KELOMPOK 4:
Anysah Tatsbita J0313201166
Gilang Dzulfi Ramadhan J0313201106
Hakiem Nashrulloh J0313201059
Siti Abdiyah Wandani J0313201061
Lailia Kusuma Ningrum J0313201157
Viola Aqillah Refianda Olii J0313201013
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain seperti gelas piala 1000
ml/500 ml, erlenmeyer 250 ml, bulb, corong, pipet, termometer, kertas saring,
saringan halus, pH adjuster (kertas lakmus), dan sendok sayur. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain air limbah laundry 1000 ml, air
limbah pabrik tahu 1000 ml, HCl Pekat, dan NaOH pekat.
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌
Keterangan:
2.1 Hasil
Percobaan netralisasi limbah laudry dan limbah tahu menghasilkan data sebagai berikut.
c) Penyaringan Halus
Diketahui:
A = 200 ml = 0,2 liter
B = 5 ml = 0,005 liter
X = 200 liter
Ditanya: Y
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌
0,2 𝑙 200 𝑙
=
0,005 𝑙 𝑌
200 𝑥 0,005
𝑌 = 0,2
Y = 5 liter
Perhitungan Limbah Tahu
Diketahui:
A = 200 ml = 0,2 liter
B = 50 ml = 0,05 liter
X = 200 liter
Ditanya: Y
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌
0,2 𝑙 200 𝑙
=
0,05 𝑙 𝑌
200 𝑥 0,05
𝑌 = 0,2
Y = 50 liter
2.2 Pembahasan
Limbah cair industri harus melalui proses pengolahan limbah cair sebelum dapat
dibuang ke perairan bebas. Salah satu unit operasi yang sangat penting adalah unit netralisasi.
Proses netralisasi limbah cair asam dilakukan dengan penambahan base penetral dengan
jumlah yang sesuai sehingga larutan mempunyai pH yang diperbolehkan untuk penjagaan
netralitas air limbah diperlukan suatu strategi kontrol yang tepat. Tujuan dari pengendalian
adalah mempertahankan nilai pH pada suatu larutan pada harga tertentu. Hal ini sangat
penting untuk memenuhi kondisi lingkungan yang sesuai atau yang dipersyaratkan. Namun
pengendalian pH merupakan hal yang sulit karena sifat nonlinieritas yang tinggi dan rentan
terhadap adanya gangguan. Sifat-sifat tersebut timbul akibat bervariasinya parameter
sepanjang proses, pengaruh yang ditimbulakan peralatan itu sendiri dan serta kondisi
lingkungan sekitar yang selalu berubah. Pengendalian pH dibutuhkan untuk meningkatkan
kinerja serta mengatasi sifat non linier proses kimia (Ariani 2011).
Limbah cair industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Air banyak digunakan
sebagai bahan pencucian dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari banyak
nya pemakaian air dalam proses pembuatan tahu maka limbah cair yang dihasilkan juga
cukup besar. Pencemaran limbah cair industri tahu berasal dari bekas pencucian kedelai,
perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas perendaman tahu. Air limbah
tersebut mengandung bahan organik, bila langsung dibuang ke badan air penerima tanpa
adanya proses pengolahan maka akan menimbulkan pencemaran, seperti menimbulkan rasa
dan bau yang tidak sedap dan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehingga
mengakibatkan organisme yang hidup didalam air terganggu karena kehidupannya
tergantung pada lingkungan sekitarnya. Pencemaran yang dilakukan terus menerus akan
mengakibatkan matinya organisme yang ada dalam air, mengingat air berubah kondisinya
menjadi anaerob. (Astuti 2007 dalam Agung dan Winata 2010).
Limbah cair industri tahu memiliki karakteristik utama berupa karakteristik fisika dan
kimia. Karakter fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, temperatur, corak, serta
bau. Karakter kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik serta gas (Indriyati and
Susanto, 2016) Karakteristik - karakteristik tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
parameter terukur berupa pH, TSS (Total Suspended Solids), COD (Chemical Oxygen
Demand), BOD (Biochemical Oxygen Demand), kandungan amoniak, minyak dan lemak,
nitrit, serta nitrat yang masih melebihi baku mutu limbah cair (Kasman et al. 2018 dalam
Sitasari dan Khoironi 2021) . Limbah cair yang berasal dari industri tahu berupa cairan kental
yang disebut air dadih. Air tersebut mengandung kadar protein cukup tinggi dan cepat terurai
oleh mikroorganisme (Fachrurozi et al. 2010 dalam Sitasari dan Khoironi 2021).
Detergen adalah bahan pembersih seperti halnya sabun, akan tetapi mempunyai
kelebihan dapat bekerja pada air sadah dan dapat bekerja pada kondisi asam maupun basa.
Detergen merupakan suatu senyawa kimia yang keberadaannya sangat dekat dalam
kehidupan sehari-hari. Penggunaan detergen selain untuk mencuci pakaian, juga untuk
membersihkan alat-alat kebutuhan rumah tangga dan industri. Penggunaan detergen per
kapita bergerak sejalan dengan pertumbuhan gross domestik product (GDP) setiap tahun,
artinya semakin meningkat pendapatan masyarakat.
Detergen dibuat dari bahan kimia yang bersifat keras dan lunak. Keras-lunaknya
detergen tergantung pada pH, gugus fungsi bahan kimia penyusun detergen dan panjang
rantai gugus alkil. Detergen pHnya sangat basa (9,5 - 12), sementara pH yang dapat
ditoleransi oleh lingkungan adalah 6-9. Bersifat korosif, iritasi pada kulit. Semakin panjang
dan bercabang rantai surfaktan, akan semakin keras detergen tersebut. Komposisi kimia
detergen dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu zat aktif permukaan (surfaktan)
berkisar 20-30%, bahan penguat (builders) merupakan komponen terbesar dari detergen
berkisar 70-80% dan bahan-bahan lainnya (pemutih, pewangi, bahan penambah busa,
(optical brightener) sekitar 2 - 8%, dimana surfaktan merupakan bahan pembersih utama
dalam detergen (Larasati et al. 2021).
Tabel 1 mengenai hasil netralisasi limbah laundry pada perlakuan tanpa penyeringan
pH awal sebesar 9 berdasarkan perhitungan didapatkan 8 ml dimana hal ini mejelaskan
bahwa air limbah dengan konsentrasi pH 9 dibutuhkan 8 ml HCL untuk mempunyai PH 7
atau dalam kondisi netral dan suhu yang didapat yaitu 26˚C. Kemudian perlakuan
penyaringan kasar dengan kondisi pH awal 9 dibutuhkan 7 ml HCL untuk mendapatkan pH
netral dan suhu yang didapat yaitu sebesar 26˚C. Adapun perlakukan selanjutnya yaitu
penyaringan secara halus dibutuhkan 5 ml HCL untuk mendapatkan pH netral atau pH
sebesar 7.
Tabel 2 menjelaskan netralisasi limbah air tahu dengan kondisi untuk setiap
perlakuan yaitu tanpa penyaringan, penyaringan kasar dan penyaringan halus memiliki
kondisi pH awal yang sama yaitu 4. Setelah dilakukan perhitungan dibutuhkan 50 ml NaOH
untuk mencapai kondisi netral. Kemudian besar suhu dengan perlakuan tanpa penyaringan
sebesar 26˚C, dan perlakukan penyaringan kasar didapatkan suhu sebesar 25˚C dan untuk
perlakuan penyaringan halus didapatkan suhu sebesar 27˚C.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum netralisasi air limbah tahu dan laundry terdapat perbedaan
nilai pH setelah diberi perlakuan, diberi NaOH dan HCI. pada limbah tahu nilai Ph menurun
kearah yang lebih netal dari keadaan asam, sedangkan dari limbah daundry didaptkan pH
menuju netral dari keadaan basa. Limbah cair industri tahu memiliki karakteristik utama
berupa karakteristik fisika dan kimia. Karakter fisika meliputi padatan total, padatan
tersuspensi, temperatur, corak, serta bau. Karakter kimia meliputi bahan organik, bahan
anorganik serta gas. Detergen dibuat dari bahan kimia yang bersifat keras dan lunak. Keras-
lunaknya detergen tergantung pada pH, gugus fungsi bahan kimia penyusun detergen dan
panjang rantai gugus alkil. Detergen pHnya sangat basa (9,5 - 12), sementara pH yang dapat
ditoleransi oleh lingkungan adalah 6-9.
DAFTAR PUSTAKA
Agung TR, Winata HS. 2020. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu Dengan
Menggunakan Teknologi Plasma. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 2(2): 19-28.
Ariani NM. 2011. Otomatisasi Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Sistem Mobile Di
Barisand Indusri Surabaya. Jurnal Riset Industri. 5(2): 183-194.
Sopiah NR. 2004. Pengeloaan Limbah Detergen Sebagai Upaya Meminimalisasi Polutan
di Badan Air Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Balai Teknologi
Lingkungan: 99-104.
Sitasari AN, Khoironi A. Evaluasi Efektivitas Metode dan Media Filtrasi pada
Pengolahan Air Limbah Tahu. Jurnal Ilmu Lingkungan. 19(3): 565-575.
LAMPIRAN