Anda di halaman 1dari 45

BAB I

KONSEP DASAR ABSES OTAK

A. Pengertian

Abses otak adalah pengumpulan material infeksus di dalam jaringan otak, ini

dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intrakranial atau pembedahan

melalui penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga, dan gigi (infeksi,

sinus paranasal, otitis media, abses gigi), atau melalui penyebaran infeksi dari organ

lain (abses paru, endokarditis infektif) dan dapat menjadi komplikasi berhubungan

dengan beberrapa bentuk meningitis. Abses otak merupakan komplikasi yang

dikaitkan dengan pasien yang sistem imunnya disupresi baik karena terapi atau

penyakit.

B. Etiologi

Bakteri penyebab yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,

Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae. Abses otak terutama

disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yang berdekatan dengan atau yang

menembus system vascular.

C. Patofisiologi

Di dalam otak mula – mula terjadi radang local disertai sebukan leukosit

polimorfonuklear. Di sekeliling daerah yang meradang berfoliferasi jaringan ikat dan

astrosit, yang membentuk kapsula, jaringan yang rusak mencair dan terbentuk abses.

Pada awal penyakit ini, jaringan yang terkena menjadi edematosa dan

terrinfiltrasi oleh leukosit. Lambat laun, bagian luar menjadi menebal oleh kolagen

pada dinding abses. Pada pusat abses terjadi nekrosis pencairan. Rongga – rongga
abses dapat meluas malalui substansia alba, menembus dinding ventrikel menuju

meningen.

D. Manifestasi Klinis

 Umumnya diakibatkan oleh edema, pengeseran otak, infeksi atau lokasi abses.

 Sakit kepala biasanya pada pagi hari, merupakan gejala berkelanjutan yang

paling sering.

 Muntah tanda – tanda neurologis fokal (kelemahan ekstremitas, penurunan

penglihatan, kejang)

 Perubahan dalam status mental, misalnya latergis, kekacauan mental,

perangsang atau perilaku disorientasi.

 Demam mungkin ada atau mungkin pula tidak ada.

 Gejala – gejala infeksi umum disertai tanda – tanda peninggian tekanan

intrakranial

 Kaku kuduk

E. Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan laboratorium

- Laboratorium rutin (darah + urine).

- Laboratorium kimia seperlunya, pemeriksaan elektrolit seperlunya.

 Pemeriksaan radiology

- CT scan

- EEG

- Foto kepala dan thoraks


F. Penatalaksanaan

Sasaran daripada penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses.

 Abses otak diobati dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau

aspirasi. Antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme sebagai

penyebab atau menurunkan perkembangan virus.

 Kortikosteroit untuk menurunkan inflamasi edema serebral.

 Medikasi anti konvulsan untuk propilaksi terhadap kejang.

 Pantau resolusi abses dengan CT scan

 Defisit neurologis setelah pengobatan dapat mencakup hemiparesis kejang

kelainan visual dan paralysis saraf cranial

 Relap umum terjadi dengan angka kematian yang tinggi

G. Prognosis

Mortalitas abses otak telah menurun secara bermakna sekitar 5-10% dengan

penggunaan sken CT atau MRI dan antibiotik segera serta manejemen bedah. Faktor –

faktor yang terkait dengan mortalitas yang tinggi pada saat masuk adalah abses

multipel, koma, dan kurangnya fasilitas CT. Sekuelae jangka panjang terjadi pada

setidaknya 50% dari penderita yang bertahan hidup dan meliputi hemiparesis, kejang,

hidrosefalus, kelainan saraf kranialis, dan masalah belajar dan perilaku.


BAB II
ASKEP GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN DENGAN ABSES OTAK

Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Klien : Tn. A
2. Alamat : Jln. KHM. Kasim Palopo
3. Usia/Tgl. Lahir : 55 tahun
4. Jenis Kelamin : laki-laki
5. Pekerjaan : PNS
6. Agama/Keyakinan : Kristen
7. Suku/Bangsa : Toraja / Indonesia
8. Status Pernikahan : kawin
9. Tanggal masuk RS : 28 September 2005
10. Tanggal pengkajian : 28 September 2005
11. No. MR : 01 06 41
12. Ruangan : Kelas II kamar 3
13. DX. Medis : Abses otak
B. Penanggung Jawab
Semua biaya perawatan klien ditanggung oleh ASKES dan klien sendiri
II. Riwayat Kesehatan Sekarang :
1. Alasan kunjungan/ keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri pada kepala
2. Kualitas keluhan :
Nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
3. Regio yang terkena
Seluruh kepala
4. Derajat keparahan :
Nyeri kepala dirasakan dalam derajat III dari skala I – IV
5. Faktor pencetus
Bila klien terpapar cahaya matahari
6. Lamanya keluhan :
Keluhan dirasakan sejak satu bula terakhir
7. Timbulnya keluhan :
Keluhan timbul secara perlahan-lahan dan sudah dirasakan sejak satu bulan
yang lalu.
8. Faktor yang memperberat :
Menggerakkan kepalanya
9. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Istirahat dengan posisi setengah duduk
III. Riwayat Kesehatan Lalu :
- Klien pernah menderita penyakit otitis media akut pada tahun 2004
- Klien sering berobat ke puskesmas
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram 3 Generasi

Keterangan :
: laki-laki : perempuan

: meninggal : tinggal serumah

: tidak diketahui usianya : klien


?
- Klien tinggal serumah dengan
seorang istri, tiga orang anak, seorang menantu, dan seorang cucu.
- Anak ketiga klien pernah
menderita penyakit Typoid dua tahun yang lalu.
- Keluarga klien yang lain tidak
ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien
V. Riwayat Psikososial
1. Pola Konsep diri :
Klien berperan sebagai kepala rumah tangga. Klien mengatakan tidak
mengalami gangguan harga diri dengan keadaannya saat ini.
2. Pola Kognitif :
Klien tamatan STM dan telah menjadi PNS dan klien menyadari bahwa
dirinya sakit.
3. Pola Koping :
Klien mengatakan setiap menghadapi masalah mengatakan “Sabar saja !”
4. Pola Interaksi :
Klien tidak ada masalah dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga
lainnya dan tetangganya.
VI. Riwayat Spiritual
1. Ketaatan klien beribadah :
Klien selalu ke gereja tiap hari minggu dan hari kebaktian lainnya
2. Dukungan Keluarga Klien:
Keluarga klien mendukung sepenuhnya klien untuk melaksanakan kebaktian
di gereja
3. Ritual yang biasa dijalankan klien:
Klien mengatakan tidak ada ritual khusus yang dilaksanakannya selama ini
VII. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien : lemah

1. Penampilan dihubungkan dengan usia :


Penampilan klien sesuai dengan usianya sekarang.
2. Klien nampak gelisah
3. Tidak ada tanda-tanda distress
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu : 37,3 0C
- Nadi : 90 X/menit
- Pernafasan : 28 X/menit
- Tekanan Darah 90 / 60 mmHg
C. Pemeriksaan fisik sistem persarafan
- Skala GCS < 8
- Kesadaran menurun
- Pasien memegangi kepalanya yang sakit
- Perubahan dalam respon biasanya terhadap rangsang
- Disorientasi terhadap waktu dan tempat
- Konsentrasi buruk
- Strimulasi simpatis
Tabulasi Data
- Pasien mengatakan merasa pusing
- Pasien mengatakan penglihatannya berkunang-kunang
- Pasien mengeluh sakit kepala.
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
- Klien mengatakan enggan melakukan pergerakan
- Klien mengatakan sangat lemah
- Pasien mengatakan sangat sensitif terhadap cahaya
matahari
- Klien mengatakan sangat takut terhadap kondisi dirinya
- Pasien mengatakan sangat lemah
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran menurun
- Skala GCS < 8
- Ekspresi wajah nampak meringis.
- Pasien memegangi kepalanya yang sakit
- Klien nampak pucat
- Klien merintih menahan rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
- Otot-otot nampak tegang
- kerusakan koordinasi dan penurunan kekuatan/kontrol otot.
- ROM terbatas
- Ketidakmampuan untuk gerakan bertujuan dalam
lingkungan fisik
- Klien nampak lemah
- Fotosensitivitas
- Parastesia, hiperalgesia
- Perubahan dalam respon biasanya terhadap rangsang
- Konsentrasi buruk,
- Peka terhadap rangsang
- Gelisah
- Disorientasi
- Peningkatan tegangan/keputusasaan
- Ketakutan/ketidakpastian hasil
- Berfokus pada diri sendiri
- Stimulasi simpatis
- Gelisah
- Kekuatan otot melemah
- Tidak mampu mengkordinasikan keseimbangan tubuhnya
- TTV
o TD: 90/60 mmHg
o P : 28 X/menit
o S : 37, 3 OC
o Nadi : 90 X/menit
Klasifikasi Data
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan merasa pusing
- Pasien mengatakan penglihatannya berkunang-kunang
- Pasien mengeluh sakit kepala.
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
- Klien mengatakan enggan melakukan pergerakan
- Klien mengatakan sangat lemah
- Pasien mengatakan sangat sensitif terhadap cahaya
matahari
- Klien mengatakan sangat takut terhadap kondisi dirinya
- Pasien mengatakan sangat lemah
Data Objektif :
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran menurun
- Skala GCS < 8
- Ekspresi wajah nampak meringis.
- Pasien memegangi kepalanya yang sakit
- Klien nampak pucat
- Klien merintih menahan rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
- Otot-otot nampak tegang
- kerusakan koordinasi dan penurunan kekuatan/kontrol otot.
- ROM terbatas
- Ketidakmampuan untuk gerakan bertujuan dalam
lingkungan fisik
- Klien nampak lemah
- Fotosensitivitas
- Parastesia, hiperalgesia
- Perubahan dalam respon biasanya terhadap rangsang
- Konsentrasi buruk,
- Peka terhadap rangsang
- Gelisah
- Disorientasi
- Peningkatan tegangan/keputusasaan
- Ketakutan/ketidakpastian hasil
- Berfokus pada diri sendiri
- Stimulasi simpatis
- Gelisah
- Kekuatan otot melemah
- Tidak mampu mengkordinasikan keseimbangan tubuhnya
- TTV
o TD: 90/60 mmHg
o P : 28 X/menit
o S : 37, 3 OC
o Nadi : 90 X/menit
Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data Subjektif : Mikroorganisme Perubahan perfusi



