KELOMPOK 4:
Anysah Tatsbita J0313201166
Gilang Dzulfi Ramadhan J0313201106
Hakiem Nashrulloh J0313201059
Siti Abdiyah Wandani J0313201061
Lailia Kusuma Ningrum J0313201157
Viola Aqillah Refianda Olii J0313201013
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum proses kimia flokulasi dan koagulasi yaitu gelas
piala (1000 ml/500 ml), erlenmeyer (250 ml), bulb, corong, spatula, pipet mohr, buret, cawan
petri, neraca hidraulik, termometer, saringan kasar, saringan halus, pH meter, sendok sayur,
dan mixer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air limbah laundry (1000 ml), air limbah
pabrik tahu (1000 ml), H2SO4 pekat, HCl pekat, koagulan (PAC 32%, Fe(Cl)2 dan PAC bubuk),
dan flokulan Al2SO4.
Proses Fisika-Netralisasi-Flokulasi/Koagulasi
Pada proses fisika hal pertama yang dilakukan adalah menuangkan masing-masing air
limbah sebanyak 500 ml ke dalam gelas piala 1000 ml dan 250 ml ke dalam erlenmeyer 250
ml/gelas piala 500 ml. Kemudian lakukan penyaringan dengan saringan kasar di gelas piala
dan saringan halus di erlenmeyer. Kemudian lakukan pengendapan selama 10 menit.
Kemudian hasil pengendapan dituang kedalam gelas piala/erlenmeyer dengan menggunakan
sendok/spatula. Kemudian ukur pH, suhu dan laju pengendapan. Kemudian lakukan proses
netralisasi untuk masing-masing jenis air limbah sampai ketemu pH netral (6-7). Kemudian
lakukan proses koagulasi/flokulasi dengan konsentrasi bervariasi (32% dan 60%) dan
pengadukan cepat (120-150 rpm) selama 1-5 menit untuk koagulasi dan untuk flokulasi
dilakukan pengadukan secara lambat (30-60 rpm) selama 10-20 menit. Kemudian ukur pH air
limbah setelah proses koagulasi/flokulasi. Apabila terjadi perubahan pH maka lakukan
kembali netralisasi sampai dengan pH netral, serta diamati kembali kondisi floc dan berapa
lama waktu yang diperlukan untuk proses pengendapan setelah floc terjadi.
Netralisasi-Flokulasi/Koagulasi
Pada proses flokulasi dan koagulasi hal pertama yang dilakukan yaitu menuangkan masing-
masing air limbah sebanyak 500 ml ke dalam gelas piala 1000 ml. Kemudian ukur pH dan suhu
air limbah. Kemudian lakukan proses koagulasi/flokulasi dengan konsentrasi bervariasi (32%
dan 60%) dan pengadukan cepat (120-150 rpm) selama 1-5 menit untuk koagulasi dan untuk
flokulasi diaduk secara lambat (30-60 rpm) selama 10-20 menit. Kemudian amati perubahan
floc yang terjadi dan kejernihan air limbah. Kemudian ukur pH air limbah setelah proses
koagulasi/flokulasi. Apabila ada perubahan pH maka lakukan kembali netralisasi sampai
ketemu pH netral. Kemudian amati kembali kondisi floc dan berapa lama waktu yang
diperlukan untuk proses pengendapan floc terjadi.
BAB 2
2.1 Hasil
Percobaan pengendapan air limbah tahu dan laundry menghasilkan data sebagai berikut.
Perhitungan :
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌
Keterangan :
A : Volume air limbah sampel (L)
B : Volume air limbah (L)
X : Volume koagulan/flokulan sampel (L)
Y : Volume koagulan/flokulan (L)
Volume Allum untuk 800 m3 limbah Volume Clarifyfloc untuk 800 m3 limbah
tahu tahu
Volume limbah tahu : 200 ml = 0,2 L Volume Limbah tahu : 200 ml = 0,2 L
Volume Allum : 8 ml = 0,008 L Dosis Clarififloc : 2 ml = 0,002 L
𝐴 𝑋 𝐴 𝑋
=𝑌 =𝑌
𝐵 𝐵
y = 32000 L y = 8000 L
Volume Allum untuk 500 m3 limbah
laundry Volume Clarifyfloc untuk 500 m3
Volume Limbah laundry : 200 ml = 0,2 L limbah laundry
Dosis Allum := 6 ml = 0,006 L Volume limbah tahu : 200 ml = 0,2 L
Volume Clarififloc : 2 ml = 0,002 L
𝐴 𝑋 𝐴 𝑋
=𝑌 =𝑌
𝐵 𝐵
y = 3000/0,2 y = 100/0,2
y = 15000 L y = 5000 L
2.2 Pembahasan
Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok berukuran lebih
besar. Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan. Pengadukan pada proses
flokulasi merupakan pemberian energi agar terjadi tumbukan antar partikel tersuspensi dan
koloid agar terbentuk gumpalan (flok) sehingga dapat dipisahkan melalui proses pengendapan
dan penyaringan (Yuliastuti dan Cahyono 2017). Flokulan Al2SO4 merupakan flokulan yang
mudah ditemukan dan umum digunakan oleh masyarakat. Kelebihan flokulan Al2SO4
digunakan untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloid dan bahan-bahan terlarut
lainnya melalui air, sehingga menimbulkan konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air
yang diolah dari pada dalam air mentah itu sendiri. Selain itu, flokulan Al2SO4 memiliki
kelebihan flok yang dihasilkan stabil dan efektif untuk air baku dengan kekeruhan yang tinggi
serta sangat baik untuk dipakai bersama-sama zat koagulan pembantu. Sedangkan kekurangan
dari flokulan Al2SO4 adalah bila pemakaian dosis koagulan yang tidak tepat maka akan
menyebabkan air yang tingkat kekeruhannya rendah akan bertambah keruh, serta flokulan
Al2SO4 cair yang banyak digunakan sering menimbulkan penyumbatan pada pemipaan karena
terjadi pengkristalan Al2O3 bila pada temperatur yang rendah dan konsentrasi yang tinggi
(Mayasari et al. 2019).
● Suhu air. Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi.
Bila suhu air diturunkan, maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi
akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.
● Derajat Keasaman (pH) Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada
daerah pH yang optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang
berbeda satu sama lainnya.
● Jenis Koagulan Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis
dan daya efektivitas dari pada koagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam
bentuk larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbuk atau butiran.
● Kadar ion terlarut Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi
yaitu : pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium,
kalsium dan magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses
koagulasi.
● Tingkat kekeruhan Pada tingkat kekeruhan yang rendah proses destibilisasi akan sukar
terjadi. Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan
berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang
rendah maka pembentukan flok kurang efektif.
● Dosis koagulan Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan
flokulasi sangat tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan
koagulan sesuai dengan dosisyang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok
akan berjalan dengan baik.
● Kecepatan pengadukan Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan
ke dalam air. Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan
harus benar-benar merata, sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi
dengan partikel-partikel atauion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat
mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu
cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk.
● Alkalinitas : Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi
dalam air (Tjokrokusumo, 1995). Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan
menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.
Poly Aluminium Chloride adalah salah satu produk polimer Aluminium yang digunakan
untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan penghubung diantara koloid –
koloid, sehingga proses koagulasi flokulasi dapat berlangsung dengan efisien (Koesmantoro et
al. 2014). Poly Alumunium Chloride (PAC) merupakan salah satu pengganti alum padat yang
efektif karena menghasilkan koagulasi air dengan kekeruhan yang berbeda dengan cepat,
menggenerasi lumpur lebih sedikit, dan juga meninggalkan lebih sedikit residu alumunium pada
air yang diolah (Malhotra 1994 dalam Kristijarti et al. 2013 dalam Murwanto 2018). Menurut
Echanpin (2005) dalam Said (2009) dalam Murwanto (2018). Poly Alumunium Chloride (PAC)
memiliki kelebihan dengan tingkat adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan lekat, tingkat
pembentukan flok-flok tinggi meski dengan dosis kecil, memiliki tingkat sedimentasi yang
cepat, cakupan penggunaannya luas, dan konsumsinya cukup pada konsentrasi rendah.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan koagulan PAC itu sendiri yaitu akan sedikit
berpengaruh pada pH air. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam
air sehingga akan menyebabkan penurunan pH tetapi tidak terlalu ekstrim sehingga
penghematan dalam penggunaan bahan untuk netralisasi dapat dilakukan.
Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok berukuran lebih
besar. Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan. Pengadukan pada proses
flokulasi merupakan pemberian energi agar terjadi tumbukan antar partikel tersuspensi dan
koloid agar terbentuk gumpalan (flok) sehingga dapat dipisahkan melalui proses pengendapan
dan penyaringan (Yuliastuti dan Cahyono 2017). Flokulan Al2SO4 merupakan flokulan yang
mudah ditemukan dan umum digunakan oleh masyarakat. Kelebihan flokulan Al2SO4
digunakan untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloid dan bahan-bahan terlarut
lainnya melalui air, sehingga menimbulkan konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air
yang diolah dari pada dalam air mentah itu sendiri. Selain itu, flokulan Al2SO4 memiliki
kelebihan flok yang dihasilkan stabil dan efektif untuk air baku dengan kekeruhan yang tinggi
serta sangat baik untuk dipakai bersama-sama zat koagulan pembantu. Sedangkan kekurangan
dari flokulan Al2SO4 adalah bila pemakaian dosis koagulan yang tidak tepat maka akan
menyebabkan air yang tingkat kekeruhannya rendah akan bertambah keruh, serta flokulan
Al2SO4 cair yang banyak digunakan sering menimbulkan penyumbatan pada pemipaan karena
terjadi pengkristalan Al2O3 bila pada temperatur yang rendah dan konsentrasi yang tinggi
(Mayasari et al. 2019).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat perbedaan dosis allum dan carifyfloc
yang diperlukan untuk pengendapan pada air limbah tahu dan laundry. Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan perbandingan volume, untuk mengendapkan 800 m3 atau sama dengan
800.000 liter air limbah tahu diperlukan 3200 liter allum dan 8000 liter clarifloc. Sedangkan
pengendapan 500 m3 atau 500.000 liter air limbah laundry memerlukan 15000 liter allum dan
5000 liter clarififloc.
BAB 3
KESIMPULAN
Koesmantoro H, Azizah NK, Handoyo. 2014. Efisiensi poly aluminium chloride (PAC),
alumunium sulfat (tawas) dan ferro sulfate sebagai koagulan dalam menurunkan tss air
limbah rumah sakit. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 5(2): 96-101.
Mayasari R, Hastarina M, Apriyani E. 2019. Analisis turbidity terhadap dosis koagulan dengan
metode regresi linear (studi kasus pdam tirta musi palembang). Jurnal Integrasi Sistem
Industri. 6(2): 117-125.
Murwanto B. 2018. Efektivitas jenis koagulan poly aluminium chloride menurut variansi dosis
dan waktu pengadukan terhadap penurunan parameter limbah cair industri tahu. Jurnal
Kesehatan. 9(1): 143-153.
Rahimah Zikri , Heliyanur Heldawati, Isna Syauqiah. 2016. Pengolahan Limbah Deterjen
Dengan Metode Koagulasi Flokulasi Menggunakan Koagulan Kapur Dan Pac. Jurnal
Konversi. 5 (2) : 52-59.
Yuliastuti R, Cahyono HB. 2017. Efektifitas pengolahan limbah cair industri asbes menggunakan
flokulan dan adsorben. Jurnal Teknologi Proses Dan Inovasi Industri. 2(2) : 77-83.
LAMPIRAN