yang wajib diikuti. Oleh sebab itu
“...pendidikan kewarganegaraan diperlukannya revitalisasi MKU.
dimaksudkan untuk membentuk peserta Budimansyah (2015) memberikan
didik menjadi manusia yang memiliki sejumlah solusi terkait revitalisasi MKU,
rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. yaitu: (1) pendekatan aplikasi dan
Adapun yang dimaksudkan dengan praksis bukan teori dan indoktrinasi; (2)
pendidikan kewarganegaraan dalam mahasiswa ditawari sejumlah (tema)
Undang-Undang tersebut mencakup mata kuliah umum yang beraneka untuk
muatan atau substansi dan proses dipilih sesuai dengan hobi dan
pendidikan nilai ideologis Pancasila dan nuraninya. Selama ini (tema- tema) mata
pendidikan kewarganegaraan yang kuliah umum itu ditentukan oleh
menekankan pada pendidikan kewajiban perguruan tinggi sehingga mayoritas
dan hak bela negara dari warganegara. mahasiswa dipaksa oleh kurikulum.
Kemudian dalam Pasal 35 ayat (3) Ketika dipaksa, maka hilanglah fungsi
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 liberal education dari mata kuliah umum
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

itu; (3) perlu dilakukan analisis substansi, strategi, pembelajaran, dan


kebutuhan mahasiswa untuk penilaian PKn. Penguatan kurikulum
menentukan materi dan cakupan PKn ini juga menuntut adanya
perkuliahan. Pada akhir perkuliahan perubahan pola pikir, pola sikap dan pola
perlu dilakukan evaluasi untuk tindak, serta budaya profesional dosen,
mengetahui manfaat dan relevansi dan terkait pengembangan secara integratif
fungsinya sebagai pengayaan terhadap dimensi pengetahuan kewarganegaraan,
bidang studi; (4) mata kuliah umum sikap kewarganegaraan, keterampilan
mesti dikelola secara terintegrasi dengan kewarganegaraan, keteguhan
visi dan misi yang jelas dari tingkat kewarganegaraan, komitmen
universitas, fakultas, sampai jurusan; (5) kewarganegaraan, dan kompetensi
MKU mesti sensitif terhadap tantangan kewarganegaraan, untuk menghasilkan
zaman sehingga para mahasiswa pribadi warga negara yang cerdas dan
bersikap kritis terhadap kehidupan baik.
nyata. Isu-isu mutakhir yang kini Penetapan adanya 2 (dua) dari 4
bergejolak dan menyita perhatian bangsa (empat) mata kuliah wajib umum
ini seperti NII, kekerasan anatarumat (MKWU), yakni Pendidikan Pancasila
beragama, perdagangan manusia, dan Pendidikan Kewarganegaraan di
pemulangan paksa TKI, bunuh diri di perguruan tinggi memberi tantangan
kalangan pelajar, tayangan video porno, sekaligus menimbulkan implikasi
korupsi berjamaah di kalangan politisi terhadap penyegaran, pengadaan dosen
dan birokrat, penggundulan hutan di Pendidikan Pancasila dan dosen
Kalimantan, dan sebagainya; (6) Pendidikan Kewarganegaraan secara
perlunya pembinaan dosen mata kuliah berkelanjutan. Semua dosen Pendidikan
umum secara profesional, baik melalui Pancasila dan/atau Pendidikan
kegiatan studi lanjut maupun pelatihan- Kewarganegaraan dituntut untuk
pelatihan profesional. Ketika mata menguasai secara mendalam dan
kuliah umum dianggap mubazir oleh komprehensif latar belakang dan yang
mahasiswa, maka diperlukan terkandung dalam visi, misi, substansi,
pembuktian terbalik bahwa MKU justru strategi, pembelajaran, dan penilaiannya.
mencerdaskan, menginspirasi, dan Penguatan profesionalisme dosen ini
menambah wawasan. juga menuntut adanya perubahan pola
Adanya perkembangan baru pikir, pola sikap dan pola tindak, serta
dalam pengorganisasian pendidikan budaya profesional dosen terkait proses
kewarganegaraan tersebut, terdapat pengembangan secara utuh/holistik
kebutuhan dan tantangan baru bagi dimensi pengetahuan kewarganegaraan,
semua dosen Pendidikan Pancasila dan sikap kewarganegaraan, keterampilan
Pendidikan kewarganegaraan. kewarganegaraan, keteguhan
Penyempurnaan dan Penguatan PKn di kewarganegaraan, komitmen
perguruan tinggi, secara komprehensif kewarganegaraan, dan kompetensi
memberi tantangan sekaligus kewarganegaraan. (CCE;1994,
menimbulkan implikasi terhadap Winataputra:2001,2015).
peningkatan kualifikasi, kompetensi, Upaya rekonstruksi pemikiran
sertifikasi, dan kinerja dosen PKn secara dalam pengembangan praktik PKn pada
berkelanjutan. Dosen dituntut menguasai jenjang perguruan tinggi seperti
secara mendalam dan komprehensif latar diharapkan di atas adalah sangat penting
belakang dan semangat perubahan untuk diwujudkan. Hal ini dimaksudkan
tersebut mulai dari nama, misi, untuk menyesuaikan paradigma dan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

praktik PKn di perguruan tinggi dengan Gagasan Pendidikan


tuntutan-tuntutan baru pemikiran Kewarganegaraan Berbasis Budaya
demokrasi, pengaruh globalisasi, Spiritual Hindu
tuntutan-tuntutan gerakan etnisitas Nilai budaya spiritual Hindu
masyarakat, tuntutan reformasi diterapkan pada pembelajaran PKn
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena peneliti berkeyakinan bahwa
reformasi pendidikan, serta tuntutan- agama, kebudayaan, ilmu pengetahuan,
tuntutan pengembangan pendidikan dan pendidikan yang merupakan bagian
multikultural. Pendidikan dari peradaban manusia adalah bersifat
Kewarganegaraan menanamkan civic kontinum. Keyakinan ini tidak terlepas
virtue kepada peserta didik dalam rangka dari adagiumnya Albert Einstein yang
menciptakan harmoni dalam menyatakan “science without religion
masyarakat, membangun kesetaraan, is lame, religion without science is
menutup ruang terjadinya “tabrakan” blind” (Jammer, 1999: 11) yang
hak sehingga bisa mewujudkan keadilan maknanya adalah ilmu pengetahuan
bagi semua pihak (Sujana, 2019: hal. tanpa dilandasi oleh agama itu akan
70). Jika ini dapat dapat diwujudkan, buta dan agama tanpa didukung oleh
maka tujuan PKn lebih berpeluang besar ilmu pengetahuan itu akan lumpuh.
untuk direalisasikan, yaitu dalam rangka Begitu juga Giroux (1981: 26) dan Pai
memberdayakan, membudayakan, dan (1990: 3) menyatakan bahwa ada
menghumanisasikan warganegara hubungan antara pendidikan dengan
Indonesia seutuhnya, yaitu warganegara budaya masyarakatnya, pendidikan
Indonesia yang beriman dan bertaqwa, juga dipengaruhi oleh society’s
cerdas, demokratis dan reflektif, kritis, prevailing worldview and values”.
bertanggung jawab, berbudi pekerti Berdasarkan kutipan ini dapat
luhur, serta partisipatif dalam dipahami bahwa pendidikan sebagai
pembangunan hehidupan bagian dari peradaban manusia tidak
bermasyarakat, berbangsa, dan bisa dilepaskan dari konteks dan proses
bernegara berlandaskan nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang
Pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai melingkupinya, termasuk nilai-nilai
budaya lokal yang luhur, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, artinya
agama, dan nilai-nilai kemanusiaan yang pendidikan dalam upayanya
universal yang relevan dan bersesuaian membentuk perilaku, menanamkan
satu sama lain. Warganegara Indonesia pengetahuan, proses berpikir, nilai-
seperti ini adalah warganegara yang nilai, cara belajar, keterampilan
memiliki kompetensi kecerdasan kognitif dan sosial yang esensial, serta
multidimensional untuk think globally, nilai-nilai kebenaran akan ditentukan
act locally, and commit nationally. Hal juga oleh bagaimana pandangan
ini dicirikan oleh penguasaan dan masyarakatnya tentang dunia dan nilai-
kemampuan pengembangan civic nilainya.
knowledge, civic disposition (values and Subagia dan Wiratma (2008: 5);
attitude), civic skills, civic confidence, dan Sukadi (2010: 2) juga memberikan
civic commitment, civic competence, and penguatan bahwa “hubungan yang erat
civic culture secara rasional, kritis, antara pendidikan dengan budaya
kreatif, reflektif, spekulatif, spiritual yang bersumber dari nilai-nilai
metaanalysis, dan kontekstual. ajaran agama masih sangat diyakini
oleh sebagian besar masyarakat kita di
dalam usaha mewujudkan tujuan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

pendidikannya” termasuk tujuan PKn kontribusi sebesar 14% terhadap


itu sendiri. Tujuan PKn ini disinergikan variabel perilaku menyimpang.
dengan nilai-nilai sosial budaya Perilaku menyimpang yang
spiritual berbasis ajaran nilai-nilai terjadi dikalangan peserta didik/generasi
agama, bertujuan untuk mewujudkan muda saat ini seperti yang telah
manusia Indonesia sebagai warga disampaikan sebelumnya, adalah akibat
negara yang seutuhnya dalam artian dari kurangnya pemahaman terhadap
baik dan cerdas (good and smart) ajaran agamanya. Agama Hindu
secara intelektual, emosional, sosial mengajarkan kepada setiap orang untuk
maupun spiritual dalam setiap dimensi melakukan perbuatan baik (susila) demi
hakekat kehidupannya (mahluk mono- terwujudnya anak yang baik (suputra)
dualistis dan mono-pluralistis yang dengan mengamalkan ajaran Panca
holistik, humanis, dan religius) dan Yama Brata yaitu ahimsa, brahmacari,
tidak mecabut generasi penerusnya dari suddha, awyawahara, dan astenya.
akar budayanya sendiri. Ariputra (2017) menyatakan untuk
Secara substansi, artikel ini membina peserta didik yang mengalami
meyakini bahwa nilai budaya spiritual perilaku menyimpang dari ajaran Panca
Hindu yang dikolaborasikan dengan Yama Brata sebagai usaha membentuk
substansi materi PKn, dapat menjadi anak yang suputra, diperlukan cara-cara
pedoman dalam menjalankan dharma yang harus ditempuh oleh guru (guru
agama dan dharma negaranya secara pengajian), yaitu: mengembangkan
baik. Hal ini dapat diidentifikasi kualitas keberagamaan peserta didik,
nantinya sebagai “manusia Hindu yang meningkatkan pola interaksi guru
seutuhnya” yaitu warga negara yang dengan peserta didik, optimalisasi
baik dan cerdas (smart and good penggunaan buku penghubung,
citizenship) secara intelektual, membangun hubungan emosional yang
emosional, sosial maupun spiritual baik dengan peserta didik, melaksanakan
dalam setiap dimensi hakikat pendidikan dengan penyesuaian tingkat
kehidupannya (mahluk mono-dualistis perkembangan umur peserta didik,
dan mono-pluralistis; holistik-humanis- kegiatan ekstra kurikuler, memberi
religius) yang mampu think globally, hukuman yang bersifat mendidik,
act locally, and commit nationally penataan lingkungan fisik.
seperti yang telah dikonsepsikan oleh Agama mempunyai peranan
para akademisi dan praktisi PKn di dalam pembangunan dan perubahan
Indonesia. sosial budaya masyarakat sudah tidak
perlu diragukan lagi. Agama menjadi roh
Nilai budaya Spiritual Hindu pada kehidupan sosial budaya pada
Pendidikan Kewarganegaraan kelompok-kelompok masyarakat
Akibat kurangnya pemahaman religius. Sejalan dengan itu, ada
tentang nilai agama, maka sering terjadi kecenderungan dewasa ini bahwa
penyimpangan terhadap gaya hidup banyak ahli agama yang mengkaji
peserta didik. Komariah (2015) masalah-masalah kehidupan sosial
menyatakan bahwa perilaku budaya masyarakat; dan sebaliknya,
menyimpang yang sering dilakukan oleh banyak ahli-ahli sosial yang mengkaji
remaja di Kecamatan Cisarua adalah kehidupan agama masyarakat lokal.
melanggar norma agama, dan dari hasil Gambaran ini mengindikasikan bahwa
penelitiannya ditafsirkan bahwa variabel agama juga berperan dalam
gaya hidup memiliki pengaruh pengembangan kehidupan masyarakat
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

dalam bidang pendidikan dan indikasi, pengejawantahan kesadaran


pengembangan ilmu pengetahuan. budaya spiritual Hindu cenderung masih
Agama (Hindu) memiliki peran berada di ranah privat dan sangat
dalam pengembangan dan pembangunan tergantung pada perkembangan
bidang pendidikan. Hal ini tercermin pengalaman hidup masing-masing
dari pandangan agama Hindu, yang individu. Untuk kepentingan ranah
mengenal konsep catur guru yang salah publik, tampaknya belum menunjukkan
satunya dikenal guru pengajian (guru di adanya formalisme agama yang jelas
sekolah), konsep sisia (murid), dijadikan dasar menjalankan
brahmacari (fase belajar dalam kepentingan kehidupan kelembagaan
perkembangan kehidupan), pemujaan modern, termasuk kelembagaan
terhadap Dewi Saraswati dan Dewa pendidikan, sehingga dapat menjadi
Ganesha (dewi dan dewa ilmu kesadaran baru yang lebih berbasis
pengetahuan), serta berdirinya yayasan- kesadaran religius.
yayasan Hindu yang mendirikan Memang, hasil pengamatan
lembaga-lembaga pendidikan modern menunjukkan adanya penggunaan
dan asram-asram bernuansa Hindu. simbol-simbol agama (Hindu) yang
Agama Hindu mempunyai cukup semarak dalam berbagai aktivitas
peranan yang signifikan dalam proses kelembagaan modern, seperti
perubahan sosial, budaya, politik, dan penggunaan kosa kata, pendirian tempat
ekonomi masyarakat Bali. Geriya suci, pembuatan dan pemasangan arca,
(1991:5) mengatakan Agama Hindu pemasangan gambar-gambar suci,
memiliki peran motivatif, kreatif, penggunaan simbol-simbol dan
tuntunan moral, integratif (pengokoh jati pelaksanaan upacara, jalinan hubungan
diri), dan peran orientatif. Sayangnya, dengan rohaniawan dan tokoh-tokoh
dalam banyak hal peran yang adat, pelaksanaan kegiatan dharma
digambarkan oleh Geriya, tersebut yatra, dharma tula, dan dharma chanti,
cenderung masih bersifat normatif. serta menjadikan pandangan hidup tri
Peran-peran seperti ini memang telah hita karana sebagai visi kelembagaan
tampak lebih nyata dalam penataan (Sukadi, 2006). Namun, penggunaan
kehidupan sistem sosial, budaya, dan simbol-simbol agama Hindu tersebut
religi (upacara) dalam kehidupan tampaknya masih memisahkan
keluarga dan masyarakat desa adat yang (diferensiatif) antara aktivitas-aktivitas
masih mempertahankan tradisi melalui keagamaan yang dinilai sebagai aktivitas
awig-awig desa adatnya, walau niskala (suci) dengan kekuasaan dan
terjemahannya ke dalam kehidupan aktivitas-aktivitas mewujudkan visi,
sering menggunakan simbol-simbol misi, dan tujuan kelembagaan yang
tradisi dari pada menggunakan landasan dinilai sebagai aktivitas sekala
ortodoksi agama (ajaran Weda) (Pitana, (profan/duniawi) yang semestinya
1994). Belum jelas dapat diketahui, menjalin hubungan kesatuan yang
kemudian, bagaimana peran peran organis. Ini berarti, kesemarakan
tersebut mengatur dan terwujud dalam kehidupan beragama dalam penggunaan
sistem-sistem kelembagaan yang lebih simbol-simbol agama Hindu tampaknya
formal, yang dewasa ini makin kuat belum menjadi kesatuan landasan moral
bersentuhan dengan ideologi modern spiritual dalam mengatur dan
dan pengaruh global, seperti dalam mewujudkan peran agama dalam
kelembagaan: politik, ekonomi, hukum, pembangunan program-program
dan kelembagaan pendidikan. Ada kelembagaan modern (Maliki, 2004).
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Inilah yang dinyatakan oleh Pitana Daftar Pustaka


(1994) dan Sujana (2004) bahwa Ariputra, I.P.S. (2017). Identifikasi
masyarakat Bali berada pada masa Perilaku Menyimpang Peserta
transisi yang menghadapkannya pada Didik terhadap Ajaran Panca
situasi konflik nilai-nilai. Kondisi ini Yama Brata di SD 6 Dalung
tentu membutuhkan strategi baru Tahun Pelajaran 2016-2017.
bagaimana ideologi ortodoksi, simbol- Jurnal Penelitian Agama
simbol, dan nilai-nilai Agama Hindu itu Hindu, 1 (2), hlm. 50-55.
dapat terwujud sebagai satu kesatuan Budimansyah, D. (2015). Nilai-Nilai
organis dengan kekuasaan, strategi, dan Karakter Mata Kuliah Umum
aktivitas-aktivitas untuk mewujudkan (MKU) Bagi Mahasiswa
visi, misi, dan tujuan lembaga. Adapun (Aktualisasi Karakter
nilai-nilai budaya spiritual Hindu yang Kewarganegaraan dalam
dapat dijadikan landasan pada Membangun Smart and Good
Pendidikan Kewarganegaraan Citizen di Perguruan Tinggi).
diantaranya adalah Tri Kaya Parisudha, Jurnal PKn Progresif, 10 (1),
Karma Phala, Catur Purusha Artha, Tat hlm. 1-12.
Twam Asi, Yadnya, Tri Hita Karana, dan Carpenter, J. (2013). Thomas Jefferson
Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti and The Ideology of Democratic
Dharmah. Schooling. Democracy and
Education Journal, 21 (2), hlm.
Simpulan 1-11.
Nilai budaya spiritual Hindu Center for Civic Education/CCE. (1994).
yang dikolaborasikan dengan substansi Civitas: National Standards for
materi PKn, dapat menjadi pedoman Civics and Government.
dalam menjalankan dharma agama dan Calabasas: CCE
dharma negaranya secara baik. Hal ini Cogan, J. J.(1997). Multidimensional
dapat diidentifikasi nantinya sebagai Citizenship: Educational Policy
“manusia Hindu yang seutuhnya” yaitu for the 21st Century. An
warga negara yang baik dan cerdas Executive Summary of the
(smart and good citizenship) secara Citizenship Education Policy
intelektual, emosional, sosial maupun Study Project.
spiritual dalam setiap dimensi hakikat Geriya, I W. (1991). Peranan Agama
kehidupannya (mahluk mono-dualistis Hindu dalam Transformasi
dan mono-pluralistis; holistik-humanis- Budaya. Denpasar: Institut
religius) yang mampu think globally, act Hindu Dharma.
locally, and commit nationally seperti Giroux. H. A. (1981). Ideology, Culture,
yang telah dikonsepsikan oleh para and the Process of Schooling.
akademisi dan praktisi PKn di Indonesia. Philadelphia: Temple University
Nilai-nilai budaya spiritual Hindu yang Press.
dikolaborasikan pada substansi materi Jammer, Max. (1999). Einstein and
PKn diantaranya adalah Tri Kaya Religion: Physics and Theology.
Parisudha, Karma Phala, Catur Uneted Kingdom: Princeton
Purusha Artha, Tat Twam Asi, Yadnya, University Press. (buku online:
Tri Hita Karana, dan Moksartham http://www.amazon.com).
Jagadhita Ya Ca Iti Dharmah. Komariah, N.K, dkk. (2015). Pengaruh
Gaya Hidup Remaja Terhadap
Meningkatnya Perilaku
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Melanggar Norma di Masyarakat Somantri, M. N. (2001). Menggagas


(Studi pada Remaja di Pembaharuan Pendidikan IPS.
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung: PT Remaja
Bandung Barat). Jurnal Sosietas, Posdakarya.
5 (2), hlm. 1-5. Subagia, I W dan I Gusti L. Wiratma
Maftuh, B & Sapriya. (2005). (2008) Penerapan Model Siklus
Pembelajaran PKn melalui Belajar Berbasis Tri Premana
Pemetaan Konsep. Jurnal Pada Pembelajaran Sains Di
Civicus, 1 (5), hlm. 319-321. Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Maliki. (2004). Agama Priyayi: Makna Pengajaran. Singaraja:
Agama di Tangan Elite Universitas Pendidikan Ganesha
Penguasa. Yogyakarta: Pustaka Sujana, IPWM. (2019). Civic Virtue
Marwa. dalam Rangka Mewujudkan
Pai, Y. (1990). Cultural Foundations of Pemilu Harmoni dan
Education. New York: Berkeadilan. Jurnal Media
Macmillan Publishing Company. Komunikasi Pendidikan
Pitana (1994). Dinamika Masyarakat Pancasila dan
dan Kebudayaan Bali. Denpasar. Kewarganegaraan. Volume 1,
Universitas Udayana Nomor 2, hlm. 70.
Republik Indonesia. (2002). Undang- Sujana, N.N. (2004). Konflik Sosial di
Undang Dasar Negara Republik bali: Fenomena dan Strategi
Indonesia Tahun 1945 Penanggulangan. Dalam I N.
Amandemen Keempat. Jakarta: D. Putra (ed). Bali Menuju
Majelis Permusyawaratan Jagadditha: Aneka Perspektif.
Rakyat. Denpasar: Pustaka Bali
-----------------------. (2003). Undang- Post.
Undang Republik Indonesia Sukadi. (2006). Pendidikan IPS sebagai
Nomor 20 tahun 2003 Tentang Rekonstruksi Pengalaman
Sistem Pendidikan Nasional Budaya Berbasis Ideologi
(Sisdiknas). Jakarta: Fokus Tri Hita Karana (Studi Etnografi
Media. tentang Pengarh Masyarakat
-----------------------. (2012). Undang- terhadap Pelaksanaan Program
Undang Republik Indonesia Pendidikan IPS di DMA Negeri 1
Nomor 12 tahun 2012 Tentang Ubud). Disertasi (tidak
Pendidikan Tinggi. Jakarta: dipublikasikan. Bandung:
Fokus Media UPI Bandung.
Santoso, dkk. (2015). Analysis SWOT _______. (2010). Rekonstruksi
Civic Education Curriculum For Pemikiran Belajar dan
Senior High School Year 1975 – Pembelajaran PKN SD Sebagai
2013. Jurnal CIVICUS, 19 (1), Yadnya dalam Rangka
hlm. 86 -109 Perwujudan Dharma Agama dan
Sapriya. (2001). Analisis Signifikasi Dharma Negara Berbasis
“Content” PKn Persekolahan Konstruktivisme. Laporan
dalam Menghadapi Tuntutan Era Penelitian Hibah Bersaing Tahap
Demokrasi dan Penegakan Hak II. Singaraja: Universitas
Asasi Manusia. Jurnal Civicus Pendidikan Ganesha.
(1) 57-72. Bandung. Jurusan Sunarso. (2012). Kepentingan Politik
PMPKN. UPI. Penguasa Terhadap Pendidikan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Kewarganegaraan di Indonesia.
Jurnal Humanika, 12 (1), hlm.
80-99.
Wahab, A A & Sapriya. (2011). Teori
dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraa. Bandung;
Alpabeta.
Winataputra, U.S. (2001). Jati diri
Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai Wahana Sistemik
Pendidikan Demokrasi (Suatu
Kajian Konseptual dalam
Konteks Pendidikan IPS).
Disertasi. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
_____________. (2015). Rekonstruksi
Pendidikan Kewarganegaraan:
Analisis Historis
Epistemologis. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yamanto, R, dkk. (2015). Civic
Education Role For Devolved
Student Awareness as a Global
Citizen. Jurnal Civicus, 19 (1),
hlm. 23-31.

Anda mungkin juga menyukai