- Pas jaringan serebral
menyerang otak
ien mengatakan merasa pusing 
- Pas radang lokal disertai
sebukan lekosit PMN
ien mengatakan penglihatannya 
berkunang-kunang proliferasi jaringan
ikat dan astrosit
Data Objektif : 
- Ke edema otak

adaan umum lemah aliran darah
- Ke arteri/vena ke otak
kurang lancar
sadaran menurun 
- Sk suplai Oksigen
terhambat
ala GCS < 8

perubahan perfusi
jaringan serebral

2. Data Subjektif : Infeksi otak Nyeri


- Pas 
ien mengeluh sakit kepala. degenerasi sebagian
- Pas jaringan otak
ien mengatakan nyeri 
dirasakan konstan dan pembentukan rongga
berdenyut 
Data Objektif : rongga tersebut berisi
- Ek cairan
spresi wajah nampak meringis. 
- Pas menambah isi rongga
ien memegangi kepalanya yang
sakit kranium
- Kli 
en nampak pucat peningkatan tekanan
- Kli intra kranial
en merintih menahan rasa nyeri 
- Kli sakit kepala
en nampak gelisah 
- Ot nyeri
ot-otot nampak tegang

3. Data Subjektif : Edema otak Kerusakan



- Kli mobilitas fisik
aliran darah
en mengatakan enggan arteri/vena ke otak
kurang lancar
melakukan pergerakan

- Kli suplai Oksigen
en mengatakan sangat lemah terhambat

- mengganggu kerja
Data Objektif : neuromuskuler

- ker penurunan
usakan koordinasi dan kekuatan/tahanan

penurunan kekuatan/kontrol kerusakan mobilitas
otot. fisik
- RO
M terbatas
- Ket
idakmampuan untuk gerakan
bertujuan dalam lingkungan
fisik
- Kli
en nampak lemah
4. Data Subjektif : Edema otak Perubahan
- Pas persepsi sensori

ien mengatakan sangat sensitif aliran darah
arteri/vena ke otak
terhadap cahaya matahari kurang lancar
Data Objektif : 
suplai Oksigen
- Fot
terhambat
osensitivitas 
aktivitas neuron
- Par
terhambat
astesia, hiperalgesia 
- Per transmisi antar
neuron terganggu
ubahan dalam respon biasanya 
terhadap rangsang perubahan persepsi
sensori
- Ko
nsentrasi buruk,
- Pe
ka terhadap rangsang
- Gel
isah
- Dis
orientasi

5. Data Subjektif : Infeksi otak Ansietas



- Kli
perubahan peran dan
en mengatakan sangat takut aktivitas
terhadap kondisi dirinya 
perubahan status
Data Objektif : kesehatan
- Pe 
ancaman kematian
ningkatan 
tegangan/keputusasaan ansietas

- Ket
akutan/ketidakpastian hasil
- Ber
fokus pada diri sendiri
- Sti
mulasi simpatis
- Gel
isah

6. Data Subjektif : Infeksi pada serebral Risiko tinggi


- Pas  trauma
radang lokal disertai
ien mengatakan sangat lemah sebukan lekosit PMN
Data Objektif : 
iritasi korteksi serebri
- Ke 
kuatan otot melemah predisposisi muatan
neural dan aktivitas
- Tid kejang umum
ak mampu mengkordinasikan 
ketidakmampuan
keseimbangan tubuhnya mengkoordinasikan
sikap tubuh

risiko tinggi trauma

7. Data Subjektif : Infeksi otak Risiko tinggi


- Pas  terhadap infeksi
radang otak
ien mengatakan tubuhnya 
sangat lemah edema otak

Data Objektif : statis cairan tubuh
- TT 
mikroba mudah
V berkembangbiak
o TD 
risiko tinggi terhadap
: 90/60 mmHg infeksi
o P :
28 X/menit
o S
: 37, 3 OC
o Na
di : 90 X/menit

Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral yang
mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena yang ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh sakit kepala.
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
Data Objektif :
- Ekspresi wajah nampak meringis.
- Pasien memegangi kepalanya yang sakit
- Klien nampak pucat
- Klien merintih menahan rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
- Otot-otot nampak tegang
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai
dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh sakit kepala.
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut

Data Objektif :
- Ekspresi wajah nampak meringis.
- Pasien memegangi kepalanya yang sakit
- Klien nampak pucat
- Klien merintih menahan rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
- Otot-otot nampak tegang
c. Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan kerja neuromuskuler yang ditandai
dengan:
Data Subjektif :
- Klien mengatakan enggan melakukan pergerakan
- Klien mengatakan sangat lemah
Data Objektif :
- kerusakan koordinasi dan penurunan kekuatan/kontrol otot.
- ROM terbatas
- Ketidakmampuan untuk gerakan bertujuan dalam
lingkungan fisik
- Klien nampak lemah
d. Perubahan persepsi sensori b/d edema otak yang ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sangat sensitif terhadap cahaya
matahari
Data Objektif :
- Fotosensitivitas
- Parastesia, hiperalgesia
- Perubahan dalam respon biasanya terhadap rangsang
- Konsentrasi buruk,
- Peka terhadap rangsang
- Gelisah
- Disorientasi

e. Ansietas b/d ancaman kematian yang ditandai dengan:


