LP Anak - KDS
LP Anak - KDS
DISUSUN OLEH:
SANDIKA FITRA ANUGRAH
NIM: I1031201055
1. Definisi
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Pada setiap
anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi
serta rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi
kejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih (Jasni, 2020).
2. Etiologi
1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-
50% anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Infeksi
a) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis
media (infeksi telinga).
b) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah).
3. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
4. Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
5. Trauma
4. Medulla Oblongata
Medulla oblongata adalah titik awal syaraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak.
Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi pencernaan. Selain
itu juga mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah
bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan
otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan
medula. Pons disebut juga Pons Varoli / JembatanVarol. Sebagai bagian
dari batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ
vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan.
(Arifin S, 2019)
4. Patofisiologi
Tanda dan gejala yang dapat muncul apabila anak menderita kejang demam
sederhana antara lain
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan diagnostik
Neuroimaging Pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
2) Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit,
kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada
kejang demam pertama. Apalagi dalam panggilan riwayat penyakit
sebelumnya tidak dicurigai peristiwa yang menunjukan penyebab
gangguan elekrolit dan gangguan gula darah pemeriksaan tersebut hanya
mengahamburkan biaya. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
7. Penatalaksaan
a) Penatalaksaan Medis
1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu
diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan
secara intravena.
2) Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-
30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atausebaliknya glukortikoid
misalnya deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.
2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
3) Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan.
4) Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko lidah
tergigit kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.
5) Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.
6) Pemberian oksigen untuk mencukupi perfusi jaringan.
7) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak penderita KDS ini, antara lain:
Pengkajian yang dapat dilakukan pada penderita kejang demam sederhana, antara
lain:
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, agama, pendidikan, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, tempat tinggal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, anaknya
sudah mengalami kejang 1 kali atau berulang dan durasi kejangnya berapa
lama, tegantung jenis kejang demam yang dialami anak
3. Riwayat kesehatan lalu
Khusus anak usia 0-5 tahun dilakukan pengkajian prenatalcare,
natal dan postnatal. Untuk semua usia biasanya pada anak 13 kejang
demam sederhana, anak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan, sering
mengkonsumsi obat bebas dan biasanya perkermbangannya lebih lambat
4. Riwayat kesehatan keluarga,
Biasanya orang tua anak atau salah satu dari orang tuanya ada yang
memiliki riwayat kejang demam sejak kecil
5. Riwayat imunisasi
Anak yang tidak lengkap melakukan imunisasi biasanya lebih
rentan terkena infeksi atau virus seperti virus influenza
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Anak rewel dan menangis, kesadaran composmentis.
b) TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk
anak 20-30 kali / menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110
kali /menit
c) BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam sederhana tidak
mengalami penurunan berat badan yang berarti.
d) Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e) Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan
konjungtiva pucat.
f) Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping hidung,
bentuk hidung simetris, mukosa hidung berwarna merah mudah.
g) Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan
pecah pecah, tongsil tidak hiperemis.
h) Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
i) Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi, biasanya vremitus kiri
kanan sama. Auskultasi, biasanya ditemukan suara nafas tambahan
j) Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan denyut
jantung
k) Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.
l) Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada lecet
pada anus.
b. Terapeutik
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis,
relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil psosisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau melatih
teknik yang dipilih’
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
2. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Setelah dilakukan Tindakan
Gangguan neurologis (mis. a. Observasi:
keperawatan 3 x 24 jam pasien merasa
Elektriensefalogram (EEG) nyerinya berkurang - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Kretertia Hasil:
positif, cedera kepala, usaha napas)
1. Dispnea cukup menurun (4)
gangguan kejang) 2. Penggunaan oto bantu nafas - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
menurun (3) gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
3. Frekuensi nafas cukup membaik
(4) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik:
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
headtilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga
trauma servical)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat □ Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda pada dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif
d. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Hipertermia b.d Peningkatan Termoregulasi (L.14134) MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
Setelah dilakukan Tindakan
laju metabolisme
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa a. Observasi
nyerinya berkurang
- Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
Kretertia Hasil:
1. Kulit memerah cukup menurun dehidrasi terpapar lingkungan panas
(4) penggunaan incubator)
2. Kejang menurun (3) - Monitor suhu tubuh
3. Menggigil cukup menurun (4) - Monitor kadar elektrolit
4. Suhu tubuh cukup membaik (4) - Monitor haluaran urine
b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
4. Risiko Cedera b.d perubahan Tingkat Cedera (L.14136) Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513)
Setelah dilakukan Tindakan
fungsi psikomotor a. Observasi
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa
nyerinya berkurang - Identafikasi kebutuhan keselamatan (mis.
Kretertia Hasil:
Kondisi fisik, fungsi kgnitif dan Riwayat
1. Kejadian cedera cukup menurun
(4) perilaku)
2. Keegangan oto sedang (3) - Monitor perubahan status keselamatan
3. Ekspresi wajah kesakitan
sedang (3) lingkungan
4. Pola istirahat/tidur sedang (3)
b. Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
(mis. Fisik, biologi dan kimia, jika
memungkinkan)
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
(mis, commode chair dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis.
Pengekangan fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas (mis. Puskesmas, polisi, damkar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis.timbal)
e. Edukasi
- Anjurkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lignkungan
5. Deficit pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan (L.12111)) Edukasi Kesehatan (I.12435)
Setelah dilakukan Tindakan
kurangnya terpapar informasi a. Observasi :
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa
nyerinya berkurang - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kretertia Hasil: menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran sedang
(3)
2. Pertanyaan tentang masalah b. Terapeutik :
yang dihadapi sedang (3) - Sediakan materi dan media pendidikan
3. Presepsi yang keliru terhadap
masalah cukup menurun (4) Kesehatan
4. Perilaku cukup membaik (4) - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Gunakan variasi metode pembelajaran
- Gunakan pendekatan promosi kesehatan
dengan memperhatikan pengaruh dan
hambatan dari lingkungan, sosial serta
budaya
- Berikan pujian dan dukungan terhadap
usaha positif dan pencapaiannya
c. Edukasi :
- Jelaskan penanganan masalah Kesehatan
- Informasikan sumber yang tepat yang
tersedia di masyarakat
- Anjurkan menggunakan fasilitas Kesehatan
- Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodic
- Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang
akan diubah (mis. keinginan mengunjungi
fasilitas kesehatan)
- Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan
dicapai
- Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari
- Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem
fasilitas pelayanan Kesehatan
- Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
Daftar Pustaka
Jasni (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diagnosa Medik Kejang
Demam Sederhana Di Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI