Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM KESEHATAN&KESELAMATAN KERJA

RUMAH SAKIT
PROGRAM K3RS
BAB I

PENDAHULUAN

Program Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit(K3RS) merupakan salah satu bagian penting
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini karena
Program K3RS berperan dalam menjaga kesehatan, kepuasan, keamanan dan produktifitas kerja staf
rumah sakit. Bila program ini dijalankan dengan baik akan menghasilkan staf yang sehat dan memiliki
produktifitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
rumah sakit.

Rumah Sakit diharapkan mampu memberi orientasi dan melatih stafnya, menyediakan tempat kerja
yang aman, memelihara peralatan biomedis dan peralatan lainnya, mencegah atau mengendalikan
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dan berbagai faktor lain yang menentukan kesehatan dan
kesejahteraan staf.

Rumah Sakit Islam - yang memiliki moto “Rumah Sakit Islam Pilihan Masyarakat” telah menetapkan
Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi
Rumah sakit Yang Islami dan menjadi Pilihan Masyarakat

Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik kepada umat tanpa membedakan
suku,agama,ras,sosial dan ekonomi.
2. Berusaha terus-menerus untuk memberikan kepuasan kepeda konsumen dan donor.
3. Menjaga komitmen ,kepuasan karyawan dan kejahteraan setiap pegawai.

4. Mengedepankan efisiensi dalam bidang keuangan dan berusaha meningkatkan pendapatan.

Pencapaian Visi dan Misi ini memerlukan dukungan staf rumah sakit yang sehat dan berproduktifitas
tinggi. Untuk itu Rumah Sakit Islam - menyusun Program Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
untuk menjaga kesehatan, kepuasan dan produktifitas staf rumah sakit.
BAB II

TUJUAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit dengan melaksanakan Program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

Tujuan Khusus

1. Menyediakan program pelayanan kesehatan bagi staf rumah sakit.


2. Menyediakan program pemberian makanan tambahan bagi staf Laboratorium dan Radiologi.
3. Menyediakan program Medical Check Up bagi staf rumah sakit.
4. Menyediakan program Vaksinasi dan Imunisasi bagi staf rumah sakit.
5. Menyusun panduan khusus penatalaksanaan bagi staf rumah sakit yang tertusuk jarum atau
benda tajam lainnya di lingkungan rumah sakit dan panduan penatalaksanaan staf yang
terpapar penyakit infeksius.
6. Menyusun program pencegahan dan pengendalian kebakaran di lingkungan rumah sakit
7. Menyusun regulasi tentang potensi kekerasan di tempat kerja

BAB III

LANDASAN HUKUM

Dalam menyusun Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) harus mengacu
pada peraturan perundang-undangan dan peraturan rumah sakit yang berlaku yaitu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.012/2011 tentang Akreditasi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit
5. Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan
Internal Rumah Sakit
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 mengenai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2008 tentang Perizinan
Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir.
BAB IV

PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf rumah sakit
yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya. Program pelayanan
kesehatan bagi staf Rumah Sakit Islam - adalah salah satu upaya untuk menjaga kondisi kesehatan
staf rumah sakit.

Pelaksanaan pelayanan bagi staf Rumah Sakit Islam - mengikuti peraturan perundangan yang
berlaku yaitu Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Program BPJS sendiri terbagi
menjadi dua jenis yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. BPJS ketenagakerjaan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian,
program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua. Sementara BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Rumah Sakit Islam - sudah memberikan jaminan ketenagakerjaan bagi karyawannya


melaluiprogram Jamsostek yang secara otomatis menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Sementara
pelayanan kesehatan yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Islam - harus mengalami perubahan
karena adanya peraturan berkaitan dengan Program BPJS Kesehatan.

II. Latar Belakang


Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 mengenai
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ada beberapa hal yang melatarbelakangi keikutsertaan
Rumah Sakit Islam - dalam Program BPJS Kesehatan. Ketentuan yang ada dalam UU RI Nomor 24
tahun 2011 tentang BPJS antara lain adalah:
1. Pasal 14
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia
wajib menjadi peserta Program Jaminan Sosial
2. Pasal 15 ayat 1
Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta
kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.
3. Pasal 15 ayat 2
Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan
benar kepada BPJS.
4. Pasal 17 ayat 1
Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dan setiap orang yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif.