Data Subjektif :
- Klien mengatakan sangat takut terhadap kondisi dirinya
Data Objektif :
- Peningkatan tegangan/keputusasaan
- Ketakutan/ketidakpastian hasil
- Berfokus pada diri sendiri
- Stimulasi simpatis
- Gelisah
f. Risiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum yang ditandai
dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sangat lemah
Data Objektif :
- Kekuatan otot melemah
- Tidak mampu mengkordinasikan keseimbangan tubuhnya
g. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d statis cairan yang ditandai dengan:
Data subjektif:
- Pasien mengatakan tubuhnya sangat lemah
Data Objektif :
- TTV
o TD: 90/60 mmHg
o P : 28 X/menit
o S : 37, 3 OC
o Nadi : 90 X/menit
Rencana Keperawatan

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi Perfusi jaringan 1. Tentukan faktor-faktor 1. Menentukan pilihan intervensi.


jaringan serebral b/d serebral adekuat yang berhubungan dengan Penurunan tanda/gejala neurologis
edema serebral dengan kriteria: keadaan tertentu atau yang atau kegagalan dalam pemulihannya
menyebabkan koma/penurunan setelah serangan awal mungkin
- Pasien tidak
perfusi jaringan otak dan menunjukkan bahwa pasien itu perlu
lagi mengeluh
potensial peningkatan TIK dipindahkan ke perawatan intensif
sakit kepala
untuk memantau tekanan TIK

- Klien tidak dan/atau pembedahan


pucat 2. Pantau status neurologis
2. Mengkaji adanya kecenderungan
secara teratur dan bandingkan
- Nyeri tidak pada tingkat kesadaran dan potensial
dengan nilai standar
dirasakan lagi peningkatan TIK dan bermanfaat
dalam menentukan lokasi, perluasan
dan perkembangan kerusakan ssp
3. Pertahankan tirah baring
dengan posisi kepala datar dan 3. Perubahan tekanan CSS

pantau tanda vital sesuai mungkin merupakan potensi adanya

indikasi setelah dilakukan risiko herniasi batang otak yang


pungsi lumbal memerlukan tindakan medis dengan
segera

4. Normalnya, autoregulasi mampu


4. Pantau tanda vital, seperti
mempertahankan aliran darah serebral
tekanan darah. Catat serangan
dengan konstan sebagai dampak
dari hipertensi sistolik yang
adanya fluktuasi pada tekanan darah
terus-menerus dan tekanan nadi
sistemik. Kehilangan fungsi
yang melebar
autoregulasi mungkin mengikuti
kerusakan vaskuler serebral lokal atau
difus yang menimbulkan peningkatan
TIK.

5. Pantau frekuensi/irama 5. Perubahan pada frekuensi


jantung (tersering adanya bradikardia) dan
disritmia dapat terjadi, yang
mencerminkan trauma/tekanan batang
otak pada tidak adanya penyakit
jantung yang mendasarinya

6. Mendengarkan suara yang


6. Anjurkan keluarga untuk
menyenangkan dari orang
berbicara dengan pasien jika
terdekat/keluarga tampaknya
diperlukan menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien dan mungkin
akan dapat menurunkan TIK

7. Dapat menurunkan permeabilitas

7. Kolaborasi dengan dokter kapiler untuk membatasi

tentang pemberian obat sesuai pembentukan edema serebral, dapat

indikasi misalnya steroid juga menurunkan risiko terjadinya


"fenomena rebound" ketika
menggunakan manitol

2. Nyeri berhubungan Nyeri teratasi dengan 1. Kaji nyeri, perhatikan 1. Memberikan informasi untuk
dengan peningkatan kriteria : lokasi, intensitas (skala 0 – 10) membantu dalam menentukan
tekanan intrakranial lamanya. pilihan / keefektifan intervensi.
- Ekspresi wajah
nampak ceria 2. Berikan lingkungan yang 2. Menurunkan reaksi terhadap
tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau sensitivitas
- Klien tidak
sesuai indikasi pada cahaya dan meningkatkan
gelisah
istirahat/relaksasi
3. Tingkatkan tirah baring,
- Klien tidak
bantu kebutuhan perawatan 3. Menurunkan gerakan yang dapat
tegang
diri yang penting meningkatkan nyeri

- Nyeri tidak
4. Letakkan kantung es pada 4. Meningkatkan vasokonstriksi,
dirasakan lagi kepala, pakaian dingin di atas penumpulan resepsi sensori yang
mata selanjutnya akan menurunkan nyeri

5. Berikan latihan rentang 5. Dapat membantu merelaksasikan


gerak pasif/aktif secara tepat ketegangan otot yang meningkatkan
dan masase otot daerah reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
leher/bahu tersebut

6. Mungkin diperlukan untuk


menghilangkan nyeri yang berat
6. Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian analgetik

