Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

CRITICAL ANALYSIS

“ Electroacupuntur Treatment of Primary Dysmenorrhea: A Randomized,


Participantblinded, Sham-controlled Clinical Trial Protocol”

Dosen Pengampu : Evi Pratami, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :

BHAYANTI ISDWARA
NIM. P27824419008

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya lah sehingga tugas makalah mata kuliah critical analysis dapat terselesaikan
dengan baik tepat pada waktunya. Makalah ini dapat terselesaikan oleh karena bantuan
dari pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak
– pihak yang terlibat diantaranya :

1. Dwi Wahyu Wulan, SST., M. Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Kampus
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. Uswatun Khasanah, SST., M. Keb, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
3. Evi Pratami, S.ST., M. Keb, selaku dosen pengampu mata kuliah Critical
Analysis Poltekkes Kemenkes Surabaya.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik isi
maupun teknik penulisan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan.

Surabaya, 17 Juli 2023

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, dan di bagi dalam 3 tahap
yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15- 18 tahun, masa
remaja akhir 18-21 tahun. Tetapi Monks Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa praremaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-
15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun
(Salamah, 2019). Masa remaja merupakan masa perkembangan yang sangat penting,
dan diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu
bereproduksi termasuk masa pubertas pada remaja putri yakni terjadinya menstruasi.
Banyak remaja putri bahkan hampir sebagian besar wanita merasakan sakit saat
menstruasi, bahkan adanya rasa tidak nyaman bahkan nyeri hebat inilah yang sering
disebut nyeri haid dismenore (Salamah, 2019).

Nyeri saat menstruasi umumnya terjadi pada remaja putri usia 15 sampai 25 tahun.
Rasa nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan 49-72 jam.
Namun, ada juga wanita yang mengalami nyeri mulai dari awal hingga hari terakhir
menstruasi, yaitu sekitar 5 sampai 6 hari. Nyeri Haid atau dismenorrhea terjadi akibat
ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah, prostaglandin, dan faktor
stress/psikologi. Dismenore dipengaruhi oleh faktor primer dan sekunder. Usia, riwayat
keluarga, indeks masa tubuh, status sosial ekonomi, pendidikan, merokok, dan
penggunaan alkohol dapat mempengaruhi keparahan dismenore primer. Hal ini menjadi
masalah kesehatan paling umum pada wanita di usia reproduksi, dapat menurunkan
kualitas hidup serta menghambat aktivitas sosial remaja putri, memaksa wanita untuk
beristirahat.

Nyeri haid dapat disertai rasa mual, muntah, diare. Beberapa wanita bahkan pingsan
dan mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan untuk beberapa jam atau beberapa hari. Wanita
pernah mengalami nyeri haid sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50%
wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja. Pada umumnya 50-60% wanita
diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah nyeri haid.
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat
kelamin. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang disertai sebagai hal yang wajar
dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi yang tidak membahayakan,
sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan
anatomis yang jelas, kelainan antomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD (Intra
Uterine Device) atau AKDR (Prawirohardjo, 2016).

Gangguan dismenore primer sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai
walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun
sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan
(Prawirohardjo, 2016). Penyebab dismenorea primer karena terjadi kontraksi yang kuat
atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi, dan pelebaran leher
rahim saat mengeluarkan darah haid. Pendapat lain mengatakan penyebab dismenorea
primer karena kontraksi otot uterus (miometrium) yang terlalu kuat ketika
mengeluarkan darah haid (peluruhan lapisan endometrium uteri; bekuan darah (stolsel);
sel-sel epitel dan stroma dari dinding uterus dan vagina; serta cairan dan lendir dari
dinding uterus; vagina dan vulva), sehingga menimbulkan ketegangan otot saat
kontraksi dan terjadilah nyeri saat haid.

Banyak cara untuk menghilangkan atau menurungkan nyeri, baik secara


farmakologis, misal obat-obat analgestik ataupun menghilangkan dengan cara yang
bersifat non farmakologis. Penanganan dismenore secara non farmakologis dapat
dilakukan dengan cara: mengkonsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air
putih, mengurangi makanan yang mengandung garam, kafein, dan cokelat, menambah
makanan yang mengandung kalsium, mengkompres hangat pada bagian yang terasa
kram, akupuntur, yoga, mandi air hangat, mengambil posisi menungging sehingga
rahim tergantung ke bawah, dan menarik napas dalam secara perlahan untuk relaksasi
(Kumalasari, 2012).

Pengobatan dismenore secara farmakologis dapat diobati dengan obat anti-inflamasi


nonsteroidal (AINS). Namun, AINS obat anti-inflamasi nonsteroidal hanya dapat
mengurangi keluhan nyeri pada 20%-25% kasus. Ternyata obat-obatan ini
mengakibatkan banyak kerugian, karena menimbulkan iritasi lambung, kolik usus,
diare, lekopeni dan serangan asma bronchial. Terapi non medikamentosa seperti
akupunktur telah digunakan untuk mengatasi dismenore dan telah direkomendasikan
sebagai intervensi non farmakologi. Akupunktur adalah pengobatan yang aman bebas
dari efek samping utama (Reyes et al, 2013). Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengambil topik pengaruh elektroakupuntur untuk mengatasi dismenorrhea.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk melakukan critical analysis jurnal yang berjudul
“Electroacupuntur Treatment of Primary Dysmenorrhea: A Randomized,
Participantblinded, Sham-controlled Clinical Trial Protocol”
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan clarity
2. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan accuracy
3. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan percision
4. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan consistency
5. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan relevant
6. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan significance
7. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan logicalness
8. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan depth
9. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan breadth
10. Mampu melakukan analisis jurnal berdasarkan fairness
1.3 Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa pendidikan profesi bidan dalam menerapkan
critical thinking.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan profesi
bidan dalam menerapkan critical thinking pada bedah jurnal dengan pendekatan
nilai – nilai intelektual.
3. Memperluas informasi dan pengetahuan mahasiswa profesi bidan dengan
menggunakan jurnal terbaru.
BAB 2
ISI

2.1 Clarity (Kejelasan)


1. Nama Jurnal : Plos One
2. Judul Artikel : Electroacupuncture treatment of primary
dysmenorrhea: A randomized, participantblinded, sham-controlled clinical trial
protocol
3. Rumusan masalah : Apakah ada alternatif non-obat yang cocok untuk
pengobatan dismenore primer untuk mengurangi ketergantungan pada obat
antiinflamasi nonsteroid?
4. Tujuan : untuk menambah basis bukti yang ada pada efek
pengobatan EA (Elektro Akupuntur) pada gejala dismenore primer (PDM).
Selain itu, kami bertujuan untuk menemukan alternatif yang cocok untuk
pengobatan farmasi pada pasien dengan PDM untuk mengurangi ketergantungan
pada obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
5. Prevalensi : Pada tahun 2020, sebuah artikel yang diterbitkan
dalam Journal of American Medical Association melaporkan bahwa dismenore
primer (PDM) memengaruhi 50–90% wanita di seluruh dunia, menyebabkan
dampak besar pada pekerjaan dan kualitas hidup. Saat ini, pendekatan
pengobatan Barat untuk mengobati dismenore terutama mencakup obat-obatan
non steroid. Lebih khusus lagi, obat yang biasa diresepkan untuk kondisi ini
antara lain ibu profen dan kontrasepsi oral. Namun, tingkat kegagalan obat ini
mencapai 25% karena kontraindikasi atau intoleransi.
6. Data yang memperkuat : Pendaftaran Uji Coba Klinis Cina:
ChiCTR2100054234; http://www.chictr.org.cn/.
2.2 Accuracy (akurasi)
1. Nilai schimago : Q1
2. Nama jurnal : Plos One
3. Tahun terbit : 2023
4. Link jurnal :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10218736/pdf/pone.028254
1.pdf
2.3 Precision (presisi)
1. Pendahuluan singkat
Dismenore primer (PDM) didiagnosis ketika nyeri spastik terjadi selama siklus
menstruasi dan lesi genital organik telah disingkirkan dalam diagnosis banding.
Pada tahun 2020, sebuah artikel yang diterbitkan dalam Journal of American
Medical Association melaporkan bahwa PDM memengaruhi 50–90% wanita di
seluruh dunia, menyebabkan dampak besar pada pekerjaan dan kualitas hidup.
Oleh karena itu, pencegahan utama dismenore, serta memperlambat
perkembangan penyakit dan mengembangkan modalitas pengobatan yang efektif
dan berisiko rendah, menjadi prioritas dalam penelitian medis modern. Saat ini,
pendekatan pengobatan Barat untuk mengobati dismenore terutama mencakup
obat-obatan non steroid. Lebih khusus lagi, obat yang biasa diresepkan untuk
kondisi ini antara lain ibu profen dan kontrasepsi oral. Namun, tingkat kegagalan
obat ini mencapai 25% karena kontraindikasi atau intoleransi. Selain itu, obat-
obatan ini dikaitkan dengan risiko tinggi efek samping yang merugikan.
Penggunaan obat-obatan tersebut dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan hati, ginjal, dan sistem pencernaan; menghambat ovulasi; menipiskan
endometrium; menyebabkan serangkaian reaksi reproduksi yang merugikan
(termasuk dampak pada volume menstruasi), sakit kepala, dan kantuk; dan
bahkan meningkatkan risiko kanker payudara. Sebaliknya, menurut meta-
analisis baru-baru ini, efek elektroakupunktur (EA) pada pengendalian gejala
dismenore primer (PDM) secara statistik signifikan baik pada hewan percobaan
maupun penyelidikan epidemiologi klinis. Selain itu, EA aman dan efektif dan
semoga menjadi kandidat yang sangat baik untuk terapi alternatif dalam
pengobatan Barat. Oleh karena itu penelitian ini untuk menjelaskan mekanisme
yang memediasi efek EA pada gejala PDM pada tingkat biologis secara
keseluruhan. Selain itu, penelitian terbaru melaporkan bahwa hipertensi selama
kehamilan berhubungan erat dengan dismenore pada awal masa dewasa. Oleh
karena itu, pencegahan utama dismenore, serta memperlambat perkembangan
penyakit dan mengembangkan modalitas pengobatan yang efektif dan berisiko
rendah, menjadi prioritas dalam penelitian medis modern. Sebaliknya, menurut
meta-analisis baru-baru ini, efek elektroakupunktur (EA) pada pengendalian
gejala PDM secara statistik signifikan baik pada hewan percobaan maupun
penyelidikan epidemiologi klinis. Selain itu, EA aman dan efektif dan semoga
menjadi kandidat yang sangat baik untuk terapi alternatif dalam pengobatan
Barat. Tujuan utama dari penelitian kami adalah untuk menambah basis bukti
yang ada pada efek pengobatan EA pada gejala PDM. Selain itu, kami bertujuan
untuk menemukan alternatif yang cocok untuk pengobatan farmasi pada pasien
dengan PDM untuk mengurangi ketergantungan pada obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID).
2. Metode penelitian singkat
a) Rancangan penelitian : to conduct a multicenter, randomized, participant-
blinded, sham-controlled clinical trial evaluating the effects of EA on PDM
for which participants will be publicly recruited.
b) Sampel : 336 peserta dengan PDM akan dibagi menjadi dua kelompok
secara acak. Kelompok perlakuan (n = 168) akan menerima EA, dan
kelompok kontrol akan menerima SA (n = 168).
c) Lama penelitian : Penelitian ini terdiri dari 12 minggu pengobatan dan 3
bulan tindak lanjut.
3. Hasil
memberikan bukti klinis mengenai keefektifan EA untuk mengobati gejala PDM
dan menjelaskan kemungkinan mekanisme melalui EA dapat mempengaruhi
PDM yaitu, melalui jalur metabolisme. Sehingga dapat dijelaskan bahwa EA
dapat menjadi pengobatan non – farmakologis yang dapat dilakukan untuk
mengurangi diminore primer.
4. Gambar dan tabel
A. Gambar
1. Gambar 1 : The SPIRIT schedule of enrollment, interventions, and
assessment.
2. Gambar 2 : Study flow chart, in accordance with the CONSORT
guidelines.
3. Gambar 3 : . Acupuncture points used in this study
4. Gambar 4 : Visual Analogue Scale (VAS)
5. Gambar 5 : Numeric Rating Scale (NRS).
B. Tabel
1. Tabel 1 : EA intervention methods used for participants in both
groups.
2.4 Konsistensi
Protokol penelitian, yang disetujui oleh komite etik rumah sakit pada 9
Desember 2021 (no persetujuan: 2021KS-ZY-14-02), telah didaftarkan di
www.clinicaltrials.gov (no persetujuan: ChiCTR2100054234) dan akan
mengikuti ketentuan Deklarasi Helsinki dan pedoman nasional dan internasional
lainnya yang relevan. Protokol ini dilakukan sesuai dengan Pedoman Item
Protokol Standar 2013: Rekomendasi untuk Uji Coba Intervensi (SPIRIT).
2.5 Relevan
Penelitian ini memiliki relevan yang tinggi untuk lingkungan sekitar saya. Dapat
menjadi opsi lain apabila ada remaja dengan keluhan dismenore primer untuk
melakukan elektro akupuntur ini.
2.6 Bermakna (signifikan)
Pada tahun 2020, sebuah artikel yang diterbitkan dalam Journal of American
Medical Association melaporkan bahwa dismenore primer (PDM) memengaruhi
50–90% wanita di seluruh dunia, menyebabkan dampak besar pada pekerjaan
dan kualitas hidup. Saat ini, pendekatan pengobatan Barat untuk mengobati
dismenore terutama mencakup obat-obatan non steroid. Lebih khusus lagi, obat
yang biasa diresepkan untuk kondisi ini antara lain ibu profen dan kontrasepsi
oral. Namun, tingkat kegagalan obat ini mencapai 25% karena kontraindikasi
atau intoleransi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menambah basis bukti yang ada pada
efek pengobatan EA pada gejala PDM. Selain itu, kami bertujuan untuk
menemukan alternatif yang cocok untuk pengobatan farmasi pada pasien dengan
PDM untuk mengurangi ketergantungan pada obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID).
2.7 Logicalness
Menurut jurnal tersebut bahwa beberapa studi telah melakukan penelitian terkait
elektro akupuntur (EA) dapat meringankan dismenore primer dengan
mengurangi tingkat faktor inflamasi, seperti prostaglandin pada manusia.
Namun, uji coba terkontrol acak multisenter, sampel besar, dan studi mekanistik
yang relevan masih kurang sehingga dilakukan penelitian dengan rancangan
seperti ini dengan hasil penelitian bahwa ada potensial dimana EA dapat
memengaruhi PDM secara positif. Namun pada kelompok SA bahwa merancang
prosedur akupunktur semu non-penetrasi yang tidak menghasilkan apa-apa.
2.8 Kedalaman (depth)
Tujuan umum dari jurnal tersebut adalah untuk menambah basis bukti yang ada
pada efek pengobatan EA (Elektro Akupuntur) pada gejala dismenore primer
(PDM). Selain itu, kami bertujuan untuk menemukan alternatif yang cocok
untuk pengobatan farmasi pada pasien dengan PDM untuk mengurangi
ketergantungan pada obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Selain tujuan
umum dalam jurnal memiliki tujuan khusus diantaranya yakni :
1. Mengevaluasi alur metabolisme yang memediasi asosiasi ini.
2. Mengevaluasi pola perubahan metabolit molekul kecil endogen dalam
sampel darah dan urin.
3. Membandingkan perubahan profil metabolisme dalam eksperimen (EA) dan
kelompok kontrol (SA).
4. Mengeksplorasi kemungkinan mekanisme biologis di mana EA dapat
memengaruhi PDM melalui metabolisme.
Selain itu ada beberapa faktor / data penunjang yang dibutuhkan dalam
penelitian tersebut yaitu nformasi demografis (usia peserta, jenis kelamin, dll)
dan karakteristik dasar (misalnya riwayat penyakit, riwayat obat Obat yang
dikonsumsi bersamaan akan dicatat, termasuk perincian tentang obat tersebut
nama, alasan penggunaan, penggunaan dan dosis, waktu penggunaan, dan
informasi terkait lainnya)

2.9 Keluasan
Selisih antara skor VAS awal dan skor VAS pada minggu 12 pengobatan
dianggap sebagai efek utama. Berdasarkan evaluasi studi sebelumnya sebagai
dasar estimasi ukuran sampel, setelah 60 hari perawatan, kami menetapkan
perbedaannya antara kelompok perlakuan menjadi 4,75, selisih antara kelompok
kontrol dan baseline menjadi 0,29, perkiraan konservatif antara kedua kelompok
menjadi 2, dan standar deviasi menjadi 5 (α = 0,025 (satu sisi), uji efikasi 1–β =
0,9, margin keunggulan Δ = 0).
2.10 Keadilan
Pada penelitian ini mendapatkan hasil pada kelompok eksperimen (EA) bahwa
ada potensial dimana EA dapat memengaruhi PDM secara positif. Namun pada
kelompok SA bahwa merancang prosedur akupunktur semu non-penetrasi yang
tidak menghasilkan apa-apa. Sehingga keterbatasan dalam penelitian ini adalah
terciptanya bias kerja.
BAB 3
PEMBAHASAN

Pada saat remaja khususnya remaja putri pasti mengalami menstruasi yang
dimana hal tersebut tidak terlepas dengan nyeri haid atau dismenore primer. Tingkat
toleransi rasa nyeri yang dialami tiap orang berbeda – berbeda, ada orang yang memiliki
pain tolerance yang cukup tinggi sehingga dismenore primer ini tidak terasa, namun ada
orang yang memiliki pain tolerance yang rendah sehingga walaupun rasa nyerinya
sedikit tapi yang terasa nyeri hebat oleh karena itu tak jarang ada yang mengalami nyeri
haid hingga memerlukan obat pereda nyeri, atau bahkan beberapa ada yang minum
kemasan yang menyatakan dapat meredakan nyeri haid.

Penggunaan obat yang berlebihan tidak dianjurkan oleh karena itu ada beberapa
pengobatan non – farmakologi yang dapat dilakukan mengatasi rasa nyeri ini bagi yang
rasa nyerinya ringan – sedang bisa menggunakan kompres air hangat. Namun apabila
kompres air hangat tidak dapat mengatasi rasa nyeri maka dapat dilakukan terapi
menggunakan elektro akupuntur pada kategori nyeri sedang – berat. Terapi elektro
akupuntur memiliki berbagai macam manfaat dapat mengurangi migrain, nyeri
punggung, nyeri sendi,dll. Diantara berbagai macam manfaat itu terapi dengan
menggunakan elektro akupuntur dapat digunakan untuk mengatasi nyeri haid hal
tersebut telah dibuktikan dalam penelitian nasional bahwa memiliki dampak positif
untuk mengatasi nyeri pada haid, tak hanya penelitian nasional namun juga telah
terbukti pada penelitian internasional dan telah terdaftar di schimago bahwa melakukan
terapi dengan elektro akupuntur.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Penelitian ini telah menjabarkan bahwa penggunaan atau melakukan terapi
dengan elektro akupuntur memiliki dampak positif untu mengurangi rasa
nyeri haid yang dialami oleh wanita khususnya pada remaja putri. Hal
tersebut menjadi terobosan baru dari jalan alternatif yang biasa dilakukan
adalah mengompres perut dengan menggunakan air hangat, namun sekarang
dapat menggunakan elektro akupuntur yang dimana diharapkan elektro
akupuntur ini dapat mengurangi konsumsi obat anti nyeri pada saat nyeri
haid.

4.2 Saran

1. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat menerapkan critical

thinking dalam pelayanan kesehatan kebidanan sehingga terwujudnya

pelayanan yang berkualitas.

2. Diharapkan dengan adanya elektro akupuntur ini dapat mengurangi

konsumsi obat nyeri pada remaja pada saat menjelang haid.

Anda mungkin juga menyukai