Anda di halaman 1dari 7

MONEY

a. Dana operasional

1) Sumber Dana

RSUD sendiri ada dibawah pimpinan kementrian Kesehatan, dan juga

dibawah pimpinan Pemerintah. Sumber dana RSUD didapatkan dari APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) melalui sistem pengajuan RBA

(Rencana Bisnis Anggaran). Setelah RBA keluar dituangkan kedalam

anggaran diberikan akun dan MAP sebagai data akuntansi laporan

keuangan

Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit yang meliputi :

a) Operasional (kegiatan pelayanan)

b) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lain-lain)

c) Pengembangan (sarana, prasarana dan sumber daya manusia)

2) Gaji Karyawan

Jumlah perawat di ruang kelas1 yaitu sebanyak 18 orang, perawat

dengan tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 orang dan 16

lainnya merupakan pegawai Non-PNS. Sumber dana penggajian PNS di

RSUD berasal dari pemerintah.

Adapun jaminan kesehatan karyawan bagi tenaga PNS melalui Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS kesehatan dan ketenaga kerjaan),

Tabungan dan Asuransi Pensiun (TASPEN). Sedangkan untuk Non-PNS

hanya mendapatkan jaminan kesehatan BPJS kesehatan dan ketenaga

kerjaan.

BPJS kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggung

jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk

menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat

Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil.


TASPEN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak

di bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun Pegawai Negeri

Sipil. Askes adalah jenis asuransi yang membantu ketersediaan dana jika

peserta asuransi kesehatan terserang gangguan kesehatan atau penyakit.

PNS dan Non-PNS, alur penggajian PNS yaitu pemberian upah

diberikan oleh pemerintah, yang dibedakan jumlahnya sesuai pangkat dan

golongan. Sedangkan untuk pegawai non PNS diberikan upah oleh rumah

sakit sendiri dengan anggaran dari pemerintah.

3) Insentif/Remunerasi

Pegawai dengan tenaga PNS mendapatkan dana insentif dan

remunerasi setiap bulannya, kemudian pegawai tenaga Non-PNS juga

mendapatkan dana insentif setiap bulannya. Selain itu pegawai juga

mendapatkan tunjangan pada hari raya idul fitri.

Pemberian jasa pelayanan atau insentif disesuaikan dengan tindakan

yang sudah dilakukan, dan untuk remunerisasi hanya didapatkan oleh

pegawai PNS sesuai dengan pangkat dan golongannya.

4) Jenis Pembayaran Pasien

a) Sumber pembayaran pasien

Sumber dari pasien umum, pasien BPJS, pasien Jamkesmas dan

pasien kontraktor.

1. Pasien Umum

Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien

2. Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6

(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :

(a) Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir

miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


(b) Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),

terdiri dari Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya:

 Pegawai Negeri Sipil

 Anggota TNI

 Anggota Polri

 Pejabat Negara

 Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri

 Pegawai Swasta

(c) Pekerja yang tidak termasuk point ke 1 sampai dengan poin ke

6 yang menerima upah, termasuk WNA yang bekerja di

Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

(d) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

(e) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri, dan

Pekerja yang tidak termasuk point 1 yang bukan penerima

upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat

6 (enam) bulan.

(f) Bukan pekerja dan anggota keluarganya

 Investor

 Pemberi Kerja

 Penerima Pensiun, terdiri dari :

 Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun

 Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak

pensiun

 Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun

 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

yang mendapat hak pensiun

 Penerima pensiun lain


 Veteran

 Perintis Kemerdekaan

 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau

Perintis

 Kemerdekaan; dan

 Bukan Pekerja yang tidak termasuk point 1 sampai dengan

5 yang mampu membayar iuran.

(3) Pasien Jamkesmas

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program

bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

dan tidak mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar

terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Upaya

pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak

rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan

merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan

pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan

Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan

mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk

masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas

kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas

dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/

Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program


Jaminan Kesehatan Masyarakat.

(4) Pasien kontraktor

Pasien kontraktor merupakan pasien dari perushaan.

b) Tata Cara Pembayaran Pelayanan

Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien

akan meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit untuk

pasien umum. Sedangkan untuk pasien BPJS pasien datang kemudian

dilakukan pemeriksaan setelah itu muncul diagnosa dan di coding lalu

pasien memiliki lampiran Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk

mempermudah memperoleh pelayanan. Pembayaran dilakukan dengan

melengkapi persyaratan BPJS seperti surat rujukan dari puskesmas.

Sedangkan untuk pasien jamkesmas peserta harus menunjukkan  kartu

peserta atau SKTM, fotokopi KK, dan surat rujukan dari Puskesmas.

Sedangkan untuk pasien kontraktor harus menunjukkan fotokopi kartu

pegawai dan pengantar dari perusahaan.

c) Tarif Ruangan

Sudah adanya penetapan tarif dengan biaya Per-hari yaitu Rp.

300.000,00 untuk kelas I, Rp. 150.000,00 untuk kelas II dan Rp.

100.000,00 untuk kelas III. Biaya tersebut belum termasuk dengan

biaya tindakan yang diberikan, visite dokter, pemeriksaan laboratorium

atau radiologi, dan obat-obatan.

d) Dana pengembangan sdm

(1) Dana untuk pengembangan karyawan yang terdiri dari :

(a) Pelatihan dan Seminar

Terdapat alokasi dana yang diberikan dari rumah sakit untuk

pelatihan dan seminar bagi karyawan untuk dilakukan dan atau

ditugaskan oleh pihak Rumah Sakit, namun bagi karyawan


yang melaksanakan pelatihan dan seminar di luar yang

dilakukan, maka karyawan harus menggunakan biaya pribadi.

(b) Pendidikan lanjut

Tugas belajar bagi PNS didanai oleh pemerintah dan dibebas

tugaskan dari dinas. Namun, ada kriteria maksimal bagi

perawat yang akan melanjutkan tugas belajar.

(2) Adanya In House Training yang dilakukan oleh pihak rumah sakit,

dengan dana yang digunakan berasal dari APBD dan BLUD

(3) Adanya peluang TKK menjadi PNS

(4) Punishment akan diberikan kepada pegawai yang melakukan

pelanggaran seperti peringatan secara lisan

(5) Sistem penghargaan perawat berbasis kriteria

Adanya bonus yang diberikan pada karyawan diruangan bagi


perawat teladan.
(6) Pendanaan untuk penyediaan barang

Untuk pendanaan bahan habis pakai (bahan untuk kebutuhan

sehari-hari) memakai dana yang diambilkan dari pemasukan rumah

sakit, dan juga melalui bagian pengadaan barang rumah sakit. Dari

ruangan rawat inap, Kepala ruangan yang mengajukan ke pihak

instalasi rawat inap lalu dari instalasi rawat inap diajukan ke pihak

manajemen rumah sakit, dari pihak manajemen dipilah terlebih

dahulu setelah itu lalu pihak manajemen mengajukan ke bendahara

rumah sakit. Kepala ruangan terlibat dalam penyusunan anggaran

untuk pengajuan kebutuhan bahan habis pakai tersebut.

Selain itu, jika ada kebutuhan penunjang yang lebih besar,

seperti pengajuan kebutuhan untuk mesin-mesin diagnostik seperti

CT Scan, dan yang lainnya, dari pihak penunjang melaporkan

langsung ke pihak manajemen dan bendahara, lalu pihak


manajemen yang akan melaporkan ke pihak Kementrian Keuangan

untuk ditindak lanjuti lebih lanjut, lalu dari Kementrian Keuangan

melakukan pengajuan lagi ke Pemerintah dan juga ke Kementrian

pertahanan. Untuk biaya operasional, tidak ada biaya operasional

yang dibebankan ke pihak Rumah Sakit untuk pengajuan

kebutuhan tersebut.

(7) Program unggulan yang bisa menghasilkan finansial yang dapat

digunakan untuk pengembangan rumah sakit. Belum ada program

unggulan yang menghaasilkan vinansial yang digunakan untuk

pengembangan rumah sakit

Tabel 3. 56 Daftar Kerja Sama RSUD dengan Instansi Pendidikan dan


Rumah Sakit

Instansi Pendidikan Rumah Sakit


1) Instansi penndidikan Seluruh Rumah Sakit
1) RSUD

Anda mungkin juga menyukai