3. Kerusakan mobilitas fisik Kerusakan mobilitas 1. Kaji derajat imobilisasi 1. Pasien mampu mandiri (nilai 0)
b/d gangguan kerja fisik teratasi dengan pasien dengan menggunakan atau memerlukan bantuan/peralatan
neuromuskuler kriteria : skala ketergantungan (0-4) yang minimal (nilai 1); memerlukan
- Klien mampu bantuan sedang/dengan
melakukan pengawasan/diajarkan (nilai 2);
pergerakan memerlukan bantuan/peralatan yang
- Klien nampak kuat terus-menerus dan alat khusus (nilai
- ROM tidak 3); atau tergantung secara total pada
terbatas pemberi asuhan (nilai 4)
2. Letakkan pada posisi
tertentu untuk menghindari
2. Perubahan posisi yang teratur
kerusakan karena tekanan.
menyebabkan penyebaran terhdap
Ubah posisi pasien secara
berat badan dan meningkatkan
teratur dan buat sedikit
sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
perubahan posisi antara waktu
Jika ada paralisis atau keterbatasan
perubahan posisi tersebut
kognitif, pasien harus diubah
posisinya secara teratur dan posisi
dari daerah yang sakit hanya dalam
3. Pertahankan kesejajaran
jangka waktu yang sangat terbatas.
tubuh secara fungsional,
seperti bokong, kaki, tangan. 3. Penggunaan sepatu jenis hak
Pantau selama penempatan alat tinggi, "space boots" dan "kulit
dan/atau tanda penekanan dari domba tb paru-bar" dapat mencegah
alat tersebut footdrop. Bidai tangan bervariasi dan
didesain untuk mencegah deformitas
tangan dan meningkatkan fungsinya
secara optimal. Penggunaan bantal,
gulungan alas tidur dan bantal pasir
dapat membantu mencegah terjadinya
rotasi abdomen pada bokong.
4. Berikan/bantu untuk
melakukan latihan rentang 4. Mempertahankan mobilisasi dan
gerak fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan
5. Berikan perawatan kulit
terjadinya vena yang statis
dengan cermat, masase dengan
pelembab 5. Meningkatkan sirkulasi dan
elastisitas kulit dan menurunkan
risiko terjadinya ekskoriasi kulit.

4. Perubahan persepsi Perubahan persepsi 1. Kaji kesadaran sensorik 1. Informasi penting untuk
sensori b/d edema otak sensori teratasi seperti respon sentuhan, keamanan pasien. Semua sistem
dengan kriteria: panas/dingin, benda sensorik dapat terpengaruh dengan
- Pasien tidak tajam/tumpul dan kesdaran adanya perubahan yang melibatkan
mengalami terhadap gerakan dan letak peningkatan atau penurunan
fotosensitivitas tubuh. Perhatikan adanya sensitivitas atau kehilangan
- Tidak mengalami masalah penglihatan atau sensasi/kemampuan untuk menerima
perubahan dalam sensasi yang lain dan berespon secara sesuai pada
menanggapi suatu stimulasi
rangsang
2. Fungsi serebral bagian atas
- Mampu 2. Evaluasi/pantau secara
biasanya terpengaruh lebih dahulu
berkonsentrasi teratur perubahan orienatasi,
oleh adnaya gangguan sirkulasi,
dengan baik kemampuan berbicara, alam
oksigenasi. Kerusakan dapat terjadi
perasaan/afektif, sensorik, dan saat trauma awal atau kadang-
proses pikir kadang berkembang setelahnya
akibat dari pembengkakan atau
perdarahan. Perubahan motorik,
persepsi, kognitif, dan kepribadian
mungkin berkembang dan menetap
dengan perbaikan respon secara
perlahan-lahan atau tetap bertahan
secara terus-menerus pada derajat
tertentu

3. Menurunkan ansietas, respon


emosi yang berlebihan/bingung yang
berhubungan dengan sensorik yang
3. Hilangkan suara berlebihan
bising/stimulus yang
4. Pasien mungkin mengalami
berlebihan sesuai indikasi
keterbatasan perhatian/pemahaman
4. Bicara dengan suara yang selama fase akut dan penyembuhan
lembut dan pelan. Gunakna dan tindakan ini dapat membantu
kalimat yang pendek dan pasein untuk memunculkan
sederhana. Pertahankan kontak komunikasi
mata 5. Mengurangi kelelahan,
mencegah kejenuhan, memberikan
kesempatan untuk tidur REM

5. Buat jadwal istirahat yang (ketidakadaan tidur rem ini dapat

adekuat/periode tidur tanpa ada meningkatkan gangguan persepsi

gangguan sensorik

6. Menurunkan frustasi yang


berhubungan dengan perubahan
6. Berikan kesempatan yang kemampuan/pola respon yang
lebih banyak untuk memanjang
berkomunikasi dan melakukan
aktivitas 7. Pendekatan antardisiplin dapat
menciptakan rencana
penatalaksanaan yang terintegrasi
yang didasarkan atas kombinasi
7. Kolaborasi : rujuk pada
kemampuan/ketidakmampuan secara
ahli fisioterapi, terapi okupasi,
individu yang unik dengan berfokus
terapi wicara, dan terapi
pada peningkatan evaluasi dan
kognitif
fungsi fisik, kognitif, dan
keterampilan perseptual.
5. Ansietas b/d ancaman Ansietas teratasi 1. Kaji status mental dan 1. Gangguan tingkat kesadaran
kematian dengan kriteria : tingkat ansietas dari dapat mempengaruhi ekspresi rasa
- Klien tidak gelisah pasien/keluarga. Catat adanya takut tetapi tidak menyangkal
- Klien mampu tanda-tanda verbal atau keberadaannya. Derajat ansietas akan
menerima keadaan nonverbal. dipengaruhi bagaimana informasi
dirinya tersebut diterima oleh individu.
- Klien tidak
2. Meningkatkan pemahaman,
nampak tegang 2. Berikan penjelasan
mengurangi rasa takut karena
hubungan antara proses
ketidaktahuan dan dapat membantu
penyakit dan gejalanya
menurunkan ansietas.

3. Penting untuk menciptakan


3. Jawab setiap pertanyaan kepercayaan karena diagnosa abses

dengan penuh perhatian dan otak mungkin menakutkan, ketulusan

berikan informasi tentang dan informasi yang akurat dapat

prognosa penyakit memberikan keyakinan pada pasien


dan juga keluarga

4. Dapat mneringankan ansietas


4. Jelaskan dan persiapkan terutama ketika pemeriksaan tersebut
untuk tindakan prosedur melibatkan otak
sebelum dilakukan
5. Berikan kesempatan pasien 5. Mengungkap rasa takut secara
untuk mengungkapkan isi terbuka dimana rasa takut dapat
pikirannya dan perasaan ditujukan
takutnya
6. Meningkatkan perasaan kontrol
6. Libatkan pasien/keluarga terhadap diri dan mneingkatkan
dalam perawatan, perencanaan kemandirian
kehidupan sehari-hari,
membuat keputusan sebanyak
mungkin 7. Kejang dapat disamakan dengan
stigma epilepsi dan penjelasan
7. Berikan penjelasan pada
tentang yang sedang terjadi dalam
pasien/keluarga jika tidak
hubungannya pada penyakit sekarang
kerusakan otak itu menjadi
dapat menurunkan ansietas,
permanen maka kejang akan
meningkatkan pemahaman terhadap
hilang bersamaan dengan
kondisinya.
adanya proses penyembuhan

6. Risiko tinggi terhadap Tidak terjadi trauma 1. Pantau adanya 1. Mencerminkan adanya iritasi
trauma b/d aktivitas dengan kriteria: kejang/kedutan pada tangan, SSP secara umum yang memerlukan
kejang umum kaki, dan mulut atau otot evaluasi segera dan intervensi yang
- Klien mampu
mungkin untuk mencegah
beraktivitas secara wajah yang lain komplikasi
mandiri
2. Melindungi pasien jika terjadi
- Kebutuhan klien kejang
2. Berikan keamanan
dapat terpenuhi
pada pasien dengan memberi
- Klien mampu penghalang tempat tidur,
mengkoordinasika pertahankan penghalang
n pergerakan tempat tidur tetap terpasang
tubuhnya dan pasang jalan napas buatan
plastik atau gulungan lunak 3. Menurunkan risiko

dan alat penghisap terjatuh/trauma ketika terjadi


vertigo, sinkope atau ataksia
3. Pertahankan tirah
baring selama fase akut.
Pindahkan/gerakan dengan
4. Merupakan indikasi untuk
bantuan sesuai membaiknya
penanganan dan pencegahan kejang.
keadaan.

4. Kolaborasi dengan
dokter tentang pemberian obat
sesuai indikasi misalnya
fenitoin, valium, fenobarbital
7. Risiko tinggi terhadap Tidak terjadi infeksi 1. Berikan tindakan isolasi 1. Pada fase awal meningitis
infeksi b/d statis cairan yang ditandai dengan: sebagai tindakan pencegahan meningokokkus atau infeksi
ensefalitis lainnya, isolasi mungkin
- Tekanan darah
diperlukan sampai mikroorganisme
normal
diketahui/dosis yang cocok telah

- Nadi teratur diberikan untuk menurunkan risiko


penyebaran kepada orang lain.
- Suhu badan 36 –
2. Pertahankan teknik aseptik 2. Menurunkan risiko pasien
37 OC
dan teknik cuci tangan yang terkena infeksi sekunder.
- Pernapasan 18 tepat bagi pasien, pengunjung, Mengontrol penyebaran sumber
X/menit maupun staf. Pantau dan batasi infeksi, mencegah pemajanan pada
pengunjung/staf sesuai individu terinfeksi (mis. Individu
kebutuhan yang mengalami infeksi saluran
napas bagian atas)

3. Terapi obat biasanya akan


3. Pantau suhu secara teratur.
diberikan terus selama kurang lebih
Catat munculnya tanda-tanda
5 hari setelah suhu turun (kembali
klinis dari proses infeksi
normal) dan tanda-tanda klinisnya
jelas. Timbulnya tanda klinis yang
terus-menerus merupakan indikasi
perkembangan dari meningokosemia
akut yang dapat bertahan sampai
berminggu-minggu/berbulan-bulan
atau terjadi penyebaran patogen
secara hematogen/sepsis

4. Teliti adanya keluhan nyeri 4. Infeksi sekunder seperti


dada, berkembangnya nadi miokarditis/perikarditis dapat
yang tidak teratur/disritmia berkembang dan memerlukukan
atau demam yang terus- intervensi lanjut.
menerus
5. Orang-orang dengan kontak
5. Idenifikasi kontak yang pernapasan memerlukan terapi
berisiko terhadap antibiotika profilaksis untuk
perkembangan proses infeksi mencegah penyebaran infeksi
serebral dan anjurkan mereka
untuk meminta pengobatan

6. Kolaborasi dengan dokter 6. Obat yang dipilih tergantung

tentang pemberian terapi pada tipe infeksi dan sensitivitas

antibiotika IV sesuai indikasi individu

misalnya ampisilin, gentamisin


Tindakan Keperawatan

NO. TANGGAL NDX.KEP JAM IMPLEMENTASI

1. 29/09/05 1. Menentukan faktor-faktor yang


I 08.00
berhubungan dengan keadaan tertentu
atau yang menyebabkan
koma/penurunan perfusi jaringan otak
dan potensial peningkatan TIK

08.05 2. Memantau status neurologis secara


teratur dan membandingkan dengan nilai
standar dengan hasil skala GCS <9

08.10 3. Mempertahankan tirah baring dengan


posisi kepala datar dan pantau tanda
vital sesuai indikasi setelah dilakukan
pungsi lumbal

4. Mamantau tanda vital, seperti tekanan


08.15
darah. Dengan hasil tekanan darah 90/60
mmHg

08.20 5. Memantau frekuensi/irama jantung


dengan hasil irama jantung tidak teratur

6. Menganjurkan kepada keluarga untuk


08.25
berbicara dengan pasien jika diperlukan
dengan hasil keluarga melakukan
komunikasi kepada klien apabila ada
keperluan klien yang dibutuhkan oleh
klien
08.30 7. Mengkolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat yaitu steroid

2. 29/09/05 II 08.35 1. Mengkaji nyeri, memperhatikan lokasi,


intensitas (skala 0 – 10) lamanya.
Dengan hasil nyeri hebat dirasakan di
bagian kepala dan konstan

2. Memberikan lingkungan yang tenang,


08.40
ruangan agak gelap

08.45 3. Meningkatkan tirah baring, membantu


kebutuhan perawatan diri yang penting
yaitu memandikan pasien di atas tempat
tidur, membantu eliminasi BAK/BAB
klien di atas tempat tidur

08.50 4. Meletakkan kantung es pada kepala

5. Memberikan latihan rentang gerak


08.55
pasif/aktif secara tepat dan masase otot
daerah leher/bahu yaitu dengan cara
melakukan gerakan ROM pada sendi
dengan bantuan perawat

09.00 6. Mengkolaborasi dengan dokter tentang


pemberian antalgin
3. 29/09/05 III 09.05 1. Mengkaji derajat imobilisasi pasien
dengan hasil klien mengalami
ketergantungan sedang (skala 3)

2. Mengubah posisi pasien tiap 2 jam


09.10
09.15 3. Mempertahankan kesejajaran tubuh
secara fungsional dengan memberikan
posisi terlentang dan sesuai dengan
kenyamanan klien

10.20 4. Membantu untuk melakukan latihan


rentang gerak pasif dengan bantuan
perawat pada sendi-sendi tubuh klien
selama 2 menit tiap sendi

5. Memberikan perawatan kulit


10.25

4. 29/09/05 IV 10.35 1. Mengkaji kesadaran sensorik dengan


hasil pasien mengalami gangguan pada
respon sensorik

10.40 2. Mengevaluasi secara teratur perubahan


orientasi, kemampuan berbicara, alam
perasaan/afektif, sensorik, dan proses
pikir dengan hasil klien mengalami
kemunduran respon motorik dan
sensorik

10.45 3. Menghilangkan suara bising/stimulus


yang berlebihan
10.50 4. Berbicara dengan suara yang lembut dan
pelan.

10.55 5. Membuat jadwal istirahat yang


adekuat/periode tidur tanpa ada
gangguan pada malam hari jam 21.00.

11.00 6. Memberikan kesempatan yang lebih


banyak untuk berkomunikasi dan
melakukan aktivitas

11.05 7. Merujuk pada ahli fisioterapi dan terapi


kognitif

5. 29/09/05 V 11.10 1. Mengkaji status mental dan tingkat


ansietas dari pasien/keluarga. Dengan
hasil klien mengalami ansietas tingkat
sedang

11.15 2. Memberikan penjelasan hubungan


antara proses penyakit dan gejalanya

11.20 3. Menjawab setiap pertanyaan dengan


penuh perhatian dan memberikan
informasi tentang prognosa penyakit

11.25 4. Menjelaskan dan mempersiapkan untuk


tindakan prosedur sebelum dilakukan

11.30 5. Memberikan kesempatan pasien untuk


mengungkapkan isi pikirannya dan
perasaan takutnya dengan hasil klien
merasa cemas dengan kondisinya dan
klien merasa akan segera meninggal
dunia

11.35 6. Melibatkan pasien/keluarga dalam


perawatan, perencanaan kehidupan
sehari-hari

11.40
7. Memberikan penjelasan pada
pasien/keluarga jika tidak kerusakan
otak itu menjadi permanen maka kejang
akan hilang bersamaan dengan adanya
proses penyembuhan

6. 30/09/05 VI 08.00 1. Memantau adanya kejang/kedutan pada


tangan, kaki, dan mulut atau otot wajah
yang lain dengan hasil adanya
kedutan/kejang pada tangan.

