Anda di halaman 1dari 71

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339040496

KUASI-EKSPERIMEN

Book · January 2020

CITATIONS READS
0 10,360

1 author:

Muhamad Galang Isnawan


Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
22 PUBLICATIONS   28 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

SPSS untuk Penelitian Dasar View project

Didactical Design Research (DDR) View project

All content following this page was uploaded by Muhamad Galang Isnawan on 05 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MUHAMAD GALANG ISNAWAN

KUASI
EK SP E R IMEN

EDITOR: SUDIRMAN, M.Pd.


Kuasi-Eksperimen |i

KUASI-EKSPERIMEN

Muhamad Galang Isnawan


Editor: Sudirman, M.Pd.

2020

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | ii

KUASI-EKSPERIMEN

Penulis:
Muhamad Galang Isnawan

ISBN:
978-623-92719-1-6

Editor:
Sudirman, M.Pd.

Penyunting:
Muh. Rusmayadi, S.Pd., M.Si.

Desain Sampul dan Tata Letak:


R. Didi Kuswara, M.Pd.

Penerbit:
Nashir Al-Kutub Indonesia

Redaksi:
Kantor 1 (Dusun Batu Galang, Desa Semoyang, Kec. Praya Timur, Kab. Lombok
Tengah, Prov. Nusa Tenggara Barat, 83581, Telp. +6287865005050)
Kantor 2 (Jalan Baru Jari, Gang Rambutan, Desa Merembu Timur, Kec.
Labuapi, Kab. Lombok Barat, Prov. Nusa Tenggara Barat, Telp.
+6281805283613)

Cetakan Pertama, Januari 2020


vi; 63 halaman; 14,8 x 21 cm

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, ilmu,
dan kesempatan sehingga buku yang berjudul “KUASI-EKSPERIMEN”
ini bisa ditulis dengan lancar. Shalawat dan salam tidak lupa dihaturkan
kepada junjungan alam, Nabi Besar, Rasullullah Muhammad SAW yang
telah membawa semua umat manusia sehingga mengenal cahaya
kebenaran.

Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada semua pihak yang


telah membantu dan memberi kelonggaran waktu sehingga tulisan ini
bisa terwujud, terutama kedua orang tua (H. Kilarman dan Hj, Baiq
Lasmini, S.Pd.; istri (Zan Nur Aini, S.Adm., M.Pd.); anak (Muhammad
Dhiya Ulhaq Isnawan), saudara (Bripka Muh. Isnaini, A.Md.Kep. dan
Isnaningsih, S.Pd.), keponakan (M. Valino Isnawan, Galuh Cahaya Isnaini,
Aura Salsabila Isnaini, Mufida Salsabila Isnaini, dan Muh. Nauval
Isnawan). Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Saudara Editor, yaitu: Sudirman, M.Pd. yang
telah memberikan arahan berkaitan dengan isi dari buku ini.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | iv

Kritik dan saran positif sangat penulis harapkan demi perbaikan tulisan
ini ke depannya dan semoga tulisan ini mampu memberikan manfaat
bagi semua pembaca, terutama para peneliti yang tertarik dengan
desain penelitian kuasi-eksperimen. Hal terpenting yang penulis
harapkan dari tulisan ini adalah tulisan ini mampu memberikan berkah
dunia-akhirat dan amal jariah bagi penulis, keluarga penulis, dan semua
pihak yang membantu. Aamiin ya Rabbal Aalamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Januari, 2020
Muhamad Galang Isnawan

Muhamad Galang Isnawan


Kuasi-Eksperimen |v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
BALIK HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II KUASI-EKSPERIMEN (TATANAN TEORI) 5
A. Quasy-Experiment (Kuasi-Eksperimen) 5
B. Rancangan Jenis Desain Penelitian Kuasi-Eksperimen 11
C. Pre-Test dan Post-Test 14
D. Pemahaman Prasyarat Singkat (Sebelum Teknik Analisis
Data) pada Desain Penelitian Kuasi-Eksperimen 15
E. Uji Asumsi 19
1. Uji Normalitas 19
2. Uji Homogenitas 23
F. Teknik Analisis Data 25
1. Uji t 26
2. Uji F 27
3. Uji Lanjut (Post-Hoc) 27
BAB III CONTOH IMPLEMENTASI DESAIN PENELITIAN
KUASI-EKSPERIMEN 28
BAB IV UJI ASUMSI (CONTOH IMPLEMENTASI) 45
DAFTAR PUSTAKA 55
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | vi

INDEKS 59
GLOSARIUM 60

Muhamad Galang Isnawan


Kuasi-Eksperimen |1

BAB I
PENDAHULUAN

Perguruan tinggi adalah instansi pendidikan yang berperan


penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan
karena di perguruan tinggi terdapat kegiatan tri-dharma perguruan
tinggi. Tri-dharma perguruan tinggi hadir dalam bentuk unsur
pendidikan dan pelaksanaannya, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat (Adiguna & Muhajirin, 2017).
Unsur penelitian merupakan salah satu unsur terpenting karena
merupakan faktor pembeda bagi instansi perguruan tinggi dengan
instansi yang lain, bahkan dengan instansi pendidikan yang lain.
Penelitian kemudian dalam perjalanannya ditinjau dari pendekatan
yang digunakan mengerucut ke dalam tiga jenis penelitian, yaitu:
penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, dan penelitian mixed-
method (metode campuran) (Departemen Pendidikan Nasional, 2008;
Fassinger & Morrow, 2013).
Bagi guru atau calon guru, penelitian kuantitatif adalah salah satu
jenis penelitian yang paling sering dipilih ketika melaksanakan
penelitian. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor (Choy, 2014;
Departemen Pendidikan Nasional, 2008; Rahman, 2016):
1. Didasarai dengan filsafat logical positivisme sehingga kebenarannya
bisa dipertanggung-jawabakan secara ilmiah.

Muhamad Galang Isnawan


Kuasi-Eksperimen |2

2. Waktu pelaksanaan penelitian kuantitatif cenderung bisa diprediksi


sehingga memudahkan para calon guru atau mahasiswa dalam
menentukan waktu studi.
3. Hasil penelitian cenderung bisa digeneralisasi, baik untuk populasi,
maupun untuk sub-populasi karena pengambilan sampel biasanya
dilakukan secara acak.
4. Penelitian kuantitatif memberikan mahasiswa calon guru
pengalaman menjadi guru sebelum menjadi guru yang sebenarnya,
khususnya penelitian kuasi-eksperimen (quasy-experiment).
5. Penelitian kuantitatif melatih mahasiswa calon guru untuk membuat
bahan ajar. Bahan ajar biasanya digunakan sebagai salah satu
kelengkapan wajib (administrasi) ketika sudah menjadi guru yang
sebenarnya.
Sebagai salah satu contoh jenis desain dalam penelitian kuantitatif,
kuasi-eksperimen adalah jenis desain yang paling sering digunakan
mahasiswa calon guru (salah alasan sudah dijelaskan di atas) ketika
melaksanakan penelitian untuk keperluan tugas akhir (TA). Meskipun,
pada tingkat magister dan doktoral, jenis desain penelitian ini masih
sering dipilih atau digunakan.
Berdasarkan alasan di atas, maka mengkaji dan berbagi mengenai
jenis desain penelitian kuasi-eksperimen dianggap penulis sebagai
sesuatu yang penting untuk dideskripsikan, terutama bagi mahasiswa
calon guru. Ada alasan lain mengapa penulis memilih tema kuasi-
eksperimen, yaitu: adanya kecenderungan terjadinya kesalahan yang
Muhamad Galang Isnawan
Kuasi-Eksperimen |3

dilakukan mahasiswa dalam menentukan jenis desain penelitian pada


skripsi yang dibuat. Berdasarkan pengalaman penulis dalam menguji
mahasiswa, beberapa mahasiswa masih saja mengkategorikan jenis
desain penelitian yang digunakan sebagai true-experiment dan bukan
kuasi-eksperimen. Padahal, dalam konteks pendidikan melaksanakan
kegiatan penelitian dengan jenis desain true-experiment mustahil untuk
dilakukan. Hal ini menurut penulis adalah kesalahan yang bersifat
konseptual dan harus bisa dipertanggung-jawabkan oleh semua pihak
yang terlibat pada saat penulisan skripsi.
Kesalahan konseptual adalah jenis kesalahan yang paling
dihindari bagi seorang akademisi karena akan memberikan efek
bawaan pada semua pihak, seperti: oknum dosen pembimbing.
Kredibilitas oknum dosen pembimbing bisa saja diragukan ketika
setelah dibimbing ternyata mahasiswa calon guru masih menggunakan
istilah true-experiment pada skripsi yang ditulis. Meskipun, sebagian
besar kesalahan biasanya disebabkan oleh faktor oknum mahasiswa
yang biasanya tidak merevisi skripsi ketika diberikan masukan oleh
dosen pembimbing.
Kapan sebenarnya suatu jenis desain penelitian disebut sebagai
kuasi-eksperimen? Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam jenis
desain penelitian kuasi-eksperimen? Bagaimanakan cara menganalisis
data dan menginterpretasikan hasil dari suatu jenis desain penelitian
kuasi-eksperimen? Beberapa hal inilah yang akan menjadi fokus dalam
tulisan ini. Diharapkan dengan keberadaan tulisan ini akan mampu
Muhamad Galang Isnawan
Kuasi-Eksperimen |4

memberikan manfaat bagi semua pembaca, terutama mahasiswa calon


guru dalam mempersiapkan diri sebagai guru yang sebenarnya dan
profesional.

Muhamad Galang Isnawan


Kuasi-Eksperimen |5

BAB II
KUASI-EKSPERIMEN (TATANAN TEORI)

A. Quasy-Experiment (Kuasi-Eksperimen)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, quasy-experiment atau
sebut saja kuasi-eksperimen adalah satu jenis desain penelitian dalam
penelitian kuantitatif. Akan tetapi, sebelum membahas secara
mendalam mengenai kuasi-eksperimen, terlebih dahulu akan
dipaparkan sedikit mengenai jenis-jenis penelitian.
Berdasarkan pendekatannya, penelitian secara umum dibedakan
menjadi penelitian kualitatif (qualitative research), penelitian
kuantitatif (quantitative research), dan mixed-method (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008; MacDonald & Headlam, 2008). Pada
penelitian kualitatif biasanya metode yang digunakan adalah
triangulasi data, meskipun pada beberapa penelitian kuantitatif
tertentu digunakan metode tersebut, seperti: survey; pada penelitian
kuantitatif biasanya digunakan metode statistik terhadap data yang
diperoleh; dan pada penelitian mixed-method digunakan metode
campuran, yaitu dengan mengkombinasikan metode kualitatif dan
kuantitatif secara bergantian (Olsen, 2004).
Mixed-method sebenarnya bukan merupakan istilah yang tepat
karena tidak mengkombinasikan atau mencampur antara metode
kuantitatif dan metode kualitatif, melainkan melakukan metode
tersebut secara bergantian. Bisa saja metode kuantitatif dahulu baru
Muhamad Galang Isnawan
Kuasi-Eksperimen |6

diikuti metode kualitatif atau bisa saja sebaliknya, yaitu: metode


kualitatif dahulu baru diikuti metode kuantitatif. Sayangnya, istilah
tersebut sudah lebih dahulu digunakan oleh Creswell dan menjadi viral
pada kalangan akademisi saat ini.
Ada beberapa contoh jenis penelitian kuantitatif, seperti: survey
(survei) dan experiment (eksperimen). Salah satu ciri khas desain
penelitian eksperimen adalah randomly assignment. Randomly
assignment diartikan sebagai proses penunjukkan partisipan (bisa juga
disebut subjek, populasi, atau sampel penelitian) dilakukan secara acak.
Artinya, setiap partisipan memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan partisipan dalam penelitian. Atau dalam konteks popoulasi,
randomly assignment diartikan sebagai semua anggota populasi
memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel
dalam penelitian (Creswel, 2017; Drummond & Murphey-Reyes, 2017).
Oleh karena dalam konteks penelitian di sekolah, terutama ketika
ingin menerapkan model, pendekatan, strategi, atau metode
pembelajaran di kelas, partisipan bersifat convenient (sudah terbentuk
secara alami), seperti: kelas sudah ditentukan oleh pihak sekolah, maka
proses penunjukan partisipan tidak dilakukan secara acak (non-
randomly assignment) . Ketika proses penunjukan partisipan dilakukan
tidak secara acak (non-randomly assigment), maka desain penelitian
eksperimen tersebut tergolong jenis desain kuasi-eksperimen. Akan
tetapi, ketika proses penentuan partisipan dilakukan secara acak
(randomly assignment), maka jenis desain penelitian yang digunakan
Muhamad Galang Isnawan
Kuasi-Eksperimen |7

tergolong true-experiment (Christensen, Johnson, & Turner, 2015;


Creswel, 2017).
Selain itu, dideskripsikan juga bahwa pada dasarnya desain
penelitian kuasi-eksperimen tidak diperlukan kelompok kontrol yang
sebenarnya, melainkan cukup menggunakan kelompok pembanding.
Kelompok pembanding dalam hal ini bisa diartikan sebagai kelompok
yang mendapatkan perlakuan yang berbeda, seperti: penerapan
pendekatan konvensional dalam pembelajaran (Rogers & Reversz,
2005). Bahkan, desain penelitian kuasi-eksperimen disebutkan
memiliki kekurangan dalam hal penentuan sampel secara acak (lacks
random assignment) (Campbell & Stanley, 1963; White & Sabarwal,
2014).
Sebagai contoh, misalkan seorang mahasiswa calon guru (peneliti)
ingin mengetahui efektivitas pendekatan problem posing ditinjau dari
aspek kemampuan problem-solving siswa, maka partisipan (populasi)
yang digunakan adalah siswa di suatu sekolah. Akan tetapi, karena
siswa di sekolah sudah membentuk kelompok sendiri dalam bentuk
kelas (convenient), maka sampel diambil dengan tidak secara acak (non-
randomly assigment). Oleh karena itu, jenis desain penelitian yang
digunakan adalah kuasi-eksperimen.
Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa ketika terdapat kasus seorang
peneliti ingin menerapkan model, pendekatan, strategi, atau metode
pembelajaran tertentu dalam mengembangkan suatu kompetensi siswa
dan desain penelitian yang ingin digunakan adalah eksperimen, maka
Muhamad Galang Isnawan
Kuasi-Eksperimen |8

jenis desain yang harus peneliti gunakan adalah kuasi-eksperimen dan


bukanlah true-experiment. Adalah kesalahan yang mendasar dan
bersifat konseptual ketika masih ada peneliti yang menggunakan jenis
desain penelitian true-experiment untuk kasus tersebut.
Selanjutnya, ada ciri khas lain dari penelitian kuasi-eksperimen,
yaitu: penentuan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas
kontrol (ketika digunakan kelas kontrol) haruslah dilakukan secara
acak (random). Artinya, kelas peneliti sudah menentukan dua kelas akan
digunakan sebagai sampel pada jenis desain penelitian kuasi-
eksperimen, maka menentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak. Meskipun, pada
dua kelas sampel yang sudah dipilih haruslah kelas yang setara atau
siswa yang berada di dalam kedua kelas tersebut memiliki karakteristik
yang sama. Karakteristik siswa dalam hal ini, baik yang bersifat kognitif,
maupun non-kognitif*.
Karakteristik kognitif bisa dalam bentuk rata-rata kemampuan
matematika siswa, seperti: rata-rata hasil atau nilai ulangan harian pada
materi yang diambil sebagai materi yang akan menjadi fokus kajian
dalam penelitian, rata-rata nilai UTS atau UAS, dan lain sebagainya.
Karakteristik non-kognitif bisa dalam bentuk jenis kelamin (gender),
aspek afektif siswa (seperti: motivasi dan sikap pada matematika),
keberagaman agama dan suku, sarana dan prasarana pendukung siswa
(seperti: fasilitas yang dimiliki siswa di kelas), dan lain-lain.

Muhamad Galang Isnawan


Kuasi-Eksperimen |9

Mengapa karakteristik kedua kelas sampel yang diambil harus


sama? Jawabannya adalah untuk memastikan bahwa keadaan awal
siswa sama dan berkembangnya atau meningkatnya kemampuan siswa
(terjadi perbedaan hasil penelitian eksperimen dan kontrol) memang
semata-mata disebabkan oleh penerapan model, pendekatan, strategi,
dan metode pembelajaran yang diterapkan peneliti dan bukan oleh
keadaan awal dari siswa yang memang sudah berbeda. Hal ini lebih
mengarah pada prinsip keadilan terhadap kelas sampel.
Dalam implementasinya, jenis desain kuasi-eksperimen biasanya
sering dibandingkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Akan
tetapi, terdapat beberapa perbedaan diantara keduanya. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Tabel 2.1. di bawah (Kunlasomboon, Wongwanich,
& Suwanmonkha, 2015).
Tabel 2.1. Perbandingan Kuasi-Eksperimen dan PTK
Aspek yang
No. Kuasi-Eksperimen PTK Ket.
Ditinjau
1 Objek Bisa jadi bukan Masalah yang
Kajian masalah yang dialami guru
dialami guru secara sehari-hari dalam
langsung dalam pembelajaran.
pembelajaran.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 10

2 Prosedur Biasanya diawali Biasanya


Pelaksanaan dengan pre-test, dilakukan dalam
Penelitian pemberian bentuk siklus
perlakuan, dan (minimal 2 siklus).
post-test.
3 Keberadaan Biasanya ada kelas Tidak ada kelas
Kelas kontrol dan kelas kontrol.
Kontrol eksperimen.
4 Keberadaan Biasanya ada pre- Tidak ada pre-
Tes Awal test. Meskipun, test.
(Pre-Test)
5 Instrumen Harus dibuktikan Tidak perlu
yang validitas dan dibuktikan
Digunakan diestimasi validitas dan
reliabilitasnya. tidak perlu
diestimasi
reliabilitasnya.
6 Analisis Dilakukan hanya Dilakukan
Data sekali, yaitu diakhir beberapa kali,
kegiatan biasanya setiap
penelitian. akhir siklus
sebagai bahan
refleksi untuk

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 11

kemudian
dijadikan dasar
untuk merevisi
siklus selanjutnya.
7 Statistik Memerlukan uji Tidak diperlukan
Inferensial statistik secara uji statistik secara
inferensial. inferensial atau
hanya cukup
pendeskripsian
data, seperti: rata-
rata, deviasi
standar, nilai
maksimal, dan
nilai minimal.

B. Rancangan Jenis Desain Penelitian Kuasi-Eksperimen


Jenis desain penelitian kuasi-eksperimen terdiri atas beberapa
rancangan, antara lain (Campbell & Stanley, 1963; Creswel, 2017):
1. Pre-Test and Post-Test with Non-Equivalent Control-Group Design
Desain jenis ini membutuhkan dua kelas sampel, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang akan
diberikan perlakuan dan kelas kontrol adalah kelas yang tidak
diberikan perlakuan (biasanya menggunakan pembelajaran langsung
yang sering dikenal sebagai pendekatan konvensional). Selanjutnya,
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 12

terhadap kedua kelas tersebut diberikan tes sebelum kegiatan


pembelajaran (pre-test) dan diberikan tes setelah kegiatan
pembelajaran (post-test). Gunakan istilah pre-respond atau post-
respond jika yang diuji pada siswa, bukan hanya tes, melainkan non-tes,
seperti angket.
Desain jenis ini adalah desain yang paling sering digunakan dalam
penelitian pendidikan. Adapun bentuk rancangan untuk jenis desain ini
adalah sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O______X______O


Kelas Kontrol : O_____________O

Dengan O adalah pre-respond atau post-respond dan X adalah


penerapan perlakuan berupa penerapan model, pendekatan, atau
strategi pembelajaran yang ingin dicari pengaruh atau keefektifan.
Berkaitan dengan nama desain jenis ini, ada satu pertanyaan baru
yang mungkin muncul, yaitu: mengapa istilah yang digunakan adalah
non-equivalent? Bukankah sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kedua
kelas sampel harus setara*? Istilah non-equivalent digunakan karena
kedua kelompok sampel memang bukanlah kelompok yang equivalent
atau setara dalam segala hal atau aspek, melainkan hanya setara pada
beberapa aspek saja*. Sebagai contoh: apakah kedua kelas sampel
memiliki jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang sama? Apakah
jadwal pelajaran kedua kelas sampel sama? Apakah latar belakang
pendidikan orang tua siswa pada kedua kelas sama? Jawabannya sudah
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 13

pasti adalah “tidak”. Oleh karena itu, maka kedua kelas sampel disebut
sebagai non-equivalent group karena kesamaan atau kesetaraannya
hanya terbatas pada aspek tertentu saja dan tidak berlaku untuk semua
aspek.
Perlu diperhatikan juga bahwa kelas kontrol yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah kelas yang tidak mendapatkan perlakuan.
Atau dengan kata lain, kelas yang menerapkan pendekatan
konvensional. Pendekatan konvensional yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah pendekatan yang biasa atau sering diterapkan guru. Artinya,
tidak selamanya yang menjadi pendekatan konvensional adalah
pendekatan pembelajarang langsung, seperti: guru menjelaskan materi,
guru memberikan contoh soal, dan guru memberikan latihan soal. Bisa
saja pembelajaran yang berbasis ICT tergolong pendekatan
konvensional jika ternyata di sekolah sudah biasa menggunakan hal
tersebut.
2. Single-Group Interupted Time-Series Design
Desain jenis ini hanya menggunakan satu kelas, yaitu kelas
eksperimen. Akan tetapi, prerespon atau posrespon dilakukan lebih dari
satu kali atau secara berkali-kali, baik sebelum kegiatan pembelajaran,
maupun setelah kegiatan pembelajaran. Biasanya, desain jenis ini
digunakan untuk melihat pengaruh atau efektivitas model, pendekatan,
atau strategi pembelajaran dengan memberikan beberapa kali
pengukuran (bisa tes atau non-tes), baik sebelum, maupun setelah
perlakuan. Selain itu, dijelaskan juga bahwa desain jenis ini biasanya
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 14

digunakan untuk melihat kekonsistenan topik tertentu atas dasar


treatment yang diberikan dan biasanya juga digunakan ketika seorang
peneliti ingin mengembangkan suatu perangkat atau model
pembelajaran. Adapun rancangan untuk desain jenis ini adalah sebagai
berikut:

Kelas Eksperimen: O – O – O – O – X – O – O – O –O

Dengan X adalah perlakuan dan O yang adalah kegiatan pengukuran


yang dilakukan. Pada konteks ini, pengukuran dilakukan secara
berulang-ulang, baik sebelum, maupun setelah perlakuan.
3. Control-Group Interrupted Time-Series Design
Desain jenis ini merupakan kombinasi antara kedua jenis desain
sebelumnya, yaitu: menggunakan dua kelas sebagai sampel dan dengan
mengintegrasikan time-series dalam implementasinya. Adapun bentuk
rancangan untuk jenis desain ini adalah sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O – O – O – O – X – O – O – O –O
Kelas Kontrol : O – O – O – O – O – O – O – O –O

Dengan X adalah perlakuan dan O adalah kegiatan pengukuran yang


dilakukan, baik sebelum, maupun sesudah perlakuan.

C. Pre-Test dan Post-Test


Ada pertanyaan penting yang biasanya muncul berkaitan
dengan keberadaan pre-test dan post-test, yaitu: apakah butir soal pada
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 15

pre-test dan post-test sama? Jawabannya adalah tidak sama, melainkan


ekuivalen. Ekuivalen dalam hal ini diartikan sebagai pre-test dan post-
test memiliki pola soal yang sama. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk membentuk suatu soal agar ekuivalen, seperti:
mengubah angka-angka pada soal; menanyakan konsep matematika
yang lain, tetapi pada konsep yang tidak jauh berbeda (pre-test
menanyakan ukuran panjang dan post-test menanyakan ukuran lebar);
dan lain-lain (Miller, Linn, & Gronlund, 2009).

D. Pemahaman Prasyarat Singkat (Sebelum Teknik Analisis Data) pada


Desain Penelitian Kuasi-Eksperimen
Sebelum membahas mengenai bagaimana teknik analisis data
dalam penelitian kuasi-eksperimen, terlebih dahulu akan dibahas
beberapa hal yang dirasa penting sebagai pengetahuan awal tentang
teknik analisis data. Biasanya, teknik analisis data disesuaikan dengan
jenis data yang dimiliki, ketika jenis data yang dimiliki bersifat metrik
(interval dan rasio), maka digunakan teknik analisis data yang bersifat
paramterik atau sebut saja teknik analisis data parametrik dan ketika
jenis data yang dimiliki bersifat non-metrik (nominal dan ordinal), maka
digunakan teknik analisis data yang bersifat non-paramterik atau sebut
saja teknik analisis data non-parametrik.
Terdapat berbagai jenis uji asumsi atau biasa juga dikenal sebagai
uji asumsi klasik. Akan tetapi, setidaknya terdapat dua uji asumsi yang
disebutkan harus dipenuhi atau lazim digunakan oleh data-data yang
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 16

bersifat parametrik, yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas. Uji


normalitas bertujuan untuk melihat apakah data menyebar mengikuti
distribusi normal atau tidak atas dasar pengambilan sampel secara acak,
sedangkan uji homogenitas untuk memastikan apakah data yang
dimiliki homogen atau berasal dari populasi yang sama (ketika
berbicara data sampel) (Garson, 2012).
Disebutkan bahwa suatu data dikatakan baik ketika memenuhi
kedua uji asumsi tersebut. Baik dalam hal ini diartikan sebagai data
yang diperoleh sudah bisa dikatakan layak untuk dilakukan analisis
data. Meskipun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Seorang peneliti
bisa saja tidak melakukan uji asumsi di awal dan langsung melakukan
teknik analisis data tetapi dengan menggunakan analisis data non-
parametrik.
Ada sedikit kekeliruan yang paling sering dan bahkan selalu
dilakukan peneliti, yaitu: peneliti biasanya melakukan analisis data
non-paramterik ketika kedua uji asumsi tersebut tidak bisa dipenuhi
oleh data yang dimiliki. Untuk mengakali hal tersebut, biasanya peneliti
terlebih dahulu menormalisasi data yang diperoleh dengan berbagai
jenis transformasi yang lazim digunakan, seperti: akar kuadrat, logit(p),
dan Fisher’s Z (Sharma, 1996). Ketika pada akhirnya data tetap tidak
memenuhi uji asumsi, maka peneliti selanjutnya menggunakan teknik
analisis data non-parametrik.
Bahasa kekeliruan yang digunakan dalam tulisan ini disebabkan
karena penulis merasa seolah-olah teknik analisis data non-parametrik
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 17

merupakan teknik analisis data yang merupakan korban atau alternatif


yang bersifat hirarkis (jika tidak memenuhi uji normalitas dan
homogenitas, maka digunakan teknik analisis data non-parametrik).
Padahal, hal tersebut bukanlah suatu kewajiban dalam penelitian.
Peneliti bisa saja langsung menggunakan teknik analisis data dengan
teknik analisis data non-parametrik dari awal kegiatan penelitian tanpa
harus menggunakan teknik analisis data parametrik, meskipun dengan
menggunakan hipotesis yang berbeda.
Menurut anggapan penulis, suatu data akan sangat sulit
memenuhi kedua uji prasyarat yang disebutkan sebelumnya karena
terdapat berbagai jenis kemungkinan hasil yang diperoleh berkaitan
dengan data yang dimiliki. Ada beberapa kemungkinan yang bisa saja
muncul, seperti:
1. Data tidak memenuhi kedua uji asumsi.
2. Data memenuhi uji normalitas, tetapi tidak memenuhi uji
homogenitas.
3. Data memenuhi uji homogenitas, tetapi tidak memenuhi uji
normalitas.
Bahkan, ketika berbicara tentang penelitian yang menggunakan
variabel, baik variabel terikat, maupun variabel bebas yang lebih dari
satu atau multivariat, maka ada kemungkinan lain yang muncul, seperti:
4. Data memenuhi kedua uji asumsi secara univariat, tetapi belum tentu
memenuhi kedua uji asumsi secara multivariat.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 18

5. Data memenuhi uji normalitas secara univariat, tetapi tidak


memenuhi uji normalitas secara multivariat.
6. Data memenuhi uji normalitas secara multivariat, tetapi tidak
memenuhi uji normalitas secara univariat.
7. Data memenuhi uji homogenitas secara univariat, tetapi tidak
memenuhi uji homogenitas secara multivariat.
8. Data memenuhi uji homogenitas secara multivariat, tetapi tidak
memenuhi uji homogenitas secara univariat.
9. Dan masih banyak kemungkinan lain yang bisa muncul.
Mengingat atas berbagai kemungkinan yang muncul ini, maka penulis
menyerahkan pilihan teknik analisis data mana yang digunakan
peneliti, apakah parametrik atau non-paramtetrik, sepenuhnya kepada
pribadi dan kepentingan penelitian masing-masing.
Akan tetapi, melihat begitu banyak kemungkinan hasil uji asumsi
yang muncul, menganggap bahwa teknik analisis data paramterik
sebagai teknik analisis data yang kurang baik pun, bukanlah hal yang
positif. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar data yang
diperoleh dalam konteks desain penelitian kuasi-eksperimen adalah
data parametrik, seperti: prestasi, kemampuan problem-solving,
kemampuan penalaran, kemampuan representatif, sikap (skala Likert
diubah dalam bentuk skor), dan lain-lain. Oleh karena itu, membahas
secara spesifik mengenai uji asumsi pun dianggap hal yang penting.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 19

E. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
a. Uji Normalitas Univariat
Uji normalitas univariat digunakan untuk me.ihat apakah data
yang dimiliki berdistribusi mengikuti kurva normal atau tidak, tetapi
untuk masing-masing data. Adapun beberapa uji statistik yang bisa
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk.
Tidak banyak perbedaan antara kedua uji tersebut, tetepi biasanya
uji Shapiro-Wilk lebih teliti dan cenderung lebih cocok dengan
pendekatan grafik dalam menguji normalitas data (Rani Das & Imon,
2016).
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah manakah uji yang
akan digunakan? Apakah uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-
Wilk? Jawaban yang paling pas adalah kedua-duanya. Data akan
sangat baik atau bisa disimpulkan normal secara univariat ketika
memenuhi kedua uji tersebut. Meskipun, ketika salah satu uji saja
terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
secara univariat. Adapun kriteria uji (output SPSS) yang digunakan
adalah ketika nilai signifikansi (sig.) untuk kedua uji lebih besar dari
atau sama dengan 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Akan tetapi, ketika nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa data belum atau
tidak berdistribusi normal. Istilah ‘belum normal’ digunakan karena
data yang diperoleh memiliki kemungkinan untuk dinormalkan
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 20

dengan transformasi ketika tidak memenuhi uji normalitas dengan


menggunakan kedua uji yang disebutkan sebelumnya.
Ada hal yang perlu menjadi catatan dan sering ditanyakan
oleh peneliti dalam beberapa kesempatan, yaitu: kapan suatu hasil
output harus lebih besar dari 0,05 atau lebih kecil dari 0,05?
Jawabannya adalah ketika melakukan uji asumsi diharapkan
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05; sedangkan ketika
melakukan uji hipotesis diharapkan signifikansi yang diperoleh lebih
kecil dari 0,05. Hal ini disebabkan karena maksud dari signifikansi
yang lebih besar dari 0,05 adalah terjadi penolakan terhadap H0
(meskipun dalam uji asumsi biasanya tidak terdapat hipotesis).
Ketika berbicara mengenai uji hipotesis, maka peneliti berharap
untuk menolak H0 (hipotesis statistik) dan menerima Ha (hipotesis
penelitian), maka diharapkan hasil ouput signifikansi yang diperoleh
di SPSS adalah lebih kecil atau sama dengan 0,05.
Angka sama dengan 0,05 kemudian menjadi pertanyaan baru,
apakah ketika nilai signifikansi tepat sama dengan 0,05; maka data
memenuhi uji asumsi atau tidak? Data menolak H0 atau tidak?
Jawaban untuk pertanyaan ini cenderung lebih kepada unsur politis
atau disesuaikan dengan kepentingan peneliti. Ketika berbicara
mengenai uji asumsi, maka anggap saja nilai signifikansi 0,05 sebagai
data memenuhi uji asumsi (normal). Akan tetapi, ketika berbicara
mengenai uji hipotesis, maka anggap saja menolak H0 atau dengan
kata lain Ha (hipotesis penelitian) diterima. Hal ini disebabkan
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 21

karena nilai tersebut merupakan titik kritis pada grafik distribusi


normal yang merupakan titik batas antara daerah penolakan atau
penerimaan H0.
Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
Shapiro-Wilk, salah satu cara yang bisa digunakan untuk
memastikan normalitas univariat suatu data adalah dengan
menggunakan pendekatan grafik (Q-Q Plots). Adapun kriteria
ujinya adalah ketika Normal Q-Q Plot membentuk suatu garis
diagonal dan sebaran data mengikuti garis diagonal tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa data yang dimiliki berdistribusi normal.
Selain itu, untuk memastikan kembali data yang dimiliki
berdistribusi normal, digunakan Detrended Normal Q-Q Plot. Ketika
data menyebar dan terbagi dua, baik di atas, maupun di bawah
sumbu 0, maka dapat disimpulkan bahwa data memang benar-benar
berdistribusi normal (Sharma, 1996).
Untuk contoh operasionalnya akan dijelaskan pada sub-bab
berikutnya.
b. Uji Normalitas Multivariat
Uji normalitas multivariat dilakukan untuk memastikan
apakah data penelitian yang dimiliki sudah terdistribusi secara
normal ditinjau dari keseluruhan variabel atau tidak. Uji asumsi jenis
ini biasanya paling sering dilupakan oleh peneliti, terutama ketika
variabel yang terlibat dalam penelitian lebih dari satu. Seharusnya,
bagi penelitian yang melibatkan lebih dari satu variabel, uji
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 22

normalitas multivariat merupakan suatu keharusan. Sebagian besar


peneliti hanya melakukan uji asumsi sebatas pada uji normalitas
univariat. Padahal, variabel yang dimiliki dalam penelitian lebih dari
satu.
Salah satu uji yang paling sering digunakan untuk memastikan
suatu data memenuhi uji asumsi normalitas multivariat adalah jarak
Mahalanobis (Mahalanobis Distance). Adapun beberapa langkah
yang digunakan untuk memastikan uji normalitas multivariat adalah
sebagai berikut (Sharma, 1996):
1) Mencari jarak Mahalanobis (salah satu alternatif yang bisa
digunakan adalah SPSS dengan menggunakan analisis regresi
linier dengan menambahkan nomor urut pada masing-masing
observasi untuk kemudian mencari nilai jarak Mahalanobis yang
disimpan pada menu input SPSS). Adapun perintah SPSS yang
digunakan adalah: analyze>regression>linear>masukkan
variabel nomor urut pada kolom dependent dan masukkan
variabel kemampuan problem-solving dan self-confidence pada
kolom independent(s)>klik save dan berikan tanda centang pada
mahalanobis>continue>OK.
2) Mengurutkan jarak Mahalanobis dari yang terkecil sampai
dengan yang terbesar dan diberikan nomor urut baru untuk
observasinya.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 23

3) Mencari nilai persentil (percentiles) dengan rumus (j-0,5)/n


dengan j adalah nomor urut observasi yang baru dan n adalah
banyaknya observasi.
4) Mencari nilai Chi-Square dengan menggunakan bantuan
microsoft excel dengan rumus “=chisq.inv(percentiles;banyaknya
variabel)”.
5) Membuat scatter plots antara jarak Mahalanobis dengan nilai
Chi-Square. Adapun perintahnya adalah graphs>legacy
dialogs>scatter>simple scatter>define>masukkan mahalanobis
distance sebagai Y axis dan chi-square sebagai X axis juga
dipe>OK. Meletakkan jarak Mahalanobis sebagai X axis dan chi-
square sebagai Y axis juga diperbolehkan karena hanya ingin
membentuk scatter plot dan tidak dipengaruhi posisi axis. Kriteria
ujinya adalah ketika sebaran data mengikuti diagonal utama,
maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi uji normalitas
multivariat.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memastikan apakah data yang
dimiliki berasal dari populasi yang sama atau tidak. Biasanya data yang
digunakan dalam penelitian kuasi-eksperimen adalah dua data kelas
sampel, yaitu: kelas eksperimen dan kelas kontrol (seperti penjelasan
sebelumnya). Uji homogenitas biasanya digunakan untuk memastikan
apakah kedua kelas sampel tersebut memang benar-benar berasal dari
suatu populasi yang sama. Uji homogenitas bisa juga dikatakan
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 24

bertujuan untuk memastikan apakah teknik sampling yang digunakan


sudah benar atau tidak. Ketika data homogen, maka dapat disimpulkan
bahwa teknik sampling yang digunakan sudah tepat.
a. Uji Homogenitas Univariat
Uji homogenitas univariat digunakan untuk memastikan apakah
data tersebut homogen ditinjau dari masing-masing variabel atau tidak.
Salah satu uji statistik yang bisa digunakan adalah Levene Test. Adapun
kriteria ujinya adalah ketika nilai signifikansi Levene Test lebih besar
atau sama dengan 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa data yang
dimiliki homogen secara univariat. Akan tetapi, ketika nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa
data tidak homogen secara univariat (Parra-Frutos, 2013).
Ada pertanyaan yang biasanya muncul dalam hal ini, yaitu:
apakah ketika data tidak homogen, seorang peneliti tidak bisa
melanjutkan uji homogenitas? Jawabannya adalah bisa. Hal ini
disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi data dari suatu
penelitian, seperti: ada beberapa jawaban responden yang bersifat unik
atau berbeda jauh dengan jawaban responden lain (pencilan) sehingga
data sebaiknya dibuang. Selain itu, dalam SPSS ketika data tidak
homogen pun, analisis masih bisa dilanjutkan karena analisis statistik
yang dilakukan masih kuat (robust), meskipun kurang tepat.
Alternatif lainnya adalah seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, yaitu: analisis non-parametrik sehingga tidak memerlukan
uji asumsi. Perlu diingat bahwa sebaiknya peneliti langsung
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 25

menggunakan analisis non-parametrik dari awal kegiatan penelitian


ketika peneliti tidak merasa yakin bahwa data yang dimiliki tidak
homogen. Salah satu indikator bahwa data yang dimiliki kurang baik
(tidak normal atau tidak homogen) adalah ketika responden atau
partisipan yang digunakan dalam penelitian tidak kooperatif.
b. Uji Homogenitas Multivariat
Uji homogenitas multivariat digunakan untuk memastikan
apakah data yang dimiliki homogen ditinjau dari semua variabel atau
tidak. Salah satu uji yang bisa digunakan untuk melakukan uji
homogenitas multivariat adalah uji Box’s M. Adapun kriteria ujinya
adalah sama dengan uji asumsi sebelumnya, yaitu: ketika nilai
signifikansinya lebih besar atau sama dengan 0,05; maka dapat
disimpulkan bahwa data yang dimiliki homogen secara multivariat atau
ditinjau dari keseluruhan variabel (Sharma, 1996).

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa
berdasarkan jenis data yang diolah dibedakan menjadi dua, yaitu:
teknik analisis data paramterik dan teknik analisis data non-parametrik.
Akan tetapi, pada tulisan ini akan difokuskan pada teknik analisis data
parametrik yang biasa juga disebut sebagai statistik inferensial
(inferential statistics). Hal ini disebabkan karena peneliti berusaha untuk
mengeluarkan atau menginterpretasi data yang dimiliki dengan
berbagai metode statistik. Artinya, data sampel digunakan untuk
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 26

mengestimasi karakteristik dari populasi (Johnson & Christensen,


2008). Ada beberapa jenis analisis data yang biasa digunakan dalam
teknik analisis data paramterik, yaitu sebagai berikut:
1. Uji t
Salah satu uji t yang bisa digunakan adalah one-sample t test
dengan terlebih dahulu menentukan nilai minimal kriteria bahwa siswa
dinyatakan tuntas dalam suatu pembelajaran. Uji t dalam penelitian
kuasi-eksperimen biasanya digunakan untuk memastikan apakah suatu
pendekatan, model, strategi, atau metode pembelajaran yang digunakan
guru sudah efektif (berpengaruh) atau tidak, ditinjau dari salah satu
aspek (variabel). Perlu dicatat bahwa uji t sangat sensitif. Oleh karena
itu, peneliti harus hati-hati dalam menentukan nilai kriteria minimal
kelulusan.
Adapun kriteria ujinya adalah ketika nilai signifikansi t-nya
lebih kecil atau sama dengan 0,05; maka H0 ditolak atau Ha diterima.
Atau dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pendekatan, model,
strategi, atau metode pembelajaran yang diterapkan guru sudah efektif
(berpengaruh), ditinjau dari salah satu aspek (variabel). Akan tetapi,
ketika nilai signifikansi t-nya lebih besar dari 0,05; maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan, model, strategi, atau metode
pembelajaran yang diterapkan guru tidak efektif (tidak berpengaruh),
ditinjau dari salah satu aspek (variabel) (Biostatistics, 2019; Tatsuoka,
1971).

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 27

2. Uji F
Uji F digunakan untuk menentukan untuk menentukan apakah
suatu kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki
perbedaan ditinjau dari beberapa atau keseluruhan variabel. Uji F
dalam konteks tertentu biasanya juga disebut sebagai multivariate
analysis of variance (MANOVA). Adapun kriteria ujinya sama dengan
uji t, yaitu: ketika nilai signifikansinya lebih kecil atau sama dengan
0,05; maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok ditinjau dari salah satu atau
keseluruhan variabel (Sharma, 1996; Stevens, 2009).
3. Uji Lanjut (Post-Hoc)
Ada beberapa jenis uji lanjut, seperti: t-Benferroni dan Tukey.
Akan tetapi, uji lanjut hanya akan muncul di output SPSS ketika jumlah
kelompok lebih dari dua kelompok. Hal ini disebabkan karena untuk
dua kelompok, sudah mampu dilihat dengan menggunakan MANOVA
biasa. Kriteria ujinya pun sama dengan uji t dan uji F, yaitu: ketika nilai
signifikansinya lebih kecil atau sama dengan 0,05; maka dapat
disimpulkan bahwa H0 untuk uji lanjutnya ditolak atau dengan kata lain
Ha untuk uji lanjutnya diterima. Pembahasaan H0 dan Ha disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian (Stevens, 2009).

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 28

BAB III
CONTOH IMPLEMENTASI
DESAIN PENELITIAN KUASI-EKSPERIMEN

Berikut akan disajikan salah satu contoh implementasi jenis


desain penelitian kuasi-eksperimen.
Judul Penelitian:
Efektivitas Pendekatan Matematika Kontekstual Ditinjau dari Aspek
Kemampuan Problem-Solving dan Self-Confidence Siswa Kelas VII
SMP
Berkaitan dengan judul penelitian di atas, ada beberapa hal penting
yang perlu diketahui peneliti atau pembaca, antara lain:
Variabel-Variabel Penelitian (Temukan Kata Kunci atau Keywords
dalam Judul):
1. Variabel Bebas (Variabel yang Menjadi Penyebab)
Pendekatan Matematika Kontekstual
2. Variabel Terikat (Variabel yang Menjadi Akibat)
a. Kemampuan Problem-Solving
b. Self-Confidence
Pertanyaan Penelitian/Rumusan Masalah (setidaknya terdapat tiga):
1. Apakah pendekatan matematika kontekstual efektif ditinjau dari
aspek kemampuan problem-solving siswa Kelas VII SMP?
2. Apakah pendekatan matematika kontekstual efektif ditinjau dari
aspek self-confidence siswa Kelas VII SMP?
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 29

3. Apakah terjadi perbedaan keefektifan pendekatan matematika


kontekstual dengan pendekatan konvensional ditinjau dari aspek
kemampuan problem-solving dan self-confidence siswa Kelas VII
SMP?
Tujuan Penelitian (Mengubah bahasa Pertanyaan Penelitian/Rumusan
Masalah ke dalam Bentuk Kalimat):
1. Untuk mendeskripsikan keefektifan pendekatan matematika
kontekstual terhadap kemampuan problem-solving siswa Kelas VII
SMP.
2. Untuk mendeskripsikan keefektifan pendekatan matematika
kontekstual terhadap self-confidence siswa Kelas VII SMP.
3. Untuk mendeskripsikan bahwa terjadi perbedaan keefektifan
pendekatan matematika kontekstual dengan pendekatan
konvensional ditinjau dari aspek kemampuan problem-solving dan
self-confidence siswa Kelas VII SMP?
Instrumen yang Digunakan:
1. Tes Kemampuan Problem-Solving
Tes kemampuan problem-solving digunakan untuk mengukur
kemampuan problem-solving siswa kelas VII SMP.
2. Angket Self-Confidence
Angket self-confidence digunakan untuk mengukur self-confidence
siswa kelas VII SMP.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 30

Hipotesis Statistik dan Hipotesis Penelitian:


1. Hipotesis Pertama
H0 1: 𝜇1 ≤ 74,99*
(Pendekatan matematika kontekstual tidak efektif ditinjau dari
aspek kemampuan problem-solving siswa kelas VII SMP)
Ha1: 𝜇1 > 74,99
(Pendekatan matematika kontekstual efektif ditinjau dari aspek
kemampuan problem-solving siswa kelas VII SMP)
* Mohon diperhatikan bahwa nilai 74,99 merupakan nilai minimal
permisalan yang digunakan karena kriteria ketuntasan minimal
untuk rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75,00.
2. Hipotesis Kedua
H0 2: 𝜇2 ≤ 74,99
(Pendekatan matematika kontekstual tidak efektif ditinjau dari
aspek self-confidence siswa kelas VII SMP)
Ha2: 𝜇2 > 74,99
(Pendekatan matematika kontekstual efektif ditinjau dari aspek self-
confidence siswa kelas VII SMP)
3. Hipotesis Ketiga
𝜇𝑃𝑆𝑃𝑀𝐾 𝜇𝑃𝑆𝑃𝐾
H03: ( )=( )
𝜇𝑆𝐶𝑃𝑀𝐾 𝜇𝑆𝐶𝑃𝐾
(Tidak terjadi perbedaan keefektifan pendekatan matematika
kontekstual dengan pendekatan konvensional ditinjau dari aspek

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 31

kemampuan problem-solving dan self-confidence siswa kelas VII


SMP)
𝜇𝑃𝑆𝑃𝑀𝐾 𝜇𝑃𝑆𝑃𝐾
Ha3: ( )≠( )
𝜇𝑆𝐶𝑃𝑀𝐾 𝜇𝑆𝐶𝑃𝐾
(Terjadi perbedaan keefektifan pendekatan matematika kontekstual
dengan pendekatan konvensional ditinjau dari aspek kemampuan
problem-solving dan self-confidence siswa kelas VII SMP).
Metode Penelitian:
1. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen (quasi-
experimental design). Adapun jenis desain yang digunakan adalah
pre-respond and post-respond with non-equivalent control-group
design. Istilah respond digunakan karena instrumen yang digunakan,
bukan hanya instrumen tes, melainkan juga instrumen non-tes
(angket).
2. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Praya Timur (misalkan SMP yang digunakan sebagai lokasi
penelitian adalah SMP Negeri 3 Praya Timur). Adapun sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas VII-A dan siswa
kelas VII-B dengan teknik random sampling. Siswa kelas VII-A akan
bertindak sebagai kelas eksperimen atau mendapatkan perlakuan
berupa penerapan pendekatan matematika kontekstual, sedangkan
kelas VII-B akan bertindak sebagai kelas kontrol atau tidak
mendapatkan perlakuan. Tidak mendapatkan perlakuan dalam hal
ini diartikan sebagai penerapan pendekatan konvensional.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 32

Perangkat Pembelajaran:
Perangkat pembelajaran yang harus disiapkan minimal meliputi:
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) yang
berbasis pendekatan matematika kontekstual, lembar observasi
pelaksanaan pendekatan matematika kontekstual untuk kelas
eksperimen, dan instrumen penelitian (sudah dijelaskan sebelumnya).
Prosedur Penelitian:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan menyusun perangkat
pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Setelah semua
perangkat pembelajaran siap, khususnya untuk instrumen penelitian
dilakukan kegiatan pembuktian validitas. Pembuktian validitas
meliputi pembuktian validitas isi dan pembuktian validitas konstruk.
Pembuktian validitas isi dilakukan dengan meminta pendapat beberapa
ahli (minimal 2 orang ahli bidang pendidikan matematika) mengenai isi
atau konten instrumen yang dibuat. Apakah instrumen tersebut sudah
sesuai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur atau tidak. Dalam
konteks ini, validitas isi bertujuan untuk memastikan apakah tes
kemampuan problem-solving sudah sesuai untuk mengukur
kemampuan problem-solving siswa kelas VII SMP atau tidak dan untuk
memastikan apakah angket self-confidence sudah sesuai untuk
mengukur self-confidence siswa kelas VII SMP.
Setelah dilakukan pembuktian validitas isi, dilakukan kegiatan
uji coba dengan meminta responden yang bukan merupakan sampel
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 33

penelitian untuk mengisi angket self-confidence (usahakan minimal


jumlah responden dua kali lebih banyak dari jumlah pernyataan pada
angket). Setelah hasil angket diperoleh dilakukan pembuktian
vailiditas konstruk dengan menggunakan principal axis factoring pada
SPSS untuk memastikan berapa banyak faktor atau komponen yang
terbentuk dari angket self-confidence yang disusun. Hasil tersebut
kemudian dibandingkan dengan kisi-kisi angket self-confidence untuk
melihat kecocokan indikator dan pernyataan yang dibuat.
Perlu menjadi perhatian bahwa untuk instrumen tes tidak
dilakukan uji coba dan cukup sampai pada pembuktian validitas isi saja.
Meskipun, untuk beberapa peneliti masih melakukan kegiatan uji coba
menentukan kualitas soal, seperti: daya beda dan tingkat kesulitan soal,
khususnya untuk tes dengan jenis pilihan ganda (multiple choice). Hal
tersebut bukanlah sesuatu yang salah asalkan memiliki dasar yang kuat.
Akan tetapi, dalam konteks ini anggap saja tes kemampuan problem-
solving yang dimiliki hanya dilakukan pembuktian validitas isi saja.
Perlu juga diperhatikan bahwa dalam konteks desain penelitian kuasi-
eksperimen, peneliti tidak harus menggunakan instrumen yang dibuat
sendiri, melainkan bisa menggunakan instrumen peneliti lain asalkan
instrumen tersebut sudah dibuktikan validitasnya dan diestimasi
reliabilitasnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diawali dengan memberikan pre-respond
terhadap kedua kelas sampel, meskipun yang diberikan hanya soal pre-
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 34

test saja (mengenai istilah ‘test’ diganti ‘respond’ sudah dibahas


sebelumnya) sehingga diperoleh data pre-respond. Angket self-
confidence tidak diberikan pada kegitan pre-respond karena ada
anggapan bahwa untuk aspek afektif, seperti self-confidence tidak bisa
diukur dalam jangka waktu yang sebentar (selama penerapan
pendekatan matematika kontesktual), melainkan membutuhkan jangka
waktu yang lain. Berbeda dengan aspek kognitif, seperti: kemampuan
problem-solving yang masih bisa diukur, meskipun dalam jangka waktu
yang relatif singkat.
Ada hal menarik yang perlu menjadi catatan dalam hal ini, suatu
penelitian yang dilakukan World Bank mengungkapkan bahwa suatu
pendekatan, model, atau strategi pembelajaran akan benar-benar
terlihat hasilnya setelah tiga tahun diterapkan secara simultan untuk
suatu responden tertentu. Akan tetapi, keberadaan hasil penelitian
tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengukur aspek kognitif
siswa dalam jangka waktu yang singkat, seperti: pada konteks penelitian
mahasiswa.
Setelah dilakukan kegiatan pre-respond, peneliti melakukan
kegiatan eksperimen dengan menerapkan pendekatan matematika
kontekstual pada kelas eksperimen dan menerapkan pendekatan
konvensional pada kelas kontrol. Setelah jadwal pelaksanaan kegiatan
pembelajaran selesai, peneliti kemudian melakukan kegiatan post-
respond terhadap kedua kelas sampel sehingga diperoleh data post-
respond.
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 35

3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini dilakukan kegiatan analisis data untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Pada tahapan inilah, kegiatan teknik analisis data yang sudah
dijelaskan sebelumnya dilakukan.
Hasil Penelitian:
Perhatikan jenis desain penelitian yang digunakan berikut:

Kelas Eksperimen : O______X______O


Kelas Kontrol : O_____________O

Untuk kegiatan pre-respond diperoleh dua jenis data, yaitu: data


tes kemampuan problem-solving untuk kelas eksperimen dan data tes
kemampuan problem-solving untuk kelas kontrol. Untuk kegiatan post-
respond diperoleh empat jenis data, yaitu: data tes kemampuan
problem-solving untuk kelas eksperimen, data tes kemampuan problem-
solving untuk kelas kontrol, data self-confidence untuk kelas
eksperimen, dan data self-confidence untuk kelas kontrol. Data-data
yang akan digunakan untuk menjawab hipotesis adalah data post-
respond, sedangkan data pre-respond digunakan hanya untuk
mengkonfirmasi bahwa kedua kelas sampel adalah ekuivalen dalam hal
kemampuan problem-solving.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 36

Misalkan diperoleh data-data sebagai berikut:


Tabel 3..1. Skor Kemampuan Problem-Solving Sebelum Perlakuan
Skor Skor Ket.
No. Urut Responden
Kelas Eksperimen1 Kelas Kontrol2
1 45,00 40,00
2 50,00 45,00
3 50,00 50,00
4 45,00 50,00
5 55,00 40,00
6 40,00 45,00
7 50,00 55,00
8 45,00 50,00
9 50,00 40,00
10 55,00 40,00
11 45,00 45,00
12 40,00 55,00

Tabel 3.2. Skor Kemampuan Problem-Solving Setelah Perlakuan


Skor Skor Ket.
No. Urut Responden
Kelas Eksperimen3 Kelas Kontrol4
1 85,00 65,00
2 80,00 75,00
3 75,00 65,00

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 37

4 80,00 60,00
5 70,00 70,00
6 75,00 75,00
7 80,00 60,00
8 75,00 70,00
9 75,00 75,00
10 70,00 65,00
11 80,00 65,00
12 85,00 70,00

Tabel 3..3. Skor Self-Confidence Setelah Perlakuan


Skor Skor Ket.
No. Urut Responden
Kelas Eksperimen5 Kelas Kontrol6
1 75,00 75,00
2 80,00 70,00
3 80,00 75,00
4 85,00 80,00
5 85,00 85,00
6 75,00 70,00
7 80,00 75,00
8 85,00 70,00
9 80,00 65,00
10 75,00 65,00

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 38

11 85,00 60,00
12 80,00 65,00

Analisis Data Menggunakan SPSS:


1. Hipotesis Pertama
Buatlah variable view dan data view sebagai berikut (sesuaikan
dengan hasil penelitian):

Gambar 3.1. Variable View Hipotesis Pertama

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 39

Gambar 3.2. Data View Hipotesis Pertama


Lakukan perintah: analyze>compare means>one-sample t
test>pindahkan variabel kemampuan problem-solving ke dalam
kolom test variable(s) dan input nilai 74,99 pada kolom test
value>OK, sehingga diperoleh output sebagai berikut:

Interpretasi:
Oleh karena nilai signifikansi t yang diperoleh sebesar 0,110 (yang
dilingkari merah) dan nilai tersebut lebih besar dari 0,05; maka dapat
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 40

disimpulkan bahwa H01 diterima. Atau dengan kata lain, pendekatan


matematika kontekstual tidak efektif ditinjau dari aspek
kemampuan problem-solving.
2. Hipotesis Kedua
Gunakanlah variable view dan data view seperti pada hipotesis
sebelumnya. Selanjutnya, ikuti perintah analyze>compare
means>one-sample t test>pindahkan variabel self-confidence ke
dalam kolom test variable(s) dan input nilai 74,99 pada kolom test
value>OK, sehingga diperoleh output sebagai berikut:

Interpretasi:
Oleh karena nilai signifikansi t yang diperoleh sebesar 0,001 dan nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa H02
ditolak. Atau dengan kata lain, pendekatan matematika kontekstual
efektif ditinjau dari aspek self-confidence.
3. Hipotesis Ketiga
Buatlah data view dan variable view seperti pada gambar di bawah
(berdasarkan hasil penelitian sebelumnya):

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 41

Gambar 3.3. Variable View Hipotesis Kedua

Gambar 3.4. Data View Hipotesis Kedua


Lakukan perintah: analyze>general linear
model>multivariate>masukkan variabel kemampuan problem-
solving dan self-confidence pada kolom dependent variable dan

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 42

masukkan variabel pendekatan pada kolom fixed factor(s)>klik post


hoc dan masukkan variabel pendekatan yang termuat pada factor(s)
pada kolom post hoc tests for dan berikan tanda centang pada
Benferroni dan Tukey>continue>lalu klik options dan berikan tanda
centang pada descrptive statistics, estimates of effect size, dan
homogenity tests>continue>OK, sehingga diperoleh output sebagai
berikut:

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 43

Interpretasi:
Berdasarkan output di atas diperoleh informasi bahwa signifikansi F
untuk keseluruhan variabel lebih kecil dari 0,05; yaitu sebesar 0,000
(lingkaran merah) sehingga dapat disimpulkan bahwa H03 ditolak
atau Ha3 diterima. Atau dengan kata lain, terjadi perbedaan
keefektifan pendekatan matematika kontekstual dengan
pendekatan konvensional ditinjau dari aspek kemampuan problem-
solving dan self-confidence siswa kelas VII SMP. Selain itu,
berdasarkan output di atas diperoleh juga informasi bahwa nilai
signifikansi F untuk kemampuan problem-solving sebesar 0,000 dan
untuk self-confidence sebesar 0,001 yang mengindikasikan bahwa
terdapat perbedaan keefektifan antara pendekatan matematika
kontekstual dengan pendekatan konvensional ditinjau dari masing-

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 44

masing aspek atau variabel, baik variabel kemampuan problem-


solving dan self-confidence.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 45

BAB IV
UJI ASUMSI (CONTOH IMPLEMENTASI)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, uji asumsi adalah uji


prasyarat yang harus dilewati oleh teknik analisis data yang bersifat
paramterik. Atau dengan kata lain, uji asumsi merupakan kegiatan
untuk memastikan apakah data yang diperoleh sudah memenuhi uji
normalitas dan uji homogenitas agar bisa dilakukan teknik analisis data
yang bersifat parametrik terhadap data yang diperoleh tersebut.
Berikut akan disajikan cara melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap data yang ada pada bab sebelumnya.
A. Uji Normalitas
1. Uji Normalitas Univariat
Beberapa uji yang bisa digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov, uji Shapiro-Wilk, dan Q-Q Plot . Berikut akan ditampilkan
cara melakukan kedua uji tersebut dengan SPSS. Data yang digunakan
adalah data post-respond, sedangkan data yang lain diserahkan pada
pembaca sebagai kegiatan latihan. Buatlah variable view dan data view
seperti pada gambar pada hipotesis 1. Lakukan perintah:
analyze>descriptive statistics>explore>masukkan variabel
kemampuan problem-solving dan self-confidence pada kolom
dependent list>klik plots dan berikan tanda centang pada normality
plots with tests>continue>OK, sehingga diperoleh output sebagai
berikut:
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 46

Interpretasi:
Berdasarkan output di atas diperoleh informasi bahwa nilai signifikansi
untuk uji Kolomogorov-Smirnov adalah sebesar 0,200 untuk variabel
kemampuan problem-solving dan 0,153 untuk variabel self-confidence
(lingkaran merah), sedangkan untuk uji Shapiro-Wilk adalah sebesar
0,187 untuk variabel kemampuan problem-solving dan 0,018 untuk
variabel self-confidence (lingkaran biru). Oleh karena kedua nilai
signifikansi untuk uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05; maka
dapat disimpulkan bahwa data post-respond yang diperoleh, baik untuk
variabel kemampuan problem-solving, maupun untuk variabel self-
confidence sudah terdistribusi secara normal. Akan tetapi, untuk uji
Saphiro-Wilk hanya nilai signifikansi varoabel kemampuan problem
solving saja yang lebih besar dari 0,05; sedangkan untuk variabel self-
confidence lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
data post-respond untuk variabel kemampuan problem-solving sudah
berdistribusi normal, sedangkan untuk variabel slef-confidence belum
berdistribusi normal. Lalu, apa keputusan yang harus diambil berkaitan
dengan masalah ini? Jawabannya adalah gunakan saja uji Kolmogorov-
Smirnov dan jangan gunakan uji Saphiro-Wilk. Hasil ini kemudian

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 47

mengindikasikan bahwa teknik analisis data yang bersifat parametrik


bisa dilanjutkan terhadap data post-respond yang diperoleh tersebut.
Selain diperoleh output di atas, diperoleh juga output dalam bentuk
grafik untuk kemampuan problem-solving sebagai berikut:

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 48

Interpretasi:
Berdasarkan grafik normal Q-Q Plots di atas diperoleh informasi bahwa
data menyebar mengikuti garis lurus sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal dan berdasarkan grafik detrended
normal Q-Q Plots diperoleh informasi bahwa data menyebar terbagi
dua, baik di atas, maupun di bawah 0,000 sehingga dapat dipastikan
kembali bahwa data post-respond untuk variabel kemampuan problem-
solving benar-benar sudah berdistribusi normal.
Adapun output Q-Q Plots untuk variabel self-confidence adalah
sebagai berikut:

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 49

Interpretasi:
Berdasarkan grafik normal Q-Q Plots diperoleh informasi bahwa data
tersebut bisa dikatakan berdistribusi normal karena data menyebar
mengikuti garis lurus. Akan tetapi, ketika memperhatikan grafik
detrended normal Q-Q Plots diperoleh informasi bahwa data belum
berdistribusi normal karena data tidak menyebar terbagi dua. Hasil ini
kemudian sejalan dengan hasil uji Saphiro-Wilk yang menyimpulkan
bahwa data post-respond untuk variabel self-confidence belum
berdistribusi normal. Hasil ini juga mengkonfirmasi bahwa uji Saphiro-
Wilk lebih konsisten dibandingkan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 50

2. Uji Normalitas Multivariat


Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan uji
normalitas multivariat adalah dengan menambahkan nomor urut pada
data seperti pada hipotesis pertama. Adapun tampilan variable view
dan data view-nya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Variable View Uji Normalitas Multivariat

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 51

Gambar 4.2. Data View Uji Normalitas Multivariat


Lakukan perintah untuk regresi linier:
analyze>regression>linear>masukkan variabel nomor urut pada kolom
dependent dan masukkan variabel kemampuan problem-solving dan
self-confidence pada kolom independent(s)>klik save dan berikan tanda
centang pada mahalanobis>continue>OK, sehingga diperoleh data
view baru sebagai berikut (lingkaran merah):

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 52

Setelah diperoleh nilai jarak Mahalanobis, urutkan jarak tersebut ke


dalam bentuk tabel di bawah dengan nomor urut yang baru (gunakan
bantuan microsoft excel untuk mempermudah perhitungan):
Jarak Nomor Urut Nilai Chi-
Persentil
Mahalanobis Baru Square
0,25586 1 0,041667 0,085119
0,25586 2 0,125 0,267063
0,26795 3 0,208333 0,46723
0,26795 4 0,291667 0,689681
1,52509 5 0,375 0,940007
1,65806 6 0,458333 1,226209
1,65806 7 0,541667 1,560317
2,20201 8 0,625 1,961659
2,25037 9 0,708333 2,464287
3,39872 10 0,791667 3,137232
3,89432 11 0,875 4,158883
4,36575 12 0,958333 6,356108
Langkah selanjutnya adalah buatlah scatter plots (deskripsi perintah
pada bab sebelumnya) dengan SPSS sehingga diperoleh output sebagai
berikut:

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 53

Berdasarkan output di atas diperoleh informasi bahwa data menyebar


tidak mengikuti diagonal utama, maka dapat disimpulkan bahwa data
belum atau tidak memenuhi uji normalitas multivariat.

B. Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas dilakukan analisis dengan menggunakan
SPSS seperti pada hipotesis ketiga pada bab sebelumnya. Akan tetapi,
ada beberapa output yang digunakan untuk menginterpretasi uji
homogenitas, baik univariat, maupun multivariat. Adapun output yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 54

Interpretasi:
Berdasarkan output di atas diperoleh informasi bahwa nilai signifikansi
Levene’s Test, baik untuk kemampuan problem-solving, maupun untuk
self-confidence secara berturut-turut adalah sebesar 0,687 dan 0,068
(lingkaran merah). Oleh karena nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi uji
homogenitas secara univarat. Berdasarkan output Box’s M diperoleh
informasi bahwa nilai signifikansi Box’s M sebesar 0,345 (lingkaran biru)
yang lebih besar dari 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa data
post-respond tersebut homogen secara multivariat.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 55

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, M. A., & Muhajirin, A. (2017). Penerapan Logika Fuzzy Pada


Penilaian Mutu Dosen Terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Jurnal Online Informatika, 2(1), 16.
https://doi.org/10.15575/join.v2i1.74
Biostatistics, D. of. (2019). The One-Sample T-Test. New York.
Campbell, D. T., & Stanley, J. C. (1963). Experimental and Quasi-
Experimental Designs for Research. In Handbook of Research on
Teaching (pp. 1–76). https://doi.org/10.1037/022808
Choy, L. T. (2014). The Strengths and Weaknesses of Research
Methodology: Comparison and Complimentary between
Qualitative and Quantitative Approaches. IOSR Journal of
Humanities and Social Science, 19(4), 99–104.
https://doi.org/10.9790/0837-194399104
Christensen, L. B., Johnson, R. B., & Turner, L. A. (2015). Research Methods,
Design, and Analysis (Twelfth). Edinburgh Gate: Pearson Education
Limited.
Creswel, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pendekatan, jenis dan metode
penelitian pendidikan. In Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Retrieved from
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 56

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENELITIAN
PENDIDIKAN.pdf
Drummond, K., & Murphey-Reyes, A. (2017). Quantitative Research
Designs: Experimental, Quasi-Experimental, and Descriptive.
California: Jones & Bartlett Learning.
Fassinger, R., & Morrow, S. L. (2013). Toward Best Practices in
Quantitative, Qualitative, and Mixed- Method Reseach: A Social
Justice Perspective. Journal for Social Action in Counseling &
Psychology, 5(2), 69–83. Retrieved from
http://eds.a.ebscohost.com/eds/detail/detail?vid=0&sid=40a
3f896-b989-41b4-bf45-
16771ecefe37%40sessionmgr4008&bdata=JnNpdGU9ZWRzL
WxpdmU%3D#AN=93598272&db=asx
Garson, G. D. (2012). Testing Statistical Assumptions. In Blue Book Series.
Retrieved from
http://www.statisticalassociates.com/assumptions.pdf
Johnson, B., & Christensen, L. (2008). Educational Research (3rd ed.).
Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Kunlasomboon, N., Wongwanich, S., & Suwanmonkha, S. (2015). Research
and Development of Classroom Action Research Process to
Enhance School Learning. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 171, 1315–1324.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.248
MacDonald, S., & Headlam, N. (2008). Research Methods Handbook:
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 57

Introductory Guide to Research Methods for Social Research.


Manchester: Centre for Local Economic Strategies.
Miller, M. D., Linn, R. L., & Gronlund, N. E. (2009). Measurement and
Assessment in Teaching. Upper Saddle River: Pearson Education,
Inc.
Olsen, W. (2004). Triangulation in Social Research: Qualitative and
Quantitative Methods Can Really Be Mixed. In M. Holborn (Ed.),
Developments in Sociology (pp. 1–334).
https://doi.org/10.4324/9781315838120
Parra-Frutos, I. (2013). Testing Homogeneity of Variances with Unequal
Sample Sizes. Computational Statistics, 28(3), 1269–1297.
https://doi.org/10.1007/s00180-012-0353-x
Rahman, M. S. (2016). The Advantages and Disadvantages of Using
Qualitative and Quantitative Approaches and Methods in
Language “Testing and Assessment” Research: A Literature
Review. Journal of Education and Learning, 6(1), 102.
https://doi.org/10.5539/jel.v6n1p102
Rani Das, K., & Imon, A. H. M. R. (2016). A Brief Review of Tests for
Normality. American Journal of Theoretical and Applied Statistics,
5(1), 5. https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.12
Rogers, J., & Reversz, An. (2005). Experimental and Quasi-Experimental
Designs. In The Routledge Handbook of Research Methods in
Applied Linguistics (pp. 1–11).
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.72.235418
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 58

Sharma, S. (1996). Applied Multivariate Techniques. New York: John


Wiley & Sons, Inc.
Stevens, J. P. (2009). Applied Multivariate Statistics for the Social
Science. New York: Taylor & Francis Group, LLC.
Tatsuoka, M. M. (1971). Multivariate Analysis: Techniques for Educational
and Psychological Research. New York: John Wiley & Sons, Inc.
White, H., & Sabarwal, S. (2014). Quasi-Experimental Design and
Methods. Florence.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 59

INDEKS

C Nominal 15
Covenient 6, 7 O
E One-Sample T Test 26
Equivalent 12 Ordinal 15
Experiment 6 P
I Post-Hoc 27
Inferential Statistics 26 Post-Respond 12
Interval 15 Post-Test 12
K Pre-Test 10, 11, 12
Kuasi-Eksperimen 2-3, 5-9, 11, Pre-Respond 12
15, 26, 28, 31, 33 R
L Randomly Assignment 6
Logical Positivisme 1 Rasio 15
M T
Manova 27 Treatment 13
Metrik 15 Tri-Dharma Perguruan Tinggi 1
Mixed-Method 1, 5 True-Experiment 3, 7, 8
N
Non-Equivalent 12
Non-Equivalent Group 13
Non-Metrik 15
Non-Randomly Assignment 6, 7
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 60

GLOSARIUM

Covenient
Kumpulan sampel yang sudah terbentuk secara alami.
Equivalent
Memiliki pola yang sama.
Experiment
Salah satu jenis desain penelitian (sampel dipilih secara acak).
Inferential Statistics
Proses menginterpretasikan data dengan menggunakan berbagai
metode statistik (dimaksudkan untuk generalisasi hasil penelitian).
Interval
Salah satu jenis data yang berbentuk numerik, memiliki batas atas dan
batas bawah.
Kuasi-Eksperimen
Salah satu jenis desain penelitian eksperimen, tetapi sampel tidak diplih
secara acak karena sampel berbentuk convenient.
Logical Positivisme
Aliran filsafat yang menggunakan prinsip logika dalam menentukan
kebenaran suatu realita.
Manova
Salah satu jenis uji statistik inferensial dengan banyaknya variabel
bebas lebih dari satu variabel.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 61

Metrik
Kelompok jenis data yang berbentuk interval dan rasio.
Mixed-Method
Salah satu jenis metode penelitian yang dilakukan dengan
mengkombinasikan urutan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Non-Equivalent
Tidak memiliki pola yang sama.
Non-Equivalent Group
Kelompok yang tidak memiliki pola yang sama.
Non-Metrik
Kelompok jenis data yang berbentuk nominal dan ordinal.
Non-Randomly Assignment
Pemilihan responden sebagai sampel penelitian yang tidak dilakukan
secara acak (ciri khas jenis desain penelitian kuasi-eksperimen).
Nominal
Jenis data yang berbentuk kategori.
One-Sample T Test
Salah satu contoh uji statistik inferensial yang biasanya digunakan
untuk menentukan keefektifan suatu model, pendekatan, strategi, atau
metode pembelajaran.
Ordinal
Jenis data yang berbentuk kategori tetapi memperhatikan urutan.
Post-Hoc
Uji lanjut dalam statistik inferensial, seperti: uji t-Benferroni dan Tukey.
Muhamad Galang Isnawan
K u a s i - E k s p e r i m e n | 62

Post-Respond
Kegiatan memberikan instrumen yang berbentuk tes atau non-tes
setelah pelaksanaan kegiatan eksperimen.
Post-Test
Kegiatan memberikan instrumen yang berbentuk tes setelah
pelaksanaan kegiatan eksperimen.
Pre-Respond
Kegiatan memberikan instrumen yang berbentuk tes atau non-tes
sebelum pelaksanaan kegiatan eksperimen.
Pre-Test
Kegiatan memberikan instrumen yang berbentuk tes sebelum
pelaksanaan kegiatan eksperimen.
Randomly Assignment
Pemilihan responden sebagai sampel penelitian yang tidak dilakukan
secara acak (ciri khas jenis desain penelitian eksperimen).
Rasio
Jenis data yang berbentuk numerik, tetapi memiliki nilai basis, seperti:
data berat badan (basis 0).
Treatment
Perlakuan yang biasanya berbentuk pembelajaran yang inovatif.
Tri-Dharma Perguruan Tinggi
Kewajiban utama dosen di perguruan tinggi.

Muhamad Galang Isnawan


K u a s i - E k s p e r i m e n | 63

True-Experiment
Istilah lain dari penelitian eksperimen yang biasanya digunakan untuk
membedakan dengan kuasi-eksperimen.

Muhamad Galang Isnawan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai