Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERJANJIAN KONTRAK BISNIS

Disusun Oleh :

Nama : Nala Ratih

NPM : 2261201072

Dosen Pengampu :

Riri Tri Mayasari, S.H., M.H

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Akhirnya saya bisa menyelesaikan
tugas makalah saya mata kuliah Hukum Bisnis yang di ampu oleh ibu Riri Tri
Mayasari, S.H., M.H dengan judul “Perjanjian Kontrak Bisnis”.

Ucapan terima kasih kepada ibu Riri Tri Mayasari, S.H., M.H yang telah
memberikan banyak ilmu kepada saya sehingga saya akhirnya bisa menyelesaikan
tugas ini. Di dalam penulisan makalah ini saya menyadari terdapat banyakkesalahan
dan kekeliruan. Oleh sebab itu saya berharap para pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Demikian kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 26 April 2023

Nala Ratih

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Pengertian Perjanjian Kontrak Bisnis ................................................................3

2.2 Dasar Hukum dan Syarat Sah Perjanjian Kontrak Bisnis ..................................6

2.3 Asas-Asas Dalam Perjanjian Kontrak Bisnis .....................................................7

2.4 Struktur Perjanjian Kontrak Bisnis ....................................................................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrak merupakan suatu perjanjian tertulis, yang berarti kontrak dianggap


sebagai suatu pengertian yang lebih sempit dari sebuah perjanjian. Perjanjian
diberlakukan karena terdapat perbedaan kepentingan antara para pihak yang dengan
cara bernegosiasi dirumuskan kedalam klausul-klausul yang terdapat dalam
perjanjian tersebut. Dalam skala yang lebih luas kontrak merupakan sebuah
kesepakatan antara dua pihak yang menjalin kesepakatan di dalam perjanjian
kontrak tersebut. Jadi pada dasarnya kontrak terdapat sebuah hubungan antara
kedua belah pihak tersebut, yang dimana berisi perjanjian yang diterbitkan bagi
yang membuatnya. Kontrak tersebut terbentuk seperti suatu rangkaian kata yang
berisi sebuah kesepakatan dan adanya kesanggupan. Menurut Pasal 1338 ayat (1)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa seluruh persetujuan yang dibuat
secara sah berlaku bagi undang-undang yang membuatnya, asal tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan ketertiban hukum. Ketentuan pada pasal tersebut yang
dimaksud bahwa para pihak diberi suatu kebebasan membuat ataupun tidak
membuat suatu perjanjian, dengan menentukan isi perjanjiian berserta persyaratan-
persyaratan yang bentuk perjanjiannya bisa dilakukan secara tertulis ataupun secara
lisan.
Perjanjian ini akan mengikatkan diri kepada satu orang ataupun lebih bagi
yang membuatnya. Berdasarkan kejadian tersebut sehingga suatu hubungan antara
dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Jadi Perjanjian tersebut menerbitkan
suatu peristiwa perikatan diantara kedua belah pihak yang bersangkutan. Dengan
demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian merupakan perjanjian yang
menerbitkan suatu perikatan. Perikatan tersebut menjadi sumber perjanjian yang
dilakukan.