08.05 2. Memberikan keamanan pada pasien


dengan memberi penghalang tempat
tidur

08.10 3. Memertahankan tirah baring selama fase


akut. Memindahkan dengan bantuan
sesuai membaiknya keadaan.

4. Mengkolaborasikan dengan dokter


08.15
tentang pemberian obat yaitu
fenobarbital

7. 30/09/05 VII 08.30 1. Memberikan tindakan isolasi sebagai


tindakan pencegahan dengan hasil klien
diisolasikan pada ruangan tersendiri

08.35 2. Mempertahankan teknik aseptik dan


teknik cuci tangan yang tepat bagi
pasien, pengunjung, maupun staf.

08.40 3. Memantau suhu secara teratur dengan


hasil suhu tubuh 37,3 OC

08.45 4. Meneliti adanya keluhan nyeri dada,


berkembangnya nadi yang tidak
teratur/disritmia atau demam yang terus-
menerus dengan hasil klien tidak
mengalami nyeri dada, nadi teratur.

5. Mengidenifikasi kontak yang berisiko


08.50
terhadap perkembangan proses infeksi
serebral yaitu istri pasien yang
senantiasa berada di samping pasien dan
menganjurkan kepada istri klien untuk
segera minum obat antibiotik

09.00 6. Mengkolaborasikan dengan dokter


tentang pemberian ampisilin IV
2. Catatan Perkembangan

NO. TANGGAL JAM EVALUASI

1. 30/09/05 08.00 S:
- Pasien masih mengeluh
sakit kepala.
- Pasien masih
mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
O:
- Ekspresi wajah nampak
meringis.
- Pasien memegangi
kepalanya yang sakit
- Klien nampak pucat
- Klien merintih menahan
rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
- Otot-otot nampak tegang

A : Perubahan perfusi jaringan serebral belum teratasi

P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan.

2. 30/09/05 08.05 S:
- Pasien mengeluh sakit
kepala.
- Pasien masih
mengatakan nyeri dirasakan konstan dan berdenyut
O:
- Ekspresi wajah nampak
meringis.
- Pasien memegangi
kepalanya yang sakit
- Klien merintih menahan
rasa nyeri
- Klien nampak gelisah
A : Nyeri belum teratasi.
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dilanjutkan.

3. 30/09/05 09.00 Data Subjektif :


- Klien masih mengatakan
enggan melakukan pergerakan
- Klien masih mengatakan
sangat lemah
Data Objektif :
- kerusakan koordinasi
dan penurunan kekuatan/kontrol otot.
- ROM terbatas
- Klien nampak lemah
A: Kerusakan mobilitas fisik belum teratasi
belum teratasi.
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5 dilanjutkan

4. 30/09/05 09.30 Data Subjektif :


- Pasien masih
mengatakan sangat sensitif terhadap cahaya matahari
Data Objektif :
- Fotosensitivitas
- Perubahan dalam respon
biasanya terhadap rangsang
- Peka terhadap rangsang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan

5. 1/10/05 08.30 S:
- Klien masih mengatakan
sangat takut terhadap kondisi dirinya
O:
- Ketakutan/
ketidakpastian hasil
- Stimulasi simpatis
- Gelisah
A: Ansietas belum teratasi.
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan

S:
6. 1/10/05 09.30
- Pasien masih
mengatakan sangat lemah
O:
- Kekuatan otot masih
melemah
- Tidak mampu
mengkordinasikan keseimbangan tubuhnya
A: Risiko trauma masih ada
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan

S:
7 1/10/05 09.35
- Pasien mengatakan
tubuhnya masih sangat lemah
O:
- TTV
o TD: 90/60 mmHg
o P : 28 X/menit
o S : 37, 3 OC
o Nadi : 90 X/menit
A: Risiko tinggi terhadap infeksi masih ada
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Baughman C, Diane dan Hackley C, Joann. Keperawatan Medikal Bedah. Buku saku
Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC, 2000.

Dongoes, Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed-5. Jakarta: EGC, 1998

Prince, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Buku 2.
Ed. 4. Jakarta : EGC, 1995.

Pearce C, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta, 1979.

Smeltze C, Suzanne dan Bare G, Brenda. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3. Ed. 8.
Jakarta : EGC, 2000.
KATA PENGANTAR

Puja dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah sederhana yang berjudul "ASUHAN

KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN DENGAN ABSES OTAK"

ini dapat kami selesaikan tepat pada waktu yang kami rencanakan, untuk memenuhi tugas

yang diberikan dosen yang bersangkutan kepada mahasiswa agar kami dapat mengenal

tentang penyakit yang kelak akan kami jumpai di lahan praktek.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami

meminta dengan hormat kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen

pembimbing dan berbagai pihak yang telah banyak membantu kami secara material

maupun spiritual atas penyusunan makalah ini.

Palopo, Oktober 2005

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I KONSEP DASAR ABSES OTAK

A. Pengertian ............................................................................................ 1

B. Etiologi................................................................................................. 1

C. Patofisiologi.......................................................................................... 1

D. Manifestasi Klinik................................................................................ 2

E. Pemeriksaan diagnostik........................................................................ 2

F. Penatalaksanaan.................................................................................... 3

G. Prognosis............................................................................................... 3

BAB III ASKEP ABSES OTAK...................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai