Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi target SKP tahun 2022Semester II dan
kenaikan pangkat dari golongan IIIC ke golongan IIID

Disusun Oleh:
LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd
NIP. 198810012014022001

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA


SDN SIMOMULYO IV/101
Jl. Tangkisturi No. 3 Simomulyo
NOVEMBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik” telah disusun dan


diimplementasikan dengan baik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SDN Simomulyo
IV/101 Kota Surabaya

Oleh:

LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd


NIP. 198810012014022001

Kepala Sekolah

Kepala Sekolah
Surabaya, 13-11-2022

Penyusun Kepala Sekolah

LULUK WOS, M.Pd DIAN NURTJAHJANING P, S.Pd, M.AP


NIP 198810012014022001 NIP 196704021987032005
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DIAN NURTJAHJANING PANTJAWATI, S.Pd


NIP : 196704021987032005
Pangkat / Gol : Pembina Tingkat I/ IV b

Jabatan : Kepala Sekolah

Menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa yangbersangkutan tersebut di bawah ini:

Nama : LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd


NIP : 198810012014022001
Unit Kerja : SDN SIMOMULYO IV/101 Kota Surabaya
Telah menyelesaiakn makalah yang berjudul “ Teori Belajar Behavioristik”serta makalah
tersebut diarsipkan dan disimpan di perpustakaan sekolah SDN Simomulyo IV/101.

Telah diarsipkan di perpustakaan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah untuk salah satu persyaratan target SKP 2022 dan kenaikan pangkat dari

golongan IIIC ke golongan IIID yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik”. Atas

dukungan moral dan material yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Pengawas SD Kecamatan Sukomanunggal yang telah memberikan

bimbingan, saran, ide serta bahan materi dalam penyusunan makalah

2. Teman-teman Guru SDN Simomulyo IV/101 Kota Surabaya yang selalu

memberi dukungan dan semangat kepada penyusunan.

3. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan penyusun berlangsung.

Penulis berharap makalah ini dapat memberi wawasan dan pengetahuan

kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Demi

kesempurnaan penulisan makalah ini, maka saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Surabaya, 22 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan…........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik…................................................................. 3
B. Pengertian belajar menurut Teori Behavioristik........................................... 4
C. Tokoh – tokoh dan pemikiran Teori Behavioristik……………………....... 5
D. Kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran Teori Behavioristik……... 17
E. Aplikasi Teori Behavioristik dalam pembelajaran………………………… 19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................... 23
B. Saran………………………………………………………………………. 24

Daftar Pustaka..................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan

Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu

berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah

pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai

aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak

sebagai hasil belajar.

Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku

tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya

perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila

dikenai hukuman.

Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya

interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam

belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa

respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon

berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru

tersebut.

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)

dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk

melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian teori belajar behavioristik?

2) Bagaimana belajar menurut Teori Behavioristik?

3) Siapakah tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar behavioristik?

4) Apa kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Behavioristik?

5) Bagaimana aplikasi Teori Belajar Behavioristik?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

antara lain :

1) Mengetahui pengertian Teori Belajar Behavioristik

2) Mengetahui belajar menurut Teori Behavioristik

3) Mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar behavioristik

4) Mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Behavioristik

5) Mengetahui aplikasi Teori Belajar Behavioristik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.

Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan

tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)

yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum

mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah

bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan,

dan bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku

tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-

pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan

hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena

tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman.

Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang

merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku

dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau

mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme

menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat

diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi

diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia,

amatilah perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang


dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Jadi,behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori

yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku

manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori

ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia.

B. Pengertian Belajar menurut Teori Behavioristik

Pengertian Belajar menurut Teori Behavioristik, adalah

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara

stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi

stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

ia dapat menunjukkan perubahantingkah laku. Sebagai contoh, anak

belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat,

dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak

tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka

ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan

perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan

atau Input yang berupa stimulus dan keluaran atau Output yang

berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang

diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga,

pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar


siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut

teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon

dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan

tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan

respon. oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan

apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati

dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya

perubahan tingkah laku.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik

adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja

yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan

ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin

kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)

responpun akan tetap dikuatkan. Dalam pembelajaran behaviorisme

pembelajaran merupakan penguasan respons (Acquisition of

responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik

haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan

pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran

behavioristik adalah:

1. Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan

perilaku

2. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi


aspek paling diperlukan dalam pembelajaran untuk

mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai

peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.

3. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk

menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.

4. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses

pembelajaran.

C. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Teori Behavioristik

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi

E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

a. Edward Lee Thorndike(1874-1949)

Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog

berkebangsaan Amerika lulus S1 dari Universitas Weseyan tahun

1895,S2 dari Harvard Tahun 1896 dan meraih gelar Dokter di

Coumbia tahun 1898.

Menurutnya” belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus

(S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan

Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.”

Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang

menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk

beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku

yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa


supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu

adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui

usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-

kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar

adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting

learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.

Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini

sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika

Serikat, menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi

antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak atau

terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond,

sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara

stimuus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:

1. Hukum kesiapan (Law of readiness)

Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan

tingkah laku,maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan

menimbulkan kepuasaan individu sehingga asosiasi cenderung di

perkuat.

2. Hukum Latihan (law of exercise)

Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di

latih(digunakan) ,maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

3. Hukum akibat (law of effect)


Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila

akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan

Selanjutnya Thorndike menambahan hukum tambahan sebagai

berikut :

a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response)

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses

trial dan eror yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon

sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan

masalah yang di hadapi.

b. Hukum sikap (set/attitude)

menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya

ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja,teteapi juga

di tentukan keadfaan yang ada dalam diri individu baik

kognitif,emosi,sosial,maupun psikomotornya.

c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)

Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon

hanya pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya

terhadap keseluruhan situasi (respon selektif)

d. Hukum Respon by Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon

pada situasi yang belum pernah dialami karena individu

sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah

dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi


transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal

kesituasi baru. Makin banyak unsur yang sama/identik,maka

transfer akan makin mudah

e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang

dikenal kesituasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap

dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan

membuang sedikiut demi sedikit unsur lama.

b. Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)

B. F. Skinneradalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang

dikenal sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa

perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning

dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme

melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam

lingkungan yang relatif besar. Gaya mengajar guru dilakukan

dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol

guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise)

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk

memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu

memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak

memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant

Conditioning atau pengkondisian operanadalah suatu proses

perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat


mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau

menghilang sesuai dengan keinginan.

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan

pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori

Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap

perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program

pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran

berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang

berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta

mementingkan faktor-fktor penguat merupakan program-program

pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang

dikemukakan oleh skinneError! Hyperlink reference not valid.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan

burung merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.

Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan

stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan (

penguatan positif dan penguatan negatif).

Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau

penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara

lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas

tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie

bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses

pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner :


1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat

bersifat sementara

2 Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi

(menjadi bagian dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung

lama.

3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun

salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.

4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain

yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang

diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut

penguatan baik negatif maupun positif. Beberapa prinsip belajar

Skinner antara lain :

1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa,jika

salah dibetulkan,jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar

3. Materi pelajaran digunakan sistem modul

4. Dalam proses pembelajaran ,lebih di pentingkan aktivitas

sendiri

5. Dalam proses pembelajaran,tidak digunakan hukuman. Untuk

ini, lingkungan perlu diubah ,untuk menghindari adanya hukuman.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,diberi hadian,dan

sebaiknya hadian diberikan dengan jadwal variable rasio

reinforcer

7. Dalam pembelajaran,digunakan shaping.


C. David Ausubel

Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York.Belajar

menurut Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat

diamatisecara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan

seseorang untuk bertingkahlaku dan berbuat dalam situasi tertentu,

perubahan dalam tingkah laku hanyalahsuatu reflek dari

perubahan internal (berbeda dengan aliran behaviorisme,

alirankognitif mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati

secara langsungseperti, pengetahuan, arti, perasaan, keinginan,

kreativitas, harapan dan pikiran).

Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi barupada konsep-konsep relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorangfaktor yang paling

penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang

telahdiketahui siswa.Pandangan Ausubel agak berlawanan dengan

Burner yang beranggapanbahwa belajar dengan menemukan

sendiri (discovery learning) adalah sesuaidengan hakikat manusia

sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif danmenghasilkan

pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna

Sedang menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama

dengan menerimadari orang lain (reception learning).

Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah


konstruksipengetahuan baru yang sesungguhnya bergantung pada

sistem pembelajaran yangbermakna. Hanya saja discovery

learning Burner menonjolkan corak berpikirinduktif sedangkan

reception learning Ausubel menonjolkan corak berpikirdeduktif.

Sebagai konsekuensinya, Ausubel mencanangkan mengajar

yangdisebutkan “mengajar dengan menguraikan” (expository

teaching). Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel

adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna.

D. Robert Gagne

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan

Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa Conditions

of Learning. Ia lahir pada 21 Agustus 1918. Teori Gagne banyak

dipakai untuk mendesain software instruksional (program -

program berupa drill, tutorial atau simulasi).

Kontribusi terbesar dari teori instruksional Gagne adalah “9

kondisi Instruksional” yaitu :

1. Mendapatkan perhatian

2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai

3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar

4. Penyajian materi baru

5. Menyediakan pembimbingan

6. Memunculkan tindakan

7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang


baik

8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan

9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses

penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga

menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam

pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-

kondisi internal dan kondisi- kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan

untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi

dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan

dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses

pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa

pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan respons

yang diharapkan.

Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :

1. Belajar isyarat (signal learning)

2. Belajar stimulus respon

3. Belajar merantaikan (chaining)

4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)

5. Belajar membedakan (discrimination)

6. Belajar konsep (concept learning)

7. Belajar dalil (rule learning)


8. Belajar memecahkan masalah (problem solving)

E. Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir tanggal 14 September 1849 di Ryazan

Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Palvov. Ia

dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke seminari. Palvov

lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi.

Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi dan

memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Karyanya

mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi

behavioristik di Amerika. Dari eksperimen Pavlov setelah

pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging

yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng

sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan

ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam

kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai

contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang berkeliling

dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi

setelah si penjual es creem sering lewat, maka nada lagu tersebut

bisa menerbitkan air liur.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan

strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara

mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk


mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara

individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus

yang berasal dari luar dirinya.

F. Albert Bandura

Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta. Ia

seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau

kognitif sosial serta efikasi diri. Teori belajar sosial bandura

menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku,

sikap dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan

perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang

berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh

lingkungan. Faktor – faktor yang berproses dalam belajar

observasi adalah :

1. Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan

(adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat

kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan (kemampuan indra,

minat, presepsi, penguatan sebelumnya) karakteristik

pengamat

2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup

kode pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran,

pengulangan simbol, pengulangan motorik

3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik,

kemampuan meniru, keakuratan umpan balik


4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan

terhadap diri sendiri.

D. Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran

behavioristik

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran

dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang

harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru

tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang

diikuti contoh- contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui

simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang

sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang

ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan

latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi

kebiasaan.

a. Kelebihan :

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik

terdapat beberapa kelebihan di antaranya :

1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada

situasi dan kondisi belajar.

2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk


memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek

dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:

kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan,

dan sebagainya.

3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid

dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru

ditanyakan kepada guru yang bersangkutan

4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak

yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa

, suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan

senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

seperti diberi permen atau pujian.

b. Kekurangan :

1) Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara

stimulus dan respon

2) Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok

3) Proses belajar berlangsung secara teori

Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam

menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini,

antara lain:

a. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun

bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap

b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan


metode ini

c. Penerapan teori behavioristik yang salah

dalam suatu situasi pembelajaran juga

mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran

yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu

guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi

berlangsung satu arah, guru melatih dan

menentukan apa yang harus dipelajari murid

d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses

pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar

dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif

e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh

para tokoh behavioristik justru dianggap metode

yang paling efektif untuk menertibkan siswa

f. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan

sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan

guru.

E. Aplikasi Teori Pembelajaran Behavioristik dalam

Pembelajaran

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu

karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan

tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar

adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah


memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang

yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur

pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat

dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses

berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur

pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi

antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang

berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)

3. Mementingkan peranan reaksi

4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk

sebelumnya

5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan

pengulangan

6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui

prosedur stimulus respon

7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang

diinginkan

Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada


teori behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya

Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran,

langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini

termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa

3. Menentukan materi pembelajaran

4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil,

meliputi pokok bahasan sub pokok bahasan, topik dsb

5. Menyajikan materi pembelajaran

6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan

maupu tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas

7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa

8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin

penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman

9. Memberikan stimulus baru

10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman

11. Evaluasi belajar

Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap

sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan

penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik

mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan

menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran


yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses

evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata

dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati

kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar,

sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan

disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan

pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum

dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai

bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,

ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan

belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku

sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh

sistem yang berada di luar diri pebelajar.


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang

individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek

mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,

bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks

sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks

yang bisa meberikan respons kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku dimana reinforcement danpunishment menjadi

stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Tujuan

pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan

pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut

pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.

a. Thorndike : koneksionisme.

b. Watson : Conditioning

c. Edwin Gut hrie : Conditioning

d. Skinner : Operant conditioning

e. Pavlov : Classic Conditioning


Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung

dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,

karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada

penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang

menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang

sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa

yang menjadi kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan

belajar Dan kekurangannya kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.

B. Saran

Kami menyadari bawasannya, penyusun makalah ini hanyalah

manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan

kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dalam

penulisan dan penyusunannya dari makalah ini masih jauh dari kata

sempurna.Oleh karena itu kami sebagai pemakalah memohon maaf yang

sebesar-besarnya. Tetapi satu harapan kami, kiranya dengan adanya makalah

ini, bisa menambah wawasan para pembaca tentang Teori Behavioristik.


DAFTAR PUSTAKA

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.

Rajawali

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta:

Depdikbud

Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition,

Chicago: Rand Mc. Nally

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Paul Chapman Publising Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third

Edition. Boston: Allyn and Bacon

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.

Boston: Allyn and Bacon

Anda mungkin juga menyukai