RUMAH SAKIT
PROGRAM K3RS
BAB I
PENDAHULUAN
Program Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit(K3RS) merupakan salah satu bagian penting
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini karena
Program K3RS berperan dalam menjaga kesehatan, kepuasan, keamanan dan produktifitas kerja staf
rumah sakit. Bila program ini dijalankan dengan baik akan menghasilkan staf yang sehat dan memiliki
produktifitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
rumah sakit.
Rumah Sakit diharapkan mampu memberi orientasi dan melatih stafnya, menyediakan tempat kerja
yang aman, memelihara peralatan biomedis dan peralatan lainnya, mencegah atau mengendalikan
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dan berbagai faktor lain yang menentukan kesehatan dan
kesejahteraan staf.
Rumah Sakit Islam - yang memiliki moto “Rumah Sakit Islam Pilihan Masyarakat” telah menetapkan
Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi
Rumah sakit Yang Islami dan menjadi Pilihan Masyarakat
Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik kepada umat tanpa membedakan
suku,agama,ras,sosial dan ekonomi.
2. Berusaha terus-menerus untuk memberikan kepuasan kepeda konsumen dan donor.
3. Menjaga komitmen ,kepuasan karyawan dan kejahteraan setiap pegawai.
Pencapaian Visi dan Misi ini memerlukan dukungan staf rumah sakit yang sehat dan berproduktifitas
tinggi. Untuk itu Rumah Sakit Islam - menyusun Program Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
untuk menjaga kesehatan, kepuasan dan produktifitas staf rumah sakit.
BAB II
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit dengan melaksanakan Program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
Tujuan Khusus
BAB III
LANDASAN HUKUM
Dalam menyusun Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) harus mengacu
pada peraturan perundang-undangan dan peraturan rumah sakit yang berlaku yaitu:
I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf rumah sakit
yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya. Program pelayanan
kesehatan bagi staf Rumah Sakit Islam - adalah salah satu upaya untuk menjaga kondisi kesehatan
staf rumah sakit.
Pelaksanaan pelayanan bagi staf Rumah Sakit Islam - mengikuti peraturan perundangan yang
berlaku yaitu Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Program BPJS sendiri terbagi
menjadi dua jenis yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. BPJS ketenagakerjaan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian,
program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua. Sementara BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
III. Tujuan
Tujuan Umum :
Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi seluruh karyawan Rumah Sakit Islam -.
Tujuan Khusus :
1. Membantu karyawan dan keluarga karyawan dalam mengikuti program jaminan sosial
sebagaimana diwajibkan dalam UU RI Nomor 24 tahun 2011 pasal 14.
2. Menjalankan kewajiban sebagai pemberi kerja dalam mengikuti program jaminan sosial.
3. Memastikan setiap karyawan yang bertugas di Rumah Sakit Islam - telah terdaftar sebagai
peserta program jaminan sosial kesehatan.
VI. Sasaran
1. Setiap karyawan wajib mengikuti program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) bagi pekerja penerima upah yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit
Islam -.
2. Karyawan yang tidak mengikuti program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) bagi pekerja penerima upah yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit
Islam - harus membuat surat pernyataan dan melampirkan fotokopi kartu kepesertaan
dalam program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
2018
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 12
0 1
1 Pengumpulan Form
Pendaftaran Peserta
BPJS bagi staf yang
belum menjadi
peserta BPJS
2 Pelaksanaan Program
BPJS
3 Evaluasi Pelaksanaan
Program BPJS
Selanjutnya staf baru yang belum menjadi peserta BPJS akan diberi penjelasan mengenai
program BPJS dan difasilitasi untuk mendaftar sebagai peserta BPJS.
BAB V
I. Pendahuluan
Staf rumah sakit yang bertugas di unit laboratorium dan radiologi memiliki resiko
mengalami gangguan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan staf rumah sakit
yang lain. Staf di unit laboratorium beresiko tinggi terpapar penyakit infeksius
dari spesimen dari pasien seperti darah, urine, faeces, sputum, dan lain-lain.
Sementara staf di unit radiologi beresiko terpapar radiasi.
Pencegahan utama dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja staf di unit
laboratorium dan radiologi adalah menetapkan SPO dalam menjalankan tugas di
unit terkait dan memastikan setiap staf bekerja sesuai SPO yang berlaku. Rumah
Sakit Islam - juga memberikan program makanan tambahan bagi staf
laboratorium dan radiologi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
staf yang bersangkutan.
II. Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kesehatan staf di unit laboratorium dan radiologi
melalui pemberian makanan tambahan.
V. Sasaran
Setiap staf Laboratorium dan Radiologi mendapat paket makanan tambahan
berupa susu dan telur yang dapat dikonsumsi setiap bertugas di RSI - untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan staf yang bersangkutan dalam menjalani
tugas di unit rentan paparan penyakit infeksius atau radiasi.
VI. Skedul
2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelaksanaan Program
Pemberian Makanan
Tambahan
2 Evaluasi Program
Pemberian Makanan
Tambahan
BAB V
I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf
rumah sakit yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya.
Program Medical Check Up atau pemeriksaan kesehatan bagi staf Rumah Sakit Islam -
adalah salah satu upaya untuk menjaga kondisi kesehatanstaf rumah sakit.
Pelaksanaan medical check up bagi staf Rumah Sakit Islam - secara umum dapat dibagi
dua yaitu yang dilaksanakan secara rutin berkaitan dengan pelaksanaan prosedur atau
peraturan yang berlaku dan yang dilaksanakan secara sporadis dimana dipandang perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi seorang staf staf rumah sakit.
Hal ini telah dinyatakan dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1,
menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Sistem Akreditasi Rumah Sakit yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 perlu terus
disempurnakan selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Untuk itu diperlukan adanya standar akreditasi agar setiap rumah sakit memiliki
gambaran bagaimana seharusnya melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar
yang digunakan dalam akreditasi rumah sakit saat ini adalah yang ditetapkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Salah satu standar yang tercantum dalam standar KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
8.4 adalah Rumah sakit menyediakan Program Kesehatan dan Keselamatan dimana
dalam penjabarannya rumah sakit diharapkan menyediakan skrining kesehatan pada awal
diterima bekerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Standar inilah yang akan
diimplementasikan dalam Program Medical Check Up Rumah Sakit Islam -.
III. Tujuan
Tujuan Umum
Menyediakan fasilitas medical check up atau pemeriksaan kesehatan bagi staf Rumah
Sakit Islam - untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus
1. Memperoleh tenaga kerja yang sehat dan tidak mengidap penyakit yang berpotensi
menular melalui pemeriksaan kesehatan rutin bagi calon pegawai Rumah Sakit Islam
-.
2. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin bagi karyawan yang terpapar faktor
resiko gangguan kesehatan seperti staf bagian Radiologi Rumah Sakit Islam -.
3. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan yang beresiko terpapar
penyakit infeksius berkaitan tugas yang dilaksanakan di Rumah Sakit Islam -.
4. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan berkaitan dengan kondisi
khusus yang dialami karyawan Rumah Sakit Islam -.
VI. Sasaran
1. Pelaksanaan Skrining Calon Karyawan Rumah Sakit Islam -
a. Skrining kesehatan harus dilakukan oleh setiap calon karyawan Rumah Sakit
Islam -.
b. Setiap karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Islam - harus terbukti layak
bekerja sesuai standar pemeriksaan yang telah ditetapkan yaitu sehat secara
fisik, tidak buta warna, dan tidak pernah terinfeksi virus Hepatitis type B (Hasil
tes HbsAg negatif/non reaktif).
c. Penyimpangan dari sasaran ini dapat ditoleransi bila ada ketetapan khusus dari
direksi misalnya penempatan karyawan yang terdeteksi memiliki kelainan buta
warna di bagian administrasi.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan secara rutin bagi petugas Radiologi Rumah
Sakit Islam -.
a. Setiap petugas radiologi Rumah Sakit Islam - harus menjalani pemeriksaan
kesehatan secara berkala (pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, Urine rutin,
Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, dan GDS) sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Saat ini pemeriksaan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali, diharapkan
selanjutnya dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali sesuai dengan ketentuan pada
UU
3. Pemeriksaan HbsAg bagi staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar
virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
a. Setiap staf Rumah Sakit Islam - yang beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis
type B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry) harus menjalani pemeriksaan
HbsAg.
b. Saat ini pemeriksaan HbsAg dilakukan secara individual oleh karyawan melalui
mekanisme pelayanan kesehatan karyawan Rumah Sakit Islam -, diharapkan
selanjutnya pemeriksaan dapat dilakukan secara terstruktur/ditetapkan jadwal
tertentu bagi setiap karyawan yang beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis type
B (Perawat, Petugas Laboratorium, Laundry).
c. Diperoleh data yang akurat jumlah karyawan yang telah melakukan pemeriksaan
HbsAg meliputi nama,tanggal pemeriksaan terakhir, dan ada/tidaknya tindak
lanjut vaksinasi Hepatitis B setelah pemeriksaan HbsAg.
d. Penyusunan Proposal Program Pemeriksaan HbsAg bagi karyawan yang
beresiko tinggi terpapar virus Hepatitis type B (Perawat, Petugas Laboratorium,
Laundry) yang belum melakukan pemeriksaan HbsAg dalam 2 tahun terakhir.
4. Pemeriksaan kesehatan secara khusus bagi karyawan berkaitan dengan kondisi
kesehatan dan pelaksanaan tugas di Rumah Sakit Islam -.
a. Setiap gangguan kesehatan atau kelainan yang diderita oleh karyawan Rumah
Sakit Islam - yang mengganggu kinerja di tempat kerja perlu segera
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan evaluasi yang lebih teliti agar dapat
segera diambil keputusan yang tepat bagi kepentingan karyawan dan pelayanan
di Rumah Sakit Islam -.
Tahun 2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skrining Calon
1
Karyawan
Pemeriksaan Petugas
2
Radiologi
Pendataan karyawan
3 yang sudah menjalani
pemeriksaan HbsAg
Penyusunan Proposal
4
Pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan
kesehatan khusus
5
(bila dijumpai kasus
tertentu)
BAB VI
I. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien diperlukan staf
rumah sakit yang sehat dan dalam kondisi yang prima saat melaksanakan tugasnya.
Program Vaksinasi dan Imunisasi bagi staf Rumah Sakit Islam - adalah salah satu upaya
untuk menjaga dan melindungi kondisi kesehatan staf rumah sakit.
Hepatitis B adalah salah salah satu penyakit infeksius berbahaya yang bisa dicegah
dengan vaksinasi. Penularannya dapat melalui darah dan cairan tubuh dari penderitanya.
Cara penularan ini yang membuat tenaga kesehatan rentan terpapar virus Hepatitis B.
Salah satu standar yang tercantum dalam standar KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
8.4 adalah Rumah sakit menyediakan Program Kesehatan dan Keselamatan dimana dalam
penjabarannya rumah sakit diharapkan menyediakan program Imunisasi pencegahan bagi
staf yang rentan terpapar penyakit infeksius.
III. Tujuan
Memberikan fasilitas bagi pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B bagi staf Rumah Sakit Islam
- yang rentan terpapar Hepatitis B berkaitan dengan tugasnya memberikan pelayanan
pada pasien di rumah sakit.
N Tahun 2018
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pendataan
karyawan yang
belum
melakukan
imunisasi
Hepatitis B
Penyusunan
Proposal
2 Program
Imunisasi
Hepatitis B
Pelaksanaan
Program
3
Imunisasi
Hepatitis B
Evaluasi
Pelaksanaan
4 Program
Imunisasi
Hepatitis B
VIII. Evaluasi Pelaksanaan dan Pelaporan
1. Tim K3RS akan mengevaluasi apakah program imunisasi Hepatitis B dapat
dijalankan sesuai skedul yang telah ditetapkan dan bilamana tidak sesuai dengan
skedul perlu dievaluasi faktor penyebab dan solusi yang harus dilakukan.
2. Pelaporan pelaksanaan program Imunisasi Hepatitis B dilakukan oleh unit dimana
staf yang ditetapkan untuk mengikuti program ini bertugas.
3. Laporan selanjutnya diserahkan pada Tim K3RS untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti.
4. Tim K3RS selanjutnya akan melaporkan evaluasi dan pelaksanaan program Imunisasi
Hepatitis B pada Direksi.
BAB VII
PROGRAM PENATALAKSANAAN STAF YANG TERPAPAR
PENYAKIT INFEKSIUS
II. Pendahuluan
Dalam menjalankan tugasnya staf rumah sakit terutama yang terkait langsung dalam
memberikan pelayanan kepada pasien beresiko mengalami cedera seperti tertusuk
benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai
kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah,pisau,skalpel,gunting,atau benang kawat.
Staf rumah sakit juga beresiko tinggi terpapar penyakit infeksius karena kontak
dengan cairan tubuh pasien yang beresiko tinggi sebagai sumber penularan beberapa
penyakit infeksius seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV yaitu darah, cairan
sperma, sekret vagina, cairan cerebro spinal.
Rumah sakit harus memberi orientasi dan melatih staf, menyediakan tempat kerja
yang aman, memelihara peralatan biomedis dan peralatan lainnya, mencegah atau
mengendalikan infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dan berbagai faktor lain
yang menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.
Untuk itu Rumah Sakit Islam - menyusun program penatalaksanaan tertusuk jarum
dan benda tajam sebagai salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
IV. Tujuan
Membuat program yang memfasilitasi staf rumah sakit tentang bagaimana cara
melapor, memperoleh pengobatan dan menerima konseling serta tindak lanjut atas
cedera seperti tertusuk jarum, terpapar penyakit infeksius
Hal-hal penting yang harus tercantum dalam SPO Penatalaksanaan Tertusuk Benda
Tajam dan Terpapar Penyakit Infeksius adalah sebagai berikut:
1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1. Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
mengalir.
2. Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3. Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata
2. Penanganan Lanjutan
a. Bila terjadi di luar jam kerja segera Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk
penatalaksanaan selanjutnya
b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan
membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja
3. Laporan dan Pendokumentasian
a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian
mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah
sumber yang mencemari (banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam ( pasien
dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B,
apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang
hamil/menyusui
d. Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar diperiksa
status HIV, HBV, HCV
e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi
tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat
dilakukan konseling
f. Profilaksis Pasca Pajanan
1. Pasca Pajanan HIV
b. Apabila status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca Pajanan
berupa obat ARV 4 jam setelah paparan , maksimal 48 -72 jam
diberikan selama 28 hari
c. Tes HIV dilakukan setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.
1. Tertusuk jarum
2. Terpapar cairan tubuh pada mukosa
3. Terpapar pada kulit yang tidak utuh/bekas luka
4. Terpapar seranggayang bekas menggigit pasien dengan kasus HIV
atau Hepatitis B
2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Refreshing SPO
2 Pelaksanaan SPO
3 Evaluasi Pelaksanaan
SPO
BAB VIII
PROGRAM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT
BAB IX
PROGRAM PENANGGULANGAN BAHAYA KEKERASAN DI TEMPAT
KERJA
Kekerasan baik secara fisik maupun verbal di tempat kerja dapat terjadi terhadap staf rumah sakit. Hal
ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka tindak kekerasan di Rumah Sakit. Terjadinya kekerasan
di tempat kerja disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor individu menjadi peranan utama.
Sebagai contoh, sebagaian besar pekerja kesehatan adalah perempuan, pasien dengan gangguan
mental atau pengguna obat/alkohol, yang memungkinkan terjadinya resiko tinggi kekerasan terhadap
pekerja kesehatan.
Perlindungan terhadap kekerasan ditempat kerja juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perlindungan dan program mutu keselamatan dan kesehatan kerja. Maka RSI - melakukan beberapa
hal sebagai berikut untuk melindungi keselamatan staf rumah sakit dari bahaya kekerasan :
1. Menyusun regulasi mengenai keselamatan staf dan penanganan kekerasan di tempat kerja.
2. Berusaha menyediakan lingkungan kerja yang aman
3. Menyediakan prosedur cara pelaporan, mendapatkan pengobatan, menerima konseling dan dan
penanganan cedera yang berkaitan dengan kekerasan di tempat kerja.
4. Melakukan identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di rumah sakit untuk mencegah bahaya
kekerasan di area kerja staf rumah sakit
5. Melakukan sosialisasi dan pelatihan yang berkaitan dengan bahaya kekerasan di area rumah
sakit.