Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR PENNDIDIKAN

JURNAL REFLEKSI MATA KULIAH

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM

Dosen Pembimbing Seminar: Dr. Habibuddin, M.Pd

Nama : Hirwanto Arisandi Kelas : PGSD 02

PROGRAM PROFESI GURU (PPG) PRAJABATAN I

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2022/2023

Nama Mata Perancangan dan Pengembangan Kurikulum


kuliah
Review Pengalaman belajar yang saya dapatkan selama menempuh mata kuliah
pengalaman
Perancangan dan Pengembangan Kurikulum yaitu saya mempelajari
belajar
konsep dasar pengembangan kurikulum. Dalam konsepnya terdapat
pengertian, komponen, landasan dan prinsip pengembangan kurikulum.
Dimana pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang
merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan
pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga
dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Kurikulum sebagai
rencana pengajaran berisi tujuan, bahan yang disajikan, kegiatan
pengajaran, latihan dan jadwal pengajaran. Hal ini menunjukkan
bahwasannya kurikulum sebagai sistem yang memiliki beberapa
komponen. Selanjutnya, dalam mengembangkan kurikulum terdapat 4
landasan yang mendasarinya yaitu landasan filosofis, psikologis, historis
dan sosiologis (Hunkins & Ornstein, 2016). Landasan filosofis berkaitan
dengan penetapan tujuan dan dasar filosofis dari kurikulum yang
dikembangkan. Pada landasan psikologis menjelaskan bagaimana
karakteristik peserta didik dan tahap perkembangannya, psikologi belajar
sesuai dengan teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik dan
konstruktivistik. Untuk landasan sosiologis, harus diketahui bagaimana
kondisi sosial masyarakatnya, lingkungan belajar, kebudayaan serta
perkembangan peradaban atau era yang berlangsung. Sedangkan landasan
historis mengacu pada sejarah yang berpengaruh terhadap kurikulum yang
dikembangkan. Indonesia telah melewati sejarah perkembangan kurikulum
cukup panjang. Ada pun lima prinsip pengembangan kurikulum K13, yaitu
prinsip relevansi, fleksibilitas, berkesinambungan atau kontinuitas,
efektifitas, dan efisiensi.
Selain itu, saya juga mempelajari UbD sebagai kerangka kerja kurikulum.
Dimana UbD merupakan sudut pandang pendekatan dalam merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran yang memandang pembelajaran sebagai
sebuah cara untuk membangun pemahaman peserta didik melalui
backward design. Seperti yang termakna dari namanya, desain mundur
dimulai dari ‘akhir’ terlebih dahulu yaitu tujuan yang nyata dari kegiatan
pembelajaran. Kemudian kita akan mundur untuk mengembangkan bahan
ajar dan kegiatan yang memenuhi tujuan pembelajaran tersebut,
merancang
mundur berarti kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada hasil.
Guru mendefinisikan hasil pembelajaran, menentukan teknik yang
mendorong pada pencapaian tujuan, kemudian baru merancang
pembelajarannya. Sehingga terdapat tiga langkah dalam mengembangkan
kurikulum yaitu identifikasi hasil yang diinginkan atau tujuan, menentukan
bukti yang dapat diterima (asesmen/penilaian), dan merencanakan
pembelajaran.
Selanjutnya, saya juga mempelajari tentang pemahaman sebagai capaian
belajar UbD. Kata pemahaman memiliki berbagai makna, terutama
menunjukkan bahwa pemahaman bukanlah satu pencapaian tetapi
membutuhkan beberapa pencapaian, dan untuk pencapaian dalam UbD
pemahaman perlu diungkapkan melalui berbagai jenis bukti. Ada beberapa
pandangan bagaimana memperoleh bukti terhadap pemahaman peserta
didik. UbD telah mengembangkan pandangan beragam tentang bagaimana
membuat pemahaman meningkat melalui enam sisi dari konsep yaitu: dapat
menjelaskan, menafsirkan, menerapkan, memiliki perspektif, dapat
berempati, dan memiliki pengetahuan diri.
Sesudah itu, saya juga mempelajari tentang penilaian dan evaluasi
pemahaman dalam UbD. UbD memiliki penilaian yang terbuka. Penilaian
pada UbD berupa unjuk kerja. Sehingga penilaian diperlukan perangkat
untuk menilai pemahaman tidak hanya satu model saja. Proses evaluasi
unjuk kerja peserta didik didasarkan pada penilaian melalui kriteria-
kriteria tertentu. Kriteria merupakan perangkat penilaian untuk
menentukan apa yang dilihat dalam unjuk kerja siswa. Kriteria digunakan
untuk menentukan tingkat pemahaman peserta didik. Rubrik adalah
panduan penilaian berbasis kriteria yang terdiri dari skala pengukuran tetap
(empat poin, lima poin, enam poin, atau apa pun yang sesuai). Di dalam
UbD, penilaian terbagi menjadi enam, yaitu penjelasan, interpretasi,
aplikasi, perspektif, empati, dan pengetahuan diri. Masing-masing
penilaian terdapat lima kriteria.
Setelah itu, saya juga mempelajari tentang rancangan pembelajaran dalam
UbD. Dimana agar peserta didik mendapatkan suatu pemahaman terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru dalam merancang
pembelajaran yaitu WHERE TO. W (where, why): guru harus
memberitahukan kepada peserta didik tujuan pembelajarannya secara jelas,
H (hook and hold): guru harus memastikan bahwa tujuan pembelajaran
yang dibuat mencakup seluruh minat peserta didik, E (explore, experience,
enable, and equip): guru memberikan pengalaman pada peserta didik
dengan memberikan permasalahan untuk ditemukan solusinya, R (reflect,
rethink, dan revise): guru merefleksikan pembelajaran, E (evaluate work
and progress): guru mengevaluasi pemahaman peserta didik dengan
memberikan umpan balik formatif dalam bentuk angket ataupun diskusi
langsung, T (tailor and personalize the work): guru dapat menerapkan
pembelajaran diferensiasi namun tujuan pembelajaran dan kriteria
penilaian tetap sama untuk semua peserta didik, O (organize for optimal
effectiveness): guru dapat mengurutkan rencana pembelajaran untuk
melibatkan peserta didik secara aktif dengan menggunakan teknologi
untuk mendukung pembelajaran.
Berikutnya, saya juga mempelajari tentang implementasi pembelajaran
dalam UbD. Dimana pada pembelajaran disajikan sebuah ilustrasi dalam
mengimplementasikan pembelajaran UbD yaitu dilihat dari pemilihan
sumber belajar (buku teks, dan sumber lainnya), aktivitas pembelajaran
(membangun pengetahuan peserta didik melalui pengalamanpengalaman
belajar yang sudah didapatkan sebelumnya seperti model Problem Based
Learning (PBL), dsb.), dan paradigma pembelajaran
(sesuai dengan pembelajaran abad 21 atau yang dikenal 4C
(communication, collaboration, critical thinking and creative) sehingga
salah satu pembelajaran yang bisa melibatkan peserta didik aktif, mandiri,
dan bisa menyelesaikan suatu masalah adalah pembelajaran terbimbing
karena bagaimanapun mandiri peserta didik tidak terlepas dari bimbingan
guru sebagai fasilitator untuk berjalannya proses pembelajaran).
Terakhir, saya juga mempelajari tentang problematika dan evaluasi
implementasi UbD. Bagaimana problematika dan solusi apakah yang
terjadi jika menerapkan kurikulum menggunakan kerangka UbD. Untuk
mengembangkan atau memperbaiki kurikulum tidak mudah karena
merupakan sebuah sistem yang kompleks. Sehingga dalam
mengimplementasikan sebuah kurikulum tentu sebagai steakholder, kepala
sekolah, peserta didik, guru, dan waka kurikulum penting diperhatikan dan
membutuhkan solusi dari setiap permasalahan dalam menerapkan
kurikulum UbD.
Refleksi Pengalaman belajar yang saya pilih dan saya anggap penting pada Mata
pengalaman Kuliah tersebut adalah pemahaman sebagai capaian belajar UbD. Mengapa
belajar yang hal tersebut menjadi penting bagi saya? Karena pemahaman bukanlah satu
dipilih pencapaian peserta didik namun dalam UbD pemahaman perlu
diungkapkan melalui berbagai jenis bukti. Hal tersebut akan menjadi dasar
atau gambaran umum bagi saya ketika menjadi guru nantinya bahwa untuk
mengetahui atau mengecek pemahaman peserta didik terhadap suatu
materi tidak hanya satu pencapaian pembuktian namun dibutuhkan
berbagai jenis bukti. Ternyata menjadi guru, perlu membuktikan
pemahaman peserta didik sebagai capaian belajar, dimana dalam UbD
menggunakan enam sisi dari konsep yaitu: 1) mampu menjelaskan, contoh
kongkritnya adalah melalui tutor sebaya peserta didik mampu menjelaskan
apa yang sudah didapatkan dalam pembelajaran kepada temannya yang
belum paham materi yang sedang dipelajari. 2) mampu menafsirkan,
contoh kongkritnya ketika peserta didik memiliki kemampuan berpikir
kritis. Peserta didik dihadirkan video dalam pembelajaran maka peserta
didik harus mampu menyajikannya dalam bentuk lain misalnya bentuk
cerita, foto-foto, ilustrasi dan sebagainya. 3) mampu menerapkan, contoh
kongkritnya adalah peserta didik dapat mengimplementasikan apa yang
sudah didapatkan dari pembelajaran. 4) memiliki perspektif, contoh
kongkritnya apabila peserta didik telah mampu mengkritisi apa yang
dilihat dan didengar berdasarkan sudut pandang diri sendiri. Dan dapat
dilihat dari bagaimana peserta didik melihat gambaran umum suatu hal dan
membuat sebuah pandangan dari gambaran umum yang diberikan. 5) dapat
berempati, contoh kongkritnya di dalam pembelajaran adalah peserta didik
saling berbagi dan saling tolong menolong seperti tolong menolong dalam
meminjamkan penghapus atau pensil kepada temannya. Dan 6) memiliki
pengetahuan diri, contoh kongkritnya di dalam pembelajaran adalah
peserta didik dapat mengontrol pengetahuan dirinya dan memahami apa
yang sudah didapatkan selama pembelajaran. Dengan demikian, dalam
UbD ketika mengetahui apakah capaian belajar atau tujuan pembelajaran
sudah tercapai maka pemahaman menjadi capaian belajar peserta didik dan
perlu dibuktikan bahwa peserta didik tersebut apakah sudah mencapai
capaian pembelajaran atau sebaliknya.
Analisis Hasil refleksi berdasarkan pengalaman belajar tentu membutuhkan artefak
artefak pembelajaran yang bisa mendukung atau memperkuat hasil refleksi
pembelajara n
tersebut. Sehingga, berikut akan ditampilkan salah satu link artefak
pembelajaran yang mendukung hasil refleksi pengalaman belajar tersebut.

Pembelajara n Menurut saya, pengalaman belajar yang paling bermakna yaitu ketika saya
bermakna mengetahui bahwa pemahaman peserta didik menjadi level tertinggi dalam
(good capaian belajar. Karena pemahaman tersebut tidak hanya sekedar peserta
practices) didik sudah memahami satu capaian seperti peserta didik sudah mampu
menjelaskan dikatakan sudah memahami suatu materi. Namun, perlu
melalui berbagai bukti pemahaman peserta didik. Sehingga, saya menyadari
sebagai individu dan sebagai guru bahwa ke depannya saya tidak hanya
membuktikan pemahaman peserta didik hanya dengan satu pencapaian
namun saya harus membuktikan pemahaman peserta didik dari berbagai
bukti capaian belajarnya serta lebih mempersiapkan diri, agar kualitas
pembelajaran yang saya lakukan nantinya dapat berpihak pada peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai