Remaja Fix
Remaja Fix
CRITICAL ANALYSIS
Disusun oleh :
BHAYANTI ISDWARA
NIM. P27824419008
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya lah sehingga tugas makalah mata kuliah critical analysis dapat terselesaikan
dengan baik tepat pada waktunya. Makalah ini dapat terselesaikan oleh karena bantuan
dari pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak
– pihak yang terlibat diantaranya :
1. Dwi Wahyu Wulan, SST., M. Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Kampus
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. Uswatun Khasanah, SST., M. Keb, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
3. Evi Pratami, S.ST., M. Keb, selaku dosen pengampu mata kuliah Critical
Analysis Poltekkes Kemenkes Surabaya.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik isi
maupun teknik penulisan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, dan di bagi dalam 3 tahap
yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15- 18 tahun, masa
remaja akhir 18-21 tahun. Tetapi Monks Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa praremaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-
15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun
(Salamah, 2019). Masa remaja merupakan masa perkembangan yang sangat penting,
dan diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu
bereproduksi termasuk masa pubertas pada remaja putri yakni terjadinya menstruasi.
Banyak remaja putri bahkan hampir sebagian besar wanita merasakan sakit saat
menstruasi, bahkan adanya rasa tidak nyaman bahkan nyeri hebat inilah yang sering
disebut nyeri haid dismenore (Salamah, 2019).
Nyeri saat menstruasi umumnya terjadi pada remaja putri usia 15 sampai 25 tahun.
Rasa nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan 49-72 jam.
Namun, ada juga wanita yang mengalami nyeri mulai dari awal hingga hari terakhir
menstruasi, yaitu sekitar 5 sampai 6 hari. Nyeri Haid atau dismenorrhea terjadi akibat
ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah, prostaglandin, dan faktor
stress/psikologi. Dismenore dipengaruhi oleh faktor primer dan sekunder. Usia, riwayat
keluarga, indeks masa tubuh, status sosial ekonomi, pendidikan, merokok, dan
penggunaan alkohol dapat mempengaruhi keparahan dismenore primer. Hal ini menjadi
masalah kesehatan paling umum pada wanita di usia reproduksi, dapat menurunkan
kualitas hidup serta menghambat aktivitas sosial remaja putri, memaksa wanita untuk
beristirahat.
Nyeri haid dapat disertai rasa mual, muntah, diare. Beberapa wanita bahkan pingsan
dan mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan untuk beberapa jam atau beberapa hari. Wanita
pernah mengalami nyeri haid sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50%
wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja. Pada umumnya 50-60% wanita
diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah nyeri haid.
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat
kelamin. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang disertai sebagai hal yang wajar
dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi yang tidak membahayakan,
sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan
anatomis yang jelas, kelainan antomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD (Intra
Uterine Device) atau AKDR (Prawirohardjo, 2016).
Gangguan dismenore primer sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai
walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun
sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan
(Prawirohardjo, 2016). Penyebab dismenorea primer karena terjadi kontraksi yang kuat
atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi, dan pelebaran leher
rahim saat mengeluarkan darah haid. Pendapat lain mengatakan penyebab dismenorea
primer karena kontraksi otot uterus (miometrium) yang terlalu kuat ketika
mengeluarkan darah haid (peluruhan lapisan endometrium uteri; bekuan darah (stolsel);
sel-sel epitel dan stroma dari dinding uterus dan vagina; serta cairan dan lendir dari
dinding uterus; vagina dan vulva), sehingga menimbulkan ketegangan otot saat
kontraksi dan terjadilah nyeri saat haid.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk melakukan critical analysis jurnal yang berjudul
“Electroacupuntur Treatment of Primary Dysmenorrhea: A Randomized,
Participantblinded, Sham-controlled Clinical Trial Protocol”
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan clarity
2. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan accuracy
3. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan percision
4. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan consistency
5. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan relevant
6. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan significance
7. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan logicalness
8. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan depth
9. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan breadth
10. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan fairness
1.3 Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa pendidikan profesi bidan dalam menerapkan
critical thinking.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan profesi
bidan dalam menerapkan critical thinking pada bedah jurnal dengan pendekatan
nilai – nilai intelektual.
3. Memperluas informasi dan pengetahuan mahasiswa profesi bidan dengan
menggunakan jurnal terbaru.
BAB 2
ISI
2.9 Keluasan
Selisih antara skor VAS awal dan skor VAS pada minggu 12 pengobatan
dianggap sebagai efek utama. Berdasarkan evaluasi studi sebelumnya sebagai
dasar estimasi ukuran sampel, setelah 60 hari perawatan, kami menetapkan
perbedaannya antara kelompok perlakuan menjadi 4,75, selisih antara kelompok
kontrol dan baseline menjadi 0,29, perkiraan konservatif antara kedua kelompok
menjadi 2, dan standar deviasi menjadi 5 (α = 0,025 (satu sisi), uji efikasi 1–β =
0,9, margin keunggulan Δ = 0).
2.10 Keadilan
Pada penelitian ini mendapatkan hasil pada kelompok eksperimen (EA) bahwa
ada potensial dimana EA dapat memengaruhi PDM secara positif. Namun pada
kelompok SA bahwa merancang prosedur akupunktur semu non-penetrasi yang
tidak menghasilkan apa-apa. Sehingga keterbatasan dalam penelitian ini adalah
terciptanya bias kerja.
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada saat remaja khususnya remaja putri pasti mengalami menstruasi yang
dimana hal tersebut tidak terlepas dengan nyeri haid atau dismenore primer. Tingkat
toleransi rasa nyeri yang dialami tiap orang berbeda – berbeda, ada orang yang memiliki
pain tolerance yang cukup tinggi sehingga dismenore primer ini tidak terasa, namun ada
orang yang memiliki pain tolerance yang rendah sehingga walaupun rasa nyerinya
sedikit tapi yang terasa nyeri hebat oleh karena itu tak jarang ada yang mengalami nyeri
haid hingga memerlukan obat pereda nyeri, atau bahkan beberapa ada yang minum
kemasan yang menyatakan dapat meredakan nyeri haid.
Penggunaan obat yang berlebihan tidak dianjurkan oleh karena itu ada beberapa
pengobatan non – farmakologi yang dapat dilakukan mengatasi rasa nyeri ini bagi yang
rasa nyerinya ringan – sedang bisa menggunakan kompres air hangat. Namun apabila
kompres air hangat tidak dapat mengatasi rasa nyeri maka dapat dilakukan terapi
menggunakan elektro akupuntur pada kategori nyeri sedang – berat. Terapi elektro
akupuntur memiliki berbagai macam manfaat dapat mengurangi migrain, nyeri
punggung, nyeri sendi,dll. Diantara berbagai macam manfaat itu terapi dengan
menggunakan elektro akupuntur dapat digunakan untuk mengatasi nyeri haid hal
tersebut telah dibuktikan dalam penelitian nasional bahwa memiliki dampak positif
untuk mengatasi nyeri pada haid, tak hanya penelitian nasional namun juga telah
terbukti pada penelitian internasional dan telah terdaftar di schimago bahwa melakukan
terapi dengan elektro akupuntur.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Penelitian ini telah menjabarkan bahwa penggunaan atau melakukan terapi
dengan elektro akupuntur memiliki dampak positif untu mengurangi rasa
nyeri haid yang dialami oleh wanita khususnya pada remaja putri. Hal
tersebut menjadi terobosan baru dari jalan alternatif yang biasa dilakukan
adalah mengompres perut dengan menggunakan air hangat, namun sekarang
dapat menggunakan elektro akupuntur yang dimana diharapkan elektro
akupuntur ini dapat mengurangi konsumsi obat anti nyeri pada saat nyeri
haid.
4.2 Saran