III. Tujuan
Tujuan Umum :
Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi seluruh karyawan Rumah Sakit Islam -.

Tujuan Khusus :
1. Membantu karyawan dan keluarga karyawan dalam mengikuti program jaminan sosial
sebagaimana diwajibkan dalam UU RI Nomor 24 tahun 2011 pasal 14.
2. Menjalankan kewajiban sebagai pemberi kerja dalam mengikuti program jaminan sosial.
3. Memastikan setiap karyawan yang bertugas di Rumah Sakit Islam - telah terdaftar sebagai
peserta program jaminan sosial kesehatan.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Sosialisasi mengenai Program Jaminan Sosial Kesehatan bagi penerima upah yang
diselenggarakan oleh Rumah Sakit Islam -.
2. Mendaftarkan setiap karyawan dan keluarganya dalam Program Jaminan Sosial
Kesehatan.
Sesuai ketentuan yang berlaku besarnya iuran Program Jaminan Sosial Kesehatan
adalah sebesar 4,5% dari gaji yang dibayarkan setiap bulan, terdiri dari 4% dibayar
oleh pemberi kerja dan 0,5% dibayar oleh peserta.
Anggota keluarga yang ditanggung dengan iuran tersebut di atas adalah:
a. Keluarga inti meliputi istri/suami anak sah (anak kandung), anak tiri, dan/atau
anak angkat, sebanyak-banyaknya 5 orang.
b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah,
dengan kriteria:
 Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri.
 Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
3. Mendaftarkan keluarga tambahan dari setiap karyawan bilamana ada, untuk menjadi
peserta Program Jaminan Sosial Kesehatan.
Iuran untuk keluarga tambahan pekerja penerima upah yang terdiri dari anak ke 4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar 1% (satu persen) dari
gaji/upah per orang perbulan, dibayar oleh pekerja penerima upah dengan
melampirkan surat pernyataan.
4. Memastikan setiap karyawan yang bertugas di Rumah Sakit Islam - telah terdaftar
sebagai peserta program jaminan sosial kesehatan. Dalam hal ini, bila karyawan yang
bersangkutan tidak bersedia mengikuti Program Jaminan Sosial Kesehatan melalui
Rumah Sakit Islam - harus menunjukkan bukti keikutsertaannya dalam program ini
melalui mekanisme yang telah ditetapkan oleh perundangan yang berlaku.
1. Peserta Jamkesmas dapat tetap menjadi peserta Jamkesmas dimana iuran setiap
bulannya dibiayai oleh pemerintah atau beralih menjadi BPJS Kesehatan Non
PBI (Pekerja Penerima Upah) dengan mengikuti aturan sama dengan karyawan
lain yang bukan peserta Jamkesmas.
2. Bagi yang suami/istrinya PNS atau bekerja di perusahaan swasta/BUMN dapat
dapat memilih salah satu.
3. Bagi karyawan yang tidak mendaftar sebagai peserta Program Jaminan Sosial
Kesehatan melalui Rumah Sakit Islam - harus menunjukkan bukti
kepesertaannya.

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Sosialisasi mengenai Program Jaminan Sosial Kesehatan bagi penerima upah yang
diselenggarakan oleh Rumah Sakit Islam - dilakukan oleh kepala instalasi.
2. Setiap karyawan wajib mengisi form pendaftaran secara lengkap dan benar.
3. Setiap karyawan wajib melengkapi syarat-syarat pendaftaran sebagai berikut:
a. Form Pendaftaran
b. Foto 3x4 kecuali balita
c. Fotokopi Kartu Keluarga
d. Fotokopi KTP (harus sudah E-KTP)
e. Fotokopi Akte Kelahiran
f. Fotokopi Surat Nikah
4. Setiap karyawan harus terdaftar di Fasilitas Kesehatan (Faskes) tingkat pertama yang
telah bekerja sama dengan BPJS. Pemilihan Faskes mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Faskes 1 dipilih sendiri oleh peserta dan dapat berbeda-beda untuk setiap anggota
keluarga karena mempertimbangkan tempat tinggal yang terkadang tidak satu
rumah.
b. Peserta dapat mengajukan mutasi Faskes 1 setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan.
5. Karyawan yang tidak ikut dalam pendaftaran peserta BPJS Kesehatan pekerja
penerima upah yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Islam - harus membuat surat
pernyataan disertai dengan fotokopi kartu kepesertaan jaminan kesehatan lain yang
telah diikuti seperti:
a. Kartu BPJS Mandiri
b. Kartu BPJS dari tempat kerja suami/istri (Mutasi dari JPK Jamsostek)
c. Kartu Askes bagi yang suami/istri PNS
d. Pemegang kartu Jamkesmas
6. Formulir yang telah diisi secara lengkap beserta persyaratan yang harus dipenuhi
dikumpulkan secara kolektif melalui kepala instalasi ke sekretariat.
7. Sekretariat akan melakukan tahap pendaftaran selanjutnya sampai setiap karyawan
yang mengikuti program ini mendapatkan kartu kepesertaan BPJS.

VI. Sasaran
1. Setiap karyawan wajib mengikuti program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) bagi pekerja penerima upah yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit
Islam -.
2. Karyawan yang tidak mengikuti program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) bagi pekerja penerima upah yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit
Islam - harus membuat surat pernyataan dan melampirkan fotokopi kartu kepesertaan
dalam program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)

VII. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Program

2018
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 12
0 1
1 Pengumpulan Form
Pendaftaran Peserta
BPJS bagi staf yang
belum menjadi
peserta BPJS
2 Pelaksanaan Program
BPJS
3 Evaluasi Pelaksanaan
Program BPJS

VIII. Evaluasi dan Pelaporan Program


Evaluasi proses sosialisasi dan pendaftaran akan dilakukan oleh sekretariat. Pihak
sekretariat akan berkoordinasi dengan kepala instalasi bila ada karyawan yang masih
belum mengembalikan formulir pendaftaran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Selanjutnya akan dilaksanakan evaluasi mengenai pelaksanaan program pelayanan


kesehatan melalui BPJS. Sementara ini karyawan masih dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang oleh staf medis di Rumah Sakit Islam -.
Terhitung sejak 1 April 2015 karyawan mengikuti program pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketetapan BPJS. Bila ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan secara langsung
oleh staf medis di Rumah Sakit Islam -, karyawan mengikuti prosedur sebagai pasien
umum.