1
2

Berdasarkan hal tersebut suatu kontrak/perjanjian antara kedua belah pihak


yang sepakat dapat menimbulkan suatu hubungan hukum, baik itu secara tulisan
ataupun lisan. Perjanjian juga akan menjadi undang-undang atau hukum yang
mengikat para pihak yang bersepakat. Oleh sebab itu, bagi para pihak yang sudah
melakukan perikatan dan telah disepakati, harus ditaati dan dilaksanakannya isi dari
perjanjian tersebut. Pada dasarnya sebuah perjanjian bermula dari adanya
perbedaan atau ketidaksamaan bagi para pihak, maka perlu sebuah rumusan
hubungan kontraktual yang didasari pada proses negosiasi di antara para pihak.
Dengan sebuah proses negosiasi, para pihak akan berusaha untuk melakukan upaya
kesepakatan melalui proses tawarmenawar. Karena umumnya di dalam sebuah
perjanjian berawal pada perbedaan kepentingan masing-masing yang dicoba
dipertemukan dalam sebuah perjanjian. Melalui perjanjian tersebut, perbedaan itu
akan diakomodasi dan dibingkai dengan seperangkat hukum yang dapat mengikat
para pihak yang mebuatnya. Oleh sebab itu pada makalah ini akan dijelaskan lebih
lanjut mengenai perjanjian kontrak bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian perjanjian kontrak bisnis?
2. Apa dasar hukum dan syarat sah perjanjian kontrak bisnis?
3. Asas-asas apa saja yang ada dalam perjanjian kontrak bisnis?
4. Bagaimana struktur kontrak bisnis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian perjanjian kontrak bisnis


2. Mengetahui dasar hukum dan syarat sah perjanjian kontrak bisnis
3. Mengetahui asas-asas apa saja yang ada dalam perjanjian kontrak bisnis
4. Mengetahui struktur kontrak bisnis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perjanjian Kontrak Bisnis

2.1.1 Pengertian

Kontrak bisnis adalah perjanjian tertulis yang mengikat secara hukum dua
atau lebih pihak dalam urusan bisnis. Biasanya, kontrak ini berfungsi untuk
melindungi hak hukum bisnis Yang melibatkan dalam suatu kerjasama,
kesepakatan, maupun transaksi bisnis. Dengan begitu, semuanya bisa berjalan
dengan baik dan adil, tanpa ada pihak yang dirugikan.
Perjanjian dan kontrak tidaklah terlalu berbeda, karena kontrak dan perjanjian
dilahirkan dari suatu perbuatan hukum yang saling berjanji untuk melakukan suatu
hal dan pada akhirnya menimbulkan suatu perjanjian dan melahirkan suatu
perikatan. Dalam konsep hukum perdata, perikatan tidak hanya lahir karna suatu
perjanjian atau kontrak, tetapi juga disebabkan oleh undang-undang bahwa suatu
peristiwa atau perbuatan seseorang tanpa didahului perjanjian atau kontrak akan
melahirkan hubungan hokum atau perikatan..
2.1.2 Jenis-Jenis Perjanjian Kontrak Bisnis
1. Kontrak Menurut Namanya
Kontrak perjanjian kerjasama atau bisnis berdasarkan sumber hukumnya
adalah merupakan salah satu penggolongan kontrak yang didasarkan pada tempat
kontrak itu ditemukan. Berdasarkan pengertian diatas, maka sesuai dengan di
dalam Pasal 1319 KUHP dan Artikel 1355 NBW hanya disebutkan dua macam
kontrak menurut namanya, yaitu:

a. Kontrak Nominaat (Bernama).


Kontrak Nominat adalah kontrak yang biasa dikenal dalam KUHP. Yang
termasuk dalam kontrak nominat adalah meliputi tentang jual beli, tukar-
menukar, pinjam-meminjam, pemberian kuasa, sewa-menyewa, dll.

3
4

b. Kontrak Innominaat (Tidak Bernama)


Adalah Kontrak yang muncul, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat.
Yang termasuk dalam kontrak innominaat adalah perjanjian franchise
(waralaba), Leasing, beli sewa, kontrak rahim, joint venture, kontrak karya,
keagenan, production sharing, dll.
2. Kontrak Menurut Bentuknya.
Di dalam KUHP yang berlaku, tidak ada penyebutan secara sistematis
tentang bentuk kontrak. Namun apabila kita menelaah lebih dalam mengenai
berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata maka kontrak menurut
bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Kontrak Lisan (verbal).


Kontrak Lisan (verbal) adalah kontrak atau perjanjian kerjasama yang
dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak
(Pasal 1320 KUHP). Namun, sayangnya kontrak jenis ini memiliki kekuatan
yang lemah. Karena minimnya dokumen dan bukti yang dapat diajukan ke
pengadilan.
b. Kontrak Tertulis
Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk lisan. Hal ini dapat kita lihat pada perjanjian hibah yang harus
dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUHPerdata).
Kontrak ini dibagi menjadi dua macam:

 Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dan ditandatangani oleh
para pihak yang melakukan kesepakatan bisnis tersebut
 Akta yang dibuat oleh notaris, merupakan akta pejabat pemerintah yang
ditunjuk. Contohnya pada pembuatan berita acara Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dalam suatu PT.\
3. Kontrak Timbal Balik.
Kontrak Timbal Balik merupakan perjanjian yang dilakukan para pihak
yang menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual
beli, dan sewa menyewa.
5

2.1.3 Fungsi dan Tujuan Perjanjian Kontrak Bisnis

1. Menjamin berfungsinya keamanan dan mekanisme pasar secara efisien dan


lancar bagi setiap stakeholder bisnis yang terlibat.

2. Melindungi berbagai suatu jenis usaha, khususnya untuk jenis Usaha Kecil
Menengah (UKM) merupakan yang paling rentan.

3. Membantu memperbaiki sistem keuangan dan perbankan.

4. Memberikan perlindungan terhadap semua pelaku ekonomi atau pelaku bisnis


yang diatur dalam undang-undang yang berlaku.

5. Mewujudkan iklim bisnis yang aman dan adil untuk semua pelaku bisnis.

Selain perjanjian hukum dibuat untuk menciptakan kehidupan yang aman,


tertib, dan tentram agar tidak ada pihak yang dirugikan. Selain itu, Fungsi kontrak
dalam bisnis diantaranya adalah :

1. Kontrak berfungsi sebagai hukum atau undang-undang. Karena berdasarkan


pasal 1338 KUH Perdata menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ha
ini berarti bahwa Kontrak tersebut berfungsi sebagai hukum yang mengatur
bagi para pihak yang membuatnya. Kontrak ini mengatur mengenai hak dan
kewajiban para pihak. Sehingga dengan adanya Kontrak maka para pihak
terikat dengan ketentuan-ketentuan khusus yang tercantum di dalam kontrak.

2. Kontrak berfungsi sebagai alat untuk memantau dan mengontrol. Maksdunya


dengan adanya Kontrak, maka Anda dengan mudah dapat memantau dan
mengontrol apakah mitra Anda telah melakukan apa yang telah dijanjikan atau
belum, ataukah malah telah melanggar hal-hal yang telah disepakati di dalam
Kontrak.

3. Kontrak berfungsi untuk mencegah timbulnya masalah di kemudian hari.


Dengan adanya Kontrak maka masing-masing pihak dapat mengetahui hak dan
kewajibannya, sehingga dapat mendukung kelancaran pelaksanaan suatu
hubungan bisnis.
6

4. Kontrak berfungsi untuk menentukan cara penyelesaian masalah. Misalnya


para pihak memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara kekeluargaan
dengan musyawarah terlebih dahulu, jika masalah tidak selesai melalui cara
kekeluargaan dengan musyawarah, maka para pihak memilih untuk
menyelesaikan melalui jalur Pengadilan atau Arbitrase. Dengan adanya
ketentuan ini maka para pihak tidak kebingungan lagi bagaimana cara
penyelesaiannya jika terjadi masalah di kemudian hari.

5. Kontrak berfungsi sebagai alat bukti jika terjadi perselisihan. Jadi tidak
selamanya suatu hubungan bisnis bisa berjalan dengan mulus, sangat mungkin
terjadi salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak ingkar janji, tidak
melakukan apa yang telah dijanjikannya atau melanggar Kontrak yang telah
dibuat. Sehingga dengan kontrak bisnis mutlak diperlukan sebagai alat bukti
tertulis untuk menggugat mitra Anda yang ingkar janji atau Wanprestasi.

2.2 Dasar Hukum dan Syarat Sah Perjanjian Kontrak Bisnis

Banyak orang yang salah mengartikan bahwa kontrak bisnis akan


dinyatakan sah jika dibuat secara tertulis. Tidak sedikit pula orang yang
beranggapan bahwa suatu kontrak dianggap sah apabila ditandatangani di atas
materai. Padahal, penentuan sah atau tidaknya kontrak bukan dilihat dari meterai
maupun bentuknya secara tertulis atau lisan, melainkan dilihat dari terpenuhinya
syarat sah perjanjian yang diatur, berdasarkan Pasal 1338 ayat (3) KUHP dan Pasal
1320 ayat (1) KUHP mengatur tentang perjanjian kontrak secara tertulis maupun
secara lisan (verbal). Selain memiliki dasar hukum, sebuah kontrak dapat dikatakan
sah apabila memenuhi asas sebagai berikut :

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dari kedua belah pihak.

3. Adanya objek yang disepakati .

4. Adanya kausa yang halal dan tidak melanggar norma yang ada.
7

2.3 Asas-Asas Perjanjian Hukum Bisnis

Dalam bisnis kontrak sangat dipergunakan orang, bahkan hampir semua


kegiatan bisnis selalu diawali oleh adanya kontrak, kalaupun dibuat secara
sederhana. Karena fungsinya yang sangat penting, maka pembuatan kontrak
haruslah memperhatikan asas-asas yang berlaku dalam suatu kontrak. Sebagaimana
kita ketahui dalam ilmu hukum dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu
kontrak, antara lain :

1. Asas Kontrak sebagai Hukum Mengatur

Hukum mengatur (aanvullen recht) adalah peraturan-peraturan hukum


hukum yang berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak.
Akan tetapi, ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya, karena jika para
pihak mengatur sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para
pihak tersebut. Jadi, peraturan yang bersifat umum mengatur dapat disimpangi oleh
para pihak. Pada prinsipnya hukum kontrak termasuk kategori hukum mengatur,
yakni sebagian besar (meskipun tidak menyeluruh) dari hukum kontrak tersebut
dapat disimpangi oleh para pihak dengan mengaturnya sendiri. Oleh karena itu,
hukum kontrak ini disebut hukukm yang mempunyai sistem terbuka (open system).
Sebagai lawan dari hukum mengatur adalah hukum yang memaksa (dwingend
recht, mandatory). Dalam hal ini yang dimaksud dengan hukum memaksa adalah
aturan hukum yang berlaku secara memaksa atau mutlak, dalam arti tidak dapat
disimpangi oleh para pihak yang terlibat dalam suatu perbuatan hukum, termasuk
oleh para pihak dalam suatu kontrak.

2. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini merupakan konsekuensi dari berlakunya asas kontrak sebagai


hukum mengatur. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan asas kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa dalam suatu kontrak para
pihak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian
juga kebebasanya untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut. Asas kebebasan
berkontrak ini dibatasi oleh rambu-rambu hukum sebagai berikut : a. harus
memenuhi syarat sebagai suatu kontrak b. tidak dilarang oleh undang-undang c.
8

tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku d. harus dilaksanakan dengan


itikad baik.

3. Asas Pacta Sunt Servanda

Istilah ”pacta sunt servanda” mempunyai arti bahwa janji itu mengikat, yang
dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak ini ialah bahwa kontrak yang dibuat
secara sah oleh para pihak tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut. Istilah
lain dari asas ini adalah ”my word is my bonds”, yang artinya dalam bahasa
Indonesia bahwa jika sapi dipegang talinya, jika manusia dipegang mulutnya,
mengikat secara penuh atas kontrak-kontrak yang dibuat oleh para tersebut oleh
hukum kekuatanya dianggap sama saja dengan kekuatan mengikat dari suatu
undang-undang. Oleh karena itu, apabila suatu pihak dalam kontrak yang telah
dibuatnya oleh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksaan kontrak secara
paksa.

4. Asas Konsensual

Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu kontrak adalah bahwa
jika suatu kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh,
bahkan pada prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak disyaratkan oleh hukum,
kecuali untuk beberapa jenis kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan syarat
tertulis.

5. Asas Obligatoir

Asas obligatori adalah suatu asas yang menetukan bahwa jika suatu kontrak
telah dibuat.

2.4 Struktur Kontrak Bisnis

Bagi seseorang yang sudah membuat kontrak secara langsung berlaku aturan
hukum bagi mereka yang membuatnya. Maka diberlakukannya sebagai undang-
undang, kontrak tersebut yang dibuat oleh para pihak mengikat dan setiap pihak
wajib menaatinya. Oleh karena itu, para pihak harus cermat dan teliti dalam
membuat suatu kontrak sebelum diperjanjikan dan dituangkan di dalam suatu
kontrak tersebut sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
9

Pembuatan suatu perjanjian pada kontrak minimal harus dicantumkan


beberapa hal didalam kontrak tersebut..
1. Kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut;
2. Apa yang menjadi objek di dalam kontrak tersebut;
3. Jangka waktu itu berahkir;
4. Kentuan mengenai ingkar janji atau pelangaran bagi mereka yang
tidakmelaksanakan sesuai dengan isi kontrak tersebut;
5. Ketentuan mengenai keadaan yang di luar paksaan (overmacht);
6. Mekanisme penyelesaian apabila terjadi perselisihan;
7. Dan terahkir tandatangan oleh pihak yang bersangkutan.
Anatomi yang dari kontrak yang dibuat oleh pihak-pihak yang bersangkutan
memiliki sebuah rumusan yang terstruktur. Struktur mengenai rangkaian yang
berupa:
1. Judul Kontrak, Pada judul harus jelas, padat dan singkat sehingga
diberikan sebuah gambaran perjanjian yang akan dibuat.
2. Awal Kontrak, Pembuatan awal kontrak harus singkat serta
memberikan rangkaian perkataan pembuka, serta tanggal dimulainya
kontrak tersebut sebagai bukti dan perbuatan hukum ara pihak yang
dituangkan dalam kontrak tersebut.
3. Para pihak, Pihak-pihak yang bersangkutan mengikat diri pada suatu
perjanjian.
4. Premis. Apa yang melatarbelakangi perjanjian yang dibuat, sehingga
terjadi bagaimana kesepakatan dalam kontrak tersebut terjadi harus
diuraikan secara singkat.
5. Isi kontrak. Pada tahap ini, isi pada suatu perjanjian diwakili pasal-
pasal sertapada tiap pasal diberikan judul.Isi pada suatu perjanjian
kontrak meliputi tiga (3) yakni sebagai berikut: accidentalia, naturalia,
dan essensali. Terdapat pula unsur yang tidak kalah penting harusnya
terdapat sebuah penyebutan tentang bagaimana mekanisme
penyelesaian mengenai perselisihan ataupun sengketa.
10

6. Akhir kontrak (penutup), Pada tahap terahkir penyelesaian dilakukan


dengan adanya pengesahan pihakpihak yang bersangkutan serta juga
terdapat saksi pada perjanjian kontrak tersebut.
Konsep ekonomi Islam berbeda secara mendasar dengan konsep kapitalisme
dan sosialisme. Ekonomi dalam Islam, selain didasarkan pada komitmen spritual,
juga didasarkan atas konsep persaudaraan universal sesama manusia. Komitmen
Islam yang besar pada persaudaraan dan keadilan, menuntut agar semua sumber
daya yang menjadi amanat suci Tuhan, digunakan untuk mewujudkan maqashid
syari’ah, yakni pemenuhan kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan dasar
(primer), seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Persaudaraan
dan keadilan juga menuntut agar sumberdaya didistribusikan secara adil kepada
seluruh rakyat melalui kebijakan yang adil. Instrumennya berupa; zakat, infaq,
sedekah, pajak, kharaj, jizyah, cukai ekspor-impor dan sebagainya.
Dalam ekonomi Islam, nilai-nilainya bersumber Alquran dan hadits berupa
prinsip-prinsip universal. Di saat sistem ekonomi lain hanya terfokus pada hukum
dan sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, maka Islam lebih jauh membahas
nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam setiap kegiatan ekonomi tersebut.
Mendasarkan nilai-nilai tersebut, kegiatan ekonomi Islam berlangsung. Fondasi
utama Ekonomi Islam yaitu tauhid (aqidah), syariah dan akhlak,
Titik tolak gerakan ekonomi Islam khususnya lembaga keuangan di Indonesia
dimulai tahun 1980-an18, ditandai adanya upaya untuk membangun proyek
ekonomi Islam (termasuk "bank syariah" dan pelarangan bunga19). Dalam
perkembangan awal tersebut, ada perbe-daan pandangan antar Ulama Islam dengan
latar belakang organisasi kemasyarakatan yang berbeda. Titik temu antar Ulama
Islam tersebut baru didapat pada tahun 1990-an. Beberapa Ulama Islam yang
berada di dalam organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cedekia-
wan Muslim Indonesia (ICMI) menyepakati untuk mendukung pem-bentukan bank
syariah pertama di Indonesia.
Dukungan tersebut memiliki pengaruh yang strategis dalam gerakan ekonomi
Islam. Bahkan dampak dari dukungan MUI, menjadikannya memiliki peran yang
semakin kuat dalam menentukan pertumbuhan industri ekonomi Islam setelah
tahun 1998.20 Pada masa ini terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem politik
11

di Indonesia akibat reformasi atas pemerintahan Orde Baru akibat krisis ekonmi.
Ruang kebebasan menjadi terbuka lebar, sehingga perkembangan ekonomi Islam
semakin terbuka. Apalagi dalam krisis tersebut lembaga keuangan Islam berhasil
keluar dari krisis.
Kebijkan dan regulasi sangat penting dan strategis bagi perkem-bangan
kelembagaan ekonomi Islam khususnya pada pengelolaan keuangan. Berdirinya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1991, 21 menjadi tonggak sejarah
perbankan Islam di Indonesia. Dasar hukum dari keberadan BMI adalah Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai perjanjian kontrak bisnis yang telah dibahas di


atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan.

1. Kontrak bisnis adalah perjanjian tertulis yang mengikat secara hukum dua
atau lebih pihak dalam urusan bisnis. Biasanya, kontrak ini berfungsi untuk
melindungi hak hukum bisnis
2. Syarat sah perjanjian yang diatur, berdasarkan Pasal 1338 ayat (3) KUHP
dan Pasal 1320 ayat (1) KUHP mengatur tentang perjanjian kontrak secara
tertulis maupun secara lisan (verbal). Selain memiliki dasar hukum, sebuah
kontrak dapat dikatakan sah apabila memenuhi asas sebagai berikut :
a. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dari kedua belah
pihak.
c. Adanya objek yang disepakati .
d. Adanya kausa yang halal dan tidak melanggar norma yang ada.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Junaidi. 2010. Aspek Hukum dalam Bisnis. Kudus: Nora Media
Enterprise.
Ibrahim, Johannes & Sewu, Lindawaty. 2003. Hukum Bisnis dalam Persepsi
Manusia Modern. Bandung: Refika Aditama.
Maria S.W. Sumardjono (1989). Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian.
Yogyakarta: Gramedia.

Saliman, Abdul Rasyid. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh
Kasus. Jakarta: Prenada Media.
Subekti, R. (2012). Hukum Perjanjian, cet. 10. Jakarta: PT. Intermasa.

13

Anda mungkin juga menyukai