BMT Gunungjati (Laporan Kelompok PPL 2022)
BMT Gunungjati (Laporan Kelompok PPL 2022)
1. Ayati (1908203031)
2. Chika Dianawati (1908203221)
3. Dinda Agatha (1908203229)
4. Lulu Nurul Aeni (1908203215)
5. Reiza Inaeny (1908203230)
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan petunjuk sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Pengalaman Lapangan ini dengan baik. Shalawat serta salam
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya.
Laporan PPL ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan
terima kasih kepada:
1. Bpk. Dr. H. Sumanta, M.Ag selaku Rektor IAIN Syekh Nurjat Cirebon.
3. Bpk. Alvien Septian Haerisma, MSI selaku dosen pembimbing lapangan PPL.
5. Bpk Sueb Kalim selaku marketing serta yang selalu membimbing dan
memberikan banyak ilmu kepada kami selama PPL.
6. Jajaran Staff dan Karyawan BMT Gunung jati cabang Kedawung yang telah
banyak membantu jalanya PPL.
7. Semua orang yang mendoakan, mendukung, menyemangati serta memberi cinta
kasih yang tak bisa sebutkan satu persatu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi .................................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Dasar Pemikiran...........................................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaaan................................................................................................2
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI................................................................................................................4
A. Pengertian Prinsip Syariah...........................................................................................4
B. Prinsip Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah......................................................4
C. Prinsip di BMT Gunungjati.........................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................7
PELAKSANAAN DAN PRAKTIK........................................................................................7
A. Profil BMT Gunungjati ...............................................................................................7
B. Pelaksanaan Praktik di BMT Gunung Jati.................................................................10
C. Permasalahan di Lapangan........................................................................................11
D. Tanggapan Dari Pihak Lembaga Tempat Praktik......................................................11
BAB IV....................................................................................................................................12
PEMBAHASAN/ANALISIS TERHADAP TEMUAN STUDI..........................................12
A. Prinsip yang ada di BMT Gunungjati........................................................................12
BAB V......................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Baitul mal wat tamwil ( selanjutnya BMT ) merupakan satu organisasi usaha
yang bersifat mandiri yang memiliki kegiatan untuk mengembangkan berbagai
kegiatan usaha yang bersifat produktif denngan maksud untuk meningkatkan kualitas
dari kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh para Masyarakat kecil dan juga para
pengusaha kecil. Kegiatan yang sering dilakukan oleh BMT adalah mendorong agar
Masyarakat menabung di BMT serta juga membiayaai kegiatan ekonomi yang
dijalankan oleh mereka. Selain kegiatan tersebut BMT juga dapat menerima dana-
dana untuk keperluan zakat, infak dan sedekah dan lalu menyalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukannya sesuai aturan yang ada. Sebagai satu Lembaga keuangan
syariah BMT merupakan Lembaga keuangan syariah yang memiliki sifat yang lebih
informal. Dan berbeda dengan entitas syariah lainnya yang lebih formal, seperti bank
syariah dan juga entitas pasar modal syariah.
BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang dapat mendukung
peningkatan inklusi keuangan, serta sangat strategis dan layak untuk memfasilitasi
perubahan perekonomian rumah tangga rakyat, khususnya untuk umat Islam, supaya
menjadi lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya. secara legal BMT meruakan
Lembaga mikro dengan badan hukum koperasi. Meski begitu system operasional dari
BMT pada dasarnya menganut system yang sama dengan bank syariah, yaitu konsep
bagi hasil.
Baitul maal dalam arti di Bahasa Indonesia adalah rumah harta. Karena
berfungsi sebagai rumah harta maka BMT berhak untuk melakukan pengelolaan atas
dana zakat, infak dan juga sedekah. Hal ini yang menjadi keunggulan dari BMT,
karena bisa memberikan pinjaman kepada kalangan masyarakat di bawah, terutama
level menengah ke bawah yang tidak memiliki persyaratan jaminan yang cukup bila
berhubungan dengan bank syariah. Selain fungsinya sebagai Lembaga keuangan,
BMT juga bisa berfungsi sebagai Lembaga ekonomi. Hal ini dikarenakan salah satu
tugas yang dilakukan oleh BMT adalah melakukan penghimpunan dana dari
1
anggotanya serta juga menyalurkan dana tersebut kepada para Masyarakat yang
menjadi anggota BMT. BMT juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan di bidang
ekonomi, perdagangan industry dan juga pertanian.
Selain sebagai Baitul maal atau rumah harta, BMT juga berfungsi sebaga
baitut tamwil. Dalam Bahasa Indonesia artinya adalah rumah pembiayaan. Dalam hal
ini, pembiayan yang dilakukan oleh BMT tentunya dengan konsep syariah, yaitu
berbasis bagi hasil. Selain konsep bagi hasil. BMT juga menyediakan pembiayaan
dengan akad lain, seperti murabahah dan salam serta ijarah. Tenntunya dengan
kesadaran bahwa nasabah yang berhubungan dengan BMT merupakan nasabah yang
rata-rata berasal dari kalangan ekonomi mikro.
Perlunnya pengetahuan yang lebih mendalam mengenai bagaimanakah
penerapan prinsip ekonomi Islam terhadap lembaga keuangan syariah terkhusus pada
BMT apakah penerapannya sudah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada
atau tidak, karena masih kurangnya representasi lembaga syariah terhadap penerapan
prinsip ekonomi Islam dalam produk pengelolaan dana. Masih banyaknya masyarakat
yang belum bisa dan masih meragukan pengelolaan dana mereka kepada lembaga
keuangan syariah.
Selain itu keraguan masyarakat terhadap BMT dalam menghadapi resiko
keuangan yang besar masih belum bisa diminimalisir. Permasalahan dalam suatu
lembaga keuangan tidak akan timbul jika tidak dari penerapan pengelolaan kebijakan
yang tidak sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan. Dan banyaknya masyarakat
yang hanya mengetahui tentang lembaga syariah dari mulut ke mulut.
2
pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran hidup bermasyarakat serta kelembagaan
BMT yang merupakan sub bidang tersendiri juga untuk membina menjadi
motivator dan inovator.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1
Abdul Rasyid. 2018. “Memahami Makna Asas Prinsip Syariah dalam Perbankan Syariah”. Diakses pada 26
September 2022, dari MEMAHAMI MAKNA ASAS PRINSIP SYARIAH DALAM PERBANKAN SYARIAH
(binus.ac.id)
2
GAKOPSYAH Jawa Barat. 2017. “BMT”. Diakses pada 26 Oktober 2022, dari
https://gakopsyah.com/artikel/detail/4/bmt.html
4
1. Prinsip keadilan yaitu berbagi untung atas dasar penjualan riil yang
disesuaikan dengan kontribusi dan risiko masing-masing pihak.
2. Prinsip kemitraan yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan
lembaga keuangan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan.
3. Prinsip transparansi yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keuangan
Syariah selalu memberikan pelaporan keuangan secara terbuka dan secara
berkesinambungan agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat memantau
dan mengetahui kondisi perihal dananya.
4. Prinsip universal yaitu prinsip yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku
dan golongan dalam masyarakat. Hal ini disesuaikan dengan prinsip dalam
agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.3
Prinsip yang mendasari kegiatan di BMT pada umumnya sama saja dengan
prinsip yang ada di Bank syariah. Berikut merupakan pengertian singkat dari prinsip
yang mendasari kegiatan di BMT Gunungjati :
1. Mudharabah, adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan
mudharib (pengelola dana) yang pembagian keuntungannya berdasarkan bagi
hasil menurut kesepakatan di awal.
2. Musyarakah, adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal
untuk mendirikan usaha bersama dan bersama-sama mengelolanya juga. Perihal
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan diawal, sedangkan kerugiannya
ditanggung menurut kontribusi modal masing-masing.
3. Wadiah, adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain.
4. Murabahah, adalah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan nasabah
yang disepakati kedua belah pihak.
5. Wakalah, prinsip wakalah ini timbul karena salah satu pihak memberikan suatu
objek perikatan yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai
meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain.
6. Ijarah, merupakan akad pemindahan hak guna barang atau jasa dengan
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
3
Asuransi MAG. 2014. “Konsep dan Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah”. Diakses pada 28 Oktober 2022,
dari Konsep dan Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah (mag.co.id)
5
7. Qardh, merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang yang
dilakukan tanpa ada orientasi keuntungan. Namun, pihak BMT sebagai pemberi
pinjaman boleh meminta ganti biaya yang diperlukan dalam kontrak ini.
6
BAB III
PELAKSANAAN DAN PRAKTIK
7
masyarakat lingkungannya agar lebih produktif lagi dalam menumbuh
kembangkan usahanya.
3) Tujuan
a. Menumbuh kembangkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan
mikro BMT Gunungjati Cirebon untuk memacu pertumbuhan usaha
dalam rangka peningkatan kesejahteraan umat.
b. Memabntu mengembangkan potensi umat agar lebih produktif dalam
dalam berusaha memberikan bimbingan serta konsultasi bagi anggota
di bidang usahanya.
c. Memperluas jaringan komunikasi bisnis dengan anggota dan
masyarakat lingkungannya melalui kerjasama dengan berbagai potensi
umat yang bersinergi dengan lembaga lembaga keuangan dan
perbankan syariah.
d. Meningkatkan wawasan serta kesadaran anggota dan masyarakat
lingkungannya tentang sistem perekonomian yang sesuai dengan
prinsip syariah.
e. Menciptakan sumber pembiayaan dan pembiayaan modal bagi anggota
dan masyarakaat lingkungannya yang memerlukan bantuan dan untuk
mengembangkan usahanya.
8
- Sueb Kalim (BMT Gunungjati Cabang
Kedawung)
9
B. Pelaksanaan Praktik di BMT Gunung Jati
Pelaksanaan praktik pengalaman lapangan selama satu bulan trdapat beberapa
permasalahan yang terjadi saat kegiatan berlangsung sebagai berikut :
C. Permasalahan di Lapangan
10
Dalam menjalani kegiatan praktik pengalaman lapangan selama satu bulan,
terdapat beberapa permasalahan yang terjadi saat kegiatan berlangsung sebagai
berikut :
1. Dalam pelaksanaan praktik pengalaman lapangan yang di lakukan selama satu
bulan mahasiswi hanya di berikan pembekalan di bagian Marketing dan Kolekor,
normalnya waktu yang diperlukan untuk pembekalan setiap bagian BMT
memerlukan waktu dua sampai tiga bulan lamanya. Oleh karena itu mahasiswi
baru sedikit memperoleh pembekalan materi yang ada di BMT.
11
BAB IV
1. Mudharabah
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000, definisi
mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah
kepada pihak lain untuk membuka suatu usaha yang produktif. Dalam
pembiayaan ini posisi lembaga keuangan sebagai pemilik dana dan membiayai
100% atas usaha pengelola, sedangkan posisi pengelola sebagai mudharib.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/21/PBI/2006, pengertian
mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi
pendapatan (net revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya. Menurut Umam (2016), mudharabah adalah
penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode
bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam Kegiatannya di BMT Gunungjati prinsip mudharabah terdapat pada
produk pembiayaan dan simpanan. Di BMT Gunungjati pembiayaan
mudharabah rata-rata disepakati dengan jangka waktu yang pendek, dan jangka
waktu yang pendek ini menjadi kekuatan yang menguntungkan sebab perputaran
dana akan lebih cepat dan produktif. Untuk pembiayaan mudharabah rata-rata
pembiayaan dari bank atau lembaga keuangan lain memakai jangka panjang
yaitu dengan kisaran 1thn sampai 10thn, namun untuk BMT Gunungjati ini bisa
melakukan pembiayaan dengan jangka pendek, jangka pendek adalah sebagai
kekuatan dengan memakai akad mudharabah yaitu dengan pembiayaan jangka
12
pendek misalnya nasabah hanya membutuhkan dana hanya dalam jangka waktu
1 bulan atau 2 bulan setelah projek beres dana langsung dikembalikan.4
Dalam prinsim mudharabah aspek kejujuran nasabah merupakan hal yang
penting, nasabah harus jujur dalam menggunakan dana yang diberikan BMT
maupun keuntungan yang didapatkannya. Nasabah harus menyatakan dengan
jujur berapa keuntungan yang ia dapat dari usahanya, sehingga keuntungan
tersebut dapat dibagi dengan sebenarnya antara nasabah dan BMT. Apabila
nasabha tida jujur, dia bisa saja mendapat keuntungan yang besar namun hanya
melaporkan dengan keuntungan yang kecil. Untuk menangai hal ini, harus
memiliki nasabah yang mempunyai pengalaman dengan laporan keuangan yang
minimal hanya mencatat untung dan ruginya, sehingga BMT harus memberikan
arahan pembelajaran laporan keuangan walaupun dengan sekilas. Pembiayaan
mudharabah ini memiliki resiko yang tinggi, karena apabila nasabah rugi maka
BMT pun ikut rugi. Pencairannya di BMT pun tidak sembarangan, apabila
nasabah tersebut hanya memiliki usaha percobaan maka tidak dapat dicairkan.
2. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan memperoleh keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli dan tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Menurut Veithzal
Rivai dan Andria Permata Veithzal Murabah̟ ah adalah akad jual beli atas suatu
barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah
sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas
barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.5 Dalam literatur
fiqh klasik, murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya
ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan penjualan
normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan
dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai maupun secara
angsuran.6 Murabahah dilakukan dengan barang yang belum ada, sebagaimana
yang dipraktekan oleh perbankan syariah. Bila barang tersebut belum dimiliki
4
IAIN Syekh Nurjati. (10 Mei 2017). “Analisis Swot Pembiayaan Mudharabah”. Diakses tanggal 2 Oktober
2022, dari BAB41413231003.pdf (syekhnurjati.ac.id)
5
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, 145
6
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Judul Asli: Towards a Just Monetary System, Penerj.: Ikhwan Abidin
Basri, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2000),
13
oleh penjual memesan/mencari barang terlebih dahulu sesuai dengan yang
diinginkan oleh pembeli. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah, bahwa
ulama fiqh terdahulu berpendapat bahwa penjual tidak boleh mengikat pembel
untuk harus membeli barang yang dipesan terlebih dahulu oleh penjual. Namun
dalam perkembangannya, ulama modern menetapkan bahwa seorang yang sudah
melakukan perjanjian kepada penjual untuk membeli sebuah barang (bersifat
mengikat), hal ini semata-mata untuk menghindari mudharat. Mekanisme pola
pembiayaan Murȃbah̟ ah adalah sebagai berikut:7 Dalam hal Baitul mȃl
wattamwil tidak dapat mengadakan barang secara langsung, maka BMT dapat
menunjuk anggotanya sebagai pihak yang mewakili pembelian barang yang
dimaksudkan atas nama Baitul mȃl wattamwil (menggunakan akad wakalah).
Baitul mȃl wattamwil membayar harga pembelian barang tersebut. Pembayaran
harga beli hanya sah bila dilengkapi dengan bukti pembayaran seperti kuitansi,
tagihan, atau dokumen sejenis; Selanjutnya Baitul mȃl wattamwil menjual
barang tersebut kepada anggota dengan harga yang telah disepakati bersama,
yaitu harga beli ditambah biaya perolehan dan sejumlah margin atau
keuntungan; Anggota melakukan pembayaran dengan cara mengangsur selama
jangka waktu yang telah disepakati bersama BMT dengan anggota. Dalam
pelaksanaannya prinsip murabahah di BMT Gunungjati terdapat pada produk
pembiayaan, dan prodok ini paling sering digunakan.
BMT Gunungjati memiliki produk pembiayaan murabahah yang dalam
prosesnya dibagi menjadi 2, yaitu: pembiayaan murabahah dan pembiayaan
murabahah al-wakalah. BMT Gunungjati menerapkan pesanan yang mengikat.
BMT akan melakukan pembelian barang apabila telah dipastika ada nasabah
yang akan membeli kembali barang tersebut secara akad murabahah, BMT
menjual barang dengan menegaskan harga perolehan barang secara jujur kepada
nasabah. Sedangkan untuk murabahah al-wakalah pihak BMT hanyalah sebagai
pihak yang memberikan pinjaman modal kepada nasabah untuk pembelian
barang, yang kemudian dalam pembeliannya diwakilkan oleh nasabah dengan
pengawasan pihak BMT. Karena khawatir akan ketidak sesuaian pembelian
barang yang di inginkan nasabah.
Pada produk pembiayaan di BMT Gunungjati prinsip murabahah ini
merupakan prinsip yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan prinsip
7
M. Amin Aziz, et al. SOM & SOP Panduan Operasional Manajemen dan Prosedur BMT, 74.
14
pembiayaan lainnya, hal ini dikarenakan sebagian besar nasabah di BMT
memiliki pengetahuan yang kurang karena latar belakang pendidikan yang
rendah, sehingga prinsip murabahah merupakan prinsip yang paling mudah
dipahami. Alasan lain karena pada prinsip ini nasabah tidak diperlukannya
pembukuan usaha seperti pada prinsip mudharabah, karena bagi hasilnya sudah
ditentukan diawal akad sehingga tidak diperlukannya perhitungan ulang seperti
prinsip mudharabah yang untung ruginya dihitung kembali presentasi untung
ruginya. 8
3. Wadiah
Kata Wadhi’ah berasal dari wada asy syai-a yaitu meninggalkan sesuatu.
Sesuatu yang ditinggalkan seseorang pada orang lain agar dijaga disebut
wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga. Secara
harfiah, Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Maka dapat dipahami
bahwa yang dimaksud wadi’ah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada
yang lain dengan menitipkan benda untuk dijaganya secara layak. Apabila ada
kerusakan pada benda titipan tidak wajib menggantinya, tapi bila kerusakan itu
disebabkan oleh kelalaiannya maka diwajibkan menggantinya9.
Tabungan wadiah adalah pihak nasabah hanya menitipkan uang
kepada bank atau BMT dalam bentuk simpanan. Tabungan wadiah memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tabungan ini dapat di ambil kapan saja
2) Tabungan ini jumlahnya tidak terbatas
3) Bersifat sekedar titipan kepada pihak BMT
4) Tidak terdapat riba pada tabungan wadiah
Dengan adanya tabungan wadiah, masyarakat dapat terbantu untuk
menyimpan uang dengan aman di BMT. Selain itu, saat memerlukan uang
8
Iyang Lupita. 2017. Analisis Kelayakan Surat Nikah sebagai Agunan pada Pembiayaan Murabahah di BMT
Gunungjati Cirebon.. Cirebon. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
9
Detwati. “Aplikasi Wadhiah dalam Perbankan Syariah”. Diakses pada 3 Oktober 2022, dari
https://whttps://www.pa-pekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/ARTIKEL-DETWATI-
WADIAH.pdfww.pa-pekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/ARTIKEL-DETWATI-WADIAH.pdf
15
masyarakat dapat mengambil tabungan kapan pun asalkan di hari kerja BMT.
Tabungan wadiah tidak merugikan pihak nasabah ataupun BMT, dan tabungan
wadiah tidak memakai sistem riba.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang dapat mendukung
peningkatan inklusi keuangan, serta sangat strategis dan layak untuk memfasilitasi
perubahan perekonomian rumah tangga rakyat, khususnya untuk umat Islam, supaya
menjadi lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya BMT memiliki
beberapa prinsip. Prinsip mudharabah, murabahah dan wadiah merupakan prinsip yang
diterapkan di BMT Gunungjati.
B. Saran
Pelaksanaan PPL yang diadakan hanya sebulan sangat terbilang sangat singat,
sehingga ilmu dan pengalaman yang didapat masih kurang. Sebaiknya kegiatan PPL
diadakan lebih lama sekitar 3 bulan, sehingga Mahasiswa dapat memperoleh ilmu serta
dapat menguasai kegiatan praktik dengan matang. Adapun saran-saran yang lainya
sebagai berikut:
a. Tetap mempertahankan kerjasama yang baik antara pihak lembaga dengan pihak
kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon begitu pula dengan mahasiswanya.
b. Penulis menyadari bahwa karya tulis yang berupa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan dari teknik penulisan dan
sebagainya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rasyid. 2018. “ Memahami Makna Asas Prinsip Syariah dalam Perbankan Syariah”.
Diakses pada 28 September 2022, dari MEMAHAMI MAKNA ASAS PRINSIP
SYARIAH DALAM PERBANKAN SYARIAH (binus.ac.id)
Asuransi MAG. 2014. “Konsep dan Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah”. Diakses pada
28 Oktober 2022, dari Konsep dan Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah
(mag.co.id)
Detwati. “Aplikasi Wadhiah dalam Perbankan Syariah”. Diakses pada 3 Oktober 2022, dari
https://whttps://www.pa-pekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/ARTIKEL-
DETWATI-WADIAH.pdfww.pa-pekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/
ARTIKEL-DETWATI-WADIAH.pdf
GAKOPSYAH Jawa Barat. 2017. “BMT”. Diakses pada 26 Oktober 2022, dari
https://gakopsyah.com/artikel/detail/4/bmt.html
IAIN Syekh Nurjati. (10 Mei 2017). “Analisis Swot Pembiayaan Mudharabah”. Diakses
tanggal 2 Oktober 2022, dari BAB41413231003.pdf (syekhnurjati.ac.id)
Iyang Lupita. 2017. Analisis Kelayakan Surat Nikah sebagai Agunan pada Pembiayaan
Murabahah di BMT Gunungjati Cirebon.. Cirebon. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
M. Amin Aziz, et al. SOM & SOP Panduan Operasional Manajemen dan Prosedur BMT, 74.
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Judul Asli: Towards a Just Monetary System,
Penerj.: Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia,
2000),
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, 145
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN
20
PRESENSI HARIAN INDIVIDU MAHASISWA DI LOKASI PPL
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
JADWAL HARIAN MAHASISWA DI LOKASI PPL
BMT GUNUNGJATI CABANG KEDAWUNG
31
DOKUMENTASI KEGIATAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
32
Menulis angsuran pembiayaan, menulis nota simpanan, dan
menghitung/merapihkan uang
33
Menulis formulir pengajuan pembiayaan dan menghitung angsuran
pembiayaan beserta asuransinya
34
Belajar mengenai pengecekan angsuran pembiayaan nasabah
35
36
Mengecek angsuran pembiayaan nasabah
37
38
Kunjungan monitoring
39
Ikut serta kegiatan di lapangan
40
Penjemputan peserta PPL oleh DPL dan pemberian kenang-kenangan
41
Dokumentasi bersama Bapak Sueb selaku Pembimbing Mitra dan Bapak
koribullah selaku Kepala Cabang
42