Selanjutnya staf baru yang belum menjadi peserta BPJS akan diberi penjelasan mengenai
program BPJS dan difasilitasi untuk mendaftar sebagai peserta BPJS.

Perubahan penyelenggaraan program pelayanan kesehatan ini akan dievaluasi dan


dilaporkan secara berjenjang sampai ke direksi dan bilamana perlu akan dibuat peraturan
khusus terkait masalah yang timbul akibat perubahan sistem pelayanan kesehatan bagi
karyawan Rumah Sakit Islam -.

BAB V

PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

I. Pendahuluan
Staf rumah sakit yang bertugas di unit laboratorium dan radiologi memiliki resiko
mengalami gangguan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan staf rumah sakit
yang lain. Staf di unit laboratorium beresiko tinggi terpapar penyakit infeksius
dari spesimen dari pasien seperti darah, urine, faeces, sputum, dan lain-lain.
Sementara staf di unit radiologi beresiko terpapar radiasi.

Pencegahan utama dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja staf di unit
laboratorium dan radiologi adalah menetapkan SPO dalam menjalankan tugas di
unit terkait dan memastikan setiap staf bekerja sesuai SPO yang berlaku. Rumah
Sakit Islam - juga memberikan program makanan tambahan bagi staf
laboratorium dan radiologi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
staf yang bersangkutan.

II. Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kesehatan staf di unit laboratorium dan radiologi
melalui pemberian makanan tambahan.

III. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Pemberian makanan tambahan pada staf laboratorium berupa susu dan telur.
2. Pemberian makanan tambahan pada staf radiologi berupa susu dan telur.

IV. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pemberian makanan tambahan berupa susu dan telur bagi staf laboratorium
dan radiologi dilakukan setiap bulan sekali.
2. Pemberian berupa paket susu kemasan sachet dan telur masing-masing
sebanyak jumlah hari kerja untuk setiap staf.
3. Pada akhir bulan laboratorium dan radiologi memberikan informasi jumlah
telur dan susu yang perlu disediakan ke bagian logistik.
4. Jumlah sesuai dengan total hari kerja dari seluruh staf di unit terkait.
5. Selanjutnya bagian logistik bekerja sama dengan bagian gizi dalam
pengadaan paket makanan tambahan dimana susu kemasan sachet disediakan
oleh bagian logistik sedangkan pengadaan telur melalui bagian gizi.
6. Setelah siap, paket akan diambil oleh unit yang bersangkutan untuk dibagikan
pada masing-masing staf sesuai jumlah hari kerjanya di RSI -.

V. Sasaran
Setiap staf Laboratorium dan Radiologi mendapat paket makanan tambahan
berupa susu dan telur yang dapat dikonsumsi setiap bertugas di RSI - untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan staf yang bersangkutan dalam menjalani
tugas di unit rentan paparan penyakit infeksius atau radiasi.

VI. Skedul

2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelaksanaan Program
Pemberian Makanan
Tambahan
2 Evaluasi Program
Pemberian Makanan
Tambahan

VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Evaluasi pendistribusian untuk unit laboratorium dan radiologi dapat dilihat
dari laporan pengambilan di bagian logistik dan gizi.
2. Evaluasi pendistribusian bagi masing-masing staf dapat dilihat dari laporan
penerimaan paket di unit laboratorium dan radiologi.
3. Laporan selanjutnya akan diserahkan ke Tim K3RS

BAB V

PROGRAM MEDICAL CHECK UP

I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf
rumah sakit yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya.
Program Medical Check Up atau pemeriksaan kesehatan bagi staf Rumah Sakit Islam -
adalah salah satu upaya untuk menjaga kondisi kesehatanstaf rumah sakit.

Pelaksanaan medical check up bagi staf Rumah Sakit Islam - secara umum dapat dibagi
dua yaitu yang dilaksanakan secara rutin berkaitan dengan pelaksanaan prosedur atau
peraturan yang berlaku dan yang dilaksanakan secara sporadis dimana dipandang perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi seorang staf staf rumah sakit.

II. Latar Belakang


Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit harus terus dijalankan berdasarkan peraturan yang berlaku. Slah satu
upaya pemerintah dalam mewujudkan hal ini adalah dengan melakukan penilaian atau
akreditasi terhadap seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia.

Hal ini telah dinyatakan dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1,
menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.

Sistem Akreditasi Rumah Sakit yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 perlu terus
disempurnakan selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

Untuk itu diperlukan adanya standar akreditasi agar setiap rumah sakit memiliki
gambaran bagaimana seharusnya melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar
yang digunakan dalam akreditasi rumah sakit saat ini adalah yang ditetapkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Salah satu standar yang tercantum dalam standar KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
8.4 adalah Rumah sakit menyediakan Program Kesehatan dan Keselamatan dimana
dalam penjabarannya rumah sakit diharapkan menyediakan skrining kesehatan pada awal
diterima bekerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Standar inilah yang akan
diimplementasikan dalam Program Medical Check Up Rumah Sakit Islam -.

III. Tujuan
Tujuan Umum
Menyediakan fasilitas medical check up atau pemeriksaan kesehatan bagi staf Rumah
Sakit Islam - untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus
1. Memperoleh tenaga kerja yang sehat dan tidak mengidap penyakit yang berpotensi
menular melalui pemeriksaan kesehatan rutin bagi calon pegawai Rumah Sakit Islam
-.
2. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin bagi karyawan yang terpapar faktor
resiko gangguan kesehatan seperti staf bagian Radiologi Rumah Sakit Islam -.
3. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan yang beresiko terpapar
penyakit infeksius berkaitan tugas yang dilaksanakan di Rumah Sakit Islam -.
4. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan berkaitan dengan kondisi
khusus yang dialami karyawan Rumah Sakit Islam -.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Pelaksanaan Skrining Calon Karyawan Rumah Sakit Islam -
a. Setiap calon karyawan wajib menjalani pemeriksaan awal sebelum mulai
bertugas di Rumah Sakit Islam -.
b. Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan
buta warna, dan pemeriksaan HbsAg untuk mengetahui apakah calon karyawan
tersebut terinfeksi virus Hepatitis type B atau tidak.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan secara rutin bagi petugas Radiologi Rumah
Sakit Islam - berkaitan dengan syarat perpanjangan izin Alat Radiologi oleh
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
a. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan (laboratorium) dilakukan secara rutin setiap
6bulan sekali.
b. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
- Darah rutin
- Ureum, Creatinin
- SGOT, SGPT
- Urine rutin
- GDS
3. Pemeriksaan HbsAg bagi staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar
virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
a. Pemeriksaan dilakukan melalui mekanisme pelayanan kesehatan
karyawan.
b. Hasil pemeriksaan selanjutnya ditindaklanjuti dengan vaksinasi
Hepatitis B untuk memproteksi karyawan dari resiko terinfeksi virus
Hepatitis type B.
4. Pemeriksaan kesehatan secara khusus bagi karyawan berkaitan dengan kondisi
kesehatan dan pelaksanaan tugas di Rumah Sakit Islam -.
a. Karyawan yang sering tidak dapat menjalankan tugas karena alasan
kesehatan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan yang diperlukan
agar dapat dinilai secara obyektif mengenai kemampuan yang
bersangkutan dalam menjalankan tugas.
b. Karyawan yang pernah mengalami cedera atau kelainan fisik sejak
lahir dirujuk untuk menjalanipemeriksaan kesehatan yang diperlukan
agar dapat dinilai secara obyektif mengenai kemampuan yang
bersangkutan dalam menjalankan tugas.

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pelaksanaan Skrining Calon Karyawan Rumah Sakit Islam -.
a. Calon karyawan diberikan surat perintah untuk melakukan skrining calon
karyawan di Poli Umum.
b. Dokter Poli Umum melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum dan tes buta
warna pada calon karyawan.
c. Dokter Poli Umum memberikan pengantar pemeriksaan HbsAg ke unit
laboratorium pada calon karyawan.
d. Dokter Poli Umum selanjutnya memberikan rekomendasi mengenai kelayakan
calon karyawan untuk bekerja di Rumah Sakit Islam - berdasarkan pemeriksaan
fisik dan hasil tes HbsAg.
e. Form pemeriksaan kesehatan calon karyawan diserahkan pada unit sekretariat
untuk kelengkapan prosedur penerimaan staf.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan secara rutin bagi petugas Radiologi Rumah
Sakit Islam - berkaitan dengan syarat perpanjangan izin Alat Radiologi oleh
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
a. Petugas Radiologi meminta pengantar pemeriksaan laboratorium (Darah rutin,
Urine rutin, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, dan GDS) dari dokter Poli Umum.
b. Hasil pemeriksaan selanjutnya digunakan sebagai kelengkapan pengajuan
perpanjangan izin Alat Radiologi ke BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga
Nuklir).
3. Pemeriksaan HbsAg bagi staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar
virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
a. Karyawan meminta pengantar pemeriksaan laboratorium HbsAg dari dokter
Poli Umum.
b. Hasil pemeriksaan dicatat dalam rekam medis karyawan, selanjutnya
ditindaklanjuti dengan vaksinasi Hepatitis B untuk memproteksi karyawan dari
resiko terinfeksi virus Hepatitis type B.
4. Pemeriksaan kesehatan secara khusus bagi karyawan berkaitan dengan kondisi
kesehatan dan pelaksanaan tugas di Rumah Sakit Islam -.
a. Karyawan yang sering tidak dapat menjalankan tugas karena alasan kesehatan.
1. Dokter Poli Umum/IGD membuat rujukan ke Dokter Spesialis dan/atau
pengantar pemeriksaan laboratorium/radiologi sesuai dengan gangguan
kesehatan yang diderita karyawan.
2. Hasil pemeriksaan selanjutnya akan dilaporkan secara berjenjang sampai ke
direksi untuk dasar pengambilan keputusan terhadap status karyawan yang
bersangkutan berkaitan dengan kelayakan kondisi kesehatan untuk
menjalankan tugas di Rumah Sakit Islam -.
b. Karyawan yang pernah mengalami cedera atau kelainan fisik sejak lahir
1. Dokter Poli Umum/IGD membuat rujukan ke Dokter Spesialis dan/atau
pengantar pemeriksaan laboratorium/radiologi sesuai dengan kelainan yang
diderita karyawan.
2. Hasil pemeriksaan selanjutnya akan dilaporkan secara berjenjang sampai ke
direksi untuk dasar pengambilan keputusan terhadap status karyawan yang
bersangkutan berkaitan dengan kelayakan kondisi kesehatan untuk
menjalankan tugas di Rumah Sakit Islam -.

VI. Sasaran
1. Pelaksanaan Skrining Calon Karyawan Rumah Sakit Islam -
a. Skrining kesehatan harus dilakukan oleh setiap calon karyawan Rumah Sakit
Islam -.
b. Setiap karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Islam - harus terbukti layak
bekerja sesuai standar pemeriksaan yang telah ditetapkan yaitu sehat secara
fisik, tidak buta warna, dan tidak pernah terinfeksi virus Hepatitis type B (Hasil
tes HbsAg negatif/non reaktif).
c. Penyimpangan dari sasaran ini dapat ditoleransi bila ada ketetapan khusus dari
direksi misalnya penempatan karyawan yang terdeteksi memiliki kelainan buta
warna di bagian administrasi.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan secara rutin bagi petugas Radiologi Rumah
Sakit Islam -.
a. Setiap petugas radiologi Rumah Sakit Islam - harus menjalani pemeriksaan
kesehatan secara berkala (pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, Urine rutin,
Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, dan GDS) sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Saat ini pemeriksaan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali, diharapkan
selanjutnya dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali sesuai dengan ketentuan pada
UU
3. Pemeriksaan HbsAg bagi staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar
virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
a. Setiap staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis
type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry) harus menjalani pemeriksaan
HbsAg.
b. Saat ini pemeriksaan HbsAg dilakukan secara individual oleh karyawan melalui
mekanisme pelayanan kesehatan karyawan Rumah Sakit Islam -, diharapkan
selanjutnya pemeriksaan dapat dilakukan secara terstruktur/ditetapkan jadwal
tertentu bagi setiap karyawan yang beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis type
B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
c. Diperoleh data yang akurat jumlah karyawan yang telah melakukan pemeriksaan
HbsAg meliputi nama,tanggal pemeriksaan terakhir, dan ada/tidaknya tindak
lanjut vaksinasi Hepatitis B setelah pemeriksaan HbsAg.
d. Penyusunan Proposal Program Pemeriksaan HbsAg bagi karyawan yang
beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium,
Laundry) yang belum melakukan pemeriksaan HbsAg dalam 2 tahun terakhir.
4. Pemeriksaan kesehatan secara khusus bagi karyawan berkaitan dengan kondisi
kesehatan dan pelaksanaan tugas di Rumah Sakit Islam -.
a. Setiap gangguan kesehatan atau kelainan yang diderita oleh karyawan Rumah
Sakit Islam - yang mengganggu kinerja di tempat kerja perlu segera
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan evaluasi yang lebih teliti agar dapat
segera diambil keputusan yang tepat bagi kepentingan karyawan dan pelayanan
di Rumah Sakit Islam -.

VII. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Program

Tahun 2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skrining Calon
1
Karyawan
Pemeriksaan Petugas
2
Radiologi
Pendataan karyawan
3 yang sudah menjalani
pemeriksaan HbsAg
Penyusunan Proposal
4
Pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan
kesehatan khusus
5
(bila dijumpai kasus
tertentu)

VIII. Evaluasi dan Pelaporan


1. Pelaksanaan Skrining Calon Karyawan Rumah Sakit Islam -
a. Pencatatan hasil skrining calon karyawan pada rekam medis dan form hasil
pemeriksaan calon karyawan dilakukan oleh dokter poli umum yang melakukan
pemeriksaan.
b. Pencatatan hasil pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap.
c. Form hasil pemeriksaan calon karyawan dikembalikan ke unit sekretariat dan
selanjutnya akan dilaporkan pada Direksi untuk penetapan status calon
karyawan.
d. Bila karyawan dinyatakan diterima form hasil pemeriksaan selanjutnya akan
disimpan dalam file kepegawaian.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan secara rutin bagi petugas Radiologi Rumah
Sakit Islam -.
a. Pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium pada rekam medis dilakukan oleh
dokter poli umum yang merujuk ke unit laboratorium.
b. Hasil pemeriksaan selanjutnya dilaporkan pada koordinator unit/kepala instalasi
untuk selanjutnya digunakan sebagai syarat pengajuan ijin perpanjangan izin
Alat Radiologi oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
3. Pemeriksaan HbsAg bagi staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar
virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
a. Pendataan karyawan berkaitan dengan pemeriksaan HbsAg meliputi:
- Tanggal dilakukan pemeriksaan
- Hasil Pemeriksaan
- Tindak lanjut vaksinasi Hepatitis B
b. Pendataan dilakukan oleh koordinator masing-masing unit
c. Data yang terkumpul selanjutnya dilaporkan pada Tim K3RS untuk dijadikan
dasar dalam pengajuan proposal pemeriksaan HbsAg bagi seluruh karyawan
Rumah Sakit Islam -.

BAB VI

PROGRAM VAKSINASI DAN IMUNISASI STAF

I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf
rumah sakit yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya.
Program Vaksinasi dan Imunisasi bagi staf Rumah Sakit Islam - adalah salah satu upaya
untuk menjaga dan melindungi kondisi kesehatan staf rumah sakit.

Hepatitis B adalah salah salah satu penyakit infeksius berbahaya yang bisa dicegah
dengan vaksinasi. Penularannya dapat melalui darah dan cairan tubuh dari penderitanya.
Cara penularan ini yang membuat tenaga kesehatan rentan terpapar virus Hepatitis B.

II. Latar Belakang


Hepatitis B kronik adalah faktor predisposisi terjadinya sirosis hati dan karsinoma hati.
Sekitar 25% penderita hepatitis B kronik meninggal karena sirosis hati dan karsinoma
hati. Fakta ini menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi pentingnya diadakan
program vaksinasi hepatitis B bagi setiap tenaga kesehatan.

Salah satu standar yang tercantum dalam standar KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
8.4 adalah Rumah sakit menyediakan Program Kesehatan dan Keselamatan dimana dalam
penjabarannya rumah sakit diharapkan menyediakan program Imunisasi pencegahan bagi
staf yang rentan terpapar penyakit infeksius.

III. Tujuan
Memberikan fasilitas bagi pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B bagi staf Rumah Sakit Islam
- yang rentan terpapar Hepatitis B berkaitan dengan tugasnya memberikan pelayanan
pada pasien di rumah sakit.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan Pokok
1. Pembuatan proposal program vaksinasi hepatitis B bagi staf Rumah Sakit Islam -.
2. Penyusunan jadwal pelaksanaan program vaksinasi hepatitis B bagi staf Rumah
Sakit Islam -.
3. Evaluasi pelaksanaan program vaksinasi hepatitis B bagi staf Rumah Sakit Islam
-.

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pembuatan Proposal Program Vaksinasi Hepatitis B
Dasar pembuatan proposal adalah data mengenai riwayat pemeriksaan HbsAg
dan pelaksanaan vaksinasi Hepatitis dari seluruh staf Rumah Sakit Islam -.
Dari data tersebut, dibuat daftar karyawan yang beresiko tinggi terpapar infeksi
Hepatitis B namun belum pernah imunisasi Hepatitis B.
Selanjutnya daftar karyawan ini akan diajukan dalam proposal program imunisasi
Hepatitis B.
2. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Program Imunisasi Hepatitis B
Setelah proposal disetujui Tim K3RS segera menyusun jadwal pelaksanaan
Imunisasi Hepatitis B.
3. Evaluasi Program Imunisasi Hepatitis B
Tim K3RS akan melakukan evaluasi pelaksanaan program Imunisasi Hepatitis B
meliputi prosentase karyawan yang melakukan imunisasi sesuai jadwal yang
telah ditetapkan, kendala yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi kendala yang
terjadi.
VI. Sasaran
1. Proposal program Imunisasi Hepatitis B diajukan maksimal 1 bulan setelah
pengumpulan data riwayat pemeriksaan HbsAg dan Imunisasi Hepatitis B selesai.
2. Pelaksanaan program Imunisasi Hepatitis B dilaksanakan maksimal 1 bulan setelah
proposal mendapat persetujuan dari Direksi.
3. Evaluasi dilakukan selama dan setelah pelaksanaan imunisasi Hepatitis B dilakukan
sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
4. Diharapkan seluruh staf yang terdaftar dalam program ini, melakukan imunisasi
sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

VII. Skedul Pelaksanaan

N Tahun 2018
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pendataan
karyawan yang
belum
melakukan
imunisasi
Hepatitis B
Penyusunan
Proposal
2 Program
Imunisasi
Hepatitis B
Pelaksanaan
Program
3
Imunisasi
Hepatitis B
Evaluasi
Pelaksanaan
4 Program
Imunisasi
Hepatitis B
VIII. Evaluasi Pelaksanaan dan Pelaporan
1. Tim K3RS akan mengevaluasi apakah program imunisasi Hepatitis B dapat
dijalankan sesuai skedul yang telah ditetapkan dan bilamana tidak sesuai dengan
skedul perlu dievaluasi faktor penyebab dan solusi yang harus dilakukan.
2. Pelaporan pelaksanaan program Imunisasi Hepatitis B dilakukan oleh unit dimana
staf yang ditetapkan untuk mengikuti program ini bertugas.
3. Laporan selanjutnya diserahkan pada Tim K3RS untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti.
4. Tim K3RS selanjutnya akan melaporkan evaluasi dan pelaksanaan program Imunisasi
Hepatitis B pada Direksi.

IX. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dilakukan dilakukan oleh unit dimana staf yang ditetapkan untuk
mengikuti program ini bertugas meliputi nama staf dan tgl dilakukan imunisasi
Hepatitis B.
2. Laporan Staf yang sudah melakukan imunisasi dilaporkan kepala unit pada Tim
K3RS.
3. Tim K3RS akan mengevaluasi prosentase staf yang sudah menjalankan imunisasi
Hepatitis B, kendala yang dijumpai selama pelaksanaan program, dan solusi yang
diambil untuk mengatasi kendala yang terjadi.
4. Evaluasi dari Program Imunisasi Hepatitis B dilaporkan kepada Direksi oleh Tim
K3RS.

BAB VII
PROGRAM PENATALAKSANAAN STAF YANG TERPAPAR
PENYAKIT INFEKSIUS

II. Pendahuluan
Dalam menjalankan tugasnya staf rumah sakit terutama yang terkait langsung dalam
memberikan pelayanan kepada pasien beresiko mengalami cedera seperti tertusuk
benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai
kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah,pisau,skalpel,gunting,atau benang kawat.

Staf rumah sakit juga beresiko tinggi terpapar penyakit infeksius karena kontak
dengan cairan tubuh pasien yang beresiko tinggi sebagai sumber penularan beberapa
penyakit infeksius seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV yaitu darah, cairan
sperma, sekret vagina, cairan cerebro spinal.

III. Latar Belakang


Program kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit penting untuk menjaga
kesehatan, kepuasan, dan produktifitas staf. Keselamatan staf juga menjadi bagian
dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.

Rumah sakit harus memberi orientasi dan melatih staf, menyediakan tempat kerja
yang aman, memelihara peralatan biomedis dan peralatan lainnya, mencegah atau
mengendalikan infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dan berbagai faktor lain
yang menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.

Untuk itu Rumah Sakit Islam - menyusun program penatalaksanaan tertusuk jarum
dan benda tajam sebagai salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.

IV. Tujuan
Membuat program yang memfasilitasi staf rumah sakit tentang bagaimana cara
melapor, memperoleh pengobatan dan menerima konseling serta tindak lanjut atas
cedera seperti tertusuk jarum, terpapar penyakit infeksius

V. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Menyusun SPO Penatalaksanaan Tertusuk Benda Tajam dan Terpapar Penyakit
Infeksius.
2. Mensosialisasikan SPO Penatalaksanaan Tertusuk Benda Tajam dan Terpapar
Penyakit Infeksius.
3. Melakukan Evaluasi pelaksanaan SPO Penatalaksanaan Tertusuk Benda Tajam
dan Terpapar Penyakit Infeksius.

Hal-hal penting yang harus tercantum dalam SPO Penatalaksanaan Tertusuk Benda
Tajam dan Terpapar Penyakit Infeksius adalah sebagai berikut:

Prosedur penatalaksanaan tersuk jarum bekas pakai dan benda tajam:

1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1. Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
mengalir.
2. Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3. Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata
2. Penanganan Lanjutan
a. Bila terjadi di luar jam kerja segera Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk
penatalaksanaan selanjutnya
b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan
membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja
3. Laporan dan Pendokumentasian
a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian
mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah
sumber yang mencemari (banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam ( pasien
dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B,
apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang
hamil/menyusui
d. Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar diperiksa
status HIV, HBV, HCV
e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi
tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat
dilakukan konseling
f. Profilaksis Pasca Pajanan
1. Pasca Pajanan HIV
b. Apabila status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca Pajanan
berupa obat ARV 4 jam setelah paparan , maksimal 48 -72 jam
diberikan selama 28 hari
c. Tes HIV dilakukan setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.

2. Pasca Pajanan Hepatitis B


a. Jika pernah vaksinasi, periksa anti HBs
1. Anti HBs (+), titer ≤ 10, lakukan Booster
2. Anti HBs (+), Titer ≥ 10, lakukan observasi
b. Jika belum pernah vaksinasi maka:
1. Segera vaksinasi sesuai standar
2. Cek HBsAg bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6
3. Jika HbsAg (+), rujuk ke Gastrohepatologi Penyakit Dalam
untuk penanganan lebih lanjut

3. Evaluasi pencemaran berdasarkan mode, rute, beratnya yang terpapar:

a. Cairan resiko tinggi yang perlu diwaspadai dan dapat menimbulkan


pencemaran adalah darah, cairan sperma, sekret vagina, cairan cerebro
spinal

b. Cairan tubuh yang tidak menimbulkan pencemaran : urine, sputum non


purulen, ingus, air mata keringat, faeses

c. Evaluasi yang terpapar pasien terinfeksi hepatitis B dan HIV, yang


perlu di follow up, dengan indikasi :

1. Tertusuk jarum
2. Terpapar cairan tubuh pada mukosa
3. Terpapar pada kulit yang tidak utuh/bekas luka
4. Terpapar seranggayang bekas menggigit pasien dengan kasus HIV
atau Hepatitis B

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Sosialisasi SPO Penatalaksanaan Tertusuk Jarum pada seluruh staf terutama
yang beresiko tertusuk jarum atau benda tajam dan terpapar penyakit infeksius
seperti perawat, bidan, petugas laboratorium, petugas laundry dan cleaning
service. Sosialisasi dapat melalui:
a) Kepala unit masing-masing
b) Pelatihan rutin bagi staf mengenai Program PPI (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi)
2. Evaluasi Pelaksanaan SPO melalui masing-masing kepala unit mengenai:
a) Ada tidaknya kasus tertusuk jarum atau benda tajam dan terpapar penyakit
infeksius di unitnya.
b) Bila ada kasusnya, apakah sudah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan
SPO.
VII. Sasaran
1. Setelah sosialisasi diharapkan seluruh staf rumah sakit mengetahui prosedur
yang harus dilakukan bila terjadi cedera akibat jarum atau benda tajam dan
paparan penyakit infeksius.
2. Setiap kasus yang terjadi dilaporkan dengan lengkap sesuai dengan prosedur
dalam SPO.

VIII. Skedul Pelaksanaan

2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Refreshing SPO
2 Pelaksanaan SPO
3 Evaluasi Pelaksanaan
SPO

IX. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Pelaporan dilakukan oleh unit tempat terjadinya kecelakaan.
2. Kepala unit tempat terjadinya kecelakaan harus memastikan penatalaksanaan
dan kelengkapan laporan sesuai SPO.
3. Laporan diserahkan pada tim K3RS dan Komite PPI Rumah Sakit Islam - untuk
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
X. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan
1. Pencatatan dilakukan oleh unit tempat terjadinya kecelakaan
2. Data yang dicatat harus lengkap sesuai dengan SPO
3. Laporan yang sudah lengkap ditandatangani kepala unit dan diserahkan pada
tim K3RS dan Komite PPI
4. Tim K3RS dan Komite PPI selanjutnya akan mengadakan pertemuan khusus
untuk membahas kecelakaan yang terjadi, mengevaluasi apakah
penatalaksanaan sudah sesuai dengan SPO, dan menetapkan tindak lanjut yang
harus dilakukan agar kecelakaan tersebut tidak terulang.

BAB VIII
PROGRAM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

Kebijakan Manajemen Kegawatdaruratan/Kewaspadaan Bencana & Kebakaran


Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk mengelola kondisi gawat darurat/bencana/kejadian
luar biasa serta kebakaran melalui:
a. Melaksanakan identifikasi potensi kedaruratan dan kebakaran;
b. Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk penanganan kedaruratan dan kebakaran;
c. Menetapkan tim tanggap darurat termasuk tugas dan tanggung jawabnya serta kompetensi yang
dibutuhkan;
d. Menetapkan rencana/prosedur penanggulangan kedaruratan dan kebakaran yang meliputi
pencegahan, deteksi dini/early warning, penghentian (supresi), pemadaman, evakuasi, mitigasi,
sampai dengan penanganan pasca bencana/kedaruratan dan kebakaran;
e. Melakukan uji coba/simulasi secara berkala untuk setiap potensi kedaruratan/bencana dan
kebakaran termasuk menguji setiap infrastruktur yang terkait dengan deteksi dini/early warning
dan penghentian (supresi) serta mendokumentasikan pelaksanaan uji coba/simulasi tersebut;
f. Melaksanakan pelatihan ataupun edukasi secara berkala kepada seluruh staf RS dan penghuninya
mengenai kesiapan menghadapi kedaruratan/bencana dan kebakaran.

BAB IX
PROGRAM PENANGGULANGAN BAHAYA KEKERASAN DI TEMPAT
KERJA

Kekerasan baik secara fisik maupun verbal di tempat kerja dapat terjadi terhadap staf rumah sakit. Hal
ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka tindak kekerasan di Rumah Sakit. Terjadinya kekerasan
di tempat kerja disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor individu menjadi peranan utama.
Sebagai contoh, sebagaian besar pekerja kesehatan adalah perempuan, pasien dengan gangguan
mental atau pengguna obat/alkohol, yang memungkinkan terjadinya resiko tinggi kekerasan terhadap
pekerja kesehatan.

Perlindungan terhadap kekerasan ditempat kerja juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perlindungan dan program mutu keselamatan dan kesehatan kerja. Maka RSI - melakukan beberapa
hal sebagai berikut untuk melindungi keselamatan staf rumah sakit dari bahaya kekerasan :

1. Menyusun regulasi mengenai keselamatan staf dan penanganan kekerasan di tempat kerja.
2. Berusaha menyediakan lingkungan kerja yang aman
3. Menyediakan prosedur cara pelaporan, mendapatkan pengobatan, menerima konseling dan dan
penanganan cedera yang berkaitan dengan kekerasan di tempat kerja.
4. Melakukan identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di rumah sakit untuk mencegah bahaya
kekerasan di area kerja staf rumah sakit
5. Melakukan sosialisasi dan pelatihan yang berkaitan dengan bahaya kekerasan di area rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai