Anda di halaman 1dari 14

Aspek Hukum dan

Manajemen Kontrak

07
Modul ke:

KLAIM DAN SENGKETA KONSTRUKSI

Fakultas
Program Pasca Prof. Dr.Ir. F.Sarwono Hardjomuljadi, MSc, MH
Sarjana

Program Studi
Magister Teknik
Sipil
Klaim Konstruksi
Umum
Definisi Klaim menurut Black’s Law Dictionary adalah “ a demand for money ,
property or legal remedy to which one asserts a right”.
Selama ini istilah klaim pada pelaksanaan proyek konstruksi seolah menjadi
momok atau sesuatu yang diharamkan bagi pihak pengguna jasa/pemilik proyek,
sebaliknya di pihak penyedia jasa/kontraktor terkadang merupakan suatu upaya
untuk mendapatkan keuntungan tambahan, atau bahkan sejak awal sudah
termasuk dalam strategi untuk mendapatkan proyek. Definisi dari klaim yang
paling sederhana dan mudah dimengerti adalah: suatu tindakan seseorang
untuk meminta sesuatu, dimana hak seseorang tersebut telah hilang
sebelumnya, karena yang bersangkutan beranggapan mempunyai hak untuk
mendapatkannya kembali. Sebagai contoh sederhana adalah seseorang yang
mempergunakan jasa angkutan udara akan menyerahkan bagasinya kepada
perusahaan penerbangan untuk selanjutnya mengklaim kembali bagasinya
(baggage claim) pada saat sampai ditempat tujuan penerbangan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, klaim yang diajukan oleh kontraktor
dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
Brian A. Garner: Black’s Law Dictionary, Eight Edition, (St Paul, USA:Thomson
West, 2004)
Sarwono Hardjomuljadi et al, Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC
Conditions of Contract (Jakarta: Polagrade, 2006)
Klaim Konstruksi akibat perubahan waktu pelaksanaan
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Konsultan (Engineer)/ Pengguna Jasa (Employer) dan
Kontraktor adalah penyelesaian proyek sesuai jadwal (tepat waktu) dan dalam batas anggaran
(budget) yang diperkirakan pada saat tender oleh kedua belah pihak yaitu Enjinir
(Engineer)/Pengguna Jasa (Employer) dan Kontraktor. Dalam prakteknya, manajemen
konstruksi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai manajemen klaim konstruksi, yang
meliputi:
a) Manajemen jadwal konstruksi, dalam arti sempit, manajemen keterlambatan dalam
konstruksi
Manajemen biaya konstruksi, dalam arti sempit, manajemen klaim pekerjaan konstruksi.

Untuk mencapai target dalam pasar konstruksi internasional masa kini di mana semua pihak
yang berkepentingan selalu menginginkan penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu dan
dalam batas anggaran (budget) sebagaimana diperkirakan pada saat tender, semua jenis
kontrak konstruksi akan menyertakan rincian jadwal pekerjaan dan tanggal penyelesaian
pekerjaan. Jadwal ini sangat penting terutama pada kontrak bidang industri konstruksi yang
kompleks dan yang bukan merupakan tujuan akhir tetapi sebagai sarana untuk dioperasikan
agar mendapat pemasukan keuangan, sebagai contoh proyek Jalan Tol, Pusat Listrik, Pabrik,
bahkan pembangunan Apartment, karena kelambatan waktu penyelesaian satu hari saja
mengakibatkan kerugian operasi yang tidak kecil.
Klaim Konstruksi akibat perintah perubahan (variation order)
Perintah perubahan (variation order) pada suatu proyek konstruksi biasanya diterbitkan oleh Enjinir,
atas nama pengguna jasa. Pada setiap proyek konstruksi, hampir pasti akan terjadi suatu
perubahanpekerjaan, dimana kontraktor harus mengubah metode kerja, yang biasanya akan
disampaikan oleh Enjinir dalam bentuk perintah perubahan (variation order). Terdapat berbagai jenis
perubahan pekerjaan yang terjadi karena alasan-alasan sbb:
a) Kesalahan atau ketidak telitian rancangan dan desain (perencanaan)
b) Perubahan spesifikasi
c) Perubahan desain
d) Penambahan atau pengurangan pekerjaan
e) Perubahan situasi dan kondisi untuk pelaksanaan pekerjaan
f) Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu penyelesaian dari metoda atau cara pelaksanaan
pekerjaan
g) Karena hal-hal lain

Bagaimanapun juga Enjinir (Engineer)/ Pengguna Jasa (Employer) mempunyai hak untuk melakukan
perubahan-perubahan kontrak (change order atau variation order), tetapi dibatasi oleh dua kondisi
yang disebutkan di bawah ini :
a) Modifikasi yang dipakai tidak boleh merubah kontrak secara fundamental
b) Kontraktor diberikan hak untuk melakukan perubahan biaya bila modifikasi tersebut
mempengaruhi biaya atau jadual waktu atau kedua-duanya, secara total atau sebagian.
Klaim Konstruksi akibat unforeseeable physical conditions
Istilah “Unforeseeable Physical Conditions (UPC)” atau keadaan fisik yang tidak dapat
diduga sebelumnya, adalah istilah kontraktual yang secara khusus digunakan pada
kontrak yang menggunakan FIDIC CC for Construction MDB Harmonised Edition 2006
seperti halnya istilah Different Site Conditions (DSC) pada American Institute of Architects
(AIA) Contract & SF 23 A Contract, Adverse Physical Conditions (APC) pada Public Sector
Standard Conditions of Contract (PSSCOC) for Construction Works of Singapore, Latent
Conditions pada Australian Standard AS 4000 dan sebagainya. Unforeseeable Physical
Conditions bukanlah penyebab klaim, tetapi lebih sebagai jalan masuk secara legal bagi
suatu pengajuan klaim.
Dalam pengertian physical site conditions, keadaan lapangan yang sesungguhnya
dijumpai pada pelaksanaan kadang-kadang berbeda sama sekali dengan kondisi yang
diperkirakan (terlihat) pada tahap tender atau dokumen Information to Tenderer. Apabila
keadaan ini terjadi, maka secara kontraktual umumnya diberikan peluang untuk
mengatur penentuan tanggungjawab dan kompensasi atas keterlambatan dan/atau
tambahan biaya.

Referensi: Sarwono Hardjomuljadi: Challenge and Problem Solving in using FIDIC MDB:
From Commencement to Termination of the Works, Paper dipresentasikan pada FIDIC
World Centenary Conference (Barcelona, Spain, September 2013)
Sengketa dan Penyelesaiannya
Sengketa atau dispute menurut Black’s Law Dictionary adalah: “a conflict or controversy”,
sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Pertentangan atau konflik, konflik
berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang orang, kelompok-kelompok, atau
organisasi-organisasi terhadap satu obyek permasalahan”.
Beberapa pendapat pakar dalam bidang konstruksi, tentang sengketa kontrak konstruksi
adalah seperti dinyatakan oleh Chow, Kok Fong : ”....difference in position over a matter which
is submitted for determination by a tribunal. A dispute does crystallise where a party merely
requests another party for more information to explain the items featured in a matter or to
allow more time for a more careful consideration of the matter”. Pendapat lain dari
Kumaraswam : disputes developed from conflict; ”serious disagreement and argument about
something important” dan “a serious difference between two or more beliefs, ideas or
interests”
Apakah yang dimaksud dengan sengketa kontrak konstruksi, menurut Oxford Dictionary of
Law :Dispute is a misunderstanding between two parties, either contractual or non contractual.
Dengan demikian sengketa dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang menempatkan
suatu pihak yang ingin memaksakan kehendaknya kepada pihak lain yang menentang
kehendak tersebut dan mengadakan perlawanan
7
8

Undang Undang 2 2017 Jasa Konstruksi


(1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar
musyawarah untuk mencapai kemufakatan.

2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat mencapai
suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi. (PACTUM DE COMPROMITTENDO)

(3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan
tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih. (ACTA COMPROMIS)

(4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. Mediasi
a/b. Dewan Sengketa
b. Konsiliasi, dan
c. Arbitrase c. Arbitrase
(5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b,
para pihak dapat membentuk dewan sengketa.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah
9

Dewan Sengketa
Ada 2 jenis Dispute
Board:

Standing Dispute Ad-Hoc Dispute


Board Board

Organisasi internasional yang menyediakan list dari Dewan Sengketa


diantaranya adalah FIDIC List of Adjudicator, Geneva, Switzerland dan DRBF
(Dispute Resolution Board Foundation) Seattle, USA.

Di Indonesia terdapat PADSK (Perkumpulan Ahli Dewan Sengketa) yang


merupakan perpanjangan tangan dari DRBF (Dispute Resolution Board
Foundation)
DRBF International Conference & Workshops
24 - 26 May 2018 • Tokyo, Japan The History
Jakarta Selatan District Court
Arbitration (Plaintiff BGE, Defendant GDE)
(Plaintiff GDE, Defendant BGE) Reject the appeal to set aside the Arbitral
Bumi Gas have to pay USD 52,550,000 Tribunal Decision
Jume 17, 2008 May 30, 2012

Jakarta Selatan District Court Indonesian Supreme Court


(Plaintiff BGE, Defendant GDE) (Plaintiff BGE, Defendant GDE)
Reject the appeal to set aside the Arbitral Set aside the Arbitral Tribunal Decision
Tribunal Decision May 30, 2013
January 15, 2009
Indonesian Supreme Court
Indonesian Supreme Court (Plaintiff GDE, Defendant BGE)
(Plaintiff BGE, Defendant GDE) Judiial Review 1
Upheld the district court Decision Upheld the supreme court Decision
May 19, 2009 February 20, 2014

Indonesian Supreme Court Indonesian Supreme Court


Judicial Review (Plaintiff GDE, Defendant BGE)
(Plaintiff BGE, Defendant GDE) Judiial Review 2
Upheld the district court Decision Upheld the supreme court Decision
May 25, 2010 May 28, 2015

Indonesian Supreme Court


GDE v BGE (Plaintiff GDE, Defendant BGE)
Judiial Review 3
In progress
© DRBF 2018
10
DRBF 18th Annual International Conference
© Dispute Resolution Board Foundation 2018 Tokyo
DRBF International Conference & Workshops
24 - 26 May 2018 • Tokyo, Japan The History
Three Member DAB in 2006

Single DAB in 2007


PGN to pay 7years
US$17,298,834.57

CRW’s first attempt


was an arbitration commenced in 2009
CRW to compel PGN to pay the sum CRW appeal
awarded by the DAB PGN v CRW The Court of Appeal in 2011
Dismissed CRW’s appeal.
CRW’s second attempt
was an arbitration commenced in 2010 CRW attempt
PGN cannot be compelled to comply The 2011 tribunal has, by a majority, rejected PGN’s argument.
promptly with the DAB decision It has therefore issued an interim or partial award compelling
PGN to comply with the DAB decision.
PGN attempt
The High Court in 2010
PGN appeal
Agreed with PGN that the award
The Court of Appeal in 2014
should be set aside
Dismissed PGN’s appeal with one
dissenting opinion
© DRBF 2018
11
DRBF 18th Annual International Conference
© Dispute Resolution Board Foundation 2018 Tokyo
DRBF International Conference & Workshops
24 - 26 May 2018 • Tokyo, Japan The History
Arbitration some years ago
Expeditious Arbitration today
Inexpensive Neutral arbitrators
Small strain on business relationship Specialized arbitrators
Neutral arbitrators Flexible proceedings based on party
Specialized arbitrators autonomy
Flexible proceedings based on party No formal service of process
autonomy International enforcability of award
No formal service of process Hearings are not public
International enforcability of award 05.04.2011 Volker Mahnken, Siemens AG
Hearings are not public
Therefore: Arbitration only last resort

© DRBF 2018
12
DRBF 18th Annual International Conference
© Dispute Resolution Board Foundation 2018 Tokyo
DRBF International Conference &
Workshops
24 - 26 May 2017 • Madrid, Spain

THE PRESIDENT AND COUNTRY REPRESENTATIVES OF DRBF


Barcelona, Spain, September 2013
Terima Kasih
Dr.Ir. F. Sarwono Hardjomuljadi, MSc, MH

Anda mungkin juga menyukai