Anda di halaman 1dari 3

ILMU FIQIH: HAKIKAT, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUPNYA

Ilmu fiqih merupakan bidang ilmu keislaman yang memiliki tujuan akhir
menghasilkan produk hukum. Secara etimologi fiqih berasal dari kata
faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang berarti pemahaman.

Sedangkan secara istilah, fiqih menurut Juhaya S.Praja dalam buku Ilmu
Fiqih karya Saifudin Nur (2007: 15) adalah “pengetahuan tentang syariah;
pengetahuan tentang hukum-hukum perbuatan mukallaf secara rinci
berdasarkan dalil-dalil dari Alquran dan Sunnah dengan cara istinbath al-
ahkam, yakni penggalian, penjelasan, dan penerapan hukum”.

Lalu apa urgensi mempelajari ilmu fiqih bagi umat Islam?

Pentingnya Mempelajari Ilmu Fiqih

Sebagaimana diketahui, dua sumber hukum utama dalam Islam adalah


Alquran yang memiliki 114 surat dan 6236 ayat serta hadits yang
jumlahnya ribuan. Bagi Allah sebagai pembuat hukum, segala sesuatu telah
jelas.

Namun pemahaman manusia tidaklah sempurna, sehingga dibutuhkan


penjelas agar pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dengan
sebenar-benarnya. Di sinilah peran faqih atau orang yang ahli dalam fiqih
untuk menjelaskan maksud dan kehendak Allah.

Menurut Al Ghazali, hasil produk hukum fiqih termasuk wajib, sunnah,


mubah, makruh, haram, dan sejenisnya. Melalui ilmu inilah dapat diketahui
kandungan setiap dalil syara’ sekaligus bagaimana menerapkannya di
lapangan.

Penggalian hukum-hukum ini tidak boleh sembarangan, tapi memerlukan


renungan dan pemahaman yang mendalam dari berbagai sumber yang jelas.
Adapun yang menjadi fondasi fikih adalah Alquran, As sunnah, ijma, dan
qiyas.

Menurut Imam Yazid dalam Ilmu Fikih dan Ilmu Usul Fikih (2016), tujuan
akhir ilmu fiqih adalah mencapai keridaan Allah dengan melaksanakan
syariat-Nya di muka bumi. Tujuan lainnya yakni memberi pemahaman
tentang berbagai aturan secara mendalam serta sebagai patokan untuk
bersikap dalam menjalani hidup.

Ruang Lingkup Fiqih

Musthafa A. Zarqa dalam buku Hukum Islam dan Pranata Sosial tulisan
Dede Rosyada (1992: 65-76) membagi kajian fiqih mejadi enam bidang,
yakni:

 Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyah,


seperti sholat, puasa, dan ibadah haji.
 Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan
keluarga, seperti perkawinan, perceraian, nafkah, dan ketentuan
nasab. Inilah yang kemudian disebut ahwal as-syakhsiyah.
 Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial
antara umat Islam dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa.
Contohnya jual beli, sewa menyewa, dan gadai. Bidang ini kemudian
disebut fiqih muamalah.
 Ketentuan hukum yang berkaitan dengan sanksi-sanksi terhadap
tindak kejahatan kriminal. Misalnya, qiyas, diat, dan hudud. Bidang
ini disebut dengan fiqih jinayah.
 Ketentuan hukum yang mengatur hubungan warga negara dengan
pemerintahannya. Pembahasan ini dinamakan fiqih siyasah.
 Ketentuan hukum yang mengatur etika pergaulan antara seorang
muslim dengan lainnya dalam tatanan kehidupan sosial. Bidang ini
disebut Ahkam khuluqiyah.

Anda mungkin juga menyukai