Anda di halaman 1dari 18

TUGAS FIQIH

Nama : MUH. KHAIRUL IRFANULLAH


Kelas : VII.5
Indikator: Menganalisis tata cara bersuci dari hadats dan najis.
Mukhaffafah (Ringan)
Najis Mukhaffafah ’Ainiyah:
1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi
kelihatan dan dapat dirasakan
2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dipercikkan ke tempat atau benda yang
terkena najis. Air yang dipercikkan harus mengenai seluruh tempat atau benda yang
terkena najis
3. Air yang dipercikkan tidak disyaratkan hingga mengalir.
4. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.
Najis Mukhaffafah Hukmiyah:
1. Tempat atau benda yang terkena najis dilingkari lebih dulu untuk memastikan
pemercikan air secara tepat
2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dipercikkan ke tempat atau benda yang
terkena najis dan telah dilingkari. Air yang dipercikkan harus mengenai seluruh
tempat atau benda yang terlingkari
3. Air yang dipercikkan tidak disyaratkan hingga mengalir.
4. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Mutawassithah (Tengah-tengah)
Najis Mutawassithah ’Ainiyah:
1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi
kelihatan dan dapat dirasakan
2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dialirkan ke tempat atau benda yang
terkena najis. Air yang dialirkan harus mengenai seluruh tempat atau benda yang
terkena najis
3. Air yang disiramkan disyaratkan hingga mengalir.
4. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.
Najis Mutawassithah Hukmiyah:
1. Tempat atau benda yang terkena najis dilingkari lebih dulu untuk memastikan
pemercikan air secara tepat
2. Kemudian air yang suci dan mensucikan disiramkan hingga mengalir ke tempat
atau benda yang terkena najis dan telah dilingkari.
3. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Mughaladhah (Berat)
Najis Mughaladhah ’Ainiyah:
1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi
kelihatan dan dapat dirasakan.
2. Menyiramkan air hingga mengalir ke tempat atau benda yang terkena najis
sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dicampur dengan debu yang suci.
3. Cara pertama: Air dicampur dengan debu yang suci dalam satu tempat kemudian
disiramkan ke tempat atau benda yang terkena najis.
4. Cara kedua: Menaruh debu di tempat atau benda yang terkena najis, lalu
menyiramkan air dan mengosokkannya, dan diakhiri dengan menyiram dan mengelap
air dengan benda yang bersih.
5. Cara ketiga: Menyiramkan air ke tempat atau benda yang terkena najis, lalu
menaburkan debu dan selanjutnya mencampur keduanya serta menggosok-
gosokkannya, dan diakhiri dengan mengelap air dengan benda yang bersih.
Najis Mughaladhah ’Ainiyah:
1. Berikan tanda dengan lingkaran tempat atau benda yang terkena najis.
2. Lakukan cara yang sama dengan proses penyucian najis mughaladhah hukmiyah.

Hadats Kecil dan Tata Cara Mensucikannya


Hadats kecil adalah hadast yang cara menyucikannya dengan berwudhu atau
tayamum.
Tata Cara Pelaksanaan Wudhu
(1) Niat, yaitu niat dalam hati untuk berwudhu menghilangkan hadats.
(2) Membasuh muka dari tumbuhnya rambut sebelah atas hingga ke dagu, dari telinga
kanan sampai telinga kiri,
(3) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
(4) Mengusap sebgian kepala, mulai dari kening sampai ketengkuk.
(5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki (mata kaki ikut dibasuh)
(6) Tertib atau urut, yakni melaksanakan wudhu sesuai dengan urutannya dan
bersambung.

Tata Cara Pelaksanaan Tayamum


(1) Letakkan kedua telapak tangan pada tanah yang murni, suci, bersih, lembut,
kering, dan berdebu.
(2) Niatlah melakukan tayamum bersamaan dengan mengusap wajah dengan debu
yang ada di kedua telapak tangan tersebut.
(3) Letakkan kembali kedua telapak tangan pada tempat lain dari tanah yang murni,
suci, bersih, lembut, kering, dan berdebu.
(3) Usapkan telapak tangan kiri ke punggung tangan kanan dari bagian jari sampai
siku, lalu usapkan telapak tangan kiri tersebut ke bagian dalam tangan kanan dai
bagian siku sampai ke ujung jari.
(4) Usapkan telapak tangan ke punggung tangan kiri dari bagian jari sampai ke siku,
kemudian usapkan telapak tangan kanan tersebut ke bagian dalam tangan kiri dari
bagian siku sampai ujung jari.

Hadats Besar dan Tata Cara Mensucikannya


Cara bersuci dari hadats besar adalah dengan cara mandi besar (mandi wajib), mandi
wajib untuk menghilangkan hadats besar disebut mandi janabat.
Mandi Besar dan Tata Cara Pelaksanannya
Pada saat melakukan mandi besar, syaratnya :
(1) pertama, dimulai dengan niat melakukan mandi besar bersamaan dengan saat air
pertama kali disiramkan ke tubuh. Anggota badan yang pertama kali di siram ini boleh
yang manapun, baik bagian atas, bawah ataupun tengah.
(2) Mengguyur seluruh anggota tubuh termasuk tanpa terkecuali. Termasuk lipatan-
lipatan badan yang biasa ada pada orang yang gemuk, kulit yang berada di bawah
kuku yang panjang dan membersihkan kotoran yang ada di dalamnya, bagian
belakang telinga dan bagian depannya yang berlekuk-lekuk, selangkangan kedua
paha, sela-sela antara dua pantat yang saling menempel, dan juga kulit kepala yang
berada di bawah rambut yang tebal. Jika ditemukan sedikit saja bagian tubuh yang
belum terkena air maka mandi yang dilakukan belum dianggap sah dan orang tersebut
dianggap masih dalam keadaan berhadats.

Indikator: Menelaah ketentuan tata cara shalat fardlu.


Rukun shalat ada tiga belas yaitu sebagai berikut :
1) Niat (wajibnya didalam hati, apabila dilafalkan sunnah)
2) Berdiri (jika mampu)
3) Takbiratul ihram (takbir awal shalat)
4) Membaca surah al-Fatihah (makmum membacanya setelah bacaan imam)
5) Rukuk dengan thuma’ninah (dengan sikap tenang sejenak)
6) Iktidal dengan thuma’ninah
7) Sujud dengan thuma’ninah
8) Duduk diantara dua sujud dengan thuma’ninah
9) Duduk tasyahud awal dan akhir dengan thuma’ninah
10) Membaca tasyahud
11) Membaca shalawat Nabi Muhammad Saw.
12) Membaca salam yang pertama sambal menoleh ke kanan
13) Tertib urutan rukunnya

Indikator: Menyimpulkan hikmah dari berdzikir dan berdoa dalam kehidupan sehari-
hari.
1. Menghayati Janji Allah
a. Orang yang tekun dan khusyu’ berdzikir dan berdoa telah melakukan amal
perbuatan yang sangat dicintai Allah Swt.
b. Orang yang tekun dan khusyu’ berdzikir dan berdoa akan selamat dari siksa-
siksa dan adzab dari Allah Swt.
c. Orang yang tekun dan khusyu’ berdzikir dan berdoa kepada Allah akan
mendapatkan ketenangan dan ketentraman hatinya.
d. Orang yang tekun dan khusyu’ berdzikir dan berdoa akan menjadikan rizki
yang diperolehnya menjadi berkah dan kehidupannya menjadi lebih nyaman.
e. Orang yang tekun dan khusyu’ berdzikir akan mendapatkan jalan keluar
menghadapi kesulitan dalam bentuk apapun.
2. Hidup Optimis dengan Berdzikir dan Berdoa
Optimisme merupakan hikmah penting yang dapat teladani dari kisah Nabi Yunus As
dan Nabi Yusuf As. Optimis kebalikan dari putus asa, depresi, masa bodoh, dan
mengarungi hidup bagai air mengalir. Oleh karena itu, orang yang optimis selalu
memiliki pengharapan baik dan positif

Indikator: Menganalisis tata cara pelaksanaan shalat jum’at


1. Mandi sunnah dengan niat untuk melaksanakan shalat Jum’at
2. Memakai wewangian sehingga bau badan tidak sedap hilang
3. Memakai pakaian yang paling bagus dan lebih dianjurkan berwarna putih.
4. Memotong atau memendekkan kuku kedua tangan
5. Shalat sunnah tahiyyat masjid
6. Adzan Pertama. Adzan pertama dibaca panjang oleh mua’dzin seperti yang
dilakukan dalam pelaksanaan shalat fardlu lima waktu.
7. Shalat Sunnah Qabliyah. Shalat sunnah yang mengiringi shalat Jum’at dua rakaat
dengan tidak memanjangkan bacaan dan memperlama gerakan-gerakannya
8. Persiapan Adzan Kedua. Mu’adzin, bilal atau petugas yang ditunjuk berdiri dengan
membawa tongkat dan menghadap jama’ah, Khatib berjalan menuju mimbar khutbah
dan bilal menyerahkan tongkat kepada khatib, Khatib mengucapkan salam.
9. Adzan Kedua. Bacaan dalam adzan kedua sama dengan yang pertama. Hanya saja
suaranya lebih dipendekkan.

10. Khutbah Jum’at. Dua khutbah Jum’ah wajib hukumnya dengan tata
cara pelaksanaan khutbah sebagai berikut:
a) Khatib duduk di atas mimbar sebelum memulai khutbah.
b) Menghadapkan wajahnya keara jam’ah tanpa menoleh ke kanan dan kekiri.
c) Pada saat berdiri, khatib bersandar dengan tangan kirinya pada sebuah tongkat,
pedang atau busur.
d) Memendekkan kedua khutbah dan khutbah kedua lebih pendek daripada
khutbah pertama.
e) Khatib membaca dua khutbah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
dijelaskan di atas.
f) Pada saat khatib duduk diantara dua khutbah, jama’ah termasuk khatib
dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan maksud masing-masing. Karena waktu
tersebut merupakan waktu yang mustajab.
g) Setelah selesai dua khutbah, bilal mengumandangkan iqamah
11. Berdzikir setelah shalat dan dianjurkan membaca:
a) Al-Ikhlas x3
b) Al-Falaq x3
c) Al-Nas x3
d) Doa penutup sebagaimana yang dibaca setelah shalat fardlu lima waktu.

Indikator: Membandingkan ketentuan shalat jama’ dan shalat qashar


No Kriteria Qashar Jama'
Shalar Shalat
1. Shalat memiliki 4 rakaat √ -

2. Sedang dalam bepergian dengan jarak yang telah √ √


disepakati 120 km.

3. Berada dalam kondisi hujan deras dengan cuaca √ -


dingin dan ekstrim.

Indikator: Menerapkan ketentuan shalat dalam keadaan darurat


1. Shalat khauf merupakan shalat fardlu yang dilaksanakan di tengah munculnya
kekhawatiran atau ketakutan.
2. Orang yang sakit sangat parah tetap memiliki kewajiban melaksanakan shalat
fardlu lima waktu. Kelonggaran yang dimiliki jika orang yang sakit sulit untuk
berdiri atau dikhawatirkan akan semakin parah.
3. Shalat diatas kendaran merupakan salah satu bagian dari pelaksanan shalat
fardlu dalam kondisi tertentu. Pelaksanaan shalat dapat dilakukan di kursi atau
tempat duduk masing-masing. Hal ini dianalogikan dengan shalat Rasulullah
Saw di punggung unta.
4. Shalat Fardlu di Tengah Kondisi Tidak Pasti, Keadaan tidak pasti dapat
diartikan sebagai satu kondisi yang menciptakan rasa was-was, khawatir dan
takut akan terjadinya sesuatu, jika kita melaksanakan shalat dengan cara yang
normal atau wajar.

Indikator: Mengimplementasikan tata cara sujud sahwi, tilawah, dan syukur


1. Sujud Sahwi, jadi sujud sahwi adalah sujud dua kali yang dilakukan karena
seseorang meninggalkan sunnah ab`adh, Waktu pelaksanaan sujud sahwi
adalah setelah tahiyyat akhir sebelum salam dengan dua kali sujud. Namun
dalam kondisi tertentu sujud sahwi dalakukan setelah salam.
2. Sujud Syukur,
a. Niat, yaitu menyengaja mengerjakan sujud syukur.
b. Takbiratul ihram, dengan membaca “Allaahu akbar”.
c. Sujud, sambil membaca doa sujud syukur.
d. Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud).
e. Salam sesudah bangun dari sujud.
f. Tertib.
3. Sujud Tilawah,
a. Niat melakukan sujud tilawah
b. Takbiratul lhram
c. Sujud sekali diawali dengan bacaan takbir
d. Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud)
e. Salam
f. Tertib

Indikator: Menelaah ketentuan cara mengeluarkan zakat fitrah dan zakat mal
1. Zakat fitrah, Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok
daerah setempat. Sebagai contoh daerah yang makanan pokoknya beras, maka
membayar zakat fitrah adalah dengan beras. Menurut pendapat mayoritas
ulama, bahwa zakat fitrah di keluarkan dengan kadar ukuran 1 sha‟ yaitu
sekitar 3,5 liter atau setara dengan 2,5 kg beras.
2. Zakat mal, zakat yang harus dikeluarkan oleh seseorang ketika harta tersebut
telah mencapai satu nisab dan telah mencapai satu tahun. Macam-macam harta
yang wajib dizakati Emas dan perak, Harta Perdagangan (Tijaarah), Hasil
tanaman (buah-buahan dan biji-bijian), Binatang ternak

Indikator: Membandingkan puasa fardhu dan puasa sunah


1. Puasa wajib (fardhu), yaitu puasa yang jika dilaksanakan mendapatkan pahala,
jika ditinggalkan mendapat dosa. Contoh: puasa Ramadhan, puasa nazar, dan
puasa kifarat
2. Puasa sunnah, yaitu puasa yang apabila dilaksanakan mendapatkan pahala,
apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Puasa 6 hari dibulan Syawal, puasa
Senin dan Kamis, puasa Dawud, puasa Arafah, puasa di bulan Muharram.

Indikator: Mengidentifikasi ketentuan i’tikaf


1. Islam, Dengan disyaratkannya status beragama Islam, maka orang kafir atau
orang yang tidak beragama Islam tidak sah bila melaksanakan i‟tikaf
2. Baligh/Mumayyiz, Seorang anak yang belum baligh tetapi sudah mumayyiz,
apabila melaksanakan ibadah i‟tikaf, hukumnya sah dan berpahala.
3. Berakal sehat, Ibadah i‟tikaf membutuhkan niat dan menyengaja untuk
melakukan. Orang yang tidak punya kesadaran atas dirinya, tentu tidak bisa
berniat untuk mengerjakan suatu ibadah, termasuk i‟tikaf.
4. Suci dari haid dan nifas, Wanita yang sedang mendapat darah haidh atau nifas
tidak dibenarkan ikut beri‟tikaf di masjid.
5. Suci dari hadas besar (janabah), Orang yang sedang dalam keadaan berjanabah
atau berhadas besar, diharamkan masuk ke dalam masjid.

Indikator: Membandingkan sedekah, hibah, dan hadiah


1. Sedekah berasal dari bahasa Arab yang yang berarti memberikan. Sedangkan
menurut istilah, sedekah atau shadaqah adalah pemberian sesuatu kepada
seseorang yang membutuhkan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah Swt.
2. Hibah berasal dari bahasa arab yang artinya pemberian. Sedangkan menurut
istilah hibah ialah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika
masih hidup kepada seseorang secara cuma-cuma, tanpa mengharapkan apa-
apa kecuali ridha Allah Swt. semata.
3. Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk
memuliakan atau memberikan penghargaan atas suatu prestasi yang diraih.

Indikator: Menganalisis pelaksanaan haji dikaitkan dengan jamaah haji Indonesia


1. Memulai ihram dari Miqat yang telah ditentukan. Miqat artinya batas waktu
dan tempat melakukan ibadah haji serta umrah
2. Wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah.
3. Menginap atau mabit di Muzdalifah.
4. Melontar jumrah aqabah.
5. Tahalul.
6. Menginap atau mabit di Mina.
7. Thawaf wada.

Indikator: Menyimpulkan perbedaan ketentuan haji dan umrah


Dalam menjalankan ibadah haji, Anda perlu menunaikan rukun haji yang meliputi niat
ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sai, dan memotong rambut. Sedangkan untuk ibadah
umrah, perbedaan haji dan umrah terletak tidak adanya rukun wukuf di Arafah.

Indikator: Mengidentifikasi jenis-jenis makanan dan minuman halal dan haram


Adapun jenis makanan atau minuman yang halal dimakan adalah sebagai berikut:
1. Semua makanan dan minuman yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-
Nya. Artinya semua makanan dan minuman itu boleh dan halal dikomsumsi
sampai ada dalil yang menyatakan keharamannya.
2. Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan.
3. Semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan
kesehatan jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.

Indikator: Menyimpulkan ketentuan menyembelih binatang.


Orang yang menyembelih
Syarat-syarat seorang yang sah penyembelihannya sebagai berikut:
1) Muslim atau Ahli kitab
Terkait dengan siapa sebenarnya Ahli kitab terjadi perbedaan pendapat para ulama.
Namun, dari segi hasil sembelihan Ahli kitab (orang Yahudi dan Nasrani) dihukumi
halal untuk dikonsumsi
2) Berakal sehat
Penyembelihan merupakan ibadah yang disyaratkan dan membutuhkan niat, maksud
dan tujuan. Oleh karena itu, seorang penyembelih harus berakal sehat dan sadar
dengan apa yang dilakukannya.
3) Mumayyiz
Mumayiz adalah orang yang sudah dapat membedakan antara perkara yang baik dan
buruk, sesuatu yang salah dan benar.

Binatang yang disembelih


Binatang yang akan disembelih wajib memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Binatang yang akan disembelih masih dalam keadaan hidup. Binatang yang mati
bukan karena disembelih berarti sudah menjadi bangkai. Adapun ciri-ciri hewan yang
dianggap hidup adalah adanya hayyat mustaqirrah (bernyawa), masih adanya gerakan
ekor, matanya dapat melirik dan kakinya dapat bergerak sesudah disembelih.
2) Binatang yang akan disembelih adalah binatang yang halal, baik dari segi zatnya
maupun cara memperolehnya. Dalam istilah Fikih disebut dengan halal lizatihi dan
halal sababi.

Indikator: Menyimpulkan perbedaan qurban dan aqiqah


No Kurban Aqiqah

1. Kurban disyariatkan untuk Akikah disyariatkan satu kali seumur


dilaksanakan setiap tahun hidup

2. Binatang cukup satu ekor Anak laki-laki 2 ekor kambing atau


sedangkan untuk perempuan 1 ekor
3. Seekor sapi boleh untuk tujuh orang Satu ekor kambing untuk seorang
anak

4. Daging lebih utama dibagikan mentah Daging diberikan setelah matang


5. Disyariatkan antara tanggal 10 sampai Disyariatkan berkenaan dengan
dengan 13 bulan Zulhijjah kelahiran anak

Indikator: Menganalisis macam-macam Jual beli, khiyaar dan qirad


Macam-macam jual beli
Jual beli ditinjau dari segi hukumnya, dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Jual beli yang sah
Jual beli yang boleh dilakukan karena memenuhi rukun dan syarat jual beli
sebagaimana yang dijelaskan dalam Fikih Islam.
b. Jual beli terlarang
Jual beli yang terlarang artinya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual
beli. Bentuk jual beli yang terlarang antara lain:
1) Jual beli sistem ijon
2) Jual beli barang haram
3) Jual beli sperma hewan
4) Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya
5) Jual beli barang yang belum dimiliki
6) Jual beli barang yang belum jelas
c. Jual beli yang sah, tetapi dilarang agama
Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya suatu sebab atau
akibat yang tidak baik dari akad tersebut:
1) Jual beli pada saat khutbah dan shalat Jum’at
2) Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar
3) Jual beli dengan niat menimbun barang
4) Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan
5) Jual beli dengan cara mengecoh
6) Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain

Macam-macam Khiyar
Khiyar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli masih
berada di tempat jual beli. Jika penjual dan pembeli sudah berpisah maka hak khiyar
sudah tidak berlaku lagi.
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk melanjutkan atau
membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa tengggang yang disepakati
oleh kedua belah pihak. Adapun ketentuan khiyarsyarat sebagai berikut:
1) Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang dimulai
sejak terjadinya akad. Namun hal tersebut tergantung kesepakatan antara kedua
belah pihak.
2) Jika masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa dibatalkan.
3) Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal dalam
masa khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika penjual yang
meninggal dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang secara otomatis
menjadi hak pembeli.
4) Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat.
c. Khiyar Aibi
Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk membatalkan akad
jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada barang yang dibelinya. Cacat
barang tersebut dapat mengurangi manfaat barang yang dibeli.
d. Khiyar Ru’yah
Yaitu hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya, karena
obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad berlangsung.

Macam Macam Qirad


a. Bentuk qirad sederhana
Qirad seperti ini dilakukan oleh perorangan dengan cara bagi hasil dan sudah ada
sejak zaman Nabi Muhammad Saw., bahkan sebelum Islam datang, qirad dalam
bentuk ini dilakukan oleh umat manusia.
b Bentuk qirad modern
Saat ini, banyak orang menabung di Bank Syariah di mana prinsip-prinsip kerjanya
berdasarkan syariat Islam dengan cara bagi hasil sesuai dengan perjanjian

Indikator: Menyimpulkan dampak negatif prilaku riba di masyarakat


1. Riba menimbulkan permusuhan dan kebencian antar individu dan masyarakat
serta menumbuh kembangkan fitnah dan terputusnya jalinan persaudaraan.
2. Masyarakat yang berinteraksi dengan riba adalah masyarakat yang miskin,
tidak memiliki rasa simpatik.
3. Perbuatan riba mengarahkan ekonomi ke arah yang menyimpang dan hal
tersebut mengakibatkan ishraf (pemborosan).
4. Riba mengakibatkan harta kaum muslimin berada dalam genggaman musuh
dan hal ini salah satu musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin.
Indikator: Menelaah praktik `ariyah dan wadi'ah di masyarakat
Contoh ariyah
a. Pinjam meminjam kendaraan
b. Pinjam meminjam alat tulis saat berada sekolah
c. Pinjam meminjam peralatan salat di masjid
d. Pinjam meminjam piranti dapur untuk kebutuhan memasak bersama di
kampung
e. Pinjam meminjam pompa angin untuk mengisi angin ban.
Contoh wadiah
a. Menitipkan kendaraan di area parkir
b. Menitip kunci rumah pada tetangga karena ada kebutuhan mudik Lebaran
c. Menitipkan hewan peliharaan di tempat penitipan hewan agar tetap terawat saat
ditinggal pergi
d. Menitipkan uang di bank syariah dengan akad wadiah
e. Menitipkan barang berharga pada save deposit box di bank

Indikator: Menganalisis ketentuan hutang piutang, gadai dan hiwaalah


1. Hutang Piutang
Pada dasarnya hutang piutang merupakan akad yang bersifat ta’awun (tolong
menolong). Walaupun demikian, sifat ta’awun itu bisa berujung permusuhan ataupun
perselisihan jika salah satu atau kedua belah pihak yang berakad tidak mengetahui
tentang ketentuan akad yang mereka lakukan.
a. Hutang piutang sangat dianjurkan untuk ditulis dan dipersaksikan walaupun
tidak wajib.
b. Pemberi hutang tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang
yang berhutang. Jika hal ini terjadi, maka termasuk kategori riba dan haram
hukumnya.
c. Melunasi hutang dengan cara yang baik dan tidak menyakitkan.
d. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya
e. Tidak berhutang kecuali dalam keadaan darurat atau mendesak.
f. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan keuangan, hendaklah orang yang
berhutang memberitahukan kepada orang yang memberikan hutang, karena hal
ini termasuk bagian dari menunaikan hak orang yang memberikan hutang.
g. Segera melunasi hutang
h. Memberikan tenggang waktu kepada orang yang sedang kesulitan dalam
melunasi hutangnya setelah jatuh tempo.

2. Gadai
a. Barang yang dapat digadaikan
Barang yang dapat digadaikan adalah barang yang memiliki nilai ekonomi, agar dapat
menjadi jaminan bagi pemilik uang.
b. Barang Gadai adalah amanah.
Barang gadai bukanlah sesuatu yang harus ada dalam hutang piutang, itu hanya
diadakan dengan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Barang Gadai dipegang pemberi hutang
Barang gadai tersebut berada di tangan pemberi hutang selama masa perjanjian gadai

3. Hiwalah
Pihak berhutang atau muhil rela melaksanakan akad ini. Produk hutang harus
dibayarkan sesuai haknya yang sama baik jenis dan jumlah utang, waktu pelunasan,
dan kualitasnya. Misalnya bentuk hutang berupa emas, maka pelunasannya harus
berbentuk emas dengan nilai setara

Indikator: Menelaah ketentuan sewa menyewa dan upah


Sewa menyewa
1. Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
2. Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena
dipaksa.
3. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau
walinya.
Upah
Pemberian upah dilakukan ketika pekerjaan itu selesai. Sama halnya dengan jual beli
yang pembayarannya pada waktu itu juga. Terkait dengan upah, pembayarannya bisa
diberikan sebelum musta’jir (karyawan) bekerja atau setelah pekerjaan itu selesai. Hal
itu tergantung kesepakatan dari kedua belah pihak.

Indikator: Mengidentifikasi tata cara pemulasaraan jenazah


1. Memandikan Jenazah
Adapun langkah-langkah dalam memandikan jenazah adalah sebagai berikut:
a) Menyediakan air yang suci dan mensucikan, secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus, sarung
tangan, dan peralatan lainnya.
b) Ruangan untuk memandikan jenazah, adalah ruangan yang terlindung
daripandangan orang banyak dan yang berada pada ruangan itu hanyalah orang yang
akan memandikan dan sanak famili yang termasuk mahram.
c) Jenazah dibaringkan ditempat yang agak tinggi dan bersih, diselimuti dengan kain
agar tidak terbuka/terlihat auratnya.
d) Letakkan jenazah membujur dengan kepala ke arah utara dan kaki ke arahselatan
jika memungkinkan. Jika tidak bisa maka sesuaikan dengan kondisi ruangan.
e) Setelah semuanya tersedia, jenazah diletakkan di tempat yang tertutup dantinggi
seperti dipan atau balai-balai. Cukup orang yang memandikan dan orang yang
membantunya saja yang berada di tempat tersebut.
f) Jenazah diberikan pakaian basahan seperti sarung atau kain agar tetap tertutup
auratnya dan mudah untuk memandikannya.
g) Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian memulai
membersihkan tubuh jenazah dari semua kotoran dan najis yang mungkin ada dan
melekat pada anggota badan jenazah, termasuk kotoran yang ada pada kuku, tangan
dan kaki. Untuk mengeluarkan kotoran dari rongga tubuhnyadapat dilakukan dengan
cara menekan-nekan perutnya secara perlahan.
h) Disiram dengan air dingin, jika dianggap perlu boleh memakai air hangat untuk
memudahkan dan mempecepat menghilangkan kotoran yang masih melekat pada
badan mayit.
i) Selama membersihkan badannya, sebaiknya air terus dialirkan mulai dari bagian
kepala ke bagian kaki.
j) Cara menyiramnya, dimulai dari lambung sebelah kanan, kemudian lambung
sebelah kiri, terus ke punggung sampai ke ujung kedua kaki.
k) Setelah disiram merata keseluruh badan, kemudian memakai sabun mandi, digosok
dengan pelan dan hati-hati. Kemudian disiram lagi dengan air yang suci sampai
bersih.
l) Rambut kepala dan sela-sela jari tangan dan kaki harus dibersihkan sampai benar-
benar merata dan bersih.
m) Meratakan air ke seluruh badan mayit, sedikitnya tiga kali atau lima kali atau kalau
perlu lebih dari lima kali.
n) Siraman terakhir dengan air bersih yang telah dicampuri oleh wangi-wangian,
misalnya kapur barus dan sebagainya.
o) Setelah semua badannya dianggap bersih, yang terakhir adalah jenazah diwudhukan
dengan memenuhi rukun-rukun dan sunnah-sunnah wudhu.
p) Sesuatu yang tercabut atau lepas diwaktu dimandikan, seperti rambut dan
sebagainya, hendaklah disimpan dan diletakkan di dalam kafan bersama dengan
jenazah itu.

2. Mengafani Jenazah
Adapun tata cara mengafani jenazah adalah sebagai berikut:
1) Letakkan tali pendek pada posisi kepala dan kaki, 60 cm pada lututdan tali panjang
pada perut dan dada.
2) Bentangkan kain-kain kafan yang telah disediakan sebelumnya sehelai demi
sehelai.
3) Kemudian menaburinya dengan wangi-wangian, lembaran yang paling bawah
hendaknya dibuat lebih lebar dan halus. Di bawah kain itu, sebelumnya, telah
dibentangkan tali pengikat sebanyak lima helai yaitu masing-masing pada arah kepala,
dada, punggung lutut dan tumit.
4) Setelah itu, secara perlahan-lahan jenazah diletakkan diatas kain-kain tersebut
dalam posisi membujur, kalau mungkin menaburi tubuhnya lagi dengan wangi-
wangian.
5) Semua rongga badan yang terbuka, yaitu kedua matanya (yang telah terpejam), dua
lubang hidungnya, mulutnya, dua lubang telinga, anggota sujud (kening, hidung,
kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari jemari kaki), lipatan-lipatan
badan seperti: ketiak, lutut bagian belakang dan pusar ditutup dengan kapas yang
telah diberi wangi-wangian pula.
6) Kedua tangan jenazah itu diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan
kiri, persis seperti orang yang bersedekap dalam shalat.
7) Selanjutnya menyelimutkan kain kafan dengan cara bagian kiri kain kafan pertama
dilipatkan kearah kiri tubuh jenazah. Demikian halnya pada lembar kain selanjutnya.
8) Sisa kain kafan di bagian kepala dijadikan lebih banyak daripada di bagian kaki.
Lalu sisa panjang kafan di bagian kepala tadi dikumpulkan dan dilipatkan ke arah
depan wajah. Demikian pula sisa panjang kain bagian kaki dikumpulkan lalu
dilipatkan ke arah depan kaki.
9) Jenazah laki-laki memakai tiga lapis kain kafan tanpa baju dan tanpa tutup kepala.
10) Jika semua kain kafan telah membalut jasad jenazah, baru diikat dengan tali-tali
yang telah disiapkan di bawahnya.
11) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu
atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup
auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Misalnya dalam sebuah bencana
alam yang menelan banyak korban, jika jenazahnya banyak dan kain kafannya sedikit,
boleh mengafankan dua orang dalam satu kain kafan, kemudian, menguburkannya
dalam satu liang lahat.

3. Menyalati jenazah
Beberapa rukun shalat jenazah yaitu:
1) Niat.
2) Berdiri bagi yang mampu.
3) Takbir empat kali.
4) Membaca surah al-Fatihah.
5) Membaca sholawat atas Nabi Saw.
6) Mendoakan jenazah.
7) Mengucapkan salam.
4. Menguburkan Jenazah
1) Menggali liang kubur yang dalamnya sekurang-kurangnya tidak tercium bau busuk
mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, karena
maksud menguburkan jenazah itu ialah menjaga kehormatan jenazah itu dan menjaga
kesehatan orang-orang yang ada disekitar tempat itu.
2) Setelah jenazah sampai di kuburan, kemudian jenazah dimasukkan ke dalam liang
kubur dan ditempatkan pada liang lahat dengan posisi miring ke kanan sehingga
jenazah menghadap kiblat. Bagi jenazah perempuan maka sebaikknya yang
memasukkan ke kuburnya adalah mahramnya.
3) Melepaskan seluruh tali pengikat jenazah. Pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan
pada tanah agar posisi jenazah tidak bergerak atau berubah dan hendaknya diberi
ganjal bulatan tanah.
4) Selanjutnya jenazah ditutup dengan papan atau kayu, kemudian di atasnya ditimbun
tanah sampai liang kubur rata dan ditinggikan dari tanah biasa.
5) Meletakkan batu kecil di atas kubur dan menyiramkan air di atasnya.
6) Mentalqin, mendoakan dan memohonkan ampunan agar diberikan keteguhan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.

Indikator: Menelaah ketentuan bagian-bagian waris


Bagian-bagian ahli waris menurut hukum Islam adalah sebagai berikut:
1) Seperdua (1/2)
a) Seorang anak perempuan tunggal
b) Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki
c) Suami (jika tidak ada anak)
d) Seorang saudara perempuan kandung
e) Seorang saudara perempuan seayah
2) Sepertiga (1/3)
a) Ibu (jika tidak ada anak)
b) Dua orang saudara seibu
3) Seperempat (1/4)
a) Suami (jika ada anak)
b) Istri (jika tidak ada anak)
4) Seperenam (1/6)
a) Ayah (jika ada anak laki-laki)
b) Ibu (jika ada anak)
c) Kakek (jika tidak ada ayah)
d) Nenek (jika tidak ada ibu)
e) Saudara laki-laki atau perempuan seibu
f) Cucu perempuan dari anak laki-laki (jika bersama anak perempuan kandung)
g) Seorang saudara seayah atau lebih
5) Seperdelapan (1/8)
Istri mendapat seperdelapan jika tidak ada anak.
6) Dua pertiga (2/3)
a) Dua anak perempuan atau lebih
b) Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki
c) Dua saudara kandung atau lebih
d) Dua saudara seayah atau lebih.
KISI KISI ASESMEN MADRASAH

Disusun oleh:
Nama: Faradiba Citra Mahesti
Kelas: IX.3

MTs Negeri Gowa


Fikih Kelas IX.3
2023

Anda mungkin juga menyukai