Anda di halaman 1dari 90

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS


DENGAN INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP
MASALAH NYERI AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH
SENTRAL) RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

Disusun Oleh:

PUTU NADYA SATYA MAYANTI, S.Kep

21089142069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

Diajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners


dengan Judul Laporan :

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR

Disusun Oleh:
PUTU NADYA SATYA MAYANTI, S.Kep
21089142069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR
Adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar

Nama Mahasiswa : Putu Nadya Satya Mayanti, S.Kep

NIM : 21089142069

Tanggal : 04 Juni 2022

Tanda Tangan :

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diujikan pada tanggal

Pembimbing

(Ns. Kadek Diah Purnamayanti, S.Kep.,M.Kep

Mengetahui

Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

(Ns. Ni Made Dwi Yunica Astari, S.Kep.,M.Kep)

iii
HALAMAN PENGESEHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners dengan Judul :

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan untuk memperoleh Gelar Ners Pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Penguji I Penguji II

(Ns. Putu Indah Sintya Dewi, S.Kep.,M.Kes )


(Ns. Kadek Diah Purnamayanti, S.Kep.,M.Kep)

Ditetapkan di : Stiks Buleleng

Pada Tanggal : 04 Juli 2022

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

KIA-N ini dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Apendiksitis

Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut Di

Ruang Ibs (Instalasi Bedah Sentral) Rsud Wangaya Kota Denpasar”

Penyusunan KIA-N ini tidak akan berjalan lancer tanpa bantuan dari

berbagai pihak, maka dari itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. Ns. I Made Sundayana, S.Kep.,M.Si selaku Ketua Departemen Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.

2. Ibu Ns. Ni Made Dwi Yunica Astari,S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners di STIKes Buleleng.

3. Ibu Ns. Kadek Diah Purnamayanti, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing

KIA-N yang telah membimbing penulis dan selalu sabar untuk membimbing

penulis, memberikan inovasi, dukungan, saran dan waktu selama proses

penyusunan KIA-N ini.

4. Ibu Ns. Putu Indah Sintya Dewi, S.Kep.,M.Kes selaku Dosen penguji yang telah

menyediakan waktu untuk saya dalam melaksanakan ujian KIA-N serta berkenan

memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

v
5. Serta Keluarga saya , Orang tua, kakak, dan adik-adik saya yang selama ini telah

menjadi support system terbesar dalam hidup saya dan senantiasa selalu

memberikan doa sampai terselesainya KIA-N ini.

Singaraja, 04 Juni 2022

(Putu Nadya Satya Mayanti,S.Kep)

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng,saya
yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Putu Nadya Satya Mayanti, S.Kep
NIM : 2108912069
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng. Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-

eklusive Royalti-Rfee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Bebas Royalti Noneksklusif
ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik Hak
Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : STIKes Buleleng


Pada tanggal : 04 Juni 2022
Yang menyatakan

(Putu Nadya Satya Mayanti, S.Kep)

vii
ABSTRAK

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDIKSITIS DENGAN


INTERVENSI TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI
AKUT DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL) RSUD WANGAYA
KOTA DENPASAR
Putu Nadya Satya Mayanti, S.Kep
Email: deanadya299@gmail.com
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Pendahuluan: Apendiktomi merupakan salah satu metode untuk mengatasi


apendiksitis akut. Namun apendiktomi ini memberikan efek seperti nyeri kepada
pasien. Salah satu cara mengurangi nyeri setelah selesai Tindakan apenmdiktomi ini
dapat dilakukan melalui pemberian terapi relaksasi benson.
Tujuan umum: untuk menjelaskan Analisa praktik klinik keperawatan pada pasien
apendiksitis akut terhadap pemberian tehnik relaksasi benson untuk penurunan skala
nyeri saat selesai melakukan Tindakan apendiktomi di RSUD Wangaya Kota
Denpasar.
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Subjek analisis keperawatan ini adalah pasien dengan apendiksitis sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi. Instrumen pengumpulan data menggunakan wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik, serta studi dokumentasi. Data dianalisis melalui
metode kualitatif dengan keabsahan data menggunakan triangulasi.
Hasil asuhan keperawatan: Pada analisis intervensi Berdasarkan hasil dan
pembahasan diatas, maka disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri pada
pasien appendicitis dengan pasien 1 dari skala 4 menjadi skala 3, serta pasien 2 dari
skala nyeri 3 menjadi skala nyeri 2. Oleh sebab itu, pemberian terapi relaksasi benson
mempengaruhi penurunan skala nyeri pada pasien appendicitis.
Rekomendasi: Peneliti selanjutnya harus benar-benar menguasai konsep tentang
apendiksitis itu sendiri. Perawat ruangan juga disarankan agar selalu memotivasi
pasien dengan apendiksitis akut sehingga hasil perawatan menjadi lebih efisien.

Kata kunci: Tehnik relaksasi benson, apendiksitis akut, apentiktomi, nyeri


ABSTRACT

viii
ANALISIS OF NURSING CARE IN APPENDIXITIS PATIENTS WITH BENSON
RELAXATION THERAPY INTERVENTION ON ACUTE PAIN PROBLEMS IN
IBS (CENTRAL SURGICAL INSTALLATION) ROOM WANGAYA HOSPITAL
DENPASAR CITY
Putu Nadya Satya Mayanti, S.Kep
Email: deanadya299@gmail.com
Nursing Professional Education Study Program, Buleleng School of Health Sciences

Introduction: Appendectomy is a method to treat acute appendicitis. However, this


appendectomy gives a pain-like effect to the patient. One way to reduce pain after
completion of this appendectomy can be done through the provision of Benson relaxation
therapy.
General purpose: to explain the analysis of nursing clinical practice in patients with acute
appendicitis to the Benson relaxation technique to reduce pain scale when finished
performing appendectomy at Wangaya Hospital, Denpasar City.
Methods: The design used in this research is descriptive qualitative. The subjects of this
nursing analysis were patients with appendicitis according to the inclusion and exclusion
criteria. Data collection instruments used interviews, observation and physical examination,
as well as documentation studies. The data were analyzed through qualitative methods with
the validity of the data using triangulation.
Results of nursing care: In the analysis of interventions Based on the results and discussion
above, it is concluded that there is a decrease in the pain scale in appendicitis patients with
patient 1 from a scale of 4 to a scale of 3, and patient 2 from a pain scale of 3 being a pain
scale of 2. Benson's relaxation therapy affects the reduction of pain scale in appendicitis
patients.
Recommendation: Future researchers should really master the concept of appendicitis
itself. Room nurses are also advised to always motivate patients with acute appendicitis so
that treatment results become more efficient.

Keywords: Benson relaxation technique, acute appendicitis, appendicectomy, pain

DAFTAR ISI

ix
COVER .................................................................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................................... 4
C. Manfaat ......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 7
A. Kajian Medis ................................................................................................................ 7
a. Apendiksitis ........................................................................................................... 6
b. Konsep Nyeri ....................................................................................................... 13
c. Teknik Relaksasi Benson .................................................................................... 21
B. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 23
C. Kerangka Konsep ....................................................................................................... 38
BAB III METODE ............................................................................................................. 39
A. Desain Studi Kasus ..................................................................................................... 39
B. Subjek Studi Kasus ..................................................................................................... 39
C. Lokasi dan Waktu Studi Kasus................................................................................... 40
D. Definisi Operasional ........................................................................................................... 41
E. Instrumen Studi Kasus ....................................................................................................... 41
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................... 41

x
G. Analisis Data dan Penyajian Data..................................................................................... 41
H. Etika Studi Kasus ................................................................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 61
A. Profil Lahan Praktek ................................................................................................... 45
B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan .................................................................... 54
C. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan .................................................................... 61
D. Pembahasan ......................................................................................................................... 61
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................................... 69
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 82
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................................................... 72
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 74
Lampiran-Lampiran ...................................................................................................................... 76

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan........................................................................................ 33


Tabel 4.1 Hasil Anamnesis .................................................................................................. 53
Tabel 4.2 Rencana Keperawatan .......................................................................................... 56
Tabel 4.3 Implementasi ........................................................................................................ 57
Tabel 4.4 Evaluasi ................................................................................................................ 60
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Pemberian Terapi ......................................................................... 63

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Ujian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis akut adalah suatu peradangan akut apendiks

vermiformis atau yang biasa dikenal di masyarakat dengan peradangan usus

buntu dan merupakan salah satu masalah kegawatdaruratan bedah yang

umum didapatkan di masyarakat. Apendisitis akut muncul secara mendadak

dan membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk mencegah terjadinya

perforasi menurut Mirantika (2021)

WHO (World Healt Organization memperkirakan insiden

appendicitis pada tahun 2018 mencapai 7 dari populasi penduduk dunia. Di

Amerika Serikat appendicitis merupakan kedaruratan bedah abdomen yang

paling sering dilakukan, dengan jumlah penderita pada tahun 2017 sebanyak

734.138 orang dan meningkat pada tahun 2018 yaitu sebanyak 739.177

orang (WHO, 2018 dalam Mirantika ( 2021)

Hasil survey pada tahun 2018 Angka kejadian apendikitis di

sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia,

jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah sekitar 7%

dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Indikasi

untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan Insidens apendiksitis di

1
2

Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen

lainya (Depkes,2018).

Data yang ditemukan dari buku laporan ruang IBS RSUD Wangaya

Kota Denpasar untuk bulan April di dapatkan sebanyak 15 pasien yang

mengalami apendiktomi. Pada bulan mei didapatkan sebanyak 20 pasien

apendiktomi. Sehingga adanya peningkatan pada bulan mei.

Penatalaksanaan apendisitis adalah dengan tindakan pembedahan

(apendiktomi). Apendiktomi dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode pembedahan, yaitu secara tehnik terbuka/pembedahan konvensional

(laparatomi) atau dengan tehnik laparaskopi yang merupakan tehnik

pembedahan minimal infasif dengan metode terbaru yang sangat efektif

Berman & Kozier (2012).

Masa pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu yang

bervariasi. Dalam penelitian Mulyono (2019), pemulihan pasien post

operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit. Pada umumnya pasien

akan merasakan nyeri yang hebat pada 2 jam pertama pasca operasi

dikarenakan pengaruh obat anastesi mulai hilang ( Berman & Kozier, 2012).

Nyeri merupakan pengalaman sensasi sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan, keadaan yang memperlihatkan ketidaknyamanan secara

subjektif/individual, menyakitkan tubuh, dan kapan pun individu

mengatakannya adalah nyata. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan

dengan pendekatan nonfarmakologis yaitu teknik Relaksasi Benson.

(Septiana et al., 2021)


3

Menurut Wainsani & Khoiriyah, (2020) salah satu penatalaksaan

non farmakologi pada pasien post operasi yaitu dengan teknik relaksasi

benson yang dapat menurunkan skala nyeri pada pasien apendiksitis.

Relaksasi benson yaitu metode yang mengkaji beberapa manfaat doa dan

meditasi bagi kesehatan dengan mengabungkan antara respon relaksasi dan

system keyakinan individual dengan diucapkan dengan berulang-ulang

dengan ritme yang teratur , sikap pasrah dan di juga di imbangi dengan nafas

dalam . (Septiana et al., 2021)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan studi

kasus dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Apendiksitis

dengan Intervensi Terapi Relaksasi Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut

Di Ruang IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar“.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk melakukan

Analisa terhadap kasus kelolaan dengan apendisitis di ruang IBS RSUD

Wangaya Denpasar

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kasus kelolaan dengan diagnose Apendisitis

b. Menganalisis intervensi tehknik relaksasi benson dalam

menurunkan intesintas nyeri pada pasien dengan diagnose

Apendisitis
4

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Keilmuan

Memberikan informasi dan sebagai sumber informasi dalam

pengembangan dalam ilmu pengetahuan tentang cara mengurangi nyeri

dengan teknik non farmakologi yaitu dengan teapi relaksasi nafas

dalam.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang

asuhan keperawatan dengan masalah Apendiksitis selain itu karya

tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis

dalam mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di dalam perkuliahan.\

b. Bagi Tempat Praktek

Dapat menjadi bahan masukan bagi seluruh perawat untuk

mengambil lamngkh-langkah kebijakan dalam rangka upaya

peningkatan mutu pelayanan keperawatan pasien dengan

Apendiksitis
5

c. Bagi Masyarakat/Pasien

Memberikan informasi kepada masyarakat atau pasien

sebagai sumber informasi dalam pengembangan dalam ilmu

pengetahuan tentang cara mengurangi nyeri dengan teknik non

farmakologi yang dapat diaplikasikan nantinya di rumah.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Apendiksitis

1. Pengertian

Apendisitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi

pada usus buntu atau apendiks. Usus buntu sebenarnya adalah

cecum. Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan akut yang

umumnya memerlukan pembedahan segera untuk menghindari

komplikasi yang berbahaya (Yoko, 2019)

Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu dan

merupakan penyebab paling umum dari perut akut. Meskipun

penyakit ini menyerang pria dan wanita dari segala usia, penyakit ini

umum terjadi pada pria berusia 10-30 tahun, apendiks Ini adalah

penyebab paling umum dari peradangan akut pada kuadran kanan

bawah, paling sering pada operasi perut darurat (Kurniawati &

Kadir, 2020)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

apendisitis adalah proses perangan akibat infeksi pada usus buntu

atau apendiks, infeksi ini dapat mengakibatkan komplikasi apabila

tidak segera mendapatkan tindakan bedah untuk penanganannya,

biasanya dilakukan apendiktomi untuk menurunkan resiko

perforasi.
7

2. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal

menjadi faktor penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan

faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, batu feses,

tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis

yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica

(Sedán et al., 2020)

Obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks

menyebabkan radang apendiks. Lendir kembali dalam lumen

apendiks menyebabkan bakteri yang biasanya hidup di dalam

apendiks bertambah banyak. Akibatnya apendiks membengkak dan

menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliputi (NIH& NIDDK,

2012) :

a. Fecalith (Massa feses yang keras)

b. Benda asing (Biji-bijian)

c. Tumor apendiks

d. Pelekukan/terpuntirnya apendiks

e. Hiperplasia dari folikel limfoid

Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah

ulserasi mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica

(Warsinggih 2016) .
8

3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala apendisitis biasanya mudah di diagnosis, yang

paling umum adalah nyeri perut. Apendisitis memiliki gejala

kombinasi yang khas, yang terdiri dari (Warsinggih 2016) :

a. Nyeri

Penderita apendisitis umumnya akan mengeluhkan

nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Gejala yang pertama

kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul, nyeri di

daerah epigastrium atau di periumbilikal yang samar-samar,

tapi seiring dengan waktu nyeri akan terasa lebih tajam dan

berlokasi ke kuadran kanan bawah abdomen. Nyeri semakin

buruk ketika bergerak, batuk atau bersin. Biasanya pasien

berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta

mengangkat lututnya untuk mengurangi pergerakan dan

menghindari nyeri yang semakin parah.

b. Mual dan Muntah

Mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul

nyeri.

c. Anoreksia

Mual dan muntah yang muncul berakibat pada penurunan

nafsu makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia.


9

d. Demam

Demam dengan derajat ringan (37,6 -38,5°C) juga sering

terjadi pada apendisitis. Jika suhu tubuh diatas 38,6°C

menandakan terjadi perforasi.

e. Sembelit atau diare

Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada

ileum terminal atau caecum.


10

4. Web of Caution (WOC)

Invasi & Multiplikasi

Apendiksitis

Peradangan Pada Jaringan Sekresi mucus berlebihan


Pada lumen apendik

Kerusakan Control suhu Apendik

Terhadap Inflamasi Nyeri Akut

Hipertermia

Operasi

Luka insisi Defisit Luka Insisi

Kerusakan Ansietas Risko Perdarahan


Jaringan Pintu masuk
Perdarahan Kuman

Ujung syaraf terputus Resiko Infeksi

Pelepasan prostaglandin

Spinal Cord

Cortex Cerebrin

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut
11

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita apendisitis yaitu dengan

tindakan pembedahan/Apendiktomi:

a. Pengertian Apendiktomi

Apendiktomi adalah intervensi bedah untuk melakukan

pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah atau

mempunyai penyakit. Apendiktomi dapat dilakukan dengan

dua metode pembedahan yaitu pembedahan secara terbuka/

pembedahan konveksional (laparotomi) atau dengan

menggunakan teknik laparoskopi yang merupakan teknik

pembedahan minimal infasif dengan metode terbaru yang

sangat efektif (Berman& kozier, 2012 dalam Manurung,

Melva dkk, 2019).

Laparoskopi apendiktomi adalah tindakan bedah invasive

minimal yang paling banyak digunakan pada apendisitis akut.

Tindakan ini cukup dengan memasukkan laparoskopi pada

pipa kecil (trokar) yang dipasang melalui umbilikus dan

dipantau melalui layar monitor. Sedangkan Apendiktomi

terbuka adalah tindakan dengan cara membuat sayatan pada

perut sisi kanan bawah atau pada daerah Mc Burney sampai

menembus peritoneum.
12

b. Tahap Operasi Apendiktomi

1) Tindakan sebelum operasi

a) Observasi pasien

b) Pemberian cairan melalui infus intravena guna mencegah

dehidrasi dan mengganti cairan yang telah hilang.

c) Pemberian analgesik dan antibiotik melalui intravena

d) Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara

oral

e) Pasien diminta melakukan tirah baring.

2) Tindakan Operasi

a) Perawat dan dokter menyiapkan pasien untuk tindakan

anastesi sebelum dilakukan pembedahan

b) Pemberian cairan intravena ditujukan untuk

meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan

cairan yang telah hilang.

c) Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan

suhu.

d) Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya

infeksi.

3) Tindakan pasca operasi

a) Observasi TTV
13

b) Sehari pasca operasi, posisikan pasien semi fowler, posisi

ini dapat mengurangi tegangan pada luka insisi sehingga

membantu mengurangi rasa nyeri

c) Sehari pasca operasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak

ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien

dapat berdiri tegak dan duduk diluar kamar

d) Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan

diberikan cairan melalui intravena. Cairan peroral biasanya

diberikan bila pasien dapat mentoleransi

e) Dua hari pasca operasi, diberikan makanan saring dan pada hari

berikutnya dapat diberikan makanan lunak.

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah

suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat

berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti

terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran

(superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus) (Sedán et al., 2020)


14

2. Faktor Penyebab

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,

thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),

gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang

terakhir adalah trauma psikologis (Handayani et al., 2015).

3. Penatalaksanaan

Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :

1. Nyeri berdasarkan tempatnya Menurut Irman (2007) dalam

(Handayani et al., 2015). dibagi menjadi :

a) Pheriperal pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri

ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang

efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa rangsangan

mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang

terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis,

atau seperti terbakar.

b) Deep pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri

somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon,

ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki

lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi sering tidal jelas.


15

c) Reffered pain

Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di

daerah yang berbeda bukan dari daerah asalnya misalnya, nyeri

pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau

serangan jantung.

d) Central pain

Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi

atau disfungsi primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord,

batang otak, thalamus, dan lain-lain.

2. Nyeri berdasarkan sifatnya

Meliala (2007) dalam (Handayani et al., 2015).menyebutkan bahwa nyeri

ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a) Incidental pain

Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang. Nyeri ini biasanya sering terjadi pada pasien yang

mengalami kanker tulang.

b) Steady pain

Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam jangka waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan

iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis.


16

c) Proximal pain

Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih

10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.

3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya

Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah, 2005 dalam

Handayani 2015) sebagai berikut :

a) Nyeri ringan

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan.

Nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi

dengan baik.

b) Nyeri sedang

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang

sedang. Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan

mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

c) Nyeri berat

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri

berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panjang.


17

4. Nyeri berdasarkan waktu serangan

a) Nyeri akut

Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi

dan penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan

berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk

segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat

(kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal dan

eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri

akut berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat

diperkirakan (Asmadi, 2008).

b) Nyeri kronis

Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6

bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan

yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda dengan

nyeri akut dan menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering

mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya dan

menimbulkan distress, kegalauan emosi dan mengganggu fungsi

fisik dan sosial (Potter & Perry, 2005 dalam (Handayani et al.,

2015).

5. Mekanisme Nyeri

Menurut Asmadi (2008) Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme

nyeri. Teori tersebut diantaranya :


18

a) Teori Spesifik

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan

struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap

indra perasa bersifat spesifik, artinya saraf sensoris dingin hanya

dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut teori ini, timbulnya

sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujjung

serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, ransangan kimia atau

temperature yang berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa serabut

saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri

di thalamus.

b) Teori Intensitas

Nyeri adalah hasil ransangan yang berlebihan pada reseptor.

Setiap ransangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri

jika intensitasnya cukup kuat.

c) Teori gate control

Teori ini menjelaskan mekanisme transisi nyeri.

Kegiatannya tergantung pada aktifitas saraf afferen berdiameter

besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel saraf di substansia

gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat

transmisi yang artinya pintu di tutup sedangkan serat saraf yang

berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya pintu

dibuka.
19

6. Pengukuran Nyeri

a) Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa di pergunakan dan tellah divalidasi.

Berat dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur

dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric

dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam

(Handayani et al., 2015).

Keterangan :

Skala 0 : Tanpa nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan

Skala 4-6 : Nyeri sedang

Skala 7-9 : Nyeri berat

Skala 10 : Nyeri sangat berat

b) Visual Analog Scale (VAS)

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa

bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah

kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang

(Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).


20

c) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk

menilai nyeri akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti,

ranking nyerinya dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak

tertahankan (Afifah, 2016)

d) Skala Wajah dan Barker

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun

(Pratitdya et al., 2020)


21

C. Tehknik Relaksasi Benson

1. Definisi

Terapi relaksasi benson adalah suatu pengembangan cara relaksasi

yang melibatkan keyakinan pasien dan bisa menciptakan lingkungan

internal sehingga bisa menolong klien dalam mencapai kondisi kesehatan

dan kesejahteraan yang lebih baik (Sedán et al., 2020)

2. Tujuan Relaksasi Benson

Tujuannya yaitu untuk memerbaiki ventilasi pada alveoli

didalam paru, memelihara pertukaran gas dan mencegah atelektasi

paru, serta bisa meningkatkan efesiensi batuk, menurnkan tingkat

stress, baik stress secara fisik maupun stress secara emosional dan

menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan serta

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Soeharto, 2009 dalam

(Sedán et al., 2020).

Proses pernafasan pada relaksasi Benson adalah proses

masuknya oksigen via saluran nafas lalu masuk ke paru-paru dan di

proses ke dalam tubuh, lalu kemudian akan di proses dalam paru-paru

tepatnya di cabang bronkus dan akan di edarkan ke setiap bagian tubuh

via pembuluh darah vena dan nadi agar dapat memenuhi kebutuhan

oksigen. Jika oksigen terpenuhi, maka manusia akan tetap dalam kodisi

yang netral. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum

pada manusia. Rileks bisa menurunkan kegiatan saraf simpatis dan

menghidupkan saraf parasimpatis, agar terjadi penurunan heart rate


22

serta tekanan perifer yang dikarenakan oleh pelebaran oleh pembuluh

darah dan membuat konsentrasi O2 di dalam darah meningkat sehingga

kebutuhan O2 di jaringan bisa tercukupi, sehingga bisa menurunkan

tekanan darah (Sedán et al., 2020)

3. Manfaat Terapi Ralaksasi Benson

Manfaat terapi relaksasi benson teruji dapat memodulasi stress

terkait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronis,

depresi, hipertensi dan insomnia dan menimbulkan perasaan menjadi

lebih tenang. (Benson, H. and Proctor, 2000)

Menurut Kusnandar tahun (2009), manfaat dari teknik

relaksasi benson adalah sebagai berikut:

1) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan

gelisah.

2) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah.

3) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah.

4) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit.

5) Tidur lelap kesehatan mental menjadi lebih baik.

6) Daya ingat lebih baik.

7) Meningkatkan daya berpikir logis.

8) Meningkatkan kreativitas.

9) Meningkatkan keyakinan.

10) Meningkatkan daya kemauan.

11) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.


23

4. Prosedur Terapi Relaksasi Benson

Menurut (Benson, H. and Proctor, 2000) prosedur teknik

terapi relaksasi benson terdiri dari :

1) Usahakan situasi di ruangan atau lingkungan yang relatif tenang

, kemudian atur posisi nyaman.

2) Pilih satu kata singkat yang mencerminkan keyakinan pasien.

Lebih baik kata yang memiliki arti khusus.

3) Tutup mata, keudian jauhi menutup mata terlalu kuat. Bernafas

pelan dan wajar sembari melemaskan otot-otot, mulai dari otot

kaki, otot betis, otot paha, otot perut dan pinggang. Kemudian

disusul dengan melemaskan kepala,

4) Mulai mengatur nafas, kemudian mulailah menggunakan fokus

yang telah diyakini. Tarik nafas perlahan-lahan dari hidung dan

pusatkan kesadaran pada pengembangan perut, kemudian

hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan sambil

mengucapkan kata yang telah dipilih sebelumnya.

5) Pertahankan sikap pasif.

D. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

1. Fokus Pengkajian

a) Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan

yang secara sistematik data dikumpulkan dan dievaluasi untuk menentukan

status kesehatan klien. Tahap ini merupakan dasar dalam mengidentifikasi


24

kebutuhan keperawatan klien dengan baik dan tepat. Pengkajian yang

akurat, sistematis dan berkesinambungan akan membantu menentukan

tahapan selanjutnya dalam proses keperawatan (Olfah, 2016).

a. Identitas Pasien

Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Keluhan Utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang

menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami

demam tinggi.

d. Riwayat penyakit dahulu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang

penyakit apa saja yang pernah di derita, riwayat operasi sebelumnya

pada colon serta tanyakan apakah pernah masuk rumah sakit

sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit keluarga seperti

(Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma) dan penyakit menular. Apakah

anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama


25

f. Pola sehari-hari

1) Nutrisi

Pre:

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan

nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman

sampai peristaltik usus kembali normal.

Post:

Nafsu makan menurun dan porsi makan menjadi kurang.

2) Eliminasi

Pre:

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi

kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK

ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine.

Post:

a) BAB: Kadang terjadi diare/ konstipasi pada awal post

operasi.

b) Urine: Pada pasien post operasi apendiktomi

mengalami penurunan haluaran urin.

3) Tidur/istirahat

Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu,

tergantung bagaimana toleransi klien terhadap nyeri yang

dirasakannya.
26

4) Personal Hygiene

Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.

5) Aktivitas

Pre:

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak

karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus

bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

Post:

Biasanya pasien post operasi apendiktomi mengalami

kelemahan

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Pre:

Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,

konjungtiva anemis.

Post:

Pada pasien post operasi apendiktomi mencapai kesadaran

penuh setelah beberapa jam kembali dari ruang operasi.

2) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)

umumnya pasien mengalami takikardi, peningkatan

tekanan darah, dapat juga terjadi hipotensi.


27

3) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Kepala Kebersihan kepala, warna

rambut, tidak ada kelainan bentuk kepala, tidak ada

nyeri tekan.

b) Pemeriksaan Muka

Pasien nampak meringis menahan nyeri.

c) Pemeriksaan Mata

Keadaan pupil isokor, palperbra dan refleks cahaya

tidak ada gangguan, konjungtiva anemis.

d) Pemeriksaan Hidung

Bersih, tidak terdapat polip, tidak ada nyeri tekan,

tidak terdapat nafas cuping hidung.

e) Pemeriksaan Mulut

Mukosa bibir kering karena adanya mual muntah,

mengamati bibir ada tidaknya kelainan kogenital

(bibir sumbing), sianosis atau tidak, pembengkakkan

atau tidak, lesi atau tidak, amati adanya stomatitis

pada mulut atau tidak, amati jumlah dan bentuk gigi,

gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi.

Mengkaji terdapat nyeri tekan atau tidak pada pipi dan

mulut bagian dalam.


28

f) Pemeriksaan Telinga

Fungsi pendengaran tidak mengalami gangguan,

inspeksi bentuk dan kesimetrisan telinga, kebersihan

telinga.

g) Pemeriksaan Thorak

1) Paru-paru

Pre:

Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada

simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,

tidak ada gerakan cuping hidung, tidak

terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,

stridor.

Post:

Inspeksi: Pergerakan dada simetris, Pasien

post operasi apendiktomi akan mengalami

penurunan dan peningkatan frekuensi nafas

Palpasi: Kaji ada tidaknya nyeri tekan, vokal

fremitus sama antara kanan dan kiri.

Perkusi: Terdengar sonor.

Auskultasi: Normalnya terdengar vasikuler

pada kedua paru, tidak terdapat suara

tambahan.
29

2) Jantung

Pre:

Ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD

>110/70mmHg; hipertermi.

Post:

Inspeksi: Ictus cordis tidak nampak

Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid

clavicula sinistra.

Perkusi: Normalnya terdengar pekak

Auskultasi: Normalnya terdengar tunggal

suara jantung pertama dan suara jantung

kedua.

h) Abdomen

Pre: terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus

ditandai dengan distensi abdomen.

Post:

Inspeksi: Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa,

bentuk dan ukuran luka, terlihat mengencang

(distensi).

Auskultasi: Bising usus menurun

Palpasi: Terdapat nyeri tekan pada abdomen bekas

operasi.

Perkusi: Kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.


30

i) Ekstremitas

Pre:

Ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses

perjalanan penyakit.

Post:

Secara umum klien post operasi apendiktomi dapat

mengalami kelemahan karena tirah baring pasca

operasi. Kekakuan otot akan berangsur membaik

seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas klien.

j) Integritas kulit

Pre:

Terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,

pucat.

Post:

Terdapat luka sayatan pada bekas operasi, warna

kulit, kelembaban, akral hangat, CRT < 2 detik,

turgor kulit menurun.

k) Pemeriksaan Penunjang

Pre:

1) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis

akut.

2) Foto polos abdomen: dapat memperlihatkan

distensi sekum, kelainan non spesifik seperti


31

fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau

untuk mengetahui adanya komplikasi pasca

pembedahan.

3) Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui

adanya peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi.

4) Pemeriksaan Laboratorium.

Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000

µ/ml. Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit

dan eritrosit.

Post:

1) Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui

adanya peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi.

2) Pemeriksaan foto abdomen: untuk mengetahui

adanya komplikasi pasca pembedahan.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah tahap selanjutnya pada proses

keperawatan yang dilakukan setelah pengkajian. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

keperawatan (Olfah, 2016).


32

a. Pre operasi

1) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status

terkini

b. Intra Operasi

1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan

pembedahan

2) Risiko Hipotermi perioperative berhubungan fluktuasi

suhu lingkungan

c. Post Operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

2) Risiko Infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada

luka operasi.
33

3. Intervensi
Tabel 2.1 Intervensi
No. Diagnosa NIC NOC Rasional
PRE OPERASI
1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk
berhubungan tindakan asuhan vital mengetahui
dengan keperawatan selama 2. Gunakan pendekatan keadaan umum
ancaman ..x..jam, diharapkan yang menenangkan pasien
pada status ansietas teatasi dengan 3. Dorong pasien untuk 2. Agar klien
terkini KH : mengungkapkan merasa dalam
1. Klien mampu prasaan, ketrakutan, lingkungan
mengidentifikasi persepsi yang aman
dan 4. Instruksikan pasien 3. Untuk
mengungkapkan menggunkan Teknik mengurangi
gejala cemas relaksasi rasa cemas pada
2. Vital Sign dalam pasien dengan
batas normal cara bercerita
3. Postur pada orang lain
tubuh,ekspresi 4. Untuk
wajah, bhasa mengurangi
tubuh dan rasa cemas
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
PRE OPERASI
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan 1. Untuk
perdarahan tindakan asuhan darah mengetahui
Berhubungan keperawatan selama 2. Monitor ketat tekanan
dengan ..x..jam, diharapkan tanda-tanda darah klien
perdarahan
34

Tindakan resiko perdarahan tidak 3. Monitor status 2. Untuk


pembedahan. terjadi dengan KH : cairan yang mencegah
1. Tidak ada meliputi intake terjadinya
hematuria dan dan output perdarahan
hematemesis 4. Lindungi pasien 3. Untuk
2. Hehilangan dari trauma yang mengetahui
darah yang dapat kluar dan
terlihat menyebabkan masuknya
3. Tekanan darah perdarahan cairan dari
dalam batas tubuh klien
normal 4. Untuk
mencegah
terjadinya
perdarahan.
2 Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui
Hipotermi tindakan asuhan 2. Monitor Warna dan suhu keadaan suhu tubuh
perioperative keperawatan selama kulit klien
berhubungan ..x..jam, diharapkan 3. Monitor tanda-tanda 2. Untuk mencegah
fluktuasi hipotermi teratasi hipotermi dan hipertermi terjadinya
suhu dengan KH : 4. Selimuti pasien untuk hipotermi.
lingkungan 1. Suhu tubuh mencegah hilangnya 3. Agar mengetahui
dalam rentang kehangatan tubuh. adanya tanda-tanda
normal hipotermi.
2. Nadi dan RR 4. Untuk menjaga
dalam rentang pasien agar tidak
normal terjadi hipotermi.

POST OPERASI
35

1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui


berhubungan tindakan asuhan nyeri secara komprehen skla dan lokasi
dengan agen keperawatan selama Sif nyeri secara umum
cedera ..x..jam, diharapkan 2. Observasi Reaksi non- 2. Untuk mengetahui
biologis. nyeri berkurang Ferbal dari Ketidak prasaan nyeri pada
dengan KH : Nyamanan Gunakan klien
1. Mampu Tehknik 3. Agar klien bisa
mengontrol 3. Komunikasi menceritakan rasa
nyeri (tahu Terapeutik Untuk nyerinya
penyebab nyeri, MengetahuiPengalaman 4.
Nyeri
Untuk mengurangi
mampu pasien rasa nyeri.
menggunakan 4. Ajarkan Tentang tehnik
tehnik non farmakologi
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri)
2. Menyatakan
rasa nyaman
setelah rasa
nyeri berkurang

2 Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui


Infeksi tindakan asuhan infeksi adanya tanda
berhubungan keperawatan selama 2. Bersihkan lingkungan tanda infeksi
dengan ..x..jam, diharapkan setelah dipakai pasien lain 2. Untuk mengurangi
invasi kuman tidak ada infeksi 3. Cuci tangan sebelum dan terjadinya infeksi
pada luka dengan KH : sesudahTindakan 3. Agar klien
operasi. 1. Klien bebas dari keperawatan terbebas dari
tanda dan gejaka 4. Ajarkan cara menghindari resiko infeksi
infeksi infeksi
36

2. Menunjukkan 4. Agra klien dan


kemampuan kluarga tau cara
untuk mencegah untuk mencegah
timbulnya terjadinya infeksi.
infeksi

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyususun rencana

keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawatat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Selama tahap

pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih

tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua

tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh

institusi (Aziz, 2017).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil

akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini

dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana


37

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat

komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data

berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisi data

dan perencanaa (Aziz, 2017).


38

6. Kerangka Konsep
Apendiktomi
Apendiksitis
1. Pengertian

2. Etiologi

3. Klasifikasi

4. Manifestasi Klinis

5. Patofisiogi dan WOC

6. Penatalaksanaan Nyeri Akut


7. Komplikasi 1. Pengertian
2. Faktor penyebab
3. Penatalaksanaan
Terapi Relaksasi benson
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Prosedur penggunaan
BAB III

METODE

1. Jenis/ desain

Metode yang digunakan dalam Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah

deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada klien dengan Apendisitis Akut post Operasi di Ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya Kota Denpasar. Pendekatan yang

digunakan merupakan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

2. Subyek Studi Kasus

Responden penelitian yang dikaji dalam penelitian keperawatan

merupakan individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan

mendalam. Adapun kriteria responden penelitian yang akan dipilih, sebagai

berikut :

1. Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti atau

kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Kostodia,

2019).

39
40

a. Pasien berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

b. Subyek terdiri dari 1-3 orang pasien dewasa dengan kasus

penyakit Apendiksitis

c. Pasien dewasa dengan rentang usia 19 – 75 tahun.

d. Pasien yang dirawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Wangaya Kota Denpasar

e. Pasien bersedia menjadi responden selama penelitian studi

kasus berlangsung.

2. Kriteria ekslusi :

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang tidak

memenuhi kriteria penelitian atau kriteria dimana subjek

penelitian tidak dapat mewakili dalam sampel penelitian karena

tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Kostodia,

2019).

a. Pasien tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien tidak koperatif

c. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

3. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi Studi Kasus : Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD Wangaya

Kota Denpasar

Waktu Studi Kasus : selama praktek stase peminatan yaitu dari tanggal 23

mei-18 juni 2022.


41

4. Definisi Operasional

Pada umumnya pasien yang melakukan apendiktomy akan

merasakan nyeri yang hebat pada 2 jam pertama pasca operasi dikarenakan

pengaruh obat anastesi mulai hilang.

5. Instrument Studi Kasus

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai ketentuan yang berlaku di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

6. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, dikumpulkan dalam suatu

format yang diisi oleh peneliti bersumber pada responden penelitian.Metode

pengumpulan data pada studi kasus ini yaitu dengan data primer yaitu dengan

cara observasi dan melakukan wawancara terhadap pasien langsung dengan

menggunakan format pengkajian yang diberikan pada saat stase peminatan

untuk melakukan pengkajian terhadap pasien kelolaan.

7. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif dan penyajian data

dengan cara mendeskripsikan keadaan pasien kelolaan.

8. Etika Studi Kasus

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut(Notoatmodjo, 2018a). Pada penelitian ilmu


42

keperawatan, karena hampis 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia,

maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian(Nursalam,

2017). Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan harus

diperhatikan sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dengan responden peneliti dengan memberikan

lembar persetujuan. Responden harus mendapatkan informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan serta

mengetahui dampaknya (Hidayat, 2014:83). Responden diberikan hak

untuk menandatangani maupun tidak menandatangani lembar

persetujuan yang diberikan. Jika bersedia menjadi responden, maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan. Namun, jika tidak

bersedia menjadi responden maka peneliti menghormati keputusan dan

hak-hak dari masyarakat.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

yang diisi responden, dan hanya menuliskan kode lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2014:83).


43

3. Confidentality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Notoatmodjo, 2018b).

4. Beneficence

Peneliti selalu berupaya agar segala tindakan yang diberikan

kepada klien mengandung prinsip kebaikan (promote good). Prinsip

berbuat yang baik bagi klien tentu saja dalam batas-batas hubungan

terapeutik antara peneliti dan klien (Notoatmodjo, 2018:203). Peneliti

dalam memberikan tindakan pada penelitian yang dilakukan berusaha

untuk memberikan manfaat yang optimal dan meminimalkan dampak

yang merugikan bagi responden.

5. Justice

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian dengan tanpa adanya

diskriminasi (Nursalam, 2017;195). Peneliti menjaga prinsip keadilan

dengan memperlakukan responden sesuai dengan haknya dan mendapat

perlakuan yang sama, serta tidak membeda-bedakan responden dari segi

umur, agama yang satu dengan yang lainnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil RSUD Wangaya

a) Visi dan Misi RSUD Wangaya

Visi : Menjadi rumah sakit pilihan utama, inovatif, unggul

dalam pelayanan

Kesehatan dan Pendidikan berbasis budaya kerja.

Misi :

a. Memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu

dan terjangkau dengan mengutamakan keselamatan

pasien.

b. Mengelola sarana dan prasarana penunjang

c. Pelayanan Kesehatan secara optimal.

Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia

serta meningkatkan peran rumah sakit dalam

Pendidikan dan pelatihan

d. Mengelola administrasi umum, keuangan dan

sarana prasarana secara optimal.

b) Gambaran RSUD Wangaya

Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya terletak di Kota

Denpasar, didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun

1921. Selama kurun waktu yang cukup lama dari tahun 1921-2007,

44
45

RSUD Wangaya terus melakukan pembenahan yang cukup signifikan

baik dari fasilitas gedung, fasilitas alat-alat medis, peningkatan

pelayanan medis sampai dengan peningkatan pelayanan non medis.

Seiring dengan terbentuknya Pemerintah Daerah Kota Denpasar pada

tahun 1992 dan dengan keluarnya Perda Kota Denpasar Nomor 22

Tahun 2001, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Denpasar menjadi

Rumah Sakit berstatus Badan Pelayanan Umum Unit Swadana.

Berdasarkan SK. Menkes No. 538/Menkes/Su/IV/2003

tertanggal 1 April 2003 RSUD Wangaya berstatus Rumah Sakit Kelas

B Non Pendidikan. Adanya peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61

Tahun 2007 tentang BLUD (Badan Layanan Umum Daerah),

mengelola rumah tangganya sendiri disamping sebagai rumah sakit

yang bersifat sosial juga dapat bersifat profit (mencari keuntungan).

Sejak tahun 2008 RSUD Wangaya berstatus BLUD (Badan Layanan

Umum Daerah) Kota Denpasar, sesuai dengan SK Walikota Nomor 96

Tahun 2008 tertanggal 23 Juli 2008. Seiring dengan perkembangan

RSUD Wangaya menjadi Rumah Sakit Tipe B Pendidikan.

c) Gambaran Ruang IBS (Instalansi Bedah Sentral)

Instalasi Bedah Sentral (IBS) merupakan instalasi yang

memberikan pelayanan pembedahan yang ada di Rumah Sakit.

IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar terdiri dari ruang nurse station yang

terdapat ruang jaga perawat, ruang gudang penyimpanan alat, ruang jaga

farmasi, 2 ruang ganti, ruang istirahat, ruang kepala ruangan, ruang jaga
46

dokter. Selain itu terdapat ruang pendaftaran atau penerimaan pasien, ruang

persiapan, toilet pasien, ruang penunggu pasien yang terdapat di luar

ruangan IBS, ruang pemulihan pasien setelah dilakukan tindakan

pembedahan, ruang alat atau instrumen bedah, spoel hoek dan terdapat 4

kamar bedah/ ruang operasi. Terdapat 2 pasang tempat mencuci tangan

bedah.

a. Pasien

1) Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang

operasi menggunakan transfer bed.

2) Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi, sesuai jadwal

operasi, membawa pasien ke ruang pendaftaran untuk dicocokkan

identitasnya, apakah sudah sesuai dengan data yang sebelumnya

dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan sudah dipelajari

oleh dokter bedah bersangkutan. Pengantar pasien dipersilahkan

untuk menunggu di ruang tunggu pengantar.

3) Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di

ruangan ini pasien dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed

ruang bedah menuju ruang persiapan.

4) Di ruang persiapan pasien dibersihkan, misalnya dicukur pada

bagian rambut yang akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian

tubuh lain yang dianggap perlu.


47

5) Apabila pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih

digunakan untuk operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang

tunggu pasien yang berada di lingkungan ruang operasi.

6) Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang induksi (bila

ada), yang mana, pasien diperiksa kembali kondisi tubuhnya,

menyangkut tekanan darah, detak jantung, temperatur tubuh, dan

sebagainya.

7) Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien

selanjutnya masuk ke ruang bedah, untuk dilakukan operasi

pembedahan.

8) Setelah selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih

dipengaruhi oleh bius dari zat anestesi, selanjutnya dibawa ke

ruang pemulihan (recovery room). Ruangan ini sering juga

dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit). Bila dianggap

perlu, pasien bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang

perawatan intensif.

9) Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut

selanjutnya dibawa masuk ke ruang resusisitasi neonatal

(dibeberapa rumah sakit, jarang ruang resisutasi neonatal ini berada

di ruang operasi, biasanya langsung dibawa ke ruang perawatan

intensif bayi.

10) Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien dibawa ke

ruang rawat inap.


48

b. Perawat dan Dokter Bedah/ Anestesi.

1. Perawat

a) Petugas mengganti baju dan sepatu/ sandalnya di ruang loker,

yang mana dokter/ paramedis selanjutnya mengenakan baju,

penutup kepala dan penutup hidung/ mulut yang sebelumnya

sudah disterilkan.

b) Paramedis selanjutnya melakukan kegiatan persiapan

perlengkapan operasi, meliputi penyiapan peralatan bedah,

pembersihan ruang bedah, mensterilkan ruang bedah dengan

penyemprotan fogging, menyeka (mengelap) meja bedah,

lampu bedah, mesin anestesi, dengan cairan atau lap yang

sesuai. Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi (tekanan gas

medis, vakum, udara tekan medis, kotak kontak listrik, jam

dinding, tempat sampah medis, dan sebagainya).

c) Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang

peralatan bedah yang letaknya dekat dengan kamar bedah. Set

peralatan bedah diambil dari ruang penyimpanan steril dan

disiapkan di atas troli bedah.

d) Setelah siap, dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh

peralatan bedah yang diperlukan dan mengujinya bila

diperlukan.

e) Selanjutnya peralatan bedah ini dimasukkan ke kamar bedah.

Apabila pengadaan ruang persiapan peralatan bedah ini terjadi


49

sesuatu hal tidak dimungkinkan, maka persiapan peralatan

bedah dapat dilakukan di kamar bedah.

2. Dokter

a) Di ruang dokter, dokter beserta stafnya, termasuk dokter

anestesi, melakukan koordinasi tindakan bedah yang akan

dilakukan terhadap pasien, termasuk kemungkinan terburuk

yang bisa terjadi.

b) Selesai melakukan koordinasi, dokter bedah menuju ruang

persiapan peralatan bedah, memeriksa dan menguji apakah

seluruh peralatan sudah sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan untuk pembedahan.

c) Dokter selanjutnya ke ruang induksi, memeriksa kondisi

pasien apakah sudah cukup siap untuk operasi.

d) Dokter anestesi, memeriksa peralatan mesin anestesi apakah

sudah berfungsi dengan baik, termasuk zat anestesi yang akan

digunakan.

e) Dokter bedah dan staf yang membantu operasi, sebelum

melakukan pembedahan, mencuci tangan terlebih dahulu di

tempat cuci tangan yang disebut dengan “Scrub Station”.

Tempat cuci tangan ini terdiri dari air biasa, sabun dan zat anti

septik (biasa digunakan betadine atau alkohol). Selanjutnya

dokter dan staf yang terlibat pengoperasian menggunakan alat

pelindung diri yang telah disterilkan.


50

f) Dokter, staf yang membantu operasi selanjutnya masuk ke

ruang operasi untuk melakukan pembedahan. Sebelum

melakukan operasi, Dokter biasanya melakukan penyesuaian

posisi meja operasi dan lampu operasi yang lebih nyaman,

demikian pula dengan posisi troli peralatan operasi.

g) Setelah selesai melakukan operasi, dokter beserta stafnya

kembali mencuci tangan dan kembali ke ruang dokter untuk

membuat laporan.

c. Alur Material/ Bahan

1) Material/bahan bersih/steril

Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari:

a) Ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan

kebutuhan bedah, dan sebagainya.

b) Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dari ruang

penyimpanan farmasi, termasuk bahan/material yang sekali

pakai. Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat digunakan

ruang persiapan peralatan.

c) Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan

anestesi atau di ruang farmasi.

2) Material kotor/ bekas

Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis

pakai, dimasukkan ke dalam tempat sampah berupa kontainer


51

kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor untuk

selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan khusus.

Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali,

seperti linen, peralatan kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang

spoel hoek untuk dibersihkan, Setelah dibersihkan dan dikemas,

dikirim ke ruang laundry atau CSSD.

d. Jumlah Kasus

Jumlah kasus apendiksitis yang ditemukan sejak 23 mei sampai 16

juni 2022 di RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah sebanyak 8 orang

5 laki-laki dewasa dan 3 perempuan dewasa.

e. Upaya Pelayanan dan Penanganan Yang dilakukan di Ruangan

Sebagai instalasi yang melakukan pelayanan pembedahan, Instalasi

Bedah Sentral RSUD Wangaya Kota Denpasar melakukan pelayanan

pembedahan elektif (berencana), pelayanan pembedahan emergency

dan pembedahan One Day Care Surgery (ODCS)

1. Operasi Gawat Darurat/Cito (emergency)

Operasi Gawat Darurat/Cito adalah tindakan – tindakan

pembedahan yang membutuhkan penanganan cepat dan tidak boleh

ditunda karena bisa mengancam jiwa, pendaftaran operasi gawat

darurat dapat dilakukan setiap saat, baik jam kerja ataupun diluar

jam kerja.
52

2. Operasi Berencana (elektif)

Operasi Berencana (elektif) adalah layanan tindakan pembedahan

yang dijadwalkan ke IBS (Instalasi Bedah Sentral) maksimal 1 hari

sebelum dilakukan pembedahan. Pasien yang direncanakan untuk

operasi di IBS harus sudah dilengkapi dengan pemeriksaan yang

diperlukan sesuai dengan standar operasional prosedur

3. Operasi One Day Care Surgery (ODCS)

Layanan bedah sehari (ODCS) adalah layanan tindakan

pembedahan di RSUD Karangasem yang dilaksanakan di IBS ,

biasanya tindakan ini dilakukan oleh pasien Umum , yaitu pasien

yang tidak ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Pemerintah, layanan

ini dilakukan dengan prosedur pasien datang dan pulang di hari yang

sama (tidak meningap), namun saat ini di RSUD Karangasm

tepatnya di IBS sangat jarang ditemui kasus ODCS.

Batasan Operasional Pelayanan Bedah di IBS RSUD

Wangaya Kota Denpasar adalah sebagai berikut :

1. Tindakan Operasi Bedah Umum

2. Tindakan Operasi Bedah Orthopedi dilakukan oleh dokter

Spesialis Orthopedi

3. Tindakan Operasi Bedah Urologi dilakukan oleh dokter

Spesialis Urologi

4. Tindakan Operasi Bedah Kebidanan dilakukan oleh dokter

Sp.OG
53

5. Tindakan Operasi Bedah THT dilakukan oleh dokter

Spesialis THT

6. Tindakan Operasi Bedah Mata dilakukan oleh dokter

Spesialis Mata

7. Pelayanan Dokter Spesialis Anak pada Bayi Baru Lahir

B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan.

1. Ringkasan Proses Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Apendiksitis Akut di

IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar

DATA ANAMNESIS KLIEN 1

Nama Ny. S
Jenis Kelamin Perempuan
Umur 44 Th
Status Perkawinan Menikah
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Agama Hindu
Pendidikan Terakhir SMP
Alamat Jl. Cokroaminoto GG. Pucuk Sari 1
Diagnosa Medis Apendiksitis Akut
Nomor Register 670533
MRS/Tanggal Pengkajian 3 Juni 2022
Keadaan umum Composmetis
Keluhan Utama Nyeri perut kanan bawah
54

Keluhan Penyakit Sekarang Klien mengatakan nyeri pada perut


bagian kanan bawah sejak 1 minggu
yang lalu, klien dibawa ke Rumah
Sakit pada Tanggal 3 Juni 2022 dan
di rawat di ruang cendrawasih , klien
mengatakan mual dan muntah saat
pertama MRS, klien mengatakan
nyeri saat bergerak, klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk –
tusuk, kemudian klien dijadwalkan
untuk operasi pada tanggal 04 Juni
2022. 2 jam Setelah operasi klien
mengeluh nyeri dan meringis
kesakitan
DO: Klien tampak lemas meringis
kesakitan .

Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak ada riwayat


penyakit dahulu.
Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan mempunyai
Riwayat penyakit hipertensi pada
ayah dan ibunya.
Psikososial Klien dapat berkomunikasi dengan
perawat maupun orang lain , dengan
baik dan lancar serta menjawab
pertanyaan yang ditanyakan oleh
perawat. Klien mengatakan orang
yang menemani klien di rumah sakit
adalah suaminya, klien mengatakan
interaksi dengan orang lain baik dan
tidak ada masalah,
Personal Hygine Saat di rumah klien memiliki
kebiasaan mandi sebanyak 3x sehari,
sikat gigi sebanyak 3x sehari dan
keramas 2 hari sekali, memotong
kuku 2 minggu sekali. Selama di
rumah sakit klien mengatakan di lap
mengunakan tissue basah dan
menyikat gigi 2x sehari
55

Spiritual Sebelum sakit klien sering


beribadah, selama sakit klien tidak
beribadah
Hasil Lab GDS : 159 mg/dL
Kreatinin : 0.9 mg/Dl
Natrium : 141 mmol/L
Kalium : 3.9 mmol/L
Klorida : 99 mmol/L

2. Diagnosis Keperawatan Yang Muncul

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis di tandai dengan

klien gelisah dan ekspresi wajah meringis.


56

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil pengamatan pada dokumentasi kasus pertama dan kasus kedua ada bagian perencanaan perawat telah

mendokumentasikan tujuan dan rencana keperawatan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan

ada penurunan skala nyeri dengan kriteria hasil

Perencanaan keperawatan yang telah dilakukan di Ruang IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar yaitu :

Tabel 4.2 Rencana Keperawatan


Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan asuhan 6. Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera biologis keperawatan diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi, Karakteristik
di tandai dengan klien gelisah dan berkurang. Durasi, Frekuensi, Kualitas dan Factor
meringis kesakitan. 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu Presipitasi
penyebab nyeri, mampu 7. Observasi Reaksi non-Ferbal dari ketidak
menggunakan tehnik Nyamanan
nonfarmakologi untuk 8. Gunakan tehknik komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri) untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Menyatakan rasa nyaman 9. Ajarkan Tentang Tehknik non farmakologi
setelah rasa nyeri berkurang (Terapi Relaksasi Benson)
57

4. Implementasi

Tabel 4.3 Implementasi


Hari/Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu

Sabtu/04 Juni Nyeri akut berhubungan melakukan pengkajian nyeri secara Ds:
2022/13.00 dengan agen cedera komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan nyeri pada
biologis di tandai dengan Karakteristik Durasi, Frekuensi, perut bagian kanan bawah.
13.10 klien gelisah dan Kualitas dan Factor Presipitasi P : Klien mengeluh nyeri terasa pada
meringis kesakitan. luka pasca operasi perut kanan bagian
bawah.
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
R : Klien mengatakan nyeri saat selesai
dilakukan operasi
S : Nyeri dengan skla 4 (0-10)
T : Hilang timbul .
Do:
Klien tampak meringis, klien tampak
menahan sakit dan klien tampak
mengerutkan dahi.
Ttv : TD : 130/90 mmHg
N: 85x/menit
S:36,50C
RR: 20x/menit
SpO2 : 98%
58

13.20 mengobservasi Ds:


Reaksi non-Ferbal dari ketidak - Klien mengatakan nyeri
Nyamanan Do:
- Ekspresi wajah klien tampak
meringis dan sikap yang
melindungi area nyeri serta
tangan memegang area perut
kanan bawah.
13.25 mengunakan tehknik komunikasi Ds:
terapeutik untuk mengetahui - Klien mengatakan merasakan
pengalaman nyeri pasien nyeri pada perut kanan bawah,
Do:
- Klien merasa gelisah karena
nyeri yang dirasakan.
13.30 mengajarkan Tentang Tehknik non Ds:
farmakologi - Klien mengatakan mau
(Tehknik Relaksasi Benson) mengikuti apa yang di
intsruksiakan oleh perawat demi
kesembuhannya.
- Klien mengatakan setelah
melakukan tehknik relaksasi ini
klien nampak lebih tenang dan
nyeri sudah berkurang.
59

Do:
- Klien tampak mengerti dan
kooperatif.
- Klien tampak sudah merasa
nyaman.
60

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan di Ruang IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar sesuai dengan implementasi

yang dilakukan selama 1x 30 menit yaitu :

Tabel 4.4 Evaluasi


Hari/Tanggal/ Diagnosa Evaluasi
Waktu
Sabtu/04 Juni Nyeri akut berhubungan dengan agen S:
2022/13.30 cedera biologis di tandai dengan klien - Klien Mengatakan Merasa nyaman dan
gelisah dan meringis kesakitan. gelisah berkurang setelah melakukan terapi
relaksasi yang dijelaskan oleh perawat.
- Klien mengatkan nyeri sudah sedikit
berkurang setelah melakukan terapi relaksasi
benson.
O:
- Klien tampak tenang
- Klien tampak merasa lebih nyaman dan
gelisah berkurang
- Ekspresi wajah tidak meringis
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan intervensi.
61

C. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan.

Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan selama 1 x 30

menit hasil yang didapatkan dari penerapan asuhan keperawatan yang

telah dilaksanakan pada pasien yaitu; nyeri yang dirasakan oleh klien

sudah berkurang setelah melakukan Tindakan terapi relaksasi benson.

Nyeri pada pasien berada dalam skala menurun.

D. Pembahasan

1) Analisis Karakteristik Pasien

Hasil penelitian tentang Analisa Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Apendiksitis terhadap pemberian tehknik relaksasi benson untuk

penurunan skala nyeri di ruang IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar.

Pasien pada penelitian ini ini adalah Ny. S perempuan umur

44 tahun.Klien merasakan nyeri pada perut kanan bawah dari 1

minvggu yang lalu. Analisis jurnal yang ditemukan bahwa rentang

umur dan jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat skala nyeri

pada pasien yang setelah melakukan Tindakan apendiktomi.(siwi et

al.,2019)

2) Pembahasan

Menurut Simamora (2018) Pada pasien yang melakukan

tindakan apendiktomi ,setelah 1 atau 2 jam akan merasakan nyeri ,

yaitu salah satu keluhan tersering pada pasien yang mengalami

suatu tindakan pembedahan. Nyeri yang dirasakan individu setelah


62

dilakukan tindakan operasi dapat mempengaruhi persepsi individu

terhadap kesembuhannya.

Berdasarkan data dari pengkajian dan hasil wawancara

dengan klien di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya

Kota Denpasar, masalah utama yang didapatkan yaitu Nyeri Akut,

Klien mengatakan merasakan nyeri pada perut kanan bawah.

Setelah selesai dilakukan Tindakan operasi klien dibawa ke ruang

observasi selama kurang lebih 2 jam pasien mengatakan merasakan

nyeri .

Pada tindakan keperawatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah terapi relaksasi benson. Setelah dilakukan Tindakan

operasi pasien akan dipindahkan ke ruang observasi, setelah 1 jam

pasien di evaluasi tingkat nyeri yang dirasakan. Dan sesudah

pemberian intervensi pasien juga kembali akan dievaluasi tingkat

nyeri yang dirasakan dengan menggunakan alat ukur nyeri NRS (0-

10) dan wawancara.

Adapun Hasil evaluasi tingkat skala nyeri pasien sebelum

dan sesudah pemberian intervensi sebagai berikut:


63

Tabel 4.5 Hasil evaluasi pemberian terapi


No. Inisial Skala Nyeri
Responden Pre Intervensi Pra Intervensi
1 Ny. S 4 (0-10) Sedang 3 (0-10) Sedang

Dari hasil evaluasi sebelum dilakukanya intervensi berupa

tehknik relaksasi benson didapatkan hasil tingkat skala nyeri pasien

yaitu 4. Setelah dilakukannya pemberian terapi berupa tehknik

relaksasi benson skala nyeri pada kedua pasien menjadi 3 dari (0-

10) bisa dikatakan dengan nyeri sedang. Hal ini menunjukkan

terdapat penurunan tingkat skala nyeri yang dirasakan pasien

setalah tindakan apendiktomi setelah pemberian intervensi tehnik

relaksasi benson.

Menurut Simamora (2018) Nyeri yang dirasakan individu

setelah dilakukan tindakan operasi dapat mempengaruhi persepsi

individu terhadap kesembuhannya. Peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan penanganan segera

dapat mengurangi nyeri yang ditimbulkan setelah tindakan operasi.

Penanganan nyeri bisa dilakukan secara non farmakologis.

Penanganan nyeri secara non farmakologis yaitu salah satunya

dengan teknik relaksasi benson.


64

Tehknik relaksasi benson bisa dilakukan dengan berdoa.

Mendoakan adalah bagian dari terapi spiritualitas yang merupakan

tindakan untuk mengurangi rasa sakit. Keyakinan kepada Yang

Maha Kuasa bisa ampuh mengobati. Aktivitas berdoa/mendoakan

merupakan sumber yang efektif untuk mengtasi stress dan

kecemasan serta nyeri yang ditandai dengan fungsi kardiovaskuler

yang stabil, relaksasi otot serta suasana hati yang lebih damai dan

tenang.

Fungsi utama pada relaksasi benson ini adalah untuk

menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh klien. Klien

mengatakan sangat yakin dengan tehknik relaksasi benson ini untuk

menanggulangi rasa nyeri yang dirasakan saat ini dan nanti. Sejalan

dengan penelitian dari Rasubala (2017) mengatakan keyakinan

seseorang saat melakukan terapi relaksi benson akan

mempermudah dan mempercepat menurunkan skala nyeri pada

pasien-pasien post operasi apendiksitis.

Berdasarkan hasil analisis asuhan keperawatan yang

dilakukan melalui terapi relaksasi benson terhadap pasien

appendicitis dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala

nyeri terhadap pasien appendicitis setelah pemberian terapi

relaksasi benson selama 30 menit. Teknik relaksasi benson

diketahui telah terbukti signifikan mampu menurunkan skala nyeri


65

pada pasien Post Operasi Appendisitis (Wainsani & Khoiriyah,

2020). Nilai sebelum dilakukan intervensi pada pasien 1 dan 2

masing-masing adalah skala nyeri 5 (0-10) kemudian setelah

intervensi menjadi pasien 1 dengan skala nyeri 2 (0-10) dan pasien

2 menjadi skala nyeri 3, berarti telah terdapat penurunan pada skala

nyeri yang dirasakan pasien (Wainsani & Khoiriyah, 2020).

Pemberian terapi farmokologi juga bisa dilakukan untuk

pasien post apendiktomi. Pemberian terapi farmakologi seperti

Antibiotik preoperatif perlu diberikan untuk mengurangi risiko

infeksi post operasi. Pemberian analgesik pada pasien apendiktomi

di RSUD Wangaya Kota Denpasar, pertama saat pre operasi pasien

akan dilakukan skin test untuk melihat apakah ada alergi pada

antibiotic jika tidak ada alergi maka akan dimasukkan ceftriaxone

sebanyak 2 gr yang dimasukkan melalui cairan infus dan analgetic

fentalyl sebagai obat bius yang diberikan 30 menit sebelum

dilakukanya Tindakan operasi sebanyak 50 mcg

Apendektomi termasuk dalam klasifikasi pembedahan

bersih terkontaminasi, diperlukan pemberian antibiotik profilaksis

pre-operasi untuk mencegah infeksi luka operasi dan bila saat

operasi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik akan

diperpanjang sebagai terapi. dalam pemberian antibiotik harus

rasional, pada saat dilakukanya operasi pemberian obat-obatan akan


66

diberikan oleh perawat yang memiliki wewenang seperti perawat

anastesi. Setelah pasien memasuki ruangan operasi perawat akan

pasien terlebih dauhulu seperti memasangkan tensi, ekg, spO2 dan

memberikan obat-obatan sebelum dilakukanya tindakan operasi,

perawat membasukan obat seperti epineprin, atropine, midazolam,

pelumpuh otot seperti pancoronium dan antibiotika, saat operasi

pasien hanya dibius local /anastesi local yaitu hanya melumpuhkan

sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan kehilangan

kesadaran.

Pasien yang melakukan tindakan apendiktomi ,setelah 1 atau

2 jam akan merasakan nyeri. Post operatif, pengobatan awal

dengan antibiotik IV secara signifikan mengurangi infeksi luka dan

pembentukan abses intraabdomen. Analgetik yang diberikan saat

itu adalah ketorolac 30 mg tiap 8 jam iv, Parasetamol 500 mg tiap

6 jam PO dan Asam Mefenamat.Obat ini digunakan sebagai

pengurang rasa nyeri karena pengaruh analgesiknya yang cukup

kuat (Zulfikar F, Budi P.S, 2018). Pada bedah rawat jalan nyeri

sudah harus terkontrol dengan analgetik oral (seperti parasetamol,

ibuprofen, parasetamol dengan codein) sebelum pasien

dipulangkan. Ibuprofen 800 mg menghasilkan efek analgetik yang

lebih baik diberikan setiap 8 jam selama 3 hari setelah bedah rawat

jalan.
67

Sejalan dengan penelitian Octariani (2021) yang

mengatakan pada pasien pasca bedah apendisitis yang telah

diberikan analgetik mengalami penurunan intensitas nyeri dimana

pada pasien sebelum diberikan analgetik yang mengalami intensitas

nyeri sedang terdapat sebanyak 60,0% dan nyeri ringan sebanyak

40,0% kemudian setelah diberikan analgetik terjadi penurunan

intensitas nyeri dimana terdapat pasien yang tidak merasakan nyeri

sebanyak 10,5%, pasien yang mengalami nyeri sedang terjadi

penurunan menjadi 1,1%.

Selain pemberian relaksasi benson dan pemberian

analgetik perawat juga menyarankan klien agar melakukan

mobilisisasi dini dimana tujuannya untuk proses penyembuhan luka

post apendiktomi. Tindakan pembedahan yang dilakukan

mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh sehingga

menimbulkan nyeri dan menjadi salah satu alasan untuk tidak ingin

bergerak.menurut Rizky Ananda (2021) Mobilisasi dini dapat

menunjang proses penyembuhan luka pasien karena dengan

menggerakkan anggota badan akan mencegah kekakuan oto dan

sendi, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan dapat

memperlancar peredaran darah kebagian yang mengalami

perlukaan agar proses penyembuhan luka menjadi cepat.


68

Setelah melakukan Tindakan apendiktomi, proses

penyembuhan lainya yaitu, nutrisi juga sangat penting untuk pasien

post operasi apendiksitis. Nutrisi awalan pada Setelah operasi,

pasien perlu melakukan penyesuaian pola makan sebelum kembali

ke pola makan normal sebelum operasi. Diet cair , setelah tindakan

operasi, saluran pencernaan membutuhkan waktu untuk kembali

seperti semula. Pada awalnya pasien dianjurkan untuk menjalankan

diet cair sampai kondisi pulih (tidak ada lagi mual dan muntah

akibat anestesi).Diet lunak. setelah tubuh mulai pulih dari operasi,

maka pola diet selanjutnya yang dianjurkan adalah dengan

mengonsumsi makanan yang lunak. Makanan lunak bisa berupa

bubur atau kentang yang dihaluskan. Hindari makanan yang pedas,

bersantan atau berlemak. Selanjutnya diet tinggi serat makanan

tinggi serat dapat membantu mencegah konstipasi atau sulit BAB

setelah menjalani operasi apendiksitis seperti gandum, beras

merah, kacang-kacangan, sayur dan buah (Dictara et al., 2018).

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka

disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri pada pasien

appendicitis dengan pasien 1 dari skala 4 menjadi skala 3, serta

pasien 2 dari skala nyeri 3 menjadi skala nyeri 2. Oleh sebab itu,
69

pemberian terapi relaksasi benson mempengaruhi penurunan skala

nyeri pada pasien appendicitis.

E. Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan yang ditemukan dalam penyususnan KIA ini

adalah terbatasnya proses pengkajian pada klien, karena di ruang

Instalasi Bedah Sentral pasien hanya bisa dikaji dalam waktu yang

singkat. Sehingga penyusunan asuhan keperawatan tidak bisa

dilakukan secara maksimal.


70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang sudah diterapkan kepada klien

dengan masalah keperawatan Nyeri Akut pada post operasi di ruang Instalasi

Bedah Sentral RSUD Wangaya Kota Denpasar dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian yang dilakukan oleh pernulis pada klien sudah sesuai

dengan teori. Salah satu focus utama pengkajian pada klien post operasi

apendiksitis akut adalah pengkajian nyeri akut yang menggunakan alat

ukur Numeric Rating Scale (NRS) .

2. Diagnosa

Menurut teori yang dikemukakan oleh penulis pada bab sebelumnya

diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada klien pre operatif

Apendisitis Akut adalah Ansietas , pada klien 1 sudah ditemukan

diagnose keperawatan yang tepat.

3. Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada klien 1 dirumuskan

berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada, intervensi pada

diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan kebutuhan klien,


71

memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan klien dalam

berinteraksi.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang terapkan pada kasus ini dilaksanakan

sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan intervensi utama sudah

diterapkan yaitu teknik relaksasi benson namun ada beberapa intervensi

yang tidak diterapkan karena disesuaikan dengan kebutuhan klien post

operatif

5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang didapatkan pada klien

dengan intervensi tehknik relaksasi benson.

6. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada klien 1dan 2 selama masing

– masing 30 menit sudah dibuat daam bentuk SOAP. Respon klien

dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan baik, klien cukup

kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan. Hasil

evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada klien menunjukkan bahwa

masalah yang dialami oleh kedua klien sudah teratasi.


72

B. Saran

1. Bagi IBS RSUD Wangaya Kota Denpasar

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan klien post operatif dengan masalah

keperawatan Ansietas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukkan atau sumber informasi serta dasar

pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan tentang terapi slow deep

breathing terhadap penurunan skala ansietas

3. Bagi Pasien

Hasil Karya Ilmiah Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

menambah ilmu pengetahuan pasien dalam menurunkan skala nyeri

pada post operasi dan dapat memberikan inovasi baru bagi pasien post

operasi yang dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan

menjadi landasan yang kuat untuk penulis KIAN selanjutnya.

Penggunaan instrumen yang lebih mudah dan ringkas akan sangat

membantu mengingat mobilitas perawat di ruang Instalasi Bedah

Sentral, kemudian untuk penentuan diagnosa semoga penulis KIAN


73

selanjutnya dapat memperluas lagi pengkajiannya guna mendapatkan

diagnose keperawatan yang lebih banyak sesuai dengan kondisi klien

5. Bagi Profesi Perawat

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

meningkatkan Asuhan Keperawatan klien dengan nyeri akut secara

komprehensif.
74

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2016). Pengukuran Kuantitas Nyeri. Universitas Hasanuddin, 1(1), 1–6.


https://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/12/Pengukuran-
Kuantitas-Nyeri.pdf

Dictara, A. A., Angraini, D. I., & Musyabiq, S. (2018). Efektivitas Pemberian


Nutrisi Adekuat dalam Penyembuhan Luka Pasca Laparotomi Effectiveness
of Adequate Nutrition in Wound Healing Post Laparotomy. Majority, 7(71),
249–256.

Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.


Salemba Medika.

Kostodia, V. (2019). Asuhan keperawatan pada Tn. KD dengan gagal ginjal kronik
di ruang kelimutu Rsud. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Kti, 43.

Kurniawati, K., & Kadir, A. (2020). Gambaran Tentang Kejadian Appendisitis Di


Rs. Tk Ii Pelamonia Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(4),
371–377.

Mirantika, N., Danial, D., & Suprapto, B. (2021). Hubungan antara Usia, Lama
Keluhan Nyeri Abdomen, Nilai Leukosit, dan Rasio Neutrofil Limfosit dengan
Kejadian Apendisitis Akut Perforasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(4), 576–585.
https://doi.org/10.25026/jsk.v3i4.467

Notoatmodjo. (2018a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018b). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Metodelogi penelitian Ilmu Keperawatan (2nd ed.). Jakarta:


Salemba Medika.

Octariani, S., Mayasari, D., & Ramadhan, A. M. (2021). Proceeding of


75

Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. Proceeding of Mulawarman


Pharmaceuticals Conferences, April 2021, 135–138.

Pratitdya, G., Rehatta, N. M., & Susila, D. (2020). Perbandingan Interpretasi Skala
Nyeri Antara Nrs-Vas-Wbfs Oleh Pasien Pasca Operasi Elektif Orthopedi Di
Rsud Dr. Soetomo. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(3), 447.
https://doi.org/10.33366/jc.v8i3.1802

Rasubala, F. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri


Pada Pasien Post Operasi Di RSUP. PROF.DR. R.D Kandou Manado. E-
Journal Keperawatan., 5.

Rizky Ananda, A., Inayati, A., & keperawatan Dharma Wacana Metro, A. (2021).
Appendiktomy Di Kota Metro Application Of Early Mobilization on the
Process of Wound Healing in Patients with Appendictomi Post Operations In
the City Metro. Jurnal Cendikia Muda, 1(4), 436–444.

Sedán, P.-, Nasional, B. A. Z., Dana, L. P. L. D. A. N., Keuangaii, L., Beraktiir, Y.,
Relief, H., Hall, J. K., Weinberger, R., Marco, S., Steinitz, G., Moula, S.,
Accountants, R. P., Report, A. A. S., Accounting, F., Keuangan, L. P., Saldo,
J., Bersih, D., Li, H., Hikmah, L. L., …

Eddy, S. A. (2020). Penerapan Teknik Relaksasi Benson Untuk Menurunkan


Intensitas Nyeri Pada Ny N Dengan Post Appendiktomi Di Wilayah Kerja
Dipuskesmas Muaro BUNGO 1 TAHUN 2020. Journal of Chemical

Septiana, A., Inayati, A., & Ludiana. (2021). Penerapan Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi di
Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda, 1, 444–451.

Simamora, F. A., & Dkk. (2018). Jurnal kesehatan ilmiah indonesia (indonesian
health scientific journal). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 3(2), 22–28.

Wainsani, S., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Intensitas Skala Nyeri Pasien
Appendiks Post Appendiktomi Menggunakan Teknik Relaksasi Benson. Ners
Muda, 1(1), 68. https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5488
76

Yoko. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis Dengan
Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruang Mawar
Rumah Sakit Umum Daerah Jombang. 1, 105–112.

Zulfikar F, Budi P.S, W. (2015). Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah
Apendiks di Instalasi Rawat Inap RSD dr . Soebandi Jember. E-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 3(1), 44–49.

Warsinggih. (2016). Appendicitis Acute. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019 dari
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-
content/uploads/2016/10/APPE DISITIS-AKUT.pdf

Anda mungkin juga menyukai