Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIK KLINIK II

STASE KEPERAWATAN ANAK


LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM SEDERHANA
(KDS) PADA ANAK

Dosem Pembimbing : Ns. Mita, S.Kep., M.Kep


Pembimbing Klinik : Ns. Mardiani, S.Kep

DISUSUN OLEH:
SANDIKA FITRA ANUGRAH
NIM: I1031201055

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2022/2023
Nama Mahasiswa : Sandika Fitra Anugrah
NIM : I1031201055
Tgl Praktek : 07-12 November 2022
Ruangan : Melati

1. Definisi
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Pada setiap
anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi
serta rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi
kejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih (Jasni, 2020).

Kejang Demam Sederhana terjadi pada kenaikan suhu diatas 38ºC


berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam (Dirgantarasyah, 2020)

2. Etiologi

Penyebab dari Kejang Demam Sederhana antara lain:

1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-
50% anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Infeksi
a) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis
media (infeksi telinga).
b) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah).
3. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
4. Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
5. Trauma

3. Anatomi dan Fisiologis

Gambar 3.1 Bagian Otak (Arifin S, 2019)

1. Otak besar ( Cerebrum )


Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Otak besar/Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus.
a) Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah,
memberi penilaian, kreativitas, control perasaan, control perilaku
seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
b) Lobus Parietal
Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c) Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau
komunikasi dalam bentuk suara.
d) Lobus Occipital
Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhada pobjek yang ditangkap oleh retina mata.

2. Otak Kecil ( Cerebellum )


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala,
dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya yaitu mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.

Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian


gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika
terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi

3. Batang otak ( Brainstem )


Batang otak mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan
merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang Otak
terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a) Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang
otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakanmata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b) Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak
dan di depan mesencephalon. Terdiri dari :
1) Thalamus
Yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah
yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal
motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.
2) Hipotalamus
Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus
dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid,
glukokortikoid, glukosa dan suhu. Salah satu fungsi yang
penting adalah karena terhubung dengan sistem syaraf dan
kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis
sistem endokrin.

4. Medulla Oblongata
Medulla oblongata adalah titik awal syaraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak.
Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi pencernaan. Selain
itu juga mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah
bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan
otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan
medula. Pons disebut juga Pons Varoli / JembatanVarol. Sebagai bagian
dari batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ
vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan.
(Arifin S, 2019)

4. Patofisiologi

Pada demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang
anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, apabila suhu
tubuh naik dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan
bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat
menimbulkan kejang

Patofisiologi kejang demam masih belum jelas, tetapi faktor genetik


memainkan peran utama dalam pengambilan sampel darah dilakukan saat pasien
datang di kerentanan kejang. Kejadian kejang demam dipengaruhi oleh usia dan
maturitas otak. Postulat ini didukung oleh fakta bahwa sebagian besar (80-85%)
kejang demam terjadi antara usia 6 bulan dan 5 tahun, dengan puncak insiden
pada 18 bulan.
Pathway

Gambar 4.2 Pathway Kejang Demam Sederhana (Dirgantarasyah, 2020).


5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat muncul apabila anak menderita kejang demam
sederhana antara lain

a) Muntah dan mual


b) Suhu tubuh meningkat atau mengalami hipertermi dan menyebabkan kulit
terasa hangan dan memerah
c) Mengalami henti napas sejenak
d) Tidak dapat mengintrol pengeluaran urin atau feses
e) Bola mata mengarah keatas bahkan bisa tidak sadarkan diri apaila
mengalami kejang yang hebat
f) Durasi kejang berfariasi, ada yang butuh beberapa detik dan ada juga yang
sampai beberapa menit

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan diagnostik
Neuroimaging Pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
2) Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit,
kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada
kejang demam pertama. Apalagi dalam panggilan riwayat penyakit
sebelumnya tidak dicurigai peristiwa yang menunjukan penyebab
gangguan elekrolit dan gangguan gula darah pemeriksaan tersebut hanya
mengahamburkan biaya. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

7. Penatalaksaan

a) Penatalaksaan Medis
1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu
diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan
secara intravena.
2) Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-
30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atausebaliknya glukortikoid
misalnya deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.
2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
3) Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan.
4) Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko lidah
tergigit kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.
5) Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.
6) Pemberian oksigen untuk mencukupi perfusi jaringan.
7) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada anak penderita KDS ini, antara lain:

1. Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya


sehingga dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang
menyebabkan kerusakan pada neuron.
2. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang
dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak
baru berumur 4 bulan - 5 tahun.
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5. Kemungkinan mengalami kematian
9. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada penderita kejang demam sederhana, antara
lain:

1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, agama, pendidikan, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, tempat tinggal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, anaknya
sudah mengalami kejang 1 kali atau berulang dan durasi kejangnya berapa
lama, tegantung jenis kejang demam yang dialami anak
3. Riwayat kesehatan lalu
Khusus anak usia 0-5 tahun dilakukan pengkajian prenatalcare,
natal dan postnatal. Untuk semua usia biasanya pada anak 13 kejang
demam sederhana, anak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan, sering
mengkonsumsi obat bebas dan biasanya perkermbangannya lebih lambat
4. Riwayat kesehatan keluarga,
Biasanya orang tua anak atau salah satu dari orang tuanya ada yang
memiliki riwayat kejang demam sejak kecil
5. Riwayat imunisasi
Anak yang tidak lengkap melakukan imunisasi biasanya lebih
rentan terkena infeksi atau virus seperti virus influenza
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Anak rewel dan menangis, kesadaran composmentis.
b) TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk
anak 20-30 kali / menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110
kali /menit
c) BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam sederhana tidak
mengalami penurunan berat badan yang berarti.
d) Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e) Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan
konjungtiva pucat.
f) Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping hidung,
bentuk hidung simetris, mukosa hidung berwarna merah mudah.
g) Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan
pecah pecah, tongsil tidak hiperemis.
h) Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
i) Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi, biasanya vremitus kiri
kanan sama. Auskultasi, biasanya ditemukan suara nafas tambahan
j) Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan denyut
jantung
k) Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.
l) Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada lecet
pada anus.

7. 11 Pengkajian pola Gordon


a. Persepsi kesehatan – pola pemeliharaan Kesehatan
DS: Alasan masuk RS, Riwayat Kesehatan sebelum dan sesudah
sakit
DO: Observasi keadaan umum, TTV dan Pernafasan
b. Pola nutrisi metabolic
DS: Kebiasaan pemenuhan nutrisi sebelum dan saat sakit, alergi
makanan atau minuman, BB
DO: Pola pemenuhan nutrisi baik atau tidak
c. Pola Eliminasi
DS: Pola, Konsistensi dan frekuensi BAB/BAK sebelum dan saat
masuk rumah sakit
DO: Observasi dan pemeriksaan fisik bagian abdomen nyeri atau
tidak
d. Pola Aktivitas dan Latihan
DS: Pola aktivitas sebelum atau saat MRS
DO: Observasi dan pemeriksaan fisik pada saat melakukan
aktivitas
e. Pola Istirahat dan Tidur
DS: Pola tidur pada saat sebelum dan saat MRS,apakah mengalami
gangguan atau tidak
DO: Observasi kondisi wajah apakah terlihat lesu, mengantuk atau
tidak
f. Pola kognitif Perseptual
DS: apakah mengalani gangguan penciuman, pendengaran atau
pengelihatan sebelum dan saat MRS
DO: Observasi dan pemeriksaan neurologi
g. Pola Persepsi Diri/Konsepdiri
DS: apakah pasien tampak lemas atau lesu sebelum dan saat MRS
DO: Observasi dan pemeriksaan apakah terdapat kelainan pada
fisik pasien
h. Pola peran hubungan
DS: Pola Hubungan terhadap lingkungan sosial sebelum dan saat
MRS
DO: observasi pola komunikasi
i. Pola Seksualitas
DS: apakah terjadi gangguan reproduksi sebelum dan saat MRS
j. Pola Koping Toleransi Terhadap Stres
DS: pola koping orang tua saat anak menangis atau gelisah
sebelum dan saat MRS
DO: Observasi wajah klien
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
DS: Pola kepercayaan pasien sebelum dan saat MRS
DO: Observasi pola dalam menjalankan ajaran atau kebiasaan
kepercayaan yang dianut

10. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian
dari penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan
yang dimana juga bertujuan untuk menilai atau mengidentifikasi respon pasien
mengenai Kesehatan yang dialaminya. Adapun diagnose yang dapat muncul dari
Kejang Demam Sederhana (KDS) sebagai berikut:

1. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri


2. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (mis.
Elektriensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)
3. Hipertermia b.d Peningkatan laju metabolisme
4. Risiko Cedera b.d perubahan fungsi psikomotor
5. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kreteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
O (SDKI)
1 Ansietas b.d Ancaman Tingkat Ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi
Setelah dilakukan Tindakan
terhadap konsep diri
keperawatan 3 x 24 jam pasien merasa a. Observasi
nyerinya berkurang
Kretertia Hasil:
- Identifikasi penurunan tingkat energy,
1. Perilaku gelisah cukup menurun
(4) ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala

2. Perilaku tegang cukup menurun lain yang menganggu kemampuan kognitif

(4) - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah


efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi

b. Terapeutik

- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa


gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

c. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis,
relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil psosisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau melatih
teknik yang dipilih’
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )

2. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Setelah dilakukan Tindakan
Gangguan neurologis (mis. a. Observasi:
keperawatan 3 x 24 jam pasien merasa
Elektriensefalogram (EEG) nyerinya berkurang - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Kretertia Hasil:
positif, cedera kepala, usaha napas)
1. Dispnea cukup menurun (4)
gangguan kejang) 2. Penggunaan oto bantu nafas - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
menurun (3) gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
3. Frekuensi nafas cukup membaik
(4) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

b. Terapeutik:
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
headtilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga
trauma servical)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat □ Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda pada dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

c. Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif

d. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Hipertermia b.d Peningkatan Termoregulasi (L.14134) MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
Setelah dilakukan Tindakan
laju metabolisme
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa a. Observasi
nyerinya berkurang
- Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
Kretertia Hasil:
1. Kulit memerah cukup menurun dehidrasi terpapar lingkungan panas
(4) penggunaan incubator)
2. Kejang menurun (3) - Monitor suhu tubuh
3. Menggigil cukup menurun (4) - Monitor kadar elektrolit
4. Suhu tubuh cukup membaik (4) - Monitor haluaran urine

b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu

c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi

- Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,


jika perlu

4. Risiko Cedera b.d perubahan Tingkat Cedera (L.14136) Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513)
Setelah dilakukan Tindakan
fungsi psikomotor a. Observasi
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa
nyerinya berkurang - Identafikasi kebutuhan keselamatan (mis.
Kretertia Hasil:
Kondisi fisik, fungsi kgnitif dan Riwayat
1. Kejadian cedera cukup menurun
(4) perilaku)
2. Keegangan oto sedang (3) - Monitor perubahan status keselamatan
3. Ekspresi wajah kesakitan
sedang (3) lingkungan
4. Pola istirahat/tidur sedang (3)

b. Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
(mis. Fisik, biologi dan kimia, jika
memungkinkan)
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
(mis, commode chair dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis.
Pengekangan fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas (mis. Puskesmas, polisi, damkar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis.timbal)
e. Edukasi
- Anjurkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lignkungan
5. Deficit pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan (L.12111)) Edukasi Kesehatan (I.12435)
Setelah dilakukan Tindakan
kurangnya terpapar informasi a. Observasi :
keperawatan 2 x 24 jam pasien merasa
nyerinya berkurang - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kretertia Hasil: menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran sedang
(3)
2. Pertanyaan tentang masalah b. Terapeutik :
yang dihadapi sedang (3) - Sediakan materi dan media pendidikan
3. Presepsi yang keliru terhadap
masalah cukup menurun (4) Kesehatan
4. Perilaku cukup membaik (4) - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Gunakan variasi metode pembelajaran
- Gunakan pendekatan promosi kesehatan
dengan memperhatikan pengaruh dan
hambatan dari lingkungan, sosial serta
budaya
- Berikan pujian dan dukungan terhadap
usaha positif dan pencapaiannya

c. Edukasi :
- Jelaskan penanganan masalah Kesehatan
- Informasikan sumber yang tepat yang
tersedia di masyarakat
- Anjurkan menggunakan fasilitas Kesehatan
- Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodic
- Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang
akan diubah (mis. keinginan mengunjungi
fasilitas kesehatan)
- Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan
dicapai
- Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari
- Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem
fasilitas pelayanan Kesehatan
- Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
Daftar Pustaka

Lestari, S. I. (2021). Asuhan Keperawatan Aanak Pada An. A Dengan Diagnosa


Kejang Demam Di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Jasni (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diagnosa Medik Kejang
Demam Sederhana Di Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan.

Dirgantarasyah (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. H Yang Mengalami


Kejang Demam ( KDS ) Diruang Melati Rumah Sakit Umum Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda

Haryati, A. (2019). Asuhan Keperawatan An. A Usia Toddler (3 Tahun) Dengan


Gangguan Sistem Saraf Akibat Kejang Demam Sederhana di Ruang
Tanjung RSUD R. Syamsyudin, SH Kota Sukabumi (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Sukabumi).

Evapuspita Faizal, C. R. (2019). Asuhan Keperawatan An. A (4 Tahun 2 Bulan)


Dengan Gangguan Sistem Saraf Akibat Kejang Demam Sederhana di
Ruang Tanjung RSUD R. Syamsyudin,, SH Kota Sukabumi (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Sukabumi